Anda di halaman 1dari 111

MAKNA MEMUJI TUHAN

STUDY EKSEGETIS KITAB MAZMUR 150


DAN REFLEKSI TEOLOGISNYA
PADA KEHIDUPAN MASA KINI

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memenuhi


Program Strata Satu (S-1) untuk memperoleh
Gelar Sarjana Theologia (S.Th.)

Oleh :
Buttu Marada Hutagalung
NIM. : 1999.04.12.0439
MAKNA MEMUJI TUHAN
STUDY EKSEGETIS KITAB MAZMUR 150
DAN REFLEKSI TEOLOGISNYA
PADA KEHIDUPAN MASA KINI

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memenuhi


Program Strata Satu (S-1) untuk memperoleh
Gelar Sarjana Theologia (S.Th.)

Oleh :
Buttu Marada Hutagalung
NIM. : 1999.04.12.0439
PERSETUJUAN AKHIR SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Buttu Marada Hutagalung

NIM. : 1999.04.12.0439

Program : Strata 1

Jurusan : Teologia

No. : Nama : Tanda Tangan

1. Drs. IB. Gea, S.Th., M.Si. : __________________________


NIP.: 150 276 687

2. E. Telaumbanua, S.Pd. : __________________________


NIP.: 150 321 834

Pgs. Ketua STAKN Tarutung Ketua Jurusan Teologia

S.P Suripatty, S.Th., MPA. Drs. IB. Gea, S.Th., M.Si.


NIP.: 150 177 420 NIP.: 150 276 687
PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI UJIAN SKRIPSI STRATA SATU

JURUSAN TEOLOGIA

Skripsi ini diajukan oleh Buttu Marada Hutagalung, NIM 1999.04.12.0439,

Program Strata Satu Jurusan Teologia Sekolah Tinggi Agama Kristen. Telah

dipertahankan pada akhir ujian, dinyatakan Lulus dan memenuhi syarat memperoleh

sebutan Sarjana Teolgia.

No. : Nama : Tanda Tangan

1. Drs. IB. Gea, S.Th., M.Si. : __________________________


Ketua Komisi Ujian

2. E. Telaumbanua, S.Pd. : __________________________


Sekretaris Komisi Ujian

3. H. Sihombing, S.Th. : __________________________


Penguji/ Anggota Komisi Ujian

4. J. Simorangkir, S.Th. : __________________________


Penguji/ Anggota Komisi Ujian

Mahasiswa

Nama : Buttu Marada Hutagalung

NIM. : 1999.04.12.0439

Tanggal Ujian : 24 September 2005


ABSTRAK

Hutagalung, Buttu Marada, 2005, MAKNA MEMUJI TUHAN (Studi


Eksegetis Mazmur 150 dan Refleksi Teologisnya Pada
Kehidupan Masa Kini).
Skripsi, Program Strata Satu Jurusan Teologia Agama Kristen
Negeri (STAKN) Tarutung.

Kata-kata kunci: Memuji Tuhan, Sifat-sifat Tuhan, Tempat Kudus, Musik dan
alat-alatnya.

Pemazmur dalam kitab Mazmur pasal 150 menyerukan agar manusia


memuji Tuhan, dan mencoba berusaha untuk memberitahukan bahwa Tuhan kita
yang puji itu adalah Tuhan Maha Kuat, Perkasa yang melebihi kekuatan alam,
bahkan di atas kekuatan manusia. Oleh karena itulah manusia diajak memuji
Tuhan penuh sukacita yang diwarnai dengan pujian yang diekspresikan dengan
nyanyian dan alat-alat musik. Memuji Tuhan haruslah pada tempat kudus.

Penulisan ini bertujuan untuk menemukan Makna Memuji Tuhan


berdasarkan eksegetis kitab Mazmur 150, dan merefleksikannya dalam kehidupan
masa kini. Hipotesis Penelitian: terdapat pejelasan tentang bahwa makna memuji
Tuhan adalah bagian dari panggilan beribadah, yang dilaksanakan oleh manusia di
tempat kudus, dan diekspresikan dengan musik dan alat-alatnya.

Penulisan ini merupakan penulisan yang menggunakan metode Kajian


Pustaka yang tidak terlepas dari Penelitian Alkitab, yaitu dengan menafsirkan
kitab Mazmur pasal 150 dan menggunakan teks Biblica Hebreica Stutgartensia
(BHS) untuk menemukan dan menjelaskan ‘Makna Memuji Tuhan’ dan
merefleksikannya dalam kehidupan masa kini.

Yang menjadi hasil dari eksegetis Mazmur 150 adalah: memuji Tuhan
adalah merupakan bagian dari panggilan beribadah yang wajib dilakukan oleh
setiap umat manusia, sebab ibadah merupakan respon manusia terhadap Allah
yang memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan yang ada di jagat raya ini.
Memuji Tuhan tidaklah dibatasi oleh ruang dan waktu. Tempat itupun akan kudus
bila digunakan untuk memuji Tuhan. Memuji Tuhan tidak hanya diungkapkan
dengan ucapan saja, tetapi dapat diekspresikan dengan talenta yang, antara lain:
menggunakan musik dan alat-alatnya.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menuliskan skripsi ini dengan lancar

yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan kampus Sekolah Tinggi Agama

Kristen Negeri (STAKN) Tarutung dalam meraih program Strata Satu (S-1),

Sarjana Theologia (S.Th.).

Penulis juga tidak lupa menerima saran dan kritik yang membangun dari

para pembaca untuk mengetahui di mana letak dan kesalahan yang tidak disengaja

oleh penulis,

Di samping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Tarutung.

2. Bapak Drs. IB. Gea, S.Th., M.Si. sebagai Pembimbing I (sekaligus sebagai

ketua jurusan Teologia), dan E. Telaumbanua, S.Pd. sebagai Pembimbing II.

3. Dosen Kontributor, Ibu H. Sihombing, S.Th. (Penguji I), dan Bapak J.

Simorangkir, S.Si. (Penguji II).

4. Dra. P. Naibaho, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak Dr. R.O.M. Tp.Bolon yang telah mendidik dan mengajar mata kuliah

Pembimbing PL dan Tafsir PL kepada penulis.

6. Direktur Radio Bonapit FM, Bapak Pdt. B. Harianja, S.Th. yang telah memberi

masukan kepada penulis ketika penulis masih aktif dalam pelayanan khotbah

di Radio, dan telah membimbing penulis ketika penulis masih mengikuti mata

kuliah bahasa Ibrani.

7. Orang tuaku, Bpk H. Hutagalung dan Ibu S. br Situmeang yang telah bersusah

payah dalam memberi dukungan material dan spiritual kepada penulis.

8. Adik-adikku yang tercinta, Arlinton (Mhs. Teologia-STAKN Tarutung), Enny

(Mhs. FKIP-UHN P. Siantar), dan Rahmad (Mhs. ISTP Medan).


iii
9. Para sahabatku mahasiswa jurusan Teologia STAKN Tarutung, terkhusus

Horas Samosir, Juniarto Siagian, beserta adik-adik mahasiswa: James

Aritonang, Royopo Simamora, John Well Purba, Eva M. Hutabarat, Eva E.

Sianturi, Ruth Simorangkir, Melda L. Simanungkalit, Tohap Siringoringo,

Purnama Purba, Yanti Simamora, dan John Sijabat.

10. Para sahabatku mahasiswa FKIP-UHN P. Siantar: Dorma R. Simamora, Roito

Hutagaol, Dwi Simanjuntak, Dina Saragih, Irfan Silaban.

11. Paduan Suara STAKN Tarutung: Ps. Koor Inti dan Ps. HMJ-PAK, Ps.

Ekklesia.

12. Parhalado dan PP GKPI se-Ressort Hutagalung, secara khusus Pendeta GKPI

Ressort Hutagalung, Ds. J. Panggabean, S.Th. bersama Ibu Da. R. Sitompul,

S.Th. (Pendeta Ressort GKPI Partahi Nauli).

13. Dan beberapa orang yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberikan

bantuan baik material ataupun spiritual kepada penulis.

Tarutung,
Penulis

Buttu Marada Hutagalung


NIM. : 1999.04.12.0439

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. viii

TRANSLITERASI BAHASA IBRANI ......................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................... 3

D. Manfaat Penulisan .................................................................. 4

E. Metode Penulisan ................................................................... 4

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 4

BAB II. PENGANTAR KITAB MAZMUR .......................................... 6

A. Nama Kitab ............................................................................ 6

B. Struktur Kitab mazmur ........................................................... 6

C. Jenis Sastera Kitab Mazmur ................................................... 9

D. Penulis Kitab Mazmur ........................................................... 11

E. Waktu Penulisan Kitab Mazmur ............................................ 12

F. Hubungan Mazmur dengan Nyanyian dan Musik ................. 15

BAB III. STUDI EKSEGETIS MAZMUR 150 ....................................... 18

v
A. Analisa Nats ........................................................................... 18

1. Teks yang Dianalisa ........................................................ 18

2. Analisa Kata Per Kata ..................................................... 18

3. Kritik Teks ....................................................................... 26

4. Terjemahan ...................................................................... 29

B. Situasi Kehidupan .................................................................. 33

1. Situasi Keagamaan .......................................................... 34

2. Situasi Kebudayaan ......................................................... 37

3. Situasi Pemerintahan ....................................................... 38

4. Situasi Perekonomian ...................................................... 39

C. Konteks Umum dan Khusus .................................................. 41

1. Konteks Umum ............................................................... 41

2. Konteks Khusus ............................................................... 42

D. Pengarang dan Waktu Penulisan Kitab Mazmur 150:1-6....... 43

E. Struktur Kitab Mazmur 150:1-6 ............................................. 44

F. Jenis Mazmur 150 .................................................................. 44

G. Tafsiran Mazmur 150 ............................................................. 44

1. Tafsiran Ayat Per Ayat .................................................... 44

2. Tafsiran Keseluruhan ...................................................... 58

H. Scopus .................................................................................... 62

BAB IV. REFLEKSI TEOLOGIS ........................................................... 63

A. Mengenal Tuhan Yang Kita Puji ........................................... 63

B. Makna Memuji Tuhan Dalam Kehidupan Masa Kini ............ 65

vi
C. Memuji Tuhan di Tempat Kudus …………………………… 68

D. Memuji Tuhan dengan Nyanyian dan Alat Musik …………. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 76

A. Kesimpulan ............................................................................ 76

B. Saran-saran …………………………………………………. 77

DAFTAR P U S T A K A ……………………………………………… 79

L A M P I R A N …………………………………………………………...... 85

TULISAN LATIN MAZMUR 150 …………………………… 85

BIO DATA PENULIS ………………………………………… 86

BEBERAPA TERJEMAHAN MAZMUR 150 DARI


BERBAGAI BAHASA ........................................................................ 87

vii
DAFTAR SINGKATAN

BHS. = Biblica Hebreica Stutgartensia


BIS. = Bahasa Indonesia Sehari-hari
bnd = bandingkan
CEV. = Contemporary English Verssion
KJEV. = King James English Verssion
LAI = Lembaga Alkitab Indonesia
psl = pasal
T.B. = Terjemahan Baru

Daftar Singkatan Alkitab

Kej = Kejadian Za = Zakharia


Kel = keluaran Mal = Meleakhi
Im = Imamat Mat = Matius
Bil = Bilangan Mrk = Markus
Ul = Ulangan Luk = Lukas
Yos = Yosua Yoh = Yohanes
Hak = Hakim-Hakim Kis = Kisah Para Rasul
Rut = Rut Rm = Roma
1 Sam = I Samuel 1 Kor = I Korintus
2 Sam = II Samuel 2 Kor = II Korintus
1 Taw = I Tawarikh Gal = Galatia
2 Taw = II Tawarikh Ef = Efesus
Ezr = Ezra Flp = Filipi
Neh = Nehemia Kol = Kolose
Est = Ester 1 Tes = I Tesalonika
Ayb = Ayub 2 Tes = II Tesalonika
Mzm = Mazmur 1 Tim = I Timotius
Ams = Amsal 2 Tim = II Timotius
Pkh = Pengkhotbah Tit = Titus
Kid = Kidung Agung Flm = Filemon
Yes = Yesaya Ibr = Ibrani
Yer = Yeremia Yak = Yakobus
Rat = Ratapan 1 Ptr = I Petrus
Dan = Daniel 2 Ptr = II Petrus
Hos = Hosea 1 Yoh = I Yohanes
Yl = Yoel 2 Yoh = II Yohanes
Am = Amos 3 Yoh = III Yohanes
Ob = Obaja Yud = Yudas
Yun = Yunus Why = Wahyu
Mi = Mikha
Nah = Nahum
Hab = Habakuk
Zef = Zefanya
Hag = Hagai
viii
TRANSLITERASI BAHASA IBRANI

Huruf Ibrani

Huruf Huruf Latin Nama Angka Keterangan


‫א‬ ’ aléf 1 -
‫ב‬ b, v bét 2 ‫בּ‬ = b, ‫=ב‬v
‫ג‬ g gimél 3 -
‫ד‬ d daléf 4 -

‫ה‬ h hé 5 -
‫ו‬ w wa 6 -
‫ז‬ z zayin 7 -
‫ח‬ kh khét 8 -
‫ט‬ t tét 9 -
‫י‬ y yod 10 -
‫כ‬ k, kh kaf 20 ‫ = כּ‬k, ‫ = כ‬kh;
Terjadi perubahan bentuk huruf di akhir
kata: ‫=ךּ‬k dan ‫ך‬ = kh
‫ל‬ l laméd 30 -
40 Terjadi perubahan bentuk huruf di akhir
‫מ‬ m mem
kata: ‫ם‬
50 Terjadi perubahan bentuk huruf di akhir
‫נ‬ n nun
kata: ‫ן‬
‫ס‬ s samékh 60 -

‫ע‬ ‘ ayin 70 -
‫פ‬ p, f pé 80 ‫ = פּ‬p, ‫ = פ‬f
Terjadi perubahan bentuk huruf di akhir
kata: ‫ף‬
ts tsadé 90 Terjadi perubahan bentuk huruf di akhir
‫צ‬
kata: ‫ץ‬
‫ק‬ q qof 100 -
‫ר‬ r résy 200 -
‫ש‬ s, sy syin 300 ‫ = שׂ‬s, ‫ = שׁ‬sy
‫ת‬ t taw 400 -

ix
Vokal Huruf Ibrani

Vokal Panjang
(‫ = ָ )ה‬â
‫ = ֵי‬ê
‫ = ִי‬î Vokal Pendek
ַ =a
‫= וֹ‬ô ֶ =e
‫וּ‬ =û ִ =i
ָ =ā ָ =o
=ē ֻ =u
ֹ =ō

x
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Skirpsi ini kupersembahkan buat “This Scription I Present for


Ibunda, ayahanda, dan para adinda Mother, father, and young
yang saya cintai.” brothers/sister my beloved.”

Kiranya skripsi ini dapat May this scription can be useful


berguna bagi Gereja dan Jemaat, for the Church and great public,
sekaligus menjadi kemuliaan bagi suddenly to appoint the glorious
Tuhan, Allah kita. for The Lord, our God.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memuji Tuhan adalah bagian kegiatan beribadah yang dilakukan manusia,

yang di dalamnya ada hal-hal yang mengagung-agungkan Tuhan yang dipercaya

oleh manusia tersebut. Namun, memuji Tuhan sering diperintahkan kepada

manusia sebagai kewajiban, dan jelas tidak tergantung suasana perasaan atau

keadaan (bnd Ayb 1:21). Seperti halnya pada zaman Perjanjian Lama. Beribadah

merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Israel. Kegiatan

beribadah yang dilakukan oleh umat Israel itu tidak terlepas dari kehidupan

sehari-hari. Artinya, beribadah sudah menjadi budaya kehidupan mereka.

Misalnya, dalam kegiatan perayaan-perayaan Tahun Agama Yahudi telah

tertanam dalam kehidupan bangsa tersebut. Hal itulah yang membuat bangsa

tersebut harus memuji Tuhan, bahkan puji-pujian yang diluapkan pun tidak

hanya sebatas ucapan saja. Tetapi juga dikumandangkan dengan berbagai iringan

alat musik (J.D. Douglas, 1995:284).

Bangsa Israel memuji Tuhan tentu ada alasannya. Bangsa Israel adalah

bangsa yang dipilih Allah dengan kasih-Nya yang bebas dan mahakuasa.

Pemilihan Allah tersebut benar-benar nyata terhadap bangsa Israel. Melalui

kasih-Nya, Ia melepaskan bangsa Israel dari bangsa-bangsa yang telah

mengganggu kehidupan bangsa tersebut (J.D. Douglas, 1995:266).

1
2

Hal itulah yang membuat bangsa Israel memuji Tuhan, sekaligus menjadi

kegiatan yang wajib dilakukan oleh umat Israel. Bilamana bangsa Israel menjauh

dari Tuhannya, Allah tidak pandang bulu terhadap bangsa tersebut. Bangsa

tersebut tetap dihukum tetapi bukan menghancurkan hidup bangsa Israel.

Melainkan untuk memberi pelajaran bagaimana bangsa tersebut harus

mensyukuri apa yang telah diperbuat-Nya kepada mereka.

Ungkapan ‘Pujilah Tuhan’ (Haleluya) adalah merupakan seruan kepada

jemaat yang sudah sering diucapkan oleh para pelayan gereja baik pada

kebaktian minggu maupun kebaktian di rumah-rumah. Bahkan jemaat juga ikut

menyerukannya.

Kelihatannya memuji Tuhan sudah merupakan sekedar kebiasaan saja,

atau orang-orang Kristen memenuhi seruan itu karena dilatarbelakangi oleh

agama yang diikutinya atau karena faktor keturunan saja. Sudah beberapa kali

dikhotbahkan bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Kuasa, dan Esa. Oleh

karena itu Ia patut dipuji karena ke-Mahaan-Nya. Tetapi jemaat masih banyak

belum memahami kenapa Yuhan dipuji. Apalagi masalah tempat pemujian,

sering dipahami bahwa Tuhan dipuji hanya pada kebaktian di Gereja saja, atau di

rumah-rumah jemaat sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh para pelayan

gereja, misalnya ‘partangiang’. Tidak hanya itu saja, kebaktian di gereja

untuk memuji Tuhan sepertinya sudah kebiasaan dengan menggunakan alat

musik tunggal, yaitu organ. Wajar saja memang bila hal itu digunakan, namun

bagaimana dengan alat musik lainnya, dapatkah digunakan untuk mengiringi

pujian yang dinyanyikan. Pengunaan alat musik merupakan salah satu ekspresi
3

untuk memuji Tuhan. Namun, jemaat hanya bisa memahami bahwa pujian dapat

dikumandangkan dengan bernyanyi saja dan diringi oleh alat musik organ.

Kitab Mazmur merupakan kitab yang paling banyak menyerukan pujian.

Khususnya pada pasal 150. Di dalamnya terdapat beberapa seruan untuk memuji

Tuhan. Bahkan seruan itu mengajak agar manusia memuji Tuhan dengan

ekspresi musik dan alat-alatnya. Di samping itu, dalam pasal ini pemazmur

berusaha agar umat manusia memuji Tuhan pada tempat kudus. Dari seruan

pujian itu, pemazmur berusaha menyampaikan apa yang menjadi makna dari

memuji Tuhan, sehingga Tuhan harus dipuji di tempat yang kudus, dan

diekspresikan dengan musik dan alat-alatnya.

Berdasarkan itulah yang melatarbelakangi penulis membuat judul “Makna

Memuji Tuhan” yang ditinjau dari studi eksegetis Mazmur 150 dan

merefleskikannya pada kehidupan masa kini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang menjadi makna ‘Memuji Tuhan’ menurut eksegetis Mazmur

150?

2. Bagaimana refleksi teologis memuji Tuhan dalam kehidupan masa kini?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui makna ‘memuji Tuhan’ dewasa ini berdasarkan

eksegetis Mazmur 150.

2. Untuk dapat merefleksikan memuji Tuhan dalam kehidupan masa kini.


4

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk menyelesaikan program Studi Strata satu (S1) pada Jurusan

Theologia di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Tarutung

2. Untuk menambah wawasan penulis dalam bidang penafsiran Alkitab, secara

khusus penafsiran Mazmur 150.

3. Sebagai bahan masukan kepada gereja-gereja dan mahasiswa teologia.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode Kajian Pustaka yaitu

Library Research, yang dianggap relevan dengan pokok-pokok yang diperlukan

sebagai bahan masukan. Di samping itu, penulis juga menggunakan sumber-

sumber lainnya yang dianggap perlu.

Metode penulisan ini tidak terlepas dengan menggunakan penelitian yang

berhubungan erat dengan penafsiran Alkitab dan langkah-langkahnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULAN
Bab ini memaparkan tentang Latar belakang Penulisan, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan,
serta Sistematika Penulisan.

BAB II. PENGANTAR KITAB MAZMUR


Bab ini membahas pengetahuan umum tentang kitab Mazmur yang
menjadi acuan untuk menafsirkan Mazmur pasal yang ke-150. Hal-
5

hal yang dipaparkan adalah Nama Kitab, Struktur Kitab, Jenis


Sastera kitab Mazmur, Penulis Kitab mazmur, Waktu Penulisan
Kitab Mazmur, Hubungan Mazmur dengan Nyanyian dan Musik,
dan Konteks Umum dan Khusus.

