Anda di halaman 1dari 12

Sasro Sintaro Simamora, 17.

3255, Tugas Dogmatika 3, Semester 8B

1. Eskatologi yang Transendental Menurut Jurgen Moltmann

Jurgen moltmann dalam bukunya ‘Theology of hope By Jurgen Moltmann’ menyebutkan


bahwa eskatologi sebagai akhir dari segala sesuatu tanpa ada yang tidak dicakup seperti masa
manusia, sejarah, dunia dan bahkan waktu itu sendiri. Bersifat futurities yang terikat dengan
masa depan yang penuh dengan harapan pada masa depan itu sendiri. Eskatologi sebagai esensi
utama dari tujuan di masa depan yang mentransformasi dan merevolusi masa yang sedang
berjalan dari kehidupan. Eskatologi sebagai muatan utama iman yang berkaitan erat dengan
kebangkitan Kristus yang mati di kayu salib sebagai mula dari pemenuhan janji keselamatan oleh
Kristus itu sendiri.1

Penderitaan memberi bias yang berbeda dalam pengertian menurut pandangan eskatologi.
Membentuk pemahaman bahwa penderitaan bukanlah akhir melainkan sebuah langkah
berikutnya untuk ikut dibangkitkan dalam kebangkitan Yesus Kristus. Ini menjadi titik awal
dalam memahami transendensi yang dimaksud Alkitab menurut Moltmann. Dimana penderitaan
sebagai mula terbentuknya harapan oleh orang percaya yang menantikan kedatangan Kristus
yang sungguh. Masa depan yang merupakan hal yang trasenden, dan orang percaya memahami
bahwa eskatologi adalah masa depan dan itu ialah hal trasenden. Dimana Tuhan tidak dipahami
berdiam di dalam diri atau di atas diri, melainkan Tuhan yang selalu hadir di depan, dan dalam
setiap perjumpaan orang percaya dengan janjiNya.2

Moltmann memahami bahwa eskatologi bukan hanya sebagai bagian dari iman yang
bersifat futuris melainkan melampaui hal tersebut. Dalam mengimani eskatologi berarti yakin
akan adanya kenyataan yang trasenden yang tidak hanya termuat dalam pikiran yang logis atau
masuk akal melainkan sampai pada hal yang diluar atau yang tidak dapat dipikirkan dengan akal.
Kristus sebagai pencerahan akan hal yang trasenden tersebut, dimana Kristus memuat
transendensi eskatologi sebagai pribadi yang trasenden. Tampak dari kematian dan kebangkitan
dari penderitaan dan kematian yang dialami.3

1
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 2
2
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 3
3
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 5
eskatologi yang transendental menyangkut pertanyaan tentang masa depan dan tujuan
wahyu dimasa depan yang dijawab melalui refleksi mengapa dan dari mana. Tujuan itu identik
dengan asalnya. Jika Tuhan tidak mengungkapkan yang lain daripada “diriNya”, maka tujuan
wahyu untuk masa depan terletak pada diriNya sendiri. Jika wahyu terjadi pada diri manusia,
maka tujuannya adalah bahwa manusia harus mencapai keasliannya dan primordialitas, yaitu
untuk dirinya sendiri. Ini berarti, wahyu dan eskaton itu bertepatan dalam kedua kasus di titik
yang ditunjuk sebagai “diri” Tuhan atau manusia. Wahyu tersebut tidak kemudian membuka
masa depan dalam hal janji, juga tidak memiliki masa depan yang terbuka menjadi lebih besar
dari dirinya sendiri, tetapi wahyu Tuhan kemudian datang suatu kekekalan kepada manusia atau
datangnya manusia pada dirinya sendiri. Justru refleksi pada “diri” transenden inilah yang
menjadikan eskatologi sebagai eskatologi yang transcendental. Akibatnya “Wahyu” menjadi
berujung dari subjektivitas transenden Tuhan atau manusia. Moltmann dalam teologi eskatologi
transendental mencoba memahami tentang masa depan yang transenden dan bahkan masa depan
dari wahyu itu sendiri yang tidak dapat dimuat dalam akal tersebut. Ini mencakup diri manusia
dan diri Allah sendiri yang bukan hanya mengenai janji melainkan sesuatu yang kekal yang akan
datang. Ini kemudian direfleksikan pada diri trasenden yang memahami kiamat dalam
subjektifitas transenden Allah dan manusia.4

