Anda di halaman 1dari 15

Nama : Meliana Carolina Putri Waruwu

Semester/Jurusan : IV-A/Teologi

Mata Kuliah : Hermeneutik PL 1

Dosen Pengampu : Pdt. Yunelis Ndraha, M.Th

KEJADIAN 17 : 9-14

Perjanjian Allah

dengan Abraham Mengenai Sunat

A. Analisa Teks Kuno


1. Kejadian 17:11a
a. Kritik Teks Apparatus

֙‫ְו ָהיָה‬
(11a) : Tulisan ini berasal dari kodeks-kodeks tulisan tangan berbahasa Ibrani
menurut B. Kennicott, Vetus Testamentum Hebraicum (Perjanjian Lama berbahasa
Ibrani), dan J.B. de Rossi, Variae Lectiones V.T. Librorum (Bacaan-bacaan yang
berbeda dari buku-buku Perjanjian Lama); dan dari pengarang yang sama Scholia
Critica in V.T. Libros (Ulasan kritis terhadap buku-buku Perjanjian Lama, 1798);
biasanya naskah-naskah yang memuat bacaan yang lebih baik dalam bentuk koreksi
pada teks naskah ybs; dan C.D. Ginsburg, The Old Testament (London, 1908-1926).
Kemudian di dalam teks Pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria menurut A. Von Gall
(Der hebräische Pentateukh der Samaritanes, 1914-1918) tertulis ‫הי ְתָ ה‬
ָ ‫ ְו‬yang artinya
“dan adalah”.

b. Analisis Teks
֙‫ ְו ָהיָה‬:
‫ ׇהיֻ ֽ֯ה ‘ ְו‬Kh. ‫ ָהיָה‬, K. ‫ הָיּו‬Kal Pret. 3 p.s. or pl. m. ‫היה‬
Keterangan :
Kh : Khetib (ditulis)
Kal Pret : Kal preterite (kata kerja masa lalu)
3 p.s or pl. m : 3rd person singular masculine (orang ketiga tunggal, maskulin)
‘‫ְו‬ : kata hubung (dan)
Kata kerja masa lalu orang ketiga tunggal (Dia, Beliau), maskulin.
Jadi, arti kata ֙‫היָה‬
ָ ‫ ְו‬dengan kata dasarnya ‫ היה‬adalah to be (menjadi) – to
become, to be brought to pass (untuk menjadi, untuk disampaikan)

1
c. Menguji Teks
1) BHS :
‫ּובֵינֵיכֶ ֽם׃ ּבֵי ִנ֖י ּב ְִ֔רית ל ְ֣אֹות ְו ָהי ָה ע ְָרלַתְ ֶ ֑כם ּב ַ ְׂ֣שר ֵ ֖את ּונְ ַמלְּתֶ֕ ם‬
2) KJV : And all of you shall circumcise the flesh of your foreskin; and it shall be
a token of the covenant between me and you.
3) BIS : Mulai dari sekarang engkau harus menyunatkan setiap bayi laki-laki yang
berumur delapan hari, termasuk para hamba yang lahir di rumahmu atau yang
kaubeli. Sunat itu akan menjadi tanda dari perjanjian antara Aku dan kamu.
4) TB : haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian
antara Aku dan kamu.
5) SN : Uli khömi niboto ba ya daʼö dandra wawuʼusa li khöda.
Jadi, penafsir menyimpulkan bahwa penggunaan kata ֙‫היָה‬ ָ ‫ ְו‬di dalam
terjemahan KJV, BIS, TB, dan SN digunakan dengan makna kata yang sama,
yaitu untuk/akan menjadi.

d. Analisa
Penggunaan kata ֙‫היָה‬
ָ ‫ ְו‬dalam terjemahan :
1) BHS : dan menjadi
2) KJV : and it shall be (dan itu akan menjadi)
3) BIS : akan menjadi
4) TB : akan menjadi
5) SN : ba ya da’ö (menjadi)

Jadi, kata ֙‫ ְו ָהיָה‬jika dilihat dari berbagai terjemahan di atas, memiliki makna yang
sama.

e. Kesimpulan
Merujuk pada penggunaan kata ֙‫היָה‬
ָ ‫ ְו‬, penafsir menyimpulkan bahwa kata ini
merujuk kepada sunat yang menjadi tanda dari perjanjian antara Allah dengan
Abraham, suatu syarat mutlak untuk keanggotaan di dalam jemaat Yahudi.
Penggunaan kata ini disetiap tafsiran memiliki makna kata yang sama. Sehingga
penafsir tetap menggunakan terjemahan BHS.

2. Kejadian 17:14a
a. Kritik Teks Apparatus

‫( ע ְָרל ָ֔תֹו‬14a) : ditulis dalam teks Pentateukh berbahasa Ibrani-Samaria menurut A.


Von Gall (Der hebräische Pentateukh der Samaritanes, 1914-1918). Kemudian
dalam terjemahan Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang
diterbitkan atas wewenang Lembaga Ilmu-ilmu Sastra di kota Goettingen, 1931)
memiliki penambahan kata ‫יני ּבַּיוׄם‬
‫ הְַּׁש ׅמ ׅ‬yang artinya “Pada hari kedelapan”.
Lalu, bandingkanlah dengan Leviticus (Imamat 12:3).