BAB III. STUDI EKSEGETIS MAZMUR 150


Bab ini membahas penafsiran dari kitab Mazmur 150:1-6 dengan
lebih awal menguraikan Analisa Nats (teks yang dianalisa, analisa
kata per kata, kritik teks, terjemahan), Situasi Kehidupan (situasi
keagamaan, kebudayaan, pemerintahan, perekonomian), Konteks
Umum dan Khusus, Pengarang dan Waktu Penulisan Kitab Mazmur
150, Struktur Kitab Mazmur 150, Jenis Sastera Kitab mazmur 150,
Tafsiran Mazmur 150 (ayat per ayat dan keseluruhan), dan Scopus.

BAB IV. REFLEKSI TEOLOGIS


Melalui eksegetis Mazmur 150, maka dalam bab ini dapat
ditemukan refleksinya yang relevan dalam kehidupan gereja pada
masa kini, yaitu mengenal Tuhan yang kita puji, Makna Memuji
Tuhan dalam kehidupan masa kini, Memuji Tuhan Di Tempat
Kudus, dan Memuji Tuhan dengan Nyanyian dan Alat Musik.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bagian inilah penulis menyatukan pendapat penulis sendiri
dengan pendapat para tokoh-tokoh dengan konkrit dan logis. Serta
mengungkapkan berupa saran-saran yang dapat menjadi pegangan
yang utuh dalam kehidupan masyarakat dan pembaca khususnya.
BAB II
PENGANTAR KITAB MAZMUR

A. Nama Kitab

Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang

dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul kitab Mazmur dalam bahasa

Ibrani adalah ‘tehillim’ artinya ‘puji-pujian’ atau ‘nyanyain pujian’. Bentuk

tunggalnya ‘tehilla’. Dalam LXX disebut Psalmoi. Tapi pada kemudian hari

dihubungkan dalam Luk 20:42; Kis 1:20, dipakai judul dalam bahasa Yunani

secara utuh “Kitab Mazmur” (biblios psalmon). Jadi sebutan nama kitab dalam

bahasa Ibrani disebut ‘Tehillim’ dan dalam bahasa Yunani disebut ‘Biblios

Psalmon’ (W.S. Lasor:2000:41; Otto Eisfeldt, 1965: 445).

Selain di atas, kitab Mazmur disebut sebagai ‘Kitab Syair’ dalam

Perjanjian Lama, yang sama dengan sebutan Kitab Zabur, yaitu kumpulan

nyanyian-nyanyian rohani bangsa Yahudi yang sampai sekarang masih

digubakan, bahkan orang Kristen masa kini (W.N. McElrath, 1978:88)

B. Struktur Kitab Mazmur

1. Kumpulan-kumpulan Mazmur

Kitab Mazmur adalah kitab yang terdiri dari beberapa puji-pujian yang

pada awalnya belum dukumpulkan, namun untuk pertama kalinya atas usaha

Daud diadakan pengumpulan sejumlah mazmur yang telah ada pada

6
7

zamannya (Mzm. 1-41; 51-65; 68-72), dan pada pemerintahan raja-raja

selanjutnya, diadakan pengumpulan bani Korah dan mazmur Asaf (P.S.

Naipospos; Chr. Barth, 1967:8).

Kumpulan lebih awal berisi mazmur-mazmur yang ditulis oleh Daud

(Mzm 3 – 41; 51 – 71), Korah (Mzm 42 – 49), dan Asaf (Mzm 50; 73 – 83).

Kemudian ditambahkan kumpulan yang lebih kecil seperti nyanyian ziarah

(Mzm 120 – 134) dan mazmur-mazmur yang menggunakan ungkapan

“Haleluya” (Mzm 146 – 150). Proses berikutnya barulah kumpulan mazmur-

mazmur menjadi lima kumpulan atau lima jilid (W.S.Lasor:2001:42).

Kitab Mazmur dapat dibagi dalam lima kumpulan (lima jilid) Mazmur

yang pada mulanya berdiri sendiri (Gleason L. Archer, 1965:424;

J.Blomendaal, 1996:146). Kelima kumpulan itu adalah sebagai berikut:

• Jilid I : Mazmur pasal 1 – 41.

• Jilid II : Mazmur pasal 42 – 72,

• Jilid III : Mazmur pasal 73 – 89,

• Jilid IV : Mazmur pasal 90 – 106,

• Jilid V : Mazmur pasal 107 – 150.

Setiap bagian akhir dari kumpulan-kumpulan tersebut terdapat kata-

kata penutup, contohnya: “Amin ya amin” (Mzm 41:14), atau Haleluya (Mzm

107 –150). Kata-kata tersebut merupakan doksologi.


8

Pembagian Kelima jilid tersebut telah disusun sedemikian rupa dalam

seluruh Alkitab yang diyakini orang-orang Kristen di dunia (termasuk Alkitab

bahasa Indonesia).

2. Jenis-jenis Mazmur

Keseluruhan Kitab Mazmur masih dapat dibagi dalam sepuluh

kelompok (J.Blomendaal,1996:145; J.D. Douglas, 1995:44). Kesepuluh

kelompok-kelompok kitab Mazmur tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kelompok Mazmur Pujian, yakni: pasal 33, 65, 68, 96, 98, 100, 103, 104,

105, 117, 145 – 150.

2) Kelompok Mazmur ucapan syukur, dibagi dua sifat yaitu:

• Sifat umum (dipakai oleh jemaat), yakni: pasal 67, 124, dan 135.

• Sifat pribadi (satu orang saja), yakni: pasal 9, 18, 32, 107, 116.

3) Kelompok Mazmur yang memuji YAHWEH sebagai raja, yakni: pasal

47, 93, 97, 99.

4) Kelompok Mazmur Raja Israel, yakni: pasal 2, 18, 20, 21, 45, 72, 110,

132.

5) Kelompok Mazmur Ratapan, dibagi dua sifat yaitu:

• Sifat pribadi, yakni: pasal 3, 6, 13, 22, 25, 38, 39, 42, 43, 51, 61, 63,

86, 102.

• Sifat umum, yakni: pasal 44, 74, 79, 80, 83.

6) Kelompok Mazmur Ziarah, yakni: pasal 120 – 134.


9

7) Kelompok Mazmur mengenai sejarah Israel, yakni: pasal 78, 95, 105,

106, 114.

8) Kelompok Mazmur Taurat, yakni: pasal 19:8 dst, 119.

9) Kelompok Mazmur Kemenangan, yakni: pasal 18, 46, 66, 76.

10) Kelompok Mazmur Berkat dan Kutuk, yakni: pasal 1, 28, 134 dan pasal

137.

C. Jenis Sastera Kitab Mazmur

Kitab Mazmur dianggap merupakan kitab yang mengandung unsur-unsur

pujian di samping disebut sebagai nama atau judul. Bila diperhatikan secara teliti

mulai dari pasal 1 sampai ke-150, tak ada satupun pasal-pasal yang berbentuk

prosa, atau bentuk dialog. Kebanyakan kata per kata atau kalimat per kallimat

disusun dalam bentuk puisi, Karen memiliki bait-bait sebagai ciri khas puisi

yang kita ketahui. Kitab Mazmur memang berbentuk puisi dan berisi bait-bait

syair, tetapi setiap bait syair merupakan lirik-lirik lagu. Sehingga kitab Mazmur

dapat disebut puisi Ibrani.

Pemahaman akan prinsip dan susunan puisi Ibrani adalah hakiki bagi

pengertian yang tepat akan mazmur dan tafsirnya. Dalam puisi Ibrani rima tidak

berperan, dan yang lebih tepat bicara tentang irama dari pada matra. Ada tekanan

irama tiap kalimat dan keseimbangan irama pada kalimat-kalimat. Usaha untuk

menemukan sistem dalam syair Mazmur tidak akan berhasil. Sebab puisi Brani

tergantung kepada keseimbangan irama dari kalimat-kalimat, tidak kepada sajak


10

dan matra (dalam arti kata itu yang kalsik), sehingga dapat dikatakan kehilangan

sedikit sekali bila diterjemahkan.

Roberth Lowth (1710-1787), Guru Besar di Oxford adalah orang pertama

yang menaruh perhatian pada asas-asas puisi Ibrani. Dalam uraiannya De Scra

Poesi Hebraeorum: Praelectiones Academicae Oxonii Habitae (1753), Lowth

menunjukkan bahwa ciri khas syair Ibrani ialah kesejajaran, artinya persesuaian

satu baris syair dengan baris yang lainnya atau pengulangan gagasan yang sama

dengan kata-kata yang berbeda.

Beberapa macam kesejajaran dibeda-dibedakan sebagai berikut:

1) Kesejajaran sinonim: pada baris pertama dari ayat itu sebenarnya diulangi

pada baris-baris kedua dengan kataa-kata yang berbeda (bnd 50; 11; 13, 19;

80:14). Kebanyakan diseluruh kitab Mazmur ditemukan, seperti ayat pada

Mzm 114.

2) Kesejajaran antitetis atau kesejajaran berlawanan: pada baris pertama ayat itu

diteguhkan, bukan dengan mengulanginya pada baris kedua, melainkan

dengan lawannya; contoh: 1:6; 30:6; 37:21).

3) Kesejajaran sintetis atau konstruktif. Di sini kedua baris ayat itu tidak

mengatakan hal yang sama, tetapi pernyataan dalam baris pertama berfungsi

sebagai basis yang di atasnya baris kedua berdiri, atau hubungannya ialah

sebab dan akibat; contoh: 19:8-11; 2:6; 119:121.

4) Kesejajaran yang memuncak atau menanjak, di mana sering baris pertama

ayat itu tidak lengkap, tapi baris kedua mengambil beberapa kata daripadanya

dan melengkapinya; contoh: 29:1; 121:1-4; 22:5.


11

Ciri lain dari puisi Ibrani yang perlu diperhatikan, ialah pemakaian akrostik

atau penyusunan semua huruf awal dari tiap baris mengikuti pola abjad. Ada

sembilan mazmur dalam kitab Mazmur yang huruf pertamanya disusun

mengikuti abjad, contoh pasal 111 dan 112 (dalam bahasa aslinya), masing-

masing baris mulai dengan satu huruf Ibrani yang berbeda. Tapi pasal 111

disusun dalm delapan pasang baris ayat atau bait dan baris-baris pasal 112

disusun dalam dua bait terdiri dari tiga kelompok.

Isi mazmur-mazmur ini menunjukkan bahwa akrostik itu tidak

membelenggu pengilhaman penyair, sama seperti matra atau irama yang telah

menjadi ciri umum dari syair barat, tidak mengekang gaya penyair-penyairnya

(J.D. Douglas:1995:43).

D. Penulis Kitab Mazmur

Dalam pandangan umum banyak menyatakan bahwa penulis/pengarang

kitab ini adalah Daud (Salomo), sebab dalam kitab Mazmur bila diperhatikan

banyak ditulis ‘nyanyian Daud’ atau ‘Mazmur Daud’ (‘doa Daud’). Memang hal

yang sangat tepat bila dikatakan Daud yang paling banyak menulis kitab Mazmur

akan tetapi Daud bukanlah penulis atau pengarang kitab Mazmur seutuhnya, atau

bukan seutuhnya ditulis oleh satu orang melainkan beberapa orang (Clarence

H.B., 1997:15; W.S. Lasor, 2001:64; Gleason L. Archer, 1965:424; Gleason,

1965:425), yakni:

• Nabi Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
12

• Daud yang menjadi raja Israel yang kedua.

• Salomo yang menggantikan Daud menjadi raja Israel.

• Asaf, pemimpin biduan/paduan suara pada zaman raja Daud/Salomo, (16:4-5;

2 Taw 5:12).

• Etan dari Ezrahi (orang bijaksana pada zaman Daud, 1 Raj 4:3).

• Anak-anak Bani Korah, penjaga pintu dan pemusik di Bait Allah (1 Taw 9:19;

2 Taw 7; 20:9).

• Beberapa penulis (pemazmur) yang tak dikenal.

Dengan demikian, penulis kitab Mazmur seutuhnya terdiri dari beberapa

orang. Karena isi dari pada kitab ini mengandung puji-pujian, maka tepatlah

dikatakan bahwa penulis kitab Mazmur adalah para pemazmur.

E. Waktu Penulisan Kitab Mazmur

Kitab Mazmur tidak menyebutkan secara khusus waktu penulisannya,

namun ada beberapa keterangan-keterangan yang mendukung, bahwa mazmur

19A di tulis pada masa setelah pembuangan. Namun kitab Mazmur pujian itu

lebih banyak dipergunakan pada masa pasca pembuangan. (G. Fohrer, 1978:

284).

Penulisan kitab Mazmur tidaklah secara keseluruhan ditulis dalam satu

kumpulan, melainkan ditulis dalam waktu dan tempat yang berbeda, bahkan

urutan penulisan pun tidak berurutan. Sebab penulisan kitab ini tidak hanya
13

dituliskan oleh satu atau dua orang saja pada waktu yang sama atau berdekatan.

Di mana, hal itu justru sangat menyulitkan kita yang ingin meneliti kitab ini

disebabkan adanya beberapa orang yang menulis dengan kurun waktu dan urutan

penulisan yang berbeda.

Walau demikian, dapat diperkirakan bahwa penulisan kitab Mazmur

diawali kira-kira pada tahun 1475/1460 SM ketika Musa menulis Mazmur 90,

hingga 530/444 SM.

Penyusunan kitab Mazmur yang tidak berdasarkan kronologis ini pun

dijabarkan oleh (S.J. Sutjiono, 2003:23-24; Gleason L. Archer, 1965:424;), yakni:

1). Tahun 1460 SM, Musa mengarang Mazmur 90 (mungkin psl 90-100).

2). Daud menulis kitab Mazmur sebanyak 73 Mazmur pada waktu yang

berbeda, antara lain:

• Kira-kira tahun 1030-1020 SM, ia menuliskan pengalamannya ke dalam

Mazmur 8, 19, 23.

• Kira-kira tahun 1020-1011 SM, ia menuliskan pengalamannya setelah

dianiaya Saul (1 Sam 18:7-31) ke dalam Mazmur 7, 17, 22, 31, 25, 52,

54, 56-59, 64, 69, 109, 140-142.

• Kira tahun 1010-971 SM, semasa pemerintahannya menjadi raja

ditulis dalam Mazmur 9, 11-12, 14-16, 18, 20-21, 24-29, 32, 34,

36, 41, 53, 60-62, 65-66, 68, 86, 101, 103, 108, 110, 122, 124,

131, 139, 144-145.


14

• Kira-kira tahun 1000 SM, setelah Daud berbuat dosa dengan Betsyeba

dan ditegur oleh Natan ditulis pada Mazmur 51.

• Kira-kira tahun 990 SM, sewaktu Absalom mendurhaka dan

memberontak, di situlah ia menuliskan pengalaman masa tuanya dalam

Mazmur 3-6, 13, 55, 63, 70, 143.

3). Tahun 980-940, Asaf (pemimpin biduan/paduan suara pada zaman

Daud/Salomo, 16:4-5; 2 Taw 512) menulis 12 Mazmur (50, 73-83).

4). Kira-kira tahun 965 SM, Salomo menulis Mazmur (72, 127) selama

pemerintahannya.

5). Kira-kira tahun 970 SM, Etan dari Ezrahi (orang bijaksana pada zaman

Daud, 1 Raj 4:3) menulis tentang Kasih Setia Tuhan dalam Mazmur 89.

6). Kira-kira tahun 970-586, anak-anak Bani Korah, penjaga pintu dan

pemusik di Bait Allah (1 Taw 9:19; 2 Taw 7; 20:9) mengarang sebelas

Mazmur (42-29, 84-85, 87-88) tentang pelayanan dan puji-pujian bagi

Allah.

7). Kira-kira tahun 1000-500 SM, ada beberapa pengarang yang tidak

diketahui/dikenal mengarang Mazmur 1-2, 10, 33, 67, 91, 100, 102,

104, 107, 111-121, 123, 125-126, 128-130, 134-137, 146-150.

Dengan demikian, bahwa penulisan kitab Mazmur dimulai Kira-kira

tahun 1476/1460 sampai 530/444 SM.


15

Kitab Mazmur ditulis dalam tiga masa, yaitu masa praexilis (masa

pembuangan), masa exilis (setelah pembuangan), dan masa postexilis (masa

pasca pembuangan). Namun kebanyakan mazmur-mazmur ditulis pada masa

postexilis (J.Blomendaal:148+149).

Kira-kira tahun 300 SM, tulisan-tulisan dari para pemazmur tersebut

barulah dikumpulkan dan disatukan menjadi satu kitab.

Salah satu mazmur yang diciptakan memang sulit dipastikan kapan

ditulis, namun jelas bahwa Kitab Mazmur menghimpun nyanyian-nyanyian

Israel dari segala abad. (C. Groenen, 1992: 221)

F. Hubungan Mazmur dengan Nyanyian dan Musik

Kitab Mazmur adalah kitab yang paling dekat menginformasikan tentang

penggunaan musik adalah kitab Mazmur. Sebab dalam kitab Mazmur terdapat

berbagai catatan tentang irama, dan melodi yang harus dituruti apabila mau

melagukan mazmur-mazmur itu dan di situ terdapat pula petunjuk-petunjuk bagi

orkes pengiring lagu. Dalam Mazmur (seperti pasal 137) adalah penataan musik

baru yang dibentuk pada zaman kerajaan, yaitu yang menyatakan adanya tim

orkes bait suci pada saat itu. Tim orkes Bait Suci itu ada pada zaman raja Hizkia

yang sangat termasyhur, sehingga dirampas oleh raja Babilonia dan diangkut ke

Babel (J. Verkuyl: 1992:129).

Dalam kitab Mazmur terdapat beberapa ahli musik yang ada

hubungannya dengan kitab lainnya terkhusus dalam kitab 1 Taw. Para ahli
16

musik yang ada dalam kitab mazmur itu adalah Daud, Salomo, Asaf, Etan dari

Ezrahi, dan anak-anak bani Korah. Para ahli musik itu (kecuali Daud dan

Salomo) adalah merupakan anggota dari 228 orang yang dilatih untuk

bernyanyi dan bermusik. Yang menjadi pimpinan utama adalah Asaf, Heman,

dan Yedutun (1 Taw 25:6).

Dalam kitab Mazmur banyak terdapat istilah-istilah bahasa Ibrani yang

berkaitan dengan musik. Antara lain:

• Higgayon (9:17): yaitu teriakan yang nyaring baik suka dan duka.

• Hasysyeminit (6; 12): yaitu permainan kecapi, dapat dibandingkan dengan

musik pawai yang mengiringi Tabut Perjanjian (1 Taw 24:1+5; 26:1+12).

• Haggittit (8; 81; 84): yaitu menurut lagu, Gitit. Kata ini mungkin diarahkan

dengan kata menurut lagu mazmur Daud.

• Alamot (45; 46; 55; 57; 58 ; 74): mungkin artinya anak-anak dara yang

menyanyi atau biduanita.

• Syosyanim (45; 69; 80): artinya bunga bakung. Mungkin ini menyatakan

istilah menurut lagu/Gitit bunga bakung.

• Al’mut laben (pasal 9): yaitu bagian dari gitit, menurut lagu mut-laben.

• Al-tasykhét (58; 59; 75): dalam kitab Mazmur uini diartikan Miktam dari,

misalnya miktam dari Daud. Kurang jelas apa maksud dari kata miktam

tersebut.
17

• Lamenatséakh (bnd Hab 3:19): kata ini ada sebanyak 55 kali dalam kitab

Mazmur. Ini sering diterjemahkan dengan kalimat untuk pemimpin biduan.

Tetapi diartikan juga untuk pujian; untuk rahmat (Allah); untuk penebusan.

• Séla (misalnya 9:17): yaitu Sela, kata ini ada lebih dari 70 kali ditulis dalam

kitab Mazmur. Masalah ini masih tetap dalam persoalan para penerjemah atau

penafsir, kata ini sering diterjemahkan sebagai: pengerasan suara; selingan

musik; perintah untuk melakukan suatu gerakan dalam penyembahan seperti

bersujud. Kemungkinan besar kata ini berhubungan dengan nyanyian pujian,

walau sampai sekarang belum ditemukan arti yang sebenarnya.

Selain istilah-istilah musik atau nyanyian, beberapa alat-alat musik juga

disebutkan dalam kitab Mazmur, yang terbagi dalam tiga kelompok (alat musik

tiup, tabuh/pukul, dan petik). Alat-alat musik itu digunakan untuk memuji Tuhan

atau mengiringi nynyian pujian, contohnya pada pasal 150:3-5.


BAB III
STUDI EKSEGETIS MAZMUR 150

A. Analisa Nats

1. Teks yang dianalisa

Teks Alkitab yang dianalisa adalah teks dari Perjanjian Lama berbahasa

Ibrani berdasarkan teks Biblica Hebreica Stutgartensia (BHS).

Teks yang diambil dari kitab Mazmur 150, yaitu:

2. Analisa Kata Per Kata

Untuk mengetahui dengan jelas mengenai analisa kata per kata dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Ayat 1:

• ‫( ַהלְלוּיָהּ‬Halelu Yah), terdiri dari kata: ‫( ַהלְלוּ‬Halelu), dan ‫( יָהּ‬Yah).