Eskatologi mendapat tempat sebagai suatu sejarah yang dialami dari eskatologi futuristis.
Moltmann mengutip Kant mengatakan pengertian transendensi dalam eskatologi harus dipahami
sebagai kondisi yang berjalan secara mensejarah yang berdasar pada salib dan kebangkitan
Kristus. Demikian dengan janji. Janji dalam peristiwa salib dan kebangkitan Kristus menjadi
dasar eskatologi yang bersifat transendental. Eksistensi eskatologi kosmologi dan historis
muncul sebagai hakekat transendental dan bersifat holistik.5

2. Kebangkitan dan Masa Depan dari Yesus Kristus Menurut Jurgen Moltmann

Jurgen Moltmann menempatkan kebangkitan dan masa depan Yesus Kristus sebagai muatan
utama yang menjadi alasan dan tujuan dasar dari eskatologi menurut Moltmann. Yang eksis
dalam Perjanjian Baru, dimana Firman sebagai janji Tuhan dan juga sebagai dasar eskatogi yang
diterima orang percaya melalui baptisan yang mengikutkan diri dalam kematian dan kebangkitan

4
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 22
5
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 24-25
Kristus yang mengartikan hal tersebut terjadi secara pribadi dalam diri setiap orang percaya dan
mengikutsertakan diri kedalam masa akhir tersebut bersama Kristus. 6 Menunjukkan esensi karya
Kristus secara sakramental. Sebagai suatu pembebasan dari ikatan masa lalu akan alam kematian
dan sifatnya yang sementara kepada kebebasan dalam kekekalan di masa depan dalam kehidupan
sorgawi dan kebangkitan. Kebangkitan Kristus sebagai harapan eskatologis setiap orang percaya
akan masa depan yang didasari dalam Kristus. Hubungan antara kebangkitan Kristus dan
harapan masa depan tidak dapat dipahami sebagai keseragaman pemahaman tentang akhir zaman
dan Krsitologis. Namun, Molmann mengatakan hal tersebut adalah saling melengkapi. Apabila
Kristus tidak bangkit, maka tidak ada harapan akan kebangkitan orang mati, Namun karena
Kristus bangkit, maka orang mati akan ikut bangkit.7

Moltmann mengatakan, jika sekarang dipertanyakan apa isi masa depan Kristus yang bangkit
melalui janji dan harapan, kemudian menemukan janji-janji yang isinya sudah menyala dalam
garis tertentu oleh ekspektasi kenabian dari Perjanjian Lama, tetapi bentuknya ditentukan oleh
kata-kata, penderitaan dan kematian Kristus. Masa depan Kristus yang diharapkan hanya dapat
dinyatakan dalam janji-janji yang diungkapkan dan ditegaskan dalam bentuk bayangan dan
gambaran awal apa yang tersembunyi dan dipersiapkan dalam dirinya dan sejarahnya. Di kasus
ini, juga, janji berdiri di antara mengetahui dan tidak mengetahui, antara kebutuhan dan
kemungkinan, antara yang belum dan yang sudah ada. Pengetahuan tentang Oleh karena itu,
masa depan yang dikobarkan oleh janji adalah pengetahuan dengan harapan prospektif dan
antisipatif, tetapi karena itu juga bersifat sementara, terpisah-pisah, terbuka, berusaha melampaui
dirinya sendiri. Ia tahu masa depan dalam berjuang untuk mengeluarkan kecenderungan dan
latensi peristiwa penyaliban dan kebangkitan Kristus, dan dalam upaya untuk memperkirakan
kemungkinan terbuka oleh acara ini. Di sini penampakan Paskah dari orang yang disalibkan
Kristus adalah penghasut konstan menuju kesadaran yang berharap dan mengantisipasi, tetapi
terus sisi lain juga menderita dan kritis terhadap keberadaan. Untuk 'penampilan' ini sesuatu yang
terlihat dari masa depan eskatologis dari peristiwa Kristus, dan karena itu menyebabkan kita
untuk mencari dan mencari wahyu masa depan dari acara ini. Demikianlah pengetahuan tentang
Kristus menjadi pengetahuan antisipatif, sementara dan terpisah-pisah tentang masa depannya,
yaitu tentang akan jadi apa dia nanti. Semua gelar Kristus mengarah ke depan secara mesianis

