Anda di halaman 1dari 162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI


UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON
DI PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,
KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Sesilia

NIM. 121124027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
yang senantiasa membimbing, menuntun, dan menyertai perjalanan penulis
selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Kedua orang tua saya alm. Marinus Yohanes Manor dan Lidya Marasih yang juga
selalu setia mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis, Keluarga dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat khususnya Dinas Pendidikan yang
telah memberikan beasiswa kepada penulis.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur,

tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”.

(Am.17:22)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HIDUP


KRISTIANI UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN
PRODIAKON DI PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,
KALIMANTAN TIMUR”. Skripsi ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis
bahwa prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok kurang mendapatkan
pendampingan spiritualitas. Sebagai petugas liturgi, prodiakon seharusnya
mendapatkan pendampingan secara utuh dan menyeluruh agar dapat bertumbuh
menjadi pribadi yang berwawasan luas, terampil dan khususnya memiliki
spiritualitas yang mendalam agar dapat melaksanakan tugas pelayanannya dengan
baik di tengah keluarga, Gereja, dan masyarakat.

Menanggapi pokok permasalahan tersebut di atas, penulis melakukan studi


pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga
pandangan para ahli mengenai spiritualitas hidup Kristiani. Dan di samping itu,
untuk memperoleh gambaran penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas hidup
Kristiani penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran
kuesioner di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prodiakon di Paroki Kristus Raja


Barong Tongkok telah menghayati spiritualitas hidup Kristiani dengan cukup
baik. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa prodiakon
yang kurang sadar akan pentingnya penghayatan spiritualitas dalam hidup sehari-
hari. Oleh sebab itu, untuk dapat membantu menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya penghayatan spiritualitas hidup Kristiani dan memotivasi prodiakon
agar dapat semakin meningkatkan semangat pelayanan, mereka perlu
mendapatkan pendampingan secara utuh dan menyeluruh. Adapun bentuk
kegiatan pendampingan yang dirasa dapat menjawab kebutuhan prodiakon
tersebut, sebagian besar responden menjawab rekoleksi.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

The title of this thesis is "THE TOTAL SPIRITUALITY


COMPREHENSION OF CHRISTIAN LIFE TO INCREASE THE SPIRIT OF
PRO DEACON’ SERVICE IN KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK
PARISH, EAST KALIMANTAN". This thesis was written based on the writer's
observation that the pro deacon in Kristus Raja Barong Tongkok parish who
lacked of spiritual assistance. Whereas as minister of Christ or liturgical officer,
pro deacons should receive complete counseling and coaching so that they could
become a knowledgeable and skilled pro deacons. Especially, they had deep
spirituality in order to carry out their ministry duty in the family, in the Church
and society.
Responding to the subject matter above, the writer conducted literature
study. The source was based on the bible, church documents, and also experts
point of view on Christian life spirituality. Furthermore, in order to get
perception of the pro deacons’ total spirituality comprehension on Christian life
spirituality, the writer conducted the research by observing and distributing
questionnaires in Kristus Raja Barong Tongkok parish, East Kalimantan.
The results showed that the total spirituality comprehension of the pro
deacons toward Christian life spirituality in Kristus Raja Barong Tongkok
parishwas good. Nevertheless, there were some pro deacons who did not aware of
the importance of the total spirituality comprehension in daily life. In order to
grow awareness of the importance Christian life spirituality and to motivate pro
deacons could increase their service spirit; they required to get complete and
comprehensive assistance. In addition to, the form of mentoring activity that was
perceived to answer the needs of the pro deacons, most respondents answered
recollection.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah membimbing, menerangi, menyertai dan menuntun penulis dengan Roh-Nya

yang Kudus dan Rahmat-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

HIDUP KRISTIANI UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT

PELAYANAN PRODIAKON DI PAROKI KRISTUS RAJA BARONG

TONGKOK-KALIMANTAN TIMUR. Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai

sumbangan bagi Paroki Kristus Raja Barong Tongkok dalam usaha untuk

meningkatkan semangat pelayanan prodiakon. Di samping itu skripsi ini sebagai

salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini dapat terselesaikan berkat

keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan

setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang

membangun. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing

skripsi yang selalu setia dan penuh kesabaran dalam membimbing,

mendampingi, mengembangkan ide, dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. YH. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik

dan dosen penguji II yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta

memberikan masukan sehubungan dengan penulisan skripsi ini.

3. Dr. C. B. Putranto, S.J., selaku dosen penguji III yang telah bersedia menjadi

dosen penguji pada pertanggungjawaban skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah setia

mendampingi, membangikan pengetahuan, dan cinta kasih selama penulis

menjalankan masa studi di kampus.

5. Staf dan karyawan Prodi Pendidikan Agama Katolik yang turut memberikan

perhatian dan dukungan bagi penulis.

6. Romo Paroki Kristus Raja Barong Tongkok Stanislaus Maratmo, MSF, Ketua

Tim Liturgi dan seluruh anggota prodiakon yang mau bekerja sama selama

penulis melakukan penelitian di Paroki.

7. Keluarga yang dengan setia menemani, mendukung, mendanai, mendoakan

dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.

8. Teman-teman angkatan 2012 yang hadir dalam segala keunikan dan ciri

khasnya masing-masing sehingga penulis merasa diperkaya dan diteguhkan

dalam menjalani masa studi.

9. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat khususnya Dinas Pendidikan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi dengan memberikan beasiswa penuh.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

MOTTO .................................................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................ vii

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 6
E. Metode Penulisan .................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 7

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II. SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI DAN RELEVANSINYA


TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON ................... 10
A. Gambaran Spiritualitas Hidup Kristiani ................................................. 11
1. Pengertian Spiritualitas Secara Etimologi ........................................ 11
2. Spiritualitas Dalam Kitab Suci ......................................................... 13
a. Kitab Suci Perjanjian Lama ....................................................... 13
b. Kitab Suci Perjanjian Baru ......................................................... 15
3. Spiritualitas Hidup Kristiani Menurut Para Ahli ............................. 16
4. Bentuk-bentuk Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani .............. 18
1. Dimensi Vertikal ....................................................................... 18
a. Mengembangkan hidup rohani ............................................. 18
a) Kegiatan yang mendukung perkembangan hidup
rohani.............................................................................. 19
1) Berdoa ...................................................................... 19
2) Mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah ....... 20
3) Merayakan Ekaristi .................................................. 21
4) Membangun semangat rekonsiliasi .......................... 22
5) Refleksi .................................................................... 23
6) Berdevosi ................................................................. 23
7) Ambil bagian dalam rekoleksi ................................. 24
b) Sarana dan prasarana pendukung hidup rohani .............. 24
1) Benda-benda Rohani ................................................ 24
2) Gedung gereja .......................................................... 25
3) Tempat ziarah ........................................................... 26
2. Dimensi Horizontal .................................................................... 26
a. Penghayatan Iman yang aktual dan konkret dalam hidup
sehari-hari ............................................................................. 26
5. Tujuan Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani ........................... 28
a. Bersatu dengan Allah dalam Roh............................................... 28
b. Memupuk relasi kasih dengan sesama ....................................... 30
c. Merawat alam ciptaan-Nya ........................................................ 31
B. Gambaran Semangat Pelayanan Prodiakon ........................................... 32

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Dasar Teologis Peran Awam dalam Liturgi Gereja ......................... 32


a. Kaum awam ambil bagian dalam tugas Imamat, Kenabian, dan
Rajawi Kristus ............................................................................ 32
b. Kaum Awam Berliturgi .............................................................. 34
2. Pengertian dan Sejarah Prodiakon ................................................... 35
a. Pengertian Prodiakon ................................................................. 35
b. Sejarah Prodiakon ...................................................................... 36
3. Syarat Menjadi prodiakon ................................................................ 37
4. Tugas Prodiakon .............................................................................. 38
5. Prodiakon Berpenampilan Liturgis .................................................. 38
6. Kompetensi Prodiakon ..................................................................... 39
a. Kompetensi Ambang.................................................................. 39
b. Kompetensi Pembeda ................................................................. 40
c. Kompetensi Inti .......................................................................... 41
7. Semangat Pelayanan Prodiakon ....................................................... 42
a. Makna Semangat dalam Pelayanan ............................................ 42
b. Spiritualitas Pelayanan Prodiakon.............................................. 44
1. Menghadirkan Kristus dalam pelayanan .............................. 44
2. Memuliakan Allah dalam diri sesama .................................. 45
C. Relevansi Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani terhadap
Semangat Pelayanan Prodiakon ............................................................. 46

BAB III. GAMBARAN PENGHAYATAN PRODIAKON TERHADAP


SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI ................................................ 49
A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ...................... 50
1. Letak dan situasi geografis Paroki Kristus Raja Barong Tongkok .. 50
2. Sejarah singkat Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ..................... 51
3. Situasi Umat Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ........................ 54
a. Mata Pencaharian dan Segi Ekonomi Umat .............................. 54
b. Segi Pendidikan Umat ................................................................ 54
c. Segi Kebudayaan Umat .............................................................. 55
4. Karya Pastoral Paroki Kristus Raja Barong Tongkok...................... 55

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Karya Pastoral Ekonomi ............................................................ 56


b. Karya Pastoral Kerohanian ........................................................ 56
c. Karya Pastoral Kesehatan .......................................................... 57
d. Karya Pastoral Pendidikan ......................................................... 57
5. Gambaran Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ........... 58
a. Situasi Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ........... 58
b. Program Kerja Prodiakon Paroki Kristus Raja
Barong Tongkok ........................................................................ 59
c. Macam-macam pelayanan Prodiakon Paroki Kristus Raja
Barong Tongkok yang mendukung perkembangan
hidup rohani ............................................................................... 59

B. Penelitian Tentang Penghayatan Prodiakon Terhadap Spiritualitas


Hidup Kristiani ...................................................................................... 60
1. Desain Penelitian .............................................................................. 60
a. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 60
b. Tujuan Penelitian ....................................................................... 62
c. Jenis Penelitian ........................................................................... 62
d. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 63
e. Responden Penelitian ................................................................. 63
f. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 64
g. Variabel yang diteliti dan Kisi-kisi penelitian ........................... 64
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ...................................... 65
a. Identitas Responden ................................................................... 67
b. Penghayatan Prodiakon Terhadap Spiritualitas Hidup
Kristiani ...................................................................................... 69
c. Faktor pendukung dan penghambat dalam menghayati
spiritualitas hidup Kristiani ........................................................ 82
d. Harapan Prodiakon dan Usaha Paroki untuk meningkatkan
semangat pelayanan Prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong
Tongkok. .................................................................................... 86
3. Pendalaman lebih lanjut terhadap hasil penelitian menurut
masing-masing variabel ................................................................... 89
a. Identitas responden..................................................................... 89
b. Penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas hidup
Kristiani ...................................................................................... 90
c. Faktor pendukung dan penghambat dalam menghayati
spiritualitas hidup Kristiani ........................................................ 96

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1) Faktor Pendukung ................................................................ 96


2) Faktor Penghambat............................................................... 96
d. Harapan Prodiakon dan Usaha yang perlu dilakukan Paroki untuk
meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus
Raja Barong Tongkok ................................................................... 97
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................ 98

BAB IV. USAHA MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN


PRODIAKON DI PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK,
KALIMANTAN TIMUR ..................................................................... 101
A. Pemikiran dasar rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan
semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja
Barong Tongkok .................................................................................. 102
B. Rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan semangat pelayanan
prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok ............................. 103
1. Latar Belakang Kegiatan Rekoleksi Prodiakon ............................. 103
2. Tema dan Tujuan Rekoleksi .......................................................... 104
3. Peserta ............................................................................................ 105
4. Tempat dan waktu pelaksanaan ..................................................... 105
5. Matrik kegiatan rekoleksi............................................................... 106
6. Contoh persiapan rekoleksi ............................................................ 108
a) Tema rekoleksi ......................................................................... 108
b) Tujuan rekoleksi ....................................................................... 108
c) Susunan acara ........................................................................... 108
d) Pelaksanaan rekoleksi .............................................................. 110

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 116


A. Kesimpulan .......................................................................................... 116
B. Saran ..................................................................................................... 117
1. Pastor Paroki dan DPP ................................................................... 118
2. Prodiakon ....................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 119

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ........................................... (1)
Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian ....................................... (2)
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian............................................................... (3)
Lampiran 4 : SK Pengangkatan Prodiakon ............................................... (14)
Lampiran 5 : SK DPP Paroki Kritus Raja Barong Tongkok ...................... (15)
Lampiran 6 : Materi Rekoleksi ................................................................. (18)

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi penelitian .................................................................................. 65


Tabel 2: Identitas Responden ................................................................................ 67
Tabel 3: Penghayatan Prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani ............... 69
Tabel 4: Faktor pendukung dan penghambat ........................................................ 82
Tabel 5: Harapan prodiakon dan usaha paroki untuk meningkatkan semangat
pelayanan prodiakon ................................................................................ 86
Tabel 6: Matrik kegiatan prodiakon .................................................................... 105
Tabel 7: Jadwal kegiatan rekoleksi prodiakon Paroki Kristus Raja Barong
Tongkok ................................................................................................. 107
Tabel 8: Pelaksanaan Rekoleksi .......................................................................... 109

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang

terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2008) yang diterbitkan

Lembaga Alkitab Indonesia.

Am : Amsal

Ef : Efesus

Ibr : Ibrani

Im : Imamat

Kej : Kejadian

Kol : Kolose

Kor : Korintus

Mat : Matius

Rm : Roma

Tim : Timotius

Ul : Ulangan

Yeh : Yehezkiel

Yoh : Yohanes

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem. Dekrit Konsili Vatikan II

tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November 1965.

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II

tentang Gereja. Tanggal 21 November 1964.

PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi. Komisi Liturgi

Konferensi Wali Gereja Indonesia 22 Maret 2002.

SC : Sacrosantum Concilium. Konstitusi Dogmatis Konsili

Vatikan II tentang Liturgi Suci. Tanggal 10 November

1990.

C. Singkatan lainnya

DPP : Dewan Pastoral Paroki

KASRI : Keuskupan Agung Samarinda

MSF : Missionariorum a Sacra Familia

OFM Cap : Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum

PKRBT : Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PTT : Pegawai Tidak Tetap

SK : Surat Keputusan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menegah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

D3 : Diploma Tiga

S1 : Sarjana Strata Satu

xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini kaum awam tidak sekedar menjadi penerima rahmat melalui

pelayanan hierarki, namun ikut berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam hidup

menggereja. Kaum awam sesuai dengan panggilannya masing-masing ikut ambil

bagian dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Pernyataan ini

diperkuat oleh Dokumen Konsili Vatikan II, yang mengingatkan bahwa :

Kaum awam Kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota tubuh
Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut
mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus dan dengan
demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan
segenap umat kristiani (LG art. 31).

Berdasarkan kutipan dokumen Gereja di atas, dapat dikatakan berkat

baptisan seluruh umat Kristiani termasuk awam dipersatukan menjadi anggota

Tubuh Kristus dan terhimpun menjadi umat Allah yang kudus. Meskipun sebagai

awan mereka juga ikut mengemban tugas dan ambil bagian dalam karya imamat,

kenabian dan rajawi Kristus sesuai dengan cara dan kemampuan mereka masing-

masing. Salah satu bentuk partisipasi atau keterlibatan awam dalam tugas imamat,

kenabian dan rajawi Kristus yaitu menjadi prodiakon.

Martasudjita (2010: 9) mengatakan prodiakon adalah petugas ibadat-kaum

awam yang diangkat oleh Uskup melalui Surat Keputusan untuk tempat dan

jangka waktu tertentu serta tugas tertentu. Dengan diangkat oleh Uskup melalui

Surat Keputusan untuk membantu pelaksanaan imamat Pastor Paroki di tempat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tertentu dan selama jangka waktu tertentu, prodiakon tidak menjadi klerus atau

anggota hierarki yang mengucapkan kaul kekal, melainkan tetap menjadi awam.

Prodiakon adalah awam, orang Kristiani, warga Umat Allah, anggota Gereja, yang

tidak termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja (bdk.

LG art. 31).

Prodiakon tidak termasuk dalam golongan tertahbis, melainkan awam

biasa yang dipercayakan untuk menjalankan tugas sebagai asisten imam atau

asisten pastoral. Prodiakon menjadi asisten imam artinya meringankan tugas

imam dalam hal yang boleh dilimpahkan kepada mereka menurut hukum Gereja.

Sedangkan asisten pastoral artinya prodiakon dapat melakukan karya pelayanan

tidak lazim (luar biasa) berdasarkan instruksi dari pastor paroki. Umat atau awam

yang terpilih menjadi prodiakon memiliki wewenang yang meliputi: memimpin

Ibadat Sabda, memberikan khotbah atau homili, Ibadat Sakramentali, devosional

dan mempimpin doa yang dilakukan awam, seperti: doa syukur, midodareni,

mitoni, peringatan arwah, dan lain sebagainya. Prodiakon juga memiliki tugas

pokok, yaitu: membantu menerimakan Komuni di dalam dan di luar Perayaan

Ekaristi, Perayaan Sabda hari Minggu dan mengirim Komuni kepada orang sakit

dan di penjara. Berdasarkan wewenang dan tugas tersebut, prodiakon secara

langsung membantu imam dalam praksis berkatekese agar umat semakin

diteguhkan dalam iman dan mengalami perjumpan dengan Allah.

Panggilan menjadi prodiakon tidak sekedar meringkankan tugas imam. Ia

juga diharapkan mampu menjadi teladan hidup bagi keluarga, umat dan

masyarakat khusus dalam hal hidup beriman. Maka dari itu, prodiakon perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membangun kesadaran akan pentingnya penghayatan spiritualitas dalam hidup

sehari-hari yang bertujuan membantu mereka agar dapat mengalami perjumpaan

dengan Allah secara lebih mendalam, hidup yang dijiwai oleh semangat Roh, dan

menjadi pribadi yang penuh kasih.

Dalam tradisi Gereja Katolik ada banyak jenis spiritualitas yang dapat

dihidupi dan dihayati oleh umat beriman, salah satunya spiritualitas hidup

Kristiani. Thomas Raush (2010: 278) mengatakan spiritualitas hidup Kristiani

menunjuk hidup rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk semakin mengimani

dan mencintai Tuhan Yesus Kristus secara total. Yesus Kristus menjadi pusat

kehidupan umat beriman Kristiani, maka dari itu sebagai pengikut Kristus tidak

cukup hanya mengenal identitas Yesus, melainkan dituntut pula untuk dapat

melibatkan diri secara pribadi, total dan utuh dengan cita-cita dan semangat hidup

Yesus Kristus.

Spiritualitas hidup Kristiani juga mendorong umat beriman agar dapat

semakin berkembang dalam iman, harapan, dan kasih. Inti dari spiritualitas adalah

hubungan pribadi dengan Allah dalam Roh Kudus dengan perantaraan Kristus

yang wujud dan buahnya adalah agape. Agape adalah kasih yang murni tanpa

pamrih dan hanya demi kebaikan dan kesejahteraan pihak yang dikasihi

(Mangunhardjana, 2013: 46).

Selain itu, Mangunhardjana (2013: 42-44) mengungkapkan spiritualitas

juga berarti program pembinaan spiritual atau rohani yang berguna untuk

mengembangkan hidup spiritual. Tujuan program pembinaan spiritual adalah

membantu peserta agar melalui latihan-latihan khusus mereka dapat mencapai tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hal. Pertama menjadi cakap untuk menjalankan kegiatan-kegiatan spiritual berupa

doa, renungan, ziarah, matiraga dan puasa. Kedua mengarahkan hidup umat

beriman agar senantiasa dijiwai oleh semangat Roh Kudus. Ketiga menjadi

manusia spiritual artinya bertindak berdasarkan prinsip spiritual memuliakan

Tuhan, ikut bekerja bersama-Nya untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah

dunia berupa keselamatan, kebaikan, kesejahteraan hidup dan melaksanakan

kehendak-Nya (bdk. Mat. 6:9-10). Maka dari itu, pendampingan spiritualitas

sangat perlu dilakukan untuk membantu umat Kristiani khususnya prodiakon agar

dapat tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dalam iman, bijaksana, dan semangat

dalam melayani.

Berdasarkan pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok mengalami perkembangan yang positif dalam

pelayanan pastoral dibuktikan dengan dibentuknya Dewan Pastoral Paroki yang di

dalamnya terdiri dari seksi liturgi, pewartaan, pengembangan sosial ekonomi,

kerasulan keluarga, panggilan, kepemudaan, pemberdayaan perempuan/rumah

tangga paroki, rukun kematian, dan kerasulan anak dan remaja. Selain

dibentuknya DPP, Pastor Paroki juga memberikan kesempatan dan peluang

kepada umat untuk terlibat dalam hidup menggereja salah satunya menjadi

prodiakon. Berdasarkan SK No. 129/ KASRI/ XII/ 2015 Mgr. Yustinus

Harjosusanto MSF mengangkat 50 orang umat perwakilan dari stasi dan

lingkungan menjadi Prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

Banyaknya anggota prodiakon bukan menjadi jaminan akan terciptanya

pelayanan yang optimal jika tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

manusianya. Maka paroki perlu mengupayakan suatu pendampingan untuk dapat

meningkatkan kualitas prodiakon secara utuh dan menyeluruh. Pendampingan

yang dimaksud tidak terbatas pada segi pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga

perlu memperhatikan pendampingan yang berkaitan dengan hidup rohani agar

keseluruhan hidup dan pelayanan prodiakon sungguh dapat memancarkan kasih

Allah.

Dari hasil pengamatan, penulis menemukan bahwa prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok masih kurang mendapatkan pendampingan dari

pastor paroki, khususnya pendampingan spiritualitas atau hidup rohani. Padahal

pendampingan tersebut dapat membantu prodiakon agar dapat semakin bertumbuh

dan berbuah dalam Roh, memotivasi dan menumbuhkan semangat pelayanan

yang penuh kasih, dan meneguhkan panggilan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin memberikan

sumbangan pemikiran dan gagasan melalui penulisan skripsi ini dengan judul

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI UNTUK

MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON DI PAROKI

KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK, KALIMANTAN TIMUR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas hidup Kristiani dan relevansinya

terhadap semangat pelayanan Prodiakon?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Seberapa mendalam Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok telah

menghayati spiritualitas hidup Kristiani?

3. Apa yang perlu dilakukan Paroki Kristus Raja Barong Tongkok untuk

meningkatkan semangat pelayanan Prodiakon?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis jabarkan di atas, maka

tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk menggambarkan dan menjelaskan yang dimaksud dengan spiritualitas

hidup Kristiani dan relevansinya terhadap semangat pelayanan Prodiakon.

2. Untuk mengetahui seberapa mendalam Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok telah menghayati spiritualitas hidup Kristiani.

3. Untuk mengetahui harapan prodiakon dan usaha yang perlu dilakukan Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok agar dapat memotivasi dan meningkat semangat

pelayanan Prodiakon.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Memberikan masukan kepada pastor paroki selaku pemimpin umat dan juga

prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok akan pentingnya

pembinaan spiritualitas atau pendampingan hidup rohani.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis terkait pentingnya penghayatan

spiritualitas dalam hidup sehari-hari.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Memberikan sumbangan kegiatan berupa rekoleksi untuk meningkatkan

semangat pelayanan Prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

E. Metode Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif analistis, yaitu

menerangkan pengertian spiritualitas hidup Kristiani dan relevansinya terhadap

semangat pelayanan Prodiakon. Sedangkan dalam analistis, penulis akan

mengungkapkan kenyataan yang terjadi melalui penelitian mengenai penghayatan

prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani. Setelah itu penulis

menyampaikan usulan kegiatan sebagai tindaklanjut untuk meningkatkan

semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

F. Sistematika Penulisan

Bab I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II menguraikan kajian pustaka mengenai spiritualitas hidup Kristiani

dan relevansinya terhadap semangat pelayanan Prodiakon, yang dibagi menjadi 3

pokok bahasan. Pokok bahasan pertama, yaitu gambaran spiritualitas hidup

Kristiani, meliputi: pengertian spiritualitas secara etimologi, spiritualitas dalam

Kitab Suci, spiritualitas hidup Kristiani menurut para ahli, bentuk-bentuk

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani, dan tujuan penghayatan spiritualitas

hidup Kristiani. Pokok bahasan kedua, yaitu gambaran semangat pelayanan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

prodiakon yang meliputi: dasar teologis peran awam dalam liturgi Gereja,

pengertian dan sejarah prodiakon, syarat menjadi prodiakon, tugas prodiakon,

prodiakon berpenampilan liturgis, kompetensi prodiakon, dan semangat pelayanan

prodiakon. Pokok bahasan ketiga, yaitu relevansi penghayatan spiritualitas hidup

Kristiani terhadap semangat pelayanan prodiakon.

Bab III berisi uraian tentang gambaran penghayatan prodiakon terhadap

spiritualitas hidup Kristiani, yang dibagi menjadi 2 pokok bahasan. Pokok

bahasan pertama, yaitu gambaran umum Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

Pokok bahasan pertama ini meliputi: letak dan situasi geografis Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok, sejarah singkat Paroki Kristus Raja Barong Tongkok,

situasi umat, karya pastoral, dan gambaran Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok. Pokok bahasan kedua, yaitu penelitian tentang penghayatan prodiakon

terhadap spiritualitas hidup Kristiani. Pokok bahasan kedua ini meliputi: desain

penelitian, laporan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil

penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV berisi tindak lanjut terhadap hasil penelitian berupa sumbangan

pemikiran melalui kegiatan rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan

semangat pelayanan Prodiakon. Pada bab ini penulis membaginya dalam dua

pokok bahasan. Pokok bahasan pertama, yaitu pemikiran dasar rekoleksi sebagai

usaha untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok, Kalimantan Timur. Pokok bahasan kedua, yaitu rekoleksi

sebagai usaha untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan karya tulis ini. Pada bab V

penulis membaginya menjadi dua pokok bahasan. Pokok bahasan pertama berisi

tentang kesimpulan. Pokok bahasan kedua berisi tentang saran bagi pihak yang

terkait dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI DAN RELEVANSINYA
TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan kajian pustaka mengenai

spiritualitas hidup Kristiani dan relevasinya terhadap semangat pelayanan

prodiakon. Adapun pokok permasalahan yang diangkat dalam bab II ini adalah

apa yang dimaksud dengan spiritualitas hidup Kristiani dan relevansinya terhadap

semangat pelayanan prodiakon.

