Anda di halaman 1dari 158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIKDI SEKOLAH


NEGERITERHADAPKETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJASISWA
DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Fransisca Rohmawati
NIM: 091124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur kepada Allah Bapa di Surga,


kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtuaku,
Bapak Yohanes Arif Supriyanto dan Ibu Yustina Rumani,
adikku Stevanus Panji Roh Kusuma Jati dan Fransiskus Xaverius Pandu
Arrjunningtyas,
sahabat tercinta Aji Prabowo,
siswa SMP Negeri 4 Purworejo.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jikalau kamu tinggal dalam aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”

(Yoh 15: 7)

“Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan
orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman Tuhan; Aku memberi
keselamatan kepada orang yang menghauskannya.”
(Mzm 12: 6)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Judul skripsi SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI


SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA
TENGAH dipilih berdasarkan pada fakta bahwa keterlibatan hidup menggereja
khususnya di kalangan remaja dewasa ini sangatlah minim. Kenyataan
menunjukkan bahwa sedikit sekali remaja yang aktif dalam kegiatan di Gereja.
Kebanyakan remaja hanya menyukai kegiatan yang banyak berkumpul dengan
sesama, seperti pertemuan PIR, rekoleksi dan ziarah. Setiap ada rekoleksi ataupun
ziarah banyak remaja yang antusias mengikutinya, namun setelah kegiatan
berakhir mereka tidak pernah mengikuti kegiatan lagi. Di Purworejo sekolah
negeri menjadi sekolah favorit yang diminati para siswa. Remaja Katolik pun
lebih memilih di sekolah negeri dibandingkan dengan yayasan Katolik.
Pembelajaran PAK di sekolah negeri kurang mendapat perhatian dari pihak
sekolah. Kebanyakan guru yang mengajar pun bukan guru yang bergelut pada
bidangnya, melainkan hanya guru yang beragama Katolik. Bertitik tolak pada
kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu remaja agar
mempunyai semangat dalam keterlibatan hidup menggereja.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana sumbangan yang
diberikan oleh PAK di sekolah negeri dalam meningkatkan keterlibatan
menggereja siswa. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh
karena itu kuesioner kepada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo telah
dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh
pemikiran-pemikiran dari para ahli, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang
dapat dipergunakan sebagai sumbangan PAK bagi para siswa.
Hasil akhir menunjukkan bahwa PAK di SMP Negeri 4 Purworejo belum
sepenuhnya mampu memberikan sumbangan pada keterlibatan menggereja siswa,
karena keterlibatan menggereja siswa masih sebatas pada keterlibatan untuk
berkumpul bersama teman tanpa adanya penghayatan akan keterlibatan
menggereja itu sendiri. Bahkan masih ada siswa yang belum terlibat aktif dalam
hidup menggereja. Menyadari akan kondisi tersebut, maka perlu disusun sebuah
upaya untuk lebih meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa akan hidup
menggereja. Oleh karena itu penulis menawarkan program rekoleksi untuk
membantu siswa supaya lebih semangat dalam hidup menggereja.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Title of thesis DONATIONS OF CATHOLIC RELIGIOUS


EDUCATION IN STATE SCHOOLS OF CHURCH LIFE OF STUDENTS’
INVOLVEMENT AT JUNIOR HIGH SCHOOL 4 PURWOREJO,
CENTRAL JAVA selected based on the fact that the involvement of church life
particularly among young adults were minimal. The fact is that very few teenagers
who are active in church life. Most of the teens just like activities that many
gather with others, such as PIR meeting, recollection and pilgrimage. Every no
recollection or pilgrimage many teenagers are enthusiastic to follow, but after the
activity ends they never take part again. In Purworejo state schools become
popular schools of interest for students. Catholic teenager was preferred in state
schools compared with the Catholic foundation. Catholic Religious Education
learning in state schools received less attention than the school. Most teachers
were not teachers who are struggling on Catholic religion, but only Catholic
teacher. Focused on fact, this paper is intended to help teens have a passion to be
active in church life.
A key issue in this thesis is how the donations given by the Catholic
Religious Education in state schools in improving students’ engagement of church
life. To examine this issue needed accurate data. Therefore questionnaires to
Catholic students at Junior High School 4 Purworejo been implemented. In
addition, the literature is also required to obtain ideas from the experts, in order to
obtain ideas that can be used as a donation of the Catholic Religious Education for
students.
The final results showed that the the Catholic Religious Education in at
Junior High School 4 Purworejo not been fully able to contribute to the
involvement of students of the church, because the church involvement was
limited to the involvement of students to gather with friends without any
involvement appreciation church life itself. Even still there are students who have
not been actively involved in the church life. Aware of these conditions, it is
necessary to develop an effort to further increase awareness and understanding of
the students about church life. Therefore, the authors offer recollections program
to help students better appreciate the spirit and life of the church.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini berjudul SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN

HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA

TENGAH. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran, dukungan,

kesabaran saran dan kritik untuk mendampingi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen penguji II yang selalu membimbing dan memotivasi penulis sejak

penulis mengenyam studi.

3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang bersedia

mendampingi penulis dalam penulisan skripsiserta memberikan

pengarahan dengan bijaksana dan penuh kesabaran.

4. Muh Syaifudin, M.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Purworejo

yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian, serta dukungan yang diberikan bagi penulis.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Frans Jumino selaku guru agama Katolik SMP Negeri 4 Purworejo yang

telah memberikan banyak informasi dan membantu penulis dalam

melakasanakan penelitian.

6. Para guru dan Staf karyawan SMP Negeri 4 Purworejo yang telah

memberikan motivasi dan membantu penulis dalam mengadakan

penelitian.

7. Siswa Katolik SMP Negeri 4 Purworejo yang memberi dukungan kepada

penulis dengan bersedia mengisi kuesioner yang penulis sebarkan.

8. Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Arif Supriyanto dan Ibu Yustina

Rumani yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat dan

pendampingan selama penulisan skripsi.

9. Kedua adikku Stevanus Panji Roh Kusuma Jati dan Fransiskus Xaverius

Pandu Arrjunningtyas yang selalu memberikan semangat selama penulisan

skripsi.

10. Sahabat tercinta Aji Prabowo yang selalu setia memberikan semangat,

dukungan, masukan dan selalu menemani penulis selama penulisan

skripsi.

11. Saudara-saudaraku Agustina Murjilah, Cornelius Ade Putra, Widi

Sugyanto, Arif Wibowo, Agung Prasetya yang selalu memberikan

semangat dan bantuan selama penulisan skripsi.

12. Teman-teman angkatan 2009; Hana Puspita Canti, Theresia Bekti Lestari,

Antonius Guruh Ady Siaga, Atik Wulandari, Agustinus Rudi Winarto

yang telah memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 7
E. Metode Penulisan ................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 8
BAB II. POKOK-POKOK PAK DAN HIDUP MENGGEREJA ..................... 10
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ................................................ 11
1. Hakekat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............................. 11
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............................... 12
a. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah .......................................... 13
b. Iman yang Selalu Berkembang ................................................. 14
1) Iman sebagai Keyakinan (faith as believing) ....................... 15
2) Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan(faith as trusting) .. 15

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Iman sebagai Kegiatan Melakukan (faith as doing) ............. 16


c. Kebebasan Peserta Didik .......................................................... 17
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik ................................................ 19
a. Proses Sosialisasi Menjadi Manusia .......................................... 19
b. Proses Sosialisasi Menjadi Orang Kristiani dengan
Tokoh-tokoh ............................................................................... 20
1) Bushnell ............................................................................... 20
2) Coe ....................................................................................... 21
3) Nelson .................................................................................. 21
4) Westerhoff ............................................................................ 22
5) Marthaler .............................................................................. 22
c. Pendekatan Dialektis terhadap Proses Sosialisasi ...................... 23
4. Model Pendidikan Agama Katolik ................................................... 24
a. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ................................ 24
b. Model Praksis ............................................................................ 26
5. Mitra-mitra Dalam Pendidikan Agama Katolik ............................... 27
B. Hidup Menggereja ................................................................................ 27
1. Arti dan Makna Gereja ..................................................................... 27
a. Asal Usul dan Arti Katanya ....................................................... 27
b. Pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja ............ 28
1) Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah .............................. 28
2) Gereja Tubuh Kristus ........................................................... 29
3) Gereja Bait Roh Kudus ........................................................ 30
4) Gereja Misteri dan Sakramen ............................................... 30
5) Gereja sebagai Persekutuan .................................................. 31
2. Model-model Gereja ........................................................................ 32
a. Gereja Institusional Hierarkis Piramidal .................................... 33
b. Gereja sebagai Persekutuan Umat .............................................. 33
3. Pengertian Hidup Menggereja .......................................................... 34
4. Empat Kegiatan Inti Gereja .............................................................. 35
a. Liturgi (Liturgia) ........................................................................ 36

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Pewartaan (Kerygma) ................................................................. 37


c. Persekutuan (koinonia) demi kesaksian(Martyria) .................... 38
d. Pelayanan (Diakonia) ................................................................. 39
5. Sasaran Hidup Menggereja .............................................................. 40
C. Sumbangan PAK Unuk Perkembangan Hidup Menggereja ................. 41
BAB III. SUMBANGAN DAN GAMBARAN PAK DI SMP
NEGERI 4 PURWOREJO TERHADAP HIDUP MENGGEREJA
SISWA
A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMP Negeri 4 Purworejo .............. 43
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo ..................... 43
2. Situasi Fisik SMP Negeri 4 Purworejo ............................................ 45
3. Situasi Akademis SMP Negeri 4 Purworejo .................................... 47
a. Visi dan Misi .............................................................................. 47
b. Struktur Organisasi ..................................................................... 48
c. Peraturan Tata Tertib SMP Negeri 4 Purworejo ........................ 48
1) Kehadiran di Sekolah ........................................................... 49
2) Penampilan di Sekolah ......................................................... 49
3) Kegiatan Belajar Mengajar................................................... 50
B. Keadaan Siswa Katolik di Sekolah ....................................................... 50
1. Jumlah Siswa.................................................................................... 50
2. Agama ......................................................................................... 51
3. Gambaran Hubungan Komunikasi Siswa Katolik ........................... 51
C. Penelitian Tentang Sumbangan PAK di Sekolah Negeri Terhadap
Keterlibatan Hidup Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo... 52
1. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 52
2. Tujuan Penelitian.............................................................................. 52
3. Jenis Penelitian ................................................................................ 52
4. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 53
5. Responden ................................................................................ 53
6. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 53
7. Devinisi Operasional Variabel ......................................................... 53
8. Variabel Penelitian ........................................................................... 54

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Laporan Hasil Penelitian Sumbangan PAK di Sekolah Negeri


Terhadap Keterlibatan Hidup Mnggereja Siswa di SMP Negeri 4
Purworejo .............................................................................................. 55
1. Laporan Umum ................................................................................ 55
2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel .................. 55
a. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP
Negeri 4 Purworejo ................................................................... 55
b. Sejauh Mana PAK Mampu Mendorong Keterlibatan
Menggereja Siswa ............................................................................................... 62
c. Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja di SMP Negeri
4 Purworejo ............................................................................... 67
3. Catatan terhadap Keterbatasan Penelitian ........................................ 71
a. Hanya Menggunakan Kuesioner ............................................... 71
b. Kecurigaan Pada Jawaban Responden ...................................... 72
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................ 73
BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USULAN MEMBANGKITKAN
SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA ............................................. 75
A. Rekoleksi Dalam Rangka Meningkatkan Semangat Menggereja ........ 76
B. Program Rekoleksi Sebagai Usaha Meningkatkan Semangat Hidup
Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo ................................... 76
1. Pengertian Program Rekoleksi ......................................................... 76
2. LatarBelakang ProgramRekoleksi untukMeningkatkan
SemangatHidupMengereja .................................................................... 77
3. Tema dan Tujuan Rekoleksi............................................................. 78
C. Gambaran Pelaksanaan Program .......................................................... 79
D. Matriks Program ................................................................................... 81
E. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi ..................................................... 87
1. Identitas Kegiatan ............................................................................. 87
2. Pengembangan Langkah-langkah .................................................... 88
a. Salam Pembuka ......................................................................... 88
b. Doa ............................................................................................ 88
c. Lagu........................................................................................... 88
d. Pengantar Rekoleksi .................................................................. 89
e. Sesi I Peranan Roh dalam Hidup Menggereja .......................... 90

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1) Pengantar .............................................................................. 90
2) Materi ................................................................................... 90
a) Ciri-ciri Peranan Roh Allah ............................................ 90
(1) Roh Allah terlibat dalam Penciptaan ........................ 90
(2) Pendalaman Kitab Suci ............................................ 91
b) Ice Breaking ................................................................... 95
c) Ciri-ciri Peranan Roh dalam Gereja ............................... 95
(1) Ciri-ciri Roh Kudus dalam Gereja............................ 95
(2) Pendalaman Kitab Suci ............................................ 96
f. Sesi II Keterlibatan Remaja dalam Hidup Menggereja............. 100
1) Pengantar .............................................................................. 100
2) Materi ................................................................................... 100
a) Liturgi .............................................................................. 100
b) Pewartaan ......................................................................... 102
c) Persekutuan ...................................................................... 102
d) Pelayanan ......................................................................... 103
g. Sesi III Dinamika Kelompok .................................................... 104
1) Pengantar .............................................................................. 104
2) Permainan ............................................................................. 104
h. Penutup...................................................................................... 108
1) Pengantar .............................................................................. 108
2) Doa Penutup ......................................................................... 109
3) Lagu Penutup ........................................................................ 109
BAB V KESIMPULAN dan SARAN................................................................. 110
A. Kesimpulan ........................................................................................... 110
B. Saran ..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN ........................................................................................................ 115
Lampiran 1:SuratIjinPenelitian ............................................................. (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan TelahMelaksanakanPenelitian ............. (2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian ........................................................ (3)

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4: ContohJawabanKuesioner Responden Perempuan .......... (8)


Lampiran 5: ContohJawabanKuesioner Responden Perempuan ..........(13)
Lampiran 6: Daftar Nama Responden ..................................................(18)
Lampiran 7: Visi dan Misi SMP Negeri 4 Purworejo...........................(19)
Lampiran 8: Wawancara Penulis dengan Ibu Murni Mengenai
SMP Negeri 4 Purworejo .................................................(20)

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen

Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,

1984/1985, hal 8.

