Anda di halaman 1dari 11

Tugas Mata Kuliah

TEOLOGI PERJANJIAN BARU 1 DAN 2

Oleh : Yeni S Sarangnga

Dosen : Drs. Basuki Tri Nugroho, MTh


1. Arti KESELAMATAN/HIDUP KEKAL/HIDUP BARU
- Keselamatan dalam Kekristenan, σωτηρία, adalah penyelamatan jiwa dari dosa dan
kematian. Keselamatan dapat juga disebut "pembebasan" ataupun "keamanan" dari kodrat
berdosa, dan merupakan janji akan kehidupan kekal melalui roh. Keselamatan adalah
kebebasan dari hasrat duniawi dan godaan yang mengarahkan manusia keluar dari
penerangan dan persekutan penuh dengan Allah.
- Kehidupan kekal merupakan kehidupan abadi yang tidak terputus oleh kematian.
- Hidup baru adalah sebuah akibat dari kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
dan member sebuah status baru kepada manusia. Sesudah manusia dilahirkan baru, maka
dia mendapat suatu hidup yang baru, bukan lagi hidup yang lama. Namun hidup yang
baru ini harus dipahami pada areal kerohanian kualitatif—bukan kuantitatif. Artinya,
hidup baru bukan suatu perubahan fisik atau psikis: orang yang tadi jelek menjadi cantik,
atau orang yang temperamental menjadi sanguistik atau melankolik. Perubahan karena
hidup baru adalah memiliki arah hidup sesuai yang dikehendaki Allah. Kiniorientasinya
kepada Tuhan, bukan kepada diri. Hidup yang lama sudah mati, kebangkitan Kristus
menghidupkan dia, sehingga oleh kuasa Roh Kudus dia mempunyai suatu kelahiran yang
baru. Hidupnya berpusat kepada kehendak Allah.

2. Perbedaan KESELAMATAN/HIDUP KEKAL/HIDUP BARU

Keselamatan merupakan kasih karunia Allah yang menyelamatkan kita, menurut


Yesus,Allah-lah yang mengambil inisiatif dalam keselamatan sehingga keselamatan dapat
disebut suatu pemberian Allah bagi kita.Allah begitu mengasihi manusia sehingga Dia
sangat bersukacita pada saat kita bertobat dan menerima Injil Kerajaan Allah.

Arti dasar ”hidup” dalam PL adalah kehidupan yang sangat diberkati karena hubungan
kita dengan Allah baik, sehingga kita dapat menikmati berkat-berkat yang dilimpahkan-Nya
dalam kehidupan kita,ada berbagai macam berkat yang dapat kita nikmati jika kita
“hidup”,misalnya panjang umur (Mazmur 91:16),kehidupan keluarga yang berbahagia
(Pengkhotbah 9) dan kemakmuran (Ulangan 28).Sesuai dengan latar belakang Yahudi
“hidup” atau “hidup yang kekal” dalam Injil Yohanes seringkali disebut hidup kebangkitan,
yaitu hidup pada masa yang akan datang. Oleh karena itu hidup yang kekal menyebutkan
bukan hanya kehidupan kebangkitan yang akan kita nikmati pada zaman yang akan
datang,tetapi suatu kwalitas kehidupan yang mulai kita nikmati pada saat kita percaya
kepada Kristus, dan yang akan kita nikmati secara penuh ketika kita bersama-sama dengan
Kristus untuk selama-lamanya

Mengenai “hidup baru” Yohanes memakai beberapa kata untuk menggambarkan


seseorang yang telah diselamatkan di dalam Yesus Kristus.Menurut dia kita telah mengenal
Allah (I Yohanes 2:3) kita ada di dalam Kristus (I Yuhanes 2:6) kita telah “lahir dari Allah”
(I Yohanes 2:9) kita telah dijadikan “anak-anak Allah” (I Yohanes 3: 10) dan kita “sudah
berpindah dari dalam maut kedalam hidup”

3. Persamaan KESELAMATAN/HIDUP KEKAL/HIDUP BARU

Persamaan dari ketiga hal tersebut sama-sama mengerjakan kehidupan yang kekal pada
masa kini dan pada masa akan datang.

4. Penerapan pengajaran Yesus dalam Matius 24:42 ; 25:46.


Uraikan bagaimana “berjaga-jaga”?