Pada bab II ini, penulis membagikannya ke dalam tiga pokok bahasan.

Pokok bahasan pertama menjelaskan tentang spiritualitas hidup Kristiani yang

meliputi: pengertian spiritualitas secara etimologi, spiritualitas menurut Kitab

Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, spiritualitas hidup Kristiani menurut

para ahli, bentuk-bentuk penghayatan spiritualitas hidup Kristiani, dan tujuan

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani. Pokok bahasan kedua menjelaskan

tentang semangat pelayanan prodiakon yang meliputi: dasar teologis peran awam

dalam liturgi Gereja, pengertian dan sejarah prodiakon, syarat menjadi prodiakon,

tugas prodiakon, prodiakon berpenampilan liturgis, kompetensi prodiakon, dan

semangat pelayanan prodiakon. Pokok bahasan ketiga menjelaskan tentang

relevansi penghayatan spiritualitas hidup Kristiani terhadap semangat pelayanan

prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

A. Gambaran Spiritualitas Hidup Kristiani

1. Pengertian Spiritualitas Secara Etimologi

Spiritualitas berasal dari kata Latin “spiritus” yang berarti roh, jiwa,

semangat. Menurut Heryatno (2008: 29) spiritualitas adalah hidup menurut

bimbingan Roh atau hidup di dalam Roh. Spiritualitas mencakup empat kegiatan,

yaitu hidup doa atau hidup rohani, penghayatan iman secara aktual dan konkret

dalam hidup sehari-hari, kegiatan hidup yang mengarah kepada kebaikan, dan segi

sosial politis. Lebih lanjut Heryatno (2008: 30) mengatakan spiritualitas

mencakup api, semangat dan sikap dasar, serta cara hidup yang mengantar orang

kepada kepenuhan hidupnya.

Menurut perspektif Piedmont (1999: 988) manusia menyadari kefanaan

yang ada di dalam dirinya. Manusia berusaha membangun hasrat dan makna

untuk mencapai tujuan hidup. Secara eksplisit, Piedmont memandang spiritualitas

sebagai rangkaian karakteristik motivasional (motivational trait), kekuatan

emosional umum yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah

laku individu. Selain itu, Piedmont (2001: 5-7) mendefinisikan spiritualitas

sebagai usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan

pemaknaan pribadi adanya kematian (mortality) dan dalam konteks kehidupan

setelah kematian (eschatological). Manusia akan mencoba sekuat tenaga untuk

membangun pemahaman akan tujuan dan makna hidup yang sedang dijalaninya.

Pandangan lainnya mengenai spiritualitas, menurut Rosito (2010: 37)

spiritualitas meliputi upaya pencarian, menemukan dan memelihara sesuatu yang

bermakna dalam kehidupannya. Pemahaman akan makna ini mendorong emosi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

positif dalam proses mencari, menemukan dan mempertahankannya. Upaya yang

kuat untuk mencarinya akan menghadirkan dorongan (courage) yang meliputi

kemauan untuk mencapai tujuan walaupun menghadapi berbagai macam

rintangan. Dorongan (courage) mencakup kekuatan karakter keberanian

(bravery), kegigihan (persistence), dan semangat (zest). Apabila sesuatu yang

bermakna tersebut ditemukan, maka karakter dalam dirinya akan semakin kuat

terutama dalam proses menjaga dan mempertahankannya. Maka dari itu,

seseorang yang mampu memaknai hidupnya akan semakin efektif dan bahagia

dalam menjalani kehidupan.

Sedangkan menurut Mangunhardjana (2005: 64-65) dengan menghayati

spiritualitas orang yang beragama menjadi orang spiritual, yaitu menghayati Roh

Allah dalam hidup nyata sehari-hari sesuai dengan panggilan dan peran hidupnya

masing-masing. Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kekuatan atau Roh

yang memberi daya kekuatan kepada seseorang atau kelompuk untuk

mempertahankan, mengembangkan, dan mewujudkan kehidupan.

Lebih lanjut, Mangunhardjana (2013: 42-43) mengatakan spiritualitas

merupakan suatu program pelatihan spiritual yang mencakup latihan rohani untuk

mengembangkan hidup spiritual. Melalui latihan rohani, daya-daya yang ada

dalam diri manusia meliputi panca indra, naluri, ingatan, imajinasi, emosi, dan

afeksi dilatih agar dapat didayagunakan dengan baik sehingga mampu membentuk

pribadi yang berkembang secara dinamis dalam kehidupan rohani maupun

kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disampaikan pengertian spiritualitas

sangat beragam namun memiliki tujuan yang sama yaitu mendorong,

mengarahkan, menggerakkan, dan memotivasi umat beriman khususnya

prodiakon agar keseluruhan hidupnya senatiasa dijiwai oleh semangat Roh Kudus.

Hidup yang dijiwai oleh semangat Roh Kudus akan menghasilkan pelayanan yang

bercirikan buah-buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

2. Spiritualitas dalam Kitab Suci

Dalam penjelasan sebelumnya, dijelaskan spiritualitas berasal dari kata

Latin spiritus yang berarti roh, jiwa dan semangat. Dalam penjelasan selanjutnya,

penulis ingin menggali lebih dalam makna spiritus atau roh yang ada dalam Kitab

Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

a. Kitab Suci Perjanjian Lama

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama kata roh sering muncul sebagai ruah.

Kata ruah memiliki arti: angin atau hembusan. Istilah ruah ditekankan pada pusat

hidup manusia, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dalam Perjanjian

Lama ruah yang dikenakan pada manusia tidak boleh ditafsirkan sebagai „bagian‟,

melainkan dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan Tuhan. Manusia

dapat hidup berkat hembusan nafas yang ditiupkan oleh Allah (Go, 1990: 17).

Roh merupakan ungkapan dinamika daya Ilahi yang mempengaruhi

ciptaan. Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang

hidup (lih. Kej. 2:7). Roh mengungkapkan kekuatan Ilahi dan kehadiran Allah

yang penuh daya di tengah umat-Nya, seperti yang tertulis dalam Kitab

Yehezkiel:

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan


kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku
akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh
yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati
yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan
Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup
menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-
peraturan-Ku dan melakukannya (Yeh. 36:25-27).

Berdasarkan kutipan ayat Kitab Suci di atas, air jernih melambangkan

pembaptisan atau disucikan kembali. Melalui pembaptisan manusia disucikan dari

segala noda dosa, dimurnikan kembali dan diberikan hati yang baru. Bekat

pembaptisan pula, Allah menganugerahkan roh-Nya untuk tinggal di dalam batin

manusia, menjauhkan hati yang keras dan memberikan hati yang taat. Roh Allah

yang tinggal di dalam batin manusia menjadi daya kekuatan untuk menjalankan

dan melaksakan perintah Allah. Roh Allah mengarahkan hidup manusia menjadi

lebih bersemangat dan teguh dalam iman.

Dengan demikian, dapat disampaikan spiritualitas dalam Kitab Suci

Perjanjian Lama adalah ruah, yaitu Roh Allah yang menggerakkan, memanggil,

menjiwai, menuntun, dan mengantar manusia kepada kepenuhan panggilan dan

perutusan. Manusia yang digerakkan oleh Roh Allah akan diberikan kemampuan

dan kekuatan untuk menjalankan perutusan dan panggilan hidup.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

b. Kitab Suci Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru kata roh muncul dengan istilah parakletos dan

berasal dari kata dasar parakaleo yang berarti menghibur atau meneguhkan. Allah

mengutus Roh-Nya yang Kudus untuk menyertai, mengibur dan meneguhkan

iman para murid dan memampukan mereka menjadi saksi Kristus. Seperti yang

tertulis dalam Injil Yohanes:

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama


dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah
Kukatakan kepadamu (Yoh. 14:25-26).

Berdasarkan kutipan Injil Yohanes di atas, Yesus menyadari perutusan-

Nya di dunia akan segera berakhir, Ia meminta kepada Allah untuk mengutus Roh

Penghibur yaitu Roh Allah sendiri agar senantiasa menyertai dan mendampingi

para murid. Roh Penghibur memiliki dua peran, yaitu mengajarkan segala sesuatu

kepada para murid dan mengingatkan mereka apa yang telah diajarkan Yesus.

Roh penghibur menjadi kehadiran baru Yesus di tengah para murid untuk

menguatkan dan meneguhkan kehidupan rohani mereka (Eka Riyadi, 2011: 332-

333).

Dari penjelesan di atas, dapat disampaikan spiritualitas dalam Kitab Suci

Perjanjian Baru adalah parakletos, yaitu Roh Kudus yang diutus Allah untuk

menyertai para murid dalam tugas perutusannya. Roh Kudus menjadi daya

kekuatan yang menggerakkan, mendorong, memotivasi, menyemangati,

meneguhkan, melindungi, membimbing, menuntun para murid untuk tetap setia

menjadi pengikut-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

3. Spiritualitas Hidup Kristiani Menurut Para Ahli

Menurut Thomas Rausch (2010: 278) hidup Kristiani adalah suatu cara

hidup yang diajarkan dan diwariskan oleh Yesus Kristus, Putera Allah, kepada

para pengikut-Nya. Hidup Kristiani berarti hidup di dalam Kristus. Seperti doa

Kristiani, hidup Kristiani merupakan gerakan menuju kepada Allah melalui

Kristus dalam Roh. Di masa lampau spiritualitas kerap dipandang sebagai hal

yang berhubungan dengan hidup rohani para rahib dan biarawati sebagai “hidup

batin”.

Sedangkan Jordan Aumann (1985: 22-34) mengungkapkan spiritualitas

hidup Kristiani dalam Tradisi Katolik, antara lain: pertama, spiritualitas hidup

Kristiani adalah bersifat kristosentris (christocentric). Seluruh corak dan cara

hidup Kristus menjadi pusat kehidupan umat Kristiani. Kedua, spiritualitas hidup

Kristiani adalah eskatologi (eschatological), yaitu umat Kristiani menyakini

adanya kehidupan setelah kematian yaitu hidup kekal. Untuk sampai kepada hidup

yang kekal, umat Kristiani perlu menanggapi rahmat dan cinta kasih Allah yang

terwujud dalam pribadi Yesus Kristus. Ketiga, spiritualitas hidup Kristiani adalah

asketisme (asceticism), yaitu ajaran-ajaran yang berkaitan dengan latihan atau

praktek hidup rohani. Melalui askese umat Kristiani diarahkan untuk sejenak

meninggalkan kesibukan pribadi dan hening bersama Tuhan. Keempat,

spiritualitas hidup Kristiani adalah liturgi (liturgical), yaitu berkaitan dengan

kegiatan peribadatan. Ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan umat

Kristiani yang dirayakan dalam kegiatan peribadatan. Kelima, spiritualitas hidup

Kristiani adalah komunal (communal), yaitu membangun kehidupan bersama


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

adalah elemen penting dari kehidupan Gereja. Ekaristi yang dirayakan dalam

kegiatan liturgi berdampak pada pembangunan kehidupan bersama seluruh umat

Kristiani.

Selain itu, Thomas Michel (2001: 125) mengatakan spiritualitas hidup

Kristiani adalah suatu kesadaran menanggapi Allah yang mencakup dua dimensi

yakni dimensi vertikal dan horizontal, dari keduanya tidak boleh ada yang kurang

dalam penghayatan hidup Kristiani yang diintegrasikan secara penuh. Dimensi

vertikal (personal) adalah menyangkut hubungan atau relasi manusia dengan

Allah. Sedangkan dimensi horizontal (sosial) adalah menyangkut relasi manusia

dengan sesama, alam sekitar dan tanggungjawab terhadap kehidupan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan spiritualitas hidup

Kristiani menjadi sarana atau jalan bagi umat beriman untuk dapat semakin

mengenal dan mengimani Yesus Kristus. Seluruh corak dan cara hidup Kristus

menjadi pusat kehidupan umat beriman Kristiani (christocentric). Spiritualitas

hidup Kristiani mendorong umat beriman Kristiani agar dapat membangun hidup

spiritual yang mendalam sebagai jalan untuk menuju kehidup yang kekal

(eschatological).

Dalam dimensi vertikal, spiritualitas hidup Kristiani menuntun dan

mengarahkan umat Kristiani agar dapat membangun hidup spiritual yang

mendalam melalui latihan rohani (asceticism) Latihan rohani dapat membantu

menumbuhkan rasa kecintaan, kesadaran, dan kecakapan akan pentingnya

penghayatan hidup rohani, dan mengarahkan umat beriman agar senantiasa hidup

dalam semangat Roh dan bersatu dengan Allah melalui kegiatan peribadatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

(liturgical). Sedangkan dalam dimensi horizontal, spiritualitas hidup Kristiani

menggerakkan umat beriman Kristiani untuk ambil bagian membangun kehidupan

bersama sebagai bentuk kesatuan umat Allah dalam tubuh Kristus sebagai Gereja

komunal.

4. Bentuk-bentuk Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani

Mengacu pada pandangan Thomas Michel (2001: 125) spiritualitas hidup

Kristiani merupakan kesadaran untuk menanggapi Allah yang mencakup dua

dimensi, yaitu verikal dan horizontal yang keduanya diintegrasikan secara penuh

dalam hidup sehari hari. Dimensi vertikal merupakan kewajiban dan

tanggungjawab umat beriman yang diwujudkan dalam kegiatan peribadatan/hidup

rohani. Sedangkan dimensi horizontal merupakan bentuk konkret dari

penghayatan iman dalam hidup sehari-hari. Berikut ini akan penulis uraikan

bentuk-bentuk penghayatan spiritualitas hidup Kristiani berdasarkan dimensi

vertikal dan horizontal.

1. Dimensi Vertikal

a. Mengembangkan Hidup Rohani

Kata rohani berasal dari kata ibrani ruah yang berarti nafas. Hidup

manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga manusia disebut juga

sebagai mahkluk rohani. Mahkluk rohani berarti manusia berhubungan dengan

Yang Ilahi dan menyadari kehadiran-Nya dalam hidup. Manusia dipanggil untuk

mengenal Allah yang senantiasa hadir dalam batin (Heuken, 2002: 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Hidup rohani juga menyangkut “roh” (spirit). Sedangkan aspek rohani

menyangkut segala sesuatu yang bersifat immaterial dan tak terlihat secara fisik,

karena itu kehidupan rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara

keseluruhan terhadap Tuhan (Hidya Tjahya, 2011: 60).

Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus mengemukakan

bahwa manusia rohani digambarkan sebagai orang yang menerima roh yang

berasal dari Allah. Roh ini adalah tenaga aktif Allah yang bekerja dan berkarya

dalam diri umat beriman. Roh Allah yang Kudus membimbing umat untuk

mengetahui hal-hal rohani. Orang yang tidak memiliki roh Allah disebut manusia

jasmani, yang menganggap hal-hal rohani sebagai kebodohan (1Kor 2:12-15).

Roh mendorong orang beriman Kristiani untuk senantiasa bertumbuh

menjadi pribadi yang semakin rohani. Proses kehidupan manusia akan terus

berlangsung hingga pada akhirnya nanti meninggalkan dunia ini dan menuju ke

hidup yang kekal. Hidup rohani manusia bersifat pribadi dan unik, namun terdapat

persamaan yaitu rahmat panggilan, cita-cita rohani dan bakat-bakat kodrati yang

merupakan dasar kemanusiaan. Untuk dapat senantiasa bertumbuh menjadi

pribadi yang rohani, prodiakon perlu mengembangkan hidup rohani dengan

mengikuti kegiatan yang mendukung perkembangan hidup rohani baik secara

pribadi maupun komunitas.

a) Kegiatan yang mendukung perkembangan hidup rohani

1) Berdoa

Heuken (1997: 7) mengatakan doa adalah hubungan seseorang dengan

Allah. Berdoa berarti berkomunikasi dengan Tuhan secara verbal maupun secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

batiniah. Sedangkan Jacobs (2004: 23-24) mengatakan doa adalah pengungkapan

iman yang di dalamnnya mengandung kekhasan bahasa yang diungkapkan oleh

seseorang.

Pandangan lainnya tentang berdoa, Rex. A Pai (2003: 13-15) mengatakan

doa adalah sebuah relasi, jawaban terhadap kehidupan, keterbukaan, kekuatan

yang tersembunyi, sebuah pujian, mengampuni, keheningan, sebuah cara hidup.

Sedangkan berdoa adalah bersyukur, mendengarkan, meminta,

mempersembahkan sesuatu, menghargai dan menghormati, menjadi pengantar

bagi orang lain, menyerukan nama-Nya dan mengarahkan pandangan kepada

Allah.

2) Mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah

Joko Suyanto (2006: 94) mengatakan Kitab Suci adalah Sabda Allah yang

inspirasinya datang dari Roh Kudus. Allah membimbing para penulis untuk

menuliskan apa yang menjadi kehendak Allah yaitu menyelamatkan umat

manusia. Tindakan penyelamatan Allah memuncak dalam diri Yesus Kristus,

Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia.

Lebih lanjut, Suyanto (2006: 97) mengatakan Kitab Suci sebagai Sabda

Allah menjadi kekuatan iman, santapan jiwa, dan sebagai sarana untuk memupuk

hidup rohani. Dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci dapat membantu

menerangi akal budi, meneguhkan kehendak, dan mengobarkan semangat dalam

diri untuk mengasihi Allah dan sesama manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Akhirnya, Suyanto (2006: 98-99) menyimpulkan dua sikap yang perlu

diperhatikan oleh umat beriman Kristiani dalam menanggapi Sabda Allah, yaitu

mendengarkan dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Mendengarkan

Sabda Allah berarti mengalami kehadiran Allah dan mengantar umat beriman

kepada pertobatan. Sedangkan melaksanakan Sabda Allah, berarti ikut

memperjuangkan keadilan, mengasihi sesama, dan menjadi pewarta Kabar

Gembira.

3) Merayakan Ekaristi

Ekaristi menampilkan dunia yang dipenuhi dengan anugerah Allah. Allah

Sang Pencipta membagikan kelimpahan anugerah kasih yang dilambangkan

dengan roti dan anggur. Roh Kudus tidak hanya mengubah roti dan anggur

menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ia juga mengubah keringat, air mata, jerih lelah

perjuangan kita menjadi roti kehidupan dan minuman keselamatan. Roti dan

anggur yang digunakan dalam perayaan Ekaristi mengajak kita untuk

menyebarkan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan alam raya ini sebagai segi

yang amat penting dalam spiritualitas Kristiani dan kemuridan Kristiani (Suharyo,

2011: 65-66).

Selain itu, Madya Utama (2014: 4-5) mengatakan perayaan Ekaristi tidak

boleh berhenti hanya pada meja perjamuan, melainkan mendorong umat Kristiani

untuk dapat membagikan hidupnya kepada orang lain, mengalami perbuahan

hidup, menjadi pribadi yang penuh kasih, dan bersedia menjadi promotor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

perdamain, persaudaraan dan kerukunan di tengah keluarga, Gereja dan

masyarakat.

4) Membangun semangat rekonsiliasi

Semangat Ekaristi juga perlu didukung dengan sikap membangun

semangat pertobatan atau rekonsiliasi. Madya Utama (2014: 5-6) mengatakan

implikasi pastoral dari sakramen rekonsiliasi yaitu pertama, memulihkan keutuhan

hidup pribadi maupun komunitas. Sakramen rekonsiliasi dapat membantu umat

Kristiani untuk memberikan perhatian secara seimbang pada hak-hak pribadi

maupun tanggungjawab sosial dan gerejawi. Kedua, menghayati sakramen

rekonsiliasi sebagai sebuat ibadat; di dalamnya umat Kristiani mengakui

kerapuhan dan dosa-dosa bukan hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai

komunitas serta mensyukuri belas kasih, kerahiman dan pengampunan Allah.

Ketiga, rekonsiliasi merupakan sebuah peziarahan pertobatan sepanjang hidup

yang menyangkut kemampuan untuk mengakui dosa-dosa, mengampuni diri

sendiri, berdamai dengan orang lain khususnya mereka yang terlukai oleh

tindakan dosa, dan berdamai dengan Gereja. Oleh sebab itu, umat Kristiani selalu

diingatkan untuk tidak pernah lelah melakukan pertobatan secara terus-menerus

dan mengakui segala kerapuhan yang ada dalam dirinya sehingga ia dapat

menemukan kembali kedamain batin, mengasihi Allah dan sesama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

5) Refleksi

Refleksi merupakan aktivitas individu untuk mengingat kembali

pengalaman yang telah berlalu, memikirkan dan mempertimbangkannya serta

membuat penilaian sebagai bentuk evaluasi (Muhammad Tahir, 2011: 93).

Refleksi membantu seseorang untuk dapat memaknai pengalaman hidupnya

sehari-hari dan menerimanya sebagai pengalaman yang berharga. Melalui refleksi

umat beriman Kristiani diajak untuk merenungkan kembali pengalaman hidupnya

sehari-hari dan memaknainya sebagai pengalaman yang berharga dalam terang

Tuhan.

6) Berdevosi

Devosi berasal dari kata Latin devotion yang berakti kebaktian,

pengorbanan, penyerahan, dan cinta bakti. Devosi menunjuk kepada sikap hati di

mana seseorang mengarahkan diri kepada sesuatu yang dijunjung tinggi dan

dicintai. Dalam tradisi Katolik, devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan

pengungkapan iman di luar liturgi resmi. Nilai-nilai yang ditimba dalam devosi

dapat membantu umat beriman menghayati liturgi dengan lebih baik

(Martasudjita, 2011: 247).

Selanjutnya, Martasudjita (2011: 251) mengatakan umat Kristiani

membutuhkan praktek ungkapan iman yang menampung sisi afeksi, perasaan dan

emosi. Dalam devosi, aspek rasa, afeksi, dan emosi ini mendapat tempat yang

penting dan utama. Di lihat dari ini, devosi bukanlah keindahan rumusan doa yang

secara teologis lengkap dan bagus, tetapi unsur perasaan yang ditumbuhkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

mendapat tempat yang cukup dalam praktek doa devosi itu. Adapun jenis-jenis

devosi di antaranya: adorasi Ekaristi, Hati Kudus Yesus, Kerahiman Ilahi,

Rosario, Novena, jalan salib, dsb.

7) Ambil bagian dalam rekoleksi

Kegiatan rohani lainnya yang dapat membantu perkembangan hidup

rohani umat Kristiani yaitu salah satunya dengan ambil bagian dalam kegiatan

rekoleksi, Mangunhardjana (2013: 139) mengatakan rekoleksi berasal dari bahasa

Latin recollectio yang berarti mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang

dikumpulkan kembali adalah pengalaman peserta rekoleksi dalam kesehariannya.

Maka tujuan rekoleksi adalah membantu peserta agar mampu menyadari peran

Kristus dalam keseluruhan hidup dan karya pelayanan mereka sehari-hari.

b) Sarana dan Prasarana pendukung hidup rohani

Sarana dan prasarana ini digunakan untuk mempermudah komunikasi

maupun membantu umat Kristiani untuk dapat memvisualisasikan atau

menghadirkan Tuhan secara konkret. Berikut akan penulis uraikan sarana dan

prasarana pendukung hidup rohani,

1) Benda-benda Rohani (Sakramentali)

Benda-benda rohani adalah sarana suci yang membantu umat beriman

dalam berdoa sehingga umat merasa menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Salah

satu kekayaan Gereja Katolik adalah sakramentali yakni menandakan kurnia-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

kurnia, terutama yang bersifat rohani yang diperoleh berkat doa permohonan

Gereja. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama

sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan (SC art. 60). Adapun

benda-benda rohani yang ada dalam Gereja Katolik di antaranya: salib Yesus,

patung dan gambar orang kudus, rosario, Kitab Suci, dll. Sarana rohani ini

diharapkan dapat membantu umat untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Maka

perlu diketahui, umat katolik tidak menyembah patung atau benda-benda rohani

tersebut, melainkan digunakan sebagai sarana untuk dapat merasakan atau

menghadirkan Allah secara konkret dalam doa.

2) Gedung gereja

Selain benda-benda rohani, fasilitas lainnya yang dapat digunakan untuk

mendukung hidup rohani umat Kristiani yaitu tersedianya prasarana pendukung

seperti gedung gereja. Gedung gereja adalah bangunan atau rumah ibadat tempat

berkumpulnya umat Allah untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Di dalam

gereja juga terdapat berbagai macam ornamen, simbol, icon, dan benda rohani

yang menujukkan dan melukiskan kemuliaan Tuhan. Gereja Katolik menekankan

dasar teologis dalam setiap pendirian bangunan gereja; fungsi liturgical menjadi

landasan utama penataan ruang dan bentuk arsitektur gereja. Maka dari itu

hendaknya ruang gereja sungguh-sungguh sesuai untuk perayaan kudus yang

dilangsungkan di dalamnya, dan sungguh-sungguh memungkinkan partisipasi

umat dalam perayaan tersebut. Rumah ibadat dan segala perlengkapannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

hendaknya sungguh pantas, indah, serta merupakan tanda lambang alam surgawi

(PUMR art. 288).

3) Tempat ziarah

Kieser (2007: 15) mengatakan ziarah merupakan praktek religius yang

dimaksudkan untuk membangun spiritualitas umat beriman. Ziarah dapat

menguatkan iman, membimbing umat menuju pada Allah, dan melalui ziarah

umat memperoleh pengalaman rohani. Yang paling pokok dalam perjalanan

ziarah ialah bagaimana para peziarah berjiwa ziarah asli. Yang dimaksudkan

dengan berjiwa ziarah asli adalah terjadinya perubahan dalam hidup peziarah itu

sendiri. Ketika seseorang pergi untuk berziarah, maka seharusnya orang itu

mengalami perubahan dalam hidupnya sehingga ia menjadi tulus dan berdaya

dalam dunia. Berjiwa ziarah asli artinya perubahan yang memberdayakan

seseorang untuk melakukan sesuatu bagi dunia. Maka dari itu, umat Kristiani

yang melakukan ziarah ke Gua Maria, taman doa, dsb tidak sekedar menjadi

wisata rohani belaka melainkan berdampak pada perubahan hidup rohani yang

lebih baik dari sebelumnya.

2. Dimensi Horizontal

a. Penghayatan Iman yang aktual dan konkret dalam hidup sehari-hari

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak berhenti hanya pada

dimensi vertikal (personal), yaitu relasi pribadi umat beriman dengan Tuhan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

melainkan perlu juga diwujudkan dalam dimensi horizontal (sosial), yaitu relasi

umat beriman dengan sesama.