B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II

tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.

SC :Sacrosanctum Consilium, Konstitusi Konsili Vatikan II

tentang liturgi, tanggal 4 Desember 1963.

C. SINGKATAN LAIN

AC : Air Conditioner

Art : Artikel

Ay : Ayat

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KOMKAT : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LCD :Liquid Crystal Display

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PIR : Pendampingan Iman Remaja

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SK : Surat Keputusan

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SM : Sebelum Masehi

SMP : Sekolah Menengah Pertama

TU : Tata Usaha

TV : Televisi

UKS : Unit Kesehatan Sekolah

VCD :Video Compact Disc

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak orang yang berkesan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih

memprihatinkan, terutama di kalangan remaja. Pada kenyataannya ada berbagai

kesan yang menyatakan banyak sekali remaja yang menindas teman-temannya

seperti merampok dan menodong untuk keperluan tertentu atau hanya untuk

kesenangan belaka. Bahkan yang sedang hangat saat ini adanya prostitusi anak di

bawah umur yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP. Remaja tega menjual

teman-temannya sendiri kepada orang-orang yang membutuhkan jasanya. Fakta

tersebut memperlihatkan menurunnya moral dikalangan kaum remaja. Oleh

karena itu pendidikan sangat berperan dalam menanamkan moral pada siswa

khususnya remaja.

Masa remaja adalah masa yang penuh kegembiraan dimana mereka sedang

dalam proses menemukan jati diri. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan

diri dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka

(Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4). Zakiah Daradjat (1975: 25) juga

memaparkan bahwa masa remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak

tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah

umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.

Pada masa remaja inilah banyak terjadi berbagai perubahan yang tidak

mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian

dari orangtua serta orang dewasa pada umumnya. Pada umur ini terjadi perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang cepat pada jasmani, emosi, sosial, iman dan kecerdasan. Safiyudin (1977:

32) memaparkan beberapa penyebab terjadi kenakalan remaja, seperti penonjolan

diri/menunjukkan keberanian, solidaritas pada kawan, mengikuti ajakan teman,

keinginan sensasi serta keinginan memenuhi kebutuhan seks.

Penyebab terjadinya kenakalan remaja semata bukanlah karena kesalahan

mereka, tetapi terdorong karena pencarian jati diri yang sedang mereka alami.

Dalam masa peralihan itulah mereka sangat membutuhkan orang yang lebih

dewasa untuk mendampingi mereka. Peran serta orangtua merupakan hal

mendasar yang dapat mendampingi remaja dalam masa pencapaian jati diri

mereka. Saat anak berada dalam tahap remaja, orangtua harus pintar mendekatkan

diri pada putra-putrinya.

Selain keluarga, pembinaan remaja juga terjadi di lingkungan masyarakat

tempat mereka tinggal, karena masyarakat adalah lingkungan yang sarat dengan

peristiwa, baik peristiwa yang positif maupun negatif. Disini remaja perlu

dibimbing untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi

pertumbuhan serta perkembangan dirinya.

Bagi remaja Katolik, pembinaan remaja juga terjadi di dalam gereja,

karena gereja adalah tempat yang memadai bagi remaja untuk membina iman

mereka demi terwujudnya Kerajaan Allah. Bersama remaja dan anggota gereja

lainnya, seorang remaja memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

mendewasakan imannya. Para anggota Gereja yang dewasa mempunyai tanggung

jawab yang besar untuk membantu para remaja memperoleh pendidikan iman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mewujudkannya dalam kehidupan bersama (Sinode GKJ dan GKI Jateng, 1995:

22).

Di dalam gereja remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan

mengikuti aneka macam kegiatan pembinaan iman dengan membaca buku-buku

rohani, berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah

maupun paroki dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntunan hidup Yesus

dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan umat. Dengan terlibat dalam kehidupan umat,

anak dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggung jawab

dalam hidup umat. Pembinaan yang seperti ini nantinya diharapkan dapat

menumbuhkan keyakinan bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan

(Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4).

Pembinaan remaja di gereja Santa Perawan Maria Purworejo dilakukan

dengan adanya PIR atau Pendampingan Iman Remaja. Akan tetapi jumlah

anggota PIR yang ada sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan remaja katolik di paroki. Remaja hanya semangat untuk datang ke

gereja tiga sampai empat bulan pertama mereka menjadi anggota, setelah itu

jumlahnya mulai berkurang dan menjadi semakin minim. Walaupun jumlah

anggota PIR minim, namun mereka masih sering mengadakan pertemuan di

gereja dan ikut terlibat dalam kegiatan seperti misdinar. Anehnya jumlah PIR

yang sedikit ini dapat menjadi banyak jika gereja mengadakan rekoleksi bersama

di luar gereja ataupun ziarah. Dari hal itu sangat nampak bahwa remaja masih

senang dengan hal-hal yang menyenangkan. Mereka akan datang jika ada acara

yang mereka pikir itu asyik dan menyenangkan serta dapat digunakan sebagai

ajang untuk mencari teman bahkan teman dekat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari wawancara dengan beberapa remaja di gereja Santa Perawan Maria

Purworejo, mereka mengatakan alasan mereka ikut PIR adalah untuk berkumpul

bersama dengan teman-teman satu iman. Mereka menginginkan kegiatan PIR

yang asyik yang sesuai dengan usia mereka. Jika tidak ada kegiatan besar seperti

rekoleksi dan ziarah mereka hanya datang ke gereja untuk latihan misdinar dan

sekedar berbagi cerita dengan teman-teman yang lain.

Kurangnya kesadaran remaja dalam menghayati keterlibatannya dalam

hidup menggereja membuat pendidikan PAK di sekolah sangat dibutuhkan untuk

menyadarkan serta membangkitkan kesadaran dan niat akan hidup menggereja.

Groome (2010: 49) menegaskan bahwa tujuan dari PAK itu sendiri adalah untuk

menuntun orang-orang ke luar menuju ke Kerajaan Allah. Menuju pada Kerajaan

Allah disini diwujudkan melalui peran serta di dalam Gereja dan di tengah umat,

dimana setiap orang merupakan anggota Gereja dan bertugas dalam

pengembangan Gereja.

Dalam PAK juga terdapat tiga unsur pokok pendidikan iman yang

mendukung tujuan dari PAK sendiri. Tiga unsur pokok pendidikan iman itu

sendiri adalah, pengalaman hidup peserta, visi dan kisah hidup Kristiani dan

komunikasi kehidupan konkret peserta dengan visi dan tradisi Kristiani. Jika

ketiga pokok pendidikan iman tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tujuan

dari PAK itu sendiri dapat terwujud di tengah-tengah kehidupan peserta didik.

Banyaknya sekolah negeri di Purworejo membuat PAK perlu

memperhatikan peserta didik dengan baik. PAK di sekolah negeri perlu berusaha

untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah peserta yang merupakan tujuan dari

PAK sendiri. Salah satu contoh perlunya perhatian khusus PAK di sekolah negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam usia remaja adalah PAK di SMP Negeri 4 Purworejo. Keadaan remaja

secara umum di SMP Negeri 4 Purworejo sejauh yang saya amati cukup baik,

karena siswa jarang yang terlibat dalam kenakalan remaja ataupun kenakalan

dalam geng. Kalaupun ada geng itu hanya sebatas teman dekat di sekolah yang

mempunyai kesenangan atau hoby yang sama maupun kecocokan dalam bergaul.

SMP Negeri 4 Purworejo merupakan salah satu SMP negeri favorit, sehingga

peserta didik lebih menekankan pengetahuan mereka tanpa memikirkan hal yang

negatif.

Remaja katolik di SMP Negeri 4 Purworejo juga dapat bergaul dan

membaur baik dengan teman yang lain. Namun kesadaran hidup menggereja di

tengah-tengah siswa terlihat masih sangat kurang, karena mereka belum dapat

memahami dan mendalami peran dan tugas mereka di dalam gereja. Keterlibatan

hidup menggereja mereka masih kering dan sekedar ikut-ikut saja.

Sedangkan hidup menggereja sendiri adalah hidup menampakkan iman

kepada Yesus Kristus. Jadi setiap kegiatan menampakan iman adalah hidup

menggereja. Jika seseorang menampakkan imannya dalam masyarakat, berarti ia

juga menggereja di dalam masyarakat (Suhardiyanto, 2005: 3).

Dengan demikian hidup menggereja siswa tidak hanya dibatasi melalui

kegiatan di dalam gereja saja, melainkan dapat dilakukan ditengah masyarakat

dimana ia tinggal. Wujud penampakkan iman di tengah masyarakat dapat

dilakukan misalnya dengan membantu teman yang sedang terkena musibah

sebagai wujud kasih yang diajarkan di dalam gereja. Menjadi remaja yang baik

dan bebas dari kasus kenakalan remaja juga telah menampakkan iman ditengah

masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam hidup menggereja ada lima tugas yang dilakukan yaitu liturgia,

kerygma, koinonia, diakonia dan martyria. Di tengah kehidupan kaum remaja

tugas yang baru dijalani hanyalah koinonia atau persekutuan persaudaraan sebagai

anak-anak Bapa. Hal ini sangat terlihat dengan masih banyaknya remaja yang

terlibat hidup menggereja masih sebatas mencari teman saja.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini:

SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA SISWA

DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA TENGAH. Lewat skripsi ini

penulis berharap mampu ikut meningkatkan keterlibatan hidup menggereja siswa

melalui PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja pokok-pokok PAK dan hidup menggereja?

2. Sejauh mana PAK di SMP Negeri 4 Purworejo mendorong keterlibatan

hidup menggereja siswa di Gereja?

3. Bagaimana cara meningkatkan semangat hidup menggereja siswa di SMP

Negeri 4 Purworejo?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjabarkan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik dan keterlibatan

hidup menggereja.

2. Memaparkan sejauh mana PAK di SMP Negeri 4 Purworejo mendorong

keterlibatan hidup menggereja siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Menguraikan cara meningkatkan keterlibatan hidup menggereja siswa di

SMP Negeri 4 Purworejo.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi guru PAK dan pihak sekolah

Guru PAK semakin mantap dalam pengajaran dan menyadari bahwa PAK

sungguh penting bagi siswa. Pihak sekolah juga lebih memperhatikan

pengajaran PAK bagi para siswanya yang beragama katolik.

2. Bagi para siswa katolik di SMPN4 Purworejo

Para siswa semakin menyadari pentingnya PAK di sekolah dalam

keterlibatan hidup menggereja.

3. Bagi penulis

a) Memberikan pengalaman penelitian secara ilmiah sebagai peneliti pemula.

b) Membantu dalam mengetahui seberapa besar sumbangan PAK di Sekolah

dalam membangun keterlibatan menggereja siswa.

