Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MERINGKAS AKHIR ZAMAN

OLEH:

NAMA : YUSTUS MLASMENE


NIM : 22021014
PRODI : PAK
SEMESTER : IV
MK : DOKMATIKA ESKATOLOGI

DOSEN PEMBIMBING Dr. RICKY DONALD MONTANG, S.Th

UNIVERSITAS KRISTEN PAPUA (UKiP)


SORONG
2024
BAB I
SIFAT ESKATOLGI PERJANJIAN LAMA

Eskatologi merupakan paham yang integratif dalam seluruh Alkitab, dan merupakan
medium dalam iman Kristen, kunci dari semua kebenaran. Merupakan karakteristik dari semua
proklamasi iman Kristen, hakikat keberadaan gereja dan seluruh gereja.
Tentang Eskatolgi PL, Ladd mengungkapkan bahwa eskatologi merupakan konsep yang
mewarnai pengenalan bangsa Israel tentang Allah dan pengharapan mereka tentang Kerajaan
Allah bersifat eskatologi. Ada beberapa karakteristik dari eskatologi PL, antara lain: 1)
Pengharapan tentang Juruselamat yang akan datang yang pertama kali muncul pada Kej 3:15,
tentang janji induk diselamatkannya manusia dari dosa. Juruselamat ini perkirakan akan datang
sebagai hamba Tuhan yang menderita dan anak manusia. 2) Kerajaan Allah, 3) Perjanjian
(kovenan) baru, 4) Pembaruan Israel, 5) Hari Tuhan yang menggambarkan hari final kedatangan
Tuhan yang berisi keselamatan namun juga disertai penghakiman dan bencana. 6) Langit dan
bumi yang baru.
Tidak diketahui secara pasti kapan pengharapan-pengharapan itu akan terpenuhi, yang jelas
dalam paham mereka bahwa hari itu akan terjadi pada suatu waktu yang akan datang. Dalam
perspektif nabi PL kedatangan Kristus yang pertama dan kedua berkaitan dan ini menjadi jelas
dalam PB bahwa kedatangan Mesias ini akan terjadi dalam dua tahap, kedatangan pertama dan
kedua. Yang jelas tentang eskatologi PL adalah bahwa iman mereka dalam PL bersifat
eskatologis, mereka menantikan kehadiran Allah di dalam sejarah, baik dalam waktu dekat
maupun jauh.

BAB II
HAKIKAT ESKATOLOGI DALAM PERJANJIAN BARU

Dalam PB berkat-berkat rohani eskatologi dirasa jauh lebih melimpah ketimbang PL.
Keduanya sama-sama mengharapkan penebusan di masa depan, namun eskatologi PB
menyadari bahwa serangkaian nubuatan eskatologis PL sudah digenapi (dengan kedatangan
Kristus) namun serangkaian peristiwa lain masih bersifat akan datang. Inilah karakter utama
eskatologi PB, ketegangan antara ‘yang sudah ada’ dan ‘yang belum’ antara apa yang orang
percaya telah nikmati dan apa yang ia belum miliki. Bagaimana cara PB membuktikannya?
1. Dalam PB dijumpai realisasi dari nubuat tentang peristiwa besar eskatologis PL.
Hal ini terbukti dari penggunaan beberapa kata di PB seperti hapax (sekali) dan ephapax
(sekali untuk selamanya) yang dikenakan pada karya Kristus (I Pet 3:18), Kerajaan Sorga
sudah dekat (Eggizo, Mat 3:2; Mrk 1:15), Kerajaan Allah telah datang di tengah-tengah
mereka (phthano, Mat 12:28), pleroma atau sebuah proses menuju penggenapan (Gal 4:4),
zaman akhir (synteleia ton aionon, Ibr 9:26), waktu yang terakhir (I Yoh 2:18). Dari ayat-
ayat ini diketahui bahwa orang-orang percaya di PB telah menyadari bahwa mereka telah
hidup dalam waktu-waktu itu, dan peristiwa dahsyat eskatologi PL telah terjadi melalui
kedatangan Yesus dan Kerajaan Allah.
2. Dalam PB dijumpai perwujudan dari apa yang digambarkan dalam PL yang muncul sebagai
satu peristiwa yang sama dalam dua tahap penggenapan; zaman Mesianis dan masa yang
akan datang. Eskatologi PB melihat ke belakang pada kedatangan Kristus seperti yang
dinubuatkan PL dan menegaskan bahwa sekarang mereka berada di hari-hari terakhir.
Namun ekstologi PB juga jauh melihat ke depan kepada sebuah zaman akhir yang belum
tiba.
3. Hubungan antara dua tahap eskatologis ini yaitu bahwa segala berkat pada zaman sekarang
ini merupakan janji dan jaminan bagi berkat-berkat yang lebih besar pada zaman yang akan
datang. Jadi pengharapan Kristen bukanlah pengharapan yang disebabkan oleh kekurangan,
melainkan justru kekayaan, bukan karena berkat-berkat sekarang masih terlalu kecil, tetapi

1
karena kita telah memperoleh berkat yang besar. Pengharapan adalah buah dari apa yang
telah ada dan apa yang masih kurang. Pengharapan ini dikaitkan dengan iman dan kasih.