Menurut Krispurwana Cahyadi (2009: 128) perjalanan Gereja meniti dua

sayap, yaitu rohani dan sosial. Sayap rohani artinya Gereja sebagai tubuh Kristus,

dipanggil pada kekudusan sebagai sakramen keselamatan Allah. Sedangkan

sebagai sayap sosial, Gereja adalah umat manusia yang konkret dan aktual hidup

tengah dunia. Maka aspek rohani perlu diselaraskan dengan aspek sosial, yakni

bahwa iman harus diwujudkan secara aktual dan konkret dalam realitas sosial dan

dalam konteks politis.

Lebih lanjut, Krispurwana Cahyadi (2009: 133) mengatakan iman

senantiasa konkret dan aktual, sebagaimana Yesus berinkarnasi, hadir menyejarah

dalam konteks historis tertentu dan mewujudkan keselamatan di dalamnya.

Keselamatan bukan sekedar perkara kesalehan belaka, rasa aman, dan ketenangan.

Keselamatan adalah sesuatu yang konkret: Allah bertindak secara nyata. Oleh

karenanya sayap rohani tidak hanya mengantar umat beriman kepada kesalehan

yang bersifat pribadi, melainkan perlu juga diwujudkan dalam penghayatan iman

yang aktual dan konkret melalui sayap sosial. Tanpa keduanya maka kehadiran

dan perutusan Gereja seperti tidak mempunyai bentuk dan wujud.

Wujud konkret penghayatan iman dalam realitas sosial dan dalam konteks

politis yaitu dengan membangun semangat solidaritas dan persaudaraan, saling

menghargai, hidup rukun dan damai, terlibat aktif dalam kehidupan

bermasyarakat, mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi,

dan saling berdialog.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

5. Tujuan Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani bertujuan untuk mengarahkan umat

beriman agar dapat semakin bersatu dengan Allah dalam Roh, memupuk relasi

kasih dengan sesama, dan menyadarkan umat beriman untuk ambil bagian dalam

merawat kelestarian alam ciptaan-Nya. Berikut akan penulis uraikan tujuan

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani.

a. Bersatu dengan Allah dalam Roh

Darminta (2005: 21-24) mengatakan manusia terdiri atas Roh, Jiwa dan

Tubuh. Pada waktu Allah menciptakan manusia, Ia membentuknya dari tanah, lalu

menghembuskan nafas kehidupan dan menjadikan manusia sebagai makhluk

hidup yang memiliki daya-daya rohani (lih. Kej. 2:7). Jiwa yang dikuasai Roh

mampu melihat dan merasakan visi hidup Kristiani yaitu memuliakan Allah dan

hidup dalam kegembiraan.

Lebih lanjut, Darminta (2005: 25) mengatakan manusia dapat dikatakan

pula sebagai Bait Kudus atau Bait Allah. Roh merupakan penghubung antara

manusia dengan Allah. Roh mendorong manusia untuk mengerti, memuliakan,

memuji dan mengabdi pada Allah. Manusia sebagai Bait Allah haruslah

menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (lih. Yoh. 4:23). Menyembah Allah

dalam roh dan kebenaran dapat terwujud bila manusia membiarkan dirinya

ditolong oleh Roh Kudus (lih. Rm 8:26-27).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Roh Kudus menguasai jiwa manusia agar manusia menjadi gambar Allah

yang nyata. Roh Allah ditanam dalam jiwa manusia supaya mengalir hukum

kehidupan, yaitu hukum kasih yang membawa berkat, menjadikan hidup lebih

baik, indah, dan benar, karena jiwa yang senantiasa terarah kepada Allah (bdk. Ul

28:1-14; Ul 30:11-20). Hidup dalam semangat Roh Kudus menjadi pintu masuk

menuju kekudusan hidup. Roh Allah menguduskan manusia dan mengubahnya

menjadi manusia baru (lih. Yoh 3:6).

Akhirnya Darminta (2005: 30-35) menyimpulkan Roh Kudus adalah Roh

orang beriman. Manusia melalui rohnya dimampukan melihat dan bersentuhan

dengan hidup yang abadi dan kudus. Jika hidup abadi dilihat sebagai masa depan

manusia yang sesungguhnya, maka Roh yang melampaui jiwanya akan menuntun

dan membimbing manusia agar hidupnya menghasilkan buah-buah Roh. Hidup

yang demikian berarti hidup di dalam Yesus Kristus kerena Yesus adalah Roh

yang memberi kehidupan (lih. 1 Kor 15:25).

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani menggerakkan prodiakon untuk

senantiasa hidup dalam semangat Roh, karena Allah adalah roh yang memberi

nafas hidup pada manusia (lih. Kej. 2:7). Menghidupi Roh Allah artinya

prodiakon hidup menurut kehendak Allah (lih. Rm. 8:11). Untuk dapat

menghidupi Roh Allah yang kudus, prodiakon harus berani mematikan perbuatan-

perbuatan daging (lih. Rm 8:13) dan mengarahkan hidupnya pada kekudusan (lih.

Im. 11:44, Mat. 5:8, Ibr 12:14). Panggilan hidup kudus dapat diperjuangkan

dengan menghayati hidup rohani, mengasihi Allah dan juga sesama manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

b. Memupuk relasi kasih dengan sesama

Tunjung Kesuma (2011: 40) mengatakan manusia diciptakan seturut

dengan citra Allah dan Allah adalah kasih. Sebagai citra Allah, sejak lahir

manusia memiliki kemampuan untuk mencinta tanpa pamrih. Cinta kasih

memungkinkan manusia mengasihi dengan begitu dalam dan berani

mengorbankan diri demi orang yang dikasihinya. Dengan cara ini manusia mampu

mengatasi cinta diri yang ada dalam dirinya.

Lebih lanjut, Tunjung Kesuma (2011: 41) mengatakan apabila seseorang

berani memandang sesamanya sebagai Kristus sendiri, ia harus berani menerima

mereka tanpa diskriminasi. Ia tidak peduli status, ras, ataupun kemampuan

mereka. Tugasnya adalah menerima mereka dan mengasihi mereka karena di

dalam diri mereka dan kelemahan mereka, Kristus hadir. Sesungguhnya dengan

memandang sesama sebagai Kristus sendiri, seseorang membawa dirinya dan juga

sesamanya yang dikasihi itu untuk hidup secara untuh di dalam Kristus.

Mereka yang melihat Kristus dalam diri sesamanya, menerima sesamanya

itu bukan sebagai benda melainkan sebagai pribadi. Kesamaan derajat merupakan

sesuatu hal yang tidak dapat dielakkan. Dalam kasih seperti ini, sesama tidak

dapat diperlakukan seolah-olah mereka lebih rendah daripada orang yang

mengasihi. Menghargai orang lain berarti juga memberikan kepada mereka

otonomi dan menghargai mereka sebagai pribadi.

Akhirnya, Tunjung Kesuma (2011: 42) menyimpulkan kasih kepada

sesama bukanlah sesuatu yang mengawang-awang. Ia tidak dapat mengasihi

sesamanya hanya dalam tahap gagasan. Untuk itu cinta harus bersifat konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Cinta kasih Kristiani akan menjadi sia-sia apabila tidak disertai dengan tindakan

konkret. Mengasihi sesama hendaknya seperti mengasihi Kristus dalam “tubuh

dan darah”, yakni dalam hidup nyata sehari-hari. Cinta kepada Kristus

diwujudkan dalam cinta kepada sesama dalam situasi yang konkret.

Maka dari itu, penghayatan spiritualias hidup Kristiani tidak sekedar

membangun relasi personal dengan Allah melainkan gerakan hidup yang didorong

oleh nilai-nilai kasih persaudaraan. Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani yang

bersumber pada Allah pada akhirnya akan bermuara pada kehidupan bersama,

saling mengasihi serta mengarahkan pada upaya kontinyu untuk mewujudkan

peradaban kasih di tengah dunia. Kehidupan rohani yang mendalam terpancar

dalam sikap dan tindakan yang penuh kasih dan bersetiakawan dalam

mengupayakan tata hidup persaudaraan dan perdamaian.

c. Merawat alam ciptaan-Nya

Manusia diciptakan menurut “gambar dan rupa” Allah dan dikarunia akal

budi (lih. Kej 1:26). Sebagai citra Allah manusia dipanggil untuk terlibat

menjaga keutuhan dan kelestarian alam ciptaan-Nya. Dengan akal budi manusia

dituntut untuk memelihara dan merawat alam ciptaan-Nya. Oleh karena itu,

manusia adalah rekan kerja Allah dalam merawat keutuhan ciptaan-Nya.

Meskipun dalam pemahaman ekologis, manusia memiliki asal usul yang sama

dengan segala sesuatu yang ada di dunia, namun manusia adalah makhluk yang

istimewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Keistimewaan manusia terletak pada aspek kesadaran diri (self

consciousness) yang memampukan manusia untuk membuat distingsi antara yang

baik dan yang buruk bagi keberlangsungan hidup ciptaan di dunia ini. Atas dasar

itu, maka peran, kedudukan dan tugas manusia adalah menjadi rekan kerja Allah

yang bersama-sama memelihara dan menjaga alam semesta. Manusia menjadi

kolaborator Allah dalam karya penciptaan, tidak untuk menggantikan kedudukan

dan peran Allah (Surip, 2010: 28).

Selain itu, Hardiwardoyo (2016: 42) menegaskan menghayati panggilan

untuk melestarikan ciptaan Allah merupakan bagian penting dari kehidupan

Kristiani. Untuk itu manusia harus memerikasa hidupnya dan mengakui telah

membawa kerugian kepada ciptaan Allah melalui tindakan-tindakan di masa

lampu maupun di masa kini. Manusia perlu melakukan pertobatan ekologis untuk

menciptakan dinamisme perubahan berkelanjutan tidak hanya pertobatan invidual

melainkan juga pertobatan komunal. Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani

mendorong dan memanggil umat Kristiani khususnya prodiakon untuk bersahabat

dan ambil bagian dalam merawat seluruh alam ciptaan, seperti yang telah dihayati

oleh Fransiskus dari Asisi.

B. Gambaran Semangat Pelayanan Prodiakon

1. Dasar Teologis Peran Awam dalam Liturgi Gereja

a. Kaum Awam ambil bagian dalam Imamat, Kenabian, dan Rajawi


Kristus

Kaum awam Kristiani yang berkat baptis telah menjadi anggota tubuh

Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus sesuai dengan

kemampuan mereka masing-masing ikut melaksanakan tugas perutusan segenap

umat Kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG. art. 31). Awam adalah mereka

yang tidak termasuk dalam golongan tertahbis atau biarawan-biarawati, melainkan

orang biasa atau umat biasa.

Prasetya (2007: 20) mengatakan keterlibatan awam dalam upaya untuk

mengembangsuburkan Gereja Katolik tampak secara nyata dalam kegiatan liturgi

(mengambil bagian dalam imamat Kristus), kegiatan pewartaan (mengambil

bagian dalam kenabian Kristus), dan kegiatan penggembalaan anggota Gereja

(mengambil bagian dalam rajawi Kristus). Keterlibatan awam dalam tugas

imamat, kenabian dan rajawi Kristus dijalankan dengan penuh tanggungjawab,

secara maksimal dan optimal, disertai usaha untuk memupuk aneka keutamaan

hidup. “Oleh karena itu janganlah mereka berhenti memupuk dengan tekun sifat-

sifat dan keutamaan-keutamaan sesuai dengan keadaan yang telah mereka terima,

dan mengamalkan kurnia-kurnia yang telah mereka terima dari Roh Kudus” (AA

art.. 4).

Lebih lanjut, Prasetya (2007: 21-22) mengatakan Gereja dapat

berkembang subur dan menghasilkan buah apabila pastor paroki mau bekerja

sama dengan seluruh pihak yang terlibat aktif dalam hidup menggereja dengan

membangun dan mengembangkan sikap saling terbuka, tolong menolong, bekerja

sama, memotivasi, mendukung dan menghargai satu sama lain untuk kemajuan

dan kepentingan bersama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Panggilan menjadi prodiakon merupakan salah satu bentuk keterlibatan

umat atau awam dalam tugas Kristus, yaitu menguduskan, melayani dan

mewartakan. Maka dari itu, umat atau awam yang terpanggil dan terpilih menjadi

prodiakon tetaplah hidup dalam semangat awam dengan setia menjalani panggilan

hidupnya masing-masing sebagai kepala keluarga, pekerja dan juga tokoh

masyarakat.

b. Kaum Awam Berliturgi

Prasetya (2007: 29-30) mengatakan keterlibatan awam dalam kegiatan

liturgi dan peribadatan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan bentuk.

Kaum awam sebagai umat diharapkan dapat mengambil bagian secara aktif dalam

tindakan litugi atau peribadatan yang sedang dirayakan dan tidak boleh hanya

menjadi penonton.

Pandangan dari Prasetya di atas, juga tertulis dalam dokumen Konsili

Vatikan ke II dalam Sacrosantum Consilium, yaitu “Jangan sampai umat beriman

menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu,

melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan

baik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif” (SC. art.48). Artinya umat

harus mengambil bagian secara aktif selama merayakan Ekaristi, dengan cara

menjawab aklamasi, mendaraskan mazmur, menyanyikan lagu, dan melakukan

gerak-gerik tubuh yang sesuai (lih. SC. art 30).

Selanjutnya Prasetya (2007: 31) mengatakan awam hendaknya mempunyai

kemauan dan kerelaan hati untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

dengan menjadi petugas liturgi. Keterlibatan awam sebagai petugas liturgi yaitu

menjadi putra-putri altar, lektor-lektris, pemazmur, dirigen, anggota paduan suara,

petugas persembahan, prodiakon paroki, dsb.

Selain itu, Sugiyana (2006: 31) menegaskan kehadiran prodiakon

merupakan aktualisasi dari kesediaan diri umat beriman ambil bagian dalam tugas

Kristus: menguduskan, melayani dan mewartakan. Maka motivasi menjadi

prodiakon tidak cukup hanya untuk meringankan tugas imam dalam pelayanan

melainkan ada nilai-nilai luhur yang harus disadari oleh prodiakon, yaitu ambil

bagian dalam karya penyelamatan Allah, dengan turut menghadirkan Kristus

dalam sabda, komuni dan pelayanan yang murah hati.

2. Pengertian dan Sejarah Prodiakon

a. Pengertian Prodiakon

. Dalam Perjanjian Baru, diakon dapat berarti: hamba seorang tuan (Mat.

22:13), pelayan sesama (Mrk. 9:35) dan pelayan Tuhan (2Kor. 6:3). Dalam Gereja

awal, diakon adalah petugas untuk pelayanan tetap bagi jemaat. Ia adalah

bawahan penilik, uskup (episkopos). Tugasnya adalah mengurus pelayanan amal

kasih kepada lingkungan umat (Martasudjita, 2010: 8).

Selanjutnya, Martasudjita (2010: 9) mengatakan istilah prodiakon

merupakan bentukan dari kata Latin pro dan diakon. Kata pro memiliki banyak

arti, seperti: demi, untuk, demi kepentingan, sebagai ganti, selaku. Sedangkan kata

diakon aslinya bentukan dari kata Yunani diakonos, yang kata kerjanya diakonein

yang berarti: melayani, membuat pelayanan, mengurusi, menyelesaikan. Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

diakon menunjuk pelayan atau pengurus. Maka istilah prodiakon secara harafiah

menunjuk seseorang yang melaksanakan tugas selaku ganti seorang diakon.

Akhirnya, Martasudjita (2010: 10) menimpulkan prodiakon adalah petugas

ibadat–kaum awam yang diangkat oleh uskup melalui Surat Keputusan atau Surat

Tugas untuk ditempatkan di tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula.

b. Sejarah Prodiakon

Martasudjita (2010: 10-11) mengatakan istilah prodiakon digunakan

pertama kali di Keuskupan Agung Semarang dan dipopulerkan oleh Mgr.

Darmaatmadja yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung di Keuskupan Agung

Semarang pada tahun 1985. Sejak saat itulah, istilah prodiakon menjadi semakin

meluas dan dapat diterima dipelbagai wilayah Gereja di Indoensia.

Selanjutnya Martasudjita (2010: 12) mengatakan perbedaan diakon

tahbisan dan prodiakon paroki terletak pada status hierarki. Prodiakon paroki

adalah awam yang dilantik oleh uskup atau pastor paroki, tidak menerima

tahbisan imamat, masa jabatan berlaku untuk jangka waktu tertentu, dan wilayah

pelayanan hanya dalam lingkup paroki. Sedangkan diakon tertahbis masuk dalam

kategori klerus, mereka menerima tahbisan imamat tingkat rendah, jabatan

sebagai diakon berlaku tetap, wilayah pelayanan serta tugas-tugas yang dijalankan

cukup luas dibandingkan prodiakon paroki.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3. Syarat Menjadi Prodiakon

Menurut Prasetya (2007: 46) syarat menjadi prodiakon, yaitu memiliki

nama baik sebagai pribadi dan keluarga, diterima oleh umat setempat, dan

mempunyai penampilan yang layak. Memiliki nama baik sebagai pribadi dan

keluarga artinya seorang calon prodiakon sejatinya memiliki hidup moral dan

hidup iman yang baik. Diterima oleh umat artinya seorang calon prodiakon

keberadaannya tidak ditolak oleh umat setempat. Ia diterima karena memiliki

perikehidupan yang baik, terpuji, mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi

untuk melayani, kemampuan dan keterampilan yang memadai. Untuk itu umat

diharapkan dapat berperan aktif dalam menentukan calon prodiakon agar bibit dan

bobotnya sungguh terjamin.

Selanjutnya Prasetya (2007: 48) mengatakan seorang prodiakon

mempunyai penampilan yang layak artinya seorang calon prodiakon dapat

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik dan memadai. Dari segi

fisik sehat, tidak menderita penyakit parkinson, masih dapat berbicara dengan

baik dan lancar, tidak masuk dalam usia jompo. Secara Intelektual, calon

prodiakon masih mampu berpikir cemerlang, dan sebagainya.

Syarat-syarat lainnya dapat ditambahkan oleh masing-masing paroki,

misalnya mengacu pada syarat-syarat untuk menjadi anggota dewan paroki, yaitu

aktif dalam lingkungan atau kelompok kategorial, bersemangat hidup menggereja

dan bersedia melayani umat, mempunyai nama baik di tengah umat dan

masyarakat, mempunyai kemampuan bekerja sama dan bermusyawarah, rajin

mengikuti perayaan Ekaristi atau ibadat harian (Prasetya, 2011: 50).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

4. Tugas Prodiakon

Menurut Mangunhardjana (2010: 5) tugas pokok prodiakon di antaranya:

Pertama, membantu pastor menerimakan komuni pada saat perayaan Ekaristi

maupun perayaan Ibadat Sabda. Menerimakan komuni bagi mereka yang sudah

lanjut usia (jompo/sakit) dan mereka yang dipenjara. Kedua, melaksanakan tugas

yang diberikan oleh pastor paroki: memimpin Ibadat Sabda dan membawakan

kotbah/homili, memimpin upacara pemakaman, memimpin doa untuk berbagai

ujub dan keperluan, seperti midodareni, mitoni, peringatan arwah, dan lain-lain.

Ketiga, prodiakon mendapatkan tugas tambahan misalnya: menjadi lektor/lektris

ketika petugas berhalangan hadir.

5. Prodiakon Berpenampilan Liturgis

Menurut Sugiyono (2006: 130) prodiakon merupakan bagian dari petugas

Gereja yang penampilannya disesuaikan dengan pakaian liturgi. Pada saat

menjalankan tugas resmi, prodiakon mengenakan alba dan samir yang disesuaikan

dengan warna liturgi yang sedang dirayakan. Sedangkan pada saat tugas tidak

resmi prodiakon tidak perlu mengenakan alba dan samir. Alba adalah pakaian

jubah panjang berwana putih yang dipakai oleh para klerus dalam perayaan liturgi

Ekaristi. Sedangkan samir adalah perlengkapan busana liturgis prodiakon yang

berbentuk seperti stola pendek. Warna stola yang digunakan prodiakon

disesuaikan dengan warna liturgi.

Selanjutnya, Sugiyono (2006: 132) menegaskan makna pakaian litugi

adalah untuk menampilkan dan mengungkapkan aneka fungsi dan tugas pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

yang dilaksanakan serta menonjolkan sifat meriah perayaan liturgi Gereja.

Pakaian liturgi dimaksudkan untuk melambangkan kehadiran Kristus sebagai

subyek dan pemimpin litrugi. Pakaian liturgi merupakan simbol yang tidak

kelihatan yaitu kepemimpinan dan fungi Kristus sebagai Imam Agung.

6. Kompetensi Prodiakon

Mangunhardjana (2013:74) mengatakan kompetensi (competency) berasal

dari kata sifat kompeten (competent) yang artinya tingkat kemahiran yang dimiliki

oleh seseorang untuk menghasilkan produk atau jasa yang mutunya memenuhi

standar yang ditetapkan oleh lembaga atau bidang profesi. Kompetensi merupakan

aset dan menjadi prasyarat yang harus dimiliki oleh seseorang agar mampu

menjadi pribadi yang unggul dalam pekerjaan dan profesinya masing-masing.

Lebih lanjut, Mangunhardjana (2013: 74) membagi kompetensi prodiakon

menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu kompetensi ambang, kompetensi pembeda, dan

kompetensi inti. Berikut akan penulis uraikan 3 tingkat kompetensi prodiakon.

a. Kompetensi Ambang

Mangunhardjana (2013: 75) mengatakan kompetensi ambang (threshold

competency) merupakan kompetensi luar, yang dapat dilihat, diamati dan dicatat.

Kompetensi ambang berupa pengalaman atau pengetahuan yang didapati melalui

pendidikan, pelatihan maupun pembinaan. Kompentensi ambang sangat

diperlukan dan harus dimiliki oleh seseorang agar dapat menghasilkan kinerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dengan tingkat mutu minimum pada sebuah jabatan, profesi, tugas, pekerjaan dan

kegiatan.

Lebih lanjut, Mangunhardjana (2013: 76) mengatakan kompetensi ambang

prodiakon meliputi: pertama, pengetahuan tentang tata cara penerimaan Sakramen

dan mampu mendampingi umat yang mau menerima Sakramen: Baptis, Ekaristi,

Pengakuan Dosa, dan Perkawinan. Kedua, pengetahuan tentang Liturgi yang

terkait dengan peralatan liturgi, perayaan liturgi, buku-buku misa, persiapan

misa/doa, dan sebagainya. Ketiga, kemampuan menyiapkan ibadat bersama, doa

di lingkungan/wilayah dan lain-lain. Keempat, kemampuan memimpin ibadat,

renungan dan khotbah/homili. Kelima, kemampuan mengkoordinasi dan

mendampingi umat seperti: sarahsehan, pendalaman iman, rekoleksi, retret,

mengirim komuni kudus dan lain sebagainya.

b. Kompetensi Pembeda

Kompetensi pembeda (differentiating competency) merupakan faktor yang

membuat seseorang unggul sebagai pribadi, berbeda dalam gaya hidup, sikap dan

cara kerja. Mangunhardjana (2013: 81-83) mengatakan kompetensi pembeda

meliputi: watak, sikap, bakat, motivasi, minat, kecendrungan, dan nilai.

Kompetensi pembeda seorang prodiakon meliputi: pertama, prodiakon

menghidupi dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yaitu nilai: kesederhanan,

kerendahan hati, kedewasaan, kemandirian, kemanusiaan, kejujuran, kebenaran,

keadilan, kebersamaan, kedamaian, tanggungjawab, saling menghargai dan kerja

sama. Kedua, prodiakon terpanggil menjadi pelayan berdasarkan motivasi yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

murni yaitu untuk menanggapi panggilan Allah dalam melayani umat dan

semakin mantap menjalani tugas di tengah keluarga, umat dan masyarakat.

Ketiga, prodiakon memiliki relasi yang mendalam dan personal dengan pribadi

Yesus sebagai guru spiritual dan teladan dalam melayani sesama. Keempat,

prodiakon memiliki semangat ekumenis dalam pelayanan maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Kelima, prodiakon memiliki kemampuan, kecakapan dan

keterampilan dalam berbagai hal seperti: pandai berkomunikasi, inovatif, kreatif,

pandai bernyanyi dan bermain musik, sosialis, humoris, mengkaderisasi petugas

liturgi. Keenam, prodiakon mampu menanggapi perkembangan zaman dengan

sadar teknologi dan dapat menggunakannya untuk kepentingan pelayanan dan

menambah wawasan.

c. Kompetensi Inti

Kompetensi inti (core competency) terdiri dari sumber fisik, intelektual,

dan aset budaya. Mangunhardjana (2013: 83) mengatakan kompetensi inti

merupakan kompetensi dasar yang melandasi kompetensi ambang dan kompetensi

pembeda. Kompetensi inti dapat digambarkan sebagai sesuatu yang unik, khusus,

dan lebih unggul. Kompetensi inti meliputi: iman dan keyakinan hidup, konsep

dan pandangan hidup, visi dan misi hidup, konsep dan gambaran diri.

Selanjutnya, Mangunhardjana (2013: 84) mengatakan kompetensi inti

prodiakon antara lain: pertama, beriman yang mendalam dan menjadi murid

Yesus Kristus yang setia dan menanggapi panggilan Allah dengan sepenuh hati.

Kedua, menghidupi semangat melayani yang berdasarkan pada semangat Kristus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dalam melayani: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk

melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang” (Mat.

20:28). Ketiga, prodiakon menjalankan tugas pelayanan dengan sepenuh hati,

bertanggungjawab, disiplin, setia, mampu bekerja sama dengan semua pihak,

bersedia belajar dari orang lain dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik

di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

Ketiga kompetensi ini dapat terus-menerus dikembangkan dan diusahakan

oleh prodiakon melalui kegiatan pelatihan atau pendampingan yang bersifat utuh

dan menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan

kerohanian. Maka dari itu, prodiakon diharapkan memiliki semangat belajar dan

mau membuka diri untuk mengembangkan ketiga kompetensi tersebut dengan

mengikuti pendampingan maupun pelatihan sehingga prodiakon dapat semakin

terampil, handal, bertanggungjawab, dan total dalam melaksanakan tugas

pelayanan di tengah keluarga, umat dan masyarakat.

7. Semangat Pelayanan Prodiakon Paroki

Semangat pelayanan prodiakon tidak lain adalah spiritualitas yang

dihidupi oleh prodiakon dalam hidup sehari-hari maupun dalam pelayanan.

