PENDAHULUAN
Bab pertama ini akan diuraikan pokok-pokok yang meliputi antara lain,
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penulisan, dan
Sistematika Penulisan. Semua pokok-pokok tersebut menjadi dasar pembahasan
bab selanjutnya.
1
jalani. Tetapi ibadah tidak hanya berkaitan dengan cara melakukan Ibadah namun
mempunyai makna yang lebih dalam dari hanya sekedar melakukannya.
Akibat dari banyaknya bentuk metode, dan gaya ibadah maka ada baiknya
penulis memberikan pandangan teoritis teologis mengenai ibadah, baik yang
berkaitan dengan hakikat ibadah Kristen, Ibadah dalam kaitan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, serta pengaruh ibadah terhadap pribadi manusia rohani
Kristen.
Rumusan Masalah
Berkenaan dengan latar belakang masalah diatas, maka perlu untuk
merumuskan masalah-masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu untuk memperdalam pemahaman terhadap doktrin
Tritunggal, pertanyaan-pertanyaan itu antara lain:
1. Apa arti Teologi Ibadah ?
2. Bagaimana Pokok-Pokok Teologi Ibadah ?
3. Apa kata Alkitab berkaitan dengan Ibadah ?
4. Apa implikasi ajaran Teologi Ibadah terhadap orang Kristen masa kini ?
Sistematika penulisan
Pada bagian ini akan diuraikan secara besar Sistematika Penulisan berupa
uraian dari tiap-tiap bab pembahasan. Adapun garis besar dari tiap-tiap
pembahasan tersebut antara lain:
2
Bab I Dalam bab ini diuraikan suatu pendahuluan dari penelitian yang meliputi
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan
Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Dalam bab ini diuraikan mengenai Definisi arti Teologi Ibadah dari
penelitian yang meliputi arti secara teoritis dari Teologi Ibadah serta
Pokok-Pokok Pengajaran teologi Ibadah.
Bab III. Dalam bab ini diuraikan mengenai Tinjauan Alkitab mengenai Teologi
Ibadah dari penelitian yang meliputi Pernyataan Alkitab mengenai
Ibadah yang dibagi dalam dua pembahasan: Pernyataan Perjanjian Lama
dan Pernyataan Perjanjian Baru.
Bab IV. Dalam bab ini diuraikan mengenai implikasi teologi ibadah bagi orang
Kristen masa kini dari penelitian yang meliputi hubungan teologi ibadah
terhadap orang Kristen masa kini dan dampak teologi ibadah bagi orang
Kristen masa kini.
Bab V. Dalam bab ini, setelah melakukan berbagai penelitian, akan ditarik
kesimpulan, dan juga saran untuk makalah ini.
3
BAB II
LANDASAN TEORETIS
1
Edi Suranta Ginting, “teologi ibadah” https://gerejagiki.wordpress.com/2013/02/27/teologi-
ibadah/ no.pp.1. online, Internet, Accessed May 4, 2016
2
Ibid.
3
_______________,”Ibadat” https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat?oldid=11672776 no.pp.1.
online, Internet, Accessed July 11, 2016
4
Ibid.
5
Surya Adhy Kusuma, Makna Sebuah Gereja, Ibadah, dan Iman Kristiani (Yogyakarta: Gereja
Bethany, 2005) hlm 23
4
Bartel menjelaskan sebagai berikut, seorang yang beribadah adalah
seorang yang riang – hal itu sudah menjadi pahala. Amsal 17 : 22 berbunyi, “hati
yang gembira adalah obat yang manjur”. Mazmur 128 : 1 mengatakannya
demikian, “Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan.”6
6
Judy Bartel, Penyembahan Orang Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1981), hlm 13
7
_______________, “teologi” https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi?oldid=8072059 no.pp.1.
online, Internet, Accessed July 11, 2016
8
B.F.Drewes & Julianus Mojau, Apa Itu Teologi ? , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), hlm 16
9
_______________,”Apa Itu Teologi?” http://www.gotquestions.org/Indonesia/Printer/definisi-
teologia-PF.html no.pp.1. online Internet, Accessed July 11, 2016
10
B.F.Drewes & Julianus Mojau, Apa Itu Teologi ? , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), hlm 17
11
Ibid.