BAB III
ROH KUDUS DAN ESKATOLOGI

Roh Kudus juga mengambil peran dalam eskatologi. Dalam PL peran ini dikaitkan
dalam tiga cara: 1) Roh Kudus akan mendahului zaman akhir itu dengan beberapa tanda
profetik. 2) Roh Kudus akan berdiam dalam diri Juruselamat yang akan datang itu dan akan
memperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang dibutuhkan. 3) Roh Kudus akan muncul
sebagai sumber kehidupan baru bagi bangsa Israel di masa yang akan datang, termasuk sebagai
sumber berkat-berkat materi dan pembaruan moral.
Dalam Injil, Roh Kudus berperan dalam menggenapi nubuat-nubuat PL. Dalam Kis 2:16-17,
Roh Kudus mengambil peran dalam zaman baru dengan segala kepenuhan-Nya di dalam gereja.
Bagi Para Rasul, Roh Kudus mengambil peran yang universal. Ia bukan hanya tinggal dalam
diri orang percaya, namun juga bekerja dalam setiap aspek kehidupan keagamaan dan moral.
Bagi Paulus, kehadiran Roh Kudus memiliki makna bahwa masa depan itu telah menembus
masa sekarang sehingga segala kuasa, berkat masa depan diberikan kepada kita melalui Roh
Kudus. Jadi zaman Roh Kudus menurut Paulus merupakan zaman antara, di mana orang percaya
memiliki berkat zaman yang akan datang namun belum secara penuh.
Peran Roh Kudus dalam eskatologi dengan kaitannya pada beberapa konsep Alkitab yang
lebih spesifik, antara lain: 1) Roh Kudus membuktikan status anak yang dimiliki oleh setiap
orang percaya, memberikan jaminan bahwa Allah adalah sungguh-sungguh Bapa mereka dan
memberi kesaksian tentang keanakan orang percaya dan pembebasan mereka dari dosa. Dengan
begitu, orang percaya dipastikan menjadi pewaris dari Kerajaan Allah. Namun karya ini baru
sempurna pada masa yang akan datang. 2) Buah Sulung (firstfruits, Yun: aparche). Buah sulung
menunjukkan panen pertama dan menandakan akan lebih banyak lagi panen selanjutnya. 3)
Jaminan (arrabon) dari berkat-berkat yang masih dinantikan yaitu tentang masuk ke dalam
keberadaan sorgawi, jaminan warisan. 4) Meterai (II Kor 1:22; Ef 1:13; Ef 4:30) yang
menandakan kepemilikan. Bermeteraikan Roh Kudus berarti ditandai sebagai milik Allah.
Konsep meterai sejalan dengan konsep jaminan. 5) Kebangkitan tubuh. Roh Kudus berperan
dalam kebangkitan Kristus, menopang Kristus dalam kondisi kemuliaan, dan Ia juga akan
berperan dalam kebangkitan tubuh, menopang dan memimpin tubuh kebangkitan seterusnya.

BAB IV
TANDA-TANDA ZAMAN

Ada beberapa kesalahpahaman yang muncul tentang tanda-tanda zaman ini. Kesalah
pahaman itu antara lain: 1) Manusia memahami tanda-tanda zaman sebagai berbagai peristiwa
yang ekslusif hanya akan terjadi di akhir zaman padahal semua proses atau peristiwa menandai
periode sejarah antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua. 2) Anggapan bahwa tanda-
tanda zaman hanyalah peristiwa-peristiwa yang abnormal, spektakuler, atau bencana besar-
besaran, padahal tanda-tanda zaman ini menyangkut urusan pribadi kita dengan Tuhan. 3)
Pemahaman bahwa tanda-tanda zaman adalah usaha untuk memakai tanda-tanda yang ada untuk
menghitung tanggal yang pasti dari kedatangan Kristus yang kedua. 4) Usaha untuk menentukan
waktu yang pasti bagi terjadinya masing-masing tanda zaman, padahal tanda itu seharusnya
dilihat dengan mata iman.
Secara umum, tanda-tanda zaman itu meliputi: 1) Apa yang Tuhan kerjakan di masa
lampau. Tanda zaman ini menyatakan bahwa Kristus telah menang dan terjadi perubahan dalam
sejarah. 2) Tanda-tanda zaman ini juga menunjuk pada akhir sejarah, khususnya pada
kedatangan Kristus yang kedua. 3) Tanda-tanda zaman menunjukkan kontinuitas pertentangan

2
antara Kerajaan Allah dan kuasa Iblis dalam sejarah. 4) Tanda-tanda zaman menuntut kepuasan.
5) Tanda-tanda zaman menuntut ketekunan dalam berjaga-jaga. Oleh sebab itu, daripada sibuk
dengan urusan kapan waktu kedatangan, lebih baik jika meyakini bahwa Ia memang pasti akan
datang, dan berjagalah.

BAB XII
TANDA-TANDA KHUSUS

Tanda-tanda khusus ini terbagi dalam tiga kategori:


