Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN STUDI LAPANGAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10

Nama : Dwi Mahrani Nainggolan (17.3233)


Ebenezer Marbun (17.3271)
Febriyanti Siregar (17.3236)
Frando Nainggolan (17.3276)
Hendra Samuel Sihombing (17.3199)
Heri Silitonga (17.3200)
Jhon Axel Tarihoran (17.3242)
Gr. Rein Sihombing (17.145)
Ririn Seska Pakpahan (17.3294)
Yuni Wati Butarbutar (17.3263)
Mata Kuliah : Studi Lapangan
Dosen : Pdt. Dr. Sanggam Siahaan, M.Th
Pdt. Mixon Simarmata, M.Th
Pdt. Dr. Pahala J. Simanjuntak

STT HKBP PEMATANGSIANTAR


T.A 2018/2019
BEBAN DAN KETIDAKADILAN DALAM ZONA KERJA SUPIR
ANGKOT/ANGDES

PENDAHULUAN

Studi lapangan merupakan program mata kuliah semester pendek yang wajib di ikuti
seluruh mahasiswa pada waktu yang telah ditentukan. Studi lapangan adalah salah satu proses
kegiatan pengungkapan fakta-fakta melalui observasi atau pengamatan dan wawancara dalam
proses memperoleh keterangan atau data dengan cara terjun lapangan. Melalui studi ini,
mahasiswa diharapkan mampu mengamati dan meneliti keadaan konkret ditengah-tengah
masyarakat. Adapun tujuan dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan di lapangan, guna
mengumpulkan informasi se-detail dan sebanyak mungkin berdasarkan realita.
Pada kesempatan ini, kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi supir
angkot/angdes yang berada di wilayah kota Pematangsiantar. Supir angkot/angdes adalah
pengemudi yang bekerja di bawah naungan perusahaan (PT/CV) yang biasanya di pimpin
oleh direksi. Ada tiga penggolongan supir angkot/angdes, yaitu sebagai berikut :
1. Supir yang sekaligus pemilik angkot.
2. Supir batangan, yaitu supir yang mengemudi angkot/angdes milik toke tertentu.
3. Supir serap, yaitu supir yang bekerja hanya ketika supir batangan tidak masuk kerja.
Supir ini dalam bahasa sehari-hari sering juga disebut “supir pengganti”.
Untuk menjadi seorang supir harus terlebih dahulu memenuhi syarat, ketentuan dan
aturan dari pemerintah yaitu Dinas Perhubungan atau Satuan Lalu Lintas kota. Misalnya,
harus melengkapi SIM terlibih dahulu, dan lain sebagainya.
Dalam studi lapangan ini, kelompok fokus melaksanakan observasi supir angdes
“Atlas (trayek Pematangsiantar-Tanah Jawa)” dan supir angkot “Sinar Siantar, Sepakat dan ”.
Kelompok Sinar Beringin meneliti seluas mungkin tentang kehidupan para supir antar kota
maupun desa, yaitu mengenai informasi pribadi supir yang dijadikan sampel, pengalaman
pribadi, keluhan yang dirasakan dalam menanggung beban kerja dan ketidkadilan yang
dialami para supir.
Adapun informan yang menjadi objek observasi dan sebagai sumber informasi, yaitu:

1. Supir Angkot Sinar Siantar


 Hari/tgl Penelitian : Selasa, 18 Juni 2019
 Waktu penelitian : Pukul 11.26-12.30 WIB
 Tempat : Jl. Singosari dan di dalam angkot
 Suasana : - jalan raya ramai-lancar
- rata-rata penumpang adalah pekerja
- Sewa penuh.
 Identitas Informan
Nama : Hidayat Priyadi (Supir Batangan)
Usia : 29 tahun
TTL : Medan, 3 Mei 1990
Alamat : Jl. Jawa, Kel. Bantan, Kec. Siantar Barat
Anak : 1 (Perempuan)
Status : Sudah menikah
Pendidikan : D3 (Manajemen Informatika Komputer)

 Masa Kerja : Bekerja menjadi supir selama 8 tahun. Menjadi supir Sinar
Siantar sudah 4 tahun. Bekerja setiap hari, mulai pukul 06.00

a.m – 18.00 p.m.


