Anda di halaman 1dari 12

MODUL AJAR :4

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


DAN BUDI PEKERTI
GEREJA YANG KATOLIK
OLEH
YOSEPH S. DATO, S. PD
SEMESTER : 1
NamaPenyusun Yoseph Sirilus Dato, S. Pd

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolikdan Budi Pekerti


SatuanPendidikan SMA Negeri 3 Waingapu

Kelas/Semester XI/I
Kompetensi Gereja Yang Katolik
Fase F
TujuanPembelajar PesertadidikmampumemahamisifatGereja yang Katolik,
an danmengambilbagiandalammewujudkankekatolikGerejaitudalamhidupnyas
ehari-hari

Alur Tujuan Pembelajaran


1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan makna
kekatolikan
Gereja serta konswekuensinya dalam hidup sehari hari
2. Melalui dialog peserta didik dapat menganalisis cerita kehidupan untuk
memahami makna dan kekatolikan Gereja
3. Melalui berceritera peserta didik dapat menganalisis ajaran Kitab Suci
atau
Ajaran Gereja, peserta didik memahami makna kekatolikan Gereja
KegiatanPembelajaran:
I. KegiatanPendahuluan : 10 Menit
1. Guru menyampaikansalam, mengkondisikankelas, berdoa, danmenanyakankabar
pesertadidik, memotivasipesertadidik
2. Pesertadidikmelaksanakanpresensikehadiran
3. Guru menyampaikankompetensiawal
4. Guru melaksanakanapersepsidenganmenanyakanbahasanmingguiniatauminggulalu
5. Menyampaikantujuanpembelajarandanlangkahkegiatanpembelajaran.
II. KegiatanInti : 60 Menit
1. Guru memintapeseretadidikuntukmembaca/ menyimak/mendengarceriteratentang:
SimpulPersaudaraanKardinalBergoglio
2. Gurumemintapeseretadidikuntukmendalamiceriteradenganmembuatpertanyaan
a. Apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Bergoglio semasa berkarya sebagai uskup Agung
Buenos Aires?
b. Segi-segi kekatolikan apa yang ia tampakkan?
c. Apa dampaknya bagi orang-orang di sekitarnya?
d. Semangat apa yang patut diteladani dari Mgr. Bergoglio?

2
3. Guru mengajak peserta didik untuk mencari, membacakan, dan mendalami ajaran gereja/
Kitab Suci tentang: Gereja yang katolik, Yoh 11:52; br 1:2; Kis 1:42; Yoh 18:36; Lg art.
13 yang didalaminya dengan beberapa Pertanyaan penuntun untuk didiskusikan
a. Apa makna Katolik menurut ajaran Gereja?
b. Mengapa Gereja disebut Katolik?
c. Bagaimana mewujudkan kekatolikan Gereja di dunia
4. Peserta didik bertukar pikiran, ide, gagasan atau pendapat dengan siswa lain untuk

saling menanggapi dalam kelompok


5. Peserta didik mengumpulkan berbagaiinformasidalam kelompok dengan penuh tanggung
jawab, cermatdankreatif yangdapatmendukungjawabandaripertanyaan-pertanyaan
yang diajukan
6. Pesertadidikmemplenokanhasildiskusi didepan kelas
7. Guru memberikan penegasan
III. KegiatanPenutup: 10 Menit
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik, memberikan penugasan atau PR,
menginformasikan pembelajaran untuk minggu depan, dan menutup pelajaran dengan
doa bersama yang dipimpin oleh seorang siswa yang telah disiapkan

ASESMEN
1. Teknik Asesmen : Tes Tertulis / Unjuk Kerja
2. Jenis Asesmen : Formatif dan Sumatif
3. Instrumen : Bahan-bahan Instrumen Terlampir
4. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
N Kriteria Kurang Cukup Baik Sangat
o Baik
0-60 61-70 71-80 81-100
1. Jelaskanlah makna kekatolikanGereja dalam hidup
sehari hari
2. Ceriterakanlah kehidupanmu
untuk memahami makna dan kekatolikan Gereja
3. Bagaimana ajaran Kitab
Suci makna kekatolikan Gereja?
4. Bagaimana ajaran Gereja tentang makna
kekatolikan Gereja ?