Berikut akan penulis uraikan arti dan makna semangat dalam pelayanan dan

spiritualitas pelayanan prodiakon

a. Makna Semangat dalam Pelayanan

Semangat pelayanan tidak akan pernah habis apabila semangat itu tumbuh

dari dalam diri seseorang yang tergerak hati akan keutamaan Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Semangat itu juga identik dengan sikap rendah hati yang mau berkorban untuk

Allah dan sesama. Motivasi pelayanan hendaknya berangkat dari ketulusan dan

tidak untuk mencari pengakuan. Pelayanan hendaknya disadari sebagai panggilan

hidup yang menjadi jiwa dan semangat pelayanan Kristiani (Martasudjia, 2015:

27).

Menurut Sugiyana (2006: 46-49) prodiakon dipanggil untuk melayani

umat Allah dengan semangat murah hati, rendah hati dan setia. Pelayanan yang

murah hati adalah pelayanan yang didasarkan pada sikap dan semangat hidup

Yesus Kristus dalam melayani. Adapun unsur yang terkandung dalam pelayanan

murah hati yaitu siap sedia, peka, menyediakan waktu dan penuh kasih. Pelayanan

yang murah hati merupakan perwujudan dari kasih (bdk. 1Kor 13:4).

Selanjutnya Sugiyana (2006: 49-52) mengatakan melayani dengan

kerendahan hati adalah sikap dasar yang menjadi dorongan bagi prodiakon untuk

dapat melayani umat dengan tidak main kuasa, dapat bergaul dan berbaur dengan

umat, tidak sombong dan angkuh, bersahaja, dan dapat diandalkan. Pelayanan

yang rendah hati menekankan sikap lemah lembut dan sabar (bdk. Ef 4:2).

Akhirnya Sugiyana (2006: 52-55) menegaskan panggilan menjadi

prodiakon menuntut adanya semangat kesetiaan dan juga komitmen terhadap

tugas pelayanan yang telah dipercayakan. Oleh sebab itu, seorang prodiakon perlu

terus menerus menghayati Sabda Tuhan ini “Ia yang memanggil kamu adalah

setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:24). Tuhan sendiri setia, maka dari itu

hendaklah prodiakon yang juga setia dalam segala tugas dan pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Dengan demikian dapat disampaikan bahwa tugas perutusan umat beriman

Kristiani yaitu melayani Allah yang diwujudkan dengan melayani sesama dan

memelihara alam ciptaan-Nya. Pelayanan ini menjadi dasar bagi umat Kristiani

untuk dapat menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia. Kerendahan hati

menjadi keutamaan dasar, tanah yang subur yang mampu memberi kemakmuran,

agar keutamaan lainnya dapat tumbuh secara baik. Juga menjadi dasar penggerak

pelayanan yang partisipatif (Suharyo, 2009: 40).

b. Spiritualitas Pelayanan Prodiakon Paroki

1. Menghadirkan Kristus dalam Pelayanan

Prodiakon memiliki peran khusus yang sedikit berbeda dari awam

biasanya. Ia diberikan kepercayaan untuk dapat membagikan komuni suci di

dalam maupun di luar perayaan Ekaristi. Selain itu, ia juga diperbolehkan untuk

memimpin Ibadat Sabda serta doa-doa lainnya yang berguna untuk membangun

kehidupan iman jemaat di paroki, stasi maupun lingkungan (Sugiyana, 2006: 37).

Lebih lanjut, Sugiyana (2006: 38) mengatakan menjadi prodiakon

merupakan salah satu bentuk partisipasi untuk membangun Gereja. Prodiakon

dipanggil untuk turut mengembangkan benih iman yang telah ditaburkan oleh

Tuhan, serta merawat dan mendampinginya agar iman itu semakin berkembang

subur dan menghasilkan buah.

Akhirnya, Sugiyana (2006: 39) menyimpulkan menghadirkan Kristus

dalam pelayanan merupakan tujuan utama dari pelayanan prodiakon agar umat

sungguh dapat merasakan kasih Allah yang menjadi sumber kekuatan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

menjalani peziarahan hidup di dunia ini. Wujud konkret menghadirkan Kristus

dalam pelayanan yaitu dengan melayani sepenuh hati, setia, bertanggungjawab,

murah hati, dan penuh kasih. Prodiakon meneladai sikap dan semangat hidup

Yesus Kristus.

2. Memuliakan Allah dalam diri sesama

Dalam teks Imamat memuat peraturan mengenai mereka yang menderita

sakit kusta. Mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, ditolak dan

diremehkan. Mereka diperlakukan dengan tidak manusiawi, mendapatkan

diskriminasi dan diadili karena menderita sakitt kusta dan dicap sebagai orang

najis (Im. 13: 1-59). Hal ini kemudian mengundang reaksi Yesus, Ia memiliki

pandangan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Stigma negatif yang

ada di masyarakat kemudian dipatahkan Yesus dengan menerima dan

menyembuhkan mereka yang menderita sakit kusta (lih. Mrk. 1:40-45)

(Martasudjita, 2015: 52).

Apa yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang

penuh kasih. Wujud konkret memuliakan Allah yaitu dengan mendahulukan

kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Sebagai murid Kristus, kita

juga diundang untuk mengikuti teladan Sang Guru, yaitu Yesus Kristus dengan

memberikan tumpangan, makanan dan minuman untuk mereka yang menderita

kelaparan dan kehausan, hidup dalam semangat persaudaraan, dan berbagi harta

kekayaan iman. “Sama seperti aku juga berusaha menyenagkan hati semua orang

dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

banyak orang, supaya mereka beroleh selamat” (1Kor. 10:33) (Martasudjita, 2015:

55).

C. Relevansi Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani Terhadap Semangat


Pelayanan Prodiakon

Sugiyana (2006: 55) mengatakan sebagai pelayan Tuhan ada 3 hal yang

perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh prodiakon, yaitu mengembangkan

hidup rohani, memiliki kepribadian yang baik dan membangun kehidupan sosial.

Pertama, mengembangkan hidup rohani, artinya prodiakon mengarahkan

hidupnya sesuai dengan martabatnya sebagai anak Allah, yaitu hidup dalam kasih

dan meneruskan kebaikan dan kasih Allah itu kepada sesama. Allah menjadi pusat

hidup prodiakon. Kedua, memiliki kepribadian yang baik, artinya prodiakon

adalah sosok yang bersahaja, rendah hati, bersedia mengakui kesalahan dan

meminta maaf, tidak sombong, memiliki keberanian moral, tabah dalam

menanggung penderitaan hidup. Ketiga, membangun kehidupan sosial, artinya

prodiakon bersedia mengulurkan tangannya untuk meno

long sesama yang membutuhkan pertolongan, hatinya terbuka untuk mencintai,

mulutnya terbuka untuk menghibur, dan bibirnya terbuka untuk menebarkan

senyum.

Penjelasan di atas, sejalan dengan tujuan penghayatan spiritualitas hidup

Kristiani. Pertama, penghayatan spiritualitas hidup menggerakkan prodiakon agar

senantiasa hidup menurut bimbingan Roh dan menjauhi keinginan daging. Hidup

dalam bimbingan roh mendorong prodiakon untuk berani mematikan perbuatan-

perbuatan daging (Lih. Rm. 8:13) dan mengarahkan hidupnya pada kekudusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

(lih. Im 11:44, Mat. 5:8, dan Ibr. 12:14). Kekudusan yang dimaksud adalah

prodiakon mampu membangun relasi personal dengan Allah melalui penghayatan

hidup rohani, di antaranya: berdoa, mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah,

merayakan Ekaristi, membangun semangat rekonsiliasi, refleksi, ambil bagian

dalam rekoleksi atau retret, ziarah, dsb. Sebagai pelayanan Allah, prodiakon

diharapkan memiliki semangat hidup seperti Yesus Kristus yang senantiasa

bersatu dan bersekutu dengan Allah.

Kedua, penghayatan spiritualitas hidup Kristiani menggerakkan prodiakon

untuk hidup dalam semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama. Manusia

diciptakan seturut citra Allah dan Allah adalah kasih. Sejak lahir manusia

memiliki kemampuan untuk mencintai tanpa pamrih. Cinta kasih memungkinkan

manusia untuk mengasihi begitu dalam dan berani mengorbankan diri demi yang

dikasihinya. Cinta kasih kepada sesama dapat diwujudkan prodiakon dalam

tindakan melayani yang murah hati, rela berkorban, sabar dan setia (lih. 1Kor

13:4, Ef. 4:2, Mat. 25:21).

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani bersumber pada Allah dan

akhirnya bermuara pada kehidupan bersama. Kehidupan rohani yang mendalam

terpancar dalam sikap dan tindakan yang penuh kasih. Perbuatan kasih

mengajarkan prodiakon untuk senantiasa mengulurkan tangan dan memberikan

pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Hatinya terbuka untuk mencintai

dan mengasihi keluarga, anggota Gereja dan masyarakat sekitar dan mulutnya

senantiasa memberikan penghiburan, mendoakan dan mewartakan Sabda Allah.

Keseluruhan hidup prodiakon memancarkan terang dan kasih Allah. Penghayatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

spiritualitas tidak boleh berhenti pada kesalehan pribadi, melainkan berdampak

pada kehidupan sosial prodiakon baik sebagai anggota Gereja maupun

masyarakat.

Ketiga, penghayatan spiritualitas hidup Kristiani menggerakkan prodiakon

untuk ambil bagian dalam merawat dan melestarikan alam ciptaan-Nya.

Spiritualitas hidup Kristiani menawarkan suatu cara khas untuk memahami

kualitas hidup dan mendorong suatu gaya hidup kenabian dan kontemplatif, yang

mampu menikmati sukacita tanpa terobsesi oleh konsumsi. Kedamaian batin

manusia berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan hidup dan kesejahteraan

umum, karena damai itu mengejawantah dalam suatu gaya hidup seimbang yang

disertai kemampuan takjub. Pelestarian alam adalah bagian dari suatu gaya hidup

yang mencakup kemampuan untuk hidup bersama dan dalam persekutuan

(Hadiwardoyo, 2016: 43-44).

Spiritualitas pelayanan prodiakon tidak lepas dari hidup yang dijiwai oleh

cinta kasih. Tunjung Kesuma (2011: 41) mengatakan Cinta kasih adalah hidup

Kristus yang hadir dalam diri manusia. Hidup Kristus itulah yang memungkinkan

manusia untuk mengasihi sesamanya dan Allah. Sesungguhnya dengan

memandang sesama sebagai Kristus, seseorang membawa dirinya dan juga

sesamanya yang dikasihi itu untuk hidup secara utuh dalam Kristus. Dengan

demikian dapat disampaikan bahwa menjadi prodiakon adalah panggilan yang

luhur dan mulia. Ia tidak membawa dirinya sendiri dalam pelayanan, melainkan

menghadirkan hidup Kristus secara utuh di tengah keluarga, Gereja dan

masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
GAMBARAN PENGHAYATAN PRODIAKON TERHADAP
SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI

Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran situasi umum Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok. Situasi umum paroki yang penulis paparkan dalam

bab III ini berdasarkan pengamatan langsung, wawancara dengan pastor paroki

dan juga wawancara dengan ketua tim liturgi Bapak Hermanus Gadut melalui

telepon pada tanggal 15 dan 20 Februari 2017. Juga melalui buku kenang-

kenangan 75 tahun paroki yang ditulis oleh Bapak Haryo Widjono AMZ. Pokok

permasalahan yang diangkat dalam bab III ini adalah seberapa mendalam

Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok telah menghayati spiritualitas

hidup Kristiani.

Pada bab III ini, penulis menyusunnya menjadi dua pokok bahasan. Pokok

bahasan pertama memaparkan gambaran umum Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok. yang meliputi: letak dan situasi geografis, sejarah singkat paroki, situasi

umat, karya pastoral, dan gambaran prodiakon. Pokok bahasan kedua

memaparkan penelitian mengenai penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas

hidup Kristiani, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

1. Letak dan Situasi Geografis Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

Berdasarkan wawancara penulis dengan pastor paroki, Gereja Katolik

Kristus Raja Barong Tongkok berada di dalam pusat kota Kabupaten Kutai Barat,

Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis, terletak antara 0,117333° Lintang

Utara dan 117,484111° Bujur Timur, serta diantara 117°29'02.8 Bujur Barat dan

100'9'33" Lintang Selatan. Gereja Katolik Kristus Raja Barong Tongkok

beralamatkan di Jalan W.R. Soepratman no. 04 Barong Tongkok, Kabupaten

Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

Gereja Katolik Kristus Raja Barong Tongkok termasuk dalam 10 paroki

yang tergabung di Kevikepan Mahakam Hulu. Letak paroki sangat strategis dan

dapat dijangkau oleh semua kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Situasi

geografis di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok beriklim tropis. Batas-batas

wilayah geografis Paroki Kristus Raja Barong Tongkok:

a. Barat : Paroki Keluarga Suci Tering.

b. Utara : Paroki St. Paulus Lambing.

c. Timur : Paroki St. Markus Melak.

d. Selatan : Paroki St. Penginjil Linggang Melapeh.

Wilayah pelayanan Paroki Kristus Raja Barong Tongkok mencakup 20

stasi dan 8 lingkungan. Waktu yang ditempuh untuk melakukan pelayanan

tergantung dari situasi dan kondisi stasi yang akan dituju. Perjalanan menuju stasi

yang paling jauh membutuhkan waktu ± sekitar 90 menit dari Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

2. Sejarah Singkat Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

Haryo Widjono (2013: 18-23) menuliskan pada tahun 1905, Ordo

Kapusin (OFM Cap) datang ke Indonesia untuk menyebarkan Kabar Gembira

di tanah Borneo. Pada 11 Februari 1905 didirikan Prefektur Apostolik Dutch

Borneo (Borneo Olandese) di Pontianak yang dipimpin oleh Vikaris Dutch

Borneo Giovanni Pacificio Bos, O.F.M. Cap dengan masa jabatan 1905 s/d

1934. Berdirinya Prefektur Apostolik Dutch Borneo, Gereja Katolik semakin

berkembang di tanah Borneo.

Misionaris Kapusin tanpa kenal lelah terus mewartakan Kabar

Gembira kepada semua orang yang ada di tanah Kalimantan. Mereka

mewartakan Kabar Gembira ke seluruh penjuru Kalimantan diantaranya:

Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan Selatan (Banjarmasin),

Kalimantan Tengah (Palangkaraya) dan Kalimantan Timur (Samarinda). Pada

tahun 1907 para Misionaris Kapusin membuka stasi di Laham, pedalaman

Sungai Mahakam yang merupakan tonggak awal berdirinya karya misi Gereja

Katolik di Kalimantan Timur, Keuskupan Agung Samarinda.

Pada 27 Februari 1926, tiga orang Misionaris Keluarga Kudus (MSF)

untuk pertama kalinya tiba di Laham, yakni Pater Fr. Groot, Pater J van der

Liden dan Bruder Egidius Stoffels, sedangkan kelompok kedua tiba pada

tahun 1927. Pada akhir tahun 1926, sebelum kelompok kedua tiba di Laham,

para pastor dan bruder Kapusin ditarik ke Pontianak, karena diandaikan para

Misionaris Keluarga Kudus sudah berpengalaman meneruskan karya di

Kalimantan Timur. Perkembangan selanjutnya, setiap tahun diutus misionaris


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

baru. Pada tahun 1927 diutus 2 orang, tahun 1928 diutus 3 orang dan tahun

1929 diutus kembali 3 orang misionaris.

Seiring perjalanan waktu dan melihat perkembangan Gereja Katolik

yang semakin subur di pedalaman Hulu Sungai Mahakam, para imam MSF

kemudian membuka stasi baru di daerah pinggiran Sungai Mahakan, yaitu di

daerah Tering. Pada tahun 1928 ditempatkan seorang pastor dan bruder untuk

mendirikan pastoran dan Gereja Keluarga Suci di Tering. Kemudian pada

April 1936 Pastor M. Schoots MSF mulai mengunjungi Dataran Tinggi

Tunjung. Sedangkan Pastor Y. Kusters MSF, sejak Januari 1937 menetap di

Mamahak Besar dan Pastor M. Schoots MSF, sejak 28 Desember 1937 mulai

menetap di Barong Tongkok.

Usaha untuk mendirikan Paroki di Barong Tongkok tidak semulus

seperti di daerah Hulu Mahakam. Kesulitannya adalah Barong Tongkok

termasuk wilayah administrasi Distrik Hulu Mahakam di bawah kekuasaan

Kontrolir di Long Iram. Selain itu tidak semua kampung di Dataran Tinggi

Tunjung termasuk dalam wilayah Distrik Hulu Mahakam, karena memiliki

ikatan historis dengan Kesultanan Kutai. Untuk membuka paroki dan sekolah

di Barong Tongkok, perlu mendapat izin dari penguasa Kesultanan Kutai.

Berkat perantaraan beberapa Kepala Adat, akhirnya diperoleh izin membuka

paroki dan sekolah di Barong Tongkok. Sejak 28 Desember 1937 bertepatan

dengan menetapnya pastor M. Schoots MSF, menjadi tanggal didirikannya

Paroki yang diberinama pelindung Kristus Raja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Dalam perkembangan sejarah karya misi di Dataran Tinggi Tunjung,

tercatat sebanyak 17 pastor misionaris Belanda yang pernah berkarya di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Misionaris Belanda yang perdana

berkarya adalah Pastor M. Schoots, MSF sejak 1936-1939; 1948-1953,

adapun yang terakhir adalah Pastor Pieter Sinnema, MSF sejak tahun 1994-

2005 sedangkan yang terlama berkarya adalah Pastor H.v. Kleijnenbreugel,

MSF, sejak tahun 1965 hingga 1993. Selain pastor misionaris dari Belanda,

ada pula pastor pribumi yang pernah berkarya dan melayani di Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok, diantaranya: P. Andy Savio Mering, MSF, P.

Stanislaus Cahyo Yosoutomo, MSF, P. Hadrianus Usat, MSF, P. Daniel,

MSF, dan P. Stanislaus Maratmo, MSF yang menjadi pastor paroki saat ini.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Pastor Paroki Stanislaus

MSF, beliau mengatakan jumlah umat di paroki mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Menurut data statistik terakhir pada tahun 2009, umat

Paroki Kristus Raja berjumlah 7.406 orang. Selain itu, Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok memiliki 20 stasi dan 8 lingkungan. 20 stasi tersebut di

antaranya: Stasi Hati Kudus Asa, Stasi Zion Juaq Asa, Stasi Sang Penyelamat

Bohoq (di Gemuhan Asa), Stasi Epifani Samarinda Dua (di Sendawar), Stasi

St. Yosef Mencimai, Stasi Carolus Boromeus Keay, Stasi Nazareth Jengan

Danum, Stasi St. Theresia Tepulang, Stasi St. Yosef Benung Stasi St.

Yakobus Engkuni-Pasek, Stasi St. Yohanes Pemandi Eheng, Stasi St. Maria

Terajuk, Stasi St. Markus Temula, Stasi Sembuan (+ Jontai), Stasi Dominikus

Savio Dempar, Stasi Lumpat Dahuq, Stasi Muara Tokong, Stasi Damar, Stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Tuncume dan Stasi Gesaliq. Sedangkan 8 lingkungan diantaranya: St. Yusuf

Sentrum, St. Paulus Busur (+ Blok Gesaliq dan Blok Lay), St. Christophorus

Busur (+ Blok Tuncum), St. Maria Simpang Raya, St. Yusuf Simpang Raya,

St. Petrus Simpang Raya dan St. Mikael Jaras.

3. Situasi Umat Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

a. Mata Pencarian dan Segi Ekonomi Umat

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, mata pencarian umat di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok sangat beragam. Umat yang tinggal di daerah

perkotaan pada umumnya bekerja sebagai pengusaha, PNS (Polisi, TNI,

Guru, Bidan, Perawat, dll) karyawan swasta dan anggota dewan. Meskipun

demikian adapula yang bekerja sebagai petani karet, sayur dan berjualan di

pasar. Sedangkan umat yang berada di stasi, mata pencariannya tergantung

dari tingkat pendidikan mereka masing-masing. Secara umum dapat

dikatakan mata pencarian dan segi ekonomi umat di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok maupun yang ada di stasi sangat beragam tergantung dari

tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh masing-masing

umat.

b. Segi Pendidikan Umat

Berdasarkan pengamatan penulis, umat di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok memiliki latar belakang pendidikan sangat beragam mulai dari

lulusan SD, SMP, SMA, D3, S1 dan S2. Umat yang mampu secara finansial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

dapat melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Sedangkan bagi

umat yang kurang mampu hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD,

SMP dan SMA.

c. Segi Kebudayaan Umat

Berdasarkan pengamatan penulis, umat yang ada di Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok mayoritas adalah orang Dayak dari Dataran Tinggi

Suku Dayak Tunjung dan Suku Dayak Benuaq. Seiring perkembangan

zaman, umat di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok mengalami peningkatan

yang signifikan dari segi jumlah maupun dari segi etnis dan budaya. Budaya

lainnya berasal dari tempat lain seperti Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak

Penihing, Dayak Oheng, selain suku Dayak adapula budaya lainnya seperti

budaya Jawa, Flores, Toraja dan Batak.

4. Karya Pastoral Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

Haryo Widjono (2013: 38-43) menuliskan sejak tahun 1937 sampai

sekarang ini banyak imam atau pastor yang telah melayani dan berkarya di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Karya pastoral yang telah dilakukan

dan dilaksanakan oleh para pastor tentu berbeda-beda, namun demikian jejak

karya pastoral yang telah berkembang dan dijalankan di paroki ini, di

antaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

a. Karya Pastoral Ekonomi

Pada 16 januari 1973 untuk pertama kalinya Pastor H.v.

Kleijnenbreugel, MSF mendirikan Credit Union di Dataran Tunjung yang

pernah menjadi CU terbesar di Kalimantan Timur. Selain itu Pastor Kleijnen,

MSF mengelola peternakan ayam, kalkun, kelinci, angsa, kijang, dan kuda.

Karya pastoral ekonomi yang dilakukan oleh Pastor Kleijnen dilanjutkan oleh

Pastor Pietter Sinema. Selain perternakan, karya pastoral ekonomi lainnya

yang dikembangkan oleh paroki adalah pertanian dan perkebunan. Pastor

bekerja sama dengan umat mengelola lahan pertanian karet dan perkebunan

sayur dengan sistem bagi hasil. Hasil yang didapat dari pertanian dan

perkebunan ini digunakan untuk membantu umat di paroki yang mengalami

kesulitan finansial.

b. Karya Pastoral Kerohanian

Karya pastoral dalam bidang kerohanian yang ada di Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok, di antaranya: pendampingan iman anak,

pendampingan iman remaja, pendampingan Orang Muda Katolik,

pendampingan imat umat Katolik (PIUK). Selain itu, dalam bulan tertentu

sesuai dengan kalender liturgi diadakan kegiatan kerohanian seperti: doa

rosario, pendalaman iman masa adven dan prapaskah, pendalaman Kitab

Suci, yang diadakan di tingkat paroki, stasi, maupun di lingkungan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

c. Karya Pastoral Kesehatan

Pada 01 januari 1974 P. H.v. Kleijnenbreugel, MSF mendirikan Balai

Pengobatan Harapan yang dikelola oleh Sr. M. Baptista, MASF yang

kemudian dilanjutkan oleh Sr. Yosephine, MASF. Balai Pengobatan Harapan

saat ini berganti nama menjadi Klinik St. Familia yang dikelola oleh suster -

suster dari komunitas MASF. Klinik ini memberikan pelayanan yang baik

untuk semua orang yang datang berobat tanpa memandang status sosial

maupun golongan. Klinik St. Familia hadir membawa cinta kasih Allah yang

menyapa manusia melalui tangan-tangan kasih para dokter, perawat dan

segenap karyawan yang mengabdi dengan tulus hati.

Selain itu, karya pastoral kesehatan lainnya yaitu paroki memberikan

pelayanan kesehatan gratis yang bekerja sama dengan puskesmas terdekat.

Umat diberikan kesempatan untuk terlibat dalam karya pastoral kesehatan

khususnya mereka yang ahli dalam bidang kesehatan seperti perawat, bidan

dan dokter. Pelayanan kesehatan ini dilakukan dalam bentuk bakti sosial

yang dilakukan di paroki maupun stasi. Tujuan diadakannya bakti sosial

kesehatan untuk membantu umat dan masyarakat sekitar yang membutuhkan

pengobatan dan pelayanan kesehatan secara gratis khususnya mereka yang

kurang mampu dalam finansial.

d. Karya Pastoral Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pembangunan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Rakyat (YP3R) membangun dan mendidik generasi yang ada di Kutai Barat,

Barong Tongkok. Sekolah-sekolah yang ada di bawah naungan YP3R di

antaranya: Sekolah Dasar Katolik 04 W.R. Soepratman Barong Tongkok,

Sekolah Menengah Pertama Katolik 02 W.R. Soepratman Barong Tongkok.

Selain bekerja sama dengan YP3R, paroki juga mengelola Taman Kanak -

kanak (TK) St. Angela Marici.

5. Gambaran Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

a. Situasi Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Hermanus Gadut

selaku ketua tim liturgi, beliau mengatakan Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok memiliki 20 stasi dan 8 lingkungan dengan jumlah umat sekitar

7.406 orang. Untuk dapat melayani umat yang ada di paroki, stasi maupun di

lingkungan, pastor paroki membutuhkan asisten imam atau asisten pastoral

yang mau dan mampu bekerja sama untuk terciptanya pelayanan yang

optimal bagi umat. Pastor paroki memberikan kesempatan kepada umat untuk

terlibat dalam kehidupan menggereja selain menjadi katekis yaitu menjadi

prodiakon.

Sejak Pastor Pitter Sinema, MSF berkarya hingga saat ini dipimpin

oleh Pastor Stanislaus Maratmo, MSF prodiakon di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok terus mengalami peningkatan jumlah. Berdasarkan SK No.