2
i. Perbandingan Kejadian 17:14 dan Imamat 12:3
Di dalam Kejadian 17:14, digunakan kata ‫ע ְָרל ָ֔תֹו‬ yang artinya kulit
khatan/kulup; sedangkan dalam Imamat 12:3 digunakan kata ‫ ׅיּמֽ וׄל‬yang
artinya untuk disunat, untuk menyunat diri sendiri.
Berdasarkan perbandingan kedua ayat diatas, terdapat perbedaan kata
yang digunakan dimasing-masing ayat. Namun, penafsir menyimpulkan
bahwa penggunaan kata ‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬di dalam Kejadian 17:14 adalah keterangan
bagian yang harus disunat di dalam Imamat 12:3, yaitu kulit khatan/kulup
yang merupakan gulungan kulit yang dapat ditarik menutupi ujung penis.

b. Analisis Teks
‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬: id. Suff. 3 pers. Sing. Masc. . . ‫ערל‬
‫ ׅי ּֽמוׄל‬Niph. Fut. 3 pers. Sing. Masc. . . ‫מול‬
Keterangan :
Id : idem (sama)
Suff : suffix (kata awalan)
Niph : Niphal
Fut : future
3 pers. Sing : 3rd person singular (orang ketiga tunggal)
Masc : masculine
Kata awalan yang sama dari orang ketiga tunggal, makulin.
Jadi, arti kata ‫ע ְָרל ָ֔תֹו‬ dengan kata dasarnya ‫רלע‬ adalah foreskin (kulit
khatan/kulup).

c. Menguji Teks
1) BHS :
(‫אֲׁשר זָ ָ֗כר ׀ ְוע ֵ ָ֣רל )ס‬
֤ ֶ ֙‫יתי ֵמע ֶ ַּ֑מי ָה ה ִ ַ֖הוא הַּנֶ ֥פֶׁש ְונִכ ְְר ָ ֛תה ע ְָרל ָ֔תֹו אֶת־ּב ַ ְׂ֣שר ֹלֽא־י ִּמֹול‬
֖ ִ ‫הֵפַ ֽר׃ אֶת־ּב ְִר‬
2) KJV : And the uncircumcised male child whose flesh of his foreskin is not
circumcised, that soul shall be cut off from his people; he has broken my
covenant.
3) BIS : Setiap laki-laki yang tidak disunat tidak lagi dianggap anggota umat-Ku
karena ia tidak berpegang pada perjanjian itu.
4) TB : Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit
khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.
5) SN : Ba niha si lö muboto, si lö muboto uli — ba nihori ba niwania zi manö, no
adudu wawuʼusa li andrö khögu, ibeʼe.

3
Jadi, penafsir dapat menyimpulkan bahwa penggunaan kata ‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬di dalam
terjemahan BIS tidak digunakan, namun kata ini digunakan di dalam terjemahan
BHS, KJV, TB, dan SN.

d. Analisa
Penggunaan kata ‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬dalam terjemahan :
1) BHS : kulit khatan/kulup
2) KJV : of his foreskin (dari kulupnya)
3) BIS : - (tidak ada penggunaan kata “kulit khatan/kulup”, hanya ada kata
“disunat”)
4) TB : kulit khatannya
5) SN : muboto uli (kulit khatan)

Jadi, kata ‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬jika dilihat dari berbagai terjemahan di atas, memiliki makna
yang sama; merujuk kepada bagian dari penis yang harus disunat/dikerat, yaitu
kulit khatan/kulup- gulungan kulit yang dapat ditarik menutupi ujung penis.

e. Kesimpulan
Merujuk kepada penggunaan kata ‫ ע ְָרל ָ֔תֹו‬, penafsir menyimpulkan bahwa
kata ini menjelaskan dengan tepat bagian mana yang harus disunat/dikerat, yaitu
gulungan kulit yang dapat ditarik menutupi ujung penis. Kata ini di dalam
terjemahan Septuaginta terdapat penambahan kata ‫יני ּבַּיוׄם‬
‫ הְַּׁש ׅמ ׅ‬yang artinya Pada
hari kedelapan. Sehingga, terjemahan akhir penafsir adalah:
“Dan orang yang tidak disunat pada hari kedelapan, yakni laki-laki yang tidak
dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.”

B. Analisa Isi Alkitab


Kitab Kejadian dengan jelas terbagi dalam dua bagian besar, yaitu sejarah zaman
permulaan yang mengemukakan asal mula dunia, manusia, dan dosa (Kejadian 1-11) dan
sejarah para bapak leluhur yang mengemukakan asal mula sejarah keselamatan dengan
pemilihan para bapak leluhur dan janjiNya tentang tanah dan keturunan oleh Allah
(Kejadian 12-50). Di dalam Kejadian 17, Allah memerintahkan Abraham untuk menyunat
semua laki-laki yang ada di rumahnya. Abraham berusia 99 tahun saat ia disunat dan
Ismael, anaknya dari Hagar, seorang hamba Sara, berusia 13 tahun saat disunat (Kejadian
17:24-25).
Perjanjian antara Allah dan Abraham dimulai dengan Allah yang berjanji akan
menjadi perisai bagi Abraham dan menjanjikan negeri Kanaan kepada keturunannya
(Kejadian 15). Sunat yang dilakukan oleh Abraham dan semua laki-laki di rumahnya
menjadi tanda dari perjanjian antara Allah dan Abraham. Perjanjian bahwa Abraham akan
menjadi bapa dari sejumlah besar bangsa dan melalui keturunannya akan muncul raja-raja
dan tanah Kanaan yang ia tempati sebagai orang asing akan menjadi miliknya untuk
selama-lamanya (Kejadian 17:4-8). Dengan melakukan sunat, itu menjadi bukti bahwa

