Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dedan Purfance Gulo

Semester/Jurusan : V (Lima)/Teologi Kependetaan


Mata Kuliah : Pendidikan Kristiani 3
Dosen Pengampu : Pdt. Gustav G. Harefa, M.Th.

Laporan Baca...

Identitas Buku
Judul Buku : PAK Dewasa
Penulis : Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th.
Penerbit : Jurnal Info Media, Bandung
Jumlah Halaman : 108 Halaman

BAB I
Pendahuluan
Pada pelayanan katagorial yang diselenggarakan didalam gereja, maka ada sigbifikannya.
Maka dengan itu pendidikan terhadap orang dewasa, terbagi dalam:
1. Orang dewasa masih memerluukan pendidikan dan pembinaan didalam gereja supaya
orang dewasa bisa hidup menjadi kristen yang mampu bertanggungjawab didalam
dunia sehari-hari atau kegiatan lainya.
2. Orang dewasa membutuhkan didikan terus supaya dia mampu dan termotivasi untuk
menjalakan visi-misi tugas gereja dalam pelayanan seperti kesaksian, pelayanan,
maupun persekutuan.
3. Orang dewasa perlu disempurnakan agar bisa mengerti tetang pergumulan
kekristenan, diperhadapkan dari persektif Alkitab, dan dia menjawab masalah
tersebut.
4. Orang dewasa harus didukung dalam mengktulisasikan diri dan menjalani hidup
dengan sebaik mungkin, itulah mengapa pendidikan orang dewasa sangat perlu dalam
hal itu.
Pemahaman pendidikan orang dewasabiasa disebut dengan Adult Education, Continuing
Education, Lifelong Learning Education, ataupun Andragogy. Sehingga pemdidikan orang
dewasa sedikit susah dirangkum, itulah penulis buku ini menjelaskan pokok-pokok kunci
tentang yang berkaitan pendidikan orang dewasa, dan dia membaginya dalam beberapa
pokok:

1
1. Keseluruhan proses pendidikan adalah upaya yang dibuat dengan sengaja atau sadar,
teratur, dan terus dilakukann.
2. Dilakukan oleh gereja bisa melalui persekutuan iman, ataupun organisasi pendidikan
yang lain, bisa seperti organisasi gereja ataupun seperti lembaga pemdidikan Teologi.
3. Ditunjukan kepada warga jemaat yang sudah dewasa secara umur yang juga
kelanjutan dari pemdidikan anak, remaja atau pemuda.
4. Bertujuan baik agar memajuukan pengembangan pengetahuan, kepekaan, pemahaman
sikap-sikap nilai kekristenan.
5. Membuat program dan tetap di perhadapkan dengan pertimbangan yang di sebut
Andragogy.
6. Sehingga kita memasukan persektif “transformatuf learning” untuk itu tekanan pada
transformatif perseptif yang kemudian menyumbang pada transformasi sosial yang
perlu diperhatikan.
Dalam melaksanakan kewajiban itu, kita bisa melihat poin-poin pendidikan dewasa yang
dilaksanakan oleh gereja, bai mitu dalam bentuk pembinaan seperti:
1. Pada level remaja lokal cth: membuat pendalaman alkitab dengan rutin, pembinaan
guru SM, atau juga pemimpin remaja, dan persekutuan-persekutuan lainnya.
2. Pada level sinode seperti membentuk komisi-komisi
3. Pada level pendidikan teologi membuat seperti penataraan, lokalkarya, ataupun
seminar.
4. Pada level lembaga bisa dilakukan seperti pembinaan kader atai warga jemaat.