5
1.3 Arti Teologi Ibadah menurut Theolog.
Teologi Ibadah ialah teologi yang menjadikan ibadah sebagai cara utama
untuk menyembah Allah dan cara dalam menjalani kehidupan beriman.12 Selain
itu, Ibadah adalah ekspresi berupa tindakan yang dilakukan oleh seseorang.13
Menurut Peter Brunner menjelaskan ibadah dengan kata Gottesdienst atau ibadah
memiliki pengertian pelayanan Allah kepada manusia dan sebaliknya pelayanan
manusia kepada Allah.14 Menurut Jean-Jacques von Allemen, Ibadah Kristen
adalah sebuah rekapitulasi (atau pengulangan dari apa yang telah dibuat Allah).
Ibadah adalah pemulihan dan penegasan secara baru proses sejarah penyelamatan
yang telah mencapai titik puncaknya dalam intervensi Kristus kedalam sejarah
manusia dan melalui peringkasan serta penegasan yang selalu diulang ini Kristus
melanjutkan karya penyelamatan-Nya melalui karya Roh Kudus. Ibadah adalah
epifani (penampakan diri) gereja yang karena menyimpulkan sejarah keselamatn
memapukan gereja untuk menjadi dirinya sendiri untuk menjadi sadar akan
dirinya dan untuk mengakui apa yang sebenarnya esensial. 15 Ibadah juga adalah
bentuk ancaman penghakiman dan pengharapan kepada dunia. Tiga kata kunci
untuk pemahaman von Allmen adalah rekapitulasi, epifani, dan penghakiman.
Dari tradisi anglo-Katolik Evelyn Underhill dalam bukunya Worship
mengekspresikan sejumlah konsep tentang ibadah adalah tanggapan ciptaan
kepada Yang Abadi. Upacara merupakan ekspresi emosi keagamaan, Ibadah
Kristen adalah tindakan supranatural yang melibatkan tanggapan khas terhadap
pernyataan yang khas.16
Dari pandangan Ortodoks Profesor George Florovsky menjelaskan bahwa
Ibadah Kristen adalah jawaban manusia terhadap panggilan ilahi dari tindakan
Allah yang penuh kuasa dan berpuncak melalui tindakan pendamaian dari Kristus.
12
Edi Suranta Ginting, “teologi ibadah” https://gerejagiki.wordpress.com/2013/02/27/teologi-
ibadah/
no.pp.1. online, Internet, Accessed May 4, 2016
13
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 1
14
Peter Brunner, Worship in the Name of Jesus, (Concordia Publishing House, 2004), hlm 1
15
Jean-Jacques von Allemen, Worship: Its theology and practice, (Oxford University Press, 1965),
hlm
16
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm 9
6
Menjadi orang Kristen dan menjalankan ibadah adalah dengan melakukan
persekutuan, berada dalam suatu komunitas di dalam Gereja.17
Dari pandangan Kusuma, makna secara keseluruhan dari ibadah dalam
kristiani adalah suatu wujud hubungan antar Tuhan dengan gereja, hubungan ini
bersifat dua arah sehingga ibadah ini juga merupakan komunikasi Tuhan dan
jemaat-Nya.18
Dari pandangan Wardani, jadi Ibadah bukan hanya sebagai pengalaman
filosofis dan intelektual semata, tetapi juga melibatkan perasaan dan tindakan
manusia.19
Dari pandangan Bartel, Beribadah kepada Allah adalah seperti batu permata,
karena kita menjadi kaya secara rohani. Dan, seperti permukaan permata yang
bersegi-segi, demikian pula ibadah ada bermacam-macam segi.20
17
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm 10
18
Surya Adhy Kusuma, Makna Sebuah Gereja, Ibadah, dan Iman Kristiani (Yogyakarta: Gereja
Bethany, 2005) hlm 23
19
Laksmi Kusuma Wardani, Simbolisme Liturgi Ekaristi Dalam Gereja Katolik – Sebuah
Konsepsi dan Aplikasi Simbol, Dimensi Interior Vol 4, No. 1, Juni 2006, hlm 18
20
Judy Bartel, Penyembahan Orang Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1981), hlm 10
21
Surya Adhy Kusuma, Makna Sebuah Gereja, Ibadah, dan Iman Kristiani (Yogyakarta: Gereja
Bethany, 2005) hlm 23
7
Jika dilihat dari pokok pengajaran dasar sesuai dengan pengertian Firman
Tuhan dan bahasa asli Firman Tuhan maka pengajaran tentang Teologi Ibadah
terdiri dari:
1. Rasa Hormat dan Tanda Kesetiaan.
Pengertian Ibadah ini sesuai dengan bahasa Ibrani Sher’et yang bermakna,
ungkapan perasaan hormat dan kesetiaan dalam pengabdian kepada majikan.