6
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 87-98
7
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 99
dalam pengertian ini. Di sisi lain, pengetahuan tentang masa depan tidak memiliki rangsangan di
tempat lain selain teka-teki Yesus dari Nazaret. Dengan demikian akan menjadi pengetahuan
tentang Kristus dalam dorongan untuk mengetahui siapa dia dan apa yang tersembunyi dan
disiapkan di dalam dirinya.8
Namun, jika kita menganggap subkrit absconditum sebagai latensi dan revelatum masuk
kebangkitan sebagai kecenderungan, jika kita bertanya tentang maksud Tuhan dalam misi Yesus,
kemudian kita menerangi apa yang dijanjikan sebelumnya. Misi Yesus menjadi dimengerti hanya
oleh promissio. Masa depannya, dalam terang itu dia bisa dikenali sebagaimana dia, diterangi
sebelumnya oleh janji kebenaran Allah, janji kehidupan sebagai hasil kebangkitan dari
kematian, dan janji kerajaan Tuhan dalam totalitas baru keberadaan.9

3. Masa Depan Kebenaran Menurut Moltmann

Moltmann memahami kebenaran berarti 'berada dalam keteraturan', berdiri dalam hubungan
yang benar; itu berarti korespondensi dan harmoni dan sejauh itu mirip dengan 'kebenaran'. Tapi
kebenaran juga berarti 'mampu berdiri', memiliki penghidupan, menemukan dasar untuk ada, dan
ada sejauh itu mirip dengan keberadaan seperti itu. Kebenaran dalam Perjanjian Lama tidak
berarti kesepakatan dengan norma ideal atau dengan logo makhluk abadi, tetapi menjelaskan
sebuah hubungan komunal bersejarah yang didasarkan pada janji dan kesetiaan. Kapan Israel
memuji kebenaran Jahweh, lalu syukurlah mengingat kesetiaannya janji perjanjiannya karena
telah mengambil bentuk praktis dalam sejarah Israel. Yahweh kebenaran adalah kesetiaannya
pada perjanjian. Itulah mengapa kebenarannya 'terjadi', dan mengapa seseorang bisa
'mengatakan' dan percaya padanya untuk masa depan dan mengharapkan 'keselamatan' dari ini
kebenaran. Dalam mempercayai kesetiaan Allah pada perjanjian ini, dan dalam hidup
disesuaikan dengan perjanjiannya dalam janji dan ketetapan, manusia melakukan yang benar
oleh Tuhan dan ditetapkan dengan baik. Mereka ditetapkan benar tidak hanya dalam hubungan
dengan Tuhan, tetapi juga dalam hubungan timbal balik mereka dan dalam hubungannya dengan
hal-hal tersebut. Moltmann mengutip G. von Rad telah menunjukkan bagaimana kebenaran
Tuhan menjadi bagi Israel ringkasan ekspresi dari hubungan yang benar antara Tuhan dan
manusia, manusia dan sesama manusia, manusia dan dunia. Sejarah kebenaran ilahi ini secara
nyata diakui tidak hanya dalam sejarah Israel sendiri dan tidak hanya dalam sejarah umat
8
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 130-131
9
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 131
manusia, tetapi dalam sejarah dan takdir dari seluruh ciptaan Tuhan. Dengan kebenaran Tuhan
berarti jalan masuk yang dalam kebebasan dia tetap setia pada ketetapannya, kata-katanya dan
pekerjaannya dan memberikannya penghidupan. Kebenaran Jahweh membutuhkan segala
sesuatu yang keberadaannya berutang kepada tindakan Tuhan, yaitu seluruh ciptaan. Kebenaran
Tuhan adalah intinya stabilitas dan dasar penghidupannya. Tanpa keadilan dan kesetiaannya
tidak ada bisa ada, tetapi semuanya ditelan dalam ketiadaan. Oleh karena itu kebenaran Jahweh
adalah universal. Ini berkaitan dengan pembenaran hidup dan dengan dasar keberadaan segala
sesuatu. Jika kita mengharapkan kebenaran Jahweh untuk meluruskan manusia diri; dengan
rekan-rekannya dan dengan seluruh ciptaan, maka itu bisa menjadi ringkasan ekspresi untuk
eskatologi universal yang mencakup semua yang diharapkan dari masa depan kebenaran
makhluk baru untuk segala hal. Kebenaran Jahweh kemudian mengacu tidak hanya ke tatanan
baru untuk dunia yang ada, tetapi menyediakan ciptaan secara keseluruhan dengan landasan baru
keberadaan dan hak baru untuk hidup. Oleh karena itu dengan datangnya kebenaran Jahweh kita
juga bisa mengharapkan ciptaan baru.10