LAMPIRAN

3
LIHAT DI BAHAN AJAR

LAMPIRAN
LEMBARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MURID (LKPM) :
Satuan Pendidikan : SMA ............................................................
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Kereja Yang Katolik
N ButirInstrumen SkorNil
O ai
0 - 100
1 Jelaskanlah makna kekatolikan Gereja serta konswekuensi dalam 25
hidup sehari hari
2 Bagaimana kita memahami makna kekatolikan Gereja? 25
3 Bagaimana ajaran Kitab Suci /Ajaran Gereja tentang makna 50
kekatolikan Gereja
Jumlah 100

Remidial

4
1. Remedial diberikankepadapesertadidik yang belumdapatmencapaiketuntasanbelajar
minimal.
2. Guru bertanyakepadapesertadidiktentangmateri yang belummerekapahami.
3. Berdasarkanmateri yang belummerekapahamitersebut, guru
mengadakanpembelajaranulang (remidial teaching) baikdilakukanoleh guru
secaralangsungataudengan tutor temansebaya.
4. Guru mengadakankegiatan remedial denganmemberikanpertanyaanatausoal yang
kalimatnyadirumuskandenganlebihsederhana (remidial test).
Pengayaan
Peserta didik mencari dari berbagai sumber ( media cetak maupun elektronik, tokoh agama,
tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan sebagainya) untuk memperoleh informasi,
tentang:Kerajaan Allah sebagai Pokok Pewartaam Yesus
Refleksi
Peserta Didi
Guru membimbing para siswa untuk menuliskan hasil refleksi tentang Kerajaan Allah
sebagai Pokok Pewartaam Yesusdengan beberapa pertanyaan penuntun sebagai berikut:
1. Apakah saya sudah mengerti pelajaran hari ini?

2. Apakah saya belum mengerti pelajaran hari ini?


3. Bagaimana perasaanmu selama mengikuti pelajaran hari ini?
4. Apa yang telah saya pelajari hari ini?
5. Apa manfaat dari yang saya pelajari?
6. Bagaimana proses pembelajaran saya tadi?
7. Apa lagi yang ingin saya pelajari?
Guru
1. Apakah saya mengajar dengan baik?
2. Apakah siswa dapat mengerti pelajaran hari ini dengan baik?
3. Bagaimana perasaan siswa selama mengikuti pelajaran hari ini?
4. Apa yang telah saya pelajari hari ini?
5. Apa manfaat dari yang saya ajarkan hari ini ?
6. Bagaimana proses pembelajaran hari ini?
7. Apa lagi yang saya perlu tingkatkan untuk proses pembelajaran minggu depan?
BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK
Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya telah dibahas tentang sifat Gereja yang
“kudus”. Pada pelajaran ini akan dibahas sifat Gereja yang ketiga yaitu “Katolik”.
Sebagaimana makna dan hakikat sifat Gereja yang satu dan kudus, apabila kita bertanya
kepada umat awam katolik, termasuk kaum muda Katolik, banyak yang belum
memahami makna kekatolikan yang mereka sandang. Ada yang mengatakan, yang
penting saya ini orang Katolik . Jawaban seperti ini akan menjadi kendala ketika
berhadapan dengan umat beragama lain dalam suatu forum dialog, atau hanya sekedar
mendapat pertanyaan spontan dari umat beragama lain yang mengetahui makna katolik.
Katolik dari kata Latin, catholicus yang berarti universal atau umum. Nama yang sudah
dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa St. Ignatius dari Antiokia menjadi Uskup.
Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah atau
sebagian dalam menerapkan sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat universal
artinya, Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis secara katolik di

