Anda di halaman 1dari 8

Nama : Meliana Carolina Putri Waruwu

Semester/Jurusan : V-A/Teologi
Mata Kuliah : Pendidikan Kristen III
Dosen Pengampu : Pdt. Gustav G. Harefa, M.Th

LAPORAN BACA

A. IDENTITAS BUKU
Judul : PAK (Pendidikan Agama Kristen) Dewasa
Penulis : Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th
Penerbit : Jurnal Info Media
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal : 108 Halaman

B. PENDAHULUAN
Buku yang dilaporkan adalah buku dengan judul PAK (Pendidikan Agama Kristen)
Dewasa dan ditulis oleh Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th, seorang Dekan Fakultas Teologi
UKSW Salatiga, Ketua Pengurus Persetia, dan Anggota Executive Committee ATESEA
(Asosiasi Sekolah-sekolah Teologi di Asia Tenggara), serta Anggota Tim Pengembang MPK
(Pendidikan Agama Kristen) untuk Perguruan Tinggi di bawah Ditjen Dikti Depdiknas. Buku
ini diterbitkan pada tahun 2008 dan dicetak di Bandung oleh penerbit Jurnal Info Media
dengan tebal 108 halaman.
Materi dalam buku ini menjelaskan bagaimana pola dan metode mengembangkan
pendidikan orang dewasa dalam gereja. Karena bagi penulis sendiri, PAK untuk orang
dewasa sangat penting, karena orang dewasalah yang berada pada garis terdepan pelayanan
gereja jika mereka benar-benar dipersiapkan untuk hal tersebut. Bahkan pendidikan anak
dalam keluarga sesungguhnya merupakan tanggung jawab utama orang tua (orang dewasa),
dan itu bisa dilakukan jika mereka telah dipersiapkan dengan baik dan benar.
Buku ini terdiri dari tujuh bab yang berisikan materi Pendahuluan (Signifikasi PAK
Dewasa), PAK Dewasa Suatu Tinjauan Historis, Wilayah Permasalahan PAK Dewasa,
Menuju Suatu Teori PAK Dewasa, Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Program
PAK Dewasa, Pembelajaran Transformatif, dan Model-model Alternatif Praktik PAK
Dewasa.

1
C. LAPORAN BAGIAN BUKU
Buku PAK (Pendidikan Agama Kristen) Dewasa yang ditulis oleh Pdt. Dr. Daniel
Nuhamara, M.Th dan diterbitkan pada tahun 2008 ini, disusun dengan komposisi materi yang
dapat menolong pembina dalam jemaat maupun dalam lembaga pembinaan Kristen
memahami bagaimana orang dewasa harus belajar menjadi orang dewasa yang tepat dan
benar di hadapan Allah.
BAB I : Pendahuluan
Bab I berisikan tentang Pendahuluan : bagaimana Signifikansi PAK Dewasa, Istilah
yang Diusulkan, Bentuknya dalam Konteks Gereja/Organisasi Pembinaan, dan Bentuk-
bentuk PAK Dewasa dalam Gereja masa kini.
Di dalam bab ini, ada beberapa signifikasi yang penting untuk diperhatikan oleh
penulis, yaitu:
1. Pendidikan orang dewasa merupakan bidang pelayanan yang sangat strategis oleh karena
orang dewasa adalah orang Kristen yang berada di garis depan yang menghadapai dunia
ini dengan segala tantangannya, terutama dalam pekerjaannya masing-masing. Pendidikan
merupakan “a lifelong process”, sehingga dikenal istilah “lifelong education”.
2. Orang dewasa adalah agen dari pelaksanaan tugas panggilan gereja, oleh karena itu orang
dewasa perlu dididik agar semakin mampu dan terdorong untuk terus mengemban misi
dan tugas gereja yang terlibat dalam pelayanan, kesaksian, dan persekutuan.
3. Dunia dimana manusia dan gereja berada penuh dengan permasalahan, oleh karena itu
orang dewasa perlu diperlengkapi dengan pemahaman terhadap permasalahan-
permasalahan tersebut dan mencoba meninjaunya dari perspektif Kristiani yang
berdasarkan Alkitab dan didorong untuk turut serta dalam penanggulangannya.
4. Orang dewasa harus tumbuh dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam memenuhi
kebutuhan yang hierarkhi, maka pendidikan orang dewasa menjadi penting.
Selanjutnya, penulis istilah umum yang lebih tepat digunakan dalam bidang pelayanan
ini adalah PAK Dewasa (Adult Christian Religious Education) yang merujuk kepada usaha
gereja mendidik warganya, untuk kategori usia dewasa dan dalam berbagai setting dan
bentuk. Ada istilah lain yang sama dengan Adult Education, yaitu continuing education,
lefelong education (learning), recurrent education, nontraditional education, community
education dan juga andragogy. Seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman, peningkatan keterampilan, kepekaan, sikap, dan nilai-nilai kristiani, serta lebih
memamoukan orang dewasa untuk berperan di dalam pelayanan di gereja dan juga dalam
bidang kerja sekuler, sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab.
PAK Dewasa terdapat dalam level jemaat lokal (kelompok PA rutin, Pembinaan Guru
SM atau Pemimpin Remaja, Persekutuan Kaum Wanita, Persekutuan Kaum Pria, ceramah-
ceramah, dll.), level klasis dan sinode, dan level sekolah atau pendidikan teologi. Bentuk-
bentuk PAK dewasa dalam gereja masa kini berbeda-beda, tergantung jemaatnya masing-
masing, ada yang seperti Penelaahan Alkitab (PA), kebaktian keluarga, dan persekutuan
kaum wanita, dan secara insidentil beberapa ceramah tentang berbagai isu etis kontemporer
ataupun juga persoalan kesehatan Manula, serta Peranan Ganda kaum Wanita; meski tidak
ada juga kurikulum yang merancang kegiatan ini dengan baik.1
BAB II : PAK Dewasa Suatu Tinjauan Historis
1
Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Dewasa (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), hlm. 9-21