4
hanya keturunan Abrahamlah yang mengikat perjanjian dengan Allah dan mereka juga
menjadi umat perjanjian Allah. Melalui sunat juga Allah hendak menjadikan Abraham
“hidup di hadapan Allah dengan tidak bercela” (Kejadian 17:1), karena telah menuruti
keinginan istrinya, Sara, untuk mengambil Hagar, seorang Mesir, menjadi istrinya.
Sehingga Hagar melahirkan Ismael bagi Abraham (Kejadian 16:3). Tetapi, Allah dengan
tegas menyatakan bahwa hanya dengan Ishak Ia akan mengadakan perjanjian yang sama,
tidak dengan Ismael (Kejadian 17:21). Ishaklah yang menjadi anak Abraham yang disunat
ketika ia berusia delapan hari, sesuai dengan ketetapan yang Allah berikan kepada
Abraham. Allah menginginkan Ishak sebagai anak perjanjian yang kudus, tidak bercela,
dan tidak lahir dari dosa.
Pada pasal 17, Allah menghendaki perjanjian yang tetap untuk selama-lamanya dan
perjanjian itu dipertegas oleh Allah melalui sunat. Sebuah ketetapan yang menjadi tanda
bahwa Allah dan penyertaanNya akan terus mengikuti Abraham dan keturunannya. Di
dalam pasal ini digambarkan bagaimana kehidupan orang yang sungguh-sungguh
menjawab panggilan Allah melalui komitmen untuk menjadi anggota umat perjanjianNya,
yakni dengan hidup dalam keyakinan dan perintah Allah; layaknya yang dilakukan oleh
Abraham.
Penulisan seluruh pasal 17 dalam kitab Kejadian merupakan karangan P (Priest).1
Pada masa itu bangsa Israel yang tertawan diangkut ke Babylon dan peristiwa hancurnya
Bait Allah di Yerusalem merubah tradisi-tradisi lisan yang dipelihara. Keadaan tanpa Bait
Allah di Babylon, bahaya sinkritisme dalam kehidupan agama, dan bangsa yang terancam
punah di antara bangsa-bangsa kafir, telah mendorong para imam untuk menulis segala
tradisi yang ada dan mengumpulkannya agar tidak hilang. Dengan demikianlah lahirlah
sumber P yang ditulis tahun ±550-500 sM agar bangsa Israel kembali ingat bahwa mereka
adalah bangsa yang kudus di hadapan Allah.2

C. Analisa Latar Belakang (sumber P)


1. Analisa Latar Belakang Umum
a. Geografis
Saat umat Israel kembali dari pembuangan, mereka kembali ke Yerusalem,
wilayah Palestina; nama itu mulai digunakan hanya sesudah abad ke-5 sM dan tidak
dipakai dalam Perjanjian Lama. Tanah itu biasanya disebut “tanah Kanaan”, diambil
dari nama penduduk utamanya. Tanah itu dikenal sebagai “tanah perjanjian”, yaitu
perjanjian yang diadakan Allah dengan Abraham (Kejadian 17:7-8) dan diulangi
kepada keturunannya. Setelah pendudukan Israel, tanah itu disebut “Israel” atau
“negeri Israel” (1 Samuel 13:19 dst.). Sebutan tanah suci baru dipakai secara umum
pada Abad Pertengahan.
Nama Palestina secara umum mengacu pada daerah “dari Dan sampai
Bersyeba” (Hakim-hakim 20:1 dst.). Daerah itu dimulai dari lereng selatan Gunung
Hermon hingga tepi gurun selatan (Negeb) dan dibatasi di sebelah barat oleh Laut
Tengah dan di sebelah timur oleh Lembah Yordan. Pada zaman Yunani dan Romawi,
daerah itu juga meliputi beberapa daerah sebelah timur Sungai Yordan atau
1
J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hlm. 29
2
Ibid., hlm. 20

5
Transyordan. Palestina adalah “jembatan sejarah” yang menghubungkan Eropa, Asia,
dan Afrika. Saudagar, pendatang, peziarah dan tentara telah melalui jalan-jalannya,
mendaki bukit-bukitnya, dan mengarungi sungai-sungainya. Allah memilih tanah ini
untuk Abraham dan keturunannya dan sebagian besar penyataanNya diberikan di
daerah ini.3

b. Waktu
Beberapa ahli mempunyai pendapat yang sama tentang lokasi sosial dan waktu
penulisan sumber Priestly (P). Gottwald berpendapat bahwa sumber P ditulis pada
akhir masa pembuangan atau awa periode pembangunan kembali Bait Allah antara
tahun 550-450 BCE. Demikian pula halnya dengan Wismoady Wahono yang
berpendapat bahwa sumber P ditulis pada masa sesudah pembuangan Babilonia,
namun sudah dimulai beberapa waktu sebelumnya, yaitu sejak masa pembuangan itu
sendiri. Coote dan Ord berpendapat bahwa penulis P mengantisipasi pembangunan
kembali Bait Allah, namun tidak menyebutkan implikasi Monarkhi pada
pembangunan kembali itu. Hal ini berarti bahwa penulisan sejarah P terjadi pada
periode pemerintahan Persia setelah pembuangan, sebelum atau setelah pembangunan
kembali Bait Allah antara tahun 520-515 BCE, ketika para imam Zadok keturunan
Harun mengasumsikan diri mereka sebagai yang memiliki hak istimewa untuk
mengatur kehidupan bangsa Israel seperti layaknya seorang raja yang berkuasa atas
kerajaan Israel.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penulisan sumber P terjadi
setelah masa pembuangan pada masa pembangunan kembali Bait Allah oleh
kelompok imam Zadok keturunan Harun, namun hukum-hukumnya sudah ada sejak
masa pembuangan untuk mengatur kehidupan orang Israel yang berada dalam
pembangunan sehingga jauh dari Bait Allah yang menjadi pusat peribadatan dan
identitas diri orang Israel.4

