Anda di halaman 1dari 14

PERANAN LITURGI IBADAH RAYA

DALAM PERTUMBUHAN JEMAAT


DI GBI. STRARWAY FROM HEAVEN
MEKAR WANGI- BANDUNG

Mata Kuliah : LITURGIKA


Dosen Pengampu : Nira Olyvia P.,M.Th
Nama : Ferry Irwanto
NIM: 20.1.4.005

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI “KHARISMA” BANDUNG


JULI 2023
DAFTAR ISI

BAB.
I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Latar Belakang
Identifikasi masalah
Batasan masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat penelitian

II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . 5

Pengertian liturgi Dalam Ibadah Raya


Komponen Liturgi dan Tantangan dalam Gereja Karismatik
Pengalaman liturgia GBI. Stairway From Heaven.

III. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

IV. DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

i
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Liturgika merupakan salah satu bidang studi dalam teologi yang memiliki
peran yang sangat penting dalam kehidupan Gereja. Liturgika merupakan studi
mengenai ibadah, ritual, dan praktik-praktik keagamaan dalam Gereja.
Menurut James F. White di dalam bukunya yang berjudul: Pengantar
ibadah Kristen menyatakan bahwa kata “Liturgia” itu berasal dari kata Latin servus,
seorang budak-hamba yang terikat untuk melayani orang lain. Kata office (ibadah)
dari bahasa Latin officium, pelayanan atau tugas, juga digunakan untuk mengartikan
suatu pelayanan ibadah. Gottesdienst merefleksikan satu Allah yang ”telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba” (Flp. 2:7) dan
pelayanan kita kepada Allah. Dekat sekali dari konsep ini adalah apa yang
disampaikan oleh kata dalam bahasa Inggris modern liturgy (liturgi).1
Jadi dalam ilmu teologi, kata ”liturgi” merujuk pada penyelidikan atau
studi tentang segala sesuatu yang terkait dengan ibadah atau kebaktian dalam konteks
kehidupan jemaat atau gereja. Ini meliputi tata cara atau struktur ibadah, simbol-
simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam ibadah, musik dan nyanyian
yang digunakan, serta peran pemimpin ibadah dan jemaat dalam pelaksanaan ibadah.
Tujuan dari studi liturgi adalah untuk memahami dan memperkaya pengalaman
ibadah jemaat dan mengembangkan praktik-praktik liturgi yang bermakna dan relevan
untuk konteks jemaat atau gereja tertentu.
Kata “Ibadah” adalah kata yang umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa
(ritual-ritual) yang menegaskan kehidupan ketika gereja menyelenggarakan
pertemuan bersama guna mengekspresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian,
mendengarkan firman Allah, dan merespons kasih Allah dengan berbagai karunia dari
kehidupan mereka.2

1
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen,(Gunung Mulia, 2009),13

2
David R. Ray, Gereja Yang Hidup:: Ide-Ide Segar Menjadikan Ibadah Lebih Indah,(Jakarta:
Gunung Mulia, 2009), 9
1
2
Sejarah Liturgika sendiri bermula dari praktik-praktik keagamaan pada
zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Liturgi dalam Gereja Kristiani
berkembang seiring dengan perkembangan Gereja dan agama Kristiani itu sendiri.
Pada awalnya, Liturgi dilakukan secara sederhana dan hanya melibatkan
beberapa elemen seperti doa, pembacaan Alkitab, dan Perjamuan Kudus. Namun,
seiring dengan perkembangan zaman, Liturgi mengalami perkembangan dan
perubahan baik dalam bentuk, tata cara, dan makna yang terkandung di dalamnya.
Liturgi dapat mempengaruhi pemahaman doktrin-doktrin Kristen dan juga
memperkuat hubungan antara jemaat dan komunitas sekitarnya. Berkhof
mendefinisikan dogma sebagai ”Suatu doktrin, yang diambil dari Kitab Suci, secara
formal dijelaskan oleh Gereja, dan dideklarasikan sebagai sesuatu yang berdasarkan
pada otoritas ilahi”. Teologi dogmatik berbicara mengenai doktrin yang berasal dari
Alkitab yang kemudian dipegang atau diyakini oleh suatu gereja atau
denominasi tertentu.3
Melalui Liturgi, umat dapat memahami lebih dalam konsep tentang
Tritunggal Mahakudus, keselamatan, dan pembaharuan diri. Liturgi juga dapat
membantu umat memahami bagaimana doktrin-doktrin ini diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Liturgi juga dapat menjadi alat untuk memperkuat hubungan
antara jemaat dan komunitas sekitarnya. Liturgi yang dipraktikkan dengan baik dan
bermakna dapat menarik orang untuk bergabung dengan jemaat, serta memberikan
kesempatan bagi jemaat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan misi di
komunitas sekitarnya.
Liturgika merupakan bagian integral dari kehidupan jemaat Kristen dalam
melakukan praktik ibadah. Namun, dalam pelaksanaannya, praktik Liturgika
seringkali dihadapkan dengan berbagai tantangan dan masalah. Tantangan tersebut
dapat berkaitan dengan faktor internal jemaat, seperti perbedaan teologi dan persepsi
tentang praktik Liturgika, serta masalah praktis dalam pelaksanaannya, seperti
kurangnya sumber daya manusia dan materi untuk mendukung pelaksanaan Liturgi
yang baik. Sementara itu, tantangan eksternal dapat berupa tekanan dari masyarakat