2
Di dalam bab ini, penulis mengemukakan bahwa penting untuk terlebih dahulu
perbedaan antara “belajar” dengan “pendidikan”. Penulis mengungkapkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan (apa pun) dalam kognisi, afeksi, dan keterampilan yang umum dari
proses belajar. Semua kegiatan belajar, dalam berbagai bentuk dan metode merupakan suatu
pengalaman. Dalam proses belajar yang dialami secara random, pengalaman belajar tidak
direncanakan sama sekali. Pengalaman belajar di dalam belajar yang insidental terjadi
sebagai “side effect” dari kegiatan yang direncanakan tetapi yang tujuan utamanya bukan
untuk belajar. Pengalaman belajar dalam proyek belajar individu direncanakan oleh individu
orang dewasa itu sendiri. Namun, akhirnya beberapa pengalaman belajar yang direncanakan
secara sistematis mempunyai tujuan utama yaitu pengajaran.
Selanjutnya, model katekumenat adalah model yang primer dari “adult learning”
dalam sebagian besar sejarah kekristenan. Itu berarti bahwa sebenarnya belajar untuk orang
dewasa di dalam gereja terjadi dan dikembangkan di luar setting pendidikan dan pengajaran
formal. Di dalam peristiwa apa pun, belajar secara agamawi yang terjadi pada kebanyakan
orang dewasa Kristen sepanjang sejarah adalah “learning by doing religion” (belajar dengan
mempraktikkan agamanya). Dukungan gereja terhadap pendidikan (pengajaran yang
sistematis) tidak dapat dipahami tanpa memahami konteks Yunani-Romawi, sebab
kekristenan sedikit banyak memperoleh pengaruh dari kedua kebudayaan ini, khususnya
dalam pendidikan. Dalam tradisi Yahudi, keluarga adalah fokus utama. Pada masa sesudah
Yahudi Alexandria, sekolah klasik Yunani menjadi model untuk pendiidkan anak laki-laki
dan pemuda. Dalam dunia Yunani-Romawi, yang disebut sekolah klasik diorganisasikan
secara sistematis dan memakai kurikulum yang tetap. Kurikulum sekunder mencakup
pendidikan dan latihan jasmani, kadang-kadang menuntut studi lanjut. Tendensi dalam
pendidikan Kristen untuk memperhatikan secara eksplisit topik-topik teologis atau yang
bersifat agamawi, dalam pendidikan agama untuk orang dewasa mempunyai sejarah yang
panjang. Banyak Bapa Gereja dan kaum apologet awal mengajarkan bahwa orang-orang
Kristen tidak perlu membuang-buang waktu untuk belajar tentang hal-hal dari kekafiran
(pendidikan kafir). Para Bapa Gereja menolak belajar topik sekuler karena kurikulum dan
pendidikan Yunani-Romawi sangat terkai dengan ideologi kafir yang bertentangan dengan
kekristenan.
Gerakan pendidikan orang dewasa baru sungguh-sungguh dimulai pada abad ke-20.
Tendensi para pendidik orang dewasa dalam gereja untuk mengurusi hal-hal atau ide-ide
teologis dan yang eksplisit agamawi dapat ditarik dan ditelusuri akarnya pada PAK Anak,
suatu penekanan yang lebih menghargai transmisi pokok imani untuk mempersiapkan orang
dewasa memahami dan menghayati imanya. Kemudian, kecenderungan para pendidik orang
dewasa dalam gereja untuk mengindoktrinasi daripada memberi perhatian kepada program
pendidikan yang mendorong pemikiran kritis, juga berakar dari latar belakang historis yang
sama.2