1. Tanda-tanda yang menyatakan kasih karunia Allah
a. Proklamasi Injil kepada semua bangsa, maksudnya adalah Injil harus disampaikan
kepada seluruh dunia menjadi kesaksian kepada semua bangsa, kesaksian yang
mendesak mereka untuk mengambil keputusan. Ini adalah masa anugerah di mana Allah
memanggil manusia untuk diselamatkan.
b. Keselamatan bagi bangsa Israel hingga jumlah yang penuh. Ada yang menafsirkan
pertobatan bangsa Israel secara keseluruhan sebelum atau tepat pada kedatangan Kristus,
pertobatan baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi di sepanjang sejarah ataupun
pertobatan bagi khusus kalangan Yahudi di sepanjang sejarah. Bagi Paulus, penolakan
terhadap Israel bukanlah hal yang sewenang-wenang juga bukan hal yang mutlak atau
tanpa kondisi. Allah ingin agar semua bangsa diselamatkan. Kegagalan bangsa Israel
dipakai Allah untuk menyelamatkan bangsa-bangsa lain. Sehingga ketika melihat hal ini,
bangsa Israel menjadi iri dan mencoba berbalik kepada Allah.
2. Tanda-tanda yang mengindikasikan perlawanan terhadap Allah
a. Masa sengsara (tribulation). Tanda ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada akhir zaman,
namun sudah mulai terjadi di sepanjang sejarah saat ini.
b. Murtad. Sejak zaman Israel sampai saman gereja masa kini, murtad ini terus terjadi.
Murtad, dari bahasa Yunani yaitu apostasy yang berarti murtad atau perlawanan. Murtad
ini muncul dari kalangan gereja sendiri.
c. Antikristus. Antikristus ini akan terus bermunculan sebagai seorang yang berusaha
melawan Kristus atau menggantikan-Nya. Yohanes menggunakan kata ini dalam bentuk
impersonal (bukan pribadi), ia menunjukkan kepada sekelompok orang yang berupaya
menentang Kristus. Namun bagi Paulus, antikristus ini akan muncul dari orang yang
murtad, merupakan sosok pribadi manusia yang menghendaki dirinya menjadi obyek
penyembahan, ia mampu melakukan berbagai mujizat palsu, ajaran sesat, demi
menyebarluaskan ajaran-Nya, hanya akan muncul jika penghalangnya disingkirkan, dan
manusia durhaka ini hanya akan musnah pada kedatangan yang kedua.
3. Tanda-tanda yang mengindikasikan penghakiman Allah: a) Perang, b) Gempa bumi, c)
Kelaparan. Perlu diketahui bahwa tanda-tanda ini memiliki kaitan dengan nubuat PL,
merupakan bukti penghakiman Allah, dan bukanlah yang terakhir.
Dari beberapa tanda khusus yang muncul itu, kita bisa melihat bahwa kedatangan itu
memang pasti terjadi, namun tetap dalam kurun waktu yang tidak diketahui.

BAB V
BEBERAPA PANDANGAN UTAMA TENTANG KERAJAAN SERIBU TAHUN
(MILENIALISME)
Dalam Wahyu 20:4 muncul tentang pemeritahan seribu tahun. Setidaknya ada empat
penafsiran tentang ayat ini:
1. Amilenialisme
Kelompok ini menafsirkan millennium sebagai pemerintahan orang-orang percaya yang
telah meninggal dan yang sekarang ini bersama-sama dengan Yesus di sorga. Mereka
menantikan penyempurnaan Kerajaan Allah di masa yang akan datang, di dalam bumi yang

3
baru karena mereka sadar bahwa meskipun Yesus sudah menang, namun Iblis masih tetap
ada. Amilenialis memahami Kedatangan Kedua sebagai satu peristiwa tunggal, di mana akan
terjadi kebangkitan umum bagi orang yang sudah meninggal dan pengubahan atau
pemuliaan bagi orang yang masih hidup.
2. Postmilenialisme
Merupakan pandangan tentang hal-hal akhir zaman, yang mempercayai bahwa Kerajaan
Allah sekarang ini sedang diperluas melalui pemberitaan Injil dan pekerjaan Roh Kudus
dalam hati orang-orang, sehingga seluruh dunia diKristenkan dan terjadi masa penutupan
masa penuh kebenaran dan damai yang panjang. Tolak ukurnya, semakin banyak orang
bertobat, prinsip iman dan moral Kristen menjadi standar bagi semua individu, dosa
dikurangi, terjadi perbaikan di berbagai bidang kehidupan, peperangan berakhir, dll. Ada
beberapa keberatan yang diajukan atas pemikiran kelompok postmelienialisme, antara lain:
Nubuat-nubuat PL yang ditafsirkan sebagai petunjuk adanya zaman keemasan di masa yang
akan datang, merupakan gambaran bagi kondisi akhir orang-orang tebusan Kristus.
Penafsiran mereka tentang masa sengsara (Mat 24) dan murtad (II Tes 2) tidak dapat
dibenarkan, Wahyu 20:1-6 tidak mendukung posisi postmilenialisme, pengharapan mereka
tentang zaman keemasan tidak sejalan dengan perseteruan yang terus berlangsung di dalam
sejarah antara Kerajaan Allah dan kuasa jahat.
3. Premilenialisme Historis
Kelompok ini percaya bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi sebelum
millennium. Ada beberapa peristiwa yang mendahului kedatangan Kristus: Penginjilan
kepada bangsa-bangsa, masa kesusahan, murtad dan pemberontakan yang hebat, dan
munculnya satu pribadi anti Kristus. Millennium bagi mereka bukanlah keadaan akhir
karena dosa dan kematian masih tetap ada, namun sangat dibatasi. Menjelang akhir
millennium, Iblis akan dilepaskan dan akan menyesatkan bangsa-bangsa namun mereka
akan dihukum, orang fasik akan bangkit dan disertai dengan penghakiman. Ada dua bagian
Alkitab yang menjadi dasar Biblis bagi kelompok ini, yaitu: Wahyu 20 dan I Kor 15:23-26.
Bagi Ladd, Wahyu 20 menandakan adanya progresivitas dalam pewahyuan dan I Kor 15:23-
26 menunjukkan kemenangan Kerajaan Kristus yang terjadi dalam tiga tahap: kebangkitan
Kristus, Kedatangan Kedua, dan fase ketika Yesus menyerahkan Kerajaan Allah kepada
Bapa. Dari ketiga tahap ini kemungkinan ada jeda waktu di dalamnya. Ada beberapa
keberatan terhadap ajaran mereka, antara lain: Wahyu 20 tidak memberikan bukti yang
meyakinkan bagi adanya pemerintahan seribu tahun yang akan mengikuti Kedatangan
Kedua, I Kor 15:23-24 tidak memberikan bukti yang jelas bagi pemerintahan di bumi seperti
yang dipahami dalam premilenialisme, turunnya Kristus bersama-sama dengan orang
percaya yang dimuliakan di bumi, di mana kemudian dosa dan kematian masih tetap akan
ada, bertentangan dengan realitas kemuliaan akhir, pemerintahan selama seribu tahun di
bumi sebagaimana diajarkan oleh premilenialis, tidak sejalan dengan ajaran PB tentang
eskatologi, karena pemerintahan semacam ini tidak masuk dalam kategori masa sekarang
maupun yang akan datang.
4. Premilenialisme dispensasi
Ada dua dasar pemikiran dari kelompok ini: mereka menafsirkan secara harfiah nubuat-
nubuat Alkitab, dan mereka menganggap bahwa ada perbedaan mendasar antara Israel dan
gereja. Dispendasi membagi sejarah atau pola hubungan Allah dengan manusia dalam
beberapa dispensasi atau pembagian waktu di mana masing-masing dispensasi, manusia
didamaikan dengan Allah melalui anugerah. PL berisi janji bahwa Allah akan memulai
kerajaan-Nya dengan melibatkan orang Israel namun dalam PB, ternyata mereka menolak
kerajaan ini. Karena itu, Allah kemudian mengumpulkan umat kerajaan-Nya dari bangsa
baik Yahudi maupun non-Yahudi. Sedangkan kedatangan Kristus sendiri terbagi dalam dua
fase, pengangkatan dan kembalinya Kristus.

