Disusun Oleh
Deri : 19101032
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
Peranan Guru Agama Katolik dalam Pastoral Umat di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal
Maha Kudus terentang tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan .
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga proposal penelitian ini dapat
selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Ibu Rizky Zulkarnain M.Pd., selaku Dosen yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan.
2. Papa dan mama serta kakakku yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat
selama penyusunan skripsi ini.
3. Teman-temanku satu bimbingan penelitian proposal yang telah berjuang bersama-
sama penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan
segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................................................2
A. Latar Belakang Penelitian................................................................................................4
B. Masalah Penelitian..............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................6
E. Teoritis................................................................................................................................6
E. Kajian Pustaka....................................................................................................................7
F. Metode penelitiaan............................................................................................................20
G. Lokasi Penelitian............................................................................................................23
H. Sistematika penelitian....................................................................................................23
I. Daftar pustaka................................................................................................................24
J. Lampiran........................................................................................................................24
Pada umumnya seorang disebut katekis karena ia mempunyai pekerjaan yang khas, yaitu
mengajar agama walaupun ia bekerja di bidang pastoral lainnya. Pelayanan Katekis
mempunyai satu tujuan utama yaitu agar hidup gereja sebagai himpunan umat beriman
semakin dewasa dalam penghayatan imannya, sehingga benar-benar Gereja merupakan tanda
dan sarana persatuan umat Allah dengan Bapa di dalam masyarakat. Pelayanan katekis
memang tidak didasarkan atas tahbisan, namun pelayanannya satu dan sama yaitu:
membangun iman umat.
Pelayanannya sebagai umat Allah memang dikehendaki oleh Yesus Kristus “Karena
itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Putera dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Dan di lain pihak pelayanan katekis tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan umat. Berdasarkan imamat umum kaum beriman kita
tahu bahwa merupakan tugas umat Allah seluruhnya untuk mewartakan sabda Allah kepada
umat manusia. Tetapi bagi Katekis tugas pewartaan itu harus diartikan secara lebih luas.
lingkup tugas katekis tidak terbatas pada bidang pewartaan (mengajar agama), melainkan
meliputi seluruh bidang pastoral dan usaha peningkatan penghayatan kehidupan religius di
wilayah atau paroki. Jadi fungsinya tidak hanya sebagai Nabi, tetapi juga sebagai Gembala
yaitu sebagai penjiwa, penggerak, “pembimbing teknis” dalam usaha membangun dan
menghidupkan iman seluruh umat.
Memperhatikan semua itu, maka sedapat-dapatnya seorang katekis ditarik dari antara
umat, karena katekis sendiri bukan seorang yang asing melainkan seorang yang memang
sudah diterima umat, sehingga umat sendirilah yang harus memberi legitimasi terhadap
pelayanannya.
Dalam tangan katekis Roh Allah menyerahkan seluruh tugas Gereja yang pokok
dengan cara yang khas, yaitu membimbing umat beriman untuk dapat menghayati dan
mendalami serta mengartikan hidup pribadi sebagai umat Allah dalam hubungannya dengan
sesama umat melalui dan di dalam realitas hidup “berimannya”.
Guru agama Katolik seharusnya memiliki peranan yang besar dalam pastoral umat,
namun hal ini masih jauh dari yang diharapkan, karena pada kenyataannya di tempat
penelitian ini, ditemukan ketika diangkat menjadi seorang pegawai negeri sipil, guru agama
Katolik mulai melupakan tugasnya sebagai seorang katekis, yang tidak hanya sebagai
pengajar melainkan lebih kepada penggembalaan.
Hal ini dapat dilihat dari kehidupan menggerejanya, guru agama Katolik tidak aktif
dalam kegiatan-kegiatan di gereja misalnya tidak mengikuti ibadat sabda, doa lingkungan,
pembinaan sekolah minggu, dan kurang memberikan pembinaan untuk katekumen. Guru
5
agama Katolik juga kurang memberi pemahaman kepada umat tentang simbol-simbol dan
sikap dalam mengikuti perayaan ibadat sabda. Dan dalam lingkungan masyarakat terlihat
juga bahwa guru agama Katolik kurang bersosaialisasi.