129/ KASRI/ XII/ 2015 Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

berjumlah 50 orang yang semuanya terdiri dari laki-laki. Dari jumlah 50


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

orang tersebut yang aktif bertugas sekitar 40 orang sedangkan 10 orang

lainnya menyatakan mengundurkan diri dikarenakan mutasi pekerjaan ke

daerah Kabupaten Mahakam Hulu. Menurut bapak Hermanus Gadut,

kehadiran prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok sangat

membantu Pastor Paroki dalam pelayanan liturgi di paroki, stasi dan

lingkungan.

b. Program Kerja Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Hermanus Gadut,

beliau mengatakan prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok belum

memiliki program yang sistematis dan terstruktur. Pada masa Adven, Pra -

Paskah, BKSN, perayaan Natal dan Paskah, prodiakon berkumpul untuk

membahas persiapan yang perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan tersebut.

c. Macam-macam Pelayanan Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong


Tongkok Yang Mendukung Perkembangan Hidup Rohani

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, prodiakon di Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok selain bertugas membagikan komuni suci pada

perayaan Ekaristi hari minggu dan perayaan liturgi lainnya, juga diminta

untuk menggantikan pastor paroki memberikan pelayanan di paroki, stasi

ataupun di lingkungan. Pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon di

antaranya: memimpin ibadat, memimpin upacara pemakaman, memimpin doa

(syukur, orang sakit, arwah, devosi, dll), memimpin pedalaman iman (BKSN,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

masa Adven, Masa Pra-Paskah). Melalui kegiatan-kegiatan pelayanan ini,

prodiakon juga ikut ambil bagian dalam memperkembangkan kehidupan

rohaninya secara pribadi. Prodiakon tidak sekedar menggurui melainkan

dengan rendah hati juga mau belajar dari umat dan saling berbagi harta

kekayaan iman. Dengan demikian, prodiakon tidak sekedar menjadi

fasilitator tetapi juga mengalami perjumpaan dengan Allah dalam diri umat

yang mereka layani.

B. Penelitian Tentang Penghayatan Prodiakon Terhadap Spiritualitas


Hidup Kristiani

1. Desain Penelitian

Pada bagian ini, penulis menyampaikan gambaran desain penelitian

yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian,

instrument pengumpulan data, responden penelitian, tempat dan waktu

penelitian, variabel penelitian dan kisi-kisi.

a. Latar Belakang Penelitian

Selama berdomisili di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, penulis

mendapatkan kesan umat cukup antusias dan mau terlibat dalam kegiatan

menggereja. Salah satu keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok yaitu menjadi prodiakon. Banyaknya umat

yang terlibat menjadi prodiakon tidak menjamin terciptanya pelayanan yang

ideal jika tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang

mencakup berbagai aspek: pengetahuan, keterampilan dan kerohanian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Berdasarkan situasi yang penulis paparkan di atas, muncul

keprihatinan yang perlu diperhatikan oleh pastor paroki selaku ketua DPP,

yaitu melakukan pendampingan prodiakon secara utuh dan menyeluruh.

Pendampingan yang dimaksud tidak terbatas dari segi pengetahuan dan

keterampilan, tetapi perlu juga memperhatikan kedalaman hidup rohani

mereka melalui pendampingan spiritualitas. Mangunhardja (2013: 42 -43)

mengatakan spiritualitas merupakan suatu program pelatihan spiritual yang

mencakup latihan-latihan rohani untuk mengembangkan hidup spiritual. Melalui

latihan rohani, daya-daya yang ada dalam diri manusia yang meliputi panca indra,

naluri, ingatan, imajinasi, emosi dan afeksi dilatih agar dapat didayagunakan

dengan baik sehingga mampu membentuk pribadi yang berkembang secara

dinamis dalam kehidupan rohani maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Keprihatinan tersebut menggerakkan penulis melakukan penelitian di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, untuk memperoleh data seberapa

mendalam prodiakon telah menghayati spiritualitas hidup Kristiani, faktor-

faktor apa saja yang mendukung ataupun menghambat prodiakon dalam

menghayati spiritualitas hidup Kristiani, dan merangkum harapan-harapan

mereka yang perlu ditindaklanjuti oleh pastor paroki sebagai usaha untuk

meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok. Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan

sumbangan pemikiran yaitu membuat program pendampingan prodiakon dan

membantu pastor paroki dalam pelaksanaanya di lapangan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

b. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui seberapa mendalam prodiakon telah menghayati spiritualitas

hidup Kristiani.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami

prodiakon dalam menghayati spritiualitas hidup Kristiani.

3. Mendapat gambaran harapan prodiakon dan usaha yang perlu dilakukan

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok untuk meningkatkan semangat

pelayanan Prodiakon.

c. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yang

didukung oleh data-data kuantitatif. Menurut Moleong (2014: 4) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata -

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian

ini ingin mengungkapkan kejadian atau fakta yang terjadi di lapangan,

khususnya yang dialami oleh prodiakon dalam menghayati spiritualitas hidup

Kristiani. Hasil penelitian nantinya dapat berupa angka dalam bentuk

persentase, tetapi penelitian ini tetap masuk dalam penelitian kualitatif.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

d. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Menurut Dapiyanta (2011: 23) berdasarkan cara

menjawab kuesioner dibedakan menjadi kuesioner terbuka, tertutup dan semi

terbuka. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner semi terbuka

yaitu pertanyaan atau daftar isian sebagian sudah disediakan jawaban oleh

peneliti dan jawaban lainnya dapat diisi oleh responden sesuai dengan

kenyataan atau realita yang mereka alami. Alasan penulis menggunakan

kuesioner untuk mengarahkan pandangan dan keyakinan responden ke arah

persoalan yang sedang diteliti oleh peneliti.

e. Responden Penelitian

Ridwan (2002: 29) mengatakan responden adalah pemberi informasi

yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

baik secara tertulis maupun lisan. Cara menentukan responden menurut

Sutrisno Hadi (2001: 38) dengan menggunakan dua metode, yaitu metode

populasi dan metode sampel. Untuk menentukan jumlah responden dalam

penelitian ini, penulis menggunakan metode sampel.

Penentuan ukuran sampel menurut Sugiyono (2014: 55-56) jumlah

anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian tergantung

pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki yaitu 1%, 5%, dan

10% dari jumlah sampel. Pada penelitian ini penulis mengambil tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

kesalahan sekitar 5% dari keseluruhan sampel. Penentuan sampel

berdasarkan rumus solves sebagai berikut:

n = N/(1 + N. (e)²)

n = Number of sampel
N = Total population
e = Error tolerance

Keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang usia

dewasa yang semuanya adalah anggota prodiakon Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok, maka :

Berdasarkan perhitungan rumus di atas, responden yang dipilih dalam

penelitian berjumlah 36 orang.

f. Tempat dan Waktu Penelitian

Mengacu pada judul skripsi, penelitian ini dilaksanakan di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan

Timur. Waktu penelitian 15 Maret 2017 sampai dengan 21 April 2017.

g. Variabel yang diteliti dan Kisi-kisi Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi (1982: 224) variabel merupakan segala sesuatu

atau faktor-faktor yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

tingkatannya terhadap peristiwa atau gejala yang menjadi sasaran penelitian.

Variabel yang akan diungkap dalam penelitian penghayatan spiritualitas

hidup Kristiani adalah:

1. Penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam menghayati spiritualitas hidup

Kristiani.

3. Harapan prodiakon dan usaha yang perlu dilakukan Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok untuk mengingkatkan semangat pelayanan prodiakon.

Tabel 1.
Kisi-kisi Penelitian.

Jumlah
No Aspek yang mau diungkap No. Item
Item
1. Identitas/Data Responden 1 s/d 3 3
2. Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani 4 s/d 18 15
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam 19 s/d 22 4
menghayati spiritualitas hidup Kristiani.
4. Harapan prodiakon dan usaha Paroki Kristus 23 s/d 25 3
Raja Barong Tongkok untuk meningkatkan
semangat pelayanan Prodiakon.
Jumlah 25

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dan

pembahasannya berkaitan dengan penghayatan prodiakon terhadap

spiritualitas hidup Kristiani berdasarkan data yang diperoleh melalui

kuesioner. Data penelitian diolah penulis dengan cara membuat tabel


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

distribusi frekwensi relatif dengan menghitung jumlah jawaban yang dipilih

oleh responden dikalikan seratus dan kemudian dibagi dengan total

keseluruhan responden (Sutrisno, 1986: 22).

Rumus yang digunakan dalam penghitungan kuesioner semi terbuka

dan semi tertutup adalah:

F = Frekwensi atau banyaknya responden yang memilih alternative jawaban.


N = Jumlah Responden.
100 = Bilangan Konstanta.

Dari tabel data yang ada, penulis mencoba menafsirkannya dalam

bentuk deskripsi untuk mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan.

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, item 1 s/d 3 digunakan untuk

menggambarkan identitas responden dari segi umur, pendidikan terakhir dan

jenis pekerjaan. Item 4 s/d 18 untuk menggambarkan penghayatan prodiakon

terhadap spiritualitas hidup Kristiani. Sedangkan item 19 s/d 22 digunakan

untuk menggambarkan faktor penghambat dan pendukung prodiakon dalam

menghayati spiritualitas hidup Kristiani. Dan selanjutnya untuk nomor 23 s/d

25 digunakan untuk menguraikan harapan prodiakon dan usaha yang perlu

dilakukan Paroki Kristus Raja Barong Tongkok untuk meningkat semangat

pelayanan Prodiakon.

Untuk item 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 18 dan 24, responden

memilih salah satu jawaban yang telah disediakan oleh penulis . Alasannya,

jawaban yang disediakan pada item ini berbentuk pernyataan yang

jawabannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis untuk memperoleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

data umur responden, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pelaksanaan

praktek hidup doa dan kerja sama tim. Adapun jenis pernyataan yang dipilih

oleh responden yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah.

Sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Sedangkan untuk item kuesioner 4, 5, 6, 11, 13, 14, 16, 19, 20, 21,

22, 23 dam 25, responden dapat memilih lebih dari satu jawaban atau menulis

jawaban sendiri pada alternatif jawaban lainnya. Alasannya, persepsi

seseorang terhadap pemaknaan atau refleksi terkait dengan penghayatan tidak

tunggal melainkan beragam. Oleh karena itu, responden diberikan

kesempatan untuk memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan kenyataan

yang mereka alami dalam menghayati spiritualitas hidup Kristiani. Jika

jawaban yang disediakan dirasa masih belum cukup mewakili kenyataan,

maka responden dapat menulis jawabannya sendiri pada kolom alternatif

jawaban lainnya. Dengan demikian penulis dapat menggali lebih jauh

bagaimana responden menghayati spiritualitas hidup Kristiani, faktor

penghambat dan pendukung berdasarkan jawaban yang mereka ungkapkan

dalam kolom alternatif jawaban lainnya.

a. Identitas Responden
Tabel 2.
Identitas Responden.
(N = 36).

No. Pernyataan Total Persentase


Item Jawaban (%)
1. Usia Sekarang
a. 30 s/d 40 tahun 3 8,5
b. 40 s/d 50 tahun 14 38,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

c. 50 s/d 60 tahun 12 33,3


d. 60 s/d 70 tahun 7 19,4
2. Pendidikan Terakhir
a. SD s/d SMA 15 41,9
b. Diploma/Sarjana (Non 14 38,8
Kateketik/Non Guru Agama)
c. Diploma/Sarjana (Kateketik/Guru 5 13,8
Agama)
d. Lainnya:
- S2 2 5,5

3. Pekerjaan
a. PNS 9 25
b. Pensiunan 7 19,4
c. Swasta 9 25
d. Lainnya:
- Guru/PTT/Honorer 4 11.2
- Petani 7 19.4

Berdasarkan tabel distribusi frekwensi di atas, item 1 mengungkapkan

usia prodiakon. Berdasarkan data, sebanyak 38,8% berusia 40 s/d 50 tahun.

33,3% berusia 50 s/d 60 tahun. 19.4% berusia 60 s/d 70 tahun dan 8,5%

berusia 30 s/d 40 tahun. Item 2 mengungkapkan pendidikan terakhir

prodiakon. Berdasarkan data, sebanyak 41,9% lulusan Sekolah Dasar s/d

Sekolah Menengah Atas. 52,6% lulusan Diploma s/d Sarjana Strata Satu

dengan berbagai jurusan seperti: Kateketik, Ekonomi, Hukum, Pendidikan,

Ilmu Komunikasi, Sastra dan Sosial Politik. 5,5% lulusan Magister:

Pendidikan dan Ekonomi. Item 3 mengungkapkan jenis pekerjaan yang

ditekuni oleh responden. Berdasarkan data, sebanyak 25% responden bekerja

sebagai PNS, 19,4% sebagai pensiunan guru dan tentara, 25% bekerja di

bidang swasta sebagai wirausaha dan bekerja di perusahaan. 19,4% bekerja

sebagai petani karet dan 11,2% bekerja sebagai Guru Honorer maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tenaga Kerja Kontrak di Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat mereka yang terpilih dan

terpanggil menjadi prodiakon memiliki latar belakang usia, pendidikan dan

pekerjaan yang sangat beragam. Keseluruhan prodiakon Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok berjenis kelamin laki-laki.

b. Penghayatan Prodiakon Terhadap Spiritualitas Hidup Kristiani

Tabel 3.
Penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani.
(N = 36)

No. Pernyataan Total Persentase


Item Jawaban ( %)
4. Penghayatan panggilan menjadi murid
Kristus.
a. Melaksanakan keutamaan hidup 20 56
Kristiani dan berjuang mewujudkan
Kerajaan Allah di dunia.
b. Setia menjalani panggilan hidup 25 70
sehari-hari sesuai dengan karunia dan
kharismanya masing-masing.
c. Meneladani corak dan cara hidup 18 50
Yesus dan mewujudkannya dalam
hidup sehari-hari.
d. Jawaban lainnya:
- Mewartakan Injil 2 5,5
- Hidup menurut bimbingan Roh 8 22
Kudus.
5. Peran Roh Kudus dalam hidup beriman.
a. Roh Kudus menjadi daya kekuatan 20 56
yang menggerakkan saya untuk lebih
berani, gigih, berdaya juang dan
bersemangat dalam menjalani
peziarahan hidup di dunia ini.
b. Roh Kudus membimbing, menuntun, 25 70
dan meneguhkan iman saya akan
Yesus Kristus.
c. Roh Kudus senantiasa mengingatkan 18 50
saya akan hal-hal yang baik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

menjauhkan saya dari hal-hal yang


jahat.
d. Jawaban lainnya:
- Roh Kudus Menerangi jalan 2 5,5
pikiran ketika mengalami
kegelapan.

6. Perwujudan panggilan hidup Kudus di dunia.


a. Mendengarkan Sabda Allah dan 10 28
melaksanakannya dalam hidup sehari-
hari.
b. Menghayati hidup rohani dan 23 64
mengarahkan diri untuk semakin
dengan Tuhan.
c. Hidup dalam semangat Roh dan 20 56
menjadi teladan iman.

7. Pentingnya mengembangkan hidup rohani


dan menjadi teladan iman di tengah keluarga,
Gereja dan masyarakat.
a. Setuju. 26 72
b. Netral. 10 28
c. Tidak Setuju. - -
d. Sangat Tidak Setuju. - -

8. Meluangkan waktu khusus untuk berdoa,


membaca Kitab Suci, membaca buku rohani,
dan ber-refleksi dalam hidup sehari-hari.
a. Selalu. 7 20
b. Sering. 20 55
c. Kadang-kadang. 6 17
d. Jarang. 3 8
e. Tidak Pernah. - -

9. Melakukan pengakuan dosa setiap satu bulan


sekali.
a. Selalu. 1 2
b. Sering. 18 50
c. Kadang-kadang. 10 27
d. Jarang. 5 13
e. Tidak Pernah. 2 5

10. Merayakan Ekaristi bersama keluarga.


a. Selalu. 23 64
b. Sering. 10 28
c. Kadang-kadang. 3 8
d. Jarang. - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

e. Tidak Pernah. - -

11. Implikasi perayaan Ekaristi dalam hidup


sehari-hari.
a. Memperjuangkan nilai-nilai luhur di 13 36
tengah keluarga, umat dan
masyarakat.
b. Semakin bertumbuh dalam iman, 25 69
pengharapan dan kasih.
c. Membangun semangat persaudaran, 22 61
perdamaian dan kepedulian terhadap
sesama manusia.
d. Membaktikan diri dalam hidup 20 55
menggeraja dan kehidupan sosial
masyarakat.

12. Gereja merupakan paguyuban umat beriman


Kristiani yang dipanggil untuk hidup penuh
kasih, membangun persaudaraan, saling
berbagi, memberikan perhatian, tolong
menolong, dan mengenal satu sama lain. 24 66,6
a. Sangat Setuju. 10 28
b. Setuju. 2 5,4
c. Netral. - -
d. Tidak Setuju. - -
e. Sangat Tidak Setuju.

13. Motivasi umat menjadi prodiakon.


a. Ikut ambil bagian dalam tugas 20 55
imamat, kenabian, dan rajawi Kristus.
b. Tergerak hati untuk terlibat 25 70
membangun kehidupan Gereja.
c. Dengan melayani umat saya merasa 15 42
bahagia dan diteguhkan dalam iman.
d. Kurangnya tenaga iman. 14 38
e. Jawaban Lainnya:
- Mengembangkan diri dalam 3 8
pelayanan kasih.

14. Penghayatan panggilan sebagai kaum awam


di tengah keluarga, umat dan masyarakat.
a. Menjaga nama baik sebagai kepala 25 70
keluarga, mencintai istri dan anak,
bertanggungjawab, penuh kasih dan
memiliki relasi yang baik dengan
masyarakat sekitar.
b. Berlaku jujur, adil, bijaksana, sabar 20 55,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

dan memiliki kehidupan moral yang


baik di tengah keluarga dan
masyarakat.
c. Terlibat aktif dalam kehidupan 18 50
bermasyarakat sebagai wujud
kesaksian iman.
d. Jawaban Lainnya:
- Menghidupi nilai-nilai 2 5,5
kekatolikan di tengah keluarga
dan masyarakat.
- Menerapkan nilai-nilai Kristiani 5 13,8
dalam keluarga dan masyarakat.

15. Sikap dan semangat Yesus Kristus menjadi


teladan bagi prodiakon dalam melayani.
a. Sangat Setuju 26 73
b. Setuju 8 22
c. Netral 2 5
d. Tidak Setuju - -
e. Sangat Tidak Setuju - -

16. Agar dapat mengenal dan melayani umat


dengan baik, prodiakon perlu melakukan:
a. Kunjungan rutin ke stasi maupun 16 45
lingkungan.
b. Meminta data umat di sekretariat 20 55
paroki untuk mempermudah
pelayanan
c. Menggali informasi dari tokoh umat 10 27
dan tokoh masyarakat setempat.

17. Prodiakon mengedepankan sikap pelayanan


tanpa pamrih.
a. Sangat Setuju. 24 66,6
b. Setuju. 10 27,7
c. Netral. 2 5,5
d. Tidak Setuju. - -
e. Sangat Tidak Setuju. - -

18. Prodiakon mengedepankan sikap terbuka,


saling menghargai, berdialog, bekerja sama,
dan mau belajar satu sama lain untuk
kepentingan bersama.
a. Selalu 15 42
b. Sering 9 25
c. Kadang-kadang 7 20
d. Jarang 5 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

e. Tidak Pernah. - -

Berdasarkan tabel distribusi frekwensi di atas, item 4 berbicara

tentang penghayatan panggilan menjadi murid Kristus. Data menunjukkan

sebanyak 70% prodiakon menjawab penghayatan panggilan menjadi murid

Kristus mereka perjuangkan dengan setia menjalani panggilan hidup masing-

masing sebagai kepala keluarga, pekerja, tokoh umat, dan juga sebagai

anggota masyarakat. Selain itu, sebanyak 56% prodiakon menjawab

penghayatan panggilan menjadi murid Yesus juga mereka perjuangkan

dengan melaksanakan keutamaan hidup Kristiani dan ikut ambil bagian

dalam memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia sesuai dengan

status dan corak hidupnya masing-masing.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat menjadi pengikut

Kristus tidak sekedar mengerti dan mengetahui identitas Yesus, melainkan

dituntut untuk dapat melibatkan diri secara pribadi, total dan utuh dengan

cita-cita dan semangat hidup Yesus. Cita-cita dan semangat hidup Yesus

itulah yang sedang diperjuangkan oleh prodiakon paroki Kristus Raja Barong

Tongkok dengan setia menjalani panggilan hidupnya masing-masing di

tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

Item 5 mengungkapkan peran Roh Kudus dalam hidup beriman

prodiakon. Gereja Katolik meyakini lewat pembaptisan dan sakramen

penguatan Allah mengaruniakan Roh-Nya yang kudus untuk tinggal dan diam

bersama umat-Nya. Roh Kudus adalah Roh Allah yang dikaruniakan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

umat Kristiani untuk menolong, menghibur, dan menuntun seluruh umat agar

tetap berjalan dalam kebenaran Sabda-Nya.

Data menunjukkan sebanyak 70% prodiakon menjawab percaya bahwa

Allah mengutus Roh-Nya yang Kudus untuk tinggal dan bersemayam dalam

hidup mereka masing-masing. Mereka meyakini Roh Kudus menuntun,

membimbing, dan meneguhkan iman mereka akan Yesus Kristus. Selain itu,

sebanyak 56% prodiakon juga menjawab Roh Kudus menjadi daya kekuatan

yang menggerakkan mereka untuk lebih berani dan bersemangat dalam

melayani.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat prodiakon menyakini

bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah yang menggerakkan, memanggil,

menjiwai, menuntun, dan membimbing keseluruhan peziarahan hidup mereka

di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

Item 6 berbicara tentang penghayatan panggilan hidup kudus umat

beriman Kristiani di tengah dunia. Penghayatan panggilan hidup kudus yang

dimaksud, yaitu umat beriman Kristiani sesuai status dan corak hidupnya

masing-masing senantiasa mengarahkan diri pada kesucian hidup dengan

memupuk dan menyuburkan hidup rohani atau iman. Panggilan hidup kudus

juga menjadi jalan bagi umat Kristiani untuk dapat semakin sempurna

mengikuti Yesus dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Panggilan hidup kudus dapat diperjuangkan dengan tindakan kasih kepada

Tuhan dan sesama, hidup sederhana, serta berjuang untuk senantiasa

membangun ketaatan dan kesalehan melalui penghayatan hidup rohani.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Data menunjukkan sebanyak 64% prodiakon menjawab penghayatan

panggilan hidup kudus mereka perjuangkan dengan menghayati hidup rohani

dan mengarahkan diri untuk semakin dekat dengan Tuhan. Adapun bentuk -

bentuk kegiatan yang mendorong prodiakon untuk semakin dekat dengan

Tuhan nampak pada item 8 s/d 10, yaitu berdoa, membaca dan melaksanakan

Sabda Allah, merayakan Ekaristi, dan lain sebagainya. Selain itu sebanyak

56% prodiakon menjawab panggilan hidup kudus juga mereka perjuangkan

dengan berusaha untuk tidak terikat oleh keinginan duniawi dan hidup dalam

semangat Roh.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat panggilan hidup kudus

mengarahkan prodiakon untuk tidak hanya mencari harta kekayaan duniawi,

tetapi juga berjuang untuk mencari harta kekayaan surgawi dengan hidup

dalam semangat Roh. Panggilan hidup kudus juga mendorong prodiakon

untuk berani memberikan kesaksian iman di tengah keluarga, Gereja dan

masyarakat.

Item 7 berbicara tentang panggilan menjadi prodiakon tidak sekedar

membagikan komuni, ia haruslah pribadi yang memiliki hidup rohani yang

baik dan juga mampu menjadi teladan iman di tengah keluarga, Gereja dan

masyarakat. Data menunjukkan sebanyak 72% prodiakon menyatakan setuju

apabila menjadi prodiakon, ia haruslah seorang yang beriman dan memiliki

hidup rohani yang baik dan juga mampu menjadi teladan iman di tengah

keluarga, Gereja dan masyarakat. Sedangkan sebanyak 28% prodiakon

menyatakan netral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat menjadi prodiakon

tidak sekedar membagikan hosti pada saat perayan Ekaristi, tetapi juga

dituntut untuk dapat menjadi teladan iman di tengah keluarga, umat dan

masyarakat. Agar dapat menjadi teladan iman, prodiakon perlu membangun

kedekatan personal dengan Allah, mengalami kasih Allah, dan menjadikan-

Nya sebagai pelita kehidupan. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut,

prodiakon perlu menyadari akan pentingnya mengembangkan hidup rohani

yang mendalam. Adapun jenis kegiatan yang mendukung perkembangan

hidup rohani prodiakon nampak dalam item 8 s/d 10.

Seperti yang telah penulis jelaskan di atas, item 8 s/d 10

mengungkapkan kegiatan yang mendukung perkembangan hidup rohani

Prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Data menunjukkan

sebanyak 55% prodiakon menyatakan sering meluangkan waktu untuk

berdoa, membaca Kitab Suci, buku renungan/rohani dan melakukan refleksi.

Sedangkan sisanya 20% menyatakan selalu, 17% menyatakan kadang-

kadang, dan 8% menyatakan tidak pernah. Selain itu, dalam penelitian juga

terungkap sebanyak 50% prodiakon menyatakan sering melakukan

pengakuan dosa, sedangkan sisanya 27% menyatakan kadang-kadang, 13%

menyatakan jarang, 5% menyatakan tidak pernah dan 2% menyatakan selalu.

Selain pengakuan dosa, kegiatan hidup rohani lainnya yang dilakukan oleh

prodiakon yaitu merayakan Ekaristi bersama keluarga. Data menunjukkan

sebanyak 64% prodiakon menyatakan selalu merayakan Ekaristi bersama


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

keluarga, sedangkan sisanya 28% menyatakan sering, dan 8% menyatakan

kadang-kadang.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat salah satu

pertimbangan untuk dapat menjadi prodiakon adalah memiliki profil dan juga

mutu hidup rohani yang baik. Dalam pelaksanaanya prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok telah berusaha mengembangkan hidup

rohaninya secara pribadi maupun bersama keluarga dengan berdoa, membaca

Kitab Suci, dsb. Namun demikian, tidak dipungkiri pula masih ada beberapa

prodiakon yang belum dapat melaksanakannya dengan disiplin.

Item 11 berbicara tentang implikasi pastoral perayaan Ekaristi bagi

umat Kristiani. Gereja Katolik mengajarkan kepada umat-Nya bahwa Ekaristi

adalah sumber, pusat dan puncak kehidupan umat Kristiani. Ekaristi

merupakan misteri iman sekaligus panggilan bagi umat Kristiani untuk ambil

bagian dalam sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Umat

Kristiani yang merayakan Ekaristi sejatinya mengalami perubahan hidup dan

menjadi pribadi yang Ekaristis.