4
BAB VI
KERAJAAN SERIBU TAHUN MENURUT WAHYU 20

Kitab Wahyu terbagi menjadi tujuh bagian yang masing-masing bagiannya parallel.
Paralel pertama, pasal 1-3, tentang penglihatan Yohanes dan ketaatan Yohanes dalam menulis
perintah Yesus. Paralel kedua, pasal 4-7, penglihatan tentang tujuh meterai. Paralel ketiga, pasal
8-11, melukiskan tentang ketujuh sangkakala penghakiman. Paralel keempat, pasal 12-14,
diawali dengan penglihatan tentang perempuan yang mengandung, dua macam binatang yang
membantu naga. Parallel kelima, pasal 15-16, tentang cawan murka Allah yaitu penyingkapan
murka Allah yang terakhir atas mereka yang tidak mau bertobat. Paralel keenam, pasalah 17-19,
tentang kejatuhan Babel dan binatang itu. Parallel ketujuh, pasal 20-22, mengisahkan tentang
kehancuran naga sehingga dengan demikian melengkapi penggambaran tentang kekalahan
semua musuh Kristus, penghakiman dan penghukuman akhir atas orang-orang berdosa. Juga
melukiskan kemenangan akhir Kristus atas gereja-Nya.
Wahyu 20:1 membawa kita pada permulaan era PB. Selanjutnya menggambarkan
kekalahan dan penghukuman akhir Iblis. Kedatangan Kristus (20:4-6) berlangsung setelah
kedatangan pertama dan sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ay 1-3 menggambarkan
suatu kondisi di mana aktivitas Iblis sangat dibatasi selama masa seribu tahun, karena ia sudah
diikat. Maksudnya? Dalam PL, Iblis bebas oleh sebab itu bangsa lain selain Israel tidak
memperoleh wahyu khusus. Kedatangan Kristus menandakan kekalahan Iblis sehingga ia tidak
dapat terus menyesatkan bangsa-bangsa, karena ia telah dirantai.
Ay 4 memiliki parallel dengan ps 6:9-11 tentang jiwa para martir. Apa yang akan terjadi
pada mereka? Jiwa-jiwa para martir digambarkan sebagai orang-orang yang tetap sadar dan
hidup, bahkan diberikan jubah putih dan diminta untuk beristirahat. Bedanya dengan ps 20:4
adalah bahwa jiwa para martir itu diminta untuk memerintah bersama-sama dengan Kristus.
Intiya adalah bahwa jiwa-jiwa orang mati itu tetap hidup sementara mereka berada di masa
antara kematian dan kebangkitan. Perlu diketahui juga tentang latar belakang penglihatan ini,
yaitu ketika pada zaman Yohanes, gereja sedang mengalami tekanan dan penganiayaan.
Sehingga akan menjadi sebuah penghiburan besar ketika mengetahui bahwa meskipun banyak
dari antara saudara seiman yang sudah mati sebagai martir, jiwa-jiwa mereka tetap hidup di
sorga dan memerintah bersama-sama dengan Kristus. Begitu juga dengan orang-orang percaya
(5a). Tidak ada indikasi bahwa Yesus sedang menggambarkan tentang sebuah kerajaan seribu
tahun di bumi, latar belakang penglihatan Yohanes adalah kondisi sorga. Pemerintahan seribu
tahun bukanlah sesuatu yang perlu dinantikan, pemerintahan ini sedang berlangsung, dan akan
terus berlangsung sampai Kristus datang yang kedua kali.
Bagaimana dengan orang yang tidak percaya? Ay 6 dan 14 menyatakan tentang
kematian kedua, penghukuman kekal setelah kebangkitan tubuh berlangsung.