Berjaga ialah pantang tidur. Itu dinasehatkan Yesus kepada mereka yang menunggu
kedatanganNya kelak, Mat 25:13; Mar 13:33-37; Luk 12:35-40; Luk 21:34-36. Untuk dapat
berjaga-jaga orang perlu mempunyai pengharapan kuat dan suatu penguasaan diri yang tidak
kunjung berhenti. Dan itu disebut "sadar diri", 1Te 5:6-8; 1Pe 5:8; bdk 1Pe 1:13; 1Pe
4:7.Peringatan Kristus agar murid-Nya selalu siap sedia harus dipahami sebagai menunjuk
kepada kedatangan-Nya dari sorga untuk mengambil orang kudus zaman gereja dari dunia,
yakni keangkatan gereja (lihat cat. --> Yoh 14:3; [atau ref. Yoh 14:3] lihat art.
KEANGKATAN GEREJA).

1) Yesus secara tegas menyatakan bahwa kedatangan-Nya untuk menjemput orang kudus
sebelum masa kesengsaraan besar akan terjadi pada saat yang tak terduga dan tanpa
diberitahu dahulu. Yesus menyatakan bahwa bukan saja mereka "tidak tahu" saatnya,
tetapi bahwa Ia akan datang "pada saat yang tidak kamu duga" (ayat Mat 24:44). Hal ini
dengan jelas menunjuk pada unsur kejutan, keheranan, dan ketakterdugaan bagi orang
percaya dalam kedatangan Kristus ini. Peristiwa ini kadang-kadang disebut sebagai
tahap pertama dari kedatangan Kristus kali kedua.
2) Mengenai kedatangan Kristus dengan kuasa dan kemuliaan untuk menghakimi dunia
setelah masa kesengsaraan besar (ayat Mat 24:30; Wahy 19:11-21), kedatangan-Nya
diharapkan, diketahui lebih dahulu, dan sudah diduga (Luk 21:28; lihat cat. --> Mat
24:33; [atau ref. Mat 24:33] lihat art. KESENGSARAAN BESAR). Peristiwa dan tanda
yang terjadi semasa kesengsaraan besar ini akan menimbulkan suatu sikap kepastian
dan penantian di kalangan orang kudus masa kesengsaraan besar, dan tidak akan
mengalami unsur terkejut sebagaimana halnya dengan orang kudus zaman gereja
3) (lihat cat. --> Mat 24:44; dan lihat cat. --> Yoh 14:3). [atau ref. Mat 24:44; Yoh 14:3]
Kedatangan Kristus sesudah masa kesengsaraan besar kadang-kadang dianggap sebagai
tahap kedua dari kedatangan Kristus kali kedua.

Dalam bab 24 Mat 24 ini Yesus menjawab dua pertanyaan murid-muridnya, yang pertama
bilamana kerobohan Jerusalem akan terjadi, dan yang kedua, tanda-tanda manakah akan
menunjuk akhir zaman mendatang. Yesus memberi beberapa pernyataan, tetapi tidak selalu
terang pernyataan mana mengenai kerobohan Jerusalem dan mana kedatangan Kristus
sebagai hakim diakhir zaman. Boleh dikatakan pula, bahwa Yesus mengambil kerobohan
Jerusalem sebagai pelambang kerobohan dunia. Diantara nubuat-nubuat ada pula yang
sangat umum, yaitu mengenai kesulitan-kesulitan dan kesengsaraan yang akan dialami umat
Kristus sepanjang segala zaman. Djelaskan sekali bahwa Yesus bukan hendak membuka
rahasia-rahasia supaya diketahui, melainkan hanya memberi peringatan-peringatan dan
nasehat-nasehat bagi murid-murid dan seluruh umat untuk selama-lamanya, supaya tetap
siap-sedia untuk menghadap pengadilan Ilahi. Dan tidak kurang supaya mereka selalu
dengan teguh imannya dan tabah hati bertahan dalam segala kesukaran dan penganiayaan
yang akan mereka hadapi karena agamanya.