 Trayek :  Parluasan-Singosari-Kartini-Merdeka-Sutomo-BDB-Ahmad
Yani-Patuan Anggi-Parluasan
 Pendapatan : Bersih Rp 70.000 – Rp. 80.000/ hari. Setoran untuk toke Rp
80.000.-/hari.
 Pengalaman supir (kesulitan dan ketidakadilan yang dialami Informan)
1. Pemerintahan. Dari pihak pemerintahan sendiri Informan pada awalnya sulit
mendapatkan surat izin. Pengurusan surat-surat terlalu mahal, sehingga
menjadi kendala pada saat mengemudi angkot.
2. Ketidakadilan yang dialami dari penumpang, yaitu perilaku anak sekolah yang
suka memilih-milih angkot yang bagus, supir yang muda dan angkot yang
harus memiliki musik yang keras. Kadang kala hal ini membuat pemasukan
informan berkurang.
3. Direksi. Sulit mendapatkan Surat Trayek, harus ada biaya administarsi dalam
pengurusan surat jalan. Harus memiliki SIM dan KTP sebagai syarat dan
ketentuan surat jalan.
4. Keluarga. Ketidakadilan yang di dapat dari keluarga yaitu mereka sering
beranggapan bahwa pekerjaan seorang supir tergolong rendah, pergaulan
mereka bebas dan kriminal. Hal ini merupakan bentuk diskriminasi yang
diterima Informan dari tengah-tengah keluarga.
5. Lingkungan supir. Sesama supir sering terjadi kontraversi akibat dari rebutan
sewa. Hal ini kadang kala mengakibatkan berkurangnya pula pemasukan
Informan.
6. Toke. Ketidakadilan yang didapat ketika Informan tidak memberikan setoran
yang sudah ditentukan akan diberikan surat peringata sebanyak tiga kali. Dan
pada akhirnya akan dipecat ketika surat peringatan sudah tiga kali.

2. Supir Angkot Sepakat


 Hari/tgl penelitian : Selasa, 18 Juni 2019
 Waktu penelitian : 12.50-14.00
 Tempat : Dalam angkot sepakat (menuju jalan beringin)
 Suasana : Penumpang sepi, jalan raya ramai-lancar
 Identitas supir
Nama : Hendri Syaputra
Usia : 33 tahun
Alamat : Jl. Purbasari Lorong 3, Kec.Tapian Dolok, Kab. Simalungun
Status : Sudah menikah
Anak : 3 orang
Pendidikan : SMP
 Masa kerja : Telah bekerja selama 15 tahun. Bekerja setiap hari mulai dari
pukul 06.00-18.00.
 Trayek : Beringin-Sutomo-Merdeka-Ahmad Yani-Jln. Medan-
  Beringin
 Pendapatan : Bersih Rp 70.000-Rp80.000/hari.
 Pengalaman supir (kesulitan dan ketidakadilan yang di alami informan)
1. Pemerintah . Armada yang beroperasi terlalu banyak dan tidak perduli dengan
surat izin.
2. Ketidakadilan yang dialami dari penumpang: , yaitu perilaku anak sekolah yang
suka memilih-milih angkot yang bagus, supir yang muda danangkot yang harus
memiliki musik yang keras.
3. Direksi : Sulit mendapatkan Surat Trayek, harus ada biaya administarsi dalam
pengurusan surat jalan. Harus memiliki SIM dan KTP sebagai syarat dan
ketentuan surat jalan.
4. Keluarga : dalam keluarga informan 2 tidak mendapat ketidakadilan, berbeda
dengan informan 1.Karena keluarga dari informan 2 menyetujui dan menerima
perofesinya sebaga supir dan dianggap halal.

3. Supir Angkot Sinar Beringin


 Hari/tgl penelitian : Selasa, 18 Juni 2019
 Waktu penelitian : Pukul 14.20-15.00
 Tempat : Beringin dan di dalam angkot
 Suasana : Sewa padat, jalan raya ramai-lancar, rata-rata penumpang
 umum
 Identitas informan :
Nama : Sabarudin Siadari
Usia : 49 tahun
TTL : Sidamanik, 14 Februari 1970
Status : sudah menikah
Anak : 1 (perempuan)
Pendidikan :SMA
 Masa kerja : bekerja menjadi supir selama 27 tahun. Bekerja mulai pukul
06.00-20.00
 Trayek : Beringin-Sutomo-Merdeka-Ahmad Yani-Jln. Medan-Beringin
 Pendapatan : Rp 80.000-Rp90.000
 Pengalaman supir (kesulitan dan ketidakadilan yang dialami Informan)
1. Dari pihak dinas perhubungan dan lalu lintas mewajibkan memiliki surat izin
terlebih dahulu.
2. Ketidakadilan yang didapat dari penumpang yaitu penumpang menginginkan supir
yang muda dengan angkot yang full musik.
3. Keluarga menyarankan untuk mencari pekerjaan yang lain karena penghasilan
supir tidak sesuai dengan kebutuhan yang harus di penuhi.
4. Dalam sulitnya memenuhi kebutuhan, gereja informan tidak turut mengambil
peran dalam mengurangi beban ekonomi keluarga.
5. Informan merasa sejak kehadiran transportasi online, pendapatan mereka semakin
berkurang.