c. Politik
Penulisan sejarah P terjadi pada periode pemerintahan Persia setelah
pembuangan. Para kaisar Persia sendiri menganggap diri mereka sendiri terpanggil
untuk menguasai dan menyediakan perdamaian bagi banyak bangsa. Dengan
demikian, bertentangan dengan imperium-imperium sebelumnya, orang-orang Persia
membiarkan banyak kota, suku, dan bangsa mempunyai derajat otonomi yang tinggi
dalam hal hukum, religius, dan budaya dalam imperiumnya. Mereka melakukan hal
ini dengan menyatakan norma-norma lokal melalui instansi-instansi administrasi
imperial, dengan demikian mengangkat hukum-hukum yang sah secara lokal menjadi
hukum kekaisaran---selama hukum-hukum lokal itu bersesuaian dengan kepentingan-
kepentingan penjajah.5 Selain alasan kemanusiaan, kebijakan ini juga dilakukan demi
mendapatkan kesetiaan dan rasa syukur dari kamum jajahan yang berada di tempat-
tempat strategis di wilayah kekaisaran mereka. Karena letak Palestina yang dekat
3
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: taurat dan sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), hlm. 77-78
4
Materi Pdt. Yunelis Ndraha, M.Th di mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama 1, “ Teori Sumber-
Sumber”.

6
dengan perbatasan Mesir, orang-orang Persia merasa penting untuk menegakkan
kembali negara bagian yang bersahabat di sana. Untuk itu mereka menunjuk Sesbazar
sebagai gubernur Yehuda. Kemudian digantikan oleh Zerubabel yang merupakan
cucu dari Yoyakhin, raja sah terakhir keluarga Daud.6

d. Ekonomi
Di bawah pemerintahan Persia, Raja Koresy memerintahkan supaya kaum
buangan yang kembali ke Yerusalem segera membangun Bait Suci. Tetapi,
rombongan pertama dari orang-orag yang kembali dari Babel (538) hanya berhasil
memperbaiki fondasi gedung dan sebagian temboknya. Agaknya keuangan seret.
Memang ada beberapa individu di Yerusalem yang sudah mencapai kemakmuran
yang cukup mencolok, tetapi keadaan ekonomi kaum Yahudi pada umumnya, baik
pendatang baru maupun yang sudah menetap di Yerusalem, tidak begitu
menggembirakan.7 Selesai Bait Allah selesai dibangun, keadaan orang-orang Yahudi
di Palestina tidak membaik. Sebelumnya mereka sudah tertimpa kelaparan dan
sesudahnya keadaan ekonomi tidak mau maju. Ada perselisihan dan penindasan dan
pemerasan di kalangan mereka sendiri.8

e. Sosial-Budaya
Saat bangsa Israel ditawan dan diangkut ke Babel, yang tinggal di kota
Yerusalem sesudah kehancurannya adalah rakyat jelata. Yang diangkut tertawan ke
Babel adalah kaum atasan masyarakat Yerusalem, sedangkan rakyat jelatan dibiarkan
tinggal. Menurut tafsiran yang lazim, sekitar 20.000 orang tetap tinggal di Yehuda.
Sisa yang demikian itu dalam jangka waktu 70 tahun berusaha untuk membangun
kembali pola hidup mereka, walaupun tentu mereka mengalami banyak halangan dari
suku-suku sekitar. Para penyair, yang mengarang Kitab Ratapan, rupa-rupanya hidup
di tengah-tengah kaum yang menetap di Yerusalem, sehingga kerinduan mereka
untuk membangun bait kembali, tampak dalam syair-syair itu.9

f. Agama
Yerusalem merupakan simbol nyata yang mengaitkan generasi-generasi Israel
dengan tradisi-tradisi kuno yang berasal dari zama Daud dan Musa. Itu berarti bahwa
Yerusalem menjadi suatu jaminan tentang kesetiaan Yahweh terhadap umat Israel.
Oleh karena itu, sesudah Yerusalem runtuh, banyak orang yang tidak mempunyai
pegangan lagi. Mereka yang tetap setia kepada imannya berpegang pada tradisi-tradisi
yang mulai pada periode itu disusun secara makin teliti. Sumber-sumber lama
dikumpulkan, dipersatukan dan diterbitkan ulang sebagai riwayat sejarah Israel secara
agamani dan rohani (yaitu, Kitab Sejarah Deuteronomis). Nubuat-nubuat nabi klasik
5
Jan Christian Gertz, dkk., Purwa Pustaka: eksplorasi ke dalam kitab-kitab Perjanjian Lama dan
Deuterokanonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), hlm. 291
6
John Drane, Memahami Perjanjian Lama II: dari kerajaan terpecah sampai pascapembuangan (Jakarta:
Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2002), hlm. 89
7
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), hlm. 275-276
8
Groenen OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), hlm. 170
9
Vriezen, Op. Cit., hlm. 265