Dengan kata lain, sikap Ibadah yang benar adalah adanya penghormatan
kepada Allah serta sikap setia untuk terus menyembah kepada-Nya seperti
layaknya seorang budak kepada tuannya.22
2. Melayani atau melakukan pelayanan.
Pengertian Ibadah ini sesuai dengan bahasa Yunani Liturgia yang bermakna,
melayani, melakukan dinas atau memegang jabatan.23 Dari pengertian ini dapat
dilihat bahwa sikap Ibadah yang benar adalah adanya sikap untuk melayani,
dan memegang jabatan gerejawi untuk melakukan suatu pelayanan. Kata
liturgia lebih dikenal dalam kalangan Kristen sebab kata ini digunakan dalam
ibadah gereja, bahkan tidak jarang ada yang berpendapat bahwa liturgi adalah
tata ibadah itu sendiri.
3. Mempersembahkan.
Pengertian Ibadah ini sesuai dengan bahasa Yunani Latreia yang bermakna,
pelayanan atau mempersembahkan seluruh tubuh (Roma 12:1). Dari pengertian
ini dapat dilihat bahwa sikap Ibadah yang benar adalah adanya sikap untuk
melakukan pelayanan kepada Allah dan mempersembahkan tubuh ini untuk
melayani-Nya.
4. Ketaatan seorang hamba.
Pengertian Ibadah ini sesuai dengan bahasa yunani Proskunein yang bermakna,
merebahkan diri untuk menyembah dan bersujud (Wahyu 5 : 14). Ini adalah
penggambaran posisi tubuh yang nyata dari ibadah yang digambarkan lewat
kata kerja.24 Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa sikap ibadah menunjukkan
22
Cunha Bosco Da, O.Cram, Teologi Liturgi Dalam Hidup Gereja, (Malang: Dioma, 2004), hlm
16
23
G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), hlm 9-10
24
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm 35
8
status kita dihadapan Tuhan yaitu, kita adalah hamba-Nya dan Ia adalah Tuan
besar kita. Dengan sikap seperti ini, kita sadar bahwa hidup kita tidak ada apa-
apa yang harus dipertahankan baik itu jabatan, hak, jati diri, dan sebagainya.
Karena segala sesuatu telah diambil alih oleh Tuhan dan tugas kita adalah taat.
9
Seluruh aspek kehidupan kekristenan haruslah menempatkan Alkitab
sebagai dasar dan sumber utama tanpa terkecuali ibadah. Ibadah yang
menempatkan Alkitab di bawah unsur-unsur ibadah lainnya bukanlah ibadah
yag melayani Allah melainkan ibadah tanpa Allah.
3. Berdampak Pada Kehidupan Yang Kudus.
Ibadah bukan sekedar prosesi ritual rutinitas tetapi ibadah adalah
pertemuan khusus manusia dengan Allah maka haruslah ia kudus. Namun
ibadah boleh terjadi atas dasar pengorbanan Kristus yang sudah membukakakn
jalan masuk kepada hadirat Allah. Darah Kristus menyucikan setiap orang
percaya sehingga dengan hati yang tulus menyembah Allah dalam kekudusan
(Ibrani 10 : 22). Kekudusan hidup adalah hal yang terpenting dalam
persekutuan gereja Calvinis. Kekudusan dalam ibadah adalah suatu keharusan
karena Allah kudus dan Dia menghendaki umat-Nya hidup dalam kekudusan
ini.
10
BAB III
TINJAUAN ALKITAB MENGENAI IBADAH
Konsep tentang ibadah adalah suatu konsep yang sangat luas. Di dalam
Alkitab, banyak sekali bentuk-bentuk maupun konsep-konsep ibadah yang
dijelaskan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tetapi satu hal yang
sama adalah bahwa konsep ibadah dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru, adalah berbicara mengenai pelayanan.