BAB II
PAK Dewasa Suatu Tinjauan Historis
A. Beberapa konsep tentang belajar
Belajar adalah suatu perubahan dalam kognisi, efeksi, dan keterampilan yang umum dari
proses beelajar seperti:
1. Sebagai akibat dari suatu pengalaman yang banyak.
2. Secara insidetal sebagai akitab dari partisipasi dalam bentuk suatu penyatan yang
formal tidak untuk pengajaran
3. Untuk kegiatan yang dirancang sendiri atau proyek belajar individual
4. Melalui ketertipan dalam kegiatan pendidikan atau pengajaran.
B. Institusi agamawi dan pendidikan atau belajar orang dewasa

2
Bentuk ini dari primer “adult learning” dalam sebagaian besar sejarah kekristenan. Maka
dari itu sebenarnya belajar pada orang dewasa untuk gereja bisa dikembangkan diluar
setting pendidikan dan pengajaran yang seperti formal. Dalam alkitabiah kebenaran
adalah sesuatu kualitas yang hanya dipunyai oleh Allah. Sedangkan pengetahuan yang
dimaksud oleh alkitab tidak terutama yang berari kognitif untuk mengerti sebuah
pemikiran yang abstrak, akan tetapi mengutamakan untuk mengetahui karena itulah
kaitannya dengan alkitab yang disebut “mengenal seseorang”.
C. Pendidikan orang dewasa sebagai pemdidikan tinggi
Pemdidikan pada sekolah Kristiani sudah maju dengan pendidikan sekolah orang Yahudi,
yang dimana kurikulum disekolah ini menekankan alkitan dan ajaran-ajaran. Pola ini
berkelanjutan terus menerus di abad pertenggahan. Kebannyakan pendidikan orang
dewasa dibatasi oleh anggota-anggota luar biasa sja dan juga orang dewasa yang terdiri
dari golongan-golongan tokoh masyarakat. Ketika banyak kegiatan pendidikan agama
dibangun untuk orang dewasa itulah mengapa betapa mudahnya untuk mengerti kenapa
teologi begitu di jelaskan dengan penekanan.
D. Penemuan Adulthood (Hal orang dewasa)
Masa ini ditemukan bersamaan dengan penemuan masa kanak-kanak. Yang memilki
kaitan seperti perhatian yang diberikan pada masa kanak-kanak, maka niat untuk
mempelajari secara umum dan sistematis tentang orang dewasa itu dimulai oleh Qoetelet
pada abad ke-19. Maka dengan itu dapat penjelasan kesimpulan bahwa gerekan
pendidikan orang dewasa mempunyai akar sekolah-sekolah perguruan Kristen.

BAB III
Wilayah Permasalahann PAK Dewasa
Mzkenzie melakukan penelaah dengan cermat terhadap gejala nonpartisipasi orang dewasa
dalam PAK Dewasa melakukan sesuatu penelitian dalam beberapa sempel jemaat. Hasil dari
penelitiannya menjelaskan beberapa hasil seperti kecenderungan menolak perubahan,
Marginality, Keterasingan, Soasial Nonaffilation, Activity. Menurutnya masalah yang dapat
digolongkan dengan lima point besar sebagai berikut:
1. Didominasi oleh golongan teolog dan majelis gereja atau penjabat gereja.
2. Lebih menekankan pendidikan dengan tujuan formatif daripada pemdidikan seperti
mengutamankan kekritisan
3. Telalu berpusat pada tema teologis dan kurang memperhatikan hal-hal yang
dibutuhkan oleh orang dewasa.