Data menunjukkan sebanyak 69% prodiakon menjawab melalui

perayaan Ekaristi membuat mereka semakin bertumbuh dalam iman,

pengharapan dan kasih. Selain itu, sebanyak 61% prodiakon juga menjawab

setelah merayakan Ekaristi ada dorongan dalam diri mereka untuk

membangun semangat persaudaraan, kerukunan, dan kepedulian dalam

keluarga, Gereja dan masyarakat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat merayakan Ekaristi

tidak berhenti pada meja perjamuan, melainkan sebuah perayaan iman yang

mendorong umat Kristiani dalam hal ini prodiakon untuk dapat melayani

sesama khususnya mereka yang mengalami penindasan dan penderitaan

dalam hidup. Selain itu pula, umat Kristiani yang merayakan Ekaristi

seharusnya mengalami perubahan hidup menjadi lebih baik.

Item 12 berbicara tentang Gereja yang merupakan paguyuban umat

beriman Kristiani dipanggil untuk hidup penuh kasih, membangun semangat

persaudaraan, saling berbagi, memberikan perhatian, tolong menolong dan

mengenal satu sama lain. Data menunjukkan sebanyak 66.6% prodiakon

menyatakan sangat setuju, 28% menyatakan setuju, dan 5,4% menyatakan

netral. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat sebagai bagian dari

paguyuban umat beriman Kristiani prodiakon menyadari bahwa mereka

dipanggil untuk hidup dalam semangat persaudaraan, saling berbagi,

memberikan perhatian, tolong menolong, dan mengenal satu sama lain.

Item 13 berbicara tentang motivasi umat menjadi prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok. Data menunjukkan, sebanyak 70% prodiakon

menjawab motivasi mereka menjadi prodiakon karena tergerak hati untuk

terlibat dalam pembangunan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok. Selain itu, sebanyak 55% prodiakon menjawab motivasi mereka

menjadi prodiakon yaitu ambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan

rajawi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat motivasi umat di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok menjadi prodiakon adalah untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan hidup menggereja dan sebagai bentuk

aktualisasi dari panggilan umat beriman Kristiani dalam tugas imamat

(kegiatan liturgi), kenabian (kegiatan pewartaan), dan rajawi Kristus

(kegiatan penggembalaan).

Item 14 berbicara tentang prodiakon menghayati panggilan hidupnya

sehari-hari sebagai awam di tengah keluarga, umat dan masyarakat.

Prodiakon bukanlah kaum klerus melainkan awam yang terpilih dan diangkat

oleh uskup untuk membantu imam membagikan komuni suci maupun dalam

tugas-tugas lainnya. Maka dari itu, prodiakon hendaknya hidup dalam

kekhasannya sebagai awam, yaitu mencari Kerajaan Allah dengan mengurus

hal-hal dunia dan mengaturnya seturut dengan kehendak Allah.

Data menunjukkan sebanyak 70% prodiakon menjawab penghayatan

panggilan sebagai awam di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat mereka

wujudkan dengan menjaga nama baik sebagai kepala keluarga, setia dalam

perkawinan, mengasihi istri dan anak, bertanggungjawab dalam

melaksanakan tugas pelayanan, dan memiliki kehidupan sosial yang baik.

Selain itu, sebanyak 55,5% prodiakon menjawab mereka berusaha untuk

dapat berlaku jujur, adil, bijaksana, sabar dan memiliki kehidupan moral

yang baik di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat umat yang terpilih

menjadi prodiakon tetaplah hidup dalam kekhasannya sebagai awam. Itulah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

yang diperjuangkan oleh prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

Sebagai awam yang berkeluarga, memiliki pekerjaan, dan sebagai anggota

masyarakat mereka berusaha untuk dapat menjalankan panggilan hidupnya

itu dengan sebaik mungkin walaupun sebenarnya dalam perjalanan itu

mereka pasti mengalami berbagai macam kesulitan dan tantangan.

Item 15 berbicara tentang prodiakon meneladani sikap dan semangat

hidup Yesus Kristus. Dalam keseharian-Nya khususnya ketika berkeliling

kota untuk mewartakan karya keselamatan Allah, Yesus tampil sebagai sosok

yang sederhana, bijaksana, rendah hati, tegas, tidak mudah putus asa, peka,

bertanggungjawab, setia kepada kehendak Allah, dan penuh kasih. Sikap dan

semangat seperti inilah yang perlu dikembangkan dan diperjuangkan oleh

prodiakon dalam pelayanan maupun dalam hidup sehari-hari.

Data menunjukkan sebanyak 73% prodiakon menyatakan sangat

setuju, 22% menyatakan setuju, dan 5% menyatakan netral. Berdasarkan data

tersebut, penulis berpendapat untuk dapat menjadi prodiakon yang baik

mereka perlu banyak belajar dari kehidupan Yesus dan berguru kepada-Nya.

Yesus adalah sosok pemimpin dan juga pelayanan yang selalu mengutamakan

kepentingan banyak orang di atas kepentingan pribadi. Dalam melayani

sesama Yesus tidak pilih kasih dan merangkul semua orang. Hal inilah yang

sejatinya menjadi cerminan prodiakon dalam melayani umat di paroki, stasi,

maupun lingkungan.

Item 16 berbicara tentang cara prodiakon untuk dapat mengenal umat

di paroki, stasi maupun lingkungan. Tujuannya agar prodiakon dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

mengetahui situasi dan kondisi umat sehingga mampu memberikan pelayanan

yang baik sesuai dengan kebutuhan mereka. Data menunjukkan sebanyak

55% prodiakon menjawab cara mereka untuk dapat mengenal umat yaitu

meminta data di sekretariat paroki. Selain itu, sebanyak 45% prodiakon

menjawab mereka rutin melakukan kunjungan ke stasi dan lingkungan.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat prodiakon telah

mengusahakan berbagai macam cara agar dapat mengetahui situasi dan

kondisi umat yang ada di paroki, stasi, maupun lingkungan. Dengan demikian

harapannya prodiakon dapat memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan

kebutuhan umat.

Item 17 berbicara tentang prodiakon melayani tanpa pamrih.

Panggilan menjadi prodiakon tidak sama seperti orang yang berprofesi

sebagai guru atau dokter. Menjadi prodiakon berarti dengan sukarela dan

penuh pengorbanan mengabdikan diri untuk kemuliaan nama Tuhan. Maka

dari itu, prodiakon tidak mendapatkan gaji dan tidak boleh menuntut gaji atas

pelayanan yang telah ia lakukan. Prodiakon senantiasa mengedepankan sikap

pelayanan tanpa pamrih dimanapun mereka bertugas.

Data menunjukkan, sebanyak 66,6% prodiakon menyatakan sangat

setuju, kemudian sebanyak 27,7 menyatakan setuju, dan 5,5% menyatakan

netral. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat prodiakon menyadari

panggilan mereka menjadi prodiakon tidak untuk mengejar keuntungan

materi melainkan panggilan untuk ambil bagian dalam karya pengudusan

umat oleh Allah lewat perannya sebagai petugas liturgi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Item 18 berbicara tentang prodiakon perlu membangun sikap dan

semangat kerjasama tim yang baik. Prodiakon adalah petugas liturgi yang

membantu imam untuk membagikan komuni ataupun memimpin ibadat.

Berdasarkan strukur kepengurusan Dewan Pastoral Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok, prodiakon masuk dalam tim seksi liturgi. Sedangkan pastor

paroki sebagai koordinator yang mengkoordinir setiap kegiatan pastoral yang

ada di Paroki.

Untuk itu seluruh pihak yang terlibat dalam DPP perlu membangun

kerja sama tim yang baik agar mampu memberikan pelayanan optimal sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing. Membangun kerja sama tim dapat

dipupuk dengan mengedepankan sikap saling mendukung, belajar, terbuka,

berdialog, tolong menolong, bekerja sama, dan menghargai satu sama lain

untuk kepentingan bersama. Data menunjukkan, sebanyak 42% prodiakon

menyatakan selalu, 25% menyatakan sering, 20% menyatakan kadang-kadang

dan 13% menyatakan jarang. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat

kerja sama tim prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok terlaksana

dengan cukup baik.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menghayati Spiritualitas


Hidup Kristiani
Tabel 4.
Faktor pendukung dan penghambat.
( N = 36)

No. Pernyataan Total Persentase


Item Jawaban (%)
19. Faktor pendukung internal, yaitu kesadaran
atau keinginan dari dalam diri prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

untuk:
a. Berdoa, mendengarkan dan 24 66
melaksanakan Sabda Allah,
merayakan Ekaristi, pengakuan
dosa, dan kegiatan hidup rohani
lainnya. 20 55
b. Melakukan sharing pengalaman
iman dengan teman sekomunitas. 15 41
c. Melakukan amal kasih.
d. Jawaban lainnya : 6 16
- Menjalin silahturahmi antar 5 13
sesama.
- Belajar dari pengalaman hidup
pribadi dan juga orang lain.

20. Faktor pendukung eksternal yaitu berupa


sarana dan prasarana pendukung dalam
menghayati spiritualitas hidup Kristiani. 26 72
a. Tersedianya buku dan benda rohani
yang digunakan untuk aktivitas
hidup rohani (Kitab Suci, buku
renungan, Rosario, Salib, lilin, 20 55
dsb).
b. Memiliki ruangan khusus untuk 23 63
berdoa bersama keluarga.
c. Memanfaatkan teknologi atau
media elektronik untuk
mendengarkan renungan.

21. Kesulitan internal yang dihadapi dalam


menghayati spiritualitas hidup Kristiani.
a. Pekerjaan dan aktivitas lainnya 16 45
yang menyita banyak waktu.
b. Kurangnya pemahaman akan 13 36
spiritualitas hidup Kristiani.
c. Kurangnya kesadaran akan 20 55
pentingnya penghayatan
spiritualitas hidup Kristiani.

22. Tantangan eksternal yang dihadapi dalam


menghayati spiritualitas hidup Kristiani.
a. Gaya hidup masa kini 23 64
(konsumerisme, materialisme dan
hedonisme)
b. Pengaruh negatif dari kemajuan 20 55
teknologi seperti TV, handphone,
internet, media sosial, dsb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

c. Kurangnya sarana dan prasarana 8 22


pendukung hidup rohani.

Berdasarkan tabel frekwensi di atas, item 19 berbicara tentang faktor

pendukung internal yaitu faktor dari dalam diri yang menyangkut keinginan

atau kesadaran prodiakon untuk mengikuti kegiatan yang mendukung

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani. Data menunjukkan, sebanyak 66%

prodiakon menjawab kegiatan yang membantu mereka dalam menghayati

spiritualitas hidup Kristiani, di antaranya: berdoa, mendengarkan dan

melaksanakan Sabda Allah, merayakan Ekaristi, melakukan pengakuan dosa,

dan kegiatan hidup rohani lannya. Selain itu, sebanyak 55% prodiakon

menjawab mereka sharing pengalaman iman dalam komunitas serta

melakukan amal kasih. Jawaban lainnya, menjalin silahturahmi, menolong

sesama manusia dan mau belajar dari pengalaman hidup pribadi dan juga

pengalaman hidup orang lain.

Berdasarkan data tersebut di atas, penulis berpendapat penghayatan

prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani diwujudkan dalam dimensi

vertikal dan horizontal. Dalam dimensi vertikal, prodiakon berusaha untuk

dapat membangun hubungan personal dengan Allah melalui berbagai macam

kegiatan rohani yang membantu mereka untuk semakin bertumbuh dan

berkembang dalam iman, harapan, dan kasih. Selain itu, prodiakon juga

menyadari penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak sekedar untuk

membangun kesalehan rohani, tetapi perlu juga diwujudkan dalam dimensi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

horizontal, yaitu membangun semangat persaudaraan, menjalin silahturahmi,

dan peduli terhadap sesama manusia.

Item 20 berbicara tentang faktor pendukung eksternal, yaitu keadaan

atau situasi di luar diri prodiakon yaitu berupa sarana dan prasarana

pendukung yang digunakan dalam penghayatan spiritualitas hidup Kristiani.

Data menunjukkan, sebanyak 72% prodiakon menjawab sarana yang mereka

gunakan untuk mendukung penghayatan spiritualitas hidup kristiani di

antaranya: Kitab Suci, buku doa dan renungan, Rosario, salib, lilin, patung

santo-santa, gambar orang kudus, dsb. Sedangkan prasarana pendukung di

antaranya: ruang doa keluarga, gedung gereja, dan goa maria.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat sarana dan prasarana

yang memadai dapat membantu dan mempermudah prodiakon dalam

menumbuhkan hidup iman secara pribadi maupun bersama keluarga, umat

dan teman sekomunitas.

Item 21 mengungkapkan kesulitan internal yang dihadapi prodiakon

dalam melaksanakan penghayatan spiritualitas hidup Kristiani. Data

menunjukkan, sebanyak 55% prodiakon menjawab tantangan internal yang

mereka hadapi yaitu kurangnya kesadaran dalam diri akan pentingnya

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani. Selain itu, sebanyak 45%

prodiakon menjawab kesibukan pekerjaan dan aktivitas lainnya membuat

mereka kurang dispilin menjalankan jadwal hidup doa yang telah dibuat.

Selain kesulitan internal, item 22 mengungkapkan tantangan eksternal

yang dihadapi prodiakon dalam melaksanakan penghayatan spiritualitas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

hidup Kristiani. Data menunjukkan sebanyak 64% prodiakon menjawab

tantangan ekternal yang mereka alami adalah pengaruh gaya hidup masa kini

yang kerap kali menawarkan keindahan dunia seperti materialisme,

konsumerisme dan hedonisme. Selain itu, sebanyak 55% prodiakon

menjawab pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan media sosial

dapat mengganggu atau menghambat prodiakon dalam membangun hidup

spiritual. Jawaban lainnya, kurangnya sarana dan prasarana pendukung hidup

rohani.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat prodiakon mengalami

tantangan yang lazim dialami oleh semua umat beriman Kristiani, untuk itu

prodiakon perlu mencari jalan keluar agar kesulitan atau tantangan tersebut

dapat diatasi. Misalnya, prodiakon dapat menggunakan kemajuan teknologi

untuk memperdalam dan memperluas wawasan iman Kristianinya, hidup

sederhana dengan mengedepankan sikap bersyukur dan senantiasa mencari

Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya sehari-hari.

d. Harapan Prodiakon dan Usaha Paroki untuk Meningkatkan


Semangat Pelayanan Prodiakon Di Paroki Kristus Raja Barong
Tongkok

Tabel 5.
Harapan prodiakon dan usaha paroki untuk meningkatkan
semangat pelayanan prodiakon.
(N = 36)

No. Pernyataan Total Persentase


Item Jawaban (%)
23. Yang anda harapkan dari pastor paroki
sebagai pimpinan agau Gembala umat di
Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

a. Mengadakan program pembinaan 28 78


secara berkala yang dilakukan tiga
(3) bulan sekali atau enam (6) bulan
sekali dengan aneka tema atau sesuai
dengan kebutuhan lainnya.
b. Mengadakan program pembinaan 8 22
secara rutin satu (1) bulan sekali
dengan aneka tema dan kebutuhan
lainnya.
c. Jawaban Lainnya:
- Ziarah atau rekreasi bersama. 2 5,5
- Mendukung program kerja seksi
liturgi untuk peningkatan mutu 12 33,3
pelayanan prodiakon di paroki
dan stasi.

24. Pembinaan hendaknya dipahami sebagai on


going formation, bina lanjut dalam segala
bidang yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan kerohanian.
a. Sangat Setuju. 20 55,5
b. Setuju. 14 38,8
c. Netral. 2 5,5
d. Tidak Setuju. - -
e. Sangat Tidak Setuju. - -

25. Model atau jenis pembinaan seperti apa yang


anda harapkan untuk meningkatkan
semangat pelayanan prodiakon di Paroki
Kristus Raja Barong Tongkok?
a. Rekoleksi. 26 72,2
b. Melalui katekese shared christian 22 61,1
praxis.
c. Retret. 14 38,8

Berdasarkan data tabel frekwensi di atas, item 23 berbicara mengenai

harapan prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Sebanyak 78%

prodiakon mengharapkan adanya program pelatihan atau pembinaan dari

pastor paroki secara berkala yaitu 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali sesuai

dengan kebutuhan prodiakon. Sedangkan 22% prodiakon juga mengharapkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

adanya pembinaan secara rutin 1 bulan sekali sesuai dengan kebutuhan

prodiakon. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat prodiakon Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok sangat mengharapkan diadakannya

pendampingan sesuai dengan kebutuhan agar dapat menunjang performa

mereka dalam melayani maupun dalam hidup beriman.

Item 24 mengungkapkan mengenai aspek-aspek yang perlu

diperhatikan dalam pembinaan atau pendampingan prodiakon. Sebanyak

55,5% prodiakon menyatakan sangat setuju jika dalam pembinaan perlu

memperhatikan aspek pengetahuan, keterampilan dan kerohanian. 38,8%

menyatakan setuju dan 5,5% menyatakan netral. Sedangkan Item 25

mengungkapkan mengenai usaha yang perlu dilakukan Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon.

Sebanyak 72,2% prodiakon memilih rekoleksi. 61,1% prodiakon memilih

SCP (Shared Christian Praxis), dan 38,8% prodiakon memilih retret.

Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat sebagian besar

responden sangat setuju apabila pendampingan prodiakon perlu

memperhatikan aspek pengetahuan, keterampilan dan juga kerohanian.

Ketiga aspek tersebut memiliki tujuannya masing-masing dan sangat

bermanfaat bagi pengembangan wawasan, kreativitas dan juga hidup

spiritual. Khususnya dalam pengembangan spiritualitas, prodiakon diarahkan

untuk dapat semakin serupa dengan Yesus Kristus dan memotivasi prodiakon

agar dapat semakin mencintai panggilannya dan meningkatkan semangat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

pelayanannya di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Adapun jenis kegiatan

pendampingan yang paling banyak dipilih oleh prodiakon yaitu rekoleksi.

3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut


Masing-masing Variabel

a. Identitas Responden

Keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang.

Mereka adalah seluruh anggota prodiakon Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok yang statusnya masih aktif. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh

anggota prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok berjenis kelamin

laki-laki dengan rentang usia yang paling dominan yaitu 40 s.d 50 tahun.

Selain jenis kelamin dan usia, hasil penelitian juga mengungkapkan

pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh prodiakon, yaitu

sebagian besar prodiakon adalah lulusan Perguruan Tinggi dan Sekolah

Menengah Atas. Prodiakon lulusan Perguruan Tinggi berjumlah 21 orang.

Adapun gelar bidang studi yang diperoleh dari perguruan tinggi, di

antaranya: Sarjana Ekonomi, Sarjana Pendidikan, Sarjana Ilmu

Filsafat/Kateketik, Sarjana Sastra, Sarjana Komunisai, Sarjana Hukum dan

Magister. Sedangkan 15 anggota prodiakon lainnya adalah lulusan Sekolah

Menengah Atas. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, Prodiakon Patoki

Kristus Raja Barong Tongkok terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,

mampu secara intelektual, memiliki pengetahuan yang cukup luas dan

memadai. Selain pendidikan terakhir, jenis pekerjaan yang ditekuni oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

prodiakon juga sangat beragam, di antaranya: PNS, Pensiunan, Wirausaha,

Swasta, dan Petani.

b. Penghayatan Prodiakon Terhadap Spiritualitas Hidup Kristiani

Jordan (1985: 22) mengatakan spiritualitas hidup Kristiani bersifat

kristosentris. Seluruh corak dan gaya hidup Yesus menjadi pusat kehidupan

umat beriman Kristiani. Keselamatan yang Allah janjikan kepada umat

manusia terwujud dalam pribadi Yesus Kristus. Selain itu, Heryatno (2008:

9) mengatakan spiritualitas adalah hidup menurut Roh atau hidup di dalam

Roh.

Berdasarkan jawaban prodiakon, menghayati panggilan sebagai murid

Kristus mereka wujudkan dengan setia menjalani panggilan hidupnya

masing-masing di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. Sebagai kepala

keluarga mereka berusaha untuk setia dalam perkawinan, menjaga nama baik

dan mencintai seluruh anggota keluarga. Sebagai anggota Gereja, mereka

berusaha untuk dapat menjadi tokoh umat yang baik. Sedangkan sebagai

anggota masyarakat, mereka menyadari perlunya membangun relasi sosial

yang baik dengan semua masyarakat.

Spiritualitas hidup Kristiani selain bersifat kristosentris juga bersifat

askese. Askese ialah latihan rohani yang ditempuh orang Kristen di bawah

bimbingan Roh Kudus untuk memurnikan diri dari dosa, menguasai diri dan

memurnikan sikap hati di hadapan Allah, serta menghilangkan berbagai

penghalang untuk dapat merasakan hadirat Tuhan. Melalui latihan rohani,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

daya-daya yang ada dalam diri manusia meliputi panca indra, naluri, ingatan,

imajinasi, emosi dan afeksi dilatih agar dapat didayagunakan dengan baik

sehingga mampu membentuk pribadi yang berkembang secara dinamis dalam

hidup rohani maupun dalam kehidupan sehari-hari (Mangunhardjana 2013:

42-43).

Berdasarkan jawaban prodiakon, askese mengarahkan mereka untuk

dapat menghayati panggilan hidup kudus di tengah keluarga, Gereja dan

masyarakat. Penghayatan panggilan hidup kudus yang dimaksud, yaitu

prodiakon berusaha untuk mengarahkan diri pada kesucian hidup dengan

menghayati hidup rohani. Kegiatan rohani yang dihayati oleh prodiakon di

antaranya; berdoa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, melakukan

refleksi, pengakuan dosa, merayakan Ekaristi, dan mengikuti kegiatan rohani

lainnya yang mendukung perkembangan hidup rohani.

Selanjutnya motivasi umat menjadi prodiakon di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok. Kekhasan prodiakon terletak pada panggilannya sebagai

awam, “....Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib

mencari kerajan Allah dengan mengurusi hal-hal fana dan mengaturnya

seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya menjalankan

segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada ditengah kenyataan

hidup berkeluarga dan sosial. Disitulah mereka dipanggil oleh Allah untuk

menunaikan tugas dengan dijiwai oleh semangat Injil. Begitulah mereka

memancarkan iman, harapan, dan cinta kasih, terutama dengan kesaksian

hidup mereka, serta menampakkan Kristus kepada sesama” (LG art.31).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Selain itu, menurut Prasetya (2015: 38-39) berdasarkan karunia Roh

Kudus, kaum awam dipanggil untuk mengupayakan terwujudnya perutusan

Gereja Katolik dalam kehidupannya yang nyata demi kesejahteraan bersama.

“Kaum awam khususnya dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan

Gereja di daerah-daerah dan keadaan-keadaan tempat Gereja tidak dapat

menggarami dunia selain berkat jasa mereka. Demikianlah setiap awam,

karena kurnia-kurnia yang diterimanya, menjadi saksi dan sarana hidup

perutusan Gereja sendiri” (LG art. 33).

Akhirnya, Prasetya (2015: 40-41) menyimpulkan sebagai orang

beriman Katolik, mereka dapat terlibat dalam kehidupan menggereja, dengan

cara mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus,

serta terlibat dalam kehidupan bermasyarakat demi terwujudnya

kesejahteraan bersama. Keterlibatan mereka bukan sebagai kerasulan pribadi,

orang perorangan, tetapi harus dipahami sebagai kerasulan Gereja (Lih. AA

art. 23).

Berdasarkan jawaban responden, motivasi mereka menjadi prodiakon

adalah tergerak hati untuk terlibat dalam hidup menggereja di Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok. Selain itu mereka juga menyadari bahwa panggilan

menjadi prodiakon didasari pada panggilan seluruh umat Kristiani untuk

mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus. Bekat karunia Roh

Kudus prodiakon dapat melaksanakan tugas perutusannya di dunia. Roh

Kudus menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan mereka untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

mewartakan Kabar Gembira, baik di dalam Gereja maupun di tengah

masyarakat.

Menurut Martasudjita (2015, 27) semangat pelayanan identik dengan

sikap rendah hati yang mau berkorban untuk Allah dan sesama. Motivasi

pelayanan hendaklah didasari sebagai panggilan hidup, karena Allah yang

memanggil maka Dia pula yang akan menyertai prodiakon dalam

melaksanakan tugas pelayanannya itu. Selanjutnya Sugiyana (2006: 46-52)

mengatakan prodiakon dipanggil untuk melayani umat Allah dengan

semangat murah hati, rendah hati, dan setia.

Berdasarkan jawaban prodiakon, mereka menyatakan sangat setuju

semangat pelayanan mereka didasarkan pada sikap dan semangat Kristus,

yaitu: sabar, setia, murah hati, tulus, peka, bertanggungjawab, mau bekerja

sama, rela berkorban, dan penuh kasih. Selain itu, prodiakon juga

menyatakan sangat setuju menjadi prodiakon berarti dengan secara sukarela

dan penuh pengorbanan mengabdikan diri untuk kemuliaan nama Tuhan.

Selain motivasi, kerja sama tim juga perlu dibangun dan diperhatikan

oleh semua pihak yang terlibat dalam pembangunan hidup menggeraja di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Pastor paroki selalu pimpinan

berkewajiban dan berhak melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap

seluruh anggota Gereja termasuk prodiakon. Untuk itu, semua pihak yang

terlibat dalam pembangunan hidup menggereja dengan rendah hati mau

membuka diri untuk saling belajar, bekerja sama, tolong menolong,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

mendukung, memotivasi dan menghargai satu lain untuk kemajuan dan

kepentingan bersama.

Berdasarkan jawaban prodiakon, mereka menyatakan telah

membangun kerja sama tim dengan mengedepankan sikap-sikap seperti yang

penulis sebutkan di atas. Harapannya melalui kerja sama tim yang solid,

mereka mampu menciptakan budaya kerja yang sehat, berkomitmen, proaktif,

bertanggungjawab dan total.

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak berhenti pada

kesalehan pribadi belaka yang dapat menjebak prodiakon ke dalam

spiritualitas pribadi. Krispurwana (2009:65) mengatakan perjalanan umat

Allah adalah perjalanan meniti dua sayap: rohani dan sosial. Sayap rohani

yaitu Gereja tubuh Kristus, umat Allah dipanggil kepada kekudusan dan

keselamatan. Sedangkan sayap sosial yaitu Gereja adalah mistik sosial atau

politis, umat manusia yang konkret dan aktual di tengah hidup

bermasyarakat. Maka dari itu, sayap rohani perlu diimbangi dengan sayap

sosial, yakni bahwa iman harus diwujudkan secara aktual dan konkret dalam

realitas hidup bermasyarakat.