7
sudah dibuktikan otentisitasnya sebagai firman Allah, sehingga pada periode
pemulangan itu nubuat-nubuat tersebut dikumpulkan dan disusun. Di kalangan
imamat dan kaum Lewi, naskah-naskah kuno yang bersifat kultis dan yuridis diturun-
alihkan, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian diletakkanlah dasar
untuk kumpulan peraturan-peraturan kultis, seperti yang terdapat dalam bagian
terkuno dari Kodeks Imamat, juga dalam Kodeks Pengudusan dan dalam kumpulan-
kumpulan mazmur. Perkembangan demikian berarti bahwa tradisi yang terkumpul
mulai menggantikan peranan Bait, kultus, dan boleh dikatakan kenabian juga.10
Pada masa pembuangan di Babel, tidak ada lagi jabatan Imam Besar. Jabatan
Imamat dipegang oleh keturunan Zadok yang adalah keturunan Lewi. Tetapi, pada
masa sesudah pembuangan Imam Besar diangkat lagi, berdirilah Bait Allah yang
kedua (yang pertama hancur pada tahun 587 sM), dan para imam yang melayani
adalah keturunan Harun.11

2. Analisa Latar Belakang Khusus


Kejadian 17 bisa dikatakan sebagai kisah sebab-kewajiban. Perjanjian yang
dicetuskan oleh Allah sendiri terhadap Abraham untuk menjadikannya nyata, harus
dibarengi dengan bentuk tindakan ketaatan oleh Abraham sendiri melalui sunat.
Sebagai suatu upacara, sunat awalnya merupakan suatu tanda rohani; sebuah tanda
bahwa dengan Abraham melaksanakannya, ia mengikat perjanjian untuk selama-
lamanya dengan Allah. Abraham dan keturunannya menjadi umat perjanjian yang akan
memiliki negeri Kanaan.
Saat bangsa Israel dipembuangan di Babel, muncul keyakinan dari para imam
bahwa bangsa Israel membutuhkan suatu tanda atau ciri keanggotaannya sebagai
pengenal bahwa mereka adalah bagian dari keanggotaan umat Allah. Di pembuangan,
umat Yahudi mulai membuka diri terhadap orang-orang dari keturunan dan agama
asing, bahkan menyangkal agamanya dan menganut agama lain. Dengan keadaan yang
mulai kacau, para imam menganggap bahwa sunat menjadi tanda dan syarat mutlak
pengakuan akan iman mereka kepada Yahwe, Allah Israel. Agar bangsa Israel kembali
kepada kedudukan sebenarnya sebagai umat perjanjian Allah, para imam mengesahkan
dan membenarkan sunat sebagai adat istiadat leluhur mereka, Abraham. Dengan
pengertian, jika Abraham, leluhur mereka, telah menerima dan mematuhi perintah
Allah untuk melakukan sunat, maka seluruh keturunannya pun wajib melakukan hal
yang sama. Disinilah sunat pada juga menjadi sebuah tanda nasional.

D. Analisa Kesusastraan
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Kejadian ditulis sebagai suatu prolog untuk seluruh Alkitab, karena kitab ini
mengisahkan asal-usul alam semesta, dunia fisik, kehidupan dan kebudayaan
10
Op. Cit., hlm. 266
11
Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), hlm. 72

8
manusia, dan bangsa Israel. Di awal permulaan dari Kitab Kejadian
memperhadapkan kepada kita Allah yang hidup dan berkepribadian. Penulis tidak
berusaha memberikan bukti filosofis atau ilmiah mengenai eksistensi Allah; ia
menerima bahwa Allah memang ada dan memandang segala sesuatu dari sudut
kenyataan itu. Penulis memperkenalkan Allah yang berdaulat kudus. Kekuasaan
Allah yang agung diungkapkan dalam keindahan ciptaan dan pertimbangan Allah
yang menakjubkan. Yang tidak kalah penting adalah doktrin tentang manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah, dijadikan menurut gambarNya, dan menikmati
hubungan yang unik denganNya. Kitab Kejadian sangat penting bagi manusia
zaman sekarang untuk mengerti antropologi. Kitab Kejadian memberitahu bahwa
Sang Juruselamat akan terluka untuk menebus manusia dan bahwa Iblis akan
dihancurkan oleh Kristus (Kejadian 3:15). Kejadian juga memperkenalkan
konsepsi tentang hubungan perjanjian antara Allah dengan umatNya. Sebuah
pokok lain yang penting dari kitab ini adalah kosmologi. Pokok kosmologi
menjelaskan asal mula alam semesta serta berbagai fungsi utamanya.12