18
19

a) ‫( ַהלְלוּ‬Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬


(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( יָהּ‬Yah) : Objek nama, asal kata ‫( יְהוָה‬YAHWEH), artinya
‘TUHAN’.

• ‫( ַהלְלוּ־אֵל‬Halelu-El), terdiri dari kata: ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־אֵל‬-El)
a) ‫( ַהלְלוּ‬Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫ֵל‬
‫( ־א‬-El) : Tunggal/Maskulin, artinya ‘Allah, allah/dewa’.

• ‫ְבּ ָקדְשׁוֹ‬ (Beqadesyo), terdiri dari tiga kata: ‫( בְּ־‬be-), ‫( ָקדְשׁ‬qadesy), dan ‫־וֹ‬
(-o).
a) ‫( בְּ־‬be-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,
dengan’.
b) ‫קדְשׁ‬
ָ (qadesy) : kata sifat, asal kata ‫( קדשׁ‬qdsy), artinya ‘kudus’.

c) ‫( ־וֹ‬-o) : kata ganti milik (III/tunggal/maskulin), yang


artinya ‘-nya’.

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu), terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫( ִבּ ְרקִי ַע‬Bireqia), terdiri dari dua kata: ‫( ִבּ‬bi-), dan ‫( ְרקִי ַע‬reqia).
20

a) ‫( ִבּ‬bi-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,


dengan’.
b) ‫ִי ַע‬
‫( ְרק‬reqia) : asal kata (raqia), artinya ‘Cakrawala’.

• ‫( עֻזּוֹ‬Uzzo), terdiri dari dua kata: ‫( עֻזּ‬uzz), dan ‫( ־וֹ‬-o).


a) ‫( עֻזּ‬uzz) : asal kata ‫( עֹז‬oz), artinya ‘kekuatan’.

b) ‫( ־וֹ‬-o) : kata ganti milik (III/tunggal/maskulin), yang


artinya ‘-nya’.

Ayat 2:

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu), terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫ִבגְבוּרׁתָיו‬ (Vigevurotaw), terdiri dari tiga kata: ‫בִ־‬ (vi-), ‫גְבוּרׁתָי‬


(gevurota), dan ‫( ־ו‬-w).

a) ‫( בִ־‬vi-) : kata depan, artinya ‘di (dalam), dalam, pada,


dengan’.
b) ‫ָי‬
‫( גְבוּרׁת‬gevurota) : bentuk feminim, asal kata (gevura) dengan kata
dasar ‫גָּבַר‬ (gavar), artinya ‘kekuatan, kekuasaan,
keperkasaan’.
21

c) ‫( ־ו‬-w) : kata ganti milik (III/tunggal/maskulin), artinya ‘-


nya’.

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu), terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫( כְּרׁב‬Kherov), terdiri dari dua kata: ‫( כְּ־‬khe-), dan ‫( רׁב‬rov).


a) ‫( כְּ־‬khe-) : kata depan, artinya ‘menurut, seperti, sesuai’.

b) ‫( רׁב‬rov) : kata sifat, asal kata ‫רב‬ (rav), artinya ‘besar,


banyak, hebat’.

• ‫( גֻּדְלוֹ‬Gudelo), terdiri dari dua kata: ‫( גֻּדְל‬gudel), dan ‫( ־וֹ‬-o).


a) ‫( גֻּדְל‬gudel) : asal kata ‫( גָּדוֹל‬gadol), artinya ‘besar’.

b) ‫( ־וֹ‬-o) : kata ganti milik (III/tunggal/maskulin), yang


artinya ‘-nya’.

Ayat 3:

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.


22

• ‫( ְבּ ֵתקַע‬Beteqa), terdiri dari dua kata: ‫בְּ־‬ (be-), dan ‫ַע‬


‫( ֵתק‬teqa).
a) ‫( בְּ־‬be-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,
dengan’.
b) ‫ַע‬
‫( ֵתק‬teqa) : kata benda/maskulin, akar kata ‫( תקע‬taqa: ‘tiup’),
artinya ‘tiupan’.

• ‫( שׁוֹפָר‬Syofar) : kata benda, jenis alat musik tiup, artinya


‘Sangkakala’.

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫( ְבּנֵבֶל‬Benevel), terdiri dari kata ‫( ְבּ־‬be-), dan ‫( נֵבֶל‬nevel).


a) ‫( בְּ־‬be-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,
dengan’.
b) ‫( נֵבֶל‬nevel) : kata benda, jenis alat musik gesek, artinya
‘gambus’.

• ‫( וְכִנּוֹר‬Wekinnor), terdiri dari dua kata: ‫( וְ־‬we-), dan ‫( כִנּוֹר‬kinnor).


a) ‫( וְ־‬we-) : kata sambung, artinya ‘dan’.

b) ‫( כִנּוֹר‬kinnor) : kata benda, jenis alat musik petik/gesek, artinya


‘kecapi’.
23

Ayat 4:

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫( בְתׁף‬Vetof), terdiri dari kata: ‫( בְ־‬ve-), dan ‫( תׁף‬tof).


a) ‫( בְ־‬ve-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,
dengan’.
b) ‫( תׁף‬tof) : kata benda, jenis alat musik pukul/tabuh, artinya
‘rebana’ (; tamburin).

• ‫( וּמָחׁל‬Umakhol), terdiri dari dua kata: ‫( וּ־‬u-), dan ‫( מָחׁל‬makhol).


a) ‫( וּ־‬u-) : kata sambung, artinya ‘dan’.

b) ‫ָחׁל‬
‫( מ‬makhol) : kata benda/tunggal, asal kata ‫חל‬ (khl), artinya
‘tarian’.

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫( ְבּ ִמנִּים‬Beminnim), terdiri dari dua kata: ‫( בְּ־‬be-), dan ‫( ִמנִּים‬minnim).


24

a) ‫( בְּ־‬be-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,


dengan’.
b) ‫מנִּים‬
ִ (minnim) : kata ini kemungkinan mengarah kata ‫זִמֵּר‬
(zimmer/piel: bernyanyi, bermain musik), dengan
adanya kata ‫־ים‬ (-im) yaitu kata untuk
menentukan bentuk penjamakan dengan kata
lainnya yang diartikan ‘beberapa’. Diartikan
‘beberapa permainan’.

• ‫( וְעוּגָב‬Weugav), terdiri dari dua kata: ‫( וְ־‬we-), dan ‫( עוּגָב‬ugav).


a) ‫( וְ־‬we-) : kata sambung, artinya ‘dan’.

b) ‫( עוּגָב‬ugav) : kata benda, jenis alat musik tiup, artinya


‘seruling’.

Ayat 5:

• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫ה ְללוּ‬


ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫ְב ִצ ְל ְצלֵי‬ (Vetsiltseley), terdiri dari dua kata: ‫בְ־‬ (ve-), dan ‫ִצ ְל ְצלֵי‬
(tsiltseley).
25

a) ‫( בְ־‬ve-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,


dengan’.
b) ‫( ִצ ְל ְצלֵי‬tsiltseley) : kata benda/Maskulin, asal kata ‫( ָצלַל‬Tsalal) jenis
alat musik pukul, yang artinya ‘alat dengungan’.

• ‫( ָשׁמַע‬Syama) : Tunggal/Maskulin, artinya ‘memperdengarkan’.


• ‫( ַהלְלוּהוּ‬Haleluhu) , terdiri dari kata : ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu), dan ‫( ־הוּ‬-hu).
a) ‫הלְלוּ‬
ַ (Halelu) : kata perintah (Imperatif)/Jamak, asal kata ‫הלל‬
(Halal:Puji), artinya ‘pujilah’.
b) ‫( ־הוּ‬-hu) : kata ganti orang III/tunggal/maskulin, asal kata

‫־הוּא‬ (hu), artinya ‘dia’.

• ‫ְבּ ִצ ְל ְצלֵי‬ (Betsiltseley), terdiri dari dua kata: ‫בְּ־‬ (be-), dan ‫ִצ ְל ְצלֵי‬
(tsiltseley).
a) ‫( בְּ־‬be-) : kata depan, yang artinya ‘di (dalam), dalam, pada,
dengan’.
b) ‫( ִצ ְל ְצלֵי‬tsiltseley) : kata benda/Maskulin, asal kata ‫( ָצלַל‬Tsalal) jenis
alat musik pukul, yang artinya ‘alat dengungan,
ceracap’.

• ‫תְרוּעָה‬ (Teru’a) : kata benda/tunggal/feminim, akar kata ‫רוּעָה‬ (ru’a),


artinya ‘berdentang’.

Ayat 6:

• ‫( כֹּל‬Khol) : bentuk jamak/maskulin, artinya ‘semua, masing-masing,


seluruh, keseluruhan’.
26

• ‫ְשׁמָה‬
ָ ‫ַהנּ‬ (Hannesyama), terdiri dari dua kata: ‫הַ־‬ (ha-), dan ‫ְשׁמָה‬
ָ‫נּ‬
(nesyama).
a) ‫( הַ־‬ha-) : kata awalan penentu, artinya ‘itu, yang’.

b) ‫ְשׁמָה‬
ָ ‫( נּ‬nesyama) : Tunggal/Feminim, perubahan kata dari ‫נֶפֶשׁ‬
(nefesy: nafas), yang diartikan ‘bernafas’.

• ‫ְתּ ַהלֵּל יָהּ‬ (Tehallel Yah), terdiri dari tiga kata: ‫תְּ־‬ (te-), ‫ַהלֵּל‬ (hallel), ‫יָהּ‬
(yah).
a) ‫ְ־‬
‫( תּ‬te-) : kata depan, artinya ‘untuk’.

b) ‫הלֵּל‬
ַ (hallel) : kata kerja, asal kata ‫הלל‬ (Halal:Puji), artinya
‘memuji’.
c) ‫( יָהּ‬yah) : Objek nama, asal kata ‫( יְהוָה‬YAHWEH), artinya
‘TUHAN’.

• ‫( ַהלְלוּ־יָהּ‬Halelu-Yah), terdiri dari dua kata: ‫( ַהלְלוּ‬Halelu), dan ‫( יָהּ‬Yah),


yang diartikan ‘Pujilah TUHAN’. Tanda punction maqaf di antara ‫ַהלְלוּ‬
dan ‫ יָהּ‬, menunjukkan penekanan Halelu terhadap Yah.

3. Kritik Teks

Ayat 1:

a. ‫( ַהלְלוּ יָהּ‬Halelu Yah)

Kata ini tidaklah begitu dipermasalahkan, hanya saja ini ditambahkan ke

dalam beberapa naskah-naskah Perjanjian Lama abad pertengahan, seperti

halnya dari naskah terjemahan Siria (Pesyitta) yang disusun menurut


27

keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosianus (abad VI / VII) dan Kodeks

London (abad VI). Untuk itu penulis tetap memakainya berdasarkan teks

BHS.

b. ‫( ַהלְלוּ־ ֵאל‬Halelu-El)

Dalam naskah terjemahan Siria (Pesyitta) yang disusun menurut

keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosianus (abad VI / VII) dan Kodeks

London (abad VI), bahwa kata ‫( יָהּ‬Yah: ‘Tuhan’) tidak ada dalam naskah,

yang ada adalah kata ‫ֵל‬


‫( ־א‬El-: ‘Allah’).

Ayat 2:

(1) ‫ָיו‬
‫( ִבגְבוּרׁת‬Vigevurotaw)

Kata ini juga tidak begitu dipermasalahkan. Naskah Siria hanya memberi

penjelasan saja, bahwa kata vigvurotaw adalah merupakan kata tunggal.

(2) ‫( כְּרׁב‬Kherov)

Pada ayat ini juga tidak ada masalah, hanya saja sedikit dari beberapa

naskah PL abad pertengahan, seperti naskah Siria menjelaskan bahwa kata

itu tidak ada dalam naskahnya, yang ada melainkan kata ‫ְבּ רׁב‬ (berov:

‘dengan besar/kebesaran’), dan penulis tetap memakai kata dalam teks

BHS tersebut.
28

Ayat 4:

Pada ayat 4a, sedikit jumlah (naskah) dari beberpa naskah-naskah

Perjanjian Lama dari abad pertengahan menyatakan bahwa kata ‫וּבמ‬ (uvem)

yang pada naskah tersebut, sedangkan kata umatol tidak ada dalam naskah

tersebut. Belum dipastikan arti yang sebenarnya kata tersebut sebab tidak

terdapat dalam daftar Analitycal atau Kamus Ibrani. Yang jelas kata tersebut

mengarah ke arah tari-tarian. Sama sekali tidak ada permasalahan, sebab

naskah ini hanyamenyatakan penjelasan bahwa kata tersebut tidak terdapat

dalam naskahnya.

Pada ayat 4b, pada teks LAI T.B. 1974 ada dicantum kata ‘kecapi’ (bhs

Ibrani: Kinnor), namun dalam teks BHS kata tersebut tidak ada. Dengan

demikian untuk penerjemahan penulis mengikuti teks BHS lebih dianggap

lebih mendekati teks asli.

Ayat 6:

Naskah terjemahan Yunani “Septuaginta”/LXX (yakni kodeks

Aleksandrinus, hasil penelitian ulang Lukianos, kodeks Venorensis),

terjemahan Koptik (Mesir), dan terjemahan Siria menjelaskan bahwa kata

Halelu-Yah tidak ada (mungkin lebih) dalam naskah mereka. Dengan


29

demikian dapat disimpulkan kata itu tetap dipakai, sebab naskah/kodeks

tersebut hanya menjelaskan saja.

4. Terjemahan

Berdasarkan dari teks yang dianalisa maka terjemahan teks dapat dilihat

bawah ini yang dibandingkan dengan beberapa terjemahan lainnya:

Terjemahan Penulis Terjemahan


AYAT

dariTeks Terjemahan LAI Terjemahan LAI Penulis dari Teks


Biblica Hebreica T.B. 1974 BIS 1985 King James
Stutgartensia (BHS) Verssion
1 “Pujilah TUHAN! ”Haleluya! Pujilah “Pujilah “Pujilah TUHAN.

Pujilah Allah di Allah dalam tempat TUHAN! Pujilah Puji Allah di

dalam kudus-Nya! kudus-Nya! Pujilah Allah di dalam tempat-Nya: pujilah

Pujilah Dia di dalam Dia dalam Rumah-Nya! Dia di dalam

cakrawala-Nya yang cakrawala-Nya Pujilah kekuatan- Cakrawala

kuat!” yang kuat!” Nya di angkasa!” kekuatan-Nya.”

2 “Pujilah Dia di dalam ”Pujilah Dia karena “Pujilah Dia “Pujilah Dia karena

keperkasaan-Nya, segala keperkasaan- karena perbuatan- perbuatan-Nya

pujilah Dia sesuai Nya, pujilah Dia Nya yang yang hebat: pujilah

kebesaran-Nya yang sesuai dengan perkasa. Pujilah Dia sesuai

hebat!” kebesaran-Nya Dia karena keagungan-Nya

yang hebat!” keagungan-Nya yang unggul.”

yang besar.”

3 ”Pujilah Dia dengan “Pujilah Dia “Pujilah Dia “Pujilah Dia


30

tiupan sangkakala, dengan tiupan dengan bunyi dengan bunyi

pujilah Dia dengan sangkakala, Pujilah trompet, pujilah trompet: pujilah

gambus dan kecapi!” Dia dengan gambus Dia dengan Dia dengan gambus

dan kecapi!” gambus dan dan kecapi.”

kecapi!”

4 “Pujilah Dia dengan “Pujilah Dia “Pujilah Dia “Pujilah Dia

rebana dan tari-tarian, dengan rebana dan dengan rebana dengan rebana dan

Pujilah Dia dengan tari-tarian, pujilah dan tari-tarian, tarian: pujialah Dia

beberapa permainan Dia dengan pujilah Dia dengan alat-alat

dan seruling!” permainan kecapi dengan kecapi musik gesek dan

dan seruling!” dan seruling.” orgel.”

5 “Pujilah Dia dengan “Pujilah Dia “Pujilah Dia “Pujilah Dia

memperdengarkan dengan ceracap dengan ceracap dengan canang

ceracap, Pujilah Dia yang berdenting, yang berdenting, yang keras: pujilah

dengan ceracap pujilah Dia dengan pujilah Dia Dia dengan canang

berdentang!” ceracap yang dengan canang yang bergema

berdentang!” yang berdentang.” tinggi.”

6 “Seluruh yang “Biarlah segala “Hendaklah “Biarlah Segala

bernafas untuk yang bernafas semua makhluk sesuatu yang

memuji-TUHAN! memuji TUHAN! hidup memuji bernafas memuji

Pujilah-TUHAN!” Haleluya!” TUHAN. Pujilah TUHAN. Pujilah

TUHAN!” TUHAN.”
31

Dari beberapa terjemahan di atas, yaitu terjemahan penulis dari teks

BHS, terjemahan LAI (T.B.’74 dan BIS’85), terjmahan penulis dari bahasa

Inggris versi King James, penulis lebih mememilih teks BHS yang

diterjemahkan oleh penulis sendiri dengan alasan bahwa teks BHS dianggap

lebih mendekati naskah aslinya. Namun penulis juga menggunakannya

terjemahan-terjemahan tersebut sebagai bahan perbandingan, di samping itu

dapat juga digunakan sebagai alat bantu untuk menafsirkan teks yang

dianggap sulit untuk ditafsirkan.

Adpun analisa perbandingan terjemahan-terjemahan dari berbagai versi

adalah sebagai berikut:

Ayat 1:

a. Halelu Yah diterjemahkan dengan “Pujilah Tuhan”, sama dengan

terjemahan LAI versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan terjemahan

King James English Verssion (KJEV). Sedangkan terjemahan LAI versi

Terjemahan Baru (T.B.) mengartikannya sebagai Haleluya.

b. Beqadesyo diterjemahkan : di dalam kudus-Nya, sedangkan dalam :

- LAI T.B. mengartikannya : dalam tempat kudus-Nya.

- LAI BIS. mengartikannya : di dalam Rumah-Nya.

- KJEV. mengartikannya : di tempat-Nya.

c. Bireqia uzzo diterjemahkan : di dalam cakrawala-Nya yang kuat,

sedangkan terjemahan dalam :

- LAI T.B. mengartikannya : dalam cakrawala-Nya yang kuat.


32

- LAI BIS. mengartikannya : kekuatan-Nya di angkasa.

- KJEV. mengartikannya : di dalam cakrawala kekuatan-Nya.

Ayat 2:

a. Vigevurotaw diterjemahkan : di dalam keperkasaan-Nya

- LAI T.B. mengartikannya : segala keperkasaan-Nya.

- LAI BIS. mengartikannya : karena perbuatan-Nya yang perkasa.

- KJEV. mengartikannya : perbuatan-Nya yang hebat.

b. Kherov gudelo mengartikannya : sesuai kebesaran-Nya yang hebat.

- LAI T.B. mengartikannya : sesuai dengan kebesaran-Nya yang

hebat.

- LAI BIS. mengartikannya : karena keagungan-Nya yang besar.

- KJEV. mengartikannya : karena keagungan-Nya yang besar.

Ayat 3:

a. Beteqa syofar diterjemahkan : dengan tiupan sangkakala, sama dengan

terjemahan LAI T.B., sedangkan dalam :

- LAI BIS. dan KJEV.mengartikannya : bunyi trompet .

Ayat 4:

a. Beminnim weugav diterjemahkan : dengan beberapa permainan dan

seruling, sedangkan dalam :

- LAI T.B. dan LAI BIS. mengartikannya : dengan permainan kecapi

dan seruling.

- KJEV. mengartikannya : dengan alat-alat musik gesek dan orgel.


33

Ayat 5:

a. Vetsiltsele-syama diterjemahkan : dengan memperdengarkan ceracap.

- LAI T.B. dan LAI BIS. mengartikannya : dengan ceracap yang

berdenting.

- KJEV. mengartikannya : dengan canang yang keras.

b. Betsiltsele teru’a diterjemahkan : dengan ceracap yang berdentang,

sama dengan terjemahan LAI T.B., sedangkan dalam :

- LAI BIS. mengartikannya : canang yang berdentang.

- KJEV. mengartikannya : dengan canang yang bergema.

Ayat 6:

a. Khol Hannesyama diterjemahkan dengan Seluruh yang bernafas,

sedangkan dalam :

- LAI T.B. mengartikannya : Biarlah segala yang bernafas.

- LAI BIS. mengartikannya dengan Hendaklah semua makhluk.

- KJEV. mengartikannya : Biarlah segala seuatu yang bernafas.

b. Halelu-Yah diterjemahkan dengan Pujilah Tuhan, sama dengan

terjemahan LAI BIS., dan KJEV., kecuali LAI T.B. dengan

mengartikannya menjadi Haleluya.

B. Situasi Kehidupan

Bangsa Israel merupakan bangsa yang dipilih Allah, yang paada awalnya

sebelum masa pembuangan, bangsa tersebut tinggal di tanah Kanaan yang


34

makmur dan subur, dan bangsa Israel telah meninggalkan penyembahan Baal dan

bebas untuk mengembangkan moral spritualitas serta menyembah Allah (H. W.

Robinson, 1954:136). Namun, sejak masa pembuangan terjadi hidup bangsa

tersebut, terlebih-lebih iman kepercayaan mereka sering terombang-ambing, dan

tidak dapat menikmati hidupnya dengan tenang.