Dalam Perjanjian Baru, kebenaran ilahi dipahami oleh Paulus sebagai Kesetiaan Tuhan
dalam hubungan komunal, sebagai peristiwa yang dibawa oleh Tuhan, dan sebagai suatu
peristiwa yang darinya muncul ciptaan baru dan kehidupan baru. Paulus melihat ini ilahi
kebenaran seperti yang diungkapkan dalam Injil (Rom 1.17) dan dipahami dalam iman. Ini
adalah Injil kristologis salib dan kebangkitan Kristus oleh Allah. Dalam acara ini ilahi kebenaran
dinyatakan untuk orang yang tidak benar dan pembenaran hidup (Rom 5.18) untuk mereka yang,
baik secara yuridis maupun ontologis, tidak tahan menghadapi murka Tuhan. Ini adalah Injil
eskatologis, yang memperhitungkan kebenaran ilahi 'yang harus diharapkan untuk '(Gal. 5.5)
karena sekarang telah hadir dan bekerja dengan hemat dalam murka Tuhan yang sekarang
sedang diwahyukan. Akhirnya, Injil universal, yang diorientasikan menuju ciptaan baru yang
memenuhi segala sesuatu, meluruskannya di hadapan Tuhan dan member status dan keberadaan
mereka. Kebenaran Ilahi 'terjadi' di sini, dan Injil mengungkapkannya dengan memberitakan
peristiwa itu ketaatan Yesus bahkan sampai mati di kayu salib, dengan memberitakan peristiwa-
Nya menyerah pada kematian ini, dan dengan menyatakan kebangkitannya dan hidupnya sebagai
kedatangannya kebenaran ilahi bagi yang tidak adil. Realisasi dan wahyu ilahi baru kebenaran
bagi orang berdosa dengan demikian menjadi misteri Yesus Kristus yang diungkapkan di janji
10
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 131
Injil: 'dikirim untuk pelanggaran kita, dan dibangkitkan untuk kita pembenaran '(Rom 4.25). 'Dia
telah membuatnya menjadi dosa bagi kita, yang tidak mengenal dosa; bahwa kita menjadi
kebenaran Allah di dalam dirinya '(II Kor. 5.21). Demikianlah terjadi dia rekonsiliasi yang tidak
didamaikan oleh Tuhan. Penting di sini untuk melihat bahwa ilahi ini kebenaran memiliki dasar
baik dalam peristiwa salib maupun kebangkitan, yaitu, baik dalam kematiannya maupun dalam
hidupnya. Teologi satu sisi tentang salib akan tercapai hanya untuk Injil remissio peccatorum,
tetapi tidak untuk promissio yang baru kebenaran yang hidupnya didasarkan pada hidupnya dan
yang masa depannya terdiri dari masa depan Yang Mulia. 'Dalam bahwa dia mati, dia mati
karena dosa sekali: tetapi di dalam dia hidup, dia hidup untuk Tuhan. Demikian juga kamu
menganggap dirimu sendiri mati karena dosa, tetapi hidup bagi Allah melalui Yesus Kristus
Tuhan kita '(Roma 6.10-11). Kebenaran ilahi yang ada di sini yang diungkapkan menemukan
ukurannya bukan dalam dosa yang diampuni, tetapi dalam kehidupan baru itu dalam kemuliaan
Kristus yang bangkit dan dimuliakan yang dijanjikannya dan yang ditunjukkannya. Bersamaan
dengan ini terjadi fakta bahwa sejak Injil kebenaran ilahi memiliki dasarnya dalam kematian dan
kehidupan Yesus, dosa dan kematian terlihat bersama. 'Upah dosa adalah kematian; tetapi
anugerah Allah adalah hidup yang kekal melalui Yesus Kristus, Tuhan kita '(Rom 6.23, lih. I
Kor. 15,55 dst.). Karena itu, dosa harus dipahami sebagai ketidakbenaran, sebagai tidak memiliki
dasar dan tidak ada hak, karena tidak bisa berdiri. Ini termasuk keduanya tersesat dalam
pemberontakan melawan Tuhan dan dalam kepalsuan, dan juga sekarat dan ditelan dalam
ketiadaan. Ilahi kebenaran yang diungkapkan di salib dan kebangkitan Yesus yang sesuai
merangkul rekonsiliasi dengan Tuhan dan pembenaran hidup. Itu mencakup pengampunan rasa
bersalah dan pemusnahan takdir kematian. Ini mencakup rekonsiliasi dan penebusan tubuh fana.
Itu terjadi dalam ikrar rekonsiliasi dan janji percepatan. Karena kebangkitan Yesus dan
peninggiannya menjadi Tuhan belumlah tiba penyempurnaan dari ketuhanannya, tetapi tanah dan
jaminan pembebasannya dan ketuhanan perbaikan atas segalanya, sehingga kebenaran ilahi hadir
dalam iman dan dalam baptisan, namun sedemikian rupa sehingga terlibat dalam proses yang
hanya akan diselesaikan di parousia Kristus.11