Kurangnya perhatian guru agama dalam setiap kegiatan Gereja membawa pengaruh
yang tidak baik bagi umat, karena dengan melihat perilaku guru agama Katolik yang tidak
aktif secara tidak langsung membuat umat juga malas dalam mengikuti kegiatan Gereja.
Penyebab kurang aktif guru agama Katolik dalam kehidupan menggereja karena
diantara katekis di Stasi Santo Paulus tidak terjalin komunikasi yang baik, ini dapat dilihat
dalam menjalankan program atau mengadakan kegiatan pembinaan iman mereka saling
melimpahkan tugas pada salah seorang yang mau bekerja, tetapi dia sendiri tidak mau ikut
terlibat.
B. Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
a. Bagi Penulis.
Sebagai pedoman untuk mempelajari peranan guru agama Katolik dalam pastoral
umat, melihat potensi-potensi umat, yang menjadi pedoman guna menerapkan
pastoral umat sebagai perwujudan peran guru agama. Sebagai tanggapan dari
panggilan sebagai misioner.
b. Bagi guru agama Katolik
Dapat menjadi pedoman dalam pastoral umat, sehingga dalam setiap pengajaran,
guru agama memiliki program kerja yang lebih baik lagi serta perutusan dan wujud
nyata tugas melayani.
c. Kaum awam
Kaum awam menyadari pentingnya pastoral umat demi menggali potensi-potensi
yang ada melalui pastoral umat dalam meningkatkan nilai religius dan perilaku hidup
sehari-hari.
d. Bagi Pastor Paroki dan Dewan Pastoral Paroki
Menjadi bahan pertimbangan dan menjadi program kerja Pastor Paroki dan Dewan
Pastoral Paroki dalam memperhatikan wilayah-wilayah dan lingkungan-lingkungan,
Sehingga perutusan misioner dapat terwujud Karena dengan adanya peranan guru
agama Katolik diharapkan dapat membangun Gereja terutama menyebarkan ajaran
Cinta kasih.
E. Teoritis
Secara teori penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan khusus tentang
peranan guru agama Katolik dalam pastoral umat di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal
Maha Kudus terentang.
A. Penjelasan Istilah
Peranan Guru Agama Katolik dalam Pastoral Umat di Stasi Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus terentang.
7
1. Arti kata “peranan” adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, 2007:854).
2. Guru agama Katolik adalah istilah Gu-ru pada masyarakat Jawa berarti di Gu-gu dan
ditiru. Di Gugu berarti bahwa seorang guru bisa dipercayakan kata-katanya, dan bisa
dituruti oleh peserta didiknya, kemudian maksud dari ditiru bahwa sosok dalam
pribadi guru menjadi teladan yang baik bagi para siswa di sekolah, dalam kehidupan
bermasyarakat. (Sebastian, 1988;138).
3. Pastoral umat adalah suatu usaha untuk membangun atau membina umat bagi mereka
yang sudah beriman. Mengajak manusia tumbuh dalam iman atau menumbuhkan
iman. Bagi orang beriman percaya bahwa baik dalam usaha membina iman itu
bukanlah merupakan usaha manusia melulu, tetapi itu merupakan karya Roh Kudus
sendiri. (John Tondowidjojo, 1988:128).
E. Kajian Pustaka
1. Tugas Guru Agama Katolik dalam Pastoral Umat
Guru agama Katolik merupakan pendamping dan sebagai teladan dalam meningkatkan
hidup menggereja, idealnya seorang guru agama Katolik memiliki tugas dalam pastoral
umat. Ada tiga bidang, yaitu: pembentukan persekutuan hidup, tugas-tugas khas gerejawi
dan tugas pembangunan masyarakat. (Janssen, 1983:46-54).