3
4. Dilaksanakan oleh pakar teolog yang telah dipilih secara minim dalam bidang
pendidikan sebagai suatu praktek sosial.
5. Diciptakan dan diperkokoh tanpa dasar akan kebutuhan.
Penentuan program oleh para pejabat gereja karena sebagai bentukdari persekutuan orang
percaya dipengaruhi oleh kedudukan kasta yang ada dikalangan masyarakat juga seperti di
kalangan PL. Ada golongan rohaniwan, teolog, yang mempunyai kekuasaan pada kelompok
kuasa tersebut. Ada lima pemikiran disini yaitu:
1. Expert power (kuasa karena keahlian)
2. Ligitimate power (kuasa karena disahkan)
3. Coercive power (kuasa menghukum)
4. Reward power (kuasa memberi imbalan)
5. Referent power (kuasa didasarkan npada identifikasi yang dipengaruhi kelompok)
Pendidikan formatif menegaskan penjelasan yang begitu saja dengan memberikan apa yang
dipahami oleh pendidik. Sedangkan pendidikan kritis menjelaskan untuk pengujian yang
evaluatif dengan apa yang dijelaskan. Pendidikan ini dianggap adalah sebuah yang tahapan
yang dimana peserta pemdidik ditolong oleh narasumber seperti guru/pengajar untuk mencari
isu-isu yang dijelaskan. Rata-rata penhajar di sebuah gereja telah meyelesaikan pendidikan
teologinya akan tetapi belum mengadakan penelitian pendidikan yang tidak kreadibilitas
dalam bidang profesional PAK dewasa. Itulah mengapa program disusun tanpa riset,
kemudian kembali ditinjau ulang terhadap nonoparatisipatif.

BAB IV
Menuju Suatu Teori PAK Dewasa
Kata teori berasal dari Bahasa Yunani yaitu Theorein yang berarti melihat (seeing),
mengamati (observeing), dan memandang (beholding). Dalam penggunaannya paling
pertama kata theorein dipakai dalam arti melihat didalam suatu permainan/pertunjukan dan
dalam pertemuan-pertemuan. Maka dari itu arti luas theorein yaitu bagaimana memandang
yang interpretatif dari suatu titik pandang perspektif tersebut. Menurut McKenzie theoretein
berarti suatu tempat dari mana kita bisa menilai dari pelbagai peristiwa yang saling
berksinambungan dari sudut pandang atau tujuan tertentu, atau dalam arti untuk melakukan
suatu pemahaman dari apa yang telah kita lihat. Maka dari itu penjelasan teori bergerak dari
suatu bentuk biasa karena memandang sejumlah peristiwa yang bermacam-macam dan
memandang peristiwa karena suatu sistem. Ada empat dimensi teori yang ada, yaitu: (a).
Teori sebagai perspektif artinya suatu titik berdiri dari mana kita melihat sesuatu. (b). Teori

4
sebagai visi yang koheren artinya ssesuatu yang dilihat dari titik pandang tertentu. (c). Teori
sebagai proposisi artinya visi atau penjelasan yang dinyatakan secara terpisah satu sama lain.
(d). Teori sebagai praktek artinya mewujudkan dari teori proposional; pelaksanaan dari teori
proposisi. Teori mempunyai dua fungsi yaitu, fungsi explanatory atau penjelasan sehingga
yang kedua adalah fungsi melakukan untuk tindakan.

Menurut McKenzie suatu teori PAK Dewasa harus memahami tiga pemahaman yang
fundamental dan nyata yaitu hal orang dewasa, agama (teologi, gereja), dan pendidikan.
Maka dari itu menjelaskan bahwa pada umumnya pemahaman dan refleksi tentang PAK
Dewasa dalam gereja telah dilakukan oleh para ahli teologi dan orang-orang yang
berorientasi pada ilmu-ilmu teologi atau mereka telah memandang PAK Dewasa dengan
perspektif agama atau tepatnya teologi. Ia juga memandang orang dewasa dalam
hubungannya dengan empat kategori kunci, yaitu self concept (konsep diri) artinya orang
dewasa pada umumnya melihat dirinya sebagai orang yang mandiri, mempunyai rasa
identitas individual. Experience (pengalaman) artinya orang dewasa sedikit lebih ada sesuatu
karena mempunyai pengalaman daripada anak; dan juga pengalaman orang itu berbeda
macamnya/kualitasnya sedangkan dengan pengalaman anak kecil. Rediness to learn
(kesiapan belajar), dan orientation to learn (orientasi terhadap belajar). Menurut McKenzie,
tugas gereja dapat dirangkum sebagai making meaning available (memungkinkan arti hidup
ini tersedia). Apa yang disebut oleh Heidegger, ultimate meaning (arti yang mendasar dan
mutlak) dari kesehari-harian manusia. Ultimate meaning disamakan seperti Allah suatu dasar
yang memberi arti kepada kehidupan manusia secara menyeluruh. Bagi McKenzie ada tiga
kata dalam PB yaang dapat membantu kita menjawab bagaimana gereja memungkinkan
ultimate itu tersedia, yaitu kerygma untuk mewartakan (menyatakan) suatu berita, diakonis
untuk melayani mereka dalam kebutuhannya, dan koinonis untuk membentuk persekutuan.