b. Tujuan Khusus
Kisah di dalam Kejadian 17:9-14 merupakan pengesahan akan janji yang
Allah buat dengan Abraham. Dalam teks ini, bagian Abraham ditetapkan dalam
perjanjian tersebut, ia harus menyunat setiap laki-laki dan anak laki-laki yang lahir
di rumahnya, baik itu anak-anak Abraham sendiri maupun anak dari orang-orang
yang tinggal di rumahnya. Mereka harus disunat pada hari kedelapan sesudah
kelahiran mereka. Abraham mengikat dirinya kepada Allah, sekaligus untuk
selama-lamanya, dan hanya kepada Allah yang satu ini semata-mata. Kesetiaan
Allah yang tak tebatas itu mencari kesetiaan Abraham dan keturunannya. Tetapi
kesetiaan kepada Allah yang satu itu bisa saja menjadi pelanggaran di dalam
kehidupan Abraham dan keturunannya. Sebab itu haruslah diberikan kepada
mereka suatu tanda kesetiaan, sebuah tanda peringatan yang selalu menyadarkan
mereka pada kesetiaan Allah terhadap janjiNya dan terhadap jemaatNya, yaitu
Penyunatan. Sebagaimana kesetiaan Allah itu kekal dan tidak berhenti atau
berkesudahan, demikianlah penyunatan itu meninggalkan di dalam daging manusia
suatu bekas yang tidak dapat ditiadakan. Dan selama tanda (ciri-ciri) itu kelihatan,
selama itu juga Allah mencari kesetiaan dari keturunan Abraham.

2. Struktur Kitab13
Kitab Kejadian dengan jelas terbagi dalam dua bagian besar, yaitu sejarah
zaman permulaan yang mengemukakan asal mula dunia, manusia, dan dosa (Kejadian
1-11) dan sejarah para bapak leluhur yang mengemukakan asal mula sejarah
keselamatan dengan pemilihan para bapak leluhur dan janjiNya tentang tanah dan
keturunan oleh Allah (Kejadian 12-50).
12
John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian (Jawa Timur: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), hlm. 24
13
W.S. Lasor, Pengantar..., hlm. 112-113

9
Struktur Kitab Kejadian:
a. Riwayat Zaman Permulaan
i. Kejadian 1:1-2:4a : Penciptaan
ii. Kejadian 2:4b-4:26 : Taman eden dan kejatuhan manusia
iii. Kejadian 5:1-32 : Bapak leluhur sebelum air bah
iv. Kejadian 6:1-11:9 : Air Bah dan akibatnya
v. Kejadian 11:10-26 : Para Bapak leluhur setelah air bah
b. Sejarah bapak-bapak Leluhur
vi. Kejadian 11:27-25:18 : Abraham dan keluarganya
vii. Kejadian 25:19-37:1 : Yakub dan anak-anaknya
viii. Kejadian 37:2-50:26 : Yusuf dan saudara-saudaranya

Pasal 17 sendiri dapat terbagi menjadi empat bagian, yaitu:14


a. Kewajiban Allah di dalam perjanjian itu (ayat 1-8) : pendirian/pengikatan dan
proklamasi perjanjian itu
b. Kewajiban Abraham di dalam perjanjian itu (ayat 9-14) : peresmian
penyunatan
c. Perjanjian adalah pemilihan (Ishak) oleh Allah melawan ketidakpercayaan
Abraham (perjanjian anak laki-laki, ayat 3-22)
d. Ketaatan Abraham dengan melakukan penyunatan (ayat 23-27)

3. Ragam Sastra
Kitab Kejadian menekankan susunan narasi yang memusatkan perhatian pada
tokoh-tokohnya (misalnya; Adam, Habel, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf)
serta peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan mereka. Kitab Kejadian
merupakan suatu contoh prosa Ibrani Klasik dan umunya dapat dibaca dengan sangat
mantap dan lancar. Di beberapa tempat jelas kelihatan bahwa terdapat beberapa
tambahan, yang mungkin dibuat Yosua, Eleazar, atau barangkali oleh salah seorang
imam yang berhubungan akrab dengan Musa.15

E. Analisa Konteks
1. Analisa Konteks Dekat
Kejadian 17:9-14 mengesahkan perjanjian antara Allah dengan Abraham. Ayat
1-8 pada pasal 17 menunjukan kewajiban Allah di dalam perjanjian itu. Pengesahan
perjanjian yang diberikan oleh Allah sendiri menjadi sebuah tanda yang menjadikan
Abraham dan keturunannya hidup tidak bercela di hadapan Allah. Bahkan, Allah
mengubah nama Abram “bapa yang mulia” menjadi Abraham “bapa sejumlah besar
bangsa”. Allah menjanjikan penyertaan dan tanah Kanaan bagi Abraham dan
keturunannya. Sebagai umpan balik dari Abraham akan perjanjian yang diberikan oleh
Allah, Abraham melakukan sunat terhadap semua laki-laki yang mendiami rumahnya
(ayat 9-14). Sunat menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh Abraham. Dan
14
Walter Lempp, Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian Pasal 12:4-25:18 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm.
180
15
John J. Davis, Eksposisi..., hlm. 31

10
melalui tanda sunat itu, Allah akan memperkuat perjanjianNya dengan keturunan
Abraham, Ishak, sebagai bukti bahwa yang menjadi penerima berkat-berkat perjanjian
Allah adalah anak Sara, istri Abraham yang dikehendaki oleh Allah. Meski demikian,
Allah tidak mengasingkan Ismael, anak Hagar, hamba Sara; melainkan Allah
memberkati Ismael dan menjadikannya sebagai bangsa yang besar (ayat 15-22).
Sebagai bentuk ketaatann Abraham di hadapan Allah, ia melakukan tanda perjanjian
itu. Abraham menyunat seluruh laki-laki yang ada di rumahnya. Dengan melakukan
sunat, Abraham dan keturunannya menjadi umat perjanjian yang dikehendaki oleh
Alllah. Tetapi, menolak melakukannya berarti mengingkarinya dan ia harus
dilenyapkan dari antara umat perjanjian Allah (Kejadian 17:14).