5. Kelebihan dan kekurangan masing-masing model kepemimpinan

Kongregasional (Inggris: Congregational) adalah jenis pemerintahan gereja yang


berpusat pada kongregasi atau jemaat atau gereja lokal.Kata "kongregasional" memiliki akar
kata "kongregasi" yang berasal bahasa Latin, congregationes, yang berarti pertemuan
bersama-sama atau pertemuan rutin.Nama "Kongregasional" pertama kali muncul dari
sebuah perkumpulan di Skotlandia pada Desember 1557, yang menyebut diri mereka
Congregation of the Lord.Mereka memisahkan diri dari gereja-negara di Inggris, yakni
Gereja Anglikan, karena menurut mereka gereja-negara bertentangan dengan prinsip
Kerajaan Allah.Mereka menolak Gereja Anglikan yang pimpinan tertingginya adalah Ratu
Inggris, karena menurut mereka hanya Kristus yang memerintah gereja.Bentuk gereja
kongregasional adalah kongregasi-kongregasi yang tidak mengenal struktur di atas
mereka.Karena itu, kongregasi atau gereja lokal adalah gereja yang otonom, dan bukan
merupakan bagian dari gereja regional atau gereja nasional.Sistem ini tidak mengakui
wibawa sidang-sidang (misalnya sidang sinode) yang mengikat atau membuat keputusan
final. Keputusan-keputusan yang diambil dalam kongregasi harus bergantung pada
persetujuan umat atau seluruh anggota kongregasi. Kekuatan sistem ini adalah mereka
mengakui pemerintahan Kristus secara langsung dalam gereja, serta kemampuan untuk
memobilisasi umat pada akar rumput. Kelemahannya adalah mereka tidak memberi
perhatian pada struktur organisasi gereja atau sifat gereja yang organis, serta kemampuan
koordinasinya lemah.

Episkopal merujuk pada suatu bentuk tata kelola Gereja yang bersifat hierarkis, di mana
pemimpin otoritas setempatnya disebut uskup. Kata "uskup", melalui istilah dalam bahasa
Latin Britania dan bahasa Latin Umum *ebiscopus/*biscopus, berasal dari bahasa Yunani
Kuno επίσκοπος epískopos yang berarti "penilik". Struktur tersebut digunakan oleh banyak
Gereja dan denominasi Kristen utama seperti Gereja Timur (misalnya Ortodoks Timur),
Katolik, Anglikan, Lutheran, serta beberapa lainnya yang didirikan secara terpisah dari garis
ini. Gereja-gereja dengan tata kelola episkopal dipimpin oleh para uskupnya,
mempraktikkan kewenangan mereka dalam keuskupan dan konferensi atau sinode.
Kepemimpinan mereka bersifat sakramental dan konstitusional; selain melakukan
penahbisan, penguatan, dan konsekrasi, uskup juga melakukan supervisi terhadap para
klerus dalam wilayahnya serta merupakan representasi baik struktur sekuler maupun dalam
hierarki gereja. Para uskup dianggap memperoleh otoritas mereka dari suksesi apostolik
individual yang tidak terputus dari Keduabelas Rasul Yesus. Semua uskup yang memiliki
otoritas tersebut dikenal sebagai episkopat historis (berasal dari suksesi apostolik yang
valid). Semua Gereja dengan tata kelola seperti ini umumnya meyakini bahwa Gereja
memerlukan tata kelola episkopal sebagaimana dideskripsikan dalam Perjanjian Baru.Dalam
beberapa sistem, seorang uskup mungkin bertanggungjawab pada uskup lain yang lebih
tinggi kedudukannya (uskup agung, uskup metropolitan, dan/atau patriark, tergantung pada
tradisi masing-masing). Mereka juga bertemu dalam konsili atau sinode. Pertemuan-
pertemuan ini tunduk pada kepemimpinan para uskup yang lebih tinggi tingkatannya,
biasanya memutuskan sesuatu, meskipun sinode atau konsili dapat juga berfungsi untuk
mengumpulkan saran.

Dalam sebagian besar sejarah Kekristenan yang tercatat, kepemimpinan episkopal


merupakan satu-satunya bentuk yang dikenal. Namun hal ini berubah saat Reformasi
Protestan. Banyak gereja-gereja Protestan diorganisasikan menurut sistem kongregasional
atau presbiterian, yang sama-sama berasal dari tulisan-tulisan Yohanes Calvin, seorang
reformator Protestan yang bekerja dan menulis secara independen setelah perpecahan dalam
Gereja Katolik Roma yang dipicu oleh 95 dalil Martin Luther.

Definisi dari kata "episkopal" (bahasa Inggris: episcopal) bervariasi di antara berbagai
tradisi Kekristenan. Ada sedikit perbedaan dalam prinsip-prinsip kepemimpinan di antara
Gereja-gereja episkopal pada masa kini. Sampai batas tertentu, pemisahan Gereja-gereja
episkopal dapat ditelusuri dengan perbedaan-perbedaan dalam eklesiologi, yakni
pemahaman teologis mereka mengenai gereja dan kepemimpinan gereja. Bagi sebagian
kalangan, "gereja episkopal" berarti Gereja yang terdiri dari hierarki para uskup yang
menganggap diri mereka berasal dari suksesi apostolik individual yang tak terputus.