Dalam proses ini kebenaran ilahi di sini selalu sebagai hadiah yang dijaminkan,
disengketakan dan diuji, yaitu, memilikinya dalam hal janji dan harapan. Namun, kemudian,
kebenaran ilahi yang dijanjikan menempatkan kita di jalan yang ketegangan dan yang tujuannya
11
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 132
diumumkan. Ini adalah diferensiasi eskatologis dalam pewahyuan Kristus dalam Injil dan janji
yang menjadi dasar pernyataan bersejarah dan etis yang Paulus bicarakan tentang 'kasih karunia
memerintah melalui kebenaran' (Rom 5.21), dari 'pelayanan kebenaran' (II Kor 39, lih Rom
6.13), dan 'penyerahan kepada kebenaran '(Rom 10.3). Kebenaran Ilahi bukan hanya hadiah yang
telah dibuat terwujud, tetapi juga berarti kekuatan Pemberi yang bekerja dalam kehidupan orang
percaya. Itulah sebabnya orang yang dibenarkan mulai menderita di bawah kontradiksi dunia ini
yang dengannya dia memiliki solidaritas tubuh, karena dia harus dengan ketaatan mencari yang
ilahi kebenaran di tubuhnya, di bumi, dan di semua makhluk. Jika kebenaran ilahi Tuhan berarti
bahwa dalam hubungan komunal dia setia janjinya dan untuk pekerjaan tangannya, maka
pembenaran akhirnya tidak hanya akal bahwa orang yang tidak adil diberi hak untuk berdiri di
hadapan Tuhan dan bertahan dalam penghakimannya, tetapi itu bertolak belakang juga dengan
pengertian teologis - yaitu, bahwa dalam peristiwa ini Tuhan mencapai miliknya hak atas
ciptaannya. Moltman mengutip Luther, telah berusaha melakukannya menafsirkan ini sebagai
peristiwa timbal balik dari justificatio Dei activa et passiva: sarana pembenaran bahwa Tuhan
membenarkan manusia oleh kasih karunia dan bahwa manusia mengakui keadilan Tuhan dalam
mengaku dosa-dosanya, sehingga dalam peristiwa timbal balik ini tidak hanya orang berdosa
tetapi juga Tuhan yang diberikan miliknya hak.12 Dunia memiliki tujuan mereka di masa depan
dari kebenaran keseluruhan. Demikianlah perjuangan ini sebuah fragmen dari; dan pendahuluan,
kebenaran ilahi yang akan datang, karena itu sudah memberikan kepada Tuhan haknya, dan di
dalamnya sudah Tuhan mendapatkan haknya atas dunianya. Jadi dalam Perjanjian Baru, juga,
kita harus memahami kebenaran ilahi sebagai janji. Dalam janji ini, objek yang dijanjikan
ditawarkan pada saat ini, namun demikian adanya digenggam dalam harapan percaya yang
membuat manusia siap untuk melayani masa depan yang ilahi kebenaran dalam segala hal.13

4. Masa Depan Kehidupan Menurut Moltmann


Menurut Moltmann, Harapan kebangkitan pasti menemukan tempat di pinggiran Perjanjian
Lama dan di apokaliptik Yudaisme akhir. Harapan kebangkitan orang mati ini ditemukan dalam
bentuk Israel baik dalam konteks antropologis - sebagai harapan bagi manusia setelah kematian -
maupun dalam satu konteks kosmologis - sebagai pengakuan atas substansi abadi di mana
manusia berpartisipasi - tetapi dalam konteks teologis - dalam menjelaskan kuasa Allah yang