E. METODE PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif

analitis, yaitu menjelaskan dan memahami data-data yang didapatkan melalui

penelitian lapangan. Deskriptif akan digunakan pada bab II dan IV untuk

menjelaskan PAK dan hidup Menggereja. Sedangkan analitis akan penulis

gunakan pada bab III untuk memahami data yang didapat dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai PAK di sekolah dengan keterlibatan menggereja. Dimana penulis akan

menguraikan, memaparkan dan memahami keterlibatan hidup menggereja siswa

katolik di SMP Negeri 4 Purworejo melalui sumbangan PAK di sekolah. Data

yang diperlukan diperoleh dengan mengedarkan kuisioner dan wawancara pada

siswa katolik di SMP Negeri 4 Purworejo untuk menjadi responden sebagai

gambaran hidup menggereja dengan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul skripsi yang dipilih adalah SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN

HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA

TENGAH, maka penulis membagi tulisan ke dalam empat bab:

Bab I mengemukakan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II menampilkan kajian pustaka yang meliputi pengertian pendidikan

pada umumnya, tujuan pendidikan pada umumnya, pengertian Pendidikan Agama

Katolik di sekolah, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, peranan

Pendidikan Agama Katolik di sekolah, pengertian keterlibatan dan pengertian

keterlibatan hidup menggereja, sasaran hidup menggereja.

Bab III memaparkan ssgambaran umum situasi sekolah SMP Negeri 4

Purworejo yakni mengenai sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo,

situasi fisik SMP Negeri 4 Purworejo, situasi akademis SMP Negeri 4 Purworejo,

visi, misi, struktur organisasi, peraturan tata tertib di sekolah, penampilan di

sekolah, kegiatan belajar mengajar. Selain itu akan diuraikan pula mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keadaaan siswa di sekolah, penelitian tentang sumbangan PAK di sekolah negeri

yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian,

instrumen penelitian, responden penelitian dan variabel penelitian. Definisi

operasional mengenai PAK dan keterlibatan hidup menggereja juga akan

dijelaskan dalam bab ini.

Bab IV menjelaskan mengenai program rekoleksi dalam rangka

meningkatkan semangat hidup menggereja, program rekoleksi sebagai usaha

meningkatkan semangat hidup menggereja, latar belakang rekoleksi, tujuan

rekoleksi, tema dan sesi rekoleksi. Dimana tema besar rekoleksi adalah “Dugem

Bersama Yesus dengan Teman-teman Untuk Meningkatkan Hidup Menggereja”.

Tema utama akan dibagi lagi menjadi tiga sub tema, yaitu beriman bersama Yesus,

meneladani Yesus dalam tanggung jawabku dan aku semakin mantap bersama

Yesus.

Bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dari penulisan skripsi dan

saran bagi pihak sekolah, guru dan siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

POKOK-POKOK PAK DAN HIDUP MENGGEREJA

Keterlibatan hidup menggereja para siswa SMP sangatlah penting melihat

situasi mereka yang masih labil dan dalam pencarian jati diri. Melalui kegiatan

menggereja siswa dapat mengembangkan imannya dan menjalankan tugas sebagai

anggota Gereja.

Keterlibatan siswa dalam hidup menggereja tentu perlu dukungan dari luar,

seperti sekolah. Sekolah adalah tempat di mana siswa menuntut ilmu dan

mendapatkan pengetahuan baru yang mengembangkan hidupnya. Dalam hal

keterlibatan hidup menggereja, Pendidikan Agama Katolik di sekolah memiliki

peran yang penting. Melalui PAK siswa dapat menuju pada Kerajaan Allah dan

mengembangkan imannya seperti yang ada pada tujuan PAK itu sendiri. PAK

diharapkan dapat mewujudkan tujuannya tersebut. Tetapi terdapat banyak kesan

pelaksanaan PAK terutama di sekolah negeri masih kurang maksimal. Masih

banyak sekolah negeri yang menggunakan guru PAK yang tidak profesional.

Biasanya guru PAK hanya diambil dari guru mata pelajaran tertentu yang

beragama Katolik saja dan sama sekali tidak berlatar belakang pendidikan guru

agama Katolik.

Pada bab ini akan diuraikan bagaimana hakekat dan tujuan PAK di sekolah

yakni demi terwujudnya Kerajaan Allah. Selain hakekat dan tujuan PAK di

sekolah juga akan diuraikan konteks PAK, model PAK, mitra-mitra PAK, arti dan

makna Gereja, model-model Gereja, pengertian hidup menggereja, empat kegiatan

inti Gereja, sasaran hidup menggereja dan sumbangan PAK untuk perkembangan

hidup Menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

A. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

1. Hakekat Pendididkan Agama Katolik di Sekolah

Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang

bervisi spiritual. Bervisi spiritual artinya pendidikan agama Katolik memberikan

inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga

diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman

hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan

agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan

interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan

karena itu membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup

sesamanya (Heryatno Wono Wulung, 2008: 14).

Mangunwijaya sebagaimana dikutip oleh Heryatno Wono Wulung

menyatakan hakekat Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman.

Sebagai komunikasi iman iman Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan

sifatnya yang praktis. Bersifat praktis berarti Pendidikan Agama Katolik lebih

menekankan tindakan dari pada konsep atau teori. Oleh sebab itu Pendidikan

Agama Katolik lebih menekankan proses perkembangan, pendewasaan iman,

serta peneguhan pengharapan dan perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno

Wono Wulung, 2008: 15-16).

Mary Boys yang dikutip oleh Heryatnodalam bukunyamendefinisikan

Pendidikan Agama Katolik sebagai “the making accesible of the traditions of the

religious community and the making manifest of the interinsic connection between

traditions and transformation”. Pendidikan Agama Katolik berperan membuka

jalan selebar-lebarnya agar setiap siswa memiliki akses untuk sampai kepada harta

kekayaan iman komunitas (tradisi). Tradisi yang sungguh dihayati menurut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

kebutuhan hidup beriman siswa yang hidup pada suatu zaman tertentu secara

intrinsik dapat memberdayakan mereka dalam memperkembangkan hidup dan

imannya (Heryatno Wono Wulung, 2008: 19).

Dari pernyataan Mary Boys tersebut dipahami bahwa Pendidikan Agama

Katolik memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan imannya

melalui kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah,

masyarakat maupun Gereja sendiri. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga

diberikan seiring dengan perkembangan zaman dan situasi siswa, sehingga siswa

dapat memperkembangkan imannya melalui ajaran-ajaran iman Katolik dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak dapat disamakan

dengan mata pelajaran yang lain, karena Pendidikan Agama Katolik tidak semata-

mata hanya menekankan segi intelektual peserta didik saja, melainkan lebih

mengarahkan peserta didik akan kesadaran sebagai umat beriman. Pendidikan

Agama Katolik di sekolah berdasarkan pengalaman hidup peserta didik. Dalam

jenjang SMP, Pendidikan Agama Katolik memberikan pengajaran dan bimbingan

bahwa mereka adalah anggota Gereja yang nantinya ikut berperan dalam

mengembangkan Gereja. Dengan kesadaran yang demikian, maka siswa

diharapkan mulai terlibat aktif dalam hidup menggereja, sebagai perwujudan

bahwa mereka adalah anggota Gereja.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Pendidikan Agam Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Membangun hidup beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus,

yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah

merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian

dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan,

kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai

agama dan kepercayaan (Komkat KWI, 2007: 7).

Groome (2010: 49) mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK ada

tiga, yaitu, demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang, dan

kebebasan peserta didik.

a. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah

Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian dunia

dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di surga.

Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di

istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ

akan tercipta suatu kebahagian. Thomas Groome (2010: 9) menyebutkan bahwa

tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah untuk menyelamatkan jiwa. Jika Allah

sudah meraja maka tentu kita akan selamat dan bahagia karena kita adalah Anak-

anak-Nya.

Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik harusnya mampu menggerakkan

siswa untuk ikut mengambil bagian demi terciptanya Kerajaan Allah. Artinya

Pendidikan Agama Katolik harus mampu membuat siswa merasa bahagia dan

berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar lewat sikap dan tindakan

sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Katolik. Dengan demikian Kerajaan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

di surga akan hadir secara nyata lewat sikap dan tindakan yang memberi

kebahagian bagi orang di sekitar.

Terwujudnya Kerajaan Allah menjadi tujuan utama dalam PAK, karena

Kepercayaan kita kepada Allah memimpin kita untuk menyadari dan mengingat

bahwa Kerajaan Allah adalah pemberian. Dalam arti yang definitif Kerajaan Allah

telah datang dalam Yesus Kristus. Keselamatan telah dimenangkan bagi kita.

Karena Kerajaan Allah telah hadir dan kedatangannya yang terakhir dijanjikan

dapat dipercaya, kita dapat menjalani masa kini dengan suka cita, damai dan

bahagia.

b. Iman yang Selalu Berkembang

Iman Katolik sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang

esensial, yaitu keyakinan, hubungan yang penuh kepercayaan dan kehidupan

agape yang hidup. Maksud dari agape di sini adalah iman tumbuh karena ada rasa

keyakinan, kepastian dan kepercayaan yang penuh. Tidak berhenti di situ, iman

yang tumbuh karena keyakinan dan kepercayaan akan Yesus Kristus harus

dihayati secara penuh dan dilaksanakan secara penuh juga dalam hidup sehari-hari.

Iman adalah sebuah realitas yang hidup, maka tiga dimensi tersebut diekspresikan

ke dalam tiga kegiatan, yaitu iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman

sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting) dan iman sebagai kegiatan

melakukan (faith as doing). Ketiga dimensi dan kegiatan ini harus ada dalam

pendidikan agama (Groome, 2010: 81).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

1) Iman sebagai Keyakinan (faith as believing)

David Tracy menyatakan belief adalah simbol yang menjelaskan pernyataan


kognitif, moral, atau historis tertentu yang terkandung dalam sikap iman
tertentu. Bahwa Kekatolikan membuat pernyataan-pernyataan kognitif,
moral dan historis dan mengusulkan mereka kepada orang-orang sebagai
sebuah cara membuat makna dalam kehidupan mereka adalah sesuatu yang
tidak diragukan. Oleh karena itu kegiatan iman Katolik mewajibkan
sebagian keyakinan yang teguh pada kebenaran-kebenaran yang diusulkan
sebagai kepercayaan-kepercayaan iman Katolik yang esensial (Groome,
2010: 82).

Iman Kristiani ini memilik aspek kognitif, di mana iman bukanlah suatu

ilusi, bukan merupakan tindakan yang semena-mena, tidak masuk akal, fanatik

dan eksklusif yang keterlaluan. Aspek kognitif di sini adalah kemampuan

intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Beriman

dengan meyakini di sini tidak semata-mata hanya sebatas percaya saja, melainkan

dapat dipertanggungjawabkan lewat alasan-alasan yang rasional. Saat kita yakin

akan sesuatu, kita memiliki alasan yang jelas mengapa kita yakin akan hal

tersebut. Melalui PAK siswa di sekolah dapat yakin pada iman yang mereka

dalami dengan alasan tertentu, misalnya siswa yakin akan Yesus Kristus sebagai

penyelamat, karena kebangkitan Yesus yang mengalahkan maut.

2) Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan (faith as trusting)

Dimensi iman Katolik yang bersifat afektif ini mengambil bentuk hubungan

pribadi yang penuh kepercayaan dengan Allah yang menyelamatkan di dalam

Yesusu Kristus. Kegiatan mempercayakan iman diekspresikan dalam kesetiaan,

kasih dan kelekatan. Karena Allah adalah setia, kita dapat menyerahkan diri kita

dengan penuh kepercayaan (Groome, 2010: 87).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Kita mengekspresikan perasaan-perasaan ini dalam doa, baik secara pribadi

maupun komunal. Dalam arti ini doa adalah dimensi dialogis dari hubungan kita

dengan Allah di dalam Kristus dan tanpa dialog tidak ada hubungan yang dapat

bertahan. Karena simbol-simbol liturgis mengekspresikan dan merayakan

hubungan kita yang penuh kepercayaan dengan Allah, simbol-simbol liturgis juga

menjadi sumber-sumber untuk meningkatkan kepercayaan, khususnya ketika

dirayakan dalam komunitas yang saling mendukung. Akan tetapi kegiatan

mempercayakan harus juga diekspresikan dan diwujudkan dalam cara kita

menjalani eksistensi kita dari hari ke hari sebagai para peziarah dalam waktu.

3) Iman sebagai Kegiatan Melakukan (faith as doing)

Iman Kristen sebagai respons terhadap Kerajaan Allah dalam Kristus harus

mencakup tindakan melakukan kehendak Allah. Respons Kristiani tidak hanya

demi kepentingannya sendiri, tetapi juga demi sesama dan dunia, agar kehendak

Allah dapat dilakukan di dunia. Bahkan dalam ekspresi-ekspresi yang paling keras

dari tradisi kontemplatif, iman Kristen tidak pernah menarik diri dari dunia hanya

untuk kesucian pribadinya sendiri, bahkan kehidupan doa kontemplatif dilakukan

demi kemajuan Kerajaan Allah di dalam dunia (Groome, 2010: 91).