BAB VII
KEBANGKITAN TUBUH

Ini merupakan tema sentral dalam esktatologi. Inkarnasi dan kebangkitan Kristus
membuktikan bahwa tubuh tidak jahat. Kebangkitan Kristus menjadikan semua orang yang
percaya kepada-Nya bangkit pula dengan tubuh yang dimuliakan. Premilenialisme memisahkan
kebangkitan orang-orang percaya dan tidak dengan jarak seribu tahun. Ada juga kebangkitan
orang percaya pada masa tribulasi yang terjadi diakhir masa tujuh tahun kesusahan dan
kebangkitan orang-orang percaya yang mati pada masa seribu tahun, yang akan terjadi di akhir
masa pemerintahan seribu tahun. Bagaimana cara kita menganggapi hal ini? 1) Alkitab
mengajarkan bahwa kebangkitan orang percaya dan orang tidak percaya akan terjadi bersama-
sama. 2) Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan pada saat

5
kedatangan Kristus yang keduakali, yaitu saat yang disebut sebagai “akhir zaman”. 3)
Penjelasan bagi dua fase kebangkitan yang didasarkan atas I Tes 4:16 dan I Kor 15:23-24 tidak
terbukti. Dalam hal ini, Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa kebangkitan orang
percaya itu berbeda waktunya dengan kebangkitan orang yang tidak percaya. Maksud Paulus
dalam Tesalonika adalah bahwa kebangkitan orang-orang percaya akan mendahului perubahan
dan pengangkatan orang percaya yang masih hidup pada saat Kedatangan Kedua berlangsung.
Dalam Korintus, Paulus memang sengaja menyinggung hanya kebangkitan orang percaya saja,
karena ia berkepentingan dalam hal itu, namun tidak berarti bahwa kebangkitan itu terjadi dalam
dua fase.
Sekarang kita sampai pada hakikat kebangkitan itu sendiri. Ada dua bagian dalam PL yang
secara eksplisit membahas tentang kebangkitan tubuh. Yes 26:19 tentang kebangkitan tubuh di
masa yang akan datang, yang akan dialami oleh orang-orang percaya, khususnya orang Israel.
Dan Daniel 12:2 tentang kebangkitan baik orang yang percaya maupun tidak. Dalam Daniel
dapat diketahui bahwa kebangkitan itu bukan hanya untuk mendapat hidup yang kekal namun
juga hukuman yang kekal. Dalam PB, konsep tentang kebangkitan yang menduduki tempat
pertama adalah kebangkitan Yesus Kristus. Inilah satu-satunya kebangkitan yang tidak disertai
lagi oleh kematian. I Kor 15:20 membahas tentang kebangkitan Yesus sebagai yang “sulung”
yang menjadi bukti bahwa kita akan bangkit pula dari kematian. Roma 8:11 menyatakan bahwa
kebangkitan orang percaya merupakan buah karya Roh Kudus. Filipi 3:20-21 menyatakan
bahwa kebangkitan tubuh pada manusia identik dengan kebangkitan tubuh pada Yesus. Banyak
pertanyaan yang muncul soal kebangkitan tubuh, dan berikut keterangan Paulus dalam I Kor 15.
Pertama Paulus menyampaikan tentang fakta kebangkitan (ay 12-34) yaitu melalui adanya
kebangkitan Kristus yang menjadi jaminan juga bagi orang percaya. Kedua, bagaimana
kebangkitan itu (35-39), dalam hal ini ia mempergunakan perbandingan, tumbuhan dan biji serta
menabur dan menuai (42-44). Ada perbandingan kontras antara tubuh yang sekarang dengan
tubuh kebangkitan, yaitu antara: yang binasa dengan tidak dapat binasa, kehinaan dan
kemuliaan, kelemahan dan kekuatan, dan tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Ketiga,
kepentingan kebangkitan tubuh ( I Kor 15:50-57), di mana manusia tidak mungkin mewarisi
kehidupan dari berkat yang akan datang bila mereka masih dalam keadaan yang lemah dan
dapat binasa.

BAB XVIII
PENGHAKIMAN AKHIR

Sebagian orang berpendapat, ketika seorang percaya mati maka tubuhnya akan langsung
pulang ke rumah Tuhan, sebagian lagi berpendapat bahwa jika seorang mati dalam kondisi tidak
percaya maka ia akan langsung menuju tempat penghakiman. Pertanyaannya, apa sebenarnya
tujuan dari penghakiman akhir itu sendiri? 1) Tujuan dari penghakiman akhir adalah untuk
menyatakan kuasa Allah dan kemuliaan Allah melalui penyingkapan kondisi akhir setiap orang.
2) Menyingkapkan derajat upah atau penghukuman yang akan diterima oleh setiap orang. 3)
Melaksanakan keadilan Allah atas diri setiap orang. Karena Allah Maha, tahu, maka bagi Litton,
penghakiman akhir adalah penyingkapan dan pelaksanaan ketetapan.
Bagaimana penghakiman akhir ini akan dilakukan? Berbeda dengan pemahaman
dispensasi yang menerangkan bahwa penghakiman akan terjadi sampai empat kali,
penghakiman akhir dalam Alkitab hanya akan terjadi satu kali kemudian diikuti dengan
kebangkitan. Kapan penghakiman ini akan dilakukan? Penghakiman terakhir ini akan terjadi
pada penutupan sejarah. Lalu siapakah yang akan menghakimi? Kristus, pribadi Ilahi yang telah
berinkarnasi, mati, dan bangkit untuk menyelamatkan umat-Nya. Dalam penghakiman, Ia akan
dibantu oleh para malaikat dan orang-orang kudus-Nya. Siapa yang akan dihakimi? Malaikat (I
Kor 6:2-3) dan semua bangsa (Mat 25:32). Artinya orang percaya pun akan dihakimi, namun
mereka tidak perlu takut sebab tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang sudah ada dalam

6
Kristus (Rm 8:1). Hal-hal apa saja yang perlu dihakimi? Segala sesuatu yang telah dilakukan
dalam hidup ini beserta juga ungkapan dari hatinya yang terdalam, semua tingkah laku baik dan
jahat, kata-kata yang jahat. Namun perlu diingat bahwa semuanya itu telah diampuni melalui
karya penebusan Yesus yang diberikan kepada manusia berdasarkan anugerah. Apa yang
menjadi standar dalam penghakiman tersebut? Kehendak Allah yang dinyatakan kepada masing-
masing pribadi. Ada juga konsep tentang upah bagi orang percaya, namun upah ini diperoleh
bukan karena hasil usaha manusia, upah ini juga diperoleh berdasarkan anugerah. Perbuatan
baik kita dimengerti secara organis sebagai peningkatan kapasitas di masa yang akan datang
dalam menikmati berkat-berkat masa depan.