BAB V
Pendekatan-pendekatan Dalam Pengembangan Program PAK Dewasa
Yang saya dapat pada bagian ini ada beberapa pendekatan-pendekatan dalam pengembangan
program PAK Dewasa, yaitu: Pendekatan Pre-Emptive yaitu memahami kepentingan
pendidik agar dapat mengembangkan program PAK dewasa adalah bahwa dijelaskan untuk
kebutuhan kepemimpinan. Dengan demikian didasarkan pada keperluan pendidik dalam PAK
dewasa untuk memberikan penjelasan sesuatu yang mau dijelaskan bukan beradasarkan pada
penelitian tentang kebutuhan dewasa. Berikutnya Pendekatan Ascriptive yaitu mau
menjelaskan manajemen atau gaya pembuatan keputusan yang diasosisikan dengan

5
pendekatan ascriptive ini kadang-kadang bersifat dominative. Lebih sering yang dipakai
adalah gaya persuasif, yakni bahwa keputusan-keputusan dibuat semata-mata oleh pendidik
dan pendidik berusaha meyakinkan orang dewasa bahwa keputusan tersebut baik dan
berharga. Selanjutnya Pendekatan Diagnostik/Preskriptif yaitu Pendidik dalam PAK dewasa
berusaha untuk menentukan keperluan yang dipahami, orang dewasa sendiri sebagai sumber
data. Data tersebut tidak langsung diterjemahkan kedalam tujuan-tujuan program. Sedangkan
Pendekatan Analisis/Subskriptif (Analytic/Subscriptive Approach) yaitu pendidik dalam
PAK Dewasa mengawali seperti perluasan program dengan suatu penelitian yang bertujuan
untuk mengidentifikasikan berbagai kebutuhan, minat dan keinginan individu orang dewasa
yang akan dididik. Maka dari itu tujuan dari model ini adalah pemenuhan dan pemuasan
keperluan dan minat dari individu sehingga topik-topik dalam aktivitas pendidikan akan
sangat bermacam dan tidak melalui bentuk rohani tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan yang nyata. Yang terakhir yaitu Pendekatan Kafetaria yaitu proses pengembangan
program dimulai dengan mendata narasumber dalam jemaat yang bersedia berbagi
pengetahuan dan keterampilannya dengan sesama anggota jemaat yang lain.

BAB VI
Pembelajaran Trasformatif
Bagian ini yaitu kelanjutan dari bagian sebelumnya yaitu tentang consumer oriented
learning merupakan model pembelajaran di mana pribadi mau belajar dengan meminta
bantuan oranglain dalam tahapan pembelajarannya. Berikutnya yaitu tentang pada bagian
terakhir dalam pembahasan yaitu emancipatory learning yaitu proses membebaskan diri dari
kekuatan yang membatasi opsi dan juga kontrol kita. Tentang pembelajaran transformasi Pdt.
Daniel memberi kepada kita pemahaman bahwa hal tersebut yaitu pengembangan dari
asumsi, premis, cara menafsir pengalaman, atau perspektif yang direvisi tentang dunia
dengan refleksi dirinya dengan melakukan beberapa tahap yang menyimpulkan pengalaman
dilema yang tidak terarah, pengujian diri, penilaian kritis terhadap asumsi yang ada,
kesamaan perasaan dengan pengalaman, pencarian opsi untuk bertindak, mengembangkan
kompetensi dan rasa percaya diri pada peranan yang baru, selanjutnya melakukan
perencanaan suatu aksi, mendapatkan pengetahuan dan sedikit keterampilan dalam
membuatnya setiap apa yang direncana, melakukan usaha-usaha tambahan agar mencoba
peranan baru dan menilai umpan baik, dan beritegrasi kembali di masyarakat dengan bantuan
perspektif baru. Ciri khas dari transformasi ini yaitu adanya refleksi diri yang kritis,
selanjtnya adanya kritik kepada sistem dominasi dan ideologi yang membantu atau

