Anda di halaman 1dari 12

Sejarah dan latar belakang konflik Israel-

Palestina dari 2000SM – sampai sekarang


14 July 2014 Munzalan Mubarakan Internasional

Sejarah dan latar belakang konflik Israel-Palestina bisa ditarik mundur sejak tahun 2000
SM. Namun dalam sejarah kontemporer, konflik Palestina-Israel dimulai pada tahun 1967
ketika Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).

Perang Sungguh Biadab!


Sekilas tentang konflik Palestina. Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun
ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut
Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi
ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara
faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya
membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.

2000 SM – 1500 SM
Siti Hajar, yang merupakan istri pertama Nabi Ibrahim, memiliki anak bernama Nabi Ismail
yang digelari sebagai bapak bangsa Arab. Sedangkan istri kedua Nabi Ibrahim, yakni Siti
Sarah, mempunyai anak yang bernama Nabi Ishak, yang kemudian mempunyai anak Nabi
Ya’qub alias Israel (Israil, Qur’an).

Anak keturunan Ya’qub disebut Bani Israel yang terdiri dari 7 orang, dimana salah satunya
bernama Nabi Yusuf yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki
kepadanya. Nasibnya yang baik membawa Yusuf ke tanah Mesir dan kemudian menjadi
bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub beserta saudara-saudara Yusuf
bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub) membesar.

1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak
dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh
pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.

1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembarai gurun Sinai menuju
tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah SWT.
Peristiwa selanjutnya dikenal dengan kisah termasyhur tentang perburuan yang dilakukan
pemerintah Mesir terhadap kelompok Musa. Kala itu Nabi Musa mampu membelah lautan
untuk menyeberangi Laut Merah dan mempersilakan umatnya, bangsa Israel, menyeberangi
laut. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka
membandel dan berkata:

“Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang
yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu),
dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS
5:24)

Akibat hal tersebut, Israel diberi hukuman oleh Allah SWT dengan hanya berputar-putar saja
di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa disebut Yahudi; mengikuti
salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda.Lambat
laun akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut
juga orang-orang Yahudi.

1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin.
Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari
tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. (Saat ini masih terdapat sebagian pemeluk Yahudi
tetap memimpikan kembalinya kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud,
dimana gerakan ini dikenal dengan nama Zionisme).

Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud.
Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa
pun dibangun.

922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga
akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota
Samaria dan Selatan bernama Yehuda dengan ibukota Yerusalem.

800 SM – 600 SM
Kerajaan Israel mengalami kehancuran melalui penyerangan kerajaan Asyiria.

“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami
utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan
membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka
dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)

Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja
ke-2 17:18.

600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab
Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem.
Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.

500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.

330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi
terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga
nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.

300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.

1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa
Romawi. Seperti yang bisa kita tebak, gerakan ini lalu menuai masalah. Selain dianggap
subversif oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di
kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada,
justru bangsa Yahudi turut angkat senjata memberontak terhadap Romawi.

100 – 300 M
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi.
Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi.
Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina.
Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-
hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.

313 M
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama
negara.

500 – 600 M
Nabi Muhammad SAW lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi menyebar ke semenanjung
Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian bermigrasi dalam jumlah
besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.

621 M
Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke
masjidil Aqsa di Palestina, yang dilanjutkan perjalanan Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit
lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana
sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram
di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam
sebelum berubah arah ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.

622 M
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya
disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi
penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.

626 M
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) yang berarti melanggar Perjanjian
Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus
menerima hukuman dibunuh atau diusir.

638 M
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab, seluruh warga Palestina dimerdekakan
dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non
Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin
sepenuhnya.

700 – 1000 M
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika, hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa
Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama.

1076 M
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik
(sekte Drusiah yang mengaku Islam namun memiliki ajaran yang justru menyimpang), pada
tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja
Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai kemudian Salahuddin Al-Ayyubi
membebaskannya.

1453 M
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai
berai karena hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah
Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel.

1492 M
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu
saat umat Islam bisa bangkit kembali, maka terjadi pembunuhan, pengusiran, dan
pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi.
Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan
Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust
(pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya.