Episkopal juga biasa digunakan untuk membedakan berbagai struktur organisasi dari
denominasi-denominasi. Sebagai contoh, kata presbiterian (bahasa Yunani: 'πρεσβύτης,
presbítes) digunakan untuk menggambaran suatu gereja yang dipimpin oleh suatu hierarki
dari majelis penatua terpilih, disebut sebagai Presbiterial Sinodal. Jemaat setempat yang
tidak dipimpin oleh penatua ataupun uskup biasanya disebut sebagai Kongregasional.

Secara khusus, istilah "Episkopal" (dalam hal ini dikapitalisasi) diterapkan pada beberapa
gereja yang secara historis bersumber dalam Anglikanisme (Episkopalianisme) termasuk
yang masih dalam persekutuan dengan Gereja Inggris.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan, beberapa contoh Gereja-gereja


episkopal yaitu:
Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Ritus Timur, dengan Paus (Uskup Roma) sebagai
pimpinan tertinggi

Gereja Ortodoks Timur


Gereja Ortodoks Oriental
Gereja Asiria dari Timur
Gereja-gereja dari Komuni Anglikan
Gereja Katolik Lama
Sejumlah kecil Gereja Katolik
Gereja-gereja nasional tertentu dari pengakuan Lutheran
Gereja Metodis

Beberapa gereja Lutheran mempraktikkan kongregasional ataupun suatu bentuk presbiterial


sinodal.Yang lainnya, termasuk Gereja Swedia, mempraktikkan kepemimpinan episkopal;
Gereja Swedia juga menganggap para uskup mereka termasuk episkopat historis sama
seperti beberapa gereja Lutheran Amerika seperti Gereja Katolik Anglo-Lutheran, Gereja
Ortodoks Lutheran, Gereja-Internasional Lutheran, dan Komuni Episkopal Lutheran.

Banyak gereja Metodis mempertahankan bentuk dan fungsi kepemimpinan episkopal, meski
dalam suatu bentuk yang dimodifikasi, yang disebut koneksionalisme. Karena semua
penahbisannya jika ditelusuri merujuk pada seorang pendeta Anglikan, John Wesley, pada
umumnya uskup mereka dianggap tidak termasuk dalam jalur suksesi apostolik; namun
United Methodist Church bersikeras bahwa para uskup mereka termasuk dalam episkopat
historis.

- Gereja Katolik

Gereja Katolik memiliki episkopat di mana Paus sebagai Uskup Roma adalah pimpinan
tertingginya. Gereja Katolik menganggap bahwa pengawasan yuridis atas Gereja bukan
suatu kekuasaan yang berasal dari manusia, tetapi diperoleh dari otoritas Kristus yang
diberikan melalui keduabelas rasul-Nya. Tahta Roma, yang memiliki otoritas apostolik tak
terputus dari Santo Petrus ("pangeran dan pemimpin para rasul"), merupakan suatu
instrumen dan tanda yang terlihat dari persekutuan seluruh uskup (dewan uskup) dan semua
gereja setempat di seluruh dunia. Dalam persekutuan dengan dewan uskup di seluruh dunia,
Paus memiliki otoritas mengajar dan yuridis yang sah atas keseluruhan Gereja. Otoritas yang
diberikan oleh Kristus kepada St Petrus dan para rasul ini diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya oleh kuasa Roh Kudus, melalui penumpangan tangan dari para rasul
tersebut kepada para uskup, dalam suksesi yang tak terputus

- Gereja Ortodoks Timur

Sistem konsiliar dari kepemimpinan episkopal tetap berlanjut di Gereja Ortodoks Timur
hingga saat ini. Semua primat otosefalus dipandang sebagai kawanan kolektif yang
mengelilingi Kristus, dengan uskup agung dan uskup lainnya di sekeliling mereka, dan
seterusnya, dalam sebuah model yang disebut "hierarki konsiliar". Hal ini sebagian berdasar
pada visiun dalam kitab Wahyu kepada Yohanes di mana 24 tua-tua berkumpul di sekitar
takhta Kristus, yang dipercaya mewakili 12 patriark Israel dan 12 rasul Yesus Kristus. Tidak
ada Patriark tunggal dengan otoritas eksklusif seperti Paus di Roma.