3
Ricky D. Montang, DOKTRIN TENTANG ALLAH (TEOLOGI PROPER),(SulSel: CV.Ruang Tentor,
2023),32
3
sekitar atau perubahan tren keagamaan yang mempengaruhi praktik Liturgika di
dalam jemaat.
Mengenai liturgi Gereja Bethel Indonesia (GBI) Karismatik memiliki
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya liturginya, liturgi GBI Karismatik seringkali
melibatkan partisipasi aktif jemaat, terutama dalam doa, pujian, dan penyembahan.
GBI Karismatik mengutamakan penggunaan bahasa Roh dalam doa dan pengajaran.
Penting untuk mempelajari peranan liturgika ibadah raya dalam
pertumbuhan jemaat di GBI.Stairway From Heaven, Bandung, karena liturgi memiliki
pengaruh besar dalam membentuk identitas dan persepsi umat Kristen terhadap
Gereja
Diharapkan juga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para
pemimpin jemaat di GBI. Strairway From Heaven, Mekar wangi di Bandung dan
umat Kristen pada umumnya dalam mengembangkan persepsi dan praktik peribadatan
yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dengan latar belakang di atas, penulis membuat paper dengan judul:
”Peranan Liturgi Ibadah Raya Dalam Pertumbuhan Jemaat di GBI. Stairway From
Heaven-Mekar wangi – Bandung”. Dengan mempergunakan metode analisis data
dengan penggunaan kuesioner atau observasi untuk mengumpulkan data mengenai
pengalaman jemaat, peran pemimpin jemaat, dan peran liturgi dalam kehidupan
jemaat tanpa diperlukan hipotesis. Serta studi kajian pustaka untuk mengumpulkan
data yang relevan melalui berbagai sumber referensi buku, jurnal digital, dan artikel-
artikel.
Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memperincikan beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
Kesatu, ketidaksesuaian pemahaman tentang liturgi dapat menyebabkan
perbedaan pendekatan, perdebatan, atau konflik dalam merancang dan melaksanakan
liturgi yang bermakna.
Kedua, tantangan praktis dalam pelaksanaan liturgi: gereja seringkali
menghadapi tantangan dalam hal kurangnya pengurus liturgi yang terlatih,
kekurangan dana untuk memperbarui peralatan dan fasilitas, serta kesulitan dalam
menggabungkan tradisi dan konteks budaya dengan praktik liturgi yang relevan.
4
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membuat
pembatasan masalah:
Kesatu, perbedaan persepsi dan pemahaman tentang praktik Liturgika di
antara anggota jemaat GBI Stairway From Heaven-Mekarwangi-Bandung.
Kedua, tantangan praktis dalam pelaksanaan Liturgi di GBI Stairway From
Heaven-Mekarwangi-Bandung.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah yaitu:
Kesatu, bagaimana peran liturgi ibadah raya dalam pertumbuhan jemaat di
GBI Stairway From Heaven-Mekar Wangi, Bandung?
Kedua, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gaya liturgi GBI