4. Supir Angdes Atlas


 Hari/tgl Penelitian : Rabu, 19 Juni 2019
 Waktu : pukul 11.00 – 14. 40 WIB
 Tempat : Loket atlas di Pematangsiantar (jln. Sangnawaluh ujung),
   dalam angkot dan di loket angdes atlas Tanah Jawa.
 Suasana : sewa sepi karena libur sekolah, dan kebanyakan angkot yang
lewat sepi bahkan dan hanya sewa anak sekolah yang
berada di sekitar lokasi. Hingga banyak angkot yang tembak
(jalan tanpa penumpang) dan jarak satu angkot dengan yang

lainnya tidak jauh dan terkadang beriringan.


 Identitas Informan :
Nama : Adlan SyapotraLubis
Alamat : Rintis IX Balimbingan
Usia : 46 tahun
Status : sudah menikah
Istri : Br. Tobing
Anak :2
 Masa kerja : Sudah bekerja menjadi supir selama 30 tahun
(8 tahun menjadi supir Angdes Atlas)
 Trayek : Pematangsiantar-Tanah Jawa
 Pendapatan : Bersih Rp 100.000 – 140.000,- (tergantung keramaian sewa)
Setoran Rp 100.000 – 130.000,-.
 Pengalaman supir (kesulitan dan ketidakadilan yang dialami Informan)
1. Pemerintahan (dishub/satlantas). Peraturan dari pemerintah harus diikuti dan
dijalankan. Sepertrti mengurus surat izin, mengurus merek ke Dinas Perhubungan
(DisHub). Kadang kala Dishub kurang ketat, hal ini merugikan keselamatan
penumpang. Misalnya, rem tidak dalam keadaan bagus, tetapi diberi izin jalan.
Razia satlantas atau pungli juga kerap terjadi di jalan.
2. Direksi. Dari pihak direksi, apabila setoran sedikit yang diberikan informan
sedikit, akan mendapat teguran dari direksi dan terkadang hingga dipecat. Kadang
kala masa sewa sepi, diberi kelonggaran tetapi tergantung direksi. Kerusakan
angdes ditanggung oleh pemilik angdes bukan direksi atau supir batangan.
3. Sewa atau penumpang. Kadang kala penumpang mengeluh karena kecepatan atau
kelambatan, tiba-tiba minta berhentiPenumpang sekarang memilih angkot yang
full musik (dampak dari banyaknya angkot yang bersaing). Sewa terkadang sepi,
sehingga mengurangi pemasukan terkhusus di hari libur anak sekolah atau libur
umum
4. Sesama supir. Banyak supir yang kerap main tembak atau rebutan sewa. Walau
kosong mobil harus tetap jalan, karena ada mobil selanjutnya. Informan bekerja
senin-sabtu, dan beberapa rekan supir Informan bahkan ada yang kerja tidak kenal
libur, baik hari minggu, yang beragama Kristen pun turut bekerja dan tidak ke
gereja. Informan menyebut supir yang bekerja setiap hari dengan istilah “Supir
Kalender Hitam”. Informan adalah supir batangan yang berarti yang berhak
membawa mobil kapan saja. Berbeda dengan supir serap, yang dipakai ketika
supir batangan tidak kerja.
5. Keluarga. Informan adalah tulang punggung. Hidup keluarga tergantung
informan. Keluhan keluarga ketika tidak menarik angkot (pemasukan tidak ada)
menyebabkan kesulitan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan Informasi yang di dapat dari beberapa Informan yang mengatakan istilah
“supir kalender hitam” yaitu supir yang tidak mengenal hari libur dan hari minggu bahkan
sampai tidak ke gereja, sesungguhnya mereka bukan tidak ingin pergi beribadah ke Gereja
sebagaiman seharusnya orang Kristen lakukan setiap hari Minggu. Keadaan ekonomilah yang
membuat mereka harus memburu rupiah setiap hari. Informan menginginkan gereja juga
memliki perhatian khusus terhadap nasib para supir, yang kadang kala tidak memiliki
pemasukan karena pendapatan yang diterima kadang kala hanya cukup untuk setoran. Jika di
perhadapkan dengan Tri Tugas Panggilan Gereja, para Informan mengharapkan gereja
bergerak di bidang Diakonia dan Koinonia. Diakonia dilakukan untuk menyentuh kehidupan
perekonomian supir dan keluarga. Kemudian, Koinonia dapat diselenggarakan untuk
memberikan motivasi kepada Supir agar bergiat dalam hal peribadahan.

Anda mungkin juga menyukai