6
membenarkannya, pembelajaran transformatif, adanya pengharapan utopis yang sangat kuat,
praksis pembebasan/aksi sosial dan politis, dan yang terakhir yaitu peranan pendidik pada
bagian didalam pembelajaran transformatif.

BAB 7
Model-model alternatif praktik PAK Dewasa
Bagian yang terakhir tantang penggunaan model alternatif ini dilakukan karena model ini
menolong kita ketahap yang lebih jauh untuk mengatasi keterbatasan model andragogy atau
yang disebut seperti model tradisional yang terjadi dalam kelas formal dan dalam bentuk
kelompok. Berikut model alternatif yang diuraikan oleh penulis buku ini, yaitu model untuk
bisa belajar individu yang dapat dilakukan dengan membuat pembelajaran yang independen,
dan berpusat pada yang didik. Cara ini adalah belajar kelompok dan pribadi yang dapat
dilakukan secara the learning covenanti yaitu model yang diadaptasi dari kontrak belajar, the
interdependent group adalah model kelompok yang saling bersamaan. Model berikutnya
yaitu model untuk aksi sosial seperti model praxis. Dan selanjutnya yaitu model terakhir
merupakan pendidikan jarak jauh yang dipakai untuk menjangkau kelompok klien yang tidak
mampu ditempu secara tradisional/konvensional.

ANALISA

Pdt.Dr. Daniel Nuhamara, M.Th penulis buku ini, menjelaskan tentang pendidikan
kepada orang dewasa. Dan memberi pemahaaman tentang bagaimana dan apa yang dilakukan
untuk melakukan pendidikan kepada orang dewasa. Setelah saya melihat buku ini, ada
beberapa point penting yang bisa dimengerti tetang pendidikan kepada orang dewasa masih
belum memadai dan berjalan dengan dilingkungan saya sekarang ini. Program-program
pendidikan orang dewasa masih banyak yang tidak terlaksana yang luput dari penglihatan
selama ini. tidak tertutup kemungkinan juga seperti gereja atau organisasi/lembaga
pembinaan Kristen, pendidikan untuk orang dewasa belum bisa menjalankan pendidkan yang
seharusnya.
Maka dari itu pendidikan untuk orang dewasa ini tak kalah penting. Karena orang-
orang dewasa yang akan melanjutkan regenerasi untuk jauh kedepan dalam pelayanan gereja.
Tidak hanya itu pendidikan anak juga yang dimulai dari keluarga tetap orang dewasa yang
menjadi tokoh utama dalam melakukan pendidikan selanjutnya. Jika pendidikan orang
dewasa belum dilakkan dengan baik, maka akan sulit bagi orang dewasa untuk mengajar dan

7
mendidik anak-anak. Jadi, setelah saya melihat dan membaca buku ini saya sekarang tahu
bahwa PAK Dewasa itu sangat penting pelaksanaannya. Dan harusnya setiap programnya
didukung oleh, baik dari organisasi/lembaga ataupun dari gereja-gereja dan partisipasinya
pun haruslah lebih maju dan lebih bagus lagi kedepan.

Anda mungkin juga menyukai