Mewujudkan iman siswa melalui PAK di sekolah dapat dilakukan dengan

meneladani sikap dan tindakan Yesus dalam perbuatan sehari-hari di dalam

keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Di sekolah misalnya, siswa dapat

mewujudkan iman yang dipercayainya dengan membantu teman yang sedang

mangalami kesulitan. Membantu teman yang sedang mengalami musibah dan

berkekurangan mewujudkan ajaran cinta kasih yang diajarkan Yesus.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Singkatnya iman yang hidup adalah tujuan terdekat pendidikan agama. Iman

Kristiani yang diwujudkan dalam kehidupan manusia memerlukan sekurang-

kurangnya tiga kegiatan, yaitu meyakini, mempercayakan dan melakukan.

Melalui Kristus kita diundang Allah menuju ke arah iman yang dewasa. Para

pendidik agama harus berusaha menuntun peserta didik ke luar ke arah tujuan itu.

c. Kebebasan Peserta Didik

Sikap bebas berarti kita tidak dikekang oleh satu barang atau hal dalam

hidup kita, tetapi lebih bebas untuk memilih manapun yang sesuai dengan tujuan

hidup kita.

Dengan mempertimbangkan bahwa kebebasan manusia adalah bagian


integral dari tujuan kita, kita memiliki tugas menyediakan tradisi
sedemikian rupa sehingga orang-orang dapat memakainya secara kritis
dalam kehidupan mereka sebagai sumber kebebasan. Dengan kata lain
kegiatan pendidikan kita harus dirancang untuk membantu mengembangkan
tingkat kesadaran kritis orang Kristen menjadi lebih tinggi agar orang-orang
kita dapat merespons tuntutan-tuntutan Kerajaan dalam konteks personal
milik mereka sendiri, sosial, dan politik (Groome, 2010: 147).

Kebebasan manusia disini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu demi terwujudnya Kerajaan Allah.

Kebebasan peserta didik tidak sebebas-bebasnya melakukan apa yang mereka

kehendaki. Kebebasan disini memiliki arti tidak ada paksaaan dalam melakukan

tindakan, akan tetapi masih tetap ada batasan-batasannya. Misalnya, untuk pergi

ke gereja setiap peserta didik memiliki kebebasan untuk pergi dan tidak. Tidak

ada paksaan bagi peserta didik untuk ke gereja, namun sebagai umat Katolik

tentunya mereka sadar bahwa pergi ke gereja merupakan kegiatan yang

semestinya dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan. Kebebasan dalam peserta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

didik tidak bersifat individual dan negatif, melainkan kebebasan yang

menggunakan hati, jiwa dan suara hati.

Kegiatan Pendidikan Agama Katolik di sekolah membawa peserta didik

untuk menemukan kebebasan yang mengarah pada Yesus Kristus. Pendidikan

Agama Katolik di sekolah membantu kesadaran siswa untuk menyadari hadirnya

Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan mampu mendorong

dan membantu siswa untuk menuju pada kebebasan, yaitu kepada Allah, kepada

diri sendiri dan sesama demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Melalui

materi-materi dalam PAK siswa diharapkan menjadi sadar bahwa mereka

merupakan ciptaan Allah yang serupa dengan Allah. Dengan demikian mereka

sadar akan tugas mereka sebagai ciptaan. Siswa telah menyadari Kerajaan Allah

hadir dan dapat terwujud di tengah-tengah mereka yang kemudian mendewasakan

iman mereka. Menyadari hal itu maka siswa dapat mewujudkan rasa syukur

kepada Allah melalui kehendak bebas, seperti terlibat dalam kegiatan menggereja.

Kebebasan yang bersumber pada Yesus Kristus bukan berarti kebebasan

yang absolut. Kebebasan yang bersumber pada Yesus justru kebebasan yang

terbatas. Artinya adalah kita juga harus melihat kebebasan manusia yang lain

sehingga tidak terjadi pelanggaran kebebasan dalam hidup berkomunitas.

Semakin kita menyadari kebebasan yang bersumber pada Yesus Kristus maka kita

juga akan menyadari arti kebebasan. Yesus sendiri dengan kehendak bebasnya

memilih melakukan kehendak Allah yaitu mewartakan Kerajaan Allah.

Kebebasan yang seperti itulah yang hendak kita capai yaitu kebebasan untuk

melakukan Kehendak Allah demi terciptanya perdamaian dan kegembiran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

3. Konteks Pendidikan Agama Katolik

Di dalam Konteks Pendidikan Agama Katolik ada empat lembaga baik yang

secara langsung dan tidak langsung terlibat di dalam penyelenggaraan pendidikan.

Keempat lembaga tersebut yaitu keluarga, Gereja, masyarakat dan sekolah.

Masing-masing lembaga memiliki kekhasan dan sumbangan yang tidak

tergantikan. Keempatnya juga saling berhubungan dan saling mempengaruhi

(Heryatno Wono Wulung, 2003: 49).

Groome (2010: 160) menyebutkan dan mengutarakan tiga konteks

Pendidikan Agama Katolik di sekolah, yaitu proses sosial menjadi manusia,

proses sosial menjadi Kristen dan pendekatan dialektis terhadap proses sosialisasi.

a. Proses Sosialisasi Menjadi Manusia

Sosialisasi adalah proses yang berlangsung lama sepanjang kehidupan

karena kondisi kehidupan manusia selalu dijalani dalam solidaritas dengan

manusia yang lain. Ada tiga gerakan dalam proses sosialisasi, yaitu eksternalisasi,

obyektifikasi dan internalisasi.

Eksternalisasi adalah kebutuhan semua manusia untuk bergerak keluar guna

menjalin relasi dan membentuk kelompok. Di dalam hidup bersama, manusia

membutuhkan orang lain. Manusia secara bersama saling membuat kesepakatan

bersama agar hidup bersama dapat berjalan lancar. Dalam kebersamaan itu

manusia saling memberi makna dan saling memperkembangkan. Dalam

kebersamaan itu manusia melahirkan dan mengembangkan kebudayaannya.

Obyektifikasi merupakan proses di mana manusia secara bersama-sama

menjaga dan memelihara tatanan dan kesepakatan hidup yang sudah ada. Tatanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dan pandangan hidup, sistem nilai dan pola tingkah laku yang diharapkan harus

diwujudkan dan dipenuhi agar hidup bersama dapat berkembang.

Sedangkan internalisasi merupakan proses di mana kita menjadikan sistem

nilai dan pandangan hidup sebagai milik kita sendiri, sebagai bagian hidup atau

sebagai landasan hidup kita sendiri yang membantu kita untuk sampai kepada

identitas kita sendiri. Kita sungguh menjadi bagian masyarakat dan masyarakat

menjadi bagian hidup kita.

b. Proses Sosialisasi Menjadi Kristiani dengan Tokoh-tokoh

Sejajar dengan sosialisasi menuju pribadi yang matang, untuk menjadi

orang beriman yang mantab dan dewasa kita perlu berinteraksi dan bersosialisasi

dengan hidup sesama jemaat lainnya. Melalui interaksi tersebut iman kita

dibentuk dan diperkembangkan.

Di bawah ini akan disampaikan secara singkat beberapa tokoh yang

menekankan pentingnya proses sosialisasi di dalam pendidikan jemaat beriman

menuju iman yang mendalam dan dewasa.

1) Bushnell

Dia perancang Filsafat asuhan Kristen. Hal ini dilatarbelakangi dengan

adanya paham revivalisme yang berkembang saat itu. Paham revivalisme ini

menekankan pertobatan secara menyeluruh dalam waktu singkat karena manusia

pada waktu itu sudah dianggap rusak total. Bushnell berpendapat bahwa

pertobatan menyeluruh terjadi secara pelan-pelan yang dimulai dari keluarga

(Groome, 2010: 171).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Orangtua memiliki tanggungjawab utama bagi perkembangan iman anak.

Hal ini digambarkan oleh Bushnell melalui hubungan kesatuan organik seperti

pohon menyatu dengan rantingnya. Begitu juga dengan keluarga, orangtua

menyatu dengan anaknya. Jika iman yang dihidupi orangtua kuat, maka iman itu

juga akan diajarkan dan ditiru oleh anaknya.

2) Coe

Jika Bushnell menekankan asuhan keluarga khususnya peran orangtua

sebagai pendidik, Coe berpendapat bahwa penekanan tidak hanya pada orangtua

tetapi seluruh jaringan interaksi sosial merupakan pendidik utama. Interaksi sosial

merupakan inti Pendidikan Agama Kristiani yang tidak hanya sebagai proses

tetapi juga sebagai isi. Coe mendorong para pendidik agama kristen untuk

memperhatikan realitas sosial anak. Jika realitas sosial diterima dengan serius,

maka kwalitas kehidupan tidak hanya sebatas keluarga saja tetapi juga

pembaharuan dan rekonstruksi seluruh etos sosial (Groome, 2010: 173).

3) Nelson

Sebagaimana Bushnell meminta perhatian pada keluarga dan Coe pada etos
sosial yang lebih luas, Nelson menekankan kekuatan yang membentuk dari
seluruh komunitas Kristen. Baginya segala sesuatu yang dilakukan Gereja,
seluruh caranya berada di dunia dan caranya berada bersama-sama, bersifat
mendidik. Kita mendidik melalui keberadaan diri kita sebagai komunitas
iman, dan kualitas kehidupan bersama kita adalah kurikulum utama kita
(Groome, 2010: 175).

Nelson berpendapat bahwa peranan dan pentingnya sosialisasi untuk

menjadi kristen. Pandangan ini diambil dari sisi antropologis yang menekankan

transmisi kebudayaan untuk menganalisis transmisi iman. Kebudayaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

dikomunikasikan melalui proses sosialisasi yang membentuk sistem perseptif

yang berhubungan dengan pandangan hidup, membentuk kesadaran yang sesuai

dengan sistem nilai dan menciptakan identifikasi ini sebagai hasil dari hubungan-

hubungan pribadi dalam kelompok sosial. Seluruh kegiatan yang ada dalam

Gereja bersifat mendidik dan digunakan sebagai bahan pengajaran bagi peserta

didik. Pendidikan Agama Kristiani sebagai komunitas iman mengajak peserta

didik untuk terlibat di dalam sosialisasi menggereja.

4) Westerhoff III

Westerhoff merekomendasikan pendekatan sosialisasi/enkulturasi dalam

Pendidikan Agama Katolik. Ia memahami bahwa pendidikan sebagai sebuah

aspek sosialisasi yang mencangkup seluruh usaha yang dilakukan dengan sengaja,

sistematis dan terus menerus untuk menyampaikan atau menimbulkan

pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, tingkah laku dan kepekaan. Ia juga

mengusulkan bahwa pendidikan iman tidak terpaku pada pendidikan di sekolah

saja tetapi dalam komunitas juga bisa dilakukan pendidikan iman yaitu melalui

katekese (Groome, 2010: 176).

5) Marthaler

Marthaler adalah pendukung pendekatan sosialisasi dalam pendidikan

agama yang terkenal dari Katolik Roma, khususnya ketika pendekatan itu

dipahami dalam tradisi Bushnell, Coe, Nelson dan Westerhoff. Marthaler

menyatakan bahwa setiap perkembangan manusia adalah hasil dari sosialisasi

(Groome, 2010: 178).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Setiap manusia merupakan makhluk hidup yang bersosialisasi dengan

sesamanya. Begitu juga dalam proses menjadi pribadi orang beriman yang matang

setiap individu perlu adanya relasi dengan sesama umat lainnya untuk menambah

pengetahuan dalam imannya. Sosialisasi diperlukan untuk pertumbuhan iman

sebagai pribadi. Komunitas iman diperlukan untuk menjadi anggota komunitas

iman.

c. Pendekatan Dialektis terhadap Proses Sosialisasi

Pendidikan Agama Katolik tidak hanya merupakan proses sosialisasi, tetapi

juga edukasi yang kritis yang memberdayakan dan yang bernilai emansipatif.

PAK perlu berusaha supaya dapat meningkatkan hubungan yang bersifat dialektis

antara jemaat dengan relitas sosialnya dan antar warga dengan jemaatnya.

Dialektika mendorong Gereja untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri dan pada

tatanan hidup masyarakatnya. Dialektika juga memberdayakan Gereja untuk

senantiasa memperkembangkan dirinya.

Singkatnya Pendidikan Agama Katolik membutuhkan konteks komunitas

iman Katolik dan komunitas yang demikian membutuhkan kegiatan pendidikan

yang kritis dan lebih daripada agen sosialisasi yang lain. Pendidikan Agama

Katolik tidak hanya sebatas memberikan informasi kepada peserta didik,

melainkan mendidik dan membentuk peserta didik yang memiliki sikap sosial.