Masa pembuangan tidak hanya sekali saja yang terjadi dirasakan dan

dialami oleh Bangsa Israel. Bangsa mengalami tiga kali pembuangan yang

dilakukan bangsa Babilonia atas penduduk Yehuda (Yer. 52:28-30). Pembuangan

yang pertama berlangsung dalam tahun 597 SM, pembuangan yang kedua

berlangsung pada tahun 587 SM, dan pembuangan yang ketiga pada tahun 582

SM (David F. Hinson, 2002: 189-191).

Dalam hal ini dapat kita lihat situasi bangsa Israel dalam tiga masa yaitu

masa pembuangan, masa setelah pembuangan, masa pasca pembuangan. Dari

ketiga masa tersebut dapat dilihat situasi-situasi kehidupan bangsa Israel yaitu

situasi keagamaan, situasi kebudayaan, situasi pemerintahan, dan situasi

perekonomian.

1. Situasi Keagamaan

Bangsa Israel sangatlah menderita sebelum keluar dari tanah Mesir.

Untuk itulah Allah menugaskan Musa untuk membawa bangsa-Nya keluar

dari tanah Mesir. Namun, bangsa tersebut merasa lebih menderita ketika

mereka harus menempuh tanah Kanaan selama 40 tahun lamanya. Pada saat

Musa ditugaskan oleh Allah ke gunung Sinai, bangsa Israel telah mencoba

menyembah Allah lain. Sejak bangsa itu dipilih Allah, para keluarga Israel
35

telah ditekankan untuk mendidik dan mengajarkan anak-anaknya sampai

keturunan mengenai hal-hal yang baik di hadapan Tuhan, terlebih-lebih

beribadah kepada Tuhan. Mendidik dan mengajar sudah membudaya dalam

kehidupan orang Israel. Namun bangsa itu bukanlah bangsa yang terlalu patuh

terhadap peraturan dari Allah. Hal itu tampak ketika bangsa tersebut

menyembah allah lain, meski sebelumnya telah diajarkan oleh Musa bahwa

hanya satu Allah yang harus disembah. Penyembahan allah lain yang

dilakukan oleh orang Israel tersebut sebenarnya adalah merupakan pengaruh

dari kepercayaan dan kebudayaan dari bangsa Mesir. Sebab sebelum mereka

ke luar, bangsa yang kecil itu sudah lama dalam pembuangan di tanah Mesir.

Akibatnya sebagian dari orang-orang Israel ikut terpengaruh terhadap

kepercayaan dan kebudayan yang di tanah Mesir.

Dalam perjalanan bangsa tersebut juga tidak terlepas dalam acara

ibadah. Acara ibadah pada masa itu masih dilakukan di sekitar kemah yang

dianggap suci, atau disebut Kemah Suci. Itulah yang menjadi tempat

peribadatan orang-orang Israel. Dikatakan Kemah Suci karena tempat

pemujaan tersebut masih menggunakan metode bongkar pasang, dengan kata

lain tempat ibadah Israel pada waktu itu belum permanen.

Bangsa Israel, sebelum menetap di Kanaan, telah diorganisir sebagai

satu persekutuan keagamaan dari 12 suku. Memang mereka satu keturunan,

tapi pusat kesatuannya adalah saling mengambil bagian dalam perjanjian

dengan Yahweh. Pertanda yang kelihatan dari satu kesatuan perjanjian mereka
36

adalah tabut perjanjian yang disimpan di Kemah Suci (J.D. Douglas, 1990:

448).

Pada Masa Daud sebelum menjadi raja, tempat ibadat orang-orang Israel

tidak lagi seperti masa Musa lagi. Namun tempat ibadat tersebut belum

seindah Bait Suci yang telah dibangun Salomo.

Bangsa Israel sebelum masa pembuangan tinggal di tanah Kanaan yang

makmur dan subur, dan bangsa Israel telah meninggalkan penyembahan Baal

dan bebas untuk mengembangkan moral spritualitas serta menyembah Allah

(H. W. Robinson, 1954: 136).

Dapat disimpulkan bahwa situasi keagamaan Kitab Mazmur dapat

dilihat dalam dua masa, yakni:

1) Masa pembuangan

Agama-agama yang ada pada saat itu didominasi oleh agama yang dianut

oleh orang Mesir. Orang-orang Israel pada masa masih sulit beribadah

karena didominasi agama Mesir yang menyembah dewa-dewa di kuil-kuil.

2) Masa Pasca-Pembuangan

Allah memilih Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah

Mesir. Pada masa Israel dapat bebas beribadah kepada TUHAN (YHWH).

Tempat beribadah pada saat itu belum permanen, karena hidup Israel

masih nomadis sehingga mereka hanya beribadah di kemah suci, yang

dapat kita lihat pada Kel 33:9 (C. Barth, 1993:74+87).

Situasi keagamaan pada masa ini dapat juga dilihat pada masa hidup Daud

dan selama Salomo menjadi raja. Kehidupan beragama pada masa Daud
37

sudah memiliki tempat ibadah, akan tetapi bukanlah tempat ibadah

seutuhnya seperti pada masa Salomo. Tempat ibadah pada masa Daud

disebut Synagoge yang sebenarnya digunakan untuk belajar agama dan

Taurat. Sejak Salomo jadi raja, pembangan Bait Suci telah dilakukan dan

segala sesuatunya yang berhubungan dengan ibadah dilakukan di Bait

Suci yang telah dibangun di Yerusalem, tempat tersebut sudah menjadi

pusat ibadah bagi segenap warga Israel (C. Barth, 1993:76). Pada masa

Salomolah puncak kejayaan tersebut, yang berlangsung selama beberapa

puluh tahun. Pengaruh perkembangan atas agama Israel tersebut sungguh

revolusioner. Pada zaman inilah musik dan alat-alatnya dipakai dengan

penuh kemeriahan dan kemewahan, baik pada pesta perayaan agama

maupun dalam ibadah. Namun, walaupun agama Israel ada, sedikit demi

sedikit agama lainnya telah menyusupi kehidupan Israel melalui

kerjasama yang telah dilakukan raja Salomo. Bahkan agama yang sudah

sempat hilang di tanah Kanaan, kembali berkembang dengan mempelajari

situasi pemerintahan raja Salomo.

2. Situasi Kebudayaan

Kehidupan beragama pada masa pra keluaran, masa keluaran dan masa

pasca-keluaran telah membudaya dalam hidup orang-orang Israel. Seperti

halnya dengan beribadah, orang-orang Israel dalam kapasitas besar selalu

beribadah di tempat yang sudah ditentukan. Seperti halnya pada masa Musa,

kebiasan beribadah dilakukan di kemah suci. Masa Daud, kebiasaan beribadah


38

dilakukan di Synagoge. Dan masa Salomo, kebiasaan beribadah dilakukan di

Bait Suci di Yerusalem.

Sangat sulit memisahkan budaya dan agama yang sebenarnya dalam

kehidupan orang-orang Israel. Sedangkan dalam hal perayaan-perayaan

keagamaan bukan lagi sekedar ibadah tetapi sudah menjadi tradisi bagi bangsa

tersebut. Bahkan alat-alat musik yang biasanya digunakan dalam pesta

pernikahan sudah digunakan dalam ibadah.

3. Situasi Pemerintahan

Situasi pemerintahan pada masa penulisan Kitab Mazmur dapat dilihat

dalam dua masa, yaitu:

i. Masa Pembuangan

Bentuk Teokrasi merupakan bentuk pemerintahan bangsa Israel sejak

bangsa itu dipilih dan Tuhan sendirilah yang merupakan pemimpin

bangsa tersebut. Sekalipun demikian, kehidupan orang-orang Israel

masih di bawah naungan pemerintahaan Mesir. Sehingga sulit bagi

orang-orang Israel untuk mengenal siapa pemimpin mereka yang

sebenarnya.

ii. Masa Pasca-Pembuangan

Pada masa ini pemerintahan Teokrasi masih berlaku, namun berbeda

dengan masa pembuangan. Allah memilih Musa bukanlah menjadi

pemimpin yang menggantikan Allah seutuhnya namun menjadikan


39

Musa sebagai perwakilan Allah untuk membawa orang-orang keluar dari

tanah Mesir.

Di waktu yang berbeda, pada masa ini juga memberitahukan bahwa

orang-orang Israel ternyata sangat membutuhkan seorang raja, setelah

lama menetap di tanah Kanaan. Hal itupun dikabulkan Allah, dengan

mengutus nabi Samuel untuk memilih dan menobatkan Saul menjadi

raja Israel. Periode kepemimpin raja Saul ternyata justru membuat

orang-orang Israel benci kepadanya karena selalu mengutamakan

pribadinya sendiri dari pada bangsa tersebut. Bahkan tidak mau

meninggalkan takhtanya ketika Daud bersamanya. Namun, keinginan

Tuhan tidak bisa dilawan. Allah kembali mengutus nabi Samuel agar

menobatkan Daud menjadi. Kehidupan masyarakat Israel sangat

terganggu karena putra sulung Daud berambisi menjadi raja. Namun,

Allah memilih Salomo untuk menduduki takhta kerajaan Israel.

Kepemimpinan raja Salomo membuat daerah-daerah sekitarnya tunduk

kepadanya sebab dapat memimpin bangsa Israel dengan baik.

4. Situasi Perekonomian

Kehidupan orang-orang Israel ketika masih di bawah kekuasaan

kerajaan Mesir sangat memprihatikan sekali. Hidup Orang-orang Israel sangat

tertindas. Status mereka berbeda dengan orang-orang Mesir. Orang-orang

Israel bukanlah rakyat biasa seperti orang-orang Mesir, melainkan sebagai

budak-budak pekerja di tanah Mesir. Situasi ekonomi Israel jauh lebih buruk
40

dari ekonomi Mesir. Untuk mencari kebutuhan sehari-hari, mereka tidak dapat

mencari pekerjaan lain kecuali menjadi budak orang-orang Mesir. Mereka

hanya bisa memanfaatkan sisa-sisa dari orang-orang Mesir untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Setelah Israel berada dibawa oleh Musa keluar dari tanah Mesir

barulah mereka bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari walau masih

berpindah-pindah. Namun Allah masih campur tangan dalam memenuhi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Pada masa Daud menjadi raja, pertumbuhan Ekonomi bangsa Israel

mulai bertumbuh dengan. Namun kehidupan bangsa tersebut masih

dalam taraf masa transisi, seperti dengan adanya beberapa pembangunan

di daerah tersebut (Th. C.Vriezen:2001:189).

Perekonomian bangsa Israel berkembang dengan pesat barulah pada

masa Salomo menjadi raja. Berbagai perubahan telah terjadi di daerah-daerah

yang ada di tanah yang ditempati bangsa tersebut. Bahkan dalam mencari

kebutuhan sehari-hari tidak lagi hanya sebatas mengolah pertanian. Kehidupan

perekonomianpun sudah bersifat heterogen

Namun hal yang paling buruk bagi Allah, Salomo terlalu mengutamakan

kerjasama dengan bangsa-bangsa lain dengan tidak melihat pengaruhnya

terhadap bangsa Israel. Namun lebih berbeda lagi dibanding masa Daud. Yang

dulunya hidup masih nomadis atau pertanian, namun setelah Salomo menjadi

raja negara tersebut menjadi kuat dan modern (Th. C. Vriezen; 2001; 190).

Dengan mencoba menikahi para perempuan bangsa-bangsa lain dianggap


41

merupakan alat untuk kerjasama dan penghubung bangsa Israel dengan bangsa

lain.

C. Konteks Umum dan Khusus

1. Konteks Umum

a) Mazmur merupakan kumpulan puji-pujian bangsa Israel

Kitab Mazmur tidak semuanya ada kata pujian, tetapi kitab Mazmur

banyak mengandung unsur-unsur pujian, sehingga kitab ini disebut kitab

puji-pujian.

Penulis-penulis kitab Mazmur tidak lain adalah keturunan orang-

orang Israel, dengan demikian kitab ini adalah kitab puji-pujian bagi

bangsa Israel, dilihat dari isi dan bentuknya kebanyakan mengarah ke

orang-orang Israel (Clarence H.B., 1997:13).

Mazmur bukanlah sekedar pujian bagi bangsa Israel, melainkan

bagian dari ibadah Israel. Ibadah biasanya berlangsung di rumah Allah di

Yerusalem. Peribadatan berlangsung pada waktu terntentu menetapkan

kurban pagi dan petang (Kel 29:38-42; Bil 28:2-8), peribadatan pada

upacara-upacara sabat dengan kurban-kurban khusus (Bil 28:9-10) dan

sejumlah besar peserta kebaktian (2 Raj 11:5-8), dan peribadatan dengan

kurban bakaran pada permulaan bulan (Bil 28:11-15; bnd Hos 2:13).

Dalam perayaan-perayaan juga peribadatan dilakukan. Seperti pada

hari raya Roti Tidak Beragi dan Paskah, perayaan gabungan pada awal

musim semi (Kel 32:15; Im 23:5); hari raya Tujuh Minggu (hari raya
42

menuai pada akhir musim semi, dalam Perjanjian Baru disebut hari

Pentakosta; Kel 23:16; 34:22; Bil 28:6; Kis 2:1); hari raya Pondok Daun

pada awal musim gugur (Kel 23:16; 34:22; Ul 16:16). Beribadah juga

termasuk menyerukan pujian (W.S. Lasor: 2001:60).

b) Mazmur merupakan Firman dan nyanyian

Bila dihubungkan dengan Perjanjian baru, pada hari Pentakosta,

Petrus menyebut Mazmur Daud (Kis 1:16; Mzm 41:9), dan Paulus pada

waktu di Antiokhia mengutip dari Kitab Mazmur sebagai firman Allah

(Kis 13:29-34). Mazmur 2:7 merupakan kutipan yang digunakan untuk

menyampaikan firman (Clarence H.B.:1997:13).

Istilah Mazmur tidak dipakai sebagai kitab saja, tetapi kitab Mazmur

juga dipakai sebagai nyanyian pujian. Bahkan bermazmur (‘bernyanyi’)

untuk memuji, mengajar, menegur orang lain seperti yang diajarkan oleh

rasul Paulus kepada jemaat di Efesus dan Kolose (Ef 5:19; Kol 3:16).

Mazmur-mazmur itu memang dikarang untuk dinyanyikan dengan

iringan musik. Sebagian besar syair Ibrani berbentuk lirik dan mula-mula

diiringi alat musik. Salah satu kata yang diterjemahkan sebagai

“Mazmur”, berarti “suatu gubahan berlagu” (Clarence H.B.:1997:12-13).

2. Konteks Khusus: “Panggilan Beribadah untuk memuji Tuhan”

Mzm 150 merupakan seruan beribadah kepada orang-orang Israel

untuk memuji Tuhan. Panggilan tersebut bukanlah untuk pribadi lagi, tetapi

ajakan untuk banyak pribadi-pribadi, yang tentunya orang-orang Israel.


43

Dalam kitab mazmur, kata ‘Haleluya’ (‘Pujilah TUHAN’) sering

diulangi, bahkan ada pasal tertentu menulis doksologi Haleluya pada kata

pembuka dan kata penutup, seperti pasal 106; 113; 135), dan ada hanya

menuliskan kata Haleluya pada pembuka saja (Pasal 111; 112) atau pada

penutup (pasal 116).

Adanya pengulangan kata Haleluya pada pasal-pasal itu adalah

menjelaskan bahwa hanya Tuhanlah yang patut dipuji. Hal itu dapat

dihubungkan dengan peresmian Bait Suci di Yerusalem. Peresmian itu

bukanlah sekedar pelaksanaan saja tetapi bukti yang menekankan bahwa

Tuhan patut dipuji, sehingga peresmian itu diwarnai dengan berbagai

nyanyian bahkan diiringi dengan berbagai alat-alat musik untuk memuji

Tuhan (2 Taw 5:12). Secara khusus, konteks pada kitab Mazmur 150 adalah

”Panggilan beribadah kepada orang-orang Israel untuk memuji Tuhan”, dan

dalam kebiasaan ibadah itu dilaksanakan di Bait Suci di Yerusalem.

Umumnya kitab Mazmur dinyanyikan pada pertengahan dan akhir

ibadah. Namun, khusus pasal 150 itu dinyanyikan sebelum ibadah dimulai

(J.L. Ch. Abineno, 2000:37).

D. Pengarang dan Waktu Penulisan Kitab Mazmur 150:1-6

Pengarang kitab Mazmur 150:1-6 adalah penulis yang tidak dikenal, atau

pemazmur yang tidak dikenal. Kitab Mazmur pasal 150:1-6 ditulis kira-kira tahun

1000-500 SM, yaitu pada masa post-exilis atau setelah masa pembuangan (Jerald

F. Dirks, 2003:24; Sutjiono, 2003: 24; Blomendaal, 1999; J.D. Douglas).


44

E. Struktur Kitab Mazmur 150:1-6

Struktur kitab Mazmur khusus pasal 150 adalah merupakan pembagian

ayat per ayat dari Mazmur pasal 150 itu sendiri. Adapun struktur kitab Mazmur

150 adalah :

Ayat 1 : Memuji Tuhan di dalam Kudus dan Cakrawala-Nya

yang kuat

Ayat 2 : Memuji Tuhan karena keperkasaan-Nya dan kebesaran-

Nya

Ayat 3-5 : Memuji Tuhan dengan iringan alat-alat musik

Ayat 6 : Segala yang bernafas memuji Tuhan

F. Jenis Mazmur 150

Kitab Mazmur pasal 150 ini masuk dalam kumpulan kitab Mazmur bagian

jilid V dan pasalpun ini digolongkan atau dikelompokkan dalam Mazmur madah

atau Mazmur Pujian (J. Blomendaal, 1999:146; J. D. Douglas, 1995:44, Dianne

Bergant, 2002).

G. Tafsiran Kitab Mazmur 150

1. Tafsiran Ayat Per Ayat

Ayat 1 : “Pujilah TUHAN! Pujilah Allah di dalam kudus-Nya! Pujilah


Dia di dalam cakrawala-Nya yang kuat!”
Kata kunci : Pujilah TUHAN, Allah, Dia, di dalam kudus-Nya, dan di dalam
Cakrawala-Nya.
45

Ayat ini merupakan bagian pertama dari pasal 150.

Kata pujilah Tuhan (Haleluyah) awal untuk menyerukan pujian,

atau ajakan pertama kepada umat untuk memuji Tuhan.

Pada ayat yang pertama ini, bentuk sebutan untuk

memuji Tuhan ada tiga macam, yakni ‫ַהלְלוּיָהּ‬ (Halelu Yah),

‫ַהלְלוּ־אֵל‬ (Halelu-El), dan ‫הלְלוּהוּ‬


ַ (Halelu-Hu).

Yang pertama, sebutan Haleluya berasal dari bahasa

Ibrani yang terdiri dari dua kata yaitu halelu (puji) dan Yahweh

(TUHAN); yang dapat diartikan ’Pujilah TUHAN’. Kata ini

merupakan doksologi dalam kitab Mazmur (R. Soedarmo,

1994:32).

Sebutan Halelu Yah, merupakan doksologi yang

dinyanyikan pada hari Sabat, dan menjadi pujian Agung. Ini

dianggap merupakan sebutan liturgis yang diduga menjadi

sebutan baku untuk memuji Tuhan dalam kebaktian di Bait Allah

sesudah pembuangan (J. D. Douglas, 1990:146-150).

Bila kita perhatikan secara seksama, bahwa sebelum di

Kel 3, nama YHWH memang dijumpai tetapi baru kepada Musa

diterangkan artinya (Kel 6:2). Nama YHWH dianggap

merupakan nama diri Allah atau Tuhan, adapun YHWH

dialirkan dari kata yang berarti ’adalah’ maksud Tuhan

diberikan-Nya sendiri: bahwa Ia adalah Allah Abraham, Allah


46

Ishak, Allah Yakub, seperti yang dijabarkan dalam Kel 3:15 (R.

Soedarmo, 1994:102-103).

Yang kedua, sebutan Halelu-El, yaitu kata Ibrani yang

terdiri dari Halelu (puji) dan –El (Allah). Akhiran –El pada kata

Halelu merupakan salah satu nama untuk menyebut Tuhan (bnd

R. Soedarmo, 1994:103). Dalam bahasa Inggris, sebutan El

dipakai kata God (Allah/dewa), yang asalnya dari bahasa-bahasa

Semitis lainnya, dan berarti suatu allah atau dewa dalam

pengertian luas. Dalam naskah Ras Syamra, El adalah kata

benda nama diri dari “Allah Akbar” orang Kanaan yang

anaknya Ba’al. Bentuk jamaknya Elohim = dewa-dewa.

Karena sifatnya yang umum ini maka kata El sering

dihubungkan dengan kata sifat dan sebutan tertentu, seperti

Ul 5:9, “Aku, TUHAN (YHWH), Allah-mu (Elohim), adalah

Allah (El) yang yang cemburu.” (J. D. Douglas, 1990:37).

Dan Yang Ketiga, Halelu-Hu yaitu ”Pujilah Dia’,

sebutan ini diucapkan untuk memuji Tuhan dengan tidak

menyebut nama-Nya.