Karismatik dan bagaimana pengaruhnya terhadap identitas dan persepsi umat Kristen
terhadap gereja?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis mempunyai tujuan
sebagai berikut:
kesatu, Untuk memahami peran liturgi ibadah raya dalam pertumbuhan
jemaat di GBI Stairway From Heaven-Mekar Wangi, Bandung.
Kedua, Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
liturgi GBI Karismatik dan pengaruhnya terhadap identitas dan persepsi umat Kristen
terhadap gereja.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, maka penulis manfaat penelitian ini
ada beberapa bagian yaitu;
Kesatu, mengembangkan praktik ibadah yang lebih bermakna dan relevan
bagi jemaat atau gereja tertentu.
Kedua, memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang liturgi
khususnya dalam konteks GBI Starway from Heaven - Mekar Wangi - Bandung
sehingga dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan
penelitian mengenai liturgi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Pengertian liturgi Dalam Ibadah Raya
Liturgi adalah rangkaian upacara atau ritus yang dilakukan pada rangkaian
upacara dan ritual ibadah yang dilakukan dalam komunitas gereja untuk memuliakan,
memuji, dan beribadah kepada Tuhan. Ini melibatkan tindakan, kata-kata, simbol, dan
musik yang diatur secara teratur. Liturgi adalah ungkapan spiritualitas dan
pengalaman rohani, di mana umat beriman berpartisipasi aktif dalam ibadah kepada
Tuhan.
Secara etimologi kata ”liturgi” berasal dari bahasa Yunani ”leitourgia”.
Kata leitourgia terbentuk dari akar kata ergon, yang berarti ”karya”, dan leitos, yang
merupakan kata sifat untuk kata benda laos yang berarti Bangsa. Secara harafiah,
leitourgiaberarti kerja atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan Bangsa.
Dalam masyarakat Yunani Kuno, kata leitourgiadimaksudkan untuk menunjuk kerja
bakti atau kerja pelayanan yang tidak dibayar.4
Dalam bahasa Latin, liturgi berasal dari kata “liturgia” yang artinya
”pekerjaan publik” atau ”pelayanan publik”. Dari sini, dapat dipahami bahwa
Liturgika menekankan pada pelayanan atau pekerjaan umum dalam Gereja. Istilah ini
mengacu pada pelayanan atau tugas umum yang dilakukan oleh jemaat dalam ibadah
dan pelayanan gereja. Liturgi mencerminkan prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan ajaran
agama yang terkandung dalam tradisi gerejawi dan teologi Kristen, serta
menghubungkan umat beriman dengan tradisi sejarah gereja.
Studi liturgika digunakan untuk mempelajari dan meneliti struktur dan
makna tata ibadah yang berlaku dalam gereja, termasuk pelayanan sakramen. Aspek
yang diperhatikan di sini ialah urutan dan isi unsur-unsur ibadah seperti: isi dan
peranan doa-doa (misalnya doa syafaat); musik dan lagu dalam ibadah; peranan
paduan suara dalam ibadah; fungsi dan makna simbol-simbol seperti jubah pendet