1.1 Tugas guru agama dalam bidang pembentukan persekutuan hidup kristiani.
Tujuannya yakni dengan persekutuan hidup, dimaksudkan kelompok umat pada
tingkat yang paling dasar, yang membentuk kelompok sebagai persekutuan hidup;
yang secara bersama-sama dan atas dasar kerja sama mewujudkan seluruh bidang
hidup Katolik sesuai dengan pola kristiani. Guru agama sebagai tenaga profesional
yang mempunyai keahlian di bidang pewartaan dan pastoral, harus menjadi daya
pendorong untuk umat bagi terwujudnya pembentukan dan pengembangan
persekutuan hidup kristiani di wilayah. Pekerja pastoral pewilayah terdiri dari
beberapa tenaga pelaksana dan salah satu diantaranya ialah guru agama. Mereka
mempunyai tugas yang satu sama lain berbeda, namun yang satu dengan yang lainnya
saling membantu dan melengkapi. Guru agama sebagai salah satu tenaga pelaksana
bukan orang yang berdiri sendiri dan bekerja sendiri, melainkan dengan
kemampuannya dia bekerjasama dengan mereka dan berusaha menciptakan kerjasama
8
dalam persekutuan dengan sesama saudara dalam Kristus, terutama dengan para
Gembala mereka, yang tugasnya yakni memberikan penilaian tentang tulennya
karisma-karisma itu dan tentang teraturnya pengamalannya, bukan untuk
memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa
yang baik (1 Tes 5:12,19,21). (Konsili Vatikan II “Apostolicam Actuositatem” Art.
3).
3. Guru Agama Katolik atau Katekis
3.1 Pengertian Guru Agama Katolik (Katekis).
Katekis adalah seorang awam yang ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai
dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, dicintai dan diikuti
oleh mereka yang belum mengenal-Nya dan kaum beriman itu sendiri. (Komisi
Kateketik KWI, 1997:17).
pertemuan liturgis umat, dan dalam doa-doa liturgis di mana dia akan
menemukan kekayaan, keseimbangan serta nilai-nilai.
Doa-doa pribadinya, seraya menghormati Roh, seharusnya
membuahkan keintiman, keyakinan, dan kontak dengan berbagai macam
doa liturgi. Semua ini haruslah merupakan ungkapan hidup konkretnya
setiap hari, sejauh itu berupa ekspresi yang lebih eksplisit dan komuniter
akan sesuatu yang transenden, yakni cinta Allah dalam Kristus. Patut
diusahakan agar hidup sakramentalnya merupakan suatu ekspresi tulus
dari imannya. Seraya memadukan sabda Kristus dan ritus, ia
mengusahakan kesatuan antara ekaristi dan cinta kasih, antara sakramen
pengakuan dan semangat pertobatan.
d) Memiliki cita rasa teologis
Kesalehan teologis seorang katekis dimaksudkan untuk menjaga agar
pengetahuan yang dimiliki dan ditemukan tidak terasing dari doa-doanya;
tetapi sebaliknya menjadi alasan yang membuatnya lebih teguh dan lebih
sadar tanpa terpadamkan spontanitas dalam doa. Secara khusus doanya
haruslah bersifat kristosentris dan trinitaris: Kristus harus menjadi pusat
dalam doa-doanya, yang diarahkan kepada Bapa dalam Roh. Hanya
dengan demikian devosi-devosi mempunyai tempat: devosi kepada Maria
tidak terpisahkan dari devosi kepada Kristus dan kesalehan kepada Gereja
tidak terpisahkan dari kesalehan kepada umat Allah dan Tubuh Mistik
Kristus.
e) Memiliki cita rasa eklesial
Kesalehan guru agama Katolik seharusnya juga berakar dalam
kesalehan umat Kristen yang hidup dan aktual, seraya mengambil bagian
dalam setiap perjuangan, pencarian, kegelisahan, kegembiraan dan dalam
penderitaan Gereja. Melalui peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat
Kristen, yang sepatutnya menjadi bahan refleksinya, ia harus mengenal
realisasi rahasia penebusan Kristus. Atas acara ini, Katekis menjadi
sanggup berbicara dalam dunia seperti Kristus.