Berdasarkan jawaban prodiakon, mereka sangat setuju Gereja sebagai

paguyuban umat beriman dipanggil untuk hidup dalam semangat

persaudaraan, persatuan, saling mengasihi, tolong menolong, rela berkorban,

jujur, adil, dan toleransi. Dalam pelaksanaannya, prodiakon berusaha untuk

dapat mengedepankan sikap pelayanan tanpa pamrih, tidak membeda-

bedakan status sosial dan golongan umat yang akan dilayani.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Selain itu, Madya Utama (2014: 4-5) mengatakan penghayatan

Ekaristi dalam hidup sehari-hari merupakan bagian dari Gereja sebagai

mistik politis yang mendorong adanya perubahan hidup, baik personal

maupun sosial. Oleh sebab itu, prodiakon diingatkan dan diajak un tuk

menyiapkan ruang bagi orang lain yang membutuhkan pertolongan,

memberikan rasa aman, dan membuat dunia menjadi lebih ramah dan

bersahabat. Selain itu, prodiakon yang telah disegarkan dan dikenyangkan

oleh Tubuh dan darah Kristus sejatinya mengalami transformasi kehidupan

dan menjadi pribadi yang Ekaristis.

Berdasarkan jawaban prodiakon, menghayati Ekaristi dalam hidup

sehari-hari mereka perjuangkan dengan membangun semangat persaudaraan,

persatuan dan kepedulian terhadap sesama tanpa membedakan suku, agama,

rasa dan antar golongan. Ekaristi tidak sekedar menjadi ritual keagamaan,

melainkan perayaan iman yang mendorong prodiakon untuk semakin

bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih. Ekaristi juga menjadi

jembatan untuk membangun persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama

umat manusia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, penulis

berpendapat prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok telah

menghayati spiritualitas hidup Kristiani dengan cukup mendalam.

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani didasari pada panggilan menjadi

murid Kristus, hidup dalam semangat Roh, mengarahkan diri pada kekudusan

dengan menghayati hidup rohani, hidup dalam semangat persaudaraan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

persatuan, serta meneladani sikap dan semangat Kristus dalam hidup sehari-

hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menghayati Spiritualitas


Hidup Kristiani

1. Faktor Pendukung

Hasil penelitian mengungkapkan faktor pendukung internal yang

sangat berpengaruh dalam menghayati spiritualitas hidup Kristiani yaitu

kesadaran atau kemauan dari dalam diri prodiakon untuk mengikuti kegiatan

hidup rohani seperti berdoa, mendengarkan Sabda Allah, melakukan

pengkuan dosa dan refleksi, merayakan Ekaristi, rekoleksi, retret, dan

kegiatan rohani lainnya. Sedangkan faktor pendukung eskternal, yaitu

merupakan keadaan atau situasi sekitar yang mendukung prodiakon dalam

menghayati spiritualitas hidup Kristiani. Adapun faktor pendukung ekternal

tersebut adalah tersedianya sarana dan prasarana pedukung yang memadai di

antaranya: ruangan khusus untuk berdoa, benda-benda rohani (salib,

gamba/patung orang suci, rosario, Goa Maria, gedung gereja, dsb).

2. Faktor Penghambat

Hasil penelitian mengungkapkan, faktor penghambat internal yang

sangat berpengaruh dalam menghayati spiritualitas hidup Kristiani yaitu

kurangnya kesadaran dalam diri prodiakon akan pentingnya penghayatan

spiritualitas hidup Kristiani. Sedangkan faktor penghambat eksternal yaitu

gaya hidup masa kini dan pengaruh negatif dari kemajuan teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Berdasarkan jawaban responden, gaya hidup masa kini jika tidak diolah dan

ditanggapi dengan bijaksana dapat membawa pengaruh buruk bagi

perkembangan iman dan pertumbuhan hidup rohani. Sering kali keinginan

duniawi lebih besar daripada keinginan surgawi. Maka dari itu, prodiakon

harus memiliki komitmen untuk senantiasa berjuang membangun hidup

rohani yang mendalam, mengolah harta duniawi dengan bijaksana, serta

senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan dalam

hidup.

d. Harapan Prodiakon dan Usaha Yang Perlu Dilakukan Paroki untuk


Meningkatkan Semangat Pelayanan Prodiakon di Paroki Kristus
Raja Barong Tongkok

Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa Prodiakon Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok mengharapkan adanya kegiatan pendampingan secara

berkala yaitu 3 atau 6 bulan sekali disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Pendampingan tidak semata-mata hanya pada aspek pengetahun dan

keterampilan tetapi juga menyangkut aspek kedalaman hidup rohani yang

membantu prodiakon semakin bertumbuh dalam iman, pengharapan dan

kasih. Adapun jenis atau model pembinaan yang diharapkan oleh prodiakon

untuk meningkatkan semangat pelayanan, sebagian besar menjawab

rekoleksi. Maka pastor Paroki Kristus Raja Barong Tongkok sebagai

pemimpin umat bertanggungjawab dan berkewajiban untuk memberikan

pendampingan atau pembinaan kepada seluruh anggota Gereja termasuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

prodiakon agar mereka mampu menjadi pelayanan Allah yang berdedikasi

tinggi, total, berwawasan luas, terampil, rendah hati, peka, dan penuh kasih.

4. Kesimpulan Hasil Penelitian

Pertama, Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani mendorong

prodiakon agar senantiasa hidup menurut bimbingan Roh, yaitu hidup dalam

kehendak Allah (lih. Rm. 8:11). Prodiakon percaya Allah mengutus Roh -Nya

yang Kudus untuk membimbing, melindungi, menuntun dan mengarahkan

hidup mereka kepada kehidupan yang kekal. Untuk dapat menghidupi Roh

Allah yang Kudus, prodiakon harus berani mematikan perbuatan-perbuatan

daging (lih. Rm. 8:13) dan mengarahkan hidupnya pada kekudusan (lih. Im

11:44, Mat. 5:8, Ibr 12:14). Kekudusan yang dimaksud adalah umat Kristiani

senantiasa bersatu dan bersekutu dengan Allah serta mengasihi sesama

manusia dalam semangat kasih. Pada kenyataannya belum semua dari

prodiakon dapat melaksanakan dan mempraktekkannya dalam hidup sehari-

hari. Meskipun demikian, mereka tetap berusaha untuk dapat memperbaharui

diri secara terus-menerus.

Kedua, penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak berhenti pada

kesalehan pribadi antara prodiakon dengan Tuhan, tetapi iman juga perlu

diwujudkan dalam tindakan konkret terhadap sesama yaitu dengan bersikap

jujur, adil, bijaksana, bersahabat, hidup rukun dan damai, menjalin

silahturahmi dan menyiapkan ruang bagi orang lain yang membutuhkan

pertolongan tanpa memandang status, agama, ras dan antar golongan. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

prakteknya prodiakon berusaha agar dapat melayani umat dengan sabar, setia,

rendah hati, murah hati, peka, bertanggungjawab, rela berkorban, dan total.

Ketiga, faktor pendukung yang berpengaruh dalam penghayatan

spiritualitas hidup Kristiani yaitu adanya keinginan atau usaha dari dalam diri

untuk membangun relasi personal dengan Allah lewat penghayatan hidup

rohani dan juga penghayatan iman dalam hidup sehari-hari. Sedangkan faktor

penghambat dalam penghayatan spiritualitas hidup Kristiani yaitu pengaruh

gaya hidup masa kini yang menawarkan keindahan dunia (materialisme,

konsumerisme dan hedonisme) dan juga pengaruh negatif dari perkembangan

teknologi (gadget, internet, medsos). Meskipun demikian, prodiakon

menyadari mereka tidak boleh putus asa dan harus berusaha untuk mencari

jalan keluar agar mampu mengatasi kesulitan dan tantangan tersebut, yaitu

dengan mengedepankan sikap bersyukur, hidup sederhana dan senantiasa

mencari Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya sehari-hari.

Keempat, prodiakon mengharapkan adanya pendampingan secara

berkala yaitu 3 atau 6 bulan sekali sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendampingan yang dimaksud tidak terbatas pada aspek pengetahuan dan

keterampilan, tetapi juga menyentuh aspek spiritualitas (kedalaman hidup

rohani). Adapun jenis kegiatan pendampingan yang paling diminati oleh

prodiakon adalah rekoleksi. Harapannya pendampingan ini dapat membantu

prodiakon agar semakin mampu meningkatkan semangat pelayanannya di

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Kelima, pastor paroki selaku pemimpin umat berkewajiban dan

bertanggungjawab untuk memberikan pendampingan sesuai dengan

kebutuhan prodiakon. Adapun jenis pendampingan yang diyakini dapat

meningkatkan semangat pelayanan prodiakon yaitu rekoleksi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
USAHA MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON DI
PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK, KALIMANTAN TIMUR

Pada bab III penulis telah memaparkan hasil penelitian mengenai

penghayatan prodiakon terhadap spiritualitas hidup Kristiani. Berdasarkan hasil

penelitian dapat dilihat bahwa: pertama, penghayatan prodiakon terhadap

spritualitas hidup Kristiani bisa dikatakan cukup baik. Kedua, para prodiakon

Paroki Kristus Raja Barong Tongkok perlu menambah pengetahuan dan wawasan

serta memberikan perhatian yang lebih akan pentingnya penghayatan spiritualitas

Kristiani dalam hidup sehari-hari. Ketiga, Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok memiliki harapan besar berkaitan dengan pembinaan atau pendampingan

spiritualitas yang dapat membantu mereka semakin bertumbuh dan berbuah dalam

iman. Dan juga untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok.

Pada bab IV ini penulis akan memaparkan usulan kegiatan pendampingan

spiritualitas dalam bentuk rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan semangat

pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok. Penulis akan

membagi bab IV dalam dua bagian. Pertama, latar belakang kegiatan rekoleksi

sebagai usaha untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok. Kedua, kegiatan rekoleksi untuk meningkatkan

semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

A. Pemikiran dasar rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan semangat


pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok,
Kalimantan Timur

Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, prodiakon di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok memiliki harapan yang besar untuk diadakannya suatu

pendampingan secara utuh dan menyeluruh. Pendampingan tersebut tidak hanya

menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga aspek

kerohanian yang bertujuan untuk membantu prodiakon agar dapat semakin

bertumbuh dalam Roh, memupuk rasa kecintaan terhadap panggilan, serta

memotivasi mereka untuk semangat melayani Allah lewat tugas pelayanannya

sebagai prodiakon di tengah keluarga, umat dan masyarakat. Adapun kegiatan

pendampingan hidup rohani yang diyakini dapat membantu prodiakon bertumbuh

dalam Roh, memupuk rasa kecintaan terhadap panggilan, dan meningkatkan

semangat pelayanan yaitu melalui kegiatan rekoleksi.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa prodiakon Paroki Kristus

Raja Barong Tongkok menyadari pentingnya membangun semangat pelayanan

seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus, yaitu sabar, setia, murah hati,

bijaksana, bertanggungjawab, penuh kasih dan total (bdk. Mat. 20:28). Agar dapat

mewujudkan pelayanan yang demikian prodiakon perlu mengenal pribadi Yesus

Kristus secara lebih baik dan mendalam. Rekoleksi merupakan salah satu bentuk

latihan rohani yang dapat membantu peserta mengenal pribadi Yesus Kristus

lewat pemaknaan pengalaman hidupnya sehari-hari.

Peserta diajak untuk mengenal pribadi Yesus Kristus lewat sharing

pengalaman, doa bersama, mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah. Peserta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

juga dibimbing untuk merefleksikan kembali pengalaman dicintai oleh Tuhan dan

bersyukur kepada-Nya. Selain itu, peserta juga dibimbing untuk menimba

kekuatan dari-Nya agar mampu menjalani dan menanggapi panggilan Allah dalam

hidup mereka masing-masing. Khususnya panggilan menjadi prodiakon di tengah

keluarga, umat dan masyarakat. Agar kegiatan rekoleksi ini dapat mengena dan

tepat sasaran, maka tema dan tujuan rekoleksi dibuat berdasarkan kebutuhan

peserta. Harapannya setelah mengikuti kegiatan rekoleksi ini prodiakon Paroki

Kristus Raja Barong Tongkok dapat membuat komitmen bersama untuk

meningkatkan semangat pelayanan di Paroki Kristu Raja Barong Tongkok.

B. Rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan semangat pelayanan


prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok,Kalimantan Timur

1. Latar Belakang Kegiatan Rekoleksi Prodiakon

Para prodiakon yang ada di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

semuanya adalah bapak-bapak yang dengan rendah hati mau memberikan dirinya

untuk melayani umat di paroki, stasi maupun lingkungan. Sebagian besar dari

mereka adalah umat dengan latar belakang pendidikan bukan kateketik ataupun

guru agama, melainkan dari berbagai lulusan bidang studi. Dengan latar belakang

yang demikian, tentu saja mereka perlu mendapatkan pendampingan agar dapat

menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai prodiakon dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, prodiakon memiliki harapan

yang sangat besar kepada pastor paroki selaku pimpinan Gereja yaitu diadakannya

pendampingan secara berkala 3 atau 6 bulan sekali. Adapun tujuan dari

pendampingan ini yaitu membantu prodiakon mengembangkan wawasan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

keterampilan, dan juga memperdalam spiritualitas agar prodiakon dapat semakin

mencintai panggilannya dan mampu melayani umat dengan baik. Kegiatan

pendampingan spiritualitas yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu

rekoleksi.

Mangunhardjana (2013: 139-140) mengatakan rekoleksi berasal dari

bahasa Latin recollectio yang berarti mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang

dikumpulkan kembali adalah pengalaman peserta rekoleksi dalam kesehariannya.

Adapun tujuan rekoleksi yaitu membantu umat beriman agar mampu menyadari

peran Kristus dalam keseluruhan hidup dan karya pelayanan sehari-hari. Selain

itu, rekoleksi juga bertujuan untuk membantu umat beriman agar semakin

bertumbuh dan berbuah dalam Roh, saling meneguhkan dalam iman. Harapannya

setelah mengikuti kegiatan rekoleksi ini prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok dapat semakin mencintai panggilannya, diperbaharui dalam hidup roh,

dan lebih bersemangat dalam melayani.

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi

Penulis mengusulkan tema umum rekoleksi ini yaitu “Yesus Kristus

teladan prodiakon dalam melayani”. Rekoleksi ini bertujuan untuk membantu

prodiakon agar dapat semakin mengenal pribadi Yesus Kristus dan menjadikan-

Nya sebagai teladan hidup, sehingga prodiakon dapat semakin bertumbuh menjadi

pribadi yang beriman tangguh dan semakin semangat dalam melayani.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

3. Peserta

Peserta yang akan mengikuti kegiatan rekoleksi ini adalah seluruh anggota

Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok yang berjumlah 40 orang yang

semuanya adalah laki-laki. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika

ada suster yang juga akan diundang dalam rekoleksi ini.

4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat kegiatan rekoleksi akan dilaksanakan di Aula Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok. Sedangkan waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan Mei 2018

bertepatan dengan bulan Maria.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

5. Matrik Kegiatan Rekoleksi

Tema : Yesus Kristus teladan prodiakon dalam melayani.

Tujuan: Membantu prodiakon agar dapat semakin mengenal pribadi Yesus Kristus dan menjadikan-Nya sebagai teladan hidup,

sehingga prodiakon dapat semakin bertumbuh menjadi pribadi yang beriman tangguh dan semakin semangat dalam melayani.

Tabel 6.
Matrik Kegiatan Rekoleksi

Judul Tujuan
No Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
Pertemuan Pertemuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Prodiakon Membantu - Mendalami teks - Menonton - LCD - 1Kor. 13:1-13


meneladani prodiakon untuk Kitab Suci 1Kor Film - Laptop - Film Mother Teresa
sikap dan semakin peka dan 13:1-13 dan kisah - Sharing - Speaker - Pengalaman hidup
semangat hidup terbuka akan inspiratif dari - Diskusi - Teks peserta
Yesus Kristus panggilan Allah Mother Teresa yang Kitab Suci
dalam melayani dalam hidup menanggapi 1Kor.
masing-masing panggilan Allah 13:1-13
untuk melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

2. Prodiakon siap Membantu - Menjelaskan - Informasi - LCD - Buku


diutus untuk prodiakon agar tentang jati diri, - Diskusi - Laptop Mangunhardjana
melayani dapat semakin wewenang, profil - Pleno - Speaker (2013) jati diri,
mencintai dan kompetensi - Refleksi wewenang, dan
panggilannya dan prodiakoan tugas prodiakon.
melayani dengan - Mendalami - Buku Prasetya
penuh semangat. Spiritualitas (2007) Prodiakon
pelayanan itu awam, Lho!
prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

6. Contoh Persiapan Rekoleksi

a) Tema : Yesus Kristus teladan prodiakon dalam melayani.

b) Tujuan : Membantu prodiakon agar dapat semakin mengenal pribadi Yesus

Kristus dan menjadikan-Nya sebagai teladan hidup, sehingga prodiakon dapat

semakin bertumbuh menjadi pribadi yang beriman tangguh dan semakin

semangat dalam melayani.

c) Susunan Acara :

Tabel 7.
Jadwal Rekoleksi Prodiakon Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. 07.30-08.00 Registrasi Peserta Panitia

2. 08.00-08.20 Salam dan kata pembuka Panitia

3. 08.20-08.30 Nyanyian dan doa pembuka Panitia

Sesi I “Penghayatan Spiritualitas hidup Kristiani”

4. 08.30-09.30 Prodiakon diajak untuk Pendamping


menonton film Mother Teresa rekoleksi
yang berjudul “In the Name
God’s Poor”.

5. 09.30-10.30 Sharing Pengalaman dalam Peserta


kelompok

Sesi II “Spiritualitas Pelayanan Prodiakon”

6. 10.30-11.30 Pendamping menjelaskan Pendamping


materi tentang spiritualitas rekoleksi
pelayanan prodiakon

7. 11.30-12.00 Peserta mendalami teks Kitab Pendamping


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Suci 1Kor 13:1-13 rekoleksi dan


peserta

8. 12.00-12.05 Doa Angelus Pendamping


rekoleksi dan
Peserta

9. 12.05-12.35 Refleksi Pribadi Peserta

10. 12.35-13.05 Pleno hasil refleksi Peserta

11. 13.05-13.30 Makan Siang Panitia

Sesi III “Prodiakon siap di utus”

12. 13.30-14.30 Pelayanan yang menjadi Pendamping


impian prodiakon Paroki rekoleksi
Kristus Raja Barong Tongkok

13. 14.30-15.40 Membuat komitmen bersama Peserta


untuk meningkatkan semangat
pelayanan

14. 15.40-16.00 Peneguhan dari pendamping Pendamping


rekoleksi

15. 16.00-16.15 Persiapan Ibadat Panita dan peserta

16. 16.15- 17.15 Ibadat/Misa Penutup Panitia dan peserta

17. 17.15 Foto bersama dan sayonara Panita dan peserta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

d) Pelaksanaan

Tabel 8.
Kegiatan pelaksanaan rekoleksi

Waktu Rincian Kegiatan

Peserta melakukan registasi


07.30-08.00
Salam dan kata pembuka

Ketua panitia mengucapkan selamat datang kepada seluruh


peserta dan memperkenalkan pembicara atau pendamping
yang bertugas dalam rekoleksi. Ketua panitia juga

08.00-08.20 mengarahkan peserta untuk dapat memanfaatkan kegiatan


rekoleksi ini dengan baik, harapannya setelah mengikuti
kegiatan rekoleksi ini prodiakon semakin bertumbuh dan
berbuah dalam Roh, mencintai panggilannya dan semangat
dalam melayani.

Nyanyian dan doa pembuka

Mengawali rekoleksi, peserta diajak untuk menyanyikan lagu


pembuka “melayani lebih sungguh”. Klip video lagu
08.20-08.30 ditayangkan lewat LCD. Setelah selesai menyanyikan lagu,
peserta masuk dalam suasana doa pembuka sebagai langkah
awal dari kegiatan rekoleksi ini.

Sesi I “Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani”

 Pendamping mengawali sesi ini dengan menayangkan


sebuah film yang berjudul “In the Name Gods Poor”.
08.30.09.30
Film ini bercerita mengenai perjalanan hidup Mother
Teresa dalam menanggapi panggilan Allah dengan
melayani mereka yang miskin dan menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

 Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak hanya soal


hidup dalam kekudusan tetapi juga panggilan untuk
mencintai dan mengasihi sesama yang diwujudkan dalam
tindakan konkret. Hidup Kristiani berarti hidup seperti
Yesus Kristus yang memberikan dirinya secara total
untuk kepentingan banyak orang, khususnya mereka
yang mengalami penderitaan, penindasan dan penolakan.
Yesus hadir untuk menyapa, meneguhkan dan
membebaskan umat manusia dari penderitaan hidup.
Sebagai anak Allah, Yesus tidak memegahkan diri-Nya
melainkan dengan rendah hati Ia bergaul dengan para
pendosa yang dianggap sebagai sampah masyarakat,
menyembuhkan orang sakit, menghidupi orang mati, dan
menerima mereka dengan penuh kasih. Sikap dan
semangat hidup Yesus Kristus inilah yang juga menjadi
teladan Mother Teresa dalam menapaki panggilannya
sebagai biarawati yang terpanggil untuk melayani orang-
orang miskin dan menderita di kalkuta.

Sharing dalam kelompok kecil

 Pendamping mengajak peserta untuk membentuk


kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang.
 Pendamping memberikan pertanyaan penuntun sharing
kepada peserta:
09.30-10.30 1. Ceritakan kembali mengapa Mother Teresa mau dan
tergerak hati menanggapi panggilan Tuhan untuk
melayani DIA dengan merawat mereka yang
tertindas, miskin dan menderita?
2. Apa yang dapat anda teladani dari sosok Mother
Teresa khususnya dalam penghayatannya terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

spiritualitas hidup Kristiani?

Sesi II “Spiritualitas Pelayanan Prodiakon”

10.30-11.30 Pendamping menjelaskan materi tentang spiritualitas


pelayanan prodiakon (materi terlampir).

Mendalami teks Kitab Suci 1Kor 13:1-13

 Peserta diajak untuk membaca dan mendalami teks Kitab


Suci yang diambil dari 1Kor 13:1-13 “Kasih”.
 Untuk mendalami teks Kitab Suci ini, peserta diberikan
panduan pertanyaan sebagai berikut:
1. Dalam perikope tadi ayat manakah yang
menunjukkan semangat pelayanan penuh kasih?
2. Makna kasih seperti apa yang diajarkan oleh Santo
Paulus kepada jemaatnya?
3. Mengapa kita perlu menerapkan semangat pelayanan
yang penuh kasih di tengah keluarga, Gereja dan
masyarakat?
11.30-12.00  Tindakan kasih sejatinya diwujudkan dalam tindakan
konret. Kasih itu sabar berarti mampu menahan emosi,
tidak gegabah dalam membuat keputusan, dan tidak
mudah emosi. Kasih itu murah hati berarti memiliki sikap
sederhana, suka menolong, memiliki kepekaan batin dan
solidaritas yang tinggi. Kasih itu tidak cemburu berarti
mampu menahan diri dan dapat menerima keadaan diri
sendiri maupun keadaan orang lain. Kasih itu tidak
memegahkan diri berarti tidak bersikap angkuh, tidak
suka pamer dan bersahaja. Kasih itu tidak sombong
berarti rendah hati, murah hati, mau menolong orang lain,
sederhana, dsb. Semangat kasih inilah yang sejatinya
menjadi inspirasi prodiakon dalam melaksanakan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

pelayanan di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat

12.00-12.05 Doa Angelus

Refleksi Pribadi

 Setelah mendalami teks Kitab Suci, pendamping


mengarahkan peserta untuk melakukan refleksi pribadi.
Refleksi ini bertujuan untuk melihat kembali sejauh mana
mereka menghayati panggilan Allah dalam hidup sehari-

12.05-12.35 hari, khususnya menanggapi panggilan mereka sebagai


prodiakon di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.
 Pertanyaan penuntun refleksi pribadi.
1. Apakah anda sungguh mengalami cinta Tuhan dalam
diri sesama yang anda layani?
2. Sudahkah anda melayani dengan penuh kasih?

Pleno hasil refleksi

 Pendamping mempersilahkan perwakilan dari peserta


12.35-13.05 yang bersedia mensharingkan hasil refleksinya.
 Peserta lainnya mendengarkan dengan seksama.

13.05-13.30 Makan Siang

Sesi III “Prodiakon siap diutus”

 Prodiakon dipanggil untuk melayani umat Allah dengan


semangat murah hati, rendah hati dan setia. Pelayanan
13.30-14.30 yang murah hati adalah pelayanan yang didasarkan pada
sikap dan semangat hidup Yesus Kristus dalam melayani.
Adapun unsur yang terkandung dalam pelayanan murah
hati yaitu siap sedia, peka, menyediakan waktu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

penuh kasih. Pelayanan yang murah hati merupakan


perwujudan dari kasih (bdk. 1Kor 13:4).
 Prodiakon melayani dengan kerendahan hati adalah
sikap dasar yang menjadi dorongan bagi prodiakon
untuk dapat melayani umat dengan tidak main kuasa,
dapat bergaul dan berbaur dengan umat, tidak sombong
dan angkuh, bersahaja, dan dapat diandalkan. Pelayanan
yang rendah hati menekankan sikap lemah lembut dan
sabar (bdk. Ef 4:2).
 Panggilan menjadi prodiakon menuntut adanya
semangat kesetiaan dan juga komitmen terhadap tugas
pelayanan yang telah dipercayakan. Oleh sebab itu,
seorang prodiakon perlu terus menerus menghayati
Sabda Tuhan ini “Ia yang memanggil kamu adalah setia,
Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:24). Tuhan sendiri
setia, maka dari itu hendaklah prodiakon yang juga setia
dalam segala tugas dan pelayanan.

Membangun komitmen bersama untuk meningkatkan


semangat pelayanan Prodiakon

 Pendamping mengajak peserta untuk bersama-sama


membuat suatu aksi konkret agar prodiakon dapat
semakin solid, dan semangat dalam melayani.
 Pendamping memberikan pertanyaan penuntun kepada
14.30-15.30 peserta sebagai berikut:
1. Komitmen apa saja yang perlu dilakukan secara
pribadi maupun komunitas untuk dapat mewujudkan
kerja sama tim yang solid, melayani penuh kasih dan
untuk meningkatkan semangat pelayanan prodiakon
di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok?
2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

mewujudkan komitmen pribadi dan bersama


tersebut?