4
Chechilia A Banjarnahor Labo, Siprianus and Intansakti Pius X, “View of Partisipasi Orang
Muda Katolik Dalam Tugas Liturgi Di Stasi Pimping,” In Theos:Jurnal Pendidikan Agama dan Teologi
(n.d.).

5
6
(apakah toga dan stola perlu dipakai); bagaimana penataan ruang ibadah, dan lain-
lain.5
Sedangkan ibadah raya merujuk pada ritual atau upacara keagamaan yang
diadakan oleh komunitas gereja secara berkala, seringkali sebagai perayaan utama
dalam liturgi gerejawi. Ibadah raya merupakan momen khusus di mana umat beriman
berkumpul bersama untuk memuji, berdoa, mendengarkan firman Tuhan, dan
mengalami kehadiran-Nya dalam ibadah yang terorganisir.
Etimologi kata “ibadah” merupakan terjemahan dari istilah Ibrani yang
dalam Perjanjian Lama (PL), yaitu ‫ עֲבֹ דָ ה‬- ’AVODAH atau ’ABODAH (kata ini
serumpun dengan bahasa Arab yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia
”ibadah”). Sebenarnya sama saja makna ”Ibadah” dan ”Ibadat”,6 yang mempunyai arti
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadat; (nomina),7 istilah ini mengacu pada
tindakan atau praktik pemujaan dan penghormatan kepada Tuhan. Sementara itu, kata
“raya” merujuk pada sesuatu yang besar, penting, atau khusus. Jadi, “ibadah raya”
menggambarkan ibadah yang diadakan secara besar-besaran, bersejarah, atau
memiliki signifikansi khusus dalam tradisi keagamaan.
Ibadah raya sering kali melibatkan unsur-unsur seperti nyanyian pujian,
doa bersama, khotbah atau pengajaran agama, pembacaan kitab suci, sakramen atau
ritus tertentu, dan tindakan-tindakan simbolis lainnya. Ibadah raya bertujuan untuk
menghubungkan umat beriman dengan Tuhan, memperkuat iman mereka, dan
membangun komunitas rohani yang bersatu. Ibadah bukanlah tindakan atau sikap
tertentu yang diambil; sebaliknya, ibadah adalah tindakan penyembahan yang spontan
dan ekspresi penghormatan kepada Allah dengan mengikuti semua perintah-Nya.8
Pratek liturgi yang dibangun di dalam lingkungan masyarakat yang lebih
formal atau tradisional dapat memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan
praktik liturgi yang dibangun di dalam lingkungan masyarakat yang lebih modern.

5
B.F. Drewes & Julianus Mojau, Apa Itu Teologi? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007).141

6
Rita Wahyu, “IBADAH/ IBADAT Dan KEBAKTIAN - SarapanPagi Biblika Ministry,” accessed
May 27, 2023, https://www.sarapanpagi.org/ibadah-ibadat-dan-kebaktian-vt4175.html.

7
“Ibadah,” http://www.kamusbesar.com/14606/ibadah.

8
David Peterson, Liturgika: Sebuah Teologi Penyembahan (Malang: Gandum Mas, 2017).54
7
Oleh karena itu, memahami konteks sejarah dan budaya jemaat adalah
penting agar kita dapat mengidentifikasi bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi
praktik liturgi dan bagaimana praktik liturgi tersebut dapat diadaptasi agar lebih
efektif dalam mendukung pertumbuhan jemaat.
Pada masa Reformasi menyaksikan pemisahan gereja Protestan dari Gereja
Katolik Roma, yang menandai awal Reformasi, istilah ”liturgi” tidak digunakan oleh
para reformator. Istilah ini baru digunakan oleh Gereja Anglican dan Gereja Ortodoks
Yunani pada tahun 1550-an. Namun demikian, para reformator memiliki pandangan
yang kuat terhadap tata ibadah atau liturgi. Mereka menolak praktik-praktik liturgis
yang dianggap bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, seperti penggunaan bahasa
Latin yang tidak dipahami oleh jemaat. Mereka juga mengkritik penggunaan simbol-
simbol dan ritual yang dianggap menyesatkan.
Dalam liturgi Protestan, perubahan utama adalah penempatan Firman
(khotbah) sebagai komponen utama ibadah, bukannya Ekaristi. Setiap tindakan Gereja
dievaluasi berdasarkan ukuran pemberitaan Firman. Nyanyian, pembacaan Alkitab,
sakramen Perjamuan Kudus, dan bahkan persekutuan itu sendiri akan menjadi tidak
efektif tanpa pemberitaan Firman.9
Penggunaan bahasa, musik, dan simbol-simbol tertentu dapat berbeda-
beda antara gereja-gereja dan denominasi-denominasi yang berbeda. Selain itu,
perubahan-perubahan dalam masyarakat dan budaya juga dapat mempengaruhi tata
ibadah, seperti peningkatan penggunaan teknologi dalam ibadah. Sebagai contoh,
sejarah Reformasi Protestan mempengaruhi perkembangan praktik liturgi di gereja-
gereja Protestan. Begitu juga dengan sejarah gerakan karismatik yang mempengaruhi
praktik liturgi di gereja-gereja karismatik.
- Komponen Liturgi dan Tantangan dalam Gereja Karismatik
Dalam hal ini, Gereja Kristen kharismatik menyebut denominasi gereja
yang berasal dari awal Gerakan Kharismatik. Dalam banyak hal, gerakan ini mirip
dengan Pentakostalisme, Gerakan ini pada awalnya terjadi di antara denominasi di
gereja-gereja Protestan dan Katolik yang paling populer. Banyak kaum kharismatik
akhirnya membentuk denominasi sendiri di gereja-gereja baru.

