Anda di halaman 1dari 9

Nama Anggota Kelompok : 1.

Aris Gusman Jaya Gea

2. Dian Novitasari Telaumbanua

3. Meliana Carolina Putri Waruwu

4. Trisna Murni Zega

Semester/Jurusan : IV-A/Teologi

Mata Kuliah : PASTORAL II

Dosen Pengampu : Pdt. Otoriteit Dachi, S.Th, M.Si

VERBATIM

Pasien Rehabiltasi Yayasan Pemulihan Kasih Bangsa Nias

Nama Konseling : AZ
Pekerjaan : Petani
Umur : 53 Tahun
Jenis Layanan Konseling : Kurang Cinta Kasih
Nama Konselor : 1. Aris Gusman Jaya Gea
2. Dian Novitasari Telaumbanua
3. Meliana Carolina Putri Waruwu
4. Trisna Murni Zega
Tanggal Pelaksanaan : Sabtu, 27 Maret 2021
Tempat Pelaksanaan : Yayasan Pemulihan Kasih Bangsa Nias
Jl. Simanaere, Tuhegeo I, Desa Dahana, Kec. GunungSitoli
Idanoi, Kota GunungSitoli-Nias

I. Situasi Awal
Keadaan di sekitar konseli kondusif; dengan arti konseli menyambut dengan baik
kehadiran konselor. Konseli berpenampilan kasual dan merasa nyaman dengan kehadiran
konselor dan proses konseling yang dilakukan. Konseli menyikapi dengan baik, menjawab
dengan lembut pertanyaan yang diajukan, dan menjawab dengan lugas dan terbuka
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh konselor. Selama proses konseling, hubungan

1
antara konseli dan konselor berlangsung dengan ramah dan berjalan sesuai yang
diharapkan.

II. Permulaan
Sebelum melakukan percakapan dengan konseli, konselor terlebih dahulu
mewawancarai penanggung jawab atas keseluruhan pasien, Pak Naswan Hutabarat, S.Th.
Beliau adalah orang yang bertanggung jawab penuh untuk memantau perkembangan
pemulihan setiap pasien. Pak Naswan menyapa konselor dengan mengatakan “Salam
sehat” dan dijawab “Salam sehat, Pak” oleh konselor, menyapa dengan tersenyum. Pak
Naswan berdarah Batak dan memiliki nada suara yang keras saat berbicara, namun
ekspresi wajah dan gerakan tubuh saat menjawab pertanyaan yang konselor tanyakan,
dijawab dengan lancar dan terkadang beliau melontarkan candaan.
Percakapan dimulai dengan sapaan “Ya’ahowu” oleh konselor, kemudian dijawab
“Ya’ahowu, AZ.” oleh konseli. Setelah itu, konseli mengulurkan tangan untuk berjabat
tangan dan langsung menyebutkan nama lengkap serta usianya dan konselor juga ikut
menyebutkan nama.

III. Proses Verbatim

Ko1 : Ya’ahowu Pak.

Ki1 : Ya’ahowu, AZ, 53 tahun. (sambil mengulurkan tangan, duduk di kursi yang sudah
disediakan dan memperkenalkan diri)

Ko2 : (Sambil menerima uluran tangan dari si bapak, duduk dikursi dan masing-masing
memperkenalkan diri dan bertanya kabar si bapak) Aris Gea, Dian Telaumbanua,
Meliana Waruwu, Trisna Zega. Bagaimana kabar Bapak?

Ki2 : Sehat.

Ko3 : Puji Tuhan, Pak. Apa Bapak sudah makan?

Ki3 : sudah

Ko4 : Apa lauknya tadi, Pak?

Ki5 : Nasi, ikan dan sayur

2
Ko6 :Jika boleh tahu, asal Bapak dari mana?

Ki6 : Asal saya dari Tumeri Balӧ Hili, tapi orang tua saya pindah ke Lahewa. Dan
sekarang kami tinggal di Lahewa, Nias Utara.