11
4. Penjelasan.
Selain tempat ibadah, orang Yahudi memiliki kalender upacara agamawi yang
dianggap penting, yaitu:
1. Hari Raya Paskah (Keluaran 12 : 23-27)
2. Hari Raya Perdamaian (Imamat 16 : 29-34)
3. Hari Raya Pondok Daun dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (Keluaran 12 :
14-20)
12
2. Tinjauan Perjanjian Baru Mengenai Ibadah
25
John Drane, Memahami Perjanjian Baru : Pengantar historis-teologis, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005), hlm 450
13
Di bawah hukum Perjanjian Baru (Hukum Kristus), Allah memberikan hukum
yang sempurna sebagai pedoman (penuntun) dalam ibadah umat manusia yang
menyangkut kehidupan spiritual (hubungan dengan Allah). Perjanjian baru
menyatakan kepada kita dengan jelas bagaimana seharusnya ibadah itu dilakukan.
Yesus berkata bahwa ibadah itu harus dilakukan di dalam kebenaran (Yohanes
4:24). Apabila kita melihat tulisan Yohanes lainnya jelaslah bahwa yang
dimaksud dengan kebenaran adalah sesuai dengan Firman Allah. Karena Yohanes
berkata bahwa Firman Allah adalah kebenaran (Yohanes 17:17); dan kebenaran
itu dapat dimengerti dan akan memerdekakan (Yohanes 8 : 32).26
BAB IV
26
_________,”Ibadah Jemaat – Kebenaran Bagi Dunia” http://kebenaranbagidunia.org/ibadah-
jemaat no.pp.3. online Internet, Accessed August 1, 2016
14
IMPLIKASI AJARAN TEOLOGI IBADAH
15
memberikan jawaban bagi pertanyaan bahkan pernyataan yang mengatakan tidak
diperlukannya ibadah rutin hari minggu ataupun persekutuan doa yang rutin.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya, bahkan ada
semboyan yang mengatakan bahwa “Aku Percaya Maka Aku Beribadah” sikap
ibadah kita menjadi tolak ukur kepercayaan kita kepada Tuhan. Semakin giatnya
kita melakukan kegiatan ibadah maka semakin hidup kita mengalami pengenalan
yang benar akan Allah yang hidup.
Ibadah tidak hanya sekedar elemen-elemen dasar yang ada didalam ataupun
disekitarnya. Ibadah merupakan hubungan antara Manusia yang percaya kepada
Allah dan kepercayaannya dijelaskan dalam bentuk pengajaran-pengajaran yang
benar didalam Ibadah.
Jikalau kita takluk dan gentar kepada Tuhan kita yang hidup, maka arti
keselamatan, arti kehidupan, dan arti Kekekalan sudah dialami saat kita beribadah.
Teologi Ibadah mengarahkan kita untuk mengalami semua arti tersebut.
Saran
Penulis memberikan beberapa saran yang dianggap perlu kepada orang
percaya kepada Hamba Tuhan, kepada gereja antara lain:
1. Kepada orang percaya secara keseluruhan.
Marilah kita mengalami arti ibadah yang benar sebagai tolak ukur
kepercayaan kita kepada Tuhan. Jangan jauhkan hidup orang percaya dari ibadah
karena dalam ibadah kita menjalin praktek hubungan antara Allah dan manusia.
2. Kepada Hamba Tuhan.
Sebagai Hamba Tuhan, Tuhan menuntut kita untuk membawa pengajaran
Teologi Ibadah kepada sisi yang benar sesuai dengan Teologi yang berdasarkan
kepada Firman Tuhan.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan terbatasnya konsep yang
disimpulkan oleh penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Da, Cunha Bosco, Teologi Liturgi Dalam Hidup Gereja, Malang: Dioma, 2004
Kusuma, Surya Adhy, Makna Sebuah Gereja, Ibadah, Dan Iman Kristiani,
Yogyakarta: Gereja Bethany, 2005
Mojau, Julianus & Drewes, B.F., Apa Itu Teologi ?, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007
Von Allemen, Jean-Jacques, Worship: Its theology and practice, _____: Oxford
University Press, 1965
White, F. James, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
18
Internet Akses:
19