9
Rasid Rachman, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Liturgi,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2015).137
8
(salah satunya adalah GBI. Stairway From Heaven sebagai fokus penulisan).
Istilah-istilah ”kharismatik”, kharismatisme atau kharismatisisme dapat
saling dipertukarkan penerapannya. Istilah-istilah ini menjelaskan suatu pribadi,
teologi, atau kelompok yang menyukai pengadopsian dan pelaksanaan praktek-
praktek, ideologi, dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan Gerakan Roh. Secara
etimologis (= asal kata), istilah ”kharismatik” merupakan suatu perkembangan dari
istilah alkitabiah Yunani ”kharismata”, yang dipakai untuk karunia-karunia rohani
(Rm. 1:11, 12:6, 1 Kor 12:4, 9, 28, 30, dan 1 Ptr. 4:10).10
Komponen liturgi dalam gereja Kharismatik terletak pada pendekatan,
penekanan, dan ekspresi yang lebih dinamis dan spontan dalam ibadah mereka
dibandingkan dengan gereja-gereja tradisional. Ada perbedaan utama dalam liturgi
gereja Karismatik di antaranya: gereja kharismatik menekankan pengalaman langsung
dengan Roh Kudus. Liturgi mereka sering melibatkan pemberitaan dan pengalaman
karunia-karunia Roh Kudus seperti berbicara dalam bahasa roh (glossolalia),
penyembuhan, dan pengurapan.
Komponen liturgi gereja kharismatik ditandai dengan pujian dan
penyembahan yang energik, menggunakan musik kontemporer yang menekankan
kebebasan dalam ungkapan, termasuk gerakan tubuh, tarian, dan spontanitas dalam
nyanyian. Liturgi gereja Karismatik cenderung lebih fleksibel dalam struktur
ibadah, memberikan ruang bagi pergerakan spontan atau kegiatan rohani yang tidak
terencana. Dan juga gereja Karismatik sering menggunakan media dan teknologi
modern dalam ibadah mereka, seperti proyektor, layar besar, dan alat bantu audio-
visual untuk mendukung pujian, pengajaran, dan komunikasi pesan rohani.
Dalam mengembangkan liturgi Gereja Karismatik, terdapat juga beberapa
tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi. Beberapa mungkin lebih menyukai
penyembahan yang ekspresif dan spontan, sementara yang lain lebih memilih liturgi
yang lebih terstruktur dan tradisional. Menemukan keseimbangan yang tepat antara
kedua aspek ini dan memastikan bahwa liturgi tetap bermakna dan relevan bagi
jemaat dapat menjadi tantangan tersendiri. Tantangan dalam mengembangkan liturgi
adalah menjaga fleksibilitas dan adaptabilitas sehingga dapat merespons perubahan-
perubahan ini dengan baik, tanpa mengabaikan akar-akar tradisional dan nilai-nilai