PAK mengupayakan hubungan yang bersifat dialogal transformatif pada peserta

didiknya, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahanyang mampu

memperkembangkan dirinya menjadi individu yang semakin baik dan terus

berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

4. Model Pendidikan Agama Katolik

Dalam pembelajaran di sekolah, Pendidikan Agama Katolik menggunakan

beberapa model untuk mengembangkan iman siswa. Model pembelajaran yang

digunakan diharapkan sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Katolik untuk

pengembangan iman siswa. Model merupakan salah satu pendekatan tertentu yang

memiliki suatu kerangka tertentu untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan

pendidikan dalam iman dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap.

Heryatno Wono Wulung (2003: 62) mengemukakan ada empat model pendidikan

iman, yaitu model transmisi/transfer, model yang berpusatkan pada hidup peserta,

model praksis dan model pendidikan iman yang bersifat estetis. Disini penulis

hanya menguraikan dua model Pendidikan Agama Katolik, yaitu model yang

berpusat pada hidup peserta dan mdel prakis, karena kedua model tersebut sangat

relevan dengan PAK pada zaman ini.

a. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta

Model pendidikan yang berpusatkan pada hidup peserta ini merupakan

reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Sifat

yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini

melihat secara negatif model yang pendidikan yang bersifat obyektif dan

cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan

menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya

tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan

kepribadiannya. Model ini dilatar belakangi oleh pemikiran beberapa ahli yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

menyatakan bahwa agama adalah jalan hidup yeng perlu dilaksanakan daripada

serangkaian pernyataan yang hanya dipelajari dan diketahui (Heryatno Wono

Wulung, 2003: 65).

Para pemikir dari model ini antara lain Ronald Goldman yang menekankan

pentingnya proses pendidikan iman bertolak dari kebutuhan para siswa yang

menjadi arah dasarnya. Menurut pandangannya kebutuhan hidup siswa harus

menjadi pusat proses penyelenggaraan pendidikan keagamaan. Oleh karena itu,

diharapkan supaya suasana menjadi lebih kondusif dan prosesnya sungguh-

sungguh dapat memperkembangkan seluruh kehidupan peserta.

Selain Ronald Goldman ada juga Michael Grimitt yang menekankan segi

afeksi. Michael Grimitt mengatakan bahwa inti agama dapat dijumpai di dalam

hati dan hidup seseorang bukan pada pendalaman dogma dan sahadat iman yang

sudah baku. Michael Grimitt menekankan pentingnya menyadari pengalaman

yang bersifat substansial yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik

supaya dapat sampai pada inti agama. Pengalaman mendasar itu antara lain seperti

kematian, cinta, ketakutan, dan lain-lain.

Pemikiran Ronald Goldman tersebut mengajarkan bahwa inti dari PAK

bukanlah semata berdasar pada hal teoritis saja, melainkan dari apa yang telah

dialami dan dilakukan oleh peserta didik. Melalui pengalaman, siswa dapat belajar

dari apa ynag pernah dialaminya. Dengan demikian siswa akan berfikir dengan

lebih kreatif. Model pembelajaran ini juga sangat cocok digunakan untuk

pencapaian keterlibatan siswa dalam hidup menggereja, karena pengembangan

iman terjadi tidak hanya melalui ajaran saja melainkan perlu langsung diwujudkan

dalam sebuah tindakan yang nyata.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

b. Model Praksis

Istilah praksis pada model ini ialah sintesis antara teori yang ditekankan

pada model transfer dengan pengalaman hidup yang digarisbawahi oleh metode

yang berpusatkan pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai kalau hanya

menjejali peserta dengan sebongkah informasi atau memenuhi pikiran mereka

dengan sikap-sikap kedewasaan iman yang stereotipe. Pendidikan harus

memperluas wawasan konseptual mereka, meningkatkan kesadaran diri mereka

dan sekaligus memberdayakan mereka untuk ikut memperjuangkan terwujudnya

kehidupan bersama yang sejahtera, adil dan manusiawi. Perkembangan secara

kualitatif hidup pribadi dan bersama itulah yang menjadi arah pendidikan

(Heryatno Wono Wulung, 2003: 69).

Hubungan yang diharapkan pendidik dan peserta didik bukan guru dan

murid seperti seorang penceramah dan pendengar, melainkan sebagai mitra yang

bersama-sama mencari, meneliti dan menemukan. Sekolah menjadi komunitas

yang bersama-sama belajar memperbaharui dan mengembangkan.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah hendaknya tidak hanya menjadikan

siswa sebagai pendengar setia saja yang hanya mendengarkan ceramah serta

penjelasan dari guru, melainkan ikut serta bersama-sama mencari dan belajar

menghadapi persoalan yang ada. Dalam model ini guru diharapkan bersikap

kreatif dalam memproses pembelajaran. Misalnya dalam mencari dan mendalami

makna kesengsaraan Yesus guru tidak langsung memberikan penjelasan tentang

kesengsaraan, melainkan mengajak siswa mengerti tentang makna kesengsaraan

melalui pengalaman yang pernah mereka alami.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

5. Mitra-mitra dalam Pendidikan Agama Katolik

Mitra-mitra dalam Pendidikan gama Katolik adalah peserta didik dan para

pendidik sebagai pelayan Pendidikan Agama Katolik. Groome (2010: 385)

mengatakan peserta didik kita adalah subjek-subjek, bukan objek-objek. Semua

peserta didik memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Mereka bukan objek

yang diperlakukan dan dibentuk seperti yang kita kehendaki, melainkan subjek-

subjek yang dengannya kita mengadakan hubungan timbal balik dalam kesetaraan.

Peserta didik bukanlah objek dalam pembelajaran yang hanya

mendengarkan apa yang kita katakan, melainkan subjek yang sama seperti kita

yaitu manusia yang diciptakan Allah sesuai dengan gambar dan citra-Nya. Setiap

peserta didik memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Jadi sebagai para

pendidik kita tidak boleh memandang sebelah mata dalam mengadakan hubungan

timbal balik dan kesetaraan pada siswanya. Guru dan siswa bersama-sama

mencari melalui pengalaman-pengalaman hidup yang telah dialami.

B. HIDUP MENGGEREJA

1. Arti dan Makna Gereja

a. Asal Usul dan Arti Katanya

Kata Gereja berasal dari kata igreja dibawa ke Indonesia oleh para

misionaris Portugis. Kata tersebut adalah berasal dari bahasa Portugis untuk kata

Latin ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani ekklesia. Gereja atau

ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang sangat

khusus. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan (KWI, 1996: 332).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Arti Gereja di sini bukanlah hanya sebuah bangunan dan tempat kita untuk

berdoa kepada Yesus saja, melainkan Gereja berarti umat yang dipanggil oleh

Tuhan. Umat yang bersatu dan berkumpul dalam persekutuan itulah yang disebut

Gereja. Gereja adalah aku, kamu dan kita semua. Oleh karena itu kita semua harus

tetap menjaga keutuhan dan perkembangan Gereja itu sendiri.

b. Pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja

Gereja bukan hanya sekedar definisi belaka. Pada zaman para rasul, jemaat

perdana memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan di antara

mereka. Mereka menjadi jemaat atau Gereja karena iman mereka akan Yesus

Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitan-Nya. Gereja adalah jemaat Allah

yang dikuduskan dalam Kristus Yesus. Ada empat nama yang dipakai untuk

Gereja dalam Perjanjian Baru, yaitu Umat Allah, Tubuh Kristus dan bait Roh

Kudus (KWI, 1996: 333).

1) Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah

Oleh Konsili Vatikan II (LG, art. 9) sebutan “Umat Allah” amat

dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama

suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkret

(KWI, 1996: 333).

Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan, yang sudah dimulai

dengan panggilan Abraham. Konsili Vatikan II menekankan bahwa Gereja

mengalami dirinya sungguh erat hubungannya dengan umat manusia serta

sejarahnya. Konsili Vatikan II melihat Gereja dalam rangka sejarah keselamatan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

tetapi tidak berarti bahwa Gereja hanyalah lanjutan bangsa Israel saja. Kedatangan

Kristus memberikan arti yang baru kepada umat Allah.

Gereja sungguh merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti
yang ditunjukkan oleh Umat Purba, yang imannya kita anut sampai saat ini.
Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja dan awam
seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana (Komkat
KWI, 2007: 11).

Gereja sebagai Umat Allah diartikan bahwa Gereja adalah semua umat

Allah yang ada di dunia ini. Umat Allah yang berkumpul dalam persekutuan

adalah sebuah Gereja yang didalamnya terdapat biarawan-biarawati dan kaum

awam yang memiliki tugas dan peran yang sama.

2) Gereja Tubuh Kristus

Sebutan yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Paulus

menjelaskan maksud kiasan itu. Dalam Efesus 4:16 dikatakan bahwa Kristus

adalah Kepala. Daripada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat

menjadi satu oleh pelayan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-

tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Dalam arti sesungguhnya proses pembentukan Tubuh baru dimulai dengan

peninggian Yesus, yaitu dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Tetapi itu tidak

berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut-pautnya

dengan pembentukan Gereja. Memang tidak dapat ditentukan tanggal Yesus

mendirikan Gereja, tidak ada Hari Proklamasi Gereja. Gereja berakar

dalam seluruh sejarah keselamatan Tuhan, dan terbentuk secara bertahap. Dalam

proses pembentukan itu wafat dan kebangkitan Kristus beserta pengutusan Roh

Kudus merupakan peristiwa-peristiwa yang paling menentukan. Sebelumnya

sudah ada kejadian yang amat berarti, misalnya panggilan kedua belas rasul dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

pengangkatan Petrus menjadi pemimpin mereka. Peristiwa terakhir itu dalam Injil

Matius dihubungkan secara khusus dengan pembentukan Gereja: “Engkaulah

Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku” (Mat 16:18).

Namun banyak orang berpendapat bahwa sabda Yesus ini pun tidak berasal dari

situasi sebelum kebangkitan-Nya.

3) Gereja Bait Roh Kudus

Gambaran Gereja yang paling penting barangkali Gereja sebagai Bait Roh

Kudus. Di dalam Gereja orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah

Tri Tunggal sendiri. Gereja itu Bait Allah bukan secara statis melainkan dengan

berpartisipasi dalam dinamika kehidupan Allah sendiri.

Gereja itu Bait Allah yang hidup dan berkembang. Gereja dibangun di atas

dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di

dalam Dia tumbuh seluruh bangunan yang rapi tersusun menjadi Bait Allah yang

kudus di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi

tempat kediaman Allah, di dalam Roh (Ef 2:20-22). Jelas sekali bahwa semua

gambaran tidak cukup untuk merumuskan jati diri Gereja dengan tepat. Oleh

karena itu Gereja tidak hanya memakai gambaran yang diambil dari Kitab Suci.

Usaha memahami makna Gereja yang terdalam dijalankan terus. Khususnya oleh

Konsili Vatikan II Gereja dimengerti dengan gambaran yang lain, yakni sebagai

misteri, sakramen, dan communion.

4) Gereja Misteri dan Sakramen

Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus. Adapun serikat yang dilengkapi

dengan jabatan hierarkis dan Tubuh mistik Kristus, kelompok yang tampak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

persekutuan rohani. Kata misteri berasal dari bahasa Yunani mysterion yang

sebetulnya sulit untuk diterjemahkan, sebab dalam Perjanjian Lama disebut

Septuaginta. Sebetulnya kata Yunani mysterion sama dengan kata

Latin sacramentum. Dalam Kitab Suci kedua-duanya dipakai untuk rencana

keselamatan Allah yang disingkapkan kepada manusia. Sebetulnya kedua kata itu

sama artinya, hanya lain bahasanya. Tetapi dalam perkembangan teologi kata

misteri dipakai terutama untuk menunjuk pada segi Ilahi rencana dan karya Allah.

Gereja disebut misteri karena hidup Ilahinya yang masih tersembunyi dan hanya

dimengerti dalam iman.

Sakramen itu sendiri merupakan tanda dan sarana persatuan mesra umat

manusia dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia (Banawiratma, 1986:

26). Tanda dan sarana persatuan dengan Allah lahir melalui sengsara Yesus yang

menderita dan wafat di kayu salib. Dengan sengsara dan wafat Yesus di kayu salib

manusia dihapuskan dosa-dosanya, menjadi pribadi baru dan dipersatukan dengan

Allah.

Segala hal yang baik, yang oleh umat Allah dapat diberikan kepada keluarga

manusia selama ziarahnya di bumi ini, berasal dari kenyataan bahwa Gereja

adalah sakramen keselamatan yang universal, karena memperlihatkan dan

sekaligus mewujudkan misteri cinta kasih Alah kepada manusia (LG, art. 48).