1500 – 1700 M
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama/gereja dengan
negara), nasionalisme, dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa.
Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India
dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat
kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari
kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel
(Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.

1529 M
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas
reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683
M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu
yakin pada jumlah dan perlengkapannya.

“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit
olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).

1798 M
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di
Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.

1831 M
Untuk mendukung strategi “devide et impera”, Perancis mendukung gerakan nasionalisme
Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah
dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.

1835 M
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi
pertama di sana. Sponsornya adalah milyarder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury,
anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah
Khilafah.

1838 M
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di
Palestina.

1849 M
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di
Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada
tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.

1882 M
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati, dan
kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891 M
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-
besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan”, sehingga
dijuluki “the sick man at Bosporus”. Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul
Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang
jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina!

Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung)
yang telah dipengaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut
dihancurkan.

1897 M
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis
mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah
bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara.

Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara
rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan
tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin.

Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan
penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini
mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat
Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara
Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.

1916 M
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya
Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah
dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris
mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu
untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).

1917 M
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour
memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh
pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun
kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk
menguasai Palestina.

1938 M
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi
kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka
perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung).

Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama
ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi
yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena
menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.

1944 M
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan
orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya
mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.

1947 M
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.

1948, 14 Mei
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap
rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke
Libanon, Yordania, Syria, Mesir, dan lain-lain. Palestine Refugees menjadi tema dunia.
Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan area
yang semula kosong dan terbelakang.

Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para
pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan
Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina
yang telah ditetapkan PBB.

1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang
mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di
bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha
ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup
dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM
dipenjara atau dihukum mati.

1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada
kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu gerakan
Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat
rakyat belum siap.

1964 M
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini
secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak
lagi urusan umat Islam sedunia.

1967 M
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel
berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan
Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya
karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik
USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri
Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama
dia ada di udara.

1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan
mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di
kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.

1969 M
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan
markas di Yordania.

1970 M
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO
dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat
tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan
akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari
puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan
Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar
Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap
berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak.
Akibatnya harga minyak melonjak pesat.

1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.

1977 M
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi
ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel
mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah
politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.

1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu
menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel.
Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel
tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi
versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan
AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto
resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.

1980 M
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang
didudukinya itu resmi sebagai ibukota.

1982 M
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila.
Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB
karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan
serangkaian pengeboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya, dan Tunis.

1987 M
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah
pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS,
suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.

1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara
Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan
Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.

Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan
Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.

1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung
mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu
memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.

1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan
“menikah dengan revolusi Palestina”.

1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak
otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah
untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun
kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir,
Emirat, dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan
“fatwa” untuk mendukung perdamaian.

Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan
Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO
dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.

Yasser Arafat, Yitzak Rabin, dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya
tersebut.

1995 M
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang
Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang
dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib
militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat
Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil
itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab
Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”

1996 M
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti
kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan
perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar
daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru
(pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan
Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.

AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena
lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-
negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab
tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap
Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif”
menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam
rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan
sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.

2002 – 2008 M
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB, dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga
telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang
menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana
Menteri Ariel Sharon.

Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan
seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman
Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara
Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.”

Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim
bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa,
apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan
untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan
situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”

Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud
Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon
yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya,
Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur,
menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti
dengan bangsa Palestina.
Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia
mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan
bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel,
maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung
menyiratkan aksi sepihak.

Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai
lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.

Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah
terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan
Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan
bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur
Gaza tutup.

Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut
adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di
Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-
Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas
dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.

Kalo menurut tanggapan kenny tentang konflik palestina dan israel


adalah
memang ibukota yerusalem itu di israel dan tidak seharusnya palestina
mengakui bahwa itu daerah miliknya dan itu sebenernya daerah yang Tuhan
janjikan bagi orang-orang israel.
Karena negara islam itu tidak tahu bahwa yang sebenernya itu
yerusalem ibukota israel ,sudah tertera di alkitab juga di bagian glosarium

Anda mungkin juga menyukai