BAB III : Wilayah Permasalahan PAK Dewasa


Di dalam bab ini, McKenzie mengemukakan bahwa ada lima wilayah permasalahan
dalam PAK Dewasa, yaitu:
1. Di dominasi oleh golongan teolog dan majelis jemaat (pejabat gereja)
2. Lebih menekankan pendidikan dengan tujuan formatif dibandingkan pendidikan kritis

2
Ibid., hlm. 22-33

3
3. Terlalu berpusat pada tema teologis dan kurang memperhatikan hal-hal lain yang juga
dibutuhkan oleh orang dewasa
4. Dilaksanakan oleh teolog-teolog yang dipersiapkan secara minim sekali dalam bidang
pendidikan sebagai suatu praktek sosial
5. Dibangun tanpa dasar penelitian akan kebutuhan
Selanjutnya, PAK Dewasa di dalam gereja berupa suatu kegiatan yang volunteer
(sukarela) di mana tidak ada imbalan apa-apa dalam bentuk promosi atau menambah
pendapatan. Para pendidik Kristen harus berusaha untuk menentukan kebutuhan dan minat
pendidikan dari orang dewasa. Ada dua model pendidikan yang disebut sebagai pendidikan
formatif dan pendidikan kritis. Pendidikan formatif menekankan penerimaan yang begitu saja
tentang apa yang diberikan oleh pendidik, dan dianggap sebagai suatu proses yang mana
seorang peserta didik dibentuk oleh seorang guru/pengajar menurut beberapa model.
Sedangkan, pendidikan kritis menekankan pada pengujian yang evaluatif terhadap apa yang
diberikan serta merupakan suatu proses di mana guru dan pelajar terlibat dalam suatu
pencarian yang sistematik terhadap isu-isu yang dihadapi.
Di bagian akhir bab ini dijelaskan bahwa gejala nonpartisipatif dalam jemaat
disebabkan oleh beberapa faktor berikut: keengganan untuk berubah (Resistance to Change),
keterasingan (Alienation), keterpinggiran (marginality), nonafiliasi sosial, tidak relevannya
program (Programme Nonrelevance), dan kesibukan kerja.3