Ko7 : ah! Nias Utara… Lalu, apakah Bapak sudah menikah?

Ki7 : Saya sudah menikah dan memiliki lima orang anak, tapi satu orang sudah
meninggal. Saya adalah seorang duda. Anak saya yang paling tua ada di Lahewa,
nomor dua namanya Desi dulu bersekolah di STT di Jogya, tapi di semester 5
berhenti, sekarang dia ada di Lahewa. Nomor tiga kelas 1 SMK, dan nomor 4 kelas 2
SMP.

Ko8 : Apa yang menyebabkan istri Bapak meninggal dunia?

Ki8 : Istri saya meninggal dunia karena sakit stroke lidah dan penyakit gula. Saat dia
meninggal, kami sudah menikah selama 24 tahun.

Ko11: Apa yang menyebabkan satu orang anak Bapak meninggal?

Ki11 : Anak saya yang meninggal adalah anak perempuan, dia meninggal pada tanggal 7
bulan 12 tahun 2020. Dia menderita penyakit Epilepsi, saat itu dia hendak menarik
cok listrik untuk memasak air, ternyata terjadi konslet listrik dan tumpahlah air panas
ke tubuhnya. Karena itu meninggal dunia anak saya.

Ko12 : Bagaimana Bapak bisa tiba di Yayasan ini?

Ki12 : Sewaktu saya masih kecil, ada air yang diberikan kepada saya untuk diminum. Air
itu sudah dimantrakan dan didoakan oleh dukun yang ada di kampung saya. Setelah itu,
kesehatan saya mulai terganggu, tubuh saya bengkak tanpa sebab dan keluarga juga
mulai tidak memperhatikan saya. Ketika saya menikah, saya dibantu oleh Pak Endogen,
seorang PNS. Tak lama mama saya meninggal dan tidak ada lagi yang memperhatikan
dan merawat saya. Sehingga, saya mendatangi kantor polisi untuk meminta
perlindungan, tapi tidak diberikan, karena ini bukan kasus kriminal. Tapi, pihak
kepolisian menghubungi Yayasan dan mempertemukan pihak Yayasan dengan keluarga
saya. Keluarga saya mengatakan akan mengajak saya untuk menghadiri perkawinan anak
domba, ternyata saya dibawa ke Yayasan. Setelah sampai di sini, saya diurus dan
diperhatikan oleh staff dan pembina di sini, setelah 9 bulan saya dipulangkan. Hanya 13

3
hari saya di rumah, kejadian yang membuat anak saya meninggal terjadi. Saya kembali
terganggu dan sikap saya juga berubah. Kemudian, saya dibawa lagi kesini. Sekitar 3
bulan saya disini, istri saya meninggal, tapi tidak mau datang untuk melihatnya. 9 bulan
lagi saya disini, lalu saya kembali ke rumah. Baru 5 hari saya di rumah, sikap saya
berubah lagi, sehingga saya dibawa lagi ke sini. Dan sampai sekarang saya merasa di sini
adalah tempat saya seharusnya, karena di sini saya diperhatikan dengan penuh kasih
sayang. Kami juga disembuhkan melalui ibadah dan firman Tuhan. Jika ada teman-
teman yang sakit di sini juga saya ikut staff dan pembina untuk mengurus mereka.

Ko13 : Berarti Bapak sangat senang ya membantu orang?

Ki13 : Sejak dahulu saya suka membantu orang. Saya juga bisa mengurut orang sakit, saya
juga sering berdoa syafaat untuk orang-orang dan saya diberikan ucapan terima kasih.
Saya tolak ucapan terima kasih itu, karena saya tahu saya melakukan ini untuk Yesus
dan karena Dialah orang-orang itu bisa tertolong. Dari Yesus juga saya akan
menerima balasan atas apa yang saya perbuat.