Ketiga sebutan untuk memuji Tuhan tersebut memiliki

perbedaan meskipun kata Halelu pada dasarnya sama artinya

pada ketiga sebutan pemujian tersebut. Perbedaan tersebut dapat

kita lihat dari maknanya. Halelu-Yah adalah memuji Tuhan

dengan menonjolkan singkatan nama Tuhan (Yah=YHWH) yang


47

sebenarnya. Artinya, Tuhan juga memiliki nama khusus

sekalipun diucapkan menjadi Adonay (Tuhan). Halelu-El adalah

memuji Allah dengan menonjolkan kata El (Allah/dewa). Kata

ini dianggap sudah umum di tanah Kanaan untuk memuji dewa.

Akan tetapi Halelu-El bukan diarahkan kepada dewa, melainkan

kepada Tuhan saja yang dipercaya oleh bangsa Israel. Karena

sifatnya umum disebut maka layak diadopsi untuk menyebutkan

El. Dari situ dapat kita lihat maknanya, bahwa Allah yang

dipercayai oleh Israel itu adalah Allah yang universal, yang

artinya siapa saja dapat memuji Tuhan. Sedangkan Halelu-Hu,

adalah sebutan memuji Tuhan dengan menggunkan kata ganti –

Hu (Dia), artinya Dia yang dipuji adalah Yahweh (TUHAN).

Memuji Tuhan adalah pemenuhan panggilan beribadah.

‘Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya’, ‘ dalam tempat kudus’

dapat diartikan sebagai tempat yang tersembunyi. Dalam teks

BHS memang kata tempat tidak dibuat, melainkan hanya kata di

dalam kudus-Nya. Namun dapat juga diartikan bahwa Panggilan

beribadah ini adalah ajakan untuk memuji Tuhan yang ada di

tempat tersembunyi atau di kerajaan-Nya yang jauh. Bait Suci,

juga dapat dimaksudkan sebagai (tempat) kudus-Nya. Namun,

yang menjadi perbedaan bahwa panggilan beribadah itu dapat

dilakukan di bait suci. Panggilan beribadah di bait suci sudah

merupakan kebiasan para pemazmur atau orang Lewi (1 Taw


48

23:27-32, khususnya ayat 30) untuk mengundang para umat

Israel untuk memuji Allah. Dan biasanya undangan tersebut

diarahkan ke Bait Suci yang ada di Yerusalem (Mzm 63:3;

68:18; 74:3). Mungkin itu yang dimaksud di tempat kudus-Nya.

Tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa tempat kudus itu

adalah surga. Namun Menurut kebiasan orang yang mengundang

umat untuk beribadah pada waktu biasanya diarahkan ke Bait

Suci di Yerusalem yang sudah menjadi tempat pusat ibadah

Israel (C. Barth, 1994:76).

“… dalam Cakrawala yang Kuat…”, juga merupakan

tempat yang menandakan bahwa Tuhan itu kuat. Istilah itu

merupakan gambaran bahwa Allah itu adalah Maha Pencipta.

Namun, hal itu bukanlah suatu batas kekuatan Allah, terkhusus

pada kalimat dalam cakrawala-Nya yang kuat. Melainkan suatu

gambaran yang menandakan bahwa Tuhan itu kuat dan kudus.

’Bereqia uzzo’ adalah merupakan bahwa kekuatan Allah itu ada

di cakrawala, dengan kata lain, kekuatan Allah ada di langit.

Penjelasan ini bukanlah menyatakan bahwa kekuatan Allah yang

sebenarnya terletak di langit, tetapi menekankan bahwa kekuatan

Allah di cakrawala atau langit yang tak terbatas yang tak bisa

dijangkau oleh alam pikir manusia. hal ini menjelaskan bahwa

status Allah dengan manusia adalah berbeda. Artinya manusia

sebagai hamba-Nya, dan Tuhanlah yang menjadi Tuan manusia.


49

Seruan pujian dalam ayat ini adalah merupakan pertanda

di mana keberadaan Allah itu. Dengan demikian bahwa makna

memuji Tuhan pada ayat ini adalah bahwa memuji Tuhan adalah

menyatakan ungkapan syukur kepada Tuhan di saat manusia

masih berada di bumi. Bumi merupakan tempat manusia dalam

melangsungkan hidupnya adalah ciptaan Allah, maka tempat

manusia itu dapat dijadikan sebagai tempat untuk memuji Tuhan.

Tempat itupun menjadi kudus bila dijadikan sebagai tempat

untuk memuji Tuhan.

Ayat 2 : “Pujilah Dia di dalam keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai


kebesaran-Nya yang hebat!”
Kata Kunci: Pujilah Dia, Keperkasaan-Nya dan Kebesaran-Nya yang hebat
Bagian ayat ini adalah bagian kedua dalam psl 150.

Seruan pujian di sini menyatakan bahwa Allah itu layak dipuji.

Allah layak dipuji adalah karena segala keperkasaan dan

kebesaran-Nya yang hebat. Dari keperkasaan dan kebesaran-Nya

yang hebat yang menandakan Allah telah melakukan segala

keajaiban-keajaiban (Mzm 86:10). Keperkasaan dan kebesaran

merupakan sifat-sifat Allah yang menunjukkan bahwa Tuhan itu

Maha Ajaib. Di sini pemazmur mencoba memperkenalkan Allah

yang layak kita puji.

Keperkasaan dan kebesaran merupakan sifat-sifat dari

Allah itu sendiri. Memuliakan Allah dengan adanya tambahan


50

kata-kata sifat tersebut sudah merupakan kebiasan bangsa Israel;

besar kemungkinan bahwa untuk mewarisi itu dari tradisi

keagamaan bangsa-bangsa penduduk asli Kanaan, yang telah

biasa menggunkannya kepada dewa-dewanya masing-masing,

bila lepas dari pengalaman sejarah keselamatan itu, jadi sudah

pastilah segala puji-pujian Israel menjadi dangkal dan samar-

samar, menjadi sama dengan gong yang berkumandang dan

canang yang gemerincing (C. Barth, 1993).

Dalam ayat ini dapat ditemukan bahwa makna memuji

Tuhan adalah menyatakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas

pertolongan-Nya bagi manusia dan ungkapan memohon kepada

Tuhan karena Tuhan dianggap dapat menolong manusia.

Ayat 3-5 : “Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan
gambus dan kecapi!”
“Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, Pujilah Dia
dengan permaninan seruling!”
“Pujilah Dia dengan memperdengarkan ceracap, Pujilah Dia
dengan ceracap berdentang!”

Kata kunci : Pujilah Dia, tari-tarian dan alat-alat musik.

Seruan kata ‘Haleluhu’ di sini merupakan seruan

yang menyatakan dengan apakah manusia itu memuji

Tuhan. Kata-kata kunci dalam ayat-ayat ini adalah memuji


51

Tuhan, dengan alat-alat musik yang disebut di dalamnya

yang digunakan untuk memuji Tuhan.

Di sini ada beberapa alat-alat musik yang sudah

biasa digunakan dalam ibadah Israel pada masa Perjanjian

Lama. Penggunaan alat-alat musik ini merupakan puncak dari

segala seruan pada psl 150 ini. Di mana ajakan untuk memuji

itu ternyata dapat menggunakan alat-alat musik. Dengan

demikian, ungkapan pujian itu tidaklah harus sekedar

diungkapkan saja, tetapi dapat juga diekspresikan dengan

berbagai alat-alat musik yang ada. Dan tentunya, dimainkan

dengan sebaik mungkin agar tidak mengundang hal-hal yang

tidak diinginkan.

Tari-tarian dalam budaya Israel kuno biasanya digunakan

pada acara pesta perkawinan saja, namun untuk memuji Tuhan

juga bisa digunakan. Dalam ibadah resmi, tari-tarian, namun

setelah acara ibadah resmi selesai atau sebelum acara resmi

dimulai tari-tarian dapat dipertunjukkan, yang juga bisa

digunakan untuk memuji Tuhan.

Alat-alat musik yang dikenal pada waktu itu yang

terdiri dari tiga kelompok (dianalisa berdasarkan musik

bidang instrumentalia), yaitu Aerophone: kelompok alat

musik tiup; Idiophone: kelompok alat musik


52

bertali/berdawai; dan Membranophone: kelompok alat musik

pukul atau tabuh (TTP., 1981:470).

Dalam analisa penulis bahwa jenis-jenis alat musik

yang pada Mazmur ke-150 ini ada sebanyak tujuh macam

dicatatkan dengan dua macam alat musik tiup, tiga macam

alat musik tabuh/pukul, dan dua macam alat musik dawai.

Ketiga kelompok musik yang dikenal tersebut adalah:

(a) Kelompok alat musik tiup.

• Sangkakala: ‫שׁוֹפָר‬ (Syofar), alat ini biasa digunakan untuk

memberi tanda perayaan pesta Pondok Daun (Mzm 81:4) dan

hari-hari pesta yang menyoraki Tuhan sebagai Raja (Mzm

47:6; 98:6). Alat ini terbuat dari tanduk panjang dengan

ujung bawah melengkung ke atas. Inilah yang menjadi

sangkakala nasional Israel, yang dipakai pada peristiwa-

peristiwa militer. Di samping itu juga digunakan untuk

memanggil orang-orang agar berkumpul dan beribadah di

bait Allah. Dan pada saat ini masih digunakan oleh Israel

masa kini.

• Seruling: Berdasarkan teks BHS, seruling disebut ‫עוּגָב‬

(U’gav). Sebutan itu hanya sekali dalam kitab Mazmur. Alat

musik ini rupanya berbeda dengan suling (1 Sam 10:5; 1 Raj


53

1:40; Yes 5:12). Namun tidaklah lebih dari dugaan bahwa

bentuk alat itu tentulah menyerupai suling.

(b) Kelompok alat musik pukul/tabuh.

• Rebana: ‫תׁף‬ (tof), dalam LXX (Septuaginta) disebut

tumpanon. Alat ini masih sejenis dengan tambur. Cara

pemakaiannya: tangan yang satu untuk memegang dan

tangan yang satu lagi untuk memukul. Menurut kebiasaan

orang Israel, rebana biasanya dipukul oleh perempuan (Mzm

68:26-27; Kel 15:20; 1 Sam 10:5). Dalam kitab Tawarikh

penggunaan rebana hanya sekali disebut (1 Taw 13:8 = 2

Sam 6:5). Apakah ini ada hubungannya dengan dengan

kurangnya penggunaannya dalam ibadah di bait Suci? Sulit

untuk dipastikan. Namun, walaupun demikian yang jelas

rebana pasti selalu digunakan untuk mengiringi ibadah pada

pesta Israel (bnd 2 Sam 6:5, 14). Memukul rebana tidak

terlepas juga dengan menari (bahkan bernyanyi). Itu

dilakukan secara bersama-bersama (Mzm 68:26-27; Kel

15:20-21; 1 Sam 18:6-7).

• Ceracap: ‫( ִצ ְל ְצלֵי‬tsiltseley), banyak digunakan dalam ibadat

(bnd 1 Taw 16:5; 2 Taw: 5:12; Neh 12:27). Namun dalam

Kitab Mazmur hanya pada pasal ini yang disebut. Di lihat

dari istilah berdenting dan berdentang (terjemahan LAI),


54

ceracap ini sepertinya terdiri dari dua bentuk pada zaman

kuno. Satu, terdiri dari dua belahan seperti belahan

tempurung. Yang kedua, kedua juga terdiri dari dua

berbentuk cawan. Kedua Ceracap tersebut Cara penggunaan

alat musik ini memiliki sedikit perbedaan dengan alat musik

lain yang dipukul dengan tangan atau pakai tongkat.

Sedangkan alat ini, salah satu dari belahan tersebut

dipukulkan ke belahan yang lainnya, dan seterusnya

dilakukan secara bergantian. Kemungkinan, ceracap yang

pertamalah yang mengeluarkan suara yang berdenting (suara

yang lunak), dan ceracap yang kedua mengeluarkan suara

yang berdentang (suara yang lebih nyaring dan kuat) (J.D.

Douglas, 1995:112). Baik dalam segi bentuk dan cara

pemakaiannya, alat musik ini ada kemiripannya dengan

simbal. Dalam teks Contemporary English Version

(CEV), King James English Version (KJEV), dan

beberapa Alkitab yang menggunakan berbagai versi

bahasa Inggris kata Ceracap diterjemahkan sebagai

‘Cymbal’, dalam terjemahan umum bahasa Indonesia

disebut simbal, ceracap, dan canang. Ceracap disebutkan

dalam terjemahan LAI, versi Terjemahan Baru (T.B.)

tahun 1974 ada sebanyak 16 kali, sedangkan dalam

terjemahan LAI versi Bahasa Indonesia Sehari-hari


55

(BIS.) tahun 1985 hanya satu kali. Alat musik ini hanya

diberitahukan dalam ayat ini dengan dua ceracap yang

memiliki sifat berbeda. Terjemahan LAI versi BIS.

kebanyakan mengartikan tseltselim sebagai gong. Belum

dapat diketahui apa sebenarnya perbedaan ceracap dengan

canang, namun dalam terjemahan Alkitab versi CEV dan

KJEV menyamakannya dengan ’Cymbal’. Kata canang

hanya ditemukan satu kali dalam Alkitab (1 Kor 13:1),

dan lainnya disebutkan dalam bentuk kalimat, dan itu pun

hanya satu kali disebutkan: Mat 6:2, “Jadi apabila

engkau memberi sedekah, janganlah engkau

mencanangkan hal itu, ...”.

(c) Kelompok alat musik berdawai/bertali.

• Kecapi: ‫כִנּוֹר‬ (kinnor). Golongan alat musik ini adalah

yang paling sering disebut dalam Alkitab dan juga

pertama sekali disebut dalam Alkitab (Kej 4:21).

• Gambus: ‫( נֵבֶל‬nevel). Menurut keterangan Alkitab alat ini

digunakan dengan cara dipetik dengan jari namun alat ini

sebenarnya umumnya digunakan dengan cara digesek.

Alat musik berdawai ini, baik kecapi maupun gambus

sudah umum disebut dalam Alkitab (bnd Mzm 92:4).


56

Seruan untuk memuji Tuhan, pada zaman Alkitab ketiga

kelompok alat musik tersebutlah digunakan untuk memuji dalam

ibadah di Bait Suci. Dapat dimaksudkan (tidak tertutup

kemungkinan pada zaman sekarang) bahwa ketiga kelompok

alat-alat musik yang dikenal pada masa kini juga memiliki

posisi yang sama dengan apa yang telah digunakan dalam ibadah

Israel pada zaman Perjanjian Lama. Hanya saja perbedaannya

terletak pada alat-alat yang digunakan. Artinya, mana yang

dikenal pada masa itu, itulah yang dipakai, dan mana yang

dikenal pada masa sekarang itu juga yang dipakai.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seruan

yang menggunakan alat musik untuk memuji tidaklah

sekedar dimainkan begitu saja. Melainkan ada variasi-variasi

tertentu untuk memperindah nada-nada/irama-irama yang

dikeluarkan oleh alat musik tersebut. Seperti halnya dengan

menabuh rebana dapat sekaligus mengiringi tari-tarian di

samping mengiringi nyanyian pujian. Hal yang lainnya,

dinamika suara juga diperlukan, apakah suaranya lunak atau

nyaring dan kuat.

Dengan demikian, orang Israel (yang telah dipanggil oleh

Lewi) beribadah ini karena Allah yang mereka percaya itulah

Tuhan Yang Maha Perkasa, ajaib, dan lain sebagainya.


57

Permaninan alat musik tentunya bukanlah hal paksaan

digunakan dalam ibadah, tetapi setidaknya alat musik boleh

dipakai dalam ibadah resmi. Wajar saja orang-orang Israel pada

zaman PL menggunakan alat-alat musik memuji Tuhan dengan

penuh kemewahan, sebab pada waktu itu memang bangsa itu

adalah bangsa yang kaya-raya dan makmur. Dari situ dapat

diketahui bahwa tidaklah ada patokan harus atau tidak untuk

memakai alat musik dalam acara ibadah. Namun alangkah

indahnya bila alat-alat musik dipakai untuk memuji Tuhan,

dengan penuh hikmat dan puji syukur kepada Tuhan, baik dalam

acara resmi atau acara biasa.

Dengan demikian, makna memuji Tuhan dengan

menggunakan alat-alat musik adalah menyatakan ungkapan

syukur melalui suara dari alat musik yang dimainkan oleh

manusia. Artinya memuji Tuhan dapat diungkapan dalam

ekspresi yang ada, salah satunya yaitu bernyanyi, dan bermain

musik.

Ayat 6 : “Seluruh yang bernafas untuk memuji-TUHAN! Pujilah-


TUHAN!”

Ayat inilah merupakan bagian terakhir dalam psl 150.

Seruan ini menyatakan siapa subjek yang memuji Tuhan, atau

dengan kata lain siapakah yang harus memuji Tuhan? Dalam


58

ayat ini dituliskan, ”(Biarlah) seluruh yang bernafas (khol

hannesyama: ‫ְשׁמָה‬
ָ ‫כֹּל ַהנּ‬ ) memuji Tuhan...” Kalimat ini

menyatakan bahwa seluruh yang bernafas adalah subjek yang

memuji Tuhan. Dan tentunya yang dimaksud ‘seluruh/segala

yang bernafas’ adalah manusia, hewan-hewan, dan tumbuh-

tumbuhan. Hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan bisa memuji

dengan cara hidup makhluk tersebut, sebab hewan-hewan dan

tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Tuhan. Namun yang

paling diutamakan adalah manusia, karena manusia adalah

makhluk yang paling khusus diciptakan di antara ciptaan-

ciptaan-Nya yang lain. Maka manusia sebagai umat Allah,

dengan segala akal dan pikirannya harus memuji Tuhan.

‘Haleluya’, merupakan seruan penutup pada ayat ini (juga secara

keseluruhan pada pasal 150). Ini merupakan harapan si

pemazmur agar segala yang bernafas ikut memuji Tuhan.

Artinya, memuji Tuhan adalah bagian dari hidup manusia.

Dengan demikian memuji Tuhan adalah kewajiban manusia.

2. Tafsiran Keseluruhan

Secara keseluruhan bahwa kitab Mazmur pasal 150 ini tidaklah dapat

dibagi menjadi beberapa bait. Melainkan hanya satu bait saja, karena ayat-ayat

pasal tersebut saling berhubungan, selain itu pasal ini banyak seruan kata

pujilah kepada Tuhan. Namun dari segi isi, pasal ini dapat dibagi menjadi tiga
59

bagian, yakni: ayat 1: berbicara tentang di mana Allah dipuji, ayat 2: mengapa

Allah dipuji, ayat 3-5: dengan apa (bagaimana) Allah dipuji, dan ayat 6: siapa

yang harus memuji (Marie C.B., 2003:522-523).

Kitab ini merupakan suatu seruan akbar untuk memuji Tuhan. Dalam

rentetan dan bagian ayat per ayat, selalu ada seruan kata Puji (+lah) Dia

(Tuhan).

Pasal dari kitab Zabur ini banyak menyerukan kata Puji yang

diarahkan kepada Tuhan. Seruan pujian itu ada sebanyak dua belas (12) kali

disebutkan, yakni seruan untuk Halelu-Yah (Pujilah TUHAN) ada sebanyak

dua kali yaitu pada ayat 1 dan 6, seruan Halelu-El (Pujilah Allah) hanya

satu kali disebutkan pada pasal ini yaitu pada ayat 2, dan seruan Halelu-Hu

(Pujilah Dia) ada sebanyak sembilan kali disebutkan, yaitu mulai dari ayat 2

sampai ayat 5. Kesemua seruan pujian tersebut berakar dari kata hll (halal:

puji).

Sebenarnya, sebutan imbuhan ”-El” itu sudah lama dikenal pada

zaman para Patruakh atau bapa-bapa leluhru orang Israel (Abraham, Ishak,

Yakub, Yusuf), sebab itu dikisahkan pada perjumpaan-perjumpaan para

leluhur Israel (Andar Ismail, 2000:2).

Dari seruan itulah pemazmur berusaha untuk mengajak pembaca

untuk memuji Tuhan yang telah diperkenalkannya dengan menyebutkan

sifat-sifat dari Allah tersebut. Artinya, pemazmur ingin memberitahukan

bahaw objek yang memiliki sifat-sifat yang agung itu adalah merupakan
60

Tuhan yang layak kita puji. Oleh karena itulah kita sebgai manusia dapat

memuji Dia dengan berbagai alat musik.

Ajakan untuk memuji Tuhan dengan memainkan berbagai alat-alat

musik merupakan puncak klimaks dari pasal kitab ini

Dari seluruh kumpulan Mazmur, pasal yang terakhir inilah sebagai

doksologi agung Kitab Mazmur, pemazmur ini ingin menyampaikan pesan

bahwa memuji Tuhan merupakan tujuan dari seluruh ciptaan dan harus

menjadi pernafasannya. Penggunaan alat musik dalam ibadah bisa juga

mengundang bahaya, apabila tidak digunakan pada jalurnya. Untuk itulah

alat musik (termasuk gerak/tari-tarian) disenadakan dengan tujuan

panggilannya. Persembahan nada hidup ini kemudian haruslah dipersatukan

dengan persembahan nada dalam ibadat. Hidup menjadi musik untuk

kemuliaan Allah (Marie C.B., 2003:523-525).