BAB IV : Menuju Suatu Teori PAK Dewasa


Di dalam bab ini, McKenzie menjelaskan kata teori yang berasal dari Bahasa Yunani
Theoreion; selain berarti melihat (seeing), mengamati (observing), dan memandang
(beholding), kata ini juga ada kaitannya dengan pengertian merenung (kontemplasi),
menyimpulkan dengan jalan observasi, ditafsirkan sebagai yang dilihat, dan
menspekulasikan. Menurutnya, pengertian theoreion bergerak dari suatu tindakan sederhana,
yaitu memandang sejumlah peristiwa yang bermacam-macam, dan memandang peristiwa-
peristiwa ini sebagai suatu sistem lalu menuju pada observasi suatu sistem dari perspektif
khusus, yang akhirnya menentukan tatanan dan kejelasan atas apa yang telah diamati.
Menurutnya, ada empat dimesi teori, yaitu: teori sebagai perspektif, teori sebagai visi yang
koheren, teori sebagai proposisi, dan teori sebagai praktek.
Selanjutnya, menurut McKenzie, suatu teori PAK Dewasa harus memahami
pengertian yang fundamental dan nyata, yakni hal orang dewasa, agama (teologi dan gereja),
serta pendidikan. Yang kembangkan olehnya adalah suatu teori pendidikan dan bukan teologi
pendidikan. Ia mengatakan bahwa perspektif bidang profesional pendidikan orang dewasa
memandang baik karakteristik orang dewasa maupun misi dari organisasi yang melayankan
pendidikan tersebut, dalam hal ini organisasi agamawi atau gereja dalam kasus kekristenan.
Dalam memahami karakteristik orang dewasa berdasarkan perspektif pendidikan yakni dari
konsep dirinya melihat dirinya mempunyai rasa identitas individual, pengalaman yang telah
dialami orang dewasa tersebut, kesiapan untuk belajar, orientasi terhadap belajar bagi orang
dewasa untuk memecahkan masalah yang dialami.
Di bagian akhir bab ini, McKenzie mengemukakan kebanyakan program PAK
Dewasa dalam gereja dibangun tanpa acuan yang memadai terhadap audience target orang
dewasa yang mau dilayani dalam program. Ia juga menjelaskan bahwa tujuan dari program
3
Ibid., hlm. 43-45

4
ini adalah propaganda dan pengajaran pengetahuan teologis yang Alkitabiah. Pendidikan
orang dewasa dalam gereja berarti tidak hanya mengajarkan hal-hal religius secara eksplisit
kepada orang dewasa, melainkan lebih luas dari hal tersebut. Misi gereja dapat dirumuskan
sebagai making meaning available (memungkinkan arti hidup ini tersedia). Apa yang disebut
ultimate meaning di dalam PB ada tiga istilah yang digunakan, yaitu Kerygma (mewartakan
suatu berita), Diakonia (melayani mereka dalam kebutuhannya), dan Koinonia (membentuk
persekutuan).4

BAB V : Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Program PAK Dewasa


Di dalam bab ini dijelaskan bahwa ada lima pendekatan dalam pengembangan
program PAK Dewasa, yaitu:
1. Pendekatan Pre-emptive dengan mengutamakan kebutuhan pemimpin.
2. Pendekatan Ascriptive dengan memberikan perhatian dari pendidik terhadap kebutuhan
orang dewasa dalam jemaatnya, dan kebutuhan-kebutuhan ini memainkan peranan penting
dalam pengembangan program.
3. Pendekatan Diagnostik/Preskriptif di mana memandang orang dewasa terutama dalam
konteks organisasi, yakni terutama sebagai anggota jemaat. Kemudian, berusaha untuk
menentukan kebutuhan yang dirasakan orang dewasa dalam jemaat dengan menggunakan
orang dewasa sendiri sebagai sumber data. Lalu, data tersebut tidak langsung
diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan program.
4. Pendekatan Analisis/Subskriptif (Analytic/Sub-criptive Approach) dengan mengawali
pengembangan program dengan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
berbagai kebutuhan, minat, dan keinginan individu orang dewasa yang akan di didik.
5. Pendekatan Kafetaria dengan fokus utama kebutuhan, minat, dan keinginan individu.
Selanjutnya, pendidikan dalam gereja berusaha membantu orang dewasa dalam
mengidentifikasikan pendekatan-pendekatan untuk memfasilitasi pertumbuhan mereka.
Dalam hal ini kebutuhan mereka diselidiki karena kita ingin merespon keprihatinan dan isu
yang dihadapi. Ada dua sumber informasi tentang kebutuhan orang dewasa, yaitu literatur
yang merupakan sumber yang kaya tentang kebutuhan hidup dari orang dewasa dan sumber
kedua adalah orang itu sendiri; mereka adalah sumber informasi yang terbaik tentang
kebutuhan individual. Dalam setiap program yang direncanakan, keterlibatan orang dewasa
seharusnya terjadi sejak awal sampai akhir program tersebut.5