5) Gereja sebagai Persekutuan

Kata Comumunion merupakan terjemahan latin dari kata Yunani koinonia,

yang artinya hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus

dalam sakramen-sakramen. Dari pihak lain, paham communio juga mendasari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

komunikasi di antara para anggota Gereja sendiri. Oleh karena itu

kesatuan communio ini berarti keanekaragaman para anggotanya dan

keanekaragaman dalam cara berkomunikasi sebab Roh Kudus yang tinggal di hati

umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja menciptakan

persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu. Dalam arti yang

sesungguhnya communio atau persekutuan Gereja adalah hasil karya Roh di

dalam umat beriman (LG, art. 4).

Gereja janganlah dilihat dalam dirinya sendiri saja. Dengan

paham communio Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen

yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia. Gereja tidak tertutup dalam

dirinya sendiri. Memang Gereja mempunyai banyak sifat yang khusus dan tampil

sebagai agama Kristen atau bahkan sebagai agama Katolik. Namun kalau Gereja

memahami diri dalam kerangka seluruh sejarah keselamatan, juga sebagai agama

harus memperhatikan hubungan dengan kelompok keagamaan yang lain. Sebagai

agama Gereja mewujudkan diri secara historis dalam rangka sosio-kebudayaan

tertentu, dan ada bahaya bahwa Gereja terikat oleh unsur-unsur kebudayaan itu.

Oleh karena itu amat penting, dengan communio dan komunikasi dipertahankan

keterbukaan Gereja terhadap hal-hal yang baru, juga terhadap pemahaman diri

yang baru.

2. Model-Model Gereja

Komisi Kateketik KWI (2007: 17) mengatakan ada dua model Gereja

dewasa ini, yaitu gereja institusional hierarkis piramidal dan Gereja sebagai

persekutuan umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

a. Gereja Institusional Hierarkis Piramidal

Model Gereja hierarkis piramidal sangat menonjol dalam organisasi lahiriah

yang berstruktur piramidal tertata rapi, kepemimpinan tertahbis atau hierarki

hampir identik dengan Gereja itu sendiri, hukum dan peraturan digunakan untuk

menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi, sikap yang agak triumfalistik

dan tertutup (Komisi Kateketik KWI, 2007: 17).

Model Gereja hierarkis ini melibatkan pejabat Gereja saja, umat tidak dapat

terlibat secara langsung dalam Gereja. Segala sesuatu tentang Gereja masih

dikuasai oleh pejabat Gereja. Gereja juga bersikap tertutup terhadap umatnya

dalam menjalankan tugas-tugas Gereja. Kepemimpinan dari model Gereja yang

Hierarkis ini juga terstruktur rapi dari pimpinan tertinggi Gereja Katolik, yaitu

Bapa Paus.

b. Gereja sebagai Persekutuan Umat

Model Gereja sebagai persekutuan umat sangat menonjol dalam hidup

persaudaraan karena iman dan harapan yang sama, keikutsertaan semua umat

dalam hidup menggereja, hukum dan peraturan dijalankan berdasarkan hati nurani

dan tanggung jawab pribadi, sikap miskin, sederhana dan terbuka (Komisi

Kateketik KWI, 2007: 17).

Dalam model Gereja ini umat dapat terlibat langsung dalam kegiatan Gereja

dan mengambil tugas dalam perkembangan serta kemajuan Gereja. Tidak seperti

model Gereja yang Hierarkis dimana umat tidak bisa mengambil bagian dalam

tugas Gereja, model Gereja ini membuat umat semakin berkembang dan merasa

bertanggung jawab dengan tugasnya sebagai pengembang Gereja. Gereja sebagai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

persekutuan umat ini berkembang sampai sekarang. Di sini bukan hanya pejabat

saja yang terlibat dalam hidup Gereja, melainkan seluruh umat. Dengan model

Gereja persekutuan umat, mulai banyak terbentuk persekutuan-persekutuan dan

kelompok yang semakin mempererat umat dan mampu mengembangkan Gereja.

Begitu juga dengan siswa yang dapat terlibat dalam hidup menggereja, sebagai

tanggung jawabnya untuk mengembangkan Gereja.

3. Pengertian Hidup Menggereja

Hidup menggereja adalah hidup menampakkan iman kepada Yesus Kristus.

Jadi setiap kegiatan menampakkan iman adalah hidup menggereja (Suhardiyanto,

2005: 3). Jika seorang remaja menampakkan imannya di lingkungan masyarakat

dengan membantu orang lain yang kekurangan, maka ia menampakkan imannya

di dalam masyarakat. Begitu juga saat siswa dapat menghargai dan berteman

dengan siapapun tanpa membedakan agama di lingkungan sekolah ia telah

menampakkan iman di lingkungan sekolah. Suhardiyanto (2005: 3) juga

mengemukakan pengertian hidup menggereja dalam arti yang lebih luas, yaitu

perwujudan iman dalam hidup sehari-hari baik dalam keluarga ataupun

masyarakat. Kedua pengertian tersebut terjadi karena adanya perkembangan

pemahaman. Perkembangan pemahaman para teolog dan para ahli Kitab Suci

yang kurang lebih menjadi jangkauan di dalam pendidikan hidup menggereja.

Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana

pun pada sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada Kristus. Hidup

menggereja juga dapat ditunjukkan melalui kegiatan dengan orientasi baru dalam

situasi dan kesadaran menanggapi situasi pada saat ini. Hidup menggereja akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

tumbuh dan mengundang perwujudan lebih lanjut dengan menampakkan iman

Kristiani dalam hidup sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari itu iman yang dimiliki

akan disadari dan diperkembangkan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan

untuk menentukan pilihan hidup dan aksi. Dalam situasi hidup sekarang ini yang

ditandai dengan kemajemukan religius, masalah ketidakadilan sosial dan ancaman

terhadap kehidupan orang beriman dituntut untuk mewujudkan hidup menggereja

secara baru. Wujud baru hidup menggereja yang dimaksud adalah hidup

menggereja yang mengarah pada hidup menggereja yang mempunyai ciri dialogal

dan transformatif (Banawiratma, 1991: 10). Hubungan yang bersifat dialogal

transformatif adalah perubahan yang mampu memperkembangkan manusia

secara terus-menerus menjadi lebih baik lagi.

Hidup menggereja adalah ambil bagian dalam kegiatan Gereja. Begitu juga

siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Gereja dimulai dari kegiatan yang

membuat mereka senang dalam menggereja, seperti kegiatan PIR yang membuat

mereka menemukan teman-teman baru seiman. Dengan aktif dalam kegiatan

menggereja mereka dapat mengembangkan iman dan merupakan wujud dari

kehendak bebas mereka. Partisipasi siswa dalam kegiatan menggereja dapat

membentuk Gereja menjadi lebih hidup dengan kegiatan yang aktif .

4. Empat Kegiatan Inti Gereja

Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-

orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun

bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh

Kristus, menjadi Tubuh Kristus”. Oleh karena itu tujuan dari hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

sendiri tak lain adalah menjalankan empat kegiatan inti Gereja, yaitu Liturgia,

Kerygma, Koinonia yang mengarah pada martyria, dan Diakonia.

Keempat kegiatan inti Gereja juga dituliskan di dalam Kitab Suci, yaitu

dalam Kis 2:41-47 tidak hanya berhimpun untuk memecahkan roti dan memuji

Allah (ay. 46-47 : Liturgia), tetapi juga bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, (ay.

42: kerygma), bertekun dalam persekutuan, (ay. 42: koinonia) dan rela menjual

harta miliknya dan membagikannya pada semua orang sesuai dengan

kebutuhannya, (ay. 47: martyria).

a. Liturgi (Liturgia)

Liturgia adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan

oleh umat, baik secara pribadi ataupun bersama baik sakramen maupun yang

bukan sakramen. Liturgi bukan merupakan tontonan, melainkan perayaan.

Melalui perayaan itu sebagai pengungkapan iman Gereja, orang mengambil

bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi

lahiriah. Yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan

oleh doa (KWI, 1996: 392).

Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan

Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup

beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan

menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan

dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi

aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu

seperti: menjadi lector, pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama,

menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.

Kaum remaja dituntut berperan aktif dalam perayaan ekaristi yang

berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada Kristus

bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:

Umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton
yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami
misteri itu dengan baik, dan ikut serta penuh khidmat dan secara aktif.
Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan
tubuh Tuhan dan bersyukur kepada Allah (SC, art. 48).

Liturgi bukanlah upacara perorangan, melainkan perayaan bersama. Liturgi

merupakan perayaan bersama seluruh anggota Gereja sebagai sakramen kesatuan.

Oleh karena itu kehadiran dan keterlibatan masing-masing kaum remaja

merupakan sikap yang menunjang keberhasilan dari perayaan itu sendiri. Kaum

remaja terdiri dari bermacam-macam orang dan fungsi, maka keterlibatan mereka

dalam berliturgi juga beranekaragam sesuai dengan fungsinya. Artinya, meskipun

liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja, liturgi merangkum keterlibatan

berbagai peran dan tingkatan yang sebenarnya melayani satu kepentingan yakni

pembangunan tubuh Kristus. Dasar keterlibatan kaum remaja adalah rahmat

Imamat umum yang dimiliki setiap orang berkat sakramen baptis dan krisma yang

diterimanya. Keikutsertaan kaum remaja dalam pelaksanaan liturgi bukan sekedar

untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat umum semua umat.

b. Pewartan (Kerygma)

Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi

iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban

tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus. Pewartaan

Injil adalah tugas setiap orang Katolik (LG, art. 16-17). Pewartaan hendaknya

diterima dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili, pelajaran agama

ataupun pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa

dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat beriman dalam

hal ini adalah kaum remaja diharapkan bekerjasama dalam karya pewartaan Injil

khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka.

Bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami

kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup

berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin

mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.

Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman,

katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya.

Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang

yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.

c. Persekutuan (Koinonia) demi kesaksian (Martyria)

Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur

kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus

Kristus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh,

jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,

bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah

Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh

Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang

berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan „cura

anima‟ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik

Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat

dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini

diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial

(Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-

kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.

Hal ini dapat diwujudkan dengan menghayati hidup sehari-hari sebagai

orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin

relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui

bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang

di tengah masyarakat sekitarnya, sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-

tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Dengan berkumpul bersama teman-temannya dalam sebuah persekutuan

siswa diharapkan tidak hanya sekedar berkumpul saja melainkan dapat memberi

kesaksian sebagai anggota Gereja melalui persekutuannya di tengah kehidupan

mereka.

d. Pelayanan (Diakonia)

Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab

pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan

hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).

Melalui empat kegiatan inti Gereja tersebut siswa tidak hanya berkembang

dalam iman saja, melainkan dapat ikut ambil bagian dalam perkembangan Gereja.

Keterlibatan siswa dalam perkembangan Gereja, misalnya dalam perkembangan

Gereja sebagai persekutuan dimana di dalamnya terdapat persekutuan yang erat

antar anggotanya, Seperti dalam persekutuan dalam PIR di tengah mereka.

5. Sasaran Hidup Menggereja

Sasaran hidup menggereja adalah seluruh umat Katolik yang telah dibaptis,

karena dengan dibaptis kita telah resmi menjadi anggota Gereja dan memiliki

tugas untuk mengembangkan Gereja (Suhardiyanto, 2005 : 1). Setiap remaja yang

sudah dibaptis tentunya juga memiliki tugas untuk mengembangkan Gereja.

Begitu juga dengan siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo yang

membutuhkan pendampingan akan hidup menggereja melalui PAK di sekolah

agar mereka mampu menyadari tugas sebagai anggota Gereja dan terlibat aktif

dalam hidup menggereja.

Walaupun sasaran hidup menggereja adalah semua umat Katolik, akan

tetapi sasaran hidup menggereja disini adalah kaum remaja, karena masa ini

adalah masa dimana mereka sedang mencari jati diri. Gereja juga perlu

memperhatikan banyaknya tantangan zaman di tengah kehidupan remaja (Dewan

Karya Pastoral KAS, 2008: 16).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

C. SUMBANGAN PAK UNTUK PERKEMBANGAN HIDUP

MENGGEREJA

Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Negeri sangat penting untuk

perkembangan iman peserta didik yang nantinya akan membawa mereka pada

keterlibatan hidup menggereja. Pendidikan Agama Katolik di sekolah negeri

membawa siswa untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Tidak hanya aktif

dalam kegiatan hidup menggereja, melainkan Pendidikan Agama Katolik juga

membawa peserta didik pada tujuan dari Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan

Agama Katolik di sekolah adalah salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang

dilaksanakan di sekolah yang mempunyai sifat menyeluruh yang mengangkat

aspek beriman siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan

perwujudan dalam hidup.