12
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 133
13
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 134
dijanjikan, siapa bahkan kematian tidak dapat merampas haknya tetapi siapa yang harus
mencapai haknya setelah kematian. Jadi menurut Yehezkiel. 37.11 Orang-orang yang dijanjikan
sekarang dapat mengenali dirinya sendiri hanya di gambaran tulang-belulang mati, yaitu harapan
yang sia-sia, dan kemudian diberikan untuk mendengar pesan profetik dari janji hidup baru oleh
Yahweh: 'Lihatlah, Aku akan membuat nafas masuk ke dalam kamu, dan kamu akan hidup
'(Yeh. 37.5). Ini adalah janji hidup yang baru, karena tidak lagi melekat pada kondisi
kemungkinan pertobatan, tetapi menjanjikan tindakan kreatif Yahweh atas umat-Nya melampaui
batas-batas duniawi dan kemungkinan. Karena itu memperoleh bentuk janji yang tidak memiliki
kondisi dan tanpa prasangka, janji kehidupan dari kematian atas dasar tindakan kreatif Yahweh
ex nihilo. Demikian juga di Israel Ide 'membangkitkan orang mati' dirumuskan pertama kali
dalam kerangka agama yang dijanjikan: ini bukan kasus penghidupan kembali secara alami,
tetapi tentang pemenuhan Janji-janji Yahweh tentang hidup di dalam orang yang telah mati
pembawa janji. Tidak sampai apokaliptik. bahwa 'membangkitkan orang mati' dipahami dalam
istilah universal, dalam arti yang genap setelah kematian ini Tuhan akan mencapai penghakiman
dan haknya baik dalam kebenaran maupun jahat. Ini sepenuhnya selaras dengan perkembangan
pengakuan Israel kepada Tuhan Pencipta dan kesetiaan-Nya sebagai Pencipta. Gagasan Israel
akhir tentang creatio ex nihilo dan resurrectio mortuorum menandai ekstremitas eskatologis
agama janji.14

Kebebasan tidak lain adalah terbuka untuk masa depan yang sejati, membiarkan diri sendiri
ditentukan oleh masa depan. Jadi Spirit bisa disebut kekuatan masa depan. Namun perbedaannya
antara masa lalu dan masa depan muncul karena Roh iman bukan dalam punctum mathematicum
saat ini, dan bukan dalam waktu yang singkat, tetapi dalam peristiwa bersejarah kebangkitan itu
Kristus yang tersalib di mana kuasa kefanaan dan kematian berada ditaklukkan dan masa depan
kehidupan dibuka untuk selamanya. Kristus tidak bangkit ke dalam Roh atau ke dalam kerygma,
tetapi ke alam masa depan yang belum ditentukan di depan kita yang ditunjukkan oleh
kecenderungan Roh dan proklamasi kerygma. Alam masa depan yang ada di hadapan kita ini
tidak dapat diubah menjadi 'masa depan' belaka merefleksikan hanya pada hubungannya dengan
keberadaan, tetapi itu adalah masa depan Yesus Kristus dan bias oleh karena itu disimpulkan
hanya dari pengetahuan dan pengakuan peristiwa bersejarah itu kebangkitan Kristus yang
membuat sejarah dan kuncinya. Semangat' yang 'mematikan hal-hal yang dari daging' dan
14
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 135
memberikan kebebasan untuk masa depan bukanlah yang kekal peristiwa, tetapi muncul dari
peristiwa bersejarah dan mengungkapkan kemungkinan eskatologis dan bahaya. Sebagai
pengingat akan Kristus, dia juga merupakan janji masa depannya, dan sebaliknya. Karena itu dia
menuntun kita ke dalam 'persekutuan penderitaan Kristus', menjadi serupa dengan-Nya
kematian, ke dalam cinta yang menampakkan dirinya pada kematian karena ditopang oleh
harapan. Karenanya, juga, ia memimpin ke masa depan pemuliaan Yesus Kristus yang
bergantung padanya masa depan dan pemuliaan kemanusiaan dan segala sesuatu. 'Saat dia
disalibkan kelemahan, namun hidup oleh kuasa Allah, demikian juga kita lemah di dalam Dia,
tetapi kita akan hidup bersamanya dengan kuasa Allah '(II Kor. 13.4). Jadi Roh adalah kekuatan
untuk menderita partisipasi dalam misi dan kasih Yesus Kristus, dan dalam penderitaan ini
gairah untuk apa yang mungkin, untuk apa yang akan datang dan dijanjikan di masa depan, dari
kebebasan dan kebangkitan. Roh menundukkan manusia pada kecenderungan hal-hal yang laten
dalam kebangkitan Yesus dan yang merupakan tujuan yang dimaksudkan di masa depan Tuhan
yang bangkit. Kebangkitan dan kehidupan kekal adalah masa depan yang dijanjikan, dan
karenanya dibuat kepatuhan mungkin dalam tubuh. Dalam semua tindakan kami, kami menabur
harapan. Jadi, juga, dalam cinta dan ketaatan yang kita tabur untuk masa depan kebangkitan
tubuh. Dalam ketaatan, mereka yang telah dibangkitkan oleh Roh sedang dalam perjalanan
menuju percepatan tubuh fana. Sama seperti dorongan janji menuju pemenuhan, seperti
dorongan iman menuju ketaatan dan penglihatan, dan seperti dorongan harapan menuju
kehidupan yang dijanjikan dan akhirnya tercapai, sehingga dorongan kebangkitan Kristus adalah
menuju kehidupan dalam Roh dan untuk lingkungan kehidupan kekal yang merupakan
penyempurnaan dari segala hal. Hidup kekal ini ada di sini tersembunyi di balik kebalikannya, di
bawah pencobaan, penderitaan, kematian dan kesedihan. Namun ini miliknya ketersembunyian
bukanlah paradoks abadi, tetapi latensi dalam kecenderungan yang menekan maju dan keluar ke
alam terbuka kemungkinan yang ada di depan dan begitu penuh janji. Dalam kegelapan rasa
sakit cinta, pria pengharapan menemukan perselisihan antara diri dan tubuh. Tampaknya terlalu
sepihak personalistik. Baginya, berarti manusia, 'orang secara keseluruhan'. 'Dia dipanggil sejauh
dia dapat menjadikan dirinya objek dari tindakannya sendiri, atau mengalami dirinya sebagai
subjek sesuatu yang terjadi atau yang dia derita. Jadi dia dapat dipanggil sejauh dia memiliki
sebuah hubungannya dengan dirinya sendiri.15