Makna memuji Tuhan dari keseluruhan pasal yang ke-150 ini adalah

merupakan bagian dari panggilan beribadah yang wajib dilakukan oleh

setiap umat manusia, sebab ibadah merupakan respon manusia terhadap

Allah yang memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan yang ada di jagat

raya ini. Dari situ dinyatakan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang Maha

Ajaib. Hal itulah yang membuat manusia harus memuji Tuhan baik di

tempat yang dianggap kudus (Bait Suci) atau di mana pun manusia itu

beribadah. Memuji Tuhan tidaklah hanya dengan sebatas ucapan di mulut

saja, tetapi dapat juga dilakukan dengan berbagai kemampuan atau talenta

yang ada seperti bernyanyi dengan iriangan alat musik atau dengan tari-
61

tarian. Dan tentunya semua itu dimainkan dengan seisi hati dan tanpa

paksaan. Di samping itu memuji Tuhan dapat dimaknai dengan melalukan

apa yang dikehendaki Allah yaitu berbuat yang benar di mata Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari, atau tidak melanggar hukum Allah.

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa si pemazmur ingin

menyampaikan makna dari memuji Tuhan dilihat isi bagian pasal ini adalah

sebagai berikut:

a. Ayat 1, menyampaikan makna bahwa memuji Tuhan sama dengan

meresponi segala kebesaran Allah, termasuk perbuatan-Nya yang

dianggap ajaib.

b. Ayat 2, menyampaikan makna bahwa memuji Tuhan dapat dilakukan

pada tempat di mana manusia itu hidup, atau dengan kata lain di mana

dan kapan saja manusia dapat memuji Tuhan. Artinya dalam kehidupan

manusia sehari-hari manusia dapat memuji Tuhan.

c. Ayat 3-5, menyampikan makna bahwa memuji Tuhan dapat

diungkapkan dengan talenta yang dimiliki manusia, seperti memakai alat

musik atau dapat juga sambil menari.

d. Ayat 6, menyampaikan makna bahwa memuji Tuhan itu adalah suatu

ibadah yang wajib dilakukan oleh segala makhluk ciptaan-Nya, dan

paling diutamakan adalah manusia.

Dengan demikian, memuji Tuhan merupakan kewajiban yang harus

dilakukan oleh segala makhluk ciptaan-Nya untuk meresponi segala


62

perbuatan yang Agung dari Tuhan dengan cara hidup masing-masing. Secara

khusus, pemazmur menyampaikan pesan kepada pembaca, bahwa sebagai

manusia haruslah selalu memuji Tuhan kapan dan di mana saja dengan

segenap akal dan pikiran manusia.

H. Scopus

“Memahami makna Memuji Tuhan dalam panggilan beribadah. ”


BAB IV
REFLEKSI TEOLOGIS

A. Mengenal Tuhan Yang Kita Puji

Manusia mengenal Allah hanyalah sejauh Allah memperkenalkan diri

kepada manusia itu sendiri. Pernyataan-pernyataan diri Allah saja, yaitu

penciptaan, pemeliharaan, penyertaan dan tindakan-tindakan keselamatan yang

dilakukan-Nya tentulah hanya menggambarkan sebahagian keberadaan Allah

yang sebernarnya. Sebab, pengenalan manusia tentang Allah sangat terbatas, jauh

dari keberadaan Allah yang sebenarnya (Darwin Lumbantobing, 2001:4).

Mengenal Tuhan adalah sulit untuk dijelaskan tanpa ada pembuktian

bahwa Tuhan adalah Maha Ajaib demikian juga dengan eksistensi Tuhan.

Namun, meskipun demikian pembuktian itu hanya dapat kita lihat dalam Alkitab,

yang dikemudian harinya ditafsirkan beberapa kalangan teologi yang menyatakan

bahwa Tuhan itu adalah Allah yang Maha Kuasa. Tidak hanya di situ saja,

melalui sejarah penginjilan telah diberitakan bahwa Allah yang mengutus Yesus

Kristus itu adalah Allah yang patut dipuji karena hanya Dialah Tuhan satu-

satunya yang dapat menyelamatkan manusia.

Seperti halnya dalam kitab Mazmur 150:2, dikatakan bahwa Allah yang

dipuji itu adalah Allah yang memiliki keperkasaan dan kebesaran. Dari situ

tampak ada usaha untuk memberitahukan kepada manusia bahwa Allah yang

63
64

dipuji itu bukanlah sekedar perkasa tetapi juga memiliki kebesaran yang hebat

yang menandakan Allah itu melebihi dari segalanya.

Para penulis Alkitab, bahkan para penginjil dan tokoh teolog sudah

berusaha untuk mencoba memberi pengenalan tentang Tuhan kepada manusia,

namun itu belum bisa membuat kita mengenal Allah lebih dalam.

Kesalahan manusia yang terbesar adalah ketika kita berusaha mengenal

Allah dengan memperlakukan Allah sebagai objek penelitian dan pengetahuan.

Allah tidak boleh diperlakukan demikian. Kesalahan para teolog adalah ketika ia

menempatkan dirinya sama seperti seorang pathology atau ahli bedah, yang

meneliti objek yang diteliti dengan membedah dan memilah-milah objek tersebut

(Darwin Lumbantobing, 2001:5).

Memuji adalah merupakan penghargaan yang tulus akan sesuatu kebaikan

atau kelebihan yang dianggap lebih unggul dari yang lainnya (bnd KLBI, 2000),

seperti halnya kita memuji Tuhan yang kita anggap memeliki kelebihan dari

segalanya. Namun hal itu tidaklah berarti bila pujian itu tidak berdasarkan iman

kita. Kita tahu Allah itu Maha Agung, namun hanya sebatas pengetahuan yang

kita dapat dari sumber-sumber yang ada saja, seperti dari Alkitab atau dari

khotbah. Memuji Tuhan tanpa iman itu sama saja dengan mengenal Allah sebatas

pengetahuan kita saja tanpa memperdulikan iman, sehingga ibadah yang kita

lakukan itu bukan lagi ibadah yang sesungguhnya melainkan ibadah yang formal

saja.

Memang dunia ini sangat sempit dan terbatas dibandingkan dengan

keberadaan Allah. Pengetahuan dan pengenalan manusia tentang Allah juga


65

sangat terbatas. Untuk itulah kita, sebagai manusia harus berbicara kepada Tuhan

dan bertanya kepada-Nya tentang siapa Dia dan mengamini apa yang diperbuat-

Nya. Itulah satu-satunya jalan untuk lebih memahami, mengenal, dan beriman

kepada-Nya. Allah akan menjawab segala pertanyaan manusia di dalam iman

kepada-Nya, baik tentang keberadaan-Nya maupun segala seuatu di luar diri-Nya,

yaitu ciptaan-Nya (Darwin Lumbantobing, 2001:4-5).

Jadi, untuk mengenal Allah lebih dalam lagi kita hanya dapat

mewujudkannya melalui perbuatan kita sehari-hari dan Allah akan menyatakan

diri-Nya melalui berkat-Nya kepada kita. Namun, hal itu bukanlah hanya

didorong oleh keingintahuan belaka saja tetapi dengan hati yang betul-betul ingin

berbuat yang benar di hadapan-Nya.

Dengan demikian kita yang telah mengenal Allah dengan segenap iman

adalah manusia yang memuji Tuhan dengan segenap hati. Artinya, kita mengenal

Tuhan dengan iman berarti kita juga telah memuji Tuhan dengan penuh

keyakinan.

B. Makna Memuji Tuhan Dalam Kehidupan Masa Kini

Dalam kehidupan masa kini, sering kita hanya memahami bahwa makna

dari pada memuji Tuhan itu hanya sekedar memuji dan mengucapkan syukur saja

kepada Tuhan, tanpa ada rasa keyakinan dari hati kita sebenarnya. Tidaklah

mungkin itu dipahami bila tidak ada yang mempengaruhi.

Kita hanya memahami bahwa memuji Tuhan cukup dilakukan di gereja

saja, dan seterusnya tidak ada kelanjutannya, hanya formalitas saja dilakukan.
66

Hal itu dipengaruhi oleh berbagai macam perkembangan yang ada pada masa kini

yang terus-menerus berubah.

Mazmur 150 mencoba memberi suatu ajakan kepada manusia sebagai

makhluk ciptaan Allah untuk memuji Allah, dengan kemampuan yang ada.

Maksudnya, ajakan itu memberi pola pikir baru kepada kita agar memuji Tuhan

tidak hanya sekedar memuji saja tetapi segala daya dan kemampuan yang ada

dalam diri kita dapat kita gunakan memuji Tuhan.

Memuji bukanlah sekedar dimaknai hanya diucapkan dengan mulut saja

akan tetapi ada keyakinan terhadap objek yang kita puji itu. Artinya, bila memang

objek yang kita puji itu adalah Tuhan maka dengan penuh keyakinan pulalah kita

memuji-Nya.

Memuji dapat diartikan sebagai penghargaan yang tulus akan sesuatu

kebaikan, atau suatu ketaktjuban hati terhadap sesuatu yang dianggap memiliki

kelebihan atau keunggulan (KLBI, 2000:258; Poerwadarminta, 1984:772).

Berarti memuji Tuhan adalah suatu penghargaan yang tulus kepada

Tuhan, karena dianggap dan diyakini bahwa Tuhan yang dipercayai itu memiliki

keunggulan atau kelebihan.

Memuji Tuhan merupakan pernyataan untuk menyapaikan pujian kepada

Tuhan, yaitu pujian yang merupakan suatu bagian terkemuka dari beberapa

respon manusia dan pendekatan kepada Allah melalui ibadah. Allah adalah

intisari dengan objek dari pujian manusia (Ul 10:1) dan dengan cara demikian
67

seterusnya keunggulan dan keunikan Allah dalam diri keilahian dan aktivitas-Nya

ditempatkan atau diatur sedemikian rupa (TTP, 1981:856).

Memuji Tuhan adalah bagian dari ibadah yang tidak terlepas dari

kehidupan manusia. Sebab memuji Tuhan bukanlah sebatas ibadah yang

dilakukan hanya di tempat kudus saja, namun memuji Tuhan itu diimplisitkan

dalam tingkah dan laku manusia itu dalam kehidupannya sehari-hari.

Manusia bukanlah sekedar memuji Tuhan saja sebab memuji merupakan

bagian dari ibadah yang wajib dilakukan oleh manusia. Manusia beribadah berarti

manusia mematuhi segala perintah-Nya, dan setia selalu kepada Allah, seperti

yang telah dituliskan dalam Alkitab, antara lain:

a). Im 18:30, “Dengan demikian kamu harus tetap berpegang pada kewajibanmu
terhadap Aku, dan jangan kamu melakukan sesuatu dari kebiasaan yang keji
itu, yang dilakukan sebelum kamu, dan janganlah kamu menajiskan dirimu
dengan semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu.”

b). Ul 11:1, “Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan


dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada
segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.”

c). 1 Raj 2:3, “Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN,


Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan
tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,
seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam
segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju,…”

d). Pkh 12:13, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban
setiap orang.”
68

e). 2 Tes 1:3a, “Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah...”

Memuji Tuhan memiliki makna yang sangat luas. Mengucapkan rasa

terima kasih, syukur kepada Tuhan adalah merupakan makna dari memuji Tuhan,

tetapi makna yang sebenarnya bagaimana kita sebagai manusia mewujudkan

ungkapan rasa itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Bila kita mengucapkan rasa

terima kasih, syukur kepada maka kita juga harus ikut berbuat apa yang

dikehendaki-Nya. Artinya, kita juga ikut ambil bagian dalam melalukan apa yang

diperintahkan Tuhan sebagaimana kita adalah ciptaan-Nya.

Maka dengan demikian, bahwa makna memuji Tuhan adalah pemenuhan

ibadah manusia dengan segenap hati untuk meresponi berkat dan perintah Allah

dalam kehidupan kita sehari-hari.

C. Memuji Tuhan di Tempat Kudus

Tempat untuk memuji Tuhan biasanya dilakukan di tempat yang dianggap

kudus. Artinya, tempat itu dianggap bernilai religius dan sakral.

Pada zaman Musa, kemah suci merupakan tempat sakral dan suci. Di

situlah Musa menyembah Allah dengan memberikan korban sembelihan. Pada

waktu itu belum ada Bait Suci. Barulah setelah Salomo menjadi raja, tempat

untuk menguduskan Allah dibangun, dan bukan lagi sekedar tempat untuk

mengorbankan korban sembelihan tetapi juga menjadi pusat peribadatan warga


69

Israel. Di sanalah orang-orang Isarel melakukan ibadah, baik itu perayaan

keagamaan maupun ibadah biasa.

Selain Bait Suci, tempat ibadah lainnya yaitu Sinagoge. Tempat ini tidak

hanya satu dibangun, melainkan telah dibangun beberapa Sinagoge di daerah

Israel. Tempat ini sebenarnya lebih banyak digunakan sebagai tempat untuk

menelaah Hukum Taurat, atau mengajarkan Hukum Taurat, namun ibadah juga

dilakukan di sana. Namun dalam Alkitab, Sinagoge merupakan suatu kumpulan

sekelompok orang dari suatu tempat untuk beribadah atau gerakan bersama (Luk

12:11) (J.D. Douglas, 2001:409+410).

Pada masa kini gereja merupakan tempat kudus jemaat Kristen untuk

memuji Tuhan. Di sanalah kegiatan ibadah biasa dan hari-hari besar gerejawi

dilakukan.

Gereja ataupun Bait suci dibangun untuk digunakan. Akan tetapi tempat

kudus itu tidaklah bermakna bila kosong. Melainkan, justru gereja itu lebih

berfungsi ketika gereja diisi jemaat. Kegitaan ibadah akan berlangsung, yang

sering diawali dengan lonceng yang memanggil mereka keluar dari dunia (James

F. White, 2002:101).

Namun, memuji Tuhan sebenarnya tidaklah dibatasi oleh ruang dan waktu

(bnd A.A. Sitompul, 2000:249). Implisifnya, pada saat kapan kita berada kita

dapat memuji Tuhan baik di rumah maupun di tempat lain. Tempat itu akan

menjadi kudus bila kita gunakan sebagai tempat untuk memuji Tuhan. Tidak

hanya di dalam gereja saja. Sebab di samping gereja diartikan sebagai

persekutuan orang-orang yang dipanggil dari dunia gelap menuju terang dunia,
70

gereja dalam arti bangunan juga merupakan tempat kita untuk berkumpul

bersama untuk memuji Tuhan. Pada tempat yang lain kita memuji Tuhan, sebab

diri kita ini juga adalah gereja, tubuh Kristus (1 Kor 12:27; Ef 4:12).

D. Memuji Tuhan dengan Nyanyian dan Alat Musik

Setiap manusia tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan juga

memiliki daya imajinasi dalam diri manusia. Salah satu dari kemampuan manusia

itu adalah bernyanyi dan memainkan alat musik.

Bernyanyi merupakan hal yang sudah umum dilakukan oleh setiap

manusia sekalipun suara yang dimiliki tidak begitu merdu atau indah didengar.

Biasanya manusia sering mengekspresikan perasaanya dalam bentuk nyanyian,

baik gembira ataupun sedih.

Bilamana kita perhatikan secara seksama bahwa ibadah Kristen tidaklah

terlepas dari nyanyian, dan begitu juga dengan alat-alat musik. Bahkan orang-

orang pada zaman Alkitab itu sendiri telah membuktikan betapa pentingnya

musik itu digunakan dalam ibadah.

Pada zaman Perjanjian Lama, nyanyian dan alat-alat musik untuk memuji

Tuhan telah menjadi tradisi keagamaan bagi bangsa Israel. Jemaat pada zaman ini

selalu diwarnai denganm nyanyian penyembahan untuk memuji Tuhan. Sejak

keturunan Kain kita mengakui bahwa Yubal adalah bapa semua yang memainkan

kecapi dan suling. Di sini kita lihat msuik sebagai unsur kebudayaan sejak

semula. Manusia berhasil melahirkan alat-alat musik untuk mengungkapkan isi

hati dan perasaannya. Mereka mulai mengenal apa itu suara yang indah, yang
71

mengena dalam menyamapaikan sesuatu kepada yang ada di luarnya (A.A.

Sitompul, 2000:246). Pada saat itu (stelah masa pembuangan) terdapat adanya

musik keagamaan, atau istilah lain disebut Orkes Bait Suci (J. Verkuyl,

1992:129). Bahkan sampai sekarang pendidikan kader pemusik sangat

dipentingkan dalam agama Yahudi (T.H. Sumartana, 1999:303-304).

Pada zaman Perjanjian Baru, pada permulaan Pekabaran Injil (PI)

ungkapan untuk memuji Tuhan dengan musik masih tetap juga digunakan.

Seperti halnya, ketika Paulus menginjil, ia berpesan kepada jemaat di Efesus dan

Kolose (Ef 5:19; Kol 3:16) agar mengajar dan menegur satu kepada yang lain

dengan mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani, serta bersorak bagi Tuhan

dengan segenap hati (Clarence H., 1997:13).

Dan memang sejak awal, gereja sudah mempunyai tradisi bernyanyi.

Dalam Injil Matius pada pasal 26:30 tertulis, “Sesudah menyanyikan nyanyian

pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun” (Andar Ismail,

2004:65).

Demikian juga dengan Gereja masa kini, seperti Gereja Protestan yang

beraliran Lutheran, Calvinis dan Kharismatik. Pada zaman reformasi, Dr. Martin

Luther tidak hanya mereformasi teologia yang dikembangkan oleh ajaran Katolik,

tetapi ia juga mewariskan pujian yang berarti bagi ibadah Protestan dan

menghargai tradisi lama, dan ingin supaya kekayaan diisi dengan musik

polyphony untuk ibadah. Sama halnya dengan Calvinis yang menyakini bahwa

musi bersumber dari Tuhan, sehingga perlu digunakan untuk memuji Tuhan

(Rhoderick, 2002:100+104).
72

Yang lebih eksprektif lagi adalah aliran Kharismatik. Para jemaat yang

menganut aliran ini, memuji Tuhan dengan nyanyian selalu dilengkapi dengan

seperangkat alat musik dan sound system (Jan S. Aritonang, 2000:194+195).

Mazmur 150 merupakan salah satu contoh dekat yang

mengimplimentasikan bahwa ibadah Kristen tidak terlepas dari pujian yang

diwarnai dengan yanyian dan alat-alat musik (bnd Mzm 145:1b) (ICW, ed

066:2000).

Musik adalah merupakan suatu pengungkapan gagasan yang melalui

bunyi yang memiliki tiga unsur dasar yaitu melodi, irama dan harmoni, dengan

unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat, dan warna bunyi (M. Soeharto,

1999). Berarti, pujian itu dapat juga diekspresikan dengan nyanyian dan alat

musik.

Bernyanyi adalah mengeluarkan perasaan kita tentang Tuhan dan

serempak memasukkan kembali perasaan itu ke jiwa kita. Nyanyian yang ada

pada gereja masa kini terdiri dari ragam yang berbeda dengan hakikatnya dan

fungsinya. Salah satu ragamnya adalah bersifat kontemplatif dan meditative.

(Andar Ismail, 2004:65).

Nyanyian merupakan bagian dari musik yang sudah menjadi bagian dari

jiwa manusia sehingga ada pepatah mengatakan “No times without

singing/music”, yaitu “Tiada hari tanpa nyanyian/musik”. Istilah inilah yang

melatarbelakangi bahwa manusia tidak terlepas dari musik. Oleh karena itu musik

digunakan dalam memuji Tuhan.


73

Musik dapat membantu ibadah dengan alasan adalah bahwa musik

merupakan medium yang lebih ekspresif ketimbang ucapan biasa. Musik

memungkinakan kita mengekspresikan intensitas perasaan melalui kepelbagaian

dalam kecepatan, pola titik nada, keras lembut, melodi dan ritme. Musik dapat,

dan sering, menyampaikan intensitas lebih besar dalam perasaan ketimbang kalau

diekspresikan tanpa musik (James F. White, 2002:103).

Dalam kehidupan ibadah gereja masa kini kebanyakan mendominasi

musik di bidang vokal ketimbang menggunakan alat-alat musik. Sebab musik di

bidang vokal lebih mudah dipelajari dari pada mempelajari alat-alat musik.

Namun, di dalam Alkitab sendiri diinformasikan bahwa orang-orang pada zaman

itu telah menjadi tradisi untuk memuji Tuhan dengan bernyanyi dengan adanya

iringan alat-alat musik pada masa itu.

Bila dianalisa lebih dalam lagi bahwa alat-alat musik juga yang dipakai

untuk memuji pada masa itu, tentu ada makna tersendiri sehingga alat-alat musik

itu dipakai untuk mengiringi nyanyian pujian.

Pada kitab Mazmur 150, ada seruan untuk memuji Tuhan dengan

menggunakan berbagai alat musik. Bila dibandingkan dengan alat musik

sekarang tidaklah sama, bahkan lebih berbeda lagi. Sebab alat musik yang

disebutkan dalam pasal 150 itu dapat dikategorikan alat-alat musik tradisional.

Namun bukanlah itu yang sebenarnya yang harus kita pahami, melainkan makna

dari penggunaan alat musik itu dalam memuji Tuhan.


74

Keindahan musik memang merupakan nilai penting dalam ibadah, akan

tetapi bukanlah maksud tujuan ibadah atau tujuan musik, melainkan musik dapat

menjadi wahana yang memuaskan bagi beberapa orang-orang untuk

mengekspresikan ibadah mereka, artinya musik dapat memberi semangat bagi

jemaat yang hadir pada saat itu (James F. White, 2002:103).