BAB XIX
PENGHUKUMAN KEKAL
Ada dua bentuk penyangkalan terhadap penghukuman kekal ini, pertama, universalisme.
Kelompok in mengajarkan bahwa neraka dan penghukuman kekal tidak sejalan dengan konsep
tentang kasih dan kemahakuasaan Allah. Bagi mereka, nantinya semua orang akan
diselamatkan. Paham ini sepakat bahwa nantinya tidak ada seorangpun yang akan dihukum
secara kekal. Kedua, anihilasi. Doktrin ini muncul dalam dua bentuk. Bentuk pertama
berpandangan bahwa pada hakikatnya manusia tidak dapat binasa, namun bagi mereka yang
terus hidup dalam dosa akan menjadi tidak kekal sehingga perlu dianihilasi atau ditiadakan.
Bentuk kedua yang muncul dengan “kekekalan bersyaratnya” berpandangan bahwa manusia
pada hakikatnya tidak kekal. Mereka yang percaya akan menerima kekekalan sebagai anugerah,
begitu sebaliknya.
Memang agak sulit untuk menerima doktrin ini. Namun Alkitab mengajarkan hal ini.
Yesus mengajarkan tentang konsep geenna (Yunani) dalam Khotbah Di Bukit. Geenna atau
Gehenna berarti neraka. Dalam bahasa Aramnya yaitu gee hinom atau lembah Hinom yang
terletak di sebelah selatan Yerusalem tempat persembahan anak-anak kepada dewa Molokh pada
zaman Manasye, di lembah ini pula mereka yang menolak Israel dihukum atau dibakar. Jadi
Gehenna dipakai untuk menunjukkan penghukuman yang bersifat kekal. Mencakup jiwa dan
tubuh, tak terpadamkan (Mark 9:43), keterpisahan yang menakutkan dari mereka yang terhilang
dan keterpisahan secara kekal dari persekutuan dengan Allah. Penggunaan kata apollymi untuk
menjelaskan penghukuman ini juga mengindikasikan bahwa hukuman kekal ini merupakan
sebuah hukuman di mana manusia itu berada dalam kondisi terhilang dari persekutuan dengan
Allah atau penderitaan yang tanpa akhir. Dipergunakan juga kata aionios yang berarti tanpa
awal, tanpa awal atau akhir, dan tanpa akhir. Digunakan untuk mendeskripsikan suatu rangkaian
berkat yang tanpa akhir dan juga suatu penghukuman kekal yang tanpa akhir. Ajaran Para rasul
juga menyampaikan hal yang hampir serupa. Dalam surat Petrus dan II Tes 1:7-9 muncul kata
olethron aionion yang berarti kebinasaan kekal atau hukuman tanpa akhir dan diasingkan dari
hadirat Allah yang mulia. Namun perlu diketahui behwa tidak semua orang fasik akan
mengalami penghukuman yang besar, Allah akan menjalankan pengadilan-Nya dengan
sempurna dan semua orang akan menjalani hukuman sesuai dengan apa yang pantas ia terima.
Yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa sejalan dengan Alkitab, maka pasti ada
sebuah tempat yang disebut sebagai neraka, namun entah di mana tempat itu berada.

BAB XX
BUMI YANG BARU

Doktrin ini penting untuk beberapa alasan berikut: Pertama, demi untuk memahami
kehidupan yang akan datang. Kedua, untuk memahami secara tepat rencana penebusan Allah
secara keseluruhan, tidak hanya manusia, namun juga semua ciptaan yang ada. Allah tidak akan
puas hingga semua ciptaan-Nya disucikan dari segala akibat kejatuhan manusia dalam dosa.
Ketiga, untuk memahami nubuat PL dengan tepat. Karena gambaran-gambaran harfiah dalam