Ko14 : Berarti Bapak merasakan bahwa Tuhan Yesus itu baik bagi Bapak dan luar biasa
kuasa-Nya, Ia memberikan pemulihan kepada Bapak, dan Bapak percaya akan hal itu.
Disini kami datang mau berbagi kepada Bapak, apa yang Bapak rasakan boleh
bercerita kepada kami. Bapak bisa menceritakan kegundahan yang Bapak rasakan dan
merasa lega setelah bercerita kepada kami. Apakah Bapak tidak merasakan sakit
dibagian tubuh Bapak selama berada disini?

Ki14 : Saya punya penyakit ambeien, namun di sini saya diperhatikan. Mereka mengatur
makanan saya dan mengurus saya. Sudah satu tahun saya di sini dan saya merasa
senang. Jika di rumah, tidak ada yang mau mengurusi saya. Anak saya suka melawan
dan tidak mau mendengarkan saya. Saya tidak mau pulang, karena saya pikir nantinya
saya bisa dibawa untuk yang ke-4 kalinya ke sini. Saya selalu berdoa kepada Tuhan,
meminta petunjuk apakah saya harus pulang atau tetap di sini (sambil menangis).
Karena kata staff dan pembina, tidak selamanya saya bisa ada di sini. Saya takut, saya
juga bingung, ini juga yang membuat saya tidak bisa tenang.

Ko14 : Tuhan itu baik kepada kita semua, buktinya Bapak boleh ada di tempat ini diurus,
diperhatikan dan ditolong disini tanpa Bapak duga dan Bapak sangka, inilah cara
Tuhan memakai Bapak dan memulihkan Bapak agar Bapak kembali kejalan-Nya

4
Tuhan dan meninggalkan hal-hal duniawi yang menghalangi hubungan Bapak dengan
Tuhan. Lewat hamba-Nya Bapak kembali diperkenalkan siapa itu Tuhan yang
sesungguhnya, yang pada awalnya Bapak bingung dengan jalan kehidupan Bapak
tetapi Tuhan membantu memulihkan jiwa Bapak yang sudah hilang. Kasih Tuhan
sungguh besar kepada kita umat-Nya. Lalu, apakah Bapak percaya dengan hal-hal
gaib dan orang-orang yang berguru serta memberi guna-guna, zolau khöda zilösökhi?

Ki14 : Kalau guna-guna ini saya ada, sudah pernah saya juga pernah di santet itulah yang
saya ceritakan pas saya pertama masuk disini, saya menghadapi mereka dengan
tenang, yang menyelamatkan saya pada saat itu hanya nyanyian “ku mau cinta
Yesus”, kalau saya meninggal dengan cara santet biarkan saja, karena Allah yang
memberi nyawa saya, roh saya hanya Bapa yang di sorga yang bisa mengambil, tidak
ada yang bisa selain Bapa yang di sorga.

Ko15 : Berarti Bapak tau nyanyian ku mau cinta Yesus selamanya? Boleh kita nyanyikan,
Pak?

Ki15 : Boleh

Ko16 : Kita nyanyikan ya, Pak. Ku mau cinta Yesus selamanya... (menyanyikan lagu secara
bersama-sama)

Wah... luar biasa nyanyian kita, Pak. Benar-benar sangat menyentuh hati. Cinta dan
kasih Yesus tidak pernah berkesudahan bagi kita dan selalu mengalir seperti aliran air.
Lalu dengan bernyanyi apa yang Bapak rasakan?

Ki16 : Saya merasakan damai

Ko17 : Puji Tuhan, Pak. Kalau boleh kami tau, apakah Bapak dan keluarga Bapak masih
menjalin komunikasi?

Ki17 : Yang masih berkomunikasi dengan saya anak saya yang berada di Jogya.

Ko18 : Itu anak Bapak yang ke berapa?

Ki18 : Itu anak saya yang nomor 2 tapi sebenarnya anak saya nomor 3 karna yang cewek
sudah meninggal.