Keindahan atau kemerduan suara baik dari nyanyian maupun dari alat

musik bukanlah hal yang paling utama dalam memuji Tuhan (Mzm 26:7), tetapi

peranan hati, akal budi dan seluruh kehidupan kita ini menjadi kunci atau yang

menentukan apakah nilai pujian yang diekspresikan dengan musik kita itu asli

dan bersih (murni). Keindahan dan kemerduan memang diperlukan dalam ibadah,

tetapi perlu kita pahami bahwa pujian itu akan lebih bermakna lagi bila diikutkan

dengan hati (Ams 25:20), dengan akal budi (1 Kor 14:15), atau segenap jiwa kita

(A.A. Sitompul, 2000:249).

Dengan demikian, fungsi musik adalah mempersembahkan sesuatu yang

kita anggap indah, tidak peduli betapa tidak lengkapnya peralatan musik kita

sendiri. Itulah sebabnya mengapa bernyanyi sendiri melibatkan partisipasi lebih

aktif dari pada mendengarkan orang lain bernyanyi, tidak perduli betapa unggul

prestasi musik orang lain itu (James F. White, 2002:103).

Dalam perkembangan alat-alat musik pada masa kini yang terbagi dalam

tiga kelompok (alat musik tiup, pukul, bertali/berdawai) sudah semakin pesat

bahkan telah dilengkapi dengan berbagai sound system. Bahkan dalam ibadah

kebaktianpun telah diikutkan untuk mengiringi pujian, seperti yang telah


75

dilakukan oleh aliran Kharismatik. Kesemuanya itu dapat dipakai untuk memuji

Tuhan adalah tidaklah salah digunakan sepanjang fungsinya tidak disalahgunakan

untuk memuji Tuhan atau makna dari pujian tidak hilang. Semuanya itu indah

digunakan untuk memuji Tuhan asalkan dengan segenap hati untuk memuji

Tuhan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna pemakaian musik dan

alat-alatnya dalam memuji Tuhan adalah sebagai alat untuk mengungkapkan

perasaan kita kepada Tuhan, baik itu perasaan syukur kita atas rahmat-Nya yang

diberikan kepada kita maupun ungkapan perasaan terima kasih kita terhadap

pengampunan yang telah diberikan-Nya.

Oleh karena itulah, betapa pentingnya gereja memberi suatu kesempatan

untuk mengajarkan dan memberikan pendidikan musik gereja kepada jemaat,

agar jemaat tidak hanya bernyanyi saja tetapi dapat mengetahui apa sebenarnya

makna dari musik rohani tersebut.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kitab Mazmur adalah Kitab Zabur yang terdiri dari beberapa kumpulan

nyanyian-nyanyian rohani bangsa Yahudi, yang samapai sekarang masih

digunakan dalam ibadah, dan juga dipakai oleh gereja masa kini.

2. Kitab ini ditulis dalam tiga masa yaitu, pada masa pra-pembuangan, masa

pembuangan, dan masa pasca-pembuangan.

3. Kitab Mazmur pasal 150 ditulis oleh para Pemazmur yang tidak dikenal, yang

ditulis ditulis kira-kira tahun 1000-500 SM, yaitu pada masa post-exilis atau

setelah masa pembuangan.

4. Kitab Mazmur pasal 150 adalah merupakan salah satu dari kumpulan Mazmur

Pujian atau Mazmur Madah.

5. Hal-hal yang dibahas dalam kitab Mazmur 150 adalah ajakan untuk memuji

Tuhan Yang Maha Kuat dan Perkasa, agar manusia memuji Tuhan pada

tempat yang kudus, dan memuji-Nya dengan ekspresi musik dan alat-alatnya.

6. Scopus dari pasal 150 adalah “Memahami makna Memuji Tuhan dalam

panggilan beribadah. ”

7. Makna memuji Tuhan menurut eksegetis Mazmur 150 adalah pemenuhan

ibadah manusia sebagai ciptaan Allah untuk memuji Tuhan di tempat kudus

dengan segala kemampuan yang ada, seperti bernyanyi dan melakukan yang

dikehendaki oleh Allah.

76
77

8. Makna memuji Tuhan adalah merupakan pemenuhan panggilan beribadah

yang wajib dilakukan manusia untuk meresponi kehebatan, perintah dan

keagungan Allah, yaitu pemenuhan ibadah manusia yang dilakukan menusia

dengan segenap hati untuk meresponi berkat dan perintah Allah dalam

kehidupan kita sehari-hari.

9. Memuji Tuhan dapat dimaknai bahwa kita sebagai manusia juga telah

mengenal Allah dengan iman kita.

10. Memuji Tuhan tidaklah dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya kapan dan di

mana kita berada kita juga dapat memuji Tuhan sebab tempat yang kita

gunakan itu akan menjadi kudus bila kita jadikan untuk memuji Tuhan yaitu

dengan melalukan apa yang baik di mata Tuhan.

11. Memuji Tuhan dapat dilakukan dengan kemampuan yang ada dalam diri kita,

antara lain dengan talenta yang kita miliki digunakan untuk memuji Tuhan

seperti bernyanyi memuji Tuhan dengan iringan alat-alat musik, yang

tentunya didorong oleh hati yang mendalam.

12. Memuji Tuhan dengan menggunakan alat-alat musik yang ada dapat

digunakan untuk mengekspresikan pujian kepada Allah dengan.

B. Saran

1. Sebagai warga gereja tetaplah selalu memuji Tuhan kapan dan di mana pun

berada, sebab memuji Tuhan adalah bagian yang tidak terlepas dari hidup

manusia sehari-harinya.
78

2. Sebagai warga gereja, kita yang memiliki kemampuan dalam bidang musik

kiranya dapat ambil bagian dalam kegiatan ibadah untuk memuji Tuhan,

contohnya: membantu para pelayan gereja dalam membina kelompok-

kelompok paduan suara, menghidupkan suasana dengan memainkan alat

musik yang ada (semisal Organ)

3. Gereja harus bisa berperan dalam menghidupkan suasana ibadah agar jemaat

tetap aktif dalam mengikutinya.

4. Gereja tidaklah boleh menutup mata terhadap apa yang dihadapi oleh jemaat,

kiranya gereja bisa mendekatkan diri kepada jemaat dengan cara memakai

jemaat yang berkompeten di bidangnya, contohnya: jemaat yang memiliki

jiwa musik dapat digunakan untuk membina kelompok-kelompok paduan

suara, menyemarakkan ibadah dan menfasilitasi ibadah jemaat dengan

berbagai alat musik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Alkitab

Lembaga Alkitab Indonesia, 2000, “Akitab T.B LAI 1974”, Jakarta.

Lembaga Alkitab Indonesia, 2000, “Alkitab BIS 1985”, Jakarta.

Lembaga Alkitab Indonesia, 2000, “Akitab Perjanjian Lama Ibrani-

Indonesia”, Jakarta.

“Holy Bible King James English Version”

American Bible Society, 2000, “Holy Bible in Contemporary English

Version”, New York, ABS.

Rudolph, W., & Ruger, H.P., 1983, “Biblia Hebraica Stuttgartensia”, Stuttgart,

Deutsche Biblegesellschaft.

2. Kamus dan Ensiklopedi

Anderson, B.W., 1952, “Lexicon The Analitycal of Hebrew”, Michigand,

Grand Rapids.

Baker, D.L., & Sitompul, A.A., 1998 , “Kamus Ibrani ~ Indonesia”, Jakarta, PT

BPK GM.

Douglas, J.D., 1990, “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L”, Jakarta,

YKBK/OMF.

_________, 1995, “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z”, Jakarta,

YKBK/OMF.

Kanisius, 1991, “Ensiklopedi Umum”, Yogyakarta, Kanisius.


80

McElrath, W.N., & Mathias, Billy, 1978, “Ensiklopedia Alkitab Praktis”,

Bandung, LLB.

Poerwodarminta, 1984, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Jakarta, Balai

Pustaka.

Soedarmo, 1994, “Kamus Istilah Teologi”, Jakarta, PT BPK GM.

The Parthenon Press (TTP), 1981, “The Interpreter’s Dictionary Of The

Bible (K-Q)”, Nashvile – USA.

Tim Prima Pena, 2000, “Kamus Besar Bahasa Inonesia”, Jakarta.

3. Pengantar Kitab dan Tafsiran

Archer, Gleason L., 1965, “Survey Of Old Testament Introduction”, Chichago

– USA, Moody Press.

Baker, D.L., 1996, “Sejarah Kerajaan Allah 1: Perjanjian Lama”, Jakarta, PT

BPK GM.

_________, 2004, “Mari Mengenal Perjanjian Lama”, Jakarta, PT BPK GM.

Barth, C., 1993, “Theologia Perjanjian Lama – 3”, Jakarta, PT BPK GM.

Barth, M.C., Pareira, B.A.,2001, “Tafsiran Kitab Mazmur 1-72: Pembimbing

dan Tafsirannya”, Jakarta”, PT BPK GM.

_________, 2003, “Tafsiran Mazmur 73-150”, Jakarta, PT BPK GM.

Baxter, Sidlow, 2000, “Menggali Isi Alkitab: Ayub sampai Maleakhi”,

,Jakarta, YKBK/OMF.

Benson, Clarence H., 1997, “Pengantar Perjanjian Lama: Puisi dan Nubuat”,

Malang, Yayasan Penerbit Gandum Mas.


81

Blomendaal, J., 1996, “Pengantar Kepada Perjanjian Lama”, Jakarta, PT BPK

GM.

Butterick, G.A., 1962, “The Interpreter’s Dictionary of The Bible An

Illustrated”, New York, Nashville, Abingdon Press.

Drane, John, 1986, “Memahami Perjanjian Lama III: Iman Perjanjian

Lama”, Jakarta, Penerbit YPPB.

Dyrness, William, 2001, “Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama”,

Malang, Yayasan Penerbit Gandum Mas.

Eissfeldt Otto, 1965, “The Old Testament, An Introduction”, New York and

Evanston, Harper and Row Publishers.

Fohrer, G., 1978, “Introduction to the Old Testament”, London, SPCK.

Groenen, C., 1992, “Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama”, Yogjakarta,

Kanisius.

Guthrie, D., 1999, “Tafsiran Alkitab Masa Kini JILID 2”, Jakarta,

YKBK/OMF.

Hadiwardoyo MSF., Purwa, 2001, “Catatan – Catatan Singkat Tentang Kitab

Suci”, Yogyakarta, Kanisius.

Hinson, David, F., 2002, Sejarah Israel”, Jakarta, PT BPK GM.

Lasor, W.S., dkk, 2000 “Pengantar Perjanjian Lama-1: Taurat dan Sejarah”,

Jakarta, PT BPK GM.

_________, 2000, “Pengantar Perjanjian Lama-2: Sastra dan Nabi-nabi”,

Jakarta, PT BPK GM.


82

Bergant, Dian, Lembaga Biblika Indonesia, 2000, “Tafsir Perjanjian Lama”,

Yogyakarta, Kanisius.

Naipospos P.S., & Barth, Chr., 1967, “Kitab Mazmur”, Jakarta, PT BPK GM.

Robinson, H.W., 1954, “The History Of Israel Its Facts And Factors”,

London, Duckworth.

Sitompul, A.A., & Beyer, U., 2000, “Methode Penafsiran Alkitab”, Jakarta, PT

BPK GM.

Suharyanto, Her, 2003, “Memahami Kitab Suci”, Jakarta, Scripta Media.

Weiden, Wim van der, & Suharyo, I., 2000, “Pengatar Kitab Suci Perjanjian

Lama”, Yogyakarta, Kanisius.

4. Sumber-sumber lain

Abineno, J.L., Ch., 2000, “Unsur – Unsur Liturgia”, Jakarta, PT BPK GM.

Aritonang, Jan S., 2000, “Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja”,

Jakarta , PT BPK GM.

Deursen, A. Van, 2000, “Purbakala Alkitab Dalam Kata Dan Gambar”,

Jakarta, PT BPK GM.

Baker, D.L., Siahaan, S.M., & Sitompul, A.A., 2001, “Pengantar Bahasa

Ibrani”, Jakarta, PT BPK GM.

Dirks, Jerald F., 2003, “Salib Di Bulan Sabit”

Indonesian Christian Webwatch, 15 Juni 2000. Edisi 066, “Pujian Dan Musik

Rohani”, Jakarta, ICW.


83

Ismail, Andar, 2000, “Mulai Dari Musa Dan Segala Nabi”, Jakarata, PT BPK

GM.

_________, 2004, “Selamat Berkembang”, Jakarta, PT BPK GM.

J., David, Rommen, Edward, 1996, “Kontekstualisasi”, Jakarta, PT BPK GM.

Kalam Hidup, 1975, “Firman Allah Yang Hidup”,Bandung,.

Karl – Edmund, 1990, “Inkulturasi Musik”, Yogyakarta, Pusat Musik Liturgika

(PML).

Lohse, Bernhard, 2001, “Pengantar Sejarah Dogmatika Kristen”, Jakarta, PT

BPK GM.

Lumbantobing, Darwin, 2001, “Berteologi Di dalam Illustrasi”, Pematang

Siantar, PLPP-STT HKBP.

Olst, E.H. Van, 1999, “Alkitab Dan Liturgi”, Jakarta, PT BPK GM.

Pasaribu, Rudolf H., 2001, “Iman Kristen”, Medan.

Rhoderick, 2002, “Sejarah Musik – 1”, Jakarta, PT BPK GM.

_________, 2003, “Liturgi Alternatif”, Jakarta, PT ARS.

Riemer, G., 2002 “Cermin Injil: Ilmu Liturgika”, Jakarta, YKBK/OMF.

Sitompul, A.A., 1993, “Bimbingan Tata Kebaktian Gereja”, P. Siantar.

_________, 2000, “Manusia Dan Budaya: Teologi Antropologi”, Jakarta, PT

BPK GM.

Sutjiono, S.J., 2003, “Garis-garis besar khotbah: Kitab Mazmur, Injil,

Matius, Surat Kolose Dan Surat Yakobus”, Jakarta, GKRI

Mangga Besar.
84

Sumartana, T.H., 1999, “Pergulatan Dan Kontekstualisasi Pemikiran

Protestan Indonesia”, Jakarta, STT Jakarta Unit Publikasi dan

Informasi.

Verkuyl, J., 1992 “Etika Kristen Dan Kebudayaan”, Jakarta, PT BPK GM.

Vriezen, Th.C., 2001, “Agama Israel Kuno”, Jakarta, PT BPK GM.

Wellem, F.D., 1997, “Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah

Gereja”, Jakarta, PT BPK GM.

White, James F., 2002 “Pengantar Ibadah Kristen”, Jakarta, PT BPK GM.
85

LAMPIRAN

TULISAN LATIN MAZMUR 150

1. Halelu Yah!

Halelu-El beqadesyo, Haleluhu bireqia uzzo!

2. Haleluhu vigevurotaw, Haleluhu kherov gudelo!

3. Haleluhu beteqa syofar, Haleluhu benevel wekinnor!

4. Haleluhu vetof umatol, Haleluhu beminnim weugav!

5. Haleluhu vetsiltsele-syama, Haleluhu betsiltsele teru’a!

6. Khol hannesyama tehallel Yah,

Halelu-Yah!
86

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Buttu Marada Hutagalung

2. Tempat/tanggal lahir : Tarutung, 10 Juli 1981

3. Alamat : Jl. S. Parman No.1b, Tangsi, (BAPPEDA

TAPUT), Kec. Tarutung, 22411.

4. Anak ke : Pertama dari empat bersaudara

4. Orang Tua

a) Ibu : S.M. br Situmeang

b) Ayah : H. Hutagalung

5. Pendidikan

a). 1987-1993 : SD Negeri 1/ Tangsi, Tarutung

b). 1993-1996 : SMP Swasta Santa Maria Tarutung

c). 1996-1999 : SMU-1 Swasta HKBP Tarutung

d). 1999-2005 : STAKN Tarutung


87

BEBERAPA TERJEMAHAN MAZMUR 150 DARI BERBAGAI BAHASA


BHS INDONESIA TERJ. LAMA 3. Praise him with the sound of the trumpet: praise
Mazmur 150: him with the psaltery and harp.
1. Haleluyah! Pujilah akan Allah dalam makdis- 4. Praise him with the timbrel and dance: praise him
Nya; pujilah akan Dia dalam bentangan with stringed instruments and organs.
kemuliaan-Nya! 5. Praise him upon the loud cymbals: praise him
2. Pujilah akan Dia karena sebab segala mahakuasa- upon the high sounding cymbals.
Nya; pujilah akan Dia setuju dengan kebesaran 6. Let every thing that hath breath praise the LORD.
ketinggian-Nya! Praise ye the LORD.
3. Pujilah akan Dia dengan bunyi nafiri; pujilah
akan Dia dengan dandi dan kecapi. COMTEMPORARY ENGLISH VERSSION
4. Pujilah akan Dia dengan rebana dan bangsi, Psalms 150:
pujilah akan dia dengan rebab dan muri! 1. Shout praises to the LORD! Praise God in his
5. Pujilah akan Dia dengan ceracak yang merdu temple. Praise him in heaven, his mighty fortress.
bunyinya; pujilah akan Dia dengan ceracak yang 2. Praise our God! His deeds are wonderful, too
berbunyi ramai-ramai. marvelous to describe.
6. Segala yang hidup dan bernafaspun hendaklah 3. Praise God with trumpets and all kinds of harps.
memuji-muji Tuhan, haleluyah! 4. Praise him with tambourines and dancing, with
stringed instruments and woodwinds.
BHS. INDONESIA TERJ. BARU 5. Praise God with cymbals, with clashing cymbals.
Mazmur 150: 6. Let every living creature praise the LORD. Shout
1. Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus- praises to the LORD!
Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang
kuat! TODAY’S ENGLISH VERSION
2. Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, Psalms 150:
pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang 1. Praise the LORD! Praise God in his Temple!
hebat! Praise his strength in heaven!
3. Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah 2. Praise him for the mighty things he has done.
Dia dengan gambus dan kecapi! Praise his supreme greatness.
4. Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah 3. Praise him with trumpets. Praise him with harps
Dia dengan permainan kecapi dan seruling! and lyres.
5. Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, 4. Praise him with drums and dancing. Praise him
pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! with harps and flutes.
6. Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! 5. Praise him with cymbals. Praise him with loud
Haleluya! cymbals.
6. Praise the LORD, all living creatures! Praise the
BHS. INDONESIA SEHARI-HARI (BIS) LORD!
Mazmur 150
1. Pujilah TUHAN! Pujilah Allah di dalam Rumah- BATAK TOBA
Nya! Pujilah kekuatan-Nya di angkasa! Psalmen 150:
2. Pujilah Dia karena perbuatan-Nya yang perkasa. 1. Halleluya! Puji hamu ma Debata di bagasan
Pujilah Dia karena keagungan-Nya yang besar. habadiaonna i, puji hamu ma ibana di
3. Pujilah Dia dengan bunyi trompet, pujilah Dia hajanghajang ni hagogoonna i!
dengan gambus dan kecapi! 2. Puji hamu ma Ibana ala hagogoonna, angka na
4. Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah sumurung i, puji hamu ma Ibana, hombar tu
Dia dengan kecapi dan seruling. hinagodang ni hatimbulonna.
5. Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, 3. Puji hamu ma Ibana mardongan soara ni sarune,
pujilah Dia dengan canang yang berdentang. puji hamu ma Ibana mardongan arbap dohot
6. Hendaklah semua makhluk hidup memuji sordam.
TUHAN. Pujilah TUHAN! 4. Puji hamu ma Ibana mardongan tali sajak dohot
panontoron na marliat, puji hamu ma Ibana
KING JAMES ENGLISH VERSSION mardongan hasapi dohot tulila!
Psalms 150: 5. Puji hamu ma Ibana mardongan ogung panggora,
1. Praise ye the LORD. Praise God in his sanctuary: puji hamu ma Ibana mardongan ogung
praise him in the firmament of his power. panonggahi!
2. Praise him for his mighty acts: praise him 6. Sude na marhosa ingkon mamuji Jahowa!
according to his excellent greatness. Halleluya.
90