Dalam proses penyelenggaraan belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik

di sekolah negeri, sosok figur guru yang memiliki spritualitas sangat diperlukan

untuk membantu pesrta didik pada kesadaran akan keterlibatan mereka sebagai

anggota Gereja. Figur seorang guru yang digerakkan oleh spritualitas adalah

seorang guru yang bersifat kristosentris, seorang guru diminta memandang peserta

didik sebagai pusat perhatian, yang berarti memandang peserta didik dengan kaca

mata positif, di mana peserta didik juga diciptakan oleh Allah menurut citra dan

gambar-Nya sendiri. Relasi penuh kepercayaan dan persahabatan dengan Yesus

menjadi dasar dan sumber spritualitas guru agama katolik (Heryatno Wono

Wulung, 2008: 95).

Peranan guru dalam pembelajaran PAK di sekolah menjadi hal penting

dalam memberikan sumbangan untuk keterlibatan hidup menggereja siswa,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dimana guru dapat melakukan pendekatan terhadap siswa untuk memberikan

pengertian dan semangat akan hidup menggereja. Pendekatan guru secara

personal terhadap masing-masing siswa juga akan menambah semangat siswa

dalam PAK untuk keterlibatan hidup menggereja. Sebagai seorang pendidik, guru

PAK di sekolah perlu memiliki spiritualitas guru agama Katolik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

BAB III

SUMBANGAN dan GAMBARAN PAK DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO

TERHADAP HIDUP MENGGEREJA SISWA

Sebelumnya telah diuraikan tentang hakekat dan tujuan PAK di sekolah

yakni demi terwujudnya Kerajaan Allah. Selain itu telah diuraikan pula mengenai

konteks, model dan mitra-mitra PAK. Pemahaman secara teoritis tentang PAK

dan hidup menggereja melalui dokumen-dokumen Gereja dan pandangan para

ahli sangat membantu siswa untuk semakin menyadari iman dan kesadaran

mereka sebagai anggota Gereja.

Untuk mengetahui sejauh mana PAK dalam keterlibatan menggereja siswa,

maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data melalui responden, yaitu

siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo. Bab ini akan membahas penelitian

sumbangan PAK dan hasil penelitiannya yang diawali dengan memberikan

gambaran umum mengenai SMP Negeri 4 Purworejo. Disini akan dijabarkan juga

variabel penelitian dan daftar pertanyaan sebagai kuisioner yang akan disebar

pada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo. Sesudah itu akan dibahas

mengenai hasil penelitian dan analisis, sehingga dapat diketahui sejauh mana

sumbangan PAK dalam keterlibatan hidup menggereja siswa di SMP Negeri 4

Purworejo.

Pada bab ini akan diuraikan bagaimana gambaran umum situasi sekolah

SMP Negeri 4 Purworejo yakni mengenai sejarah singkat berdirinya SMP Negeri

4 Purworejo, situasi fisik SMP Negeri 4 Purworejo, situasi akademis SMP Negeri

4 Purworejo, visi, misi, struktur organisasi, peraturan tata tertib di sekolah,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

penampilan di sekolah, kegiatan belajar mengajar. Selain itu akan diuraikan pula

mengenai keadaaan siswa di sekolah, penelitian tentang sumbangan PAK di

sekolah negeri yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis

penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian dan variabel penelitian.

Definisi operasional mengenai PAK dan keterlibatan hidup menggereja juga akan

dijelaskan dalam bab ini.

A. GAMBARAN UMUM SITUASI SEKOLAH SMP NEGERI 4

PURWOREJO

SMP Negeri 4 Purworejo merupakan salah satu sekolah negeri di Purworejo

yang memiliki cukup banyak siswa beragama Katolik. SMP Negeri 4 Purworejo

merupakan sekolah dimana penulis pernah mengenyam pendidikan disana.

Pengalaman penulis selama tiga tahun mengenyam pendidikan membuat penulis

banyak memperoleh data tentang gambaran umum situasi SMP Negeri 4

Purworejo. Gambaran umum tentang SMP Negeri 4 Purworejo meliputi: Sejarah

singkat berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo, situasi fisik SMP Negeri 4

Purworejo dan situasi akademis SMP Negeri 4 Purworejo.

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo

Melalui wawancara dengan ibu Murni, penulis mendapatkan banyak

informasi mengenai SMP Negeri 4 Purworejo. SMP Negeri 4 Purworejo yang

terletak di pusat kota Purworejo ini telah berganti nama sebanyak empat kali,

dikarenakan oleh perubahan nama dari SMP menjadi SLTP dan menjadi SMP

kembali. Dari arsip sekolah menunjukkan bahwa SMP Negeri 4 Purworejo


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

didirikan pada tanggal 1 Agustus 1958 dengan SK NO: 187/SK.B.III / 25 Mei

1960 dengan nama SLTP Negeri 3 Purworejo. Pada tanggal 19 Desember 2001

SLTP Negeri 3 Purworejo berganti nama menjadi SMP Negeri 3 Purworejo

dengan SK NO: 061 / 6/ 09. Setelah berjalan tiga tahun dengan nama SMP N 3

Purworejo, pada tanggal 7 Februari 2004 di ubah dari SMP N 3 menjadi SMP N 4

Purworejo dengan SK NO: 422/ 568/ 2003. Perubahan nama dari SMP N 3

menjadi SMP N 4 berdasarkan urutan didirikannya sekolah. Mengenai sejarah

pembangunannya sendiri, SMP Negeri 4 Purworejo memiliki sejarah yang tidak

banyak diketahui oleh masyarakat umum. Pada tahun 2004 SMP N 4 Purworejo

mendapatkan sekolah standar nasional. Masa kejayaan SMP N 4 dimulai sejak

tahun 2005 pada saat dipimpin oleh Dra. Susini. Mulai saat itu prestasi sekolah

mulai meningkat. Tidak hanya dalam hal prestasi, melainkan dalam hal

pembangunan fisik sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. SMP N 4

Purworejo juga sering dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan dan

seminar tingkat daerah, bahkan pernah menjadi penyelenggara untuk penyuluhan

perakitan komputer bagi para guru se kabupaten Purworejo. Dari tahun 2010

hingga sekarang SMP N 4 Purworejo menjadi sekolah favorit kedua di Purworejo

yang di kepalai oleh bapak Muh. Syaifudin, M.Pd. [Lampiran 8: (20)].

2. Situasi Fisik SMP Negeri 4 Purworejo

Melalui pengamatan penulis, gedung SMP Negeri 4 Purworejo terletak di

tengah kota Purworejo yang strategis dari arah manapun. Gedung SMP Negeri 4

Purworejo membentang dari utara ke selatan yang terletak di jalan Urip

Sumoharjo No.62 Purworejo. Letaknya yang sangat strategis membuatbuat SMPN

4 menjadi salah satu SMP yang banyak diminati oleh siswa baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Gedung yang ada merupakan bangunan yang berlantai satu dan berlantai

dua. Jika digambarkan menggunakan denah, tata gedung di SMPN 4 Purworejo

terlihat sedikit rumit, karena tata letaknya yang berbelak-belok. Setelah memasuki

gerbang utama terdapat ruang penjaga sekolah di sebelah kanan dan parkiran bagi

guru, karyawan dan para tamu di sebelah kiri. Setelah itu akan ada ruang TU dan

kepala sekolah di sebelah kanan serta ruang guru di sebelah kiri. Di ruang TU

terdapat benyak piala yang merupakan hasil dari prestasi para siswa SMPN 4

Purworejo. Ruang TU juga digunakan siswa untuk mengurus pembayaran dan

administrasi sekolah. Ruang guru yang ada terlihat sedikit sumpek, karena

banyaknya guru dengan meja dan tumpukan buku yang ada, meskipun demikian

suasanya masih terlihat nyaman jika siswa masuk kesana. Ada dua puluh satu

ruang kelas untuk kelas VII, VIII dan IX [Lampiran 8: (20)].

SMPN 4 Purworejo mempunyai dua ruang laboraturium, yaitu laboraturium

IPA dan bahasa. Ruang komputer terlihat sangat rapi dan nyaman dengan jumlah

komputer yang sangat memadai bagi siswa. Ruangan yang ber AC juga membuat

siswa bertambah semangat dan nyaman pada saat pelajaran komputer.

Perpustakan sekolah menyediakan buku-buku pelajaran serta buku-buku

penunjang lainnya yang dapat dipinjam oleh siswa. Terdapat tatanan meja dan

kursi yang rapi di dalam perpustakan untuk belajar siswa. Di antara ruang kelas

VII terdapat ruang untuk menyimpan alat-alat drum band. Di antara ruang kelas

VIII terdapat ruang seni musik untuk pelajaran seni musik. Terdapat tiga kantin

yang luas untuk istirahat siswa pada saat jam istirahat. Ada juga ruang UKS yang

digunakan untuk ekstra PMR dan siswa yang sakit di sekolah. Toilet, ruang ganti

dan kamar mandi sangat terjaga kebersihannya. Di dalam ruang kelas terdapat TV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

VCD yang digunakan sebagai media belajar siswa. Ada satu kipas angin yang

terdapat di setiap ruang kelas [Lampiran 8: (20)].

3. Situasi Akademis SMP Negeri 4 Purworejo

a. Visi dan Misi

Berdirinya sebuah lembaga pendidikan pasti memiliki sebuah tujuan yang

ingin dicapai. Sebagai sebuah lembaga pendidikan SMP Negeri 4 Purworejo

memiliki tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sebuah visi dan misi.

1) Visi SMP Negeri 4 Purworejo

Melahirkan generasi muda yang cantik (cerdas, santun, taqwa, berilmu dan

kompetitif. Dari visi yang dimiliki oleh SMP Negeri 4 Purworejo ini terlihat

bahwa SMP Negeri 4 Purworejo merupakan wadah untuk membentuk pribadi

yang tidak hanya bertumpu pada kemampuan intelektual saja. SMP Negeri 4

Purworejo membentuk peserta didik yang mampu bersaing dengan dunia luar

berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut serta kepribadian yang luhur. Visi SMP

Negeri 4 Purworejo juga menunjukan bahwa sekolah memperhatikan iman untuk

peserta didik dengan adanya pendidikan agama yang diajarkan di sekolah. Begitu

juga dengan siswa Katolik yang mendapatkan Pendidikan Agama Katolik di

sekolah [Lampiran 7: (19)].

2) Misi SMP Negeri 4 Purworejo [Lampiran 7: (19)]

1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,


beriman, bertaqwa, santun dan memiliki keunggulan yang kompetitif
2. Mewujudkan pendidikan bermutu, efisien, disiplin, relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

3. Mewujudkan pendidikan yang adil merata.


4. Mewujudkan sistim pendidikan yang transparan, akuntabel,
partisipatif dan efektif.

b. Struktur Organisasi

Sebagai salah satu institusi pendidikan, tentunya SMP N 4 Purworejo

memiliki struktur organisasi sekolah. Organisasi SMP N 4 Purworejo dibina oleh

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. SMP N 4 Purworejo

dipimpin oleh satu orang kepala sekolah, yaitu bapak Muh. Syaifudin, M.Pd.

Dalam menjalankan tugasnya bapak Muh. Syaifudin dibantu oleh tiga orang wakil

kepala sekolah, yaitu bapak Sutrisno, S.Pd, bapak Drs. Pawitno dan ibu Emi

Nurhidayati.

Seluruh tenaga pendidik dan karyawan yang ada di SMP N 4 Purworejo

berjumlah 43 orang. 34 orang tenaga pendidik, 4 orang karyawan tata usaha, 2

orang penjaga keamanan dan 3 orang petugas kebersihan sekolah. Selama ini

organisasi yang ada di SMP N 4 Purworejo berjalan dengan cukup baik. Hal ini

ditandai dengan belum adanya permasalahan yang serius tentang

pengorganisasian yang berada di bawah struktur sekolah SMP N 4 Purworejo.

Relasi antara guru, karyawan dan peserta didik terjalin baik dengan adanya kerja

sama yang baik antara satu dengan yang lain [Lampiran 8: (20)].

c. Peraturan Tata Tertib SMP N4 Purworejo

Sebagai salah satu sekolah favorit, SMP N 4 Purworejo memiliki tata tertib

yang disusun untuk keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedisiplinan di

lingkungan sekolah. Berikut ini adalah tata tertib yang ada di SMP N 4 Purworejo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

1) Kehadiran di sekolah [Lampiran 8: (22)]

 Para siswa hadir di sekolah lima belas menit sebelum jam belajar

dimulai

 Jika terlambat siswa wajib melapor guru piket ataupun petugas untuk

memperoleh ijin mengikuti pelajaran

 Jika berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin

tidak masuk sekolah dengan sepengetahuan oranrtua atau wali dan jika

sakit lebih dari tiga hari harus mengirim surat keterangan dokter

 Jika siswa meninggalkan sekolah untuk sementara, perlu meminta ijin

kepada guru piket.