10
Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik,(Jakarta: Gunung Mulia, 2007),3
9
yang penting bagi jemaat.
Dalam menghadapi tantangan dan hambatan ini, penting bagi gereja untuk
memiliki komunikasi yang baik dengan jemaat, mendengarkan kebutuhan dan aspirasi
mereka, serta melibatkan mereka dalam proses pengembangan liturgi. Selain itu, kerja
sama tim liturgi dan pemimpin gereja dalam pengembangan liturgi yang kreatif dan
relevan juga menjadi kunci keberhasilan.
Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat mengidentifikasi
bagaimana praktik liturgi dapat diadaptasi agar lebih efektif dalam mendukung
pertumbuhan jemaat.
Gereja Bethel Indonesia (GBI) memiliki gaya liturgi yang cenderung
kontemporer dan dinamis. Ada unsur liturgi yang ditekankan adalah: Musik, musik
merupakan salah satu unsur liturgi yang sangat ditekankan di dalam GBI. Biasanya,
lagu-lagu pujian yang digunakan adalah lagu-lagu rohani yang modern dan terbaru,
dengan irama yang dinamis dan ritmis. Penggunaan alat musik modern seperti
keyboard, gitar, drum, dan bass juga sering digunakan dalam liturgi. Selain itu, dalam
beberapa acara khusus seperti ibadah Natal dan Paskah, seringkali digelar pertunjukan
musik khusus dengan paduan suara atau band.
Selain musik, pengajaran melalui kotbah yang juga menjadi salah satu
unsur penting dalam liturgi di GBI. Biasanya, pengajaran yang diberikan lebih
bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, serta selalu merujuk pada
kitab suci. Selain pengajaran dalam bentuk khotbah, terkadang juga diadakan kelas-
kelas kecil seperti Kelompok Kecil atau yang di kenal dengan nama: komsel
(kelompok Sel) yang membahas topik-topik tertentu yang berkaitan dengan iman dan
kehidupan rohani.
Doa juga menjadi unsur liturgi yang penting dalam GBI. Selain doa-doa
yang dipimpin oleh pendeta atau pengkhotbah, biasanya juga ada waktu yang
disediakan bagi jemaat untuk berdoa secara pribadi. Selain itu, dalam beberapa acara
khusus seperti seminar doa atau retret rohani, seringkali digelar sesi doa yang lebih
panjang dan mendalam.
Meskipun gaya liturgi GBI lebih kontemporer dan dinamis, tetapi unsur
adat dan budaya juga seringkali dihadirkan dalam liturgi. Sebagai contoh, dalam acara
pernikahan seringkali diadakan upacara adat atau tarian tradisional yang
10
diintegrasikan dalam liturgi. Selain itu, dalam acara-acara khusus seperti perayaan
Natal atau Paskah, biasanya juga diadakan pertunjukan seni atau tari yang memiliki
nilai-nilai kekristenan.
Gereja Bethel Indonesia (GBI) adalah denominasi Karismatik yang
memiliki fokus pada pengalaman Roh Kudus dan penggunaan bahasa Roh dalam
ibadah. Dalam liturgi GBI, penggunaan bahasa Roh dianggap sangat penting dan
kerap kali dijadikan sebagai salah satu unsur utama.
Gereja Bethel Indonesia mengajarkan bahwa doa dalam bahasa Roh dapat
membantu umat untuk berkomunikasi langsung dengan Allah dan memperoleh
petunjuk dari Roh Kudus. Nyanyian-nyanyian ini memiliki lirik yang dipercayai
diilhami oleh Roh Kudus dan seringkali diimprovisasi sesuai dengan perasaan dan
pengalaman jemaat saat itu.
Meskipun penggunaan bahasa Roh menjadi salah satu unsur penting dalam
liturgi GBI, khotbah dan pengajaran yang disampaikan tetap berlandaskan pada
Alkitab dan doktrin Kristen yang benar. Pendeta GBI seringkali mengajarkan tentang
bagaimana untuk mendengarkan dan merespons panggilan Roh Kudus, namun tetap
memperhatikan kebenaran Firman Tuhan.
- Pengalaman liturgia GBI. Stairway From Heaven.
Bagaimana peranan Liturgika ibadah raya dalam pertumbuhan jemaat di
GBI. Stairway From Heaven-Bandung. Untuk mengetahuinya penulis memakai
pendekatan metode analisis data melalui kuesioner atau observasi meliputi:
pengalaman jemaat, peran pemimpin jemaat, dan peran liturgi dalam kehidupan
jemaat antara lain: dengan membuat kuesioner atau observasi yang mengarah pada
pertanyaan tentang pengalaman dan persepsi jemaat terhadap praktik liturgi dalam