6. Pujilah TUHAN kerina si erkesah. Pujilah


BATAK SIMALUNGUN TUHAN !
Psalmen 150:
1. Haleluya. Puji ma Naibata bani iananni na JAWA
mapansing, puji ma Ia ibagas hajang-hajang ni Masmur 150:
hagogohonni! 1. Haléluya! Padha saosa puji marang Allah ana ing
2. Puji nasiam ma Ia, halani pambahenanni na Pedalemané. Pujinen pangwasané kang ana ing
banggal in; puji ma Ia halani hagogohonni na swarga!
tarlobih in! Ps. 145:5, 6. 2. Pujinen merga pakaryané kang élok, pujinen
3. Puji nasiam ma Ia marhasoman sora ni tarompit, merga kaluhurané sing pinunjul.
4. Puji ma Ia marhasoman tambur pakon tortor, puji 3. Pujinen nganggo ngunèkaké slomprèt, pujinen
ma Ia marhasoman sarunei pakon sordam! nganggo clempung lan slukat.
5. Puji ma Ia marhasoman ogung na marolol puji 4. Pujinen nganggo terbang lan jejogèdan, pujinen
ma Ia marhitei ogung na marliting! nganggo swaraning clempung lan suling.
6. Sagala na marhosah, sai ipuji ma Jahowa! 5. Pujinen nganggo swarané kecèr kang kumrincing,
Haleluya. Ps. 41:14; Pangk. 5:13. pujinen nganggo kecèr kang ramé swarané.
6. Sarupané kang urip padha saosa puji marang
BATAK PAPAK DAIRI Allah! Haléluya!
Psalm 150:
1. Poji mo Dèbata i bagasen BagesNa! Poji mo SUNDA
kegegohenNa sini langit! Jabur 150:
2. Poji mo Ia kumerna pemakinNa mahantu i. Poji 1. Puji PANGERAN! Puji Allah di jero Bait-Na!
mo Ia kumerna ketunggungenNa simbelgah i. Puji pangawasa-Na di sawarga!
3. Poji mo Ia merkitè sora sarunè, poji mo Ia 2. Puji padamelana-Na anu rarongkah, puji
merkitè sora ganderang bak kucapi! kaagungana-Na anu unggul.
4. Poji mo Ia merkitè gerantung dekket tatak, poji 3. Puji Mantenna ku sora tarompet, puji ku sora
mo Ia merkitè kucapi dekket sordam. kacapi jeung gambus.
5. Poji mo Ia merkitè gung mertoi-toi, poji mo Ia 4. Puji Mantenna ku sora kendang jeung ku igel,
merkitè pong-pong merdentang. puji ku sora kacapi jeung suling.
6. Naing mo karina nasa simerkessah memoji 5. Puji Mantenna ku sora kolonangna genta puji ku
JAHOWA! Poji mo JAHOWA! sora kelenengna lonceng.
6. He sakur mahluk hirup, puji PANGERAN! Puji
BATAK ANGKOLA PANGERAN!
Masmur 150:
1. Puji ma Debata di bagasan bagasNia! Puji ma MADURA
hagogoanNa di banua ginjang! Jabur 150:
2. Puji ma Ia hara ni hagodangan ni pambaenanNia. 1. Molja'agi PANGERAN! Molja'agi Pangeran e
Puji ma Ia hara ni hagodanganNia na marmulia. dhalem Padalemmanna! Molja'agi kakowadanna
3. Puji ma Ia mardongan sora ni sarune, puji ma Ia e bang-abang!
mardongan gambus dohot hasapi! 2. Molja'agi Salerana lantaran kaparjuga'anna.
4. Puji ma Ia mardongan angka tortor dohot tambor, Molja'agi Salerana lantaran kaagunganna se raja.
puji ma Ia mardongan suling dohot tulila! 3. Molja'agi Salerana ban monyena tarompet,
5. Puji ma Ia mardongan doal na doring, puji ma Ia molja'agi Salerana ban gambus sarta calempong.
mardongan simbal na mardarang. 4. Molja'agi Salerana ban terbang sarta ri-tariyan,
6. Denggan ma i, sude na marhosa mamuji molja'agi Salerana ban calempong sarta soleng.
TUHAN. Puji ma TUHAN! 5. Molja'agi Salerana ban canang se ngaranang,
molja'agi Salerana ban canang se ngareneng.
BATAK KARO 6. Sakabbinna mahlok se odhi', mara molja'agi
Masmur 150: PANGERAN! Molja'agi PANGERAN!
1. Pujilah TUHAN ! Pujilah TUHAN i bas
RumahNa si Badia! Pujilah kuasaNa i Surga! BUGIS
2. Pujilah Ia erkiteken perbahanenNa si mbisa, Mazmur 150:
pujilah Ia erkiteken kemulianNa si meganjangna. 1. Pojiwi PUWANGNGE! Pojiwi Allataala ri laleng
3. Pujilah Ia alu ngembus terompet, pujilah Ia alu Bola-Na! Pojiwi awatangen-Na ri bitaraé!
suling ras tanduk. 2. Pojiwi Aléna nasaba pangkauken-Na iya baranié.
4. Pujilah Ia alu malu gendang dingen landek, Pojiwi Aléna nasaba arajan-Na iya battowaé.
pujilah Ia alu kulcapi iher ngembus sarune. 3. Pojiwi Aléna sibawa oni tarompé, pojiwi Aléna
5. Pujilah Ia alu penganak, pujilah Ia alu gung si sibawa gambusu sibawa kacapi!
erbolo-bolo. 4. Pojiwi Aléna sibawa rebana nenniya séré-séré,
pojiwi Aléna sibawa kacapi nenniya suling.
91

5. Pojiwi Aléna sibawa ceracap iya mencingngé, 4. Ampules In meki bano ma sbo'ot, ampules In
pojiwi Aléna sibawa canang iya mencingngé. meki heo ma leku.
6. Sitinajai sininna mahlu' tuwoé pojiwi 5. Ampules In meki tufu han a'aikat, ma ket le
PUWANGNGE. Pojiwi PUWANGNGE! naslutu'.
6. So ale amonit ampules UISNENO. Ampules
MAKASAR UISNENO!
Pammuji 150:
1. Pujimi Batara! Pujimi Batara lalang ri Balla'Na!
Pujimi kagassinganNa ri langika!
2. Pujimi lanri panggaukang lompoNa. Pujimi lanri
kalompoanNa.
3. Pujimi siagang sa'ra tarompe', pujimi siagang
gambusu' na kacapi!
4. Pujimi siagang rabana nu'joge'-joge', pujimi
siagang kacapi na suling.
5. Pujimi siagang kasida a'rincing-rincinga, pujimi
siagang gong ammaccinga.
6. Siratangi sikontu apa attallasaka mamuji ri
Batara. Pujimi Batara!

TORAJA
Pa’pudian 150:
1. Haleluya! Pudimi tu PUANG Matua ilan inan
maindanNa! Pudimi lan batara kalle-kalleanNa!
2. Pudimi dio mintu' penggauran sumpu kuasanNa
pudimi sitinaya kakapuan tang dilambi'Na!
3. Pudimi oni tarompe' pua! Pudimi dandi sia
katapi!
4. Pudimi ganda'-ganda' ammi ma'gellu'! Pudimi
paningoan diritii sola suling!
5. Pudimi taa'-taa' manonian! Pudimi taa'-taa' kapua
oninna!
6. Mintu' angge menaa la umpudi PUANG
Haleluya!

PAMONA
Mazmur 150:
1. Undemo i PUE! Undemo i Pue Ala ri raya
Banua-Nya! Undemo karosoa ri raoa!
2. Undemo Sira ua powia anu bangke. Undemo i
Pue ua kabangke mpeawaa.
3. Undemo Sira pai oni surupeta, undemo Sira pai
oni gambusu pai kecapi!
4. Undemo Sira pai oni rebana sangkani pai potaro,
undemo Sira pai oni kecapi pai sanggona.
5. Undemo Sira pai oni lolowe anu madilo, undemo
Sira pai nggongi anu maino.
6. Mbolimo pura-pura anu mo'inosa maunde i
mPUE. Undemo i mPUE!

TIMOR DAWAN
Mazmur 150:
1. Ampules UISNENO! Ampules nai Uisneno anbi
In sonaf knino! Ampules nai In matanin anbi
neno tnanan!
2. Ampules In natuin In mo'et amkakat sin.
Ampules In natuin In anaet kun.
3. Ampules In meki to'as in hanan, ampules In meki
leku ma heo!
Haleluyah! Pujilah! 1
(Mazmur 150)
Cipt./Arr./Syair : B. Marada Hutagalung, S.Th
G=do, 4/4, = 100 Mm Syair : Mazmur 150
Cepat –Riang Tarutung, 04 Juni 2014

G _____ _____
G _____ _____ _____
Bm _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 7< 7< 7< 7< 7< 7< 7< 1 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 5< 5< 5< 5< 5< 5< 5< 6< 5< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1< 1< 1< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 1 3< .

Ha – le – lu – yah! Pu – ji - lah Al-lah Da-lam tem-pat ku-dus-Nya


Pu – ji – lah Dia kare-na se – ga-la ke – perkasaan-Nya,
Bm C C D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 7< 6< . 1 1 7< . 1 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 5< 4< . 6< 6< 5< . 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 . 4 4 2 . 3 4 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 3< 4< . 4< 4< 5< . 6< 5< . . .

Puji-lah Di – a da-lam ca-kra-wa - la-Nya yang ku – at!


Bm C A A D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 1 . 0 1 1 1 1 . 0 2 2 2 2 2 2 2 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 6< . 0 6< 6< 6< 6< . 0 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 3 3 4 . 0 4 4 4 4/ . 0 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 5 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< . 0 4< 4< 4< 2< . 0 2< 2< 2< 2< 2< 2< 2< 5< . . .

Pu-ji - lah Dia se-suai de-ngan kebe-saran-Nya yang he – bat!


C
_____ _____ C _____
_____ F _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu – jilah Di-a dengan ti-u - pan sangka – ka - la, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;3 4 3 . . 0 3 4 . . 3 . . . 3 4 3 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......

_____C _____
A _____ _____ _____
D _____
Am F _____ _____C _____
D _____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 6 6 . | 0 3 2 2 5 5 . |

dengan gambus dan ke – ca-pi! Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na


_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 3 4/ . . 5 . . . ;4 6 6 4 4 . 0 1 7< 7< 2 2 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Di – a..... Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na


C D
_____ _____C Em Am
_____ F _____ D
_____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 1 . . ;2 3 4 6 6 . 0 3 2 2 5 5 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 3 . . ;4 6 6 4 4 . 0 1 7< 7< 2 2 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Dan ta – ri – ta – ri – an, pu – ji - lah Di – a dengan per-mai-nan

_____D A
_____ _____ D D7
;0 5 4/ . 4/ 4/ 4/ 6 5 . . ;
_____ _____ _____
;0 7< 6< . 6< 6< 6< 1 1 . 7< ; bersambung ke halaman 2.
_____ _____ _____
;0 2 2 . 2 2 2 4/ 2 . .
_____ _____ _____
;0 5< 2< . 2< 2< 2< 2< 5< . .

ke – ca – pi dan se – ru - ling!
Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Gemende Koor
sambungan dari halaman 1. 2

C
_____ _____ C F
_____ _____ _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu-ji-lah Di – a dengan cera-cap yang ber – den – ting, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;3 4 3 . . 0 3 4 . . 3 . . . 3 4 3 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......


C _____
_____ A _____ _____ D
_____ Am
_____ F _____
D _____C Em
_____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 2 7< . | 0 3 3 2 1 . |

dengan cera-cap yang ber – den – tang! Biar-lah sega – la yang ber-na – fas
_____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 3 1 6< 6< .
_____ _____ _____ _____ _____
0 3 4/ . . 5 . . . ;2 3 4 2 7< . 0 3 5 4 3 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 1 1 7< 6< 6< .

Di – a..... Biar-lah sega – la yang ber – na – fas


Em
_____ F Am
_____ F D
_____ G
1 1 6< 2 2 . 1 . 1 . 7< 1 . . .
_____ _____ _____
1 1 6< 6< 6< . 6< . 5< . 4< 5< . . . Intro musik
_____ _____ _____ Kembali Ke Reff.
1 1 6< 4 4 . 4 . 4 . 2 3 . . .
_____ _____ _____
1 1 6< 2< 2< . 4< . 5< . 5< 1< . . .

Memu – ji TUHAN! Ha – le – lu – ya!

~~~oOo~~~

Catatan:
1. Lagu ini dapat dinyanyikan dengan alat musik tradisional
dan elektrik; B. Marada Hutagalung
081361070030
2. Lagu ini dapat dinyanyikan tanpa alat musik (acapella), http://maradagv.blogspot.com
dinyanyikan tanpa intro (Dari awal sampai reff 2x). http://facebook.com/B.MaradaHutagalung
http://twitter.com/maradagv

Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Gemende Koor
Haleluyah! Pujilah! 1
(Mazmur 150)
Cipt./Arr./Syair : B. Marada Hutagalung, S.Th
G=do, 4/4, = 100 Mm Syair : Mazmur 150
Cepat –Riang Tarutung, 04 Juni 2014

G _____ _____
G _____ _____ _____
Bm _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 7< 7< 7< 7< 7< 7< 7< 1 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 5< 5< 5< 5< 5< 5< 5< 6< 5< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1< 1< 1< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 1 3< .

Ha – le – lu – yah! Pu – ji - lah Al-lah Da-lam tem-pat ku-dus-Nya


Pu – ji – lah Dia kare-na se – ga-la ke – perkasaan-Nya,
Bm C C D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 7< 6< . 1 1 7< . 1 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 . 4 4 2 . 3 4 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 5< 4< . 6< 6< 5< . 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 3< 4< . 4< 4< 5< . 6< 5< . . .

Puji-lah Di – a da-lam ca-kra-wa - la-Nya yang ku – at!


Bm C A A D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 1 . 0 1 1 1 1 . 0 2 2 2 2 2 2 2 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 3 3 4 . 0 4 4 4 4/ . 0 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 4/ 5 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 6< . 0 6< 6< 6< 6< . 0 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< . 0 4< 4< 4< 2< . 0 2< 2< 2< 2< 2< 2< 2< 5< . . .

Pu-ji - lah Dia se-suai de-ngan kebe-saran-Nya yang he – bat!


C
_____ _____ C _____
_____ F _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu – jilah Di-a dengan ti-u - pan sangka – ka - la, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;3 4 3 . . 0 3 4 . . 3 . . . 3 4 3 . .
_____ _____ _____
;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......

_____C _____
A _____ _____ _____
D _____
Am F _____ _____C _____
D _____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 6 6 . | 0 3 2 2 5 5 . |

dengan gambus dan ke – ca-pi! Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na


_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 3 4/ . . 5 . . . ;4 6 6 4 4 . 0 1 7< 7< 2 2 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Di – a..... Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na


C D
_____ _____C Em Am
_____ F _____ D
_____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 1 . . ;2 3 4 6 6 . 0 3 2 2 5 5 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 3 . . ;4 6 6 4 4 . 0 1 7< 7< 2 2 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Dan ta – ri – ta – ri – an, pu – ji - lah Di – a dengan per-mai-nan

_____D A
_____ _____ D D7
;0 5 4/ . 4/ 4/ 4/ 6 5 . . ;
_____ _____ _____
;0 2 2 . 2 2 2 4/ 2 . . ; bersambung ke halaman 2.
_____ _____ _____
;0 7< 6< . 6< 6< 6< 1 1 . 7 . .
_____ _____ _____
;0 5< 2< . 2< 2< 2< 2< 5< . .

ke – ca – pi dan se – ru - ling!
Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Koor Pria.
sambungan dari halaman 1. 2

C
_____ _____ C F
_____ _____ _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu-ji-lah Di – a dengan cera-cap yang ber – den – ting, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;3 4 3 . . 0 3 4 . . 3 . . . 3 4 3 . .
_____ _____ _____
;;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......


C _____
_____ A _____ _____ D
_____ Am
_____ F _____
D _____C Em
_____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 2 7< . | 0 3 3 2 1 . |

dengan cera-cap yang ber – den – tang! Biar-lah sega – la yang ber-na – fas
_____ _____ _____ _____ _____
0 3 4/ . . 5 . . . ;2 3 4 2 7< . 0 3 5 4 3< .
_____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 3 1 6< 6< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 1 1 7< 6< 6< .

Di – a..... Biar-lah sega – la yang ber – na – fas


Em
_____ F Am
_____ F D
_____ G
1 1 6< 2 2 . 1 . 1 . 7< 1 . . .
_____ _____ _____
1 1 6< 4 4 . 4 . 4 . 2 3 . . . Intro musik
_____ _____ _____ Kembali Ke Reff.
1 1 6< 6< 6< . 6< . 5< . 4< 5< . . .
_____ _____ _____
1 1 6< 2< 2< . 4< . 5< . 5< 1< . . .

Memu – ji TUHAN! Ha – le – lu – ya!

~~~oOo~~~

Catatan:
1. Lagu ini dapat dinyanyikan dengan alat musik tradisional
dan elektrik; B. Marada Hutagalung
081361070030
2. Lagu ini dapat dinyanyikan tanpa alat musik (acapella), http://maradagv.blogspot.com
dinyanyikan tanpa intro (Dari awal sampai reff 2x). http://facebook.com/B.MaradaHutagalung
http://twitter.com/maradagv

Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Koor Pria.
Haleluyah! Pujilah! 1
(Mazmur 150)
Cipt./Arr./Syair : B. Marada Hutagalung, S.Th
As=do, 4/4, = 100 Mm Syair : Mazmur 150
Cepat –Riang Tarutung, 04 Juni 2014

G _____ _____
G _____ _____ _____
Bm _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 7< 7< 7< 7< 7< 7< 7< 1 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1 1 1 5< 5< 5< 5< 5< 5< 5< 6< 5< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;5< 6< 1 . 1 1 . . . 0 1< 1< 1< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 3< 1 3< .

Ha – le – lu – yah! Pu – ji - lah Al-lah Da-lam tem-pat ku-dus-Nya


Pu – ji – lah Dia kare-na se – ga-la ke – perkasaan-Nya,

Bm C C D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 7< 6< . 1 1 7< . 1 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 5< 4< . 6< 6< 5< . 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 4< 3< 4< . 4< 4< 5< . 6< 5< . . .

Puji-lah Di – a da-lam ca-kra-wa - la-Nya yang ku – at!

Bm C A A D D7
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 7< 7< 7< 1 . 0 1 1 1 1 . 0 2 2 2 2 2 2 2 2 . . .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 5< 5< 5< 6< . 0 6< 6< 6< 6< . 0 6< 6< 6< 6< 6< 6< 6< 1 . 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3< 3< 3< 4< . 0 4< 4< 4< 2< . 0 2< 2< 2< 2< 2< 2< 2< 5< . . .

Pu-ji - lah Dia se-suai de-ngan kebe-saran-Nya yang he – bat!

C
_____ _____ C _____
_____ F _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu – jilah Di-a dengan ti-u - pan sangka – ka - la, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......

_____C _____
A _____ _____ _____
D _____
Am F _____ _____C _____
D _____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 6 6 . | 0 3 2 2 5 5 . |

dengan gambus dan ke – ca-pi! Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na


_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Di – a..... Pu-ji-lah Di – a dengan re-ba-na

C D
_____ _____C Em Am
_____ F _____ D
_____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 1 . . ;2 3 4 6 6 . 0 3 2 2 5 5 .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;6< 1 1 1 1 . 0 5< 5< 5< 7< 7< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____
;0 3 . 2 2 2 3 6< . . ;2< 2< 4< 4< 4< . 0 1< 5< 5< 5< 5< .

Dan ta – ri – ta – ri – an, pu – ji - lah Di – a dengan per-mai-nan

_____D A
_____ _____ D D7
;0 5 4/ . 4/ 4/ 4/ 6 5 . . ;
_____ _____ _____
;0 7< 6< . 6< 6< 6< 1 1 . 7< ; bersambung ke halaman 2.
_____ _____ _____
;0 5< 2< . 2< 2< 2< 2< 5< . .

ke – ca – pi dan se – ru - ling!

Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Koor Wanita
sambungan dari halaman 1.
2

C
_____ _____ C F
_____ _____ _____ _____ G
_____ C
_____ _____
;3 4 5 6 5 . | 0 3 6 6 6 6 6 5 | 3 5 . . . | 3 4 5 6 5 . |

Pu-ji-lah Di – a dengan cera-cap yang ber – den – ting, pu – ji – lah Di – a


_____ _____ _____
;1 1 1 . . 0 1 1 . . 1 . . . 1 1 1 . .
_____ _____ _____
;1< 1< 1< . . 0 1< 4< . . 1< . . . 1< 1< 1< . .

Pu-ji – lah...... Di – a..... Pu-ji – lah......

C _____
_____ A _____ _____ D
_____ Am
_____ F _____
D _____C Em
_____
0 1 3 3 3 3 3 2 | 1 2 . . . | ;2 3 4 2 7< . | 0 3 3 2 1 . |

dengan cera-cap yang ber – den – tang! Biar-lah sega – la yang ber-na – fas
_____ _____ _____ _____ _____
0 1 2 . . 7< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 3 1 6< 6< .
_____ _____ _____ _____ _____ _____
0 1< 2< . . 5< . . . ;2 3 4 2 7< . 0 1 1 7< 6< 6< .

Di – a..... Biar-lah sega – la yang ber – na – fas

Em
_____ F Am
_____ F D
_____ G
1 1 6< 2 2 . 1 . 1 . 7< 1 . . .
_____ _____ _____
1 1 6< 6< 6< . 6< . 5< . 4< 5< . . . Intro musik
_____ _____ _____ Kembali Ke Reff.
1 1 6< 2< 2< . 4< . 5< . 5< 1< . . .

Memu – ji TUHAN! Ha – le – lu – ya!

~~~oOo~~~

Catatan:
1. Lagu ini dapat dinyanyikan dengan alat musik tradisional
dan elektrik; B. Marada Hutagalung
081361070030
2. Lagu ini dapat dinyanyikan tanpa alat musik (acapella), http://maradagv.blogspot.com
dinyanyikan tanpa intro (Dari awal sampai reff 2x). http://facebook.com/B.MaradaHutagalung
http://twitter.com/maradagv

Haleluyah! Pujilah (Mazmur 150) – oleh B. Marada Hutagalung, S.Th – Koor Wanita

Anda mungkin juga menyukai