Jawab : Bagi Ono Niha, kematian merupakan hal yang buruk karena kematian tidak membuat seseorang kembali lagi kepada keadaannya di dunia; orang tersebut telah mengalami aetu noso atau amputasi jiwa, tubuhnya menjadi debu dan kembali ke Lowalangi. Saat seseorang mengalami kematian, ia kehilangan orang tua, saudara, sahabat, dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bagi Ono Niha, kematian pasti akan dialami oleh setiap orang, cepat atau lambat, meski kedatangannya bukanlah sesuatu yang bisa ditentukan oleh manusia. Ono Niha meyakini bahwa orang mati pasti mengalami pengadilan. Mereka akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya ketika masih hidup. Bagi Ono Niha, saat seseorang mengalami kematian, ia akan ditempatkan di Surga atau Neraka. Di Neraka mereka akan mengalami penyiksaan dan penderitaan, sedangkan di Surga akan hidup dipenuhi dengan keindahan, kedamaian, dan sukacita. Pandangan Ono Niha mengenai kematian tidak hanya akan dialami oleh orang yang sudah tua, dengan kata lain semua orang baik itu anak-anak, remaja, pemuda, dan orang tua bias saja mengalami kematian. Kematian yang dialami oleh seseorang bisa dikarenakan oleh usia yang sudah tua, sakit penyakit, kecelakaan, dan bunuh diri yang dalam pandangan Ono Niha akan kembali bangkit lagi jika tiba saatnya akhir zaman.
2. Bagaimana Ono Niha menghadapi Kematian?
Jawab : Ono Niha meyakini bahwa orang mati pasti mengalami pengadilan dan mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika masih hidup. Orang mati akan ditempatkan di Surga jika semasa hidupnya melakukan hal yang baik, namun akan ditempatkan di Neraka jika semasa hidupnya berbuat hal yang buruk. oleh karena rasa takut akan mengalami penderitaan dan penyiksaan di Neraka. Dahulu, Ono Niha percaya jika membunuh kucing, bekhu yang ada di dalam dirinya akan ditumpas oleh kucing, oleh karena itu Ono Niha takut mendekati kucing. Hanya orang baik dan para bangsawan yang akan memasuki dunia orang mati, sedangkan mereka yang berbuat jahat akan masuk ke dalam kuburan. Mereka yang mempunyai keturunan laki-laki akan mampu menyebrangi bawa gawuwukha (mulut samudera), kemudia berubah menjadi kupu-kupu (löhölöhö). Di masa kini, Ono Niha yang percaya kepada Tuhan akan berusaha untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sebagai bentuk ucapan syukur atas semua berkat keselamat yan diberikan oleh Tuhan ke dalam kehidupannya. Mereka melakukan hal-hal baik kepada sesama manusia, mengikuti persekutuan dengan tekun, menunjukkan diri sebagai umat yang berkenan di hadapan Tuhan. Umat yang percaya mengetahui bahwa Surga adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan untuk umat yang dikasihinya.
3. Bagaimana Hoho tersebut bila diperhadapkan dengan Firman Tuhan?
Jawab : Setelah saya mendengarkan Hoho ba Zimate ini, menurut saya Hoho ini tidak mempunyai pertentangan jika diperhadapkan dengan Firman Tuhan. Dalam hoho ini juga menjelaskan bahwa kematian yang akan dialami oleh setiap orang tidak perlu mejadi beban, sebab hidup di dunia hanya sementara. Setiap orang pasti mengalami kematian dan bagaimana kehidupan sementara yang ia jalani di dunia bisa menjadi kemuliaan bagi Tuhan adalah tanggung jawab yang bisa ia usahakan bagi dirinya. Dalam Pengkhotbah 3:1-15, dengan jelas dikatakan bahwa segala sesuatu memiliki waktunya. Kemampuan untuk menikmati hidup dan menjalankannya sebagaimana mestinya adalah pemberian dari Allah yang datang hanya pada saat kita memasuki hubungan yang benar dengan Dia dan sungguh-sungguh tunduk diri kepada Dia selaku Tuhan dan Allah. Maka Ia memberi sukacita dalam segala hal yang kita lakukan. Oleh karena itu, kematian bukanlah hal perlu untuk ditakuti, karena hidup dan mati kita adalah untuk Tuhan, seperti yang tertulis dalam Roma 14:8, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”