2. Analisa Konteks Jauh


Permulaan perjanjian antara Allah dengan Abraham dimulai dari Kejadian 15.
Allah sendiri yang menyatakan akan menjadi perisai Abraham dan menjanjikan
pemberian akan tanah Kanaan, mulai dari Mesir sampai ke sungai Efrat, yakni tanah
orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang
Amori, orang Kanaan, orang Girgasi, dan orang Yebus (Kejadian 15:18-21). Rasul
Paulus di dalam Roma 4:11 mengakui bahwa dengan penerimaan Abraham akan sunat
sebagai materai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia
bersunat; menjadikannya sebagai bapa semua orang percaya, bahkan mereka yang juga
tidak bersunat.
Telah diduga keras bahwa bagian ini, di dalam Keluaran 4:24 dst. dan Yosua
5:2 dst. memberikan catatan yang bertentangan mengenai asal-usul upacara sunat.
Penyunatan itu sudah lama dilakukan di tengah-tengah Israel tetapi selama dan
sesudah pembuangan Israel ke Babel, maka penyunatan itu menjadi tanda yang
terutama dari keanggotaan jemaat, yaitu suatu syarat mutlak untuk keanggotaan di
dalam jemaat Yahudi. Sebagai suatu upacara, pertama-tama sunat merupakan suatu
tanda rohani, dan baru kemudian suatu tanda nasional. Semua anggota komunitas
perjanjian itu diharapkan akan menunjukkan iman mereka oleh tanda itu. Namun ritus
ini hidup lebih lama daripada kenangan akan artinya; itulah sebabnya Rasul Paulus
menjelaskan bahwa sunat yang terlepas dari ketaatan adalah sama dengan tidak
bersunat (Roma 2:25-29).16

F. Analisa Makna Kata


1. Sunat (‫)מּול‬
a. Di dalam kamus TDOT, Sunat tidak diatur secara hukum sampai masa pembuangan
dan pasca pembuangan. Setelah itu, setiap laki-laki harus disunat (Kejadian 17:10b,
11a), waktu sunat ditetapkan pada hari kedelapan setelah kelahiran (ayat 12a) dan
lingkaran mereka yang terkena diperluas untuk mencakup budak (ayat 12b, 13a),
untuk menjamin kemurnian kultus dari keluarga yang lebih besar tempat mereka

16
John J. Davis, Eksposisi..., hlm. 205

11
berasal. Tata cara diakhiri dalam Kejadian 17:14a dengan sanksi. Sunat itu sendiri
dapat ditelusuri kembali ke waktu sebelum negara itu bersatu (Yosua 5:2-9), kembali
ke periode penaklukan, dan bahkan mungkin sejauh akhir periode patriarki (Kejadian
34). Unsur-unsur fundamental dari praktik sunat modern telah ditetapkan pada zaman
Misnah. Tiga tahap operasi dibedakan:
1) pengangkatan kulup
2) Membentangkan kelenjar penis sejauh arteri koroner
3) menyedot pembuluh darah yang berdarah

Pengenalan selanjutnya dari elemen ini juga disarankan oleh fakta bahwa
tradisi secara eksplisit mencoba menghubungkannya dengan Abraham. Secara umum,
seorang ayah mungkin menyunat anak laki-lakinya, meskipun dalam situasi darurat
siapa pun dapat melakukan ritual selama dia adalah seorang Yahudi. Orang yang
melakukan ritual sunat Yahudi di masa modern juga dapat diwakili oleh orang
Yahudi mana pun.

b. Di dalam kamus Alkitab, Sunat merupakan sebuah tanda bahwa seorang sudah
terhisab dalam perjanjian dengan Allah. Dilakukan pada tubuh setiap anak laki-laki di
Israel pada umur delapan hari (Kejadian 17:9-14). “Orang-orang yang tidak bersunat”
berarti, bangsa-bangsa bukan Israel (mis. Galatia 2:7)

2. Perjanjian (‫)ּב ְׅרית‬


a. Di dalam kamus TDOT, arti asli dari Berith Ibrani (juga dari Akk. Riksu dan Hitt.
Ishiul) bukanlah “kesepakatan penyelesaian antara dua pihak”, seperti yang umumnya
disepakati. Berith menyiratkan pertama dan terutama gagasan tentang "pembebanan",
"kewajiban", atau "kewajiban" iklan dapat dipelajari dari etimologi "ikatan". Metafora
ikatan menjelaskan penggunaan penguatan atau pengikatan untuk menyampaikan
gagasan tentang “validitas” atau “reabilitas” perjanjian. Meskipun sebagian besar
sumpah yang mengesahkan perjanjian, janji perjanjian paling sering disertai dengan
upacara. Seperti dalam Kejadian 15:28 dan Yeremia 34, kita mendengar tentang
memotong binatang menjadi potongan-potongan dan melewati di antara mereka,
sebuah upacara yang membuat jelas hukuman yang akan menimpa orang yang
melanggar perjanjian.
b. Di dalam kamus Alkitab, Perjanjian merupakan persetujuan yang dibuat Allah dengan
Abraham dahulu (Kejadian 17:1-8) dan kemudian dengan umat Israel (Ulangan
29:10-15) dan yang disertai janji-janji dari pihak Allah dan yang menuntut kesetiaan
dari pihak manusia. Penumpahan darah Kristus di Golgota membaharui perjanjian
Allah itu (Lukas 14:20; 1 Korintus 11:25, bd. Yeremia 31:31). Ialah “pengantara
Perjanjian Baru” (Ibrani 9:15; 12:24). Rasul Paulus menjadi pelayan dari perjanjian
baru, yaitu pekayanan Roh (2 Korintus 3:6-8).