5
seluruh dunia, dimana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral serta berbagai
tata liturgi yang sama di manpun berada. Kata universal juga sering dipakai untuk
menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium
Konsili Vatikan ke II menegaskan arti kekatolikan itu : “Satu umat Allah itu hidup di
tengah segala bangsa di dunia, karena memperoleh warganya dari segala bangsa.
Gereja nemajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat istiadat
bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik secara tepat guna dan tiada hentinya
berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah
Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG. 13).
Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan memahami sifat kekatolikan Gereja
sehingga terdorong untuk ikut serta mewujudkan nilai-nilai luhur Injili dan
memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa
pandang bulu. Peserta didik juga memahami bahwa Gereja dipanggil untuk
menghormati kebudayaan, adat istiadat, bahkan agama mana pun. Oleh karena itu,
dirinya sebagai orang Katolik ikut berjuang untuk kepentingan, kesejahteraan umum,
memajukan nilai-nilai luhur dan memperjuangkan satu dunia yang lebih baik untuk
seluruh umat manusia.

BAHAN BACAAN GURU


Doa Pembuka
Ya Bapa sumber kebijaksanaan sejati, Dalam pertemuan ini kami ingin memahami
lebih mendalam tentang hakekat dan sifat-sifat Gereja, teristimewa Gereja yang Katolik
. Kami mohon kepadaMu, anugerahkanlah kepada kami hati dan budi yang suci, serta
berilah semangat untuk mengikuti dan ambil bagian dalam proses pembelajaran ini,
agar kami dapat memahami kehadiran Gereja-Mu di bumi ini. Engkau yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin
Menggali Makna Kekatolikan Gereja
Menggali pemahaman peserta didik tentang kekatolikan Gereja
Guru mengajak para peserta didik untuk mengungkapkan pemahamannya tentang
kekatolikan Gereja. Atau Peserta didik bertanya tentang makna kekatolikan yang
dipahami teman-teman sekelasnya.
Menyimak dan mendalami cerita yang mengungkapkan segi-segi kekatolikan Gereja
Guru mengajak para peserta didik untuk mendengarkan, menyimak cerita berikut ini
Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio Ketika memangku reksa kegembalaan
sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio sudah memiliki kebiasaan dialog,
menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain. Kardinal
kelahiran Flores, Buenos Aires, 17 Desember 1936 ini aktif mengadakan kunjungan
secara berkala dan hadir dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina.
Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk
mempererat tali silaturahmi. Tak segan-segan, Bergoglio berkunjung dan masuk ke
masjid untuk berbaur dengan saudara-saudari Muslim. Ia pun dengan senang hati
menghadiri acara keagamaan orang Yahudi. Pertemuan-pertemuan berskala nasional
dengan banyak denominasi Kristen dari berbagai aliran juga menjadi prioritas dalam
agendanya. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 63 Sikap keterbukaan dan
kehangatan sapaannya dalam kancah dialog damai dan persaudaraan terpatri begitu kuat

6
dalam hati para pemuka agama di Argentina. Pada November 2012, simpul
kedekatannya dengan komunitas tradisi agama lain pun terkristalisasi dalam suatu
pertemuan penuh makna. Bergoglio mengundang para pemimpin umat agama lain
dalam suatu pertemuan persaudaraan. Perhelatan yang digelar di kompleks Katedral
Buenos Aires ini menjadi ajakan untuk merefleksikan roh pemersatu dalam
persaudaraan sebagai komunitas umat manusia. Undangannya itu pun mendapat
sambutan hangat dari para tamunya. Kala itu, perwakilan Islam, Yahudi, Orthodoks,
dan sejumlah denominasi Gereja Kristen Evangelis di Argentina berbondong-bondong
menghadiri undangan Bergoglio. Para tamunya pun semakin terkesima ketika Sang
Kardinal mengajak mereka masuk ke Katedral Buenos Aires untuk berdoa bersama.
Seakan-akan ia membuka pintu Gereja Katedral lebar-lebar bagi umat beriman dan
semua orang yang berkehendak baik demi perdamaian. Bergoglio merangkul para
pemuka agama untuk mendoakan perdamaian di Timur Tengah yang dinodai dengan
kebencian, permusuhan, penindasan, dan perang. Para tokoh agama Argentina
menyebutnya sebagai “pembuka pintu” untuk orang lain di rumahnya, dan menawarkan
sambutan hangat pada siapapun yang bertamu. (Catholic-news.com)