7
nubuat PL memerlukan baik penggenapan di masa depan maupun penggenapan yang sifatnya
non-harfiah. Penggenapan itu dilakukan sebenarnya bukan dalam kerajaan Seribu tahun
melainkan dalam bumi yang baru.
Apa itu bumi yang baru menurut Alkitab? Kitab Kejadian berisi janji tentang bumi
sebagai warisan untuk tempat tinggal. Manusia juga diberi kuasa untuk bumi. Namun sayang,
mereka ternyata melakukan dosa. Karena kejatuhan itu, maka diberikan ‘janji induk’ dalam Kej
3:15. Bagaimana memvisualisasikan kemenangan akhir dari janji itu? Kebalikan dari efek
negatif dosa. Jika akibat dosa adalah kematian, kemenangannya berarti kehidupan, jika efek
negatif dari dosa adalah mandat menguasai bumi dicabut, maka mereka akan sekali lagi
menguasai bumi. Kejadian 15 dan 17 berisi tentang ditegakkannya perjanjian antara Abraham
dan keturunannya. Sifatnya sempit, sebab itu ada Perjanjian Baru.
Apa itu Bumi yang Baru? Apakah ini berarti penghancuran total dari bumi yang lama?
Bukan. Alasannya: Pertama, II Pet 3:13 dan Why 21:1 kata Yunani untuk baru yang digunakan
adalah kainos yaitu baru dalam hal kualitas. Jadi pembaruan kosmos ini adalah penciptaan ulang
alam semesta yang meskipun bersifat mulia, masih tetap merupakan kelanjutan dari bumi yang
lama. Kedua, Roma 8:20-21 menyatakan bahwa ciptaan yang ada ini bukan ciptaan yang sama
sekali baru. Ketiga, analogi antara bumi baru dan kebangkitan tubuh orang-orang percaya. Yaitu
bahwa orang-orang yang dibangkitkan bukanlah orang yang sama sekali baru melainkan umat
Allah yang sebelumnya pernah ada di bumi ini. Keempat, perbedaannya dengan anihilasi adalah
bahwa jika Allah harus menghapuskan seluruh kosmos yang ada sekarang ini, maka Iblis akan
meraih kemenangan yang besar. Karena hal itu berarti Iblis telah berhasil mencemari kosmos
dan bumi yang sekarang ini sehingga Allah tidak dapat berbuat apa-apa selain
memusnahkannya.
Sesuai dengan pengertian kainos, maka bumi yang baru ini adalah bumi yang lama
namun yang telah mengalami pemurnian. Di dalam bumi yang baru ini kemudian Allah akan
menyatakan kepada umat-Nya seluruh kekayaan yang telah dijanjikan lewat perjanjian
anugerah. Saat ini kita baru menemui buah penggenapan yang sulung, nanti di bumi yang baru
kita akan menuai secara penuh janji Allah. Bagaimana dengan hal-hal baik yang sudah ada di
dunia ini? Menurut Hendrikus Berkhof, hal-hal yang baik yang berasal dari bumi yang lama
akan tetap didipelihara dan ditambahkan pada bumi yang baru. Kehidupan di bumi yang baru ini
akan ditandai dengan pengenalan yang sempurna akan Allah dan pelayanan yang sempurna
kepada Allah.
Dengan adanya doktrin ini diharapkan agar orang percaya terpacu untuk hidup dalam
pengharapan, semangan, optimisme di zaman yang penuh keputusasaan. Masalah tetap ada,
namun kita perlu mencari jalan keluar dengan penuh harapan dan percaya diri. Respon kita bagi
bumi ini adalah agar kita mulai untuk membuat bumi ini lebih baik.

Apendiks: konsep eskatologi modern


Pada abad modern terjadi kebangkitan minat yang luar biasa terhadap eskatologi.
Kebangkitan ini ditandai juga dengan adanya pergeseran penting dalam teologi Liberal Eropa
Barat abad 19. Ada beberapa tokoh yang akan mucul berikut dengan pemahamannya tentang
eskatologi.
1) Albert Ritschl (1822-1889). Baginya, konsep utama Kekristenan adalah Kerajaan
Allah atau organisasi moral kemanusiaan yang terwujud dalam tindakan kasih. Bagi Ritschl,
penebusan merupakan tanggung jawab Allah, namun Kerajaan Allah merupakan tanggung
jawab dari orang-orang yang sudah ditebus. Kerajaan Allah pada dasarnya terdiri dari nilai-nilai
dan tujuan-tujuan moral, yang menjadi sasaran-sasaran mulia dari apa yang harus dicapai di
bumi. Tidak ada tempat bagi pemahaman Kerajaan Allah yang bersifat eskatologi. 2) Adolf Von
Harnack (1851-1930), menyatakan bahwa Kerajaan Allah memiliki dua sisi. Satu menjadi
peristiwa yang sepenuhnya terjadi di masa yang akan datang, di sisi lain adalah sesuatu yang
sebenarnya telah hadir pada zaman sekarang ini. Namun baginya, konsep Kerajaan Allah yang