Keterbukaan terhadap spiritualitas lingkungan tempat ia hidup dan
mengabdi sangatlah perlu. Bersama mereka, katekis berusaha mengecap
kekayaan dalam doa, dan pada waktu yang sama darinya dituntut
spiritualitas untuk setia kepada hirarki Gereja yang menugaskannya.
13
Seorang guru agama Katolik bukan saja seorang beriman tetapi juga
penanggung jawab kehidupan beriman umat dalam wilayah yang
dipercayakan uskup kepadanya.
4.2 Pengharapan Seorang katekis
Pengharapan adalah suatu keutamaan yang membuat seseorang mampu
mengatasi segala rintangan. Dalam katekese kita berjuang bersama di hadapan
Allah dan serentak berjuang mengalahkan diri sendiri.
4.2.1 Berjuang dihadapan Allah
Cinta Kasih seorang katekis terarah untuk mengusahakan kemulian bagi Allah
dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Kemulian seorang yang
mencakup pengenalan orang lain atas dirinya dan bila dipuji karena kualitas
karyanya. Karya cinta yang asasi terdiri atas berkobarnya semangat untuk membuat
Allah dikenal dan dicintai. Tentu saja katekis perlu yakin bahwa memuliakan Allah
adalah intensinya yang paling dalam. Untuk itu ia jangan pernah melupakan bahwa
hukum yang pertama dan terutama adalah mengasihi Allah, yakni dengan jalan
menyembah, mengagumi, dan bersyukur karena Allah dan karena misteri Cinta-
Nya. Santo Paulus menginginkan agar umatnya mengetahui hal ini dan bersyukur
karenanya, tentu saja cinta kepada sesama tidak terpisahkan dari cinta kepada Allah,
akan tetapi urutan otentiknya tetap dihormati. Tanpa ragu, di sinilah terletak dasar
yang lebih asasi dari kesalehan ekaristi dan kerinduan untuk menuntun peserta
dalam perayaan Ekaristi, Sakramen cinta.
5. Kehidupan Rohani Guru Agama Katolik (katekis)
Menjadi seorang katekis menuntut tanggungjawab yang besar, menjadi suatu
panggilan khusus dalam mewartakan Kabar Gembira tentang kerajaan Allah.
Praktek-praktek dari katekis sebagai unsur pokok dalam kehidupan doa, yakni:
a. Menghadiri Ekaristi secara teratur, bahkan setiap hari, untuk menguatkan
hidup pribadi dengan “roti kehidupan” (Yoh 6:34), untuk membentuk “satu
tubuh” dengan umat (bdk. 1 Kor 10:17) dan mempersembahkan diri kepada
Bapa bersama tubuh dan darah Tuhan.
b. Liturgi yang dihayati dalam berbagai dimensinya demi perkembangan
pribadi dan demi menolong umat.
c. Mendaraskan bagian Ibadat Harian, terutama Ibadat Pagi dan Sore, bersama
dengan nyanyian pujian yang ditujukan Gereja kepada Bapa dari “terbitnya
matahari sampai terbenamnya (matahari)” (Mzm 113:3).
15
Untuk tugas inilah mereka diberi jabatan. Dengan menjadi pemimpin formal
guru agama menjadi penanggung jawab gereja maupun umat. Dalam hal ini guru
agama memiliki tanggung jawab terhadap gereja yang institusional.
a. Peranan guru agama dalam Gereja Katolik amat penting. Mereka
melaksanakan fungsinya sebagai pembantu pastor, atau hirarki yang
mempunyai tugas sakramental. Guru agama, termasuk dalam kelompok umat
yang berperanan sebagai pembantu pimpinan lokal.
b. Guru agama juga bertugas sebagai pemimpin dan penanggung jawab. Tugas-
tugas itu juga merupakan tugas umat berjabatan yang adalah sebagai penjiwa.