15.40-16.00 Peneguhan dari Pendamping atau pastor paroki

16.00-16.15 Persiapan Ibadat/Misa penutup

16.16-17.15 Ibadat/Misa Penutup

17.15 Foto bersama dan sayonara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup karya tulis ini, penulis akan membaginya dalam dua

pokok bahasan. Pokok bahasan pertama, penulis akan memberikan kesimpulan

sehubungan dengan penghayatan spiritualitas hidup Kristiani sebagai penggerak

dalam meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja

Barong Tongkok. Pokok bahasan kedua, penulis akan menyampaikan saran bagi

pihak yang terkait dalam penulisan karya tulis ini.

A. Kesimpulan

Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani menekankan cara hidup seperti

Yesus kristus. Kristus menjadi pusat kehidupan umat beriman Kristiani

(kristosentris). Iman akan Yesus Kristus mengatarkan umat Kristiani pada

keyakinan akan kehidupan kekal setelah kematian (eskatologis). Selain itu juga,

penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak berhenti pada pembangunan hidup

rohani yang bersifat personal, tetapi juga mengarahkan dan mengajak umat

Kristiani untuk ambil bagian dalam pembangunan hidup bersama (komunal) di

tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. Iman harus diwujudkan secara aktual

dan konkret dalam realitas sosial dan dalam konteks politis yang berdampak pada

kehidupan bersama.

Hasil penelitian menunjukkan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok telah menghayati spiritualitas hidup Kristiani dengan cukup baik.

Penghayatan spiritualitas hidup kristiani mereka wujudkan dengan setia menjalani


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

panggilan sebagai murid Kristus di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat, hidup

dalam semangat Roh, menghayati hidup rohani, melayani dengan tulus dan tanpa

pamrih serta hidup dalam semangat persaudaraan.

Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri pula, masih ada beberapa

prodiakon yang belum dengan sungguh-sungguh menghayati spiritualitas

Kristiani karena kurangnya kesadaran akan pentingnya penghayatan spiriualitas

dalam hidup sehari-hari. Maka dari itu, prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong

Tongkok perlu mendapatkan pendampingan spiritualitas agar mereka dapat

semakin bertumbuh dan berbuah dalam iman, pengharapan dan kasih, terutama

agar mereka semakin termotivasi dan semangat dalam melayani.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 70% prodiakon memilih rekoleksi

sebagai kegiatan pendampingan rohani yang dapat menjawab kebutuhan mereka.

Menanggapi hal tersebut, penulis membuat usulan kegiatan pendampingan

spiritualitas untuk prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok dalam

bentuk kegiatan rekoleksi. Adapun tujuan rekoleksi ini yaitu membantu prodiakon

mengembangkan keutamaan hidup, bertumbuh dan berbuah dalam Roh, dan

memotivasi prodiakon agar dapat semakin mencintai panggilannya dan

meningkatkan semangat pelayanan di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis akan menyampaikan beberapa

saran sebagai hasil refleksi selama ini bagi prodiakon dan juga pihak-pihak terkait

yang ada di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

1. Pastor Paroki dan Dewan Pastoral Paroki

Sebagai pimpinan Paroki dan juga koordinator DPP, pastor paroki perlu

menindaklanjut hasil penelitian ini dengan membuat suatu kegiatan atau program

pendampingan secara utuh dan menyeluruh yang dilaksanakan secata rutin dan

terstruktur dengan melibatkan seluruh pengurus Dewan Pastoral Paroki maupun

anggota. Hal ini didasari bahwa Gereja yang hidup tidak hanya berdasarkan

kuantitas melainkan diimbangi pula dengan kualitas hidup iman dari masing-

masing umat yang berdampak positif bagi kehidupan pribadi maupun bersama.

Dengan demikian seluruh umat yang terlibat dalam kegiatan hidup menggereja

dapat semakin berkembang dalam pengetahuan, keterampilan, dan juga hidup

iman.

2. Prodiakon

Prodiakon dapat membangun jejaring komunitas dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi yang bertujuan untuk mempermudah komunikasi dan

mengakses informasi yang berhubungan dengan tugas pelayanan maupun hal-hal

lainnya yang berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan prodiakoan.

Selain itu, prodiakon juga perlu membuat jadwal pribadi, maupun program kerja

bersama agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada umat di paroki,

statsi maupun lingkungan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

DAFTAR PUSTAKA

Aumann, Jordan. (1985). Chirstian Spirituality in the Catholic Tradition. USA:


Ignatius Press & London: Sheed & Ward.
Darminta, J. SJ. (2005). Manusia Rohani dalam Yesus. Yogyakarta: Kanisius.
Dapiyanta, FX. (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Eka Riyadi, St, Pr. (2001). Firman Menjadi Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Heuken, A, SJ. (2002). Spiritualitas Kristiani. Pemekaran Hidup Kristiani Selama
Dua Puluh Abad. Jakarta: Enka Parahyangan.
_____________(1999). Lima Belas Cara Untuk Meningkatkan Mutu Doa.
Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Haryo Widjono, Roedy. (2013). Buku Kenang-kenangan 75 Tahun Paroki Kristus
Raja Barong Tongkok. Samarinda: Panitia 75 Tahun Paroki.
Heryatno Wonowulung, FX. (2008). Diktat Pendidikan Agama Katolik Sekolah.
Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik II Untuk Mahasiswa
Semester II Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hidya Tjahya, Thomas, SJ., Ph.D.(2011). Peziarahan Hati. Yogyakarta: Kanisius
Jacobs, Tom. SJ. (2004). Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius.
Joko Suyanto, Ignasius. (2006). Berziarah Bersama Allah Menuju Allah.
Yogyakarta: Kanisius
Kieser, Bernhard. (2007). Berjiwa Ziarah Alsi. Jakarta: Basis.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2002). Pedoman Umum Misale Romawi.
Semarang: Nusa Indah
Konsili Vatikan II. (2013). Dekrit“Apostolicam Actuositatem” Tentang Kerasulan
Awam. Diterjemahkan oleh Hadawiryana, SJ. Jakarta: Obor.
______________. (2013). Konstitusi Dogmatis “Lumen Gentium” tentang Gereja.
Diterjemahkan oleh Hadawiryana, SJ. Jakarta: Obor.
______________. (2013). Konstitusi “Sacrosanctum Consilium” Tentang Liturgi
Suci. Diterjemahkan oleh Hadawiryana, SJ. Jakarta: Obor.
Krispurwana Cahyadi, SJ. (2009). Pastoral Gereja Paroki dalam upaya
membangun Gereja yang hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Biblika. (2008). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia.
Madya Utama, Ignatius L. SJ. (2014). Diktat Mata Kuliah Pastoral Paroki.
Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.
Mangunhardjana, A.M SJ. (2013). Prodiakon: Jati Diri, Wewenang, dan
Tugasnya. Jakarta: Obor.
Martasudjita, E. Pr. (2010). Kompendium Tentang Prodiakon. Yogyakarta:
Kanisius.
________________. (2011). Liturgi. Yogyakarta: Kanisius
________________. (2015).Jalan Pelayanan Kasih. Yogyakarta: Kanisius.
Michel, Thomas. (2001). Pokok-pokok Iman Kristiani. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Moleong, Prof. Dr. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.


Remaja Rodakarya Offset.
Muhammad Tahir. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Piet. Go. O. Carm. (1990). Sumber-sumber Spiritualitas Awam. Yogyakarta: Andi
Offset.
Piedmont, R. L. (1999). Does Spirituality Represent The Sixth Factor Of
Personality? Spiritual Trancendence And The Five Factor Model. Jurnal
Of Personality. (67:6) Oxford: Blacwell Publisher. Diakses dari internet 12
Januari 2017.
______________. (2001). Spiritual Transendence And The Scientific Study
Spirituality. Journal Of Rehabilitation (67:1/4-14). Alexandria: National
Rehabilitation Counseling Assocition. Diakses dari internet 12 Januari
2017.
Prasetya, L. (2007) Prodiakon itu Awam, Lho: Panduan Prodiakon Paroki.
Yogyakarta: Kanisius.
______________. (2015). Panggilan Menggereja Kaum Awam. Malang: Dioma.
Purwa, Hardiwardoyo, MSF. (2016). Intisari Ajaran paus Fransiskus:Laudato Si
dan Amoris Laetitia. Yogyakarta: Kanisius.
Pai, Rex A, SJ. (2003). Harta Karun Dalam Doa. Yogyakarta: Kanisius.
Rausch Thomas, P. (2010). Katolisisme:Teologi Bagi Kaum Awam.
Yogyakarta: Kanisius.
Ridwan, Dr., MBa., (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian
Bandung: Alfabeta.
Rosito, Asina, C. (2010). Spiritualitas Dalam Perspektif Psikologi Positif.
Journal Visi 18 (1): 29-42. Diakses dari internat 12 januari 2017.
Siswata, Y. Pr. (1991). Prodiakon Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyana, Fx. Pr. (2013). Prodiakon Rasul Awam Dalam Gereja. Pegangan
Bagi Prodiakon. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Sugiyono, Prof. Dr. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharyo, Ignasius. (2009). Pelayanan Yang Rendah Hati Yogyakarta: Kanisius.
_____________ (2011). Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.
Surip, Stanislaus OFMCap. (2010). Peduli Ekologi: Belajar dari Kej 1:28, dalam
Kajian Lingkungan Hidup, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ., dll.,
Sekretariat Komisi PSE/APP bekerjasama dengan LDD-KAJ dan Komisi
PSE-KWI, Jakarta.
Tunjung Kesuma, Petrus. Pr. (2011). Dinamika Relasi Manusia Dengan Allah
Menurut Thomas Merton. Jakarta: Seminari Tinggi KAJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian

Pengantar.

Salam damai dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

Yang saya hormati dan saya kasihi para prodiakon di Paroki Kristus Raja
Barong Tongkok. Dalam rangka penelitian dan tugas akhir skipsi saya yang
berjudul Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani Untuk Meningkatkan
Semangat Pelayanan Prodiakon Di Paroki Kristus Raja Barong Tongkok,
saya memohon kesedian dan kerja sama prodiakon sekalian untuk mengisi dan
menjawab kuesioner ini.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia berdasarkan keterbukaan,


kejujuran dan pengalaman prodiakon yang sesungguhnya. Jawaban yang
prodiakon berikan akan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan dan kerja sama
prodiakon dalam mengisi kuesioner ini saya ucapkan terimakasih. Tuhan
memberkati anda sekalian, amin.

Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengisi kuesioner di bawah ini.
2. Pengisian nama dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kode kuesioner.
Silahkan anda menuliskan nama stasi dan lingkungan. Jika anda berasal dari
stasi tulislah nama stasi, jika anda berasal dari lingkungan tulislah nama
lingkungan.
3. Untuk nomor 1, 7, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 18 dan 24 anda diminta untuk memilih
satu jawaban sesuai dengan kenyataan atau pengalaman anda masing-
masing. Berilah tanda silang { X } pada alternative jawaban.

Contoh:
Usia anda saat ini?
a. 30 s/d 40 tahun
b. 40 s/d 50 tahun
c. 50 s/d 60 tahun
d. 60 s/d 70 tahun

(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Untuk nomor 2 dan 3 anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang
telah tersedia dan seandainya jawaban yang anda pilih tidak tercantum dalam
alternative jawaban, silahkan anda menulis alternative jawaban sendiri pada
pilihan lainnya.
Contoh:
Jenis pekerjaan anda sehari-hari?
a. PNS
b. Pensiunan
c. Swasta
d. Lainnya...................................................... (tulis jawaban anda disini)

5. Untuk nomor 4, 5, 6, 11, 13, 14, 16, 19, 20, 21, 22, 23 dan 25 anda boleh
memilih lebih dari satu (bisa 2 atau 3 dan seterusnya) dari jawaban yang
sudah disediakan dan apabila ingin menambah jawaban menurut pendapat
anda, tulislah pada jawawan alternative paling akhir (lainnya......).

Contoh:
Arti spiritualitas menurut anda:
a. Hidup menurut bimbingan Roh atau hidup di dalam Roh
b. Upaya pencarian, menemukan dan memelihara sesuatu yang bermakna
dalam hidup.
c. Latihan hidup rohani yang menjadikan seseorang semakin dekat dengan
Tuhan.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................
.............................................................................(tulis jawaban anda disini)

(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI UNTUK


MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN PRODIAKON DI PAROKI
KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK.

Kode Kuesioner : __________________________________

Asal Stasi/Lingkungan: __________________________________

1. Usia anda saat ini?


a. 30 s/d 40 tahun
b. 40 s/d 50 tahun
c. 50 s/d 60 tahun
d. 60 s/d 70 tahun

2. Pendidikan terakhir anda?


a. SD s/d SMA
b. Diploma/Sarjana (Non Katekik/ Non Guru Agama)
c. Diploma/Sarjana (Kateketik/Guru Agama)
d. Lainnya...........................................................................................................

3. Pekerjaan anda sehari-hari?


a. PNS
b. Pensiunan
c. Swasta
d. Lainnya...........................................................................................................

4. Penghayatan spiritualitas hidup Kristiani tidak lepas dari corak dan cara hidup
Kristus yang menjadi pusat kehidupan umat beriman Kristiani. Bagaimana
cara anda menghayati panggilan sebagai murid Kristus?
a. Melaksanakan keutamaan hidup Kristiani dan berjuang untuk terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia.

(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Setia menjalani panggilan hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan


masyarakat sesuai dengan karunia dan kharisma masing-masing.
c. Meneladani sorak dan cara hidup Yesus dan berusaha mewujudkannya
dalam hidup sehari-hari.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

5. Spiritualitas hidup Kristiani mengarahkan dan mendorong umat Kristiani


untuk senantiasa hidup dalam semangat Roh Allah yang Kudus. Bagaimana
anda memaknai peran Roh Kudus dalam hidup beriman anda sehari-hari?
a. Roh Kudus menjadi daya kekuatan yang menggerakkan saya untuk lebih
berani, gigih, berdaya juang, dan bersemangat dalam menjalani peziarahan
hidup di dunia ini.
b. Roh Kudus membimbing, menuntun, dan meneguhkan iman saya akan
Yesus Kristus.
c. Roh Kudus menerangi akal pikiran saya agar melakukan perbuatan baik
dan menjauhi perbuatan jahat.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

6. Umat Kristiani dipanggil untuk senantiasa mengarahkan diri pada kekudusan


dengan memupuk dan menyuburkan hidup iman (lih. Im. 11:44, Mat. 5:8, Ibr.
12:14). Bagaimana usaha anda untuk dapat mewujudkan panggilan hidup
kudus di dunia?
a. Mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya dalam hidup sehari-
hari.
b. Menghayati hidup rohani dan mengarahkan diri untuk semakin dekat
dengan Tuhan.
c. Hidup dalam semangat Roh dan menjadi teladan iman di tengah keluarga,
Gereja dan masyarakat.

(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

7. Sebagai pelayan Kristus prodiakon tidak sekedar membangikan komuni suci


pada perayaan Ekaristi melainkan juga dituntut untuk dapat menjadi teladan
iman di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. Maka dari itu prodiakon
perlu mengembangkan hidup rohani agar ia mampu menjadi pribadi yang
bijaksana, setia, sabar, rendah hati, bertanggungjawab, penuh kasih terhadap
Allah dan sesama.
a. Sangat Setuju.
b. Setuju.
c. Netral.
d. Tidak Setuju.
e. Sangat Tidak Setuju.

8. Saya meluangkan waktu khusus untuk berdoa, membaca Kitab Suci, membaca
buku rohani, dan ber-refleksi dalam hidup sehari-hari.
a. Selalu.
b. Sering.
c. Kadang-kadang.
d. Jarang.
e. Tidak Pernah.

9. Saya melakukan pengakuan dosa.


a. Selalu.
b. Sering.
c. Kadang-kadang.
d. Jarang.
e. Tidak Pernah.

(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10. Merayakan Ekaristi bersama keluarga.


a. Selalu.
b. Sering.
c. Kadang-kadang.
d. Jarang.
e. Tidak Pernah.

11. Ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan umat beriman Kristiani
dirayakan dalam kegiatan peribadatan (liturgi). Bagaimana anda memaknai
Ekaristi dalam hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat?
a. Semakin terlibat aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai luhur yang
bersifat universal di tengah keluarga, umat dan masyarakat .
b. Semakin bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih.
c. Membangun semangat persaudaraan, perdamaian dan kepedulian terhadap
sesama.
d. Membaktikan diri dalam hidup menggereja dan kehidupan sosial
masyarakat.
e. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

12. Gereja merupakan paguyuban uman beriman Kristiani dipanggil untuk hidup
dalam semangat kasih, saling berbagi, toleransi, tolong menolong tanpa
membedakan suku, agama, ras dan antargolongan.
a. Sangat Setuju.
b. Setuju.
c. Netral.
d. Tidak Setuju.
e. Sangat Tidak Setuju.

(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13. Apa yang memotivasi anda menjadi prodiakon ?


a. Ikut ambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus.
b. Tergerak hati untuk terlibat membangun kehidupan Gereja.
c. Mempersembahkan hidup untuk kemuliaan nama Tuhan.
d. Dengan melayani umat saya merasa bahagia dan diteguhkan dalam iman.
e. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

14. Prodiakon bukanlah kaum klerus, melainkan kaum awam yang dipilih dan
diangkat oleh uskup untuk menjadi petugas liturgi. Untuk itu prodiakon
hendaknya hidup dalam kekhasannya sebagai kaum awam. Bagaimana cara
anda menghayati panggilan sebagai awam di tengah keluarga, Gereja dan
masyarakat?
a. Menjaga nama baik sebagai kepala keluarga, mencintai istri dan anak,
bertanggungjawab, penuh kasih dan membangun relasi baik dengan
seluruh anggota Gereja dan masyarakat.
b. Berlaku jujur, adil, bijaksana, sabar dan memiliki kehidupan moral yang
baik di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.
c. Terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat sebagai wujud kesaksian
iman.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

15. Sikap dan semangat Kristus menjadi inspirasi dan teladan bagi prodiakon
dalam melayani umat dan sesama.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16. Prodiakon hendaknya mengenal dan mengasihi umat yang dilayani dan
bersikap ramah terhadap mereka. Bagaimana cara anda mengenal sosok umat
yang anda layani di paroki, stasi maupun lingkungan?
a. Melakukan kunjungan rutin ke rumah umat yang ada di paroki, stasi
maupun lingkungan.
b. Meminta data umat di sekretariat paroki untuk mempermudah pelayanan.
c. Menggali atau mencari informasi dari tokoh umat dan tokoh masyarakat
setempat.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

17. Prodiakon sejatinya mengedepankan pelayanan tanpa pamrih.


a. Sangat Setuju.
b. Setuju.
c. Netral.
d. Tidak Setuju.
e. Sangat Tidak Setuju.

18. Sebagai tim kerja apakah seluruh anggota prodiakon telah mengedepankan
sikap saling terbuka, tolong menolong, menghargai, percaya, mau bekerja
sama dan membangun komunikasi yang baik untuk kepentingan bersama?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah.

(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19. Faktor pendukung internal yaitu faktor dari dalam diri yang menyangkut
keinginan atau kesadaran prodiakon untuk mengikuti kegiatan yang
mendukung penghayatan spiritualitas hidup Kristiani.
a. Berdoa, mendengarkan Sabda Allah, merayakan Ekaristi, melakukan
pengakuan dosa dan refleksi, dan mengikuti kegiatan rohani lainnya.
b. Melakukan sharing pengalaman iman dengan teman sekomunitas.
c. Melakukan amal kasih dan menolong sesama.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

20. Selain faktor internal, faktor eksternal yaitu keadaan atau situasi di luar diri
yang dapat mendukung prodiakon dalam menghayati spiritualitas hidup
Kristiani.
a. Tersedianya buku dan benda rohani yang digunakan untuk aktivitas hidup
rohani (lilin, salib, gambar/patung orang kudus, Rosario, Kitab Suci, dsb).
b. Memiliki ruangan khusus untuk berdoa bersama keluarga di rumah.
c. Memanfaatkan teknologi atau media elektronik untuk menambah wawasan
dan pengetahuan iman.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

21. Tantangan internal seperti apa yang anda alami dalam penghayatan
spiritualitas hidup Kristiani
a. Kesibukan pekerjaan dan aktivitas lainnya yang menyita banyak waktu.
b. Kurangnya pemahaman akan spiritualitas hidup Kristiani.
c. Kurangnya kesadaran akan pentingnya penghayatan spiritualitas hidup
Kristiani.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22. Selain tantangan internal, apakah anda juga menghadapi tantangan eksternal
Tantangan dalam penghayatan spiritualitas hidup Kristiani?
a. Gaya hidup masa kini (konsumerisme, hedonisme, matrealisme)
b. Pengaruh negatif dari kemajuan teknologi (gadget, internet, dan media
sosial)
c. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung hidup rohani.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

23. Apa yang anda harapkan dari pastor paroki selaku pemimpin untuk
meningkatkan semangat pelayanan anda di Paroki Kristus Raja Barong
Tongkok?
a. Mengadakan program pembinaan secara berkala yang dilakukan tiga (3)
bulan sekali atau enam (6) bulan sekali dengan aneka tema atau sesuai
dengan kebutuhan lainnya.
b. Mengadakan program pembinaan secara rutin satu (1) bulan sekali dengan
aneka tema dan kebutuhan lainnya.
c. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

24. Pembinaan hendaknya dipahami sebagai on going formation, bina lanjut


dalam segala bidang yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
kerohanian.
a. Sangat Setuju.
b. Setuju.
c. Netral.
d. Tidak Setuju.
e. Sangat Tidak Setuju.

(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25. Model atau jenis pembinaan seperti apa yang anda harapkan untuk
meningkatkan semangat pelayanan prodiakon di Paroki Kristus Raja Barong
Tongkok?
a. Rekoleksi.
b. Melalui katekese shared christian praxis.
c. Retret.
d. Lainnya...........................................................................................................
........................................................................................................................

(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4: SK Pengangkatan Prodiakon

(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5: SK DPP Paroki Kristus Raja Barong Tongkok

(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6: Materi Rekoleksi

MATERI REKOLEKSI

Sesi II “Spiritualitas Pelayanan Prodiakon”

A. Makna Semangat dalam Pelayanan

- Semangat pelayanan tidak akan pernah habis apabila semangat itu tumbuh dari

dalam diri seseorang yang tergerak hati akan keutamaan Kerajaan Allah.

Semangat itu juga identik dengan sikap rendah hati yang mau berkorban untuk

Allah dan sesama. Motivasi pelayanan hendaknya berangkat dari ketulusan

dan tidak untuk mencari pengakuan. Pelayanan hendaknya disadari sebagai

panggilan hidup yang menjadi jiwa dan semangat pelayanan Kristiani.

- Prodiakon dipanggil untuk melayani umat Allah dengan semangat murah hati,

rendah hati dan setia. Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan yang

didasarkan pada sikap dan semangat hidup Yesus Kristus dalam melayani.

Adapun unsur yang terkandung dalam pelayanan murah hati yaitu siap sedia,

peka, menyediakan waktu dan penuh kasih. Pelayanan yang murah hati

merupakan perwujudan dari kasih (bdk. 1Kor 13:4).

- Melayani dengan kerendahan hati adalah sikap dasar yang menjadi dorongan

bagi prodiakon untuk dapat melayani umat dengan tidak main kuasa, dapat

bergaul dan berbaur dengan umat, tidak sombong dan angkuh, bersahaja, dan

dapat diandalkan. Pelayanan yang rendah hati menekankan sikap lemah

lembut dan sabar (bdk. Ef 4:2).

- Panggilan menjadi prodiakon menuntut adanya semangat kesetiaan dan juga

komitmen terhadap tugas pelayanan yang telah dipercayakan. Oleh sebab itu,

(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seorang prodiakon perlu terus menerus menghayati Sabda Tuhan ini “Ia yang

memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:24).

Tuhan sendiri setia, maka dari itu hendaklah prodiakon yang juga setia dalam

segala tugas dan pelayanan.

B. Spiritualitas Pelayanan Prodiakon Paroki

1) Menghadirkan Kristus dalam Pelayanan

- Prodiakon memiliki peran khusus yang sedikit berbeda dari awam biasanya. Ia

diberikan kepercayaan untuk dapat membagikan komuni suci di dalam

maupun di luar perayaan Ekaristi. Selain itu, ia juga diperbolehkan untuk

memimpin Ibadat Sabda serta doa-doa lainnya yang berguna untuk

membangun kehidupan iman jemaat di paroki, stasi maupun lingkungan.

- Panggilan menjadi prodiakon merupakan salah satu bentuk partisipasi untuk

membangun Gereja. Prodiakon dipanggil untuk turut mengembangkan benih

iman yang telah ditaburkan oleh Tuhan, serta merawat dan mendampinginya

agar iman itu semakin berkembang subur dan menghasilkan buah.

- Menghadirkan Kristus dalam pelayanan merupakan tujuan utama dari

pelayanan prodiakon agar umat sungguh dapat merasakan kasih Allah yang

menjadi sumber kekuatan dalam menjalani peziarahan hidup di dunia ini.

- Wujud konkret menghadirkan Kristus dalam pelayanan yaitu dengan melayani

sepenuh hati, setia, bertanggungjawab, murah hati, dan penuh kasih.

Prodiakon meneladai sikap dan semangat hidup Yesus Kristus.

(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Memuliakan Allah dalam diri sesama

- Dalam teks Imamat memuat peraturan mengenai mereka yang menderita

sakit kusta. Mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, ditolak dan

diremehkan. Mereka diperlakukan dengan tidak manusiawi, mendapatkan

diskriminasi dan diadili karena menderita sakitt kusta dan dicap sebagai

orang najis (Im. 13: 1-59). Hal ini kemudian mengundang reaksi Yesus, Ia

memiliki pandangan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Stigma negatif yang ada di masyarakat kemudian dipatahkan Yesus

dengan menerima dan menyembuhkan mereka yang menderita sakit kusta

(lih. Mrk. 1:40-45).

- Apa yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang

penuh kasih. Wujud konkret memuliakan Allah yaitu dengan

mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.

Sebagai murid Kristus, kita juga diundang untuk mengikuti teladan Sang

Guru, yaitu Yesus Kristus dengan memberikan tumpangan, makanan dan

minuman untuk mereka yang menderita kelaparan dan kehausan, hidup

dalam semangat persaudaraan, dan berbagi harta kekayaan iman. “Sama

seperti aku juga berusaha menyenagkan hati semua orang dalam segala

hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan banyak

orang, supaya mereka beroleh selamat” (1Kor. 10:33).

(20)

Anda mungkin juga menyukai