BAB VI : Pembelajaran Transformatif


Di dalam bab ini, menjelaskan bahwa pusat pembelajaran orang dewasa mulai
berubah menjadi transformative learning/education dengan tujuan untuk perubahan
perspektif yang mendorong seseorang atau kelompok kepada praksis (tindakan reflektif)
untuk mengubah tatanan sosial. Perubahan ini terjadi karena pada akhirnya disadari bahwa
ada masalah-masalah sosial besar yang berkaitan dengan tatanan, sistem, dan struktur sosial
yang tidak manusiawi dan karenanya membawa penderitaan bagi umat manusia yang
berskala global. nasional, regional, maupun lokal. Mengalami suatu pergeseran yang
mendalam dan struktural dalam premis-premis pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan yang
4
Ibid., hlm. 46-65
5
Ibid., hlm. 66-81

5
mendasar. Pergeseran itu mencakup pemahaman akan diri sendiri dan tempat kita di dalam
dunia, hubungan-hubungan kita dengan orang lain, dan juga dengan dunia alam ini;
pemahaman kita akan hubungan-hubungan kekuasaan dalam struktur yang saling terhubung
anatara kelas, ras, dan gender; visi tentang pendekatan-pendekatan alternatif terhadap
kehidupan; dan harapan akan keadilan sosial, dan perdamaian, serta kebahagiaan pribadi.
Selanjutnya, di dalam bab ini juga dijelaskan beberapa ciri khas dari pembelajaran ini,
yaitu: Refleksi diri yang kritis (mengungkap selubung genesis pribadi dan sosial dari sikap
seseorang dan menelanjangi kepentingan dari tindakan seseorang pada masa kini, dalam
konteks tindakan sosial kemasyarakatan), Kritik terhadap sistem dominasi dan ideologi yang
mendukung atau membenarkannya (usaha untuk menelanjangi berbagai bentuk kesadaran
atau cara berpikir yang membodohi/menipu/distortif demi kepentingan sosial), Pembelajaran
transformatif (menemukan cara baru untuk mempersepsikan sesuatu yang mencakup
perasaan baru dan perspektif baru), Adanya pengharapan utopis yang sangat kuat, Praksis
pembebasan/aksi sosial dan politis, dan Peranan pendidik dalam pembelajaran transformatif
(menstimulas/mendorong critical self-reflection).6

BAB VII : Model-model Alternatif Praktik PAK Dewasa


Di dalam bab ini, dibahas mengenai model-model alternatif terbaik dalam PAK
Dewasa. Ada model yang digunakan untuk belajar individual, misalnya: Model belajar
Independen, seorang individu yang bekerja dalam isolasi atau terpisah dari fasilitator,
pendidik, atau pelajar yang lain. Kemudian ada model yang berpusat pada pelajar/nara didik,
metode ini cocok untuk jemaat kecil, namun tidak menuntut banyak pemimpin atau
pendidiknya.
Selanjutnya, ada model yang bisa digunakan belajar kelompok dan individual, yaitu:
1. The Learning Covenant (Perjanjian/Kontrak Belajar), model yang paling efektif jika ada
tujuan khusus yang ingin dipelajari oleh nara didik khususnya dalam kapasitasnya sendiri.
2. Model kelompok yang saling tergantung (The Interdependent Group), menekankan
hubungan-hubungan kerja di antara anggota kelompok.
Ada juga model untuk aksi sosial, berupa : Suatu Pedagogy untuk PAK Dewasa
(Model Praxis), sebuah model yang melibatkan masyarakat dalam mengubah dunianya,
bukan hanya dirinya sendiri. Kemudian, ada pendidikan jarak jauh (Distance Education),
sebuah model yang dipakai dengan bermacam-macam format oleh berbagai agen pendidikan
untuk menjangkau kelompok klien yang tidak bisa dijangkau oleh cara
tradisional/konvensional.7