Dalam rangka pastoral umat, tugas dari guru agama adalah berusaha agar
umatnya mau berkerja untuk gereja. Karena itu guru agama juga menjadi
animator dan memberikan kepercayaan kepada umat. Untuk itu diperlukan
sikap menerima kenyataan bahwa tugas yang di kerjakan umat dasar mungkin
tidak berhasil secara sempurna seperti halnya jika dijalankan oleh guru agama
sendiri. Guru agama perlu berusaha supaya komunita kristiani atau koinonia
dalam bentuk apapun akan hidup dan mau menyaksikan imannya, mewartakan,
beribadat, dan hidup secara kristiani dan saling melayani. Hal ini juga menjadi
lebih penting lagi karena tiap guru agama dalam gereja katolik pada waktu
yang sama juga adalah umat.
7.2 Penggali Potensi atau Katalisator.
Dalam pastoral umat guru agama juga mempunyai fungsi sebagai penggali
potensi. Guru agama perlu mencari jalan untuk mengali potensi di dalam umat
supaya mereka menjalankan tugas. Dalam hal ini guru agama berfungsi sebagai
motivator dan katalisator. Dia membantu komunita-komunita dasar Kristiani
dengan kehadirannya dan segala kegiatan pastoral yang dijalankannya sehingga
komunita dasarnya berkembang.
7.3 Guru agama juga berusaha untuk membentuk tenaga pelatih.
Kalau komunita Kristiani sudah berjalan maka guru agama mempunyai tugas
selanjutnya adalah bertanggung jawab atas komunita dasarnya tersebut sehingga
dapat mempertahankan diri dalam usaha mewujudkan imannya sesuai dengan
situasi masyarakat konkrit dewasa ini.
7.4 Fungsionaris
Kadang-kadang tugas guru agama tidak di dasarkan atas pembagian
fungsional, melainkan atas pembagian lokal. Guru agama juga bisa memegang
18
wilayah yang lebih kecil. Di tempat lain ia juga dapat bertanggung jawab atas
pembinaan di sekolah. Selain itu juga guru agama bisa menjadi Pembina kaum
muda dan dilain pihak dia juga bisa bergerak dalam bidang pelayanan sosial.
Dengan kata lain guru agama atau pekerja pastoral adalah suatu jabatan dan yang
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan umat setempat.
Maka dari itu tugas guru agama di kota maupun di desa tidaklah sama. Perbedaan-
perbedaan itu bukan merupakan suatu yang merugikan, melainkan merupakan
sesuatu yang biasa.
7.5 Ciri atau Sikap Guru Agama Katolik atau Katekis
Ciri atau sikap itu dapat dilihat dari segi pandangan, cita-cita mereka, yang
antara lain:
a. Seorang yang beriman
Guru agama pertama-tama adalah seorang yang beriman dan mengusahakan
diri supaya menjadi semakin beriman karena beriman tidak dapat diukur dengan
ukuran-ukuran tertentu. Berkembangnya iman merupakan hasil pergumulan antara
rahmat Tuhan dengan jawaban bebas manusia.
b. Saksi warta gembira
Tujuan dasar dan pusat dari pendidikan sebagai katekis terletak disini, bahwa
orang yang dididik itu mampu dan sanggup menyatakan Warta Gembira kepada
orang lain. Warta Gembira hanya dapat dikomunikasikan jika pendidik sendiri
sudah percaya pada Warta Gembira itu.
c. Saksi dari keseluruhan jemaat beriman.
Tugas sebagai jemaat beriman bukan merupakan kegiatan yang individual dari
para pendidik iman itu sendiri tetapi merupakan keikut sertaan dalam tugas
pelayanan seluruh Gereja. Seorang pendidik iman yang professional akan terlibat
dalam jemaat beriman itu dan menjadi satu dengannya serta bergumul dengan apa
yang digumuli oleh umat beriman.
d. Yang selalu berhubungan erat dengan Allah.
Seorang katekis harus dapat mengalami hubungan yang sungguh pribadi
dengan Yesus Kristus, sebab Yesus Kristus adalah kepenuhan Wahyu Allah.
e. Katekis professional harus setia dan jujur terhadap Warta Gembira.
Warta Gembira Kristiani ditumbuhkan dan diperkembangkan didalam jemaat
beriman, yaitu Gereja. Melalui jemaat itulah Warta Gembira di sebarkan kepada
setiap orang beriman.