15
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 137
5. Kemanusiaan Yesus Kristus dalam Misi Pengharapan Menurut Moltmann

Menemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri adalah tujuan menjadi manusia yang harus
dapat dicapai seperti Yesus yang dapat menemukan dirinya sendiri dalam membedakan antara
misi ilahi dan keberadaanNya. Mempelajarinya dari masa depan yang dituntun oleh misi.
Panggilan Injil memuat harapan eskatologis tentang akhir dari keselamatan universal. Identik
dengan rekonsiliasi dan tatanan ketaatan kepercayaan semua orang percaya. Memanggil pada
pengharapan dan misi masa depan Kristus untuk merefleksikan juga pada struktur umum kodrat
manusia. Didefinisikan secara universal tentang kemanusiaan dalam folosofis antropologi, dan
menguraikan struktur kodrat manusia. Berdiri diatas iman dalam pengharapan akan eskatologi
tersebut dan dibawa kepada panggilan Tuhan yang melepaskan.16

Untuk tujuan tersebut, manusia perlu dalam dirinya sendiri bersama dengan dirinya,
dan bukan dalam abstraksi diri, konstelasi manusia saat ini ialah masyarakat, untuk
menundukkan seluruh realitas manusia saat ini ke masa depan Kristus dan untuk kemungkinan
misi yang bergerak menuju masa depannya. Seluruh hadiah situasi harus dipahami dalam semua
kemungkinan dan tugas historisnya dalam terang masa depan kebenaran.17

6. Eskhatology Kristosentris dalam Pengharapan Gereja Menurut Moltmann

Menurut Moltmann eskatologi memiliki arti sebagai doktrin pengharapan umat


Kristen, yang memuat objek yang diharapkan dan juga harapan yang diilhami olehNya. Dari
permulaan sampai pada akhirnya, dan tidak hanya pada bagian akhir, kekristenan adalah
eskatologi, yakni sebuah pengharapan dengan pandangan kedepan dan bergerak maju,
merevolusi dan mengubah masa kini. Eskatologi Kristen berbicara tentang Yesus Kristus dan
masa depannya. Hal ini mengenali realitas kebangkitan Yesus dan memproklamasikan masa
depan Tuhan yang bangkit.18 Eskatologi Kristen adalah studi tentang kecenderungan kebangkitan
dan masa depan Kristus dan karena itu langsung mengarah pada pengetahuan praktis tentang
misi.19Kekristenan memiliki esensi dan tujuannya bukan pada dirinya sendiri dan bukan dalam
eksistensinya sendiri, tetapi hidup dari sesuatu dan ada untuk sesuatu yang menjangkau jauh