6
Ibid., hlm. 82-92
7
Ibid., hlm. 93-107

6
ANALISA BUKU
Setelah membaca buku PAK (Pendidikan Agama Kristen) Dewasa yang ditulis oleh
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th, saya memahami bahwa pelayanan kepada orang dewasa
yang dilakukan oleh gereja terbatas dan tidak berkembang. Masih ada pola pikiran di dalam
gereja bahwa pendidikan dan pengajaran yang penting hanya perlu dilakukan kepada anak-
anak saja. Melalui buku ini, dapat diketahui betapa pentingnya pengajaran dan pendidikan
juga penting kepada orang dewasa. Karena tidak semua orang dewasa tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang tepat dan benar di hadapan Allah.
Menjadi orang dewasa tidak hanya bekerja dan hidup dengan bahagia, melainkan
harus melakukan segala sesuatu dengan berpokok dan mendasari diri kepada firman dan
ajaran Kekristenan. Oleh karena itu, pendidikan kepada orang dewasa adalah hal penting
yang wajib untuk disadari pelaksanaannya oleh gereja. Menjadi orang dewasa tidak berarti
mengetahui hakikat diri dalam menjadi orang Kristen, mereka juga perlu untuk dibimbing
dan diajarkan terus-menerus sebagai bagian dari pengajaran lanjutan yang diterima semasa
anak-anak, agar apa yang sudah diajarkan sejak anak-anak juga bisa menjadi bagian dalam
kehidupan dewasa yang dijalani.
Di dalam buku ini, uraian penjelasan mengenai orang dewasa terdiri dari:
1. Pendahuluan : Signifikasi PAK Dewasa
2. PAK Dewasa dalam suatu tinjauan historis
3. Wilayah permasalahan PAK Dewasa
4. Suatu teori PAK Dewasa
5. Pendekatan-pendekatan dalam pengembangan program PAK Dewasa
6. Pembelajaran transformatif
7. Model-model alternatif praktik PAK Dewasa

a. Kelemahan Buku
Meski secara umum buku ini memiliki banyak kelebihan, penggunaan sudut
pandang orang lain dalam memandang PAK Dewasa kemudian dikembangkan oleh
penulis mengarahkan pembaca kepada sumber utama dari pokok tulisan dari penulis itu
sendiri. Karena berasal dari ide orang lain, yang diakui sendiri oleh penulis, bisa saja
pembaca pada akhirnya lebih memilih untuk membaca buku sumber penulisan dari buku
ini.
Menurut saya pribadi, meski membahas pelayanan kepada orang dewasa, tidak ada
masalah jika memberikan beberapa ilustrasi yang terkait dengan materi bahasan di dalam
buku. Karena jika hanya membaca tulisan sepanjang membaca buku, pembaca bisa saja
merasa bosan.

b. Kelebihan Buku
Menurut saya, buku ini memiliki materi yang baik dan memadai untuk
menjelaskan orang dewasa kepada pembaca. Tidak hanya berfokus pada orang dewasa
dimasa kini, tetapi menulis memandang dari segi historis kehidupan dan pola pengajaran
kepada orang dewasa di sepanjang masa, wilayah permasalahan dalam pelayanan PAK
Dewasa, bagaiman pendekatan-pendekatan dalam pengembangan program PAK Dewasa,
peralihan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pelayanan PAK Dewasa, dan juga
menjelaskan model-model alternatif dalam praktik PAK Dewasa.
Melalui buku ini, pembaca diarahkan kepada pandangan betapa pentingnya
pelayanan kepada orang dewasa. Tidak hanya anak-anak saja yang perlu untuk diajar,

7
orang dewasa pun memerlukan hal tersebut. Jika pelayanan kepada orang dewasa
diabaikan, maka kemungkinan pengajaran kepada anak dalam ruang lingkup hidup
kecilnya juga akan abai dan menjadi kacau, hal ini tentu saja berdampak besar bagi ruang
lingkup hidupnya yang lebih besar.
Selain itu, bahasa yang digunakan di dalam buku ini merupakan bahasa yang
mudah untuk dimengerti. Meski ada penggunaan bahasa-bahasa asing, penulis
mencantumkan arti dari kata tersebut, bahkan menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah
tersebut. Menurut saya, penulis juga memaparkan materi dengan sistematis. Penulis
memulai dengan menggali arti dan sejarah dari PAK Dewasa, barulah menjelaskan
wilayah permasalahan dari pembahasan, tidak berhenti disitu, penulis juga mengemukakan
pendekatan yang digunakan dan model-model yang bisa dilakukan dalam pelayanan
kepada orang dewasa dalam PAK Dewasa.

Anda mungkin juga menyukai