19
d. Art. II (26).
Adapun mereka yang akan diutus kepelbagai bangsa hendaknya sebagai
pelayan-pelayan Kristus yang baik menimba kekuatan dari sabda-sabda iman
dan ajaran yang sehat (1 Tim 4:6), yang terutama mereka gali dari Kitab Suci,
sambil menyelami rahasia Kristus, yang akan mereka bawakan dalam
pewartaan dan kesaksian mereka.
Oleh karena semua itu, misionaris-imam-bruder-suster dan awam perlu
disiapkan dan dibina menurut keadaan masing-masing supaya mereka jangan
ternyata tidak sanggup menghadapi tuntutan-tuntutan karya dikemudian hari.
8.3 Kitab Hukum Kanonik.
8.3.1Tugas Gereja mengajar.
Kanon. 762 § 1. “Oleh karena umat Allah dipersatukan pertama-tama oleh
sabda Allah yang hidup, yang sangat patut diperoleh dari mulut para imam,
maka hendaknya para pelayan rohani menjujung tinggi tugas mereka.
Berkotbah dan memang diantara tugas-tugas mereka yang utama adalah
mewartakan Injil Allah kepada semua orang”.
8.3.2 KHK kanon. 773.
“Menjadi tugas khusus dan berat terutama bagi para gembala rohani, untuk
mengusahakan katekese umat kristiani agar iman kaum beriman melalui
pengajaran agama dan melalui pengalaman kehidupan kristiani, menjadi hidup
dan disadari, dan penuh daya”.
F. Metode penelitiaan
1. Bentuk Penelitian dan Metode
1.1 Bentuk Penelitian
Design Rancangan Penelitian adalah Deskriptif Kualitatif. Bentuk yang dipakai
dalam penelitian ini yakni bentuk deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menekankan kualitas atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang
atau jasa. Hal yang terpenting dari sifat barang atau jasa berupa kejadian atau
fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat
dijadikan pelajaran berharga bagi suatu perkembangan konsep teori (Satori dan
Komariah, 2009:22).
21
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,
artinya dalam prosedur pemecahan masalah yang diteliti atau melukiskan keadaan
sesuai dengan data dan fakta yang ada dilapangan. Metode deskripsi dapat diartikan
sebagai Prosedur pemecahan masalah yang ada di selidiki dengan menggambarkan/
melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian yaitu seseorang, lembaga, masyarakat
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
(Nawawi, 1983;63).
3. Data Penelitian
Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir atau kemungkinan-
kemungkinan pemecahan suatu persoalan serta keterangan-keterangan sementara yang
sudah disusun harus diuji melalui pengumpulan data-data yang relevan. Data-data
yang terkumpul diolah untuk memberikan kebenaran dari hipotesis itu ( Hadi dan
Haryono 1998:39-40). Data yang diteliti dalam penelitian ini yaitu “Peranan Guru
Agama Katolik dalam Pastoral Umat di Stasi Santo Paulus Paroki ”.
a. Hasil wawancara
b. Hasil observasi
c. Hasil kutipan dari dokumen
4. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah personil atau kelompok, dapat juga organisasi lainnya yang
dapat memberikan informasi kepada penulis untuk memperjelas judul penulisan yang
akan dibahas secara jelas dan akurat. (Menurut Sukmadinata, 2005:5).
a. Guru Agama Katolik yang berada di Stasi Santo Paulus sebanyak 4 orang yang
menjadi informan.
b. Pemimpin atau pengurus umat yang berada di Stasi Santo Paulus sebanyak dua
orang yang menjadi informan dalam penelitian.
c. Orang Katolik yang ada di Stasi Santo Paulus sebanyak enam orang yang
bersedia menjadi informan.
d. Tokoh masyarakat yang pernah menjabat sebagai pemimpin umat sebanyak 2
orang sebagai informan.