Pendalaman
Guru mengajak para peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk
didiskusikan. Pertanyaan-pertanyaan yang mucul, misalnya:
1. Apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Bergoglio semasa berkarya sebagai uskup
Buenos Aires?
2. Segi-segi kekatolikan apa yang ia tampakkan?
3. Apa dampaknya bagi orang-orang di sekitarnya?
4. Semangat apa yang patut diteladani dari Mgr. Bergoglio?
Penjelasan
Guru memberikan penjelasan tentang Uskup Agung Buenos Aires
- Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi,
kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain.
- Mgr. Bergoglio aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-
acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara
bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali silaturahmi. Sikap Mgr.
Bergoglio ini menampkkan semangat kekatolikan dalam hidupnya.
Menggali Makna Kekatolikan menurut Ajaran Gereja
Menyimak dokumen Gereja
Guru mengajak peserta didik masuk dalam beberapa kelompok untuk membaca dan
menyimak dokumen Gereja Konsili Vatikan II berikut ini. “Semua orang dipanggil
sebagai Umat Allah yang baru. Maka umat itu, yang tetap satu dan tunggal, harus
disebarluaskan keseluruh dunia dan melalui segala abad, supaya terpenuhilah rencana
kehendak Allah, yang pada awal mula menciptakan satu kodrat manusia, dan
menetapkan untuk akhirnya menghimpun dan mempersatukan lagi anak-anak-Nya yang
tersebar (lih. Yoh 11:52). Sebab demi tujuan itulah Allah mengutus Putera-Nya, yang
dijadikan-Nya ahli waris alam semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru, Raja dan
Imam bagi semua orang, Kepala umat anak-anak Allah yang baru dan universal. Demi
tujuan itu pulalah Allah mengutus Roh PuteraNya, Tuhan yang menghidupkan, yang

7
bagi seluruh Gereja dan masing-masing serta segenap orang beriman menjadi azas
penghimpun dan pemersatu dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan
roti, dan doa-doa (lih. Kis 1:42 yun.). Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala
bangsa dunia, warga Kerajaan yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab
semua orang beriman, yang tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan
dengan anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui orang-
orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun karena Kerajaan Kristus bukan dari dunia
ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa masuk Kerajaan
itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa manapun juga. Malahan
sebaliknya, Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan
adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya juga
memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus
ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala bangsa sebagai
warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan dan upeti kedalam kota-Nya
(lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24). Sifat universal, yang menyemarakkan
Umat Allah itu, merupakan kurnia Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara
tepat-guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta

segala harta kekayaannya dibawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya[24].