5
Ko19 : Berarti nomor dua sudah meninggal, jadi digantikan sama nomor 3, jadi dia
dianggap nomor 2?

Ki19 : Iya benar

Ko20 : Anak Bapak yang di Jogya sudah kuliah?

Ki20 : Iya ba sudah semester 5, jurusan ba akutansi perpajakan

Ko21 : Lalu anak bapak nomor 1?

Ki21 : Mantan STT tapi sudah kembali kerumah karena dia gagal.

Ko22 : Gagal kenapa ya Pak kalau boleh tau?

Ki22 : Gagal karena tidak ikut dia di dalam kuliah. Uang kuliahnya yang saya kirim
dimakannya.

Ko23 : Kalau anak Bapak yang lain?

Ki23 : Tinggal sama mertuanya tinggal juga sama kakak sulung saya.

Ko24 : Lalu berapa orang saudara bapak?

Ki24 : Kami bersaudara 7, saya nomor 4.

Ko25 : Ketika Bapak mengalami penyakit tersebut apa yang Bapak lakukan?

Ki25 : Yang pertama-tama saya berdoa dan melapor kepada Bapak Pembina untuk dibawa
di medis, langsung ditangani dan dikasih obat.

Ko26 : Pekerjaan Bapak sebenarnya sebagai?

Ki26 : Saya hanya mengurus warisan orang tua, mengurus kebun dengan bertani sehingga
ada pekerjaan.

Ko27 : Lalu kenapa Bapak berfikir bahwa tidak ada yang peduli dan memperhatikan
Bapak? Apakah keluarga Bapak tidak memperhatikan Bapak?

Ki27 : Namanya juga manusia. Ibu sudah meningal dunia yah seakan-akan tidak ada yang
membantu kita, keluarga saya pun tidak peduli. Ibu itu sosok yang dekat kepada anak-

6
anak dan saya anak laki-laki yang sangat disayang dan dimanjakan. Tapi, karna sudah
meninggal dia oleh karna saya dekat dengannya, saya merasa sangat sedih.

Ko28 : Lalu bagaimana dengan keadaan anak-anak Bapak? Apa pekerjaan mereka?

Ki28 : Anak saya bekerja jadi kuli dan kebun kami diurus orang lain.

Ko29 : ohhh... Maksudnya di tangani orang lain, Pak? Berarti bukan hanya Bapak yang
mengolahnya?

Ki29 : Iya. Maksudnya kalau harga kelapanya 1 ton harganya itu di bagi dua.

Ko30 : Baiklah jika begitu, saya ingin bertanya sekali lagi. Siapa nama Bapak?

Ki30 : AZ, kelahiran Lahewa dulunya saya mantan STT Syalem. Jika kalian kenal Bapak
Ts Baene, dia satu tingkat dengan saya waktu itu. Bapak pendeta Ts Baene beserta
istrinya adalah teman saya dulu.

Ko31 : Berarti Bapak dulu sudah sekolah?

Ki31 : Iya. Namun, hanya sampai semester 3. Saya difitnah.

Ko32 : Kalau boleh tau kenapa Bapak di fitnah ya, Pak?

Ki32 : Dulu saya komisaris di kelas, tapi saya bandel dan tidak mendengarkan orang lain.
Kemudian saya dipulangkan ke Lahewa. Tahun 1994 saya kembali mendaftar di
Sekolah Tinggi Alkitab di Bandung dan lolos, tapi karena adik saya sudah tamat SMA
dan mau melanjutkan kuliah, saya terpaksa harus mengundurkan diri. Lalu saya
menyelesaikan sarjana saya di Universitas Terbuka di Pojak, Lahewa.