ibadah raya di GBI. Stairway From Heaven-Bandung, maka penulis dapat
mengumpulkan data dari sejumlah jemaat atau responden.
Pandangan jemaat di GBI Starway from Heaven (SFH) - Mekar Wangi -
Bandung tentang ritme dan struktur ibadah raya dalam pembahasan liturgi sangat
bervariasi tergantung pada denominasi dan tradisi gereja yang dianut. Namun, secara
umum, ritme dan struktur ibadah raya di GBI Starway from Heaven (SFH) - Mekar
Wangi – Bandung tangapannya sangat baik. Ada beberapa jemaat mungkin
menganggap penting untuk mempertahankan tradisi liturgi kuno sementara yang lain
11
mungkin lebih terbuka untuk memodifikasi struktur ibadah untuk mencerminkan
konteks budaya dan sosial yang berubah. Pada intinya, ritme dan struktur ibadah raya
dalam pembahasan liturgi dianggap sebagai alat yang penting untuk memperkuat
pertumbuhan rohani dan mempererat hubungan dengan Tuhan.
Jemaat di GBI Starway from Heaven (SFH) - Mekar Wangi – Bandung
secara umum merasa terhubung dengan Tuhan dalam ibadah raya karena ibadah raya
adalah saat di mana mereka menghadap dan mempersembahkan diri kepada Tuhan
dalam suatu persekutuan bersama dengan jemaat lainnya. Selama ibadah raya, jemaat
berdoa, bernyanyi, dan mendengarkan firman Tuhan, serta menerima perjamuan
kudus setiap bulan diawal minggu secara konsisten. Menurut mereka juga, praktek
liturgi yang diselenggarakan dengan baik juga dapat membantu jemaat merasa
terhubung dengan Tuhan, karena mereka dapat mengikuti tata ibadah dengan jelas dan
bermakna. Hal ini memungkinkan jemaat untuk mengalami hadirat Tuhan secara
pribadi dan merasa diberkati dan dikuatkan dalam iman mereka, sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan jemaat lainnya melalui pengalaman dan kesaksian
pribadi yang mereka saksikan di dalam komunitas yaitu: Becomm.
KESIMPULAN
Liturgi ibadah raya memberikan kesempatan kepada jemaat untuk
memuliakan dan memuji Tuhan secara bersama-sama. Melalui musik, doa, nyanyian,
dan tindakan simbolis, jemaat dapat mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan
mereka kepada Tuhan. Pengajaran firman Tuhan praktis dan relevan yang
disampaikan melalui kotbah dapat memberikan bimbingan dan pemahaman kepada
jemaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karunia-karunia Roh Kudus
dialami, dan doa bersama dinyatakan. Semua ini bertujuan untuk memperkuat iman
jemaat dan membangun komunitas rohani yang bersatu serta berperan dalam
pertumbuhan jemaat. GBI Stairway from Heaven Mekar Wangi - Bandung memiliki
gaya liturgi yang kontemporer dan dinamis. Meskipun demikian, liturgi ini juga tetap
mempertimbangkan unsur-unsur adat dan budaya dalam beberapa acara
khusus. Fleksibilitas dalam adaptasi liturgi menjadi penting untuk merespons
kebutuhan dan aspirasi jemaat serta menjaga keseimbangan antara liturgi yang
terstruktur dan ekspresi spontan dalam ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
David Peterson. Liturgika: Sebuah Teologi Penyembahan. Malang: Gandum Mas,
2017.
Labo, Siprianus, Chechilia A Banjarnahor, and Intansakti Pius X. “View of
Partisipasi Orang Muda Katolik Dalam Tugas Liturgi Di Stasi Pimping.” In
Theos:Jurnal Pendidikan Agama dan Teologi (n.d.).
Mojau, B.F. Drewes & Julianus. Apa Itu Teologi? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Montang, Ricky D. DOKTRIN TENTANG ALLAH (TEOLOGI PROPER). SulSel:
CV.Ruang Tentor, 2023.
Rachman, Rasid. Pembimbing Ke Dalam Sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2015.
Ray, David R. Gereja Yang Hidup:: Ide-Ide Segar Menjadikan Ibadah Lebih Indah.
Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Samuel, Wilfred J. Kristen Kharismatik. Jakarta: Gunung Mulia, 2007.
Wahyu, Rita. “IBADAH/ IBADAT Dan KEBAKTIAN - SarapanPagi Biblika
Ministry.” Accessed May 27, 2023. https://www.sarapanpagi.org/ibadah-ibadat-
dan-kebaktian-vt4175.html.
White, James F. Pengantar Ibadah Kristen. Gunung Mulia, 2009.
“Ibadah.” http://www.kamusbesar.com/14606/ibadah.

12

Anda mungkin juga menyukai