Berkat ciri katolik itu setiap bagian Gereja menyumbangkan kepunyaannya sendiri
kepada bagian-bagian lainnya dan kepada seluruh Gereja. Dengan demikian Gereja
semesta dan masing-masing bagiannya berkembang, karena semuanya saling berbagi
dan serentak menuju kepenuhannya dalam kesatuan. Maka dari itu umat Allah bukan
hanya dihimpun dari pelbagai bangsa, melainkan dalam dirinya sendiri pun tersusun
dari aneka golongan. Sebab diantara para anggotanya terdapat macam-ragam, bisa
karena jabatan, sebab ada beberapa yang menjalankan pelayanan suci demi
kesejahteraan saudara-saudara mereka, bisa karena corak dan tata-tertib kehidupan,
sebab cukup banyak yang dalam status hidup bakti (religius) menuju kesucian melalui
jalan yang lebih sempit, yang mendorong saudara-saudara dengan teladan mereka.
Maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang
memiliki tradisi mereka sendiri, tetaplah utuh primat takhta Petrus, yang mengetuai
segenap persekutuan cinta kasih[25], melindungi keanekaragam yang wajar, dan
sekaligus menjaga, agar hal-hal yang khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan
justru menguntungkannya. Maka antara pelbagai bagian Gereja perlu ada ikatan
persekutuan yang mesra mengenai kekayaan rohani para pekerja dalam kerasulan dan
bantuan materiil. Sebab para anggota umat Allah dipanggil untuk saling berbagi harta-
benda, dan bagi masing-masing Gereja pun berlaku amanat Rasul: “Layanilah seorang
akan yang lain, sesuai dengan kurnia yang telah diperoleh setiap orang, sebagai
pengurus aneka rahmat Allah yang baik.” (1Ptr 4:10). Jadi kepada kesatuan katolik
umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua
orang dipanggil. Mereka termasuk ke kesatuan itu, atau terarahkan kepadanya dengan
aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus,
maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada
keselamatan. (Lumen Gentium artikel 13)
Diskusi tentang Ajaran Gereja Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan dokumen ajaran Gereja yang telah dibaca atau

8
didengarnya. Beradasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, peserta didik
mendiskusikannya. Pertanyaan yang mucul misalnya;
1. Apa makna Katolik menurut ajaran Gereja?
2. Gereja disebut Katolik?
3. Bagaimana mewujudkan kekatolikan Gereja di dunia
Penjelasan
Setelah berdiskusi, guru memberi penjelasan, Ajaran Gereja sebagai berikut:
- Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat secara
kwantitatif dan kualitatif.
- Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan memperoleh
warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus mempunyai
pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota Gereja saja, melainkan
juga terarah kepada seluruh dunia. Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa
Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru
dunia.
Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan segala
harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan luhur. Gereja

terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang luhur tanpa kehilangan
jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat menerima dan merangkum segala
sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia dengan semangatnya. Oleh sebab
itu, yang katolik bukan saja Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya,
sebab dalam setiap jemaat hadirlah seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang
lengkap, bukan sekedar “cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan
seluruh Gereja yang bersifat katolik. - Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi
dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu
atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam: Rahmat dan
keselamatan yang ditawarkannya.
- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh
pun juga.
- Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia.
Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan
justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk
lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan
dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk
pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri.
- Gereja itu bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau
diwujudkan dengan cara: Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan,
adatistiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun
yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini. -
Berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik
untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat
memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan
siapa yang berhendak baik.
Refleksi

9
Guru mengajak para peserta didik untuk membuat suatu refleksi tertulis dengan
pertanyaa; Bagaimana upayasaya mewujudkan kekatolikan saya dalam hidup sehari-
hari?
Rencana Aksi
Peserta didik membuat rencana aksi untuk mewujudkan kekatolikan Gereja secara
konkret dalam hidupnya. Rencana aksi tersebut dapat dilakukan secara pribadi atau
bersama teman sekelas atau teman separokinya. Setelah rencana aksi itu dilaksanakan,
peserta didik diminta untuk membuat laporan tertulis yang diperkuat dengan
keterangan orangtua dan atau ketua lingkungan atau komunitas basis setempat.
DoaPenutup
Terima kasih ya Bapa, atas penyertaan-Mu dalam pertemuan kami ini. Kini kami
telah memahami rencana penyelamatan-Mu untuk seluruh umat manusia melalui
kehadiran Gereja Katolik, juga penyelamatan-Mu atas kami yang bepangkal pada
tradisi para rasul. Kami mohon ya Bapa, jadikanlah kami pewarta-pewarta Kabar
Sukacita di tengah-tengah masyarakat kami agar setiap orang menemukan
kebahagiaan sejati baik di dunia ini, maupun dalam kemuliaan kekal nanti. Demi
Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Clossarium
Ad GentesdekrittentangKegiatanMisionerGereja, hasilKonsiliVatikan II, 1965
ApostolicamActuositatemdekrittentangkerasulanawam, hasilKonsiliVatikan II, 1965
Caritas in Veritate (kasihdalamkebenaran), ensiklik yang ditulisolehPausBenediktus
XVI, danterbit 29 Juni 2009
CentesimusAnnus (tahunkeseratus), ensiklik yang ditulisolehPausYohanes Paulus
IIdalamrangka 100 tahunRerumNovarum, terbit 15 Mei 1991.
ChristusDominusdekrittentangTugas Pastoral paraUskupdalamGereja,
hasilKonsiliVatikan II, 1965
Dei Verbum,konstitusidogmatistentangWahyuIlahi, hasilKonsiliVatikan II, 1965
DignitatisHumanae, pernyataantentangkebebasanberagama, hasilKonsiliVatikan II,
1965
Ensiklik,surat yang ditulisolehPausuntukseluruhGereja.Umumnyaensiklikberisihal-
halberkenaandengandoktrin, ajaran moral, keprihatinansosial,
atauperingatanperingatantertentu. Judul formal ensiklikbiasanyadiambildaridua kata
pertamadariteksresminya yang umumnyaberbahasa
Latin.EnsiklikditujukankepadaseluruhGerejadanmerupakanajarandariPaus yang
bersifatotoritatif..
GaudiumetSpes (kegembiraandanharapan), merupakandokumenKonstitusi Pastoral
tentangGerejadalamdunia modern, hasilKonsiliVatikan II, 7 Desember 1965.