- Gereja Ortodoks Oriental

Gereja Ortodoks Oriental mengukuhkan gagasan suksesi apostolik dan kepemimpinan


episkopal. Dalam setiap Gereja nasional, para uskup membentuk suatu sinode suci yang
bahkan Patriarknya tunduk pada sinode tersebut. Gereja Ortodoks Suriah merujuk suksesi
apostoliknya dari St. Petrus dan mengakui Antiokhia sebagai Tahta St. Petrus yang mula-
mula. Gereja Apostolik Armenia merujuk garis suksesinya dari Santo Bartolomeus Rasul.
Gereja Ortodoks India merujuk pada suksesi dari Santo Tomas Rasul. Gereja Ortodoks
Ethiopia mewarisi suksesinya dari Gereja Ortodoks Koptik pada abad ke-5.

Gereja Ortodoks Yunani Aleksandria dan Gereja Ortodoks Koptik masing-masing mengakui
Paus Aleksandria mereka (berturut-turut Paus dan Patriark Aleksandria dan Seluruh Afrika,
dan Paus Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria), di mana keduanya dapat ditelusuri suksesi
apostoliknya dari Santo Markus Penginjil.Telah ada beberapa kali upaya-upaya resmi untuk
memulihkan perpecahan yang terjadi dahulu kala. Saat ini keduanya sudah saling mengakui
sakramen perkawinan, krisma, dan pembaptisan yang dilakukan lainnya, sehingga
perkawinan campur menjadi lebih mudah

- Gereja Asiria dari Timur

Secara historis, Gereja dari Timur (Church of the East) dapat ditelusuri suksesi apostoliknya
ke Santo Tomas Rasul. Dan sampai saat ini para uskup Gereja Asiria dari Timur tetap
mempertahankan suksesi apostoliknya.

Presbiterian (bahasa Inggris: Presbyterian Church) adalah salah satu denominasi di


lingkungan Gereja-gereja Protestan, yang berakar pada gerakan Reformasi pada abad ke-16
di Eropa Barat. Dari segi doktrin dan ajaran, Gereja Presbiterian mengikuti ajaran-ajaran
Yohanes Calvin, Reformator dari Prancis. Namun secara kelembagaan Gereja Presbiterian
sendiri muncul dari Skotlandia, sebagai buah pekerjaan John Knox, salah seorang murid
Calvin yang paling terkenal. Karena latar belakang ini, Gereja Presbiterian pada umumnya
ditemukan di negara-negara bekas koloni Inggris, seperti Amerika Serikat, Australia,
Selandia Baru, India, dll. Gereja Presbiterian pun dapat ditemukan di beberapa negara yang
kuat dipengaruhi oleh Amerika Serikat, seperti Korea Selatan dan Filipina.

Karena pengaruh Belanda, mayoritas Gereja-gereja Protestan di Indonesia pada umumnya


mengikuti tradisi Hervormd, yang merupakan tradisi utama Protestanisme di Belanda.
Gereja-gereja Hervormd juga menelusuri latar belakangnya kepada Yohanes Calvin,
sehingga pada dasarnya Gereja-gereja Protestan di Indonesia pada umumnya pun memiliki
banyak kesamaan dengan Gereja Presbiterian.

Perbedaan utama antara Gereja Presbiterian dengan Gereja-gereja lain terletak pada ajaran
dan organisasinya.Dasar utama Gereja ini adalah Calvinisme, meskipun banyak Gereja
Presbiterian pada masa kini yang tidak terlalu menganggapnya penting.

Perkembangan Presbiterianisme di Amerika Serikat

Gereja Presbiterian pada umumnya dapat dikenali melalui praktik baptisan anak,
penggunaan Mazmur dalam nyanyiannya, dan doktrin predestinasi dalam ajaran
keselamatannya. Gereja-gereja Presbiterian yang lebih konservatif umumnya menolak
penggunaan alat musik di dalam ibadahnya dan menolak untuk menahbiskan perempuan
untuk jabatan-jabatan gerejawi, seperti diaken dan penatua (termasuk pendeta). Selain itu,
mereka juga seringkali menggunakan satu cawan yang sama dalam perjamuan kudusnya dan
bahkan ada pula yang menekankan doktrin predestinasi ganda.