Ko33 : Semua yang terjadi di hidup kita adalah rencana Tuhan. Tuhan itu baik bagi setiap
manusia. Bapak mungkin sudah pernah menjalani proses untuk menjadi hamba
Tuhan, meski gagal tapi Bapak tidak mudah berputus asa. Kami juga mahasiswa
Teologi di STT BNKP Sundermann disini adalah pangilan Tuhan, sekalipun Bapak
tidak berada di tempat yang Bapak mau tapi Tuhan memanggil Bapak pasti ada
rencananya seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 1:4 yang berbunyi: “Dengan jalan
itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”. Jadi Pak, selalu berdoa kuatkan

7
diri sekalipun orang-orang yang tidak memperdulikan kita tetapi Tuhan selalu peduli
dengan kita. Pegangan kita adalah Tuhan Yesus. Di dalam kitab Mazmur 119:105
yang berbunyi: "FirmanMu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku”. Jadi kita harus
berpegang kepada Tuhan untuk itu kita harus percaya supaya segala penyakit Bapak
bisa sembuh bisa pulih dengan kuasa Tuhan. Untuk itu Pak mari kita berdoa. (Berdoa
bersama; yang berdoa adalah konselor)

Baik, Pak. Kami senang karena Bapak mau berbagi cerita dengan kami. Saya berharap
di lain kesempatan kita bisa berbicara kembali. Terima kasih untuk waktunya dan
maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat Bapak.

Ki33 : Ya, terima kasih juga. Saya juga sudah menyita waktu kalian dan semoga di lain
waktu kita bisa bercakap-cakap lagi.

Ko34 : Ya’ahowu, Pak.

Ki34 : Ya’ahowu nogu.

IV. Penutup
Pada akhir percakapan dengan konseli, konselor mengingatkan konseli bahwa proses
yang sudah terlewati di masa lalu adalah bagian dari rencana Tuhan bagi konseli.
Konselor juga mengingatkan konseli bahwa, meskipun tidak ada manusia yang peduli
kepadanya, Tuhan selalu ada untuk peduli kepada hambaNya. Konselor juga
memberikan dua ayat Alkitab yang terkutip dari 2 Petrus 1:4 dan Mazmur 119:105.
Konselor juga meyakinkan konseli bahwa dengan berserah dan mempercayakan seluruh
kehidupan kepada Tuhan, maka penyakit dan penderitaan yang dialami akan pulih dan
bisa diatasi. Setelah memberikan penguatan, konselor mengajak konseli untuk berdoa
bersama untuk mengakhiri percakapan antara konselor dan konseli. Kemudian, konselor
mengucapkan terima kasih kepada konseli atas kesediaanya berbagi cerita kepada
konselor dan mengucapkan salam.

V. Evaluasi
Setelah melakukan perkunjungan pastoral kepada konseli, kelompok sadar bahwa
dalam melakukan perkunjungan pastoral kepada seseorang, dibutuhkan pengalaman yang
lebih banyak di lapangan. Kelompok telah berusaha untuk memberikan penguatan kepada

8
konseli, meski tidak maksimal dan tidak membantu banyak dari pergumulan yang
dirasakan oleh konseli.
Kelompok adalah pemula dan masih perlu terus belajar dengan giat untuk bisa
menyentuh setiap permasalahan yang dialami oleh konseli dan memberikan bantuan serta
penguatan. Namun, dalam kesempatan ini konselor cukup berhasil untuk membuat
konseli menceritakan pergumulan dan peristiwa-peristiwa apa saja yang telah ia lalui.
Kelompok perlu mempelajari dan merasakan lebih banyak lagi kesedihan dan perasaan
terluka dari seseorang untuk bisa benar-benar menyentuh luka itu dan membantu
menyembuhkannya. Terlebih, konseli yang menjadi lawan bicara kelompok adalah orang
yang mengalami luka batin mendalam hingga harus berada di Yayasan Pemulihan Kasih
Bangsa Nias. Perasaan dan jiwanya tidak senormal manusia pada umumnya, oleh karena
itu diperlukan latihan lebih mendalam lagi untuk bisa berbicara dengan baik terhadap
orang-orang yang memiliki kondisi seperti Bapak AZ.

Anda mungkin juga menyukai