10
LaboremExercens (kerjamanusia), ensiklik yang ditulisolehPausYohanes Paulus II, 14
September 1981.
Lumen Gentium, konstitusidogmatistentangGereja, hasilKonsiliVatikan II, 1965
Mater et Magistra (ibudan guru), merupakanensiklik yang ditulisolehPausYohanes
XXIII, 15 Mei 1961, tentangkemajuansosialdalamterangajarankristiani.
Nostra Aetate, pernyataantentanghubunganGerejadengan agama-agama bukan Kristen
OctogesimaAdveniens (penantiantahunkedelapanpuluh), ensiklik yang ditulisolehPaus
Paulus VI, 15 Mei 1971, tentangpanggilanuntukbertindakataubersikap.
Pacem in Terris (damai di bumi), olehPausYohanes XXIII, 11 April
1963.PopulorumProgressio (kemajuanbangsa-bangsa), ensiklik yang ditulisolehPaus
Paulus VI, 26 Maret 1967.
Quadragessimo Anno (setelah 40 tahun), ensiklik yang ditulisolehPaus Pius XI, 15
Mei 1931, tentangrekonstruksitatasosialkemasyarakatan.
RerumNovarum (hal-halbaru), ensiklik yang ditulisolehPaus Leo XIII, 15 Mei 1891,
tentangkondisiparaburuh.
SollicitudoReiSocialis (keprihatinanakanmasalah-masalahsosial), terbit 30 Desember
1987 dalamrangkamemperingati 20 tahunPopulorumProgressio.
UnitatisRedintegratio, dekrittentangekumenisme, hasilKonsiliVatikan II, 1965
Daftar Pustaka
Komkat KWI. 2010. Membangun Komunitas Murid Yesus, Buku Teks Pendidikan
Agama Katolik untuk SMP Kelas X. Kanisius: Yogyakarta
Kemendikbud. 2014, 2017, dan 2021. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Buku GuruKelas XI. Edisi Revisi. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud: Jakarta
Kemendikbud. 2014, 2017, dan 2021 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Buku SiswaKelas XI. Edisi Revisi. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud: Jakarta
Komkat KWI, 2010. Membangun Komunitas Murid Yesus, Buku Teks Pendidikan
Agama Katolik untuk SD Kelas X, Yogyakarta, Kanisius
Mangunhardjana, A.M. 2002. Mengatasi Hambatan-Hambatan Kepribadian, Cet. 17,
Kanisius: Yogyakarta
Vallet, Robert E. 1989. Aku Mengembangkan Diriku, CLC: Jakarta

11
12

Anda mungkin juga menyukai