22
Pertimbangan penulis memilih para informan diatas yaitu lebih karena mereka semua
lebih berhubungan dengan masalah yang penulis teliti dan juga merupakan informan
kunci yang lebih mengetahui tentang bagaimana peranan guru agama Katolik dalam
pastoral umat di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal Maha Kudus terentang.
Adapun tehnik menganalisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Membaca secara teliti dan berulang-ulang hasil wawancara, hasil observasi,
dan hasil dokumenter.
b. Merefleksi dan menginterpretasikan/memberikan makna hasil wawancara,
hasil observasi dan hasil dokumenter.
c. Mendeskripsikan hasil interpretasi/pemberian makna.
G. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Stasi Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus terentang. Stasi Santa Elisabet terletak di Dusun Serinjuk Desa
Semoncol, kecamatan Batang Tarang Kabupaten Sanggau , Propinsi Kalimantan Barat.
Alasan dipilihnya Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal Maha Kudus terentang. sebagai
lokasi penelitian ini ialah:
4. Selain Karena Stasi Santa elisabet jarak wilayahnya tidak jauh dari paroki atau
mudah dijangkau, di Stasi Santa elisabet ini juga ada guru agama Katolik yang
bertugas di sekolah yang lebih banyak mengetahui masalah pewartaan Injil,
sehingga sangat membantu penulis untuk mendapat informasi yang bersedia
diwawancarai.
5. Di lokasi penelitian terdapat masalah penelitian seperti:
1. Bagaimana Peranan Guru Agama Katolik dalam Pastoral Umat di Stasi
Santa Elisabet paroki Tritunggal Maha Kudus terentang ?
2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh pewarta atau katekis?
3. Serta usaha apa yang dilakukan oleh guru agama Katolik dalam
pastoral umat di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal Maha Kudus
terentang?.
H. Sistematika penelitian
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN
24
I. Daftar pustaka
Kitab Suci ( Deuterokanonika)
Komisi Kateketik KWI, 1997:47
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, 2007:854
Konsili Vatikan II “Apostolicam Actuositatem” Art. 2
Spritualitas Guru Agama Katoli, Marinus Telaumbanua, 1999:171-177
Tugas Guru Agama Katolik L. Prasetya, 2007: 43
Moleong, Lexy J. 1993. Metodologi penelitian Kualitati. Bandung: Remaja Rosda Karya
Agnes Ika Dewi & Sugeng AP. (2006). pendidikan agama katolik. Jakarta: PT Grasindo
Tim Pegebangan pendidikan. (20017). ilmu dan implikasi pendidikan. Jakarta: PT IMTIMA
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
J. Lampiran
Instrumen wawancara
1. apakah Guru agama katolik sudah Berpastoral di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal
Maha Kudus terentang
2. bagaimana cara Guru agama katolik megambil peran dalam berpastoral?
3. bagaimana proses Guru agama katolik di Stasi Santa Elisabet paroki Tritunggal Maha Kudus
terentang dalam berpastoral berjalan dengan baik?
4. Apa langkah guru agama Katolik berkaitan dengan pastoral umat di Stasi Santa Elisabet
paroki Tritunggal Maha Kudus terentang?
5. Apa peranan guru agama Katolik dalam pastoral umat Stasi Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus terentang?
6. Apa upaya guru agama Katolik dalam pastoral umat di Stasi Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus terentang ?
25
Instrumen observasi
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Pokok pembahasan :
kemunculan
no Aspek yang di observasi ada Tidak ada komentar
1 Guru agama katolik sudah
Berpastoral di Stasi Santa
Elisabet paroki Tritunggal
Maha Kudus terentang
2 Guru agama katolik
megambil peran dalam
berpastoral
3 Guru agama katolik di
Stasi Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus
terentang dalam
berpastoral berjalan
4 langkah guru agama
Katolik berkaitan dengan
pastoral umat di Stasi
Santa Elisabet paroki
Tritunggal Maha Kudus
terentang
5 peranan guru agama
Katolik dalam pastoral
umat Stasi Santa Elisabet
paroki Tritunggal Maha
Kudus terentang
6 upaya guru agama Katolik
dalam pastoral umat di
Stasi Santa Elisabet paroki
26