Pada masa kini banyak Gereja Presbiterian yang telah memperbarui doktrinnya untuk
memampukan Gereja menjawab tantangan-tantangan yang baru pada zaman yang baru pula.
[4] Pembaruan ini didasarkan pada semboyan Reformasi, yaitu ecclesia reformata, ecclesia
semper reformanda, yang berarti "Gereja yang telah direformasi adalah Gereja yang (harus)
terus-menerus diperbarui.

Kekuasaan tertinggi di kalangan Gereja Presbiterian berada di tangan penatua (bhs.


Indonesia: "presbiter"; bhs. Yunani: "presbuteros"), yang terbagi dalam dua golongan, yaitu
penatua yang mengajar (pendeta) dan penatua yang memimpin. Bersama-sama kedua
golongan penatua ini merupakan majelis gereja yang bertanggung jawab dalam menegakkan
disiplin, memelihara jemaat dan menjalankan misi gereja. Tugas-tugas yang berkaitan
dengan pemeliharaan gedung, keuangan gereja, pelayanan kepada mereka yang kekurangan
atau dilanda kedukaan, ditangani oleh diaken. Penatua yang mengajar (pendeta) bertanggung
jawab dalam pengajaran, kebaktian (ibadat) dan melayankan sakramen. Pendeta biasanya
dipanggil oleh masing-masing jemaat. Namun pemanggilan ini harus disahkan oleh klasis,
yaitu kumpulan beberapa jemaat di suatu wilayah tertentu. Klasis terdiri atas pendeta dan
penatua yang diutus oleh masing-masing gereja yang menjadi anggotanya. Pada tingkatan
yang lebih tinggi lagi terdapat Sinode, yaitu perhimpunan semua gereja yang tergabung di
dalam kelompok denominasi yang sama. Misalnya Sinode GPIB, Sinode GKI, Sinode
GMIT, Sinode GMIM dll. Dalam tradisi Gereja Calvinis, ada Gereja yang memposisikan
Klasis dan Sinode bukan sebagai lembaga tetap, melainkan persidangan yang di dalamnya
Gereja-gereja bersidang untuk menetapkan keputusan bersama agar dilakukan bersama-
sama, sepanjang waktu persidangan yang berikutnya (satu daur adalah waktu di antara dua
persidangan). Sebagai pelaksana ketetapan persidangan adalah orang-orang atau badan yang
ditetapkan untuk melaksanakan keputusan persidangan. Tradisi itu sampai sekarang masih
dilakukan di dalam Gereja-gereja Kristen Jawa GKJ.
Gereja Presbiterian sangat mengutamakan pendidikan dan penyelidikan yang terus-menerus
terhadap Alkitab, pengembangan tulisan-tulisan teologis, dan penafsiran kembali atas
doktrin gereja. Gereja ini pada umumnya percaya bahwa iman harus diwujudkan dalam
kata-kata dan perbuatan, termasuk keramah-tamahan, kemurahan, dan perjuangan yang
berkelanjutan untuk menegakkan keadilan sosial dan pembaruan yang tidak terlepas dari
pemberitaan Injil Kristus.

Predestinasi

Ajaran predestinasi seringkali dikatakan sebagai ciri khas ajaran Calvin, meskipun pada
kenyataannya Calvin sendiri tidak terlalu menekankan ajaran ini. Ajaran ini menyatakan
bahwa Allah telah menetapkan setiap orang yang akan diselamatkan-Nya, bahkan sebelum
orang itu dilahirkan di dunia. Dalam perkembangannya, sebagian Gereja-gereja Calvinis
(Presbiterian dan Hervormd) mengembangkan doktrin predestinasi ganda. Dalam ajaran ini
dikatakan bahwa Allah telah menetapkan siapa yang akan diselamatkan-Nya dan masuk ke
surga, serta siapa yang akan dihukum selama-lamanya di neraka, sebelum mereka dilahirkan
di dunia. Banyak Gereja Presbiterian dan Hervormd pada masa kini yang merasa ajaran ini
tidak dapat dipertahankan lagi.

6. Saudara suka yang mana?

Saya suka kepada kepemimpinan yang Kongregasional.

7. Saran supaya gereja menjadi sehat?

Menurut saya secara pribadi,untuk menjadikan suatu gereja menajdi sehat dalam dan luar.
Kita selaku pemimpin dalam suatu gereja harus terlebih dahulu menata management
keuangan gereja secara benar dan sesuai prinsip-prinsip Firman Tuhan. Baru selanjutnya kita
bisa menata pembinaan untuk warga gereja secara umum.

Anda mungkin juga menyukai