16
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 184-185
17
Jurgen Moltmann , Theology of Hope of Jurgen Moltmann,….hal. 186
18
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 2-3
19
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 125
melampaui dirinya sendiri. Jika kita memahami rahasia keberadaannya dan cara perilakunya, kita
harus menyelidiki ke dalam misi. Jika kita ingin memahami esensinya, maka kita harus
menyelidiki masa depan yang dengannya itu menetapkan harapan dan ekspektasinya. Jika agama
Kristen dalam kondisi sosial baru telah hilang dengan sendirinya, maka ia harus sekali lagi
mempertimbangkan mengapa ia ada dan apa tujuannya.20
Gereja dikenal sebagai sarana eskatologi. Dimana Kristus yang bangkit memanggil,
mengutus, membenarkan dan menguduskan manusia, dan dengan demikian mengumpulkan,
memanggil dan mengutus mereka ke masa depan eskatologisnya bagi dunia. Tuhan yang bangkit
selalu adalah Tuhandiharapkan oleh Gereja, terlebih lagi diharapkan oleh Gereja bagi dunia dan
tidak hanya untuk dirinya sendiri. Karenanya komunitas Kristen tidak hidup dari dirinya sendiri
dan untukitu sendiri, tetapi dari kedaulatan Tuhan yang bangkit dan untuk kedaulatan yang akan
datang darinyayang telah mengalahkan maut dan membawa kehidupan, kebenaran dan kerajaan
Allah.Orientasi eskatologis ini terlihat pada segala sesuatu dari mana dan untuk itu kehidupan
Gereja. Gereja hidup dengan firman Tuhan, firman yang diwartakan. Gereja Kristen yang
mengikuti misi Kristus ke dunia juga terlibat mengikuti pelayanan Kristus di dunia. Itu memiliki
sifatnya sebagai tubuh yang disalibkan dan Kristus yang bangkit hanya jika dalam tindakan
pelayanan tertentu ia taat pada misinya kepada dunia. Gereja mengklaim seluruh umat manusia
dalam misi. Misi ini tidak dilakukan di dalam cakrawala harapan yang diberikan oleh peran
sosial yang diakui masyarakat kepada Gereja, tetapi itu terjadi dalam cakrawala khasnya sendiri
dari ekspektasi eskatologis dari Kerajaan Allah yang akan datang, kebenaran yang akan datang
dan kedamaian yang akan datang, dari datang kebebasan dan martabat manusia. Gereja Kristen
tidak harus melayani umat manusia agar dunia ini dapat tetap seperti itu, atau dapat
dipertahankan dalam keadaannya, tetapi agar ia dapat mengubah dirinya sendiri dan menjadi
seperti yang dijanjikan. Untuk ini alasan 'Gereja untuk dunia' tidak dapat berarti apa-apa selain
Gereja untuk kerajaan Tuhan dan pembaruan dunia. 21

Dalam Baptisan menurut Agenda HKBP, membaptis di dalam nama Allah, AnakNya Yesus
Kristus dan Roh Kudus telah menjadi bagian dalam Kristus itu sendiri, menjadi ikut serta dalam
kematian dan kebangkitan Yesus dan ikut serta dalam eskatologi oleh Yesus sendiri. Juga dalam
konfessi HKBP 1996 pada point B tentang Ketritunggalan Allah, percaya akan Allah Bapa yang

20
Jurgen moltmenn, Theology of Hope by Jurgen Moltmann,….hal. 219
21
Jurgen Moltmann , Theology of Hope of Jurgen Moltmann,….. hal. 210-212
menciptakan, memelihara dan memerintah segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, dari
awal hingga selama-lamanya. Menekankan ketransendental itu di dalam Allah yang mencakup
hal tersebut dan tidak berdiam atau diatas, melainkan selalu ada dihadapan dan selalu
memelihara seperti Moltmann katakan tersebut. Allah sebagai Anak menekankan akan kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai titik terang dari pengharapan akan eskatologi yang
transendental tersebut. Menaruh keyakinan pada kebangkitan bersama Yesus. Juga dimuat dalam
pengakan iman rasulli dalam gereja HKBP sebagai Lutheran pada alenia ketiga, “Kebangkitan
daging dan kehidupan yang kekal”, menjadi landasar iman akan kepercayaan kepada hal yang
transendental tersebut dan direfleksikan sebagai iman dan pengakuan orang percaya.

Anda mungkin juga menyukai