G. Integrasi
Setelah penafsir melakukan analisa sesuai langkah-langkah penafsiran, maka
penafsir menyimpulkan bahwa perikop yang ditafsir merupakan pengesahan akan janji

12
yang sudah lebih dahulu diucapkan Allah kepada Abraham di dalam Kejadian 15.
Pengesahan perjanjian itu dilakukan untuk menyatakan kesetiaan Allah kepada umatNya
dan kesetiaan umat perjanjian dengan Allah. Penyataan kelanjutan perjanjian dan berkat
yang diberikan kepada umat perjanjian, Allah nyatakan di dalam diri Ishak, sebagai anak
perjanjian. Teks yang ditafsir merupakan bagian dari kewajiban yang harus dilakukan oleh
Abraham sebagai bukti ia mau memberi diri untuk menjadi permulaan dari umat pilihan
Allah.
Pada ayat sembilan, “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku,
engkau dan keturunanmu turun-temurun” menunjukkan bahwa perjanjian antara Allah dan
Abraham ini bukanlah perjanjian yang sementara dan terbatas, melainkan sebuah
perjanjian yang berlangsung secara kekal. Abraham dan keturunannya menjadi umat
perjanjian yang diberkati oleh Allah melebihi bangsa-bangsa lain. Di ayat selanjutnya,
“Inilah perjanjian-Ku yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta
keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kakmu harus di sunat”, bagian ini dengan
jelas menunjukkan tindakan apa yang harus dilakukan oleh Abraham untuk mengikat
perjanjian kekal itu bersama Allah. Abraham dan keturunannya harus bersunat. Sunat yang
mereka lakukan menjadi tanda yang membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lain.
Sebuah tanda bahwa mereka ada umat kepunyaan Allah; umat perjanjian. Melalui tanda
sunat ini juga yang pada masa pembuangan bangsa Israel bisa mempertahankan identitas
diri sebagai bangsa pilihan Allah, meski hidup berdampingan langsung dengan bangsa-
bangsa lain. Ayat 11 dan 12a menunjukkan ketentuan sunat seperti apa yang harus
dilakukan oleh Abraham dan keturunannya, “haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah
akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari
haruslah disunat,”.
Ayat selanjutnya, “setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir
di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak
termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli
dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi
perjanjian yang kekal.” Melanjutkan ketentuan siapa saja yang harus disunat dari
keturunan Abraham, yakni semua laki-laki yang mendiami rumahnya, baik itu keturunan
dari Abraham langsung, maupun orang asing.
Kemudian, pada ayat 14, “Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak
dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.” Allah memberitakan sanksi tegas yang
diberikan Allah kepada mereka yang tidak melakukan sunat. Tidak melakukan berarti
melawan kehendak Allah dan menyangkal perjanjian yang telah diikat Abraham dengan
Allah, oleh karena itulah mereka harus dilenyapkan dari orang sebangsanya agar tidak
mencemarkan umat perjanjian Allah dengan penyangkalan dan pelanggaran yang
dilakukan.
Di dalam perintah untuk melakukan sunat, terletak keinginan Allah untuk
memulihkan Abraham dari dosa-dosanya. Abraham telah melanggar perintah Allah dan
mengambil Hagar menurut pikirannya sendiri dan melahirkan Ismael, dengan demikian,
mengenakan jejak dosa kedagingannya sendiri (Kejadian 16). Karena akar dari dosa-
dosanya terletak di dalam daging, Allah menginginkan Abraham untuk menumpahkan

13
darah dosa dengan memotong kulit khatan dengan batu. Melalui ini, Allah mengampuni
dosa Abraham dan membuatnya menjadi benar. Lewat sunat, Allah dapat memperoleh
keturunan saleh melalui Abraham menurut pemeliharaan penebusan-Nya; seorang anak
yang sejak awal Allah mengikat perjanjian sudah Ia janjikan kepada Abraham dan dengan
tanda perjanjian ini juga anak itu dilahirkan untuk mengembalikan kehidupan tidak bercela
Abraham di hadapan Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Blommendaal, J. 2016. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Davis, John J. 2001. Eksposisi Kitab Kejadian. Jawa Timur: Yayasan Penerbit Gandum Mas.

14
Drane, John. 2002. Memahami Perjanjian Lama II: dari kerajaan terpecah sampai
pascapembuangan. Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab.

Gertz, Jan Christian dkk. 2017. Purwa Pustaka: eksplorasi ke dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama dan Deuterokanonika. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lasor, W.S. 2019. Pengantar Perjanjian Lama 1: taurat dan sejarah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Lempp, Walter. 2003. Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian Pasal 12:4-25:18. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Materi Pdt. Yunelis Ndraha, M.Th di mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama 1, “Teori
Sumber-Sumber”.

OFM, Groenen. 1992. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Vriezen, Th. C. 2019. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Wahono, Wismoady. 2018. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

15

Anda mungkin juga menyukai