8
Yesus ajarkan itu diadopsi dari tradisi setempat, oleh sebab itu perlu dibedakan mana yang kulit
dan mana yang inti. Kerajaan Allah yang berisi pengharapan dramatis di mana terjadi
pembinasaan musuh-musuh Allah merupakan kulit dan Kerajaan Allah yang telah terwujud
sekarang ini adalah inti. Harnack juga mengkombinasikan agama dengan moralitas sehingga
agama disebut juiwa moralitas dan moralitas sebagai tubuh agama. Dengan begitu, Harnack juga
menolak konsep eskatologi. 3) Johannes Weiss (1863-1914), muncul sebagai reaksi terhadap
ajaran Ritschl. Baginya Yesus bukan sekadar guru moral tertinggi, Ia merupakan pribadi yang
berdiri di suatu momen waktu yang sangat menentukan dan bahwa Ia adalah penyampai berita
keselamatan yang berorientasi pada eskatologi. Ketika Kerajaan Allah terwujud, ia akan
mendobrak masuk dengan kuasa ilahi ke dalam sejarah untuk menghentikan dan menggantinya
dengan yang baru. Jadi Kerajaan Allah adalah sepenuhnya perbuatan Allah. Bagi Weiss, aspek
eskatologis bukanlah semata-mata kulit dari ajaran Yesus melainkan inti yang sebenarnya.
Kelemahan pemikiran Weiss adalah bahwa Kerajaan Allah itu bersifat akan datang dan sama
sekali belum ada di masa kini. 4) Albert Schweitzer (1875-1966), menyatakan bahwa konsep
eskatologi ini muncul dalam seluruh hidup-Nya. Bagi Schweitzer, Kerajaan Allah merupakan
realitas yang berada di masa akan datang. Menurut Schweitzer, awalnya Yesus seolah-olah
dengan yakin menyebutkan bahwa Kerajaan Allah itu sudah dekat, namun ketika tidak ada
realisasi maka Yesus mulai menyadari ada kekeliruan dalam pemberitaan-Nya sehingga waktu
ini dianggap ‘penundaan parousia’. Bukan hanya perkiraan parousia yang meleset, perkiraan
tentang penderitaan juga meleset. Mati adalah cara yang Yesus pilih untuk mewujudkan
penderitaan-penderitaan mesianis itu. Jadi menurut Schweitzer, pengharapan eskatologi
hanyalah merupakan ilusi, Yesus adalah tokoh yang mati tragis untuk mewujudkan apa yang
sebenarnya Allah tidak ingin diwujudkan. Dan bagi Paulus, eskatologi pun ternyata khayalan
sebuah ilusi. 5) Charles H. Dodd (1884-1973) dengan eskatologis terwujudnya, menyatakan
bahwa melalui pelayanan Yesus, nubuat PL telah terwujud. Hidup kekal itu sebenarnya sudah
diwujudkan sekarang dan di sini melalui kehadiran Kristus dengan Roh-Nya di dalam gereja.
Dodd ini tidak mempercayai kedatangan Kristus yang kedua secara harfiah, dan ia menganggap
berita itu sebagai sebuah mitos. Dalam hal ini ia berat sebelah terhadap peristiwa-peristiwa
eskatologi masa depan. 6) Torance meneruskan teologi Calvin tentang Kerajaan Allah, yaitu
bahwa Kerajaan Allah itu telah sepenuhnya diwujudkan dalam Kristus kecuali penggenapan
akhir di dalam kemuliaan. 7) Gerhardus Vos (1862-1949), baginya, jika PL menunjuk ke depan,
kepada kedatangan Mesias sebagai peristiwa eskatologi tunggal, maka PB membagi peristiwa
itu dalam dua tahap; zaman Mesias sekarang ini dan penggenapannya di masa depan. Bagi Vos,
eskatologi menentukan soteriologi bukan sebaliknya. Berdasarkan pikiran Paulus, Vos mencoba
menggambarkan tentang eskatologi dalam beberapa konsep: kebangkitan, keselamatan,
pembenaran, dan Roh Kudus. Jadi baginya, konsep tentang eskatologi sudah mewarnai hampir
seluruh pemikiran Paulus. 8) Cullmann memberi tempat bagi eskatologi yang akan datang dan
yang telah diwujudkan. Inkarnasi Kristus baginya telah menjadi peristiwa yang membagi sejarah
dalam dua periode waktu, nubuat yang telah tergenapi dan sejarah selanjutnya. Jika orang PL
menaruh pengharapannya pada masa depan, maka orang-orang di PB peristiwa tersebut adalah
masa lalu dan mereka menaruh pengharapannya pada masa lalu. Timbul ketegangan antara yang
sudah dan yang belum yang muncul dalam berbagai cara. Tidak hanya dalam soal Kerajaan
Allah yang sudah dan yang belum, tetapi juga masalah penghukuman. 9) Muncul juga tiga
macam konsep eskatologi lain, yaitu eskatologi vertikal (Karl Barth), eskatologi eksistensial
(Rudolf Bultmann), eskatologi Futuris (Jurgen Moltmann). Bagi Barth, eskatologi merupakan
suatu keyakianan kepada Yesus Kristus, melalui pertobatan dan iman di setiap saat ketika
menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan-Nya. Dalam paham eskatologi ini, Yang
Kekal senantiasa berada di atas kita sehingga kita senantiasa harus memberi jawaban kepada-
Nya setiap kali Ia berbicara dengan kita. Ada relasi yang tidak jelas dalam pemikiran Barth
tentang yang sekarang dan yang akan datang, antara yang sudah dan yang belum. Bagi
Bultmann, hal yang utama tentang konsep eskatologi adalah bahwa Allah aktif bekerja dan

9
pengertian tentang keberadaan manusia terkandung di dalamnya; eskatologi bukanlah suatu
keyakinan bahwa akhir zaman akan segera terjadi. Yesus Kristus hadir dalam sejarah dan
keputusan yang harus diambil oleh setiap orang setiap kali diperhadapkan dengan Kristus. Jadi
kondisi eskatologi adalah sebuah pemahaman diri yang baru berupa pemahaman yang berasal
dari respons iman seseorang terhadap Firman yang telah diberitakan, eskatologi sendiri
merupakan peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang melalui pemberitaan firman dan iman
dan Yesus Kristus sebagai peristiwa eskatologi merupakan fakta yang terjadi berulangkali
sebagai firman yang diberitakan dan memanggil manusia. Kelemahan Bultmann adalah karena
ia terlalu menekankan aspek kekinian sehingga membuang aspek masa depan dari eskatologi.
Bagi Moltmann, eskatologi merupakan pembicaraan tentang Kristus dan masa depan yang
bersangkut paut dengan-Nya. Bahasa yang terkandung dalam eskatologi merupakan bahasa
janji, pola pikir pengharapn, sesuai dengan pengharapan iman Kristen. Bagi Moltmann,
Kerajaan Allah bukanlah soal sekarang melainkan masa yang akan datang. Sebab itu
Kekristenan dipahami sebagai komunitas orang percaya yang sedang menantikan Kerajaan
Allah. Pengharapan ini tidak boleh menjadikan kita pasif namun kreatif mengusahakan
perubahan terhadap realitas yang kita alami. Kelemahan Moltmann antara lain: 1) Terlalu
menekankan aspek masa depan, 2) Penafsirannya terhadap wahyu menurut kategori janji,
padahal kitab Wahyu tidak hanya sebatas janji, 3) Gambaran Moltmann tentang masa depan
kabur, misterius, dan kurang spesifik.

10

Anda mungkin juga menyukai