2) Penampilan di Sekolah [Lampiran 8: (22)]

 Para siswa wajib berpakaian seragam dengan bersih dan rapi. Hari Senin

dan Selasa kelas IX menggunakan baju putih lengan pendek dan

bawahan celana atau rok pendek, sedangkan kelas VII dan VIII

menggunakan baju putih lengan pendek dan bawahan celana atau rok

panjang. Hari Rabu dan Kamis kelas VII dan VIII menggunakan seragam

identitas biru dan bawahan panjang, sedangkan kelas IX menggunakan

seragam identitas merah putih kotak-kotak dan bawahan pendek. Hari

jumat dan sabtu kelas VII dan VIII menggunakan seragam pramuka dan

celana panjang baik siswa maupun siswi, sedangkan kelas IX

menggunakan seragam pramuka dan bawahan celana atau rok pendek.

 Baju seragam dilengkapi dengan badge Osis, identitas sekolah, kelas dan

nama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

 Siswa wajib menggunakan badge atau pin bendera merah putih di atas

saku.

 Siswa diwajibkan menggunakan ikat pinggang dan kaus kaki yang

berlogo atau bertuliskan SMP N 4 Purworejo.

 Rambut harus rapi dan bagi putra tidak boleh gondrong.

 Siswa tidak perlu menggunakan perhiasan yang berlebihan.

3) Kegiatan Belajar Mengejar [Lampiran 8: (22)

 Setiap hari kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan jika ada

pelajaran tambahan di pagi hari untuk kelas IX, maka kegiatan belajar

mengajar dimulai pukul 07.15 untuk kelas VII dan VIII.

 Jam efektif belajar setiap harinya dimulai pukul 07.00 sampai dengan

pukul 12.30, kecuali hari Jumat dimulai pukul 07.00 sampai dengan

pukul 11.00.

 Saat pelajaran olah raga siswa menggunakan seragam olah raga atau

kaos yang ditentukan.

 Setiap siswa berhak menggunakan fasilitas media yang disediakan,

namun tidak diperbolehkan untuk penggunaan di luar jam pel

B. KEADAAN SISWA KATOLIK DI SEKOLAH

1. Jumlah Siswa [Lampiran 8: (21)]

Jumlah siswa keseluruhan di SMP Negeri 4 Purworejo pada tahun pelajaran

2014/2015 berjumlah 714 orang. Kelas VII berjumlah 238, kelas VIII berjumlah

238 dan kelas IX berjumlah 238, dimana masing-masing kelas berjumlah 34 siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Awalnya jumlah siswa setiap kelasnya berjumlah 40 siswa, namun sejak tahun

2011 jumlah siswa setiap kelasnya dikurangi menjadi 34 siswa untuk efektifitas

belajar. Data ini penulis dapatkan melalui pengamatan dan wawancara dengan bu

Murni.

2. Agama

Melalui pengamatan dan wawancara dengan bu Murni, siswa SMP Negeri 4

Purworejo sebagian besar beragama Islam. Dari 714 siswa, siswa yang beragama

Katolik hanya berjumlah 15 orang dan Kristen berjumlah 12 orang [Lampiran 8:

(21)].

3. Gambaran Hubungan Komunikasi Siswa Katolik

PAK di SMP N 4 Purworejo diberikan setiap hari Jumat setelah jam pulang

sekolah. Biasanya PAK dilakukan di salah satu ruang kelas dan pengajarannya

dicampur antara kelas VII, VIII dan IX. PAK disini diberikan oleh bapak Fran

Jumino, yaitu seorang Katekis Voluntir di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo.

PAK di sekolah tidak diajarkan pada saat jam efektif, karena kesibukan dari

pendidik yang juga bekerja sebagai asisten Romo di pengobatan Romo Lukman

Purworejo. Pelajaran PAK hanya diberikan kurang lebih enam puluh menit setiap

Minggunya. Selama pelajaran PAK relasi antara siswa di kelas terjalin cukup baik.

Setiap satu tahun sekali siswa Katolik di SMP N 4 bersama-sama merayakan

Natal bersama dengan siswa Katolik dari SMP-SMP lainnya di Purworejo

[Lampiran 8: (21)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

C. PENELITIAN TENTANG SUMBANGAN PAK DI SEKOLAH

NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA

SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO

1. Latar Belakang Penelitian

Sebagai alumni yang pernah mengenyam pendidikan di SMP Negeri 4

Purworejo, penulis merasa prihatin terhadap PAK yang ada di sekolah. Oleh

karena itu melalui penelitian ini penulis ingin mencari data untuk mengetahui

seberapa jauh PAK sudah dilakukan di sekolah saat ini dengan menyebarkan

kuisioner di sekolah. Dengan demikian penulis dapat menyumbangkan pikiran

untuk pengajaran PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.

2. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui gambaran pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo

b. Mengetahui sejauh mana PAK mampu mendorong keterlibatan menggereja

siswa

c. Mengetahui sumbangan PAK dalam hidup menggereja di SMP Negeri 4

Purworejo

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi saat sekarang (Nana Sudjana,

2004: 91). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya,

pelaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskriptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Meleong, 2012: 6).

4. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan kuisioner.

Dapiyanta (2008: 23) menyatakan kuisioner adalah serangkaian daftar pertanyaan

atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden untuk mendapatkan

jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Jenis

kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner terbuka dan

tertutup.

5. Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi Katolik di SMP Negeri 4

Purworejo yang berjumlah 15 orang, sedangkan samplenya adalah semua siswa

Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo, karena semua siswa Katolik menjadi

responden.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Purworejo. Waktu penelitian

diadakan pada bulan Desember 2014.

7. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian yang berjudul “ Sumbangan PAK di Sekolah Negeri Terhadap

Keterlibatan Hidup Menggereja Siswa di SMP Negeri 4 Purworejo” terdapat dua


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

variabel yaitu Pendidikan Agama Katolik dan Hidup Menggereja, maka definisi

operasionalnya yaitu:

 PAK di sekolah berbeda dengan mata pelajaran yang lain di sekolah, karena

PAK mengarahkan peserta didik akan kesadaran sebagai umat beriman. PAK

memberikan pengajaran dan bimbingan bahwa mereka adalah anggota Gereja

yang nantinya ikut berperan dalam mengembangkan Gereja. PAK di sekolah

mengarah pada tujuan utamanya, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-

tengah siswa.

 Keterlibatan hidup menggereja dimana seseorang terlibat aktif dalam

kegiatan-kegiatan di Gereja. Keterlibatan hidup menggereja siswa tidak hanya

berhenti pada koinonia saja, melainkan dalam ketiga kegiatan inti Gereja yang

lain, yaitu liturgia, kerygma dan diakonia. Siswa dapat memberikan pelayanan di

tengah masyarakat untuk sesamanya sebagai wujud keterlibatan aktif sebagai

anggota Gereja.

8. Variabel Penelitian

NO Variabel No. Item Jumlah

1 Gambaran pelaksanaan PAK di SMP 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9


Negeri 4 Purworejo
9

2 Sejauh mana PAK di SMP Negeri 4 10, 11, 12, 13, 14, 8
Purworejo terhadap keterlbatan 15, 16, 17
menggereja siswa
3 Sumbangan PAK di SMP Negeri 4 18, 19, 20, 21 4
Purworejo terhadap keterlibatan hidup
menggereja siswa
Jumlah 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

D. LAPORAN HASIL PENELITIAN SUMBANGAN PAK DI SEKOLAH

NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA

SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO JAWA TENGAH

1. Laporan Umum

Penelitian ini ditujukan pada seluruh siswa Katolik di SMP Negeri 4

Purworejo. Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal mata pelajaran Pendidikan

Agama Katolik. Jumlah responden yang ditargetkan untuk penelitian ini dapat

tercapai yaitu seluruh siswa Katolik di sekolah yang berjumlah 15 orang. Jumlah

responden tersebut terdiri dari 6 siswa kelas VII, 2 siwa kelas VIII dan 7 siswa

kelas IX. Responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang (33,3%).

Responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 10 orang (66,6%). Pada

2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel

a. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 4

Purworejo

Pada bagian ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian dan

pembahasan penelitian. Penulis akan melaporkan hasil pembahasan melalui

sebuah tabel. Dalam pembahasan penulis mengelompokan alternatif jawaban

menjadi dua kelompok, yaitu positif dan negatif. Alternatif jawaban sangat setuju

dan setuju akan dikelompokkan menjadi hasil positif, sedangkan alternatif kurang

setuju dan tidak setuju akan menjadi hasil negatif.

Tabel 1: Pemahaman pengertian dan hakekat PAK (N=15)

No
Pernyataan Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
1 PAK memberikan a. Sangat setuju 9 60%
inspirasi dalam bertindak b. Setuju 6 40%
sebagai murid Yesus c. Kurang setuju 0 0%
d. Tidak setuju 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Tabel di atas 9 orang (60%) mengatakan sangat setuju dan 6 orang (40%)

mengatakan setuju bahwa PAK memberikan inspirasi pada siswa dalam bertindak

sebagai murid Yesus.

Hasil penelitian memberi gambaran bahwa siswa di SMP Negeri 4

Purworejo telah memahami pengertian dari PAK. Hal tersebut ditunjukkan

dengan seluruh siswa menjawab sangat setuju dan setuju yang menunjukkan hasil

positif.

Tabel 2 : Pemahaman pengertian dan hakekat PAK (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
2 PAK memberi a. Sangat setuju 7 46,7%
kesempatan b. Setuju 6 40%
mengembangkan iman c. Kurang setuju 2 13,3%
melalui kegiatan yang d. Tidak setuju 0 0%
dilakukan sehari-hari baik
di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun
Gereja

Tabel di atas 7 orang (46,7%) menyatakan sangat setuju, 6 orang (40%)

menyatakan setuju dan 2 orang (13,3%) menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan bahwa PAK di sekolah memberi kesempatan mengembangkan iman

melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari baik di lingkungan sekolah,

masyarakat maupun Gereja.

Hasil penelitian di atas menunjukkan persentase tertinggi sebanyak 47%

responden mengatakan sangat setuju, karena mereka menyadari bahwa PAK di

sekolah memang memberi kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan iman

melalui kegiatan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun

Gereja. Sejumlah 2 responden mengatakan kurang setuju, karena mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

merasakan PAK belum memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan

iman. Disini terlihat sangat jelas bahwa sebagian besar responden merasa bahwa

PAK memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan iman melalui kegiatan

yang dilakukan baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun Gereja.

Tabel 3 : Tujuan PAK (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
3 PAK membuat yakin a. Sangat setuju 9 60%
pada iman b. Setuju 4 26,7%
c. Kurang setuju 2 13,3%
d. Tidak setuju 0 0%

Tabel diatas 9 orang (60%) mengatakan sangat setuju, 4 orang (26,7%)

mengatakan setuju dan 2 orang (13,3%) mengatakan kurang setuju bahwa PAK di

sekolah membuat siswa semakin yakin pada iman mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan PAK untuk membuat yakin

siswa pada imannya telah terwujud. Hal itu dibuktikan dengan presentase tertinggi

bahwa 60% responden menyatakan setuju bahwa PAK telah membantu mereka

semakin yakin pada iman yang diyakini. Akan tetapi sangat disayangkan masih

adanya responden yang kurang memahami tujuan tersebut. Dalam hal ini

dikatakan bahwa siswa dengan sendirinya mampu mengembangkan iman yang

mereka yakini melalui PAK di sekolah.

Tabel 4 : Tujuan PAK (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
4 Siswa mewujudkan a. Sangat setuju 5 33,3%
Kerajaan Allah dalam b. Setuju 8 53,4%
keluarga, sekolah dan c. Kurang setuju 2 13,3
masyarakat melalui PAK d. Tidak setuju 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tabel di atas menunjukkan dari 15 responden sebanyak 5 orang (33,4%)

menyatakan sangat setuju, 8 orang (53,3%) menyatakan setuju dan dua orang

(13,3%) menyatakan kurang setuju bahwa PAK mewujudkan Kerajaan Allah

dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% responden setuju dengan

pernyataan bahwa melalui PAK di sekolah siswa mampu mewujudkan Kerajaan

Allah dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Mewujudkan Keraajan Allah

merupakan tujuan utama PAK. Nilai-nilai Kerajaan Allah terwujud dengan

adanya cinta kasih, kerukunan dan ketentraman. Terwujudnya Kerajaan Allah

dalam kehidupan siswa menjadi arah dalam hidup menggereja siswa.

Tabel 5 : Konteks PAK (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
5 PAK tidak hanya a. Sangat setuju 9 60%
memberikan informasi, b. Setuju 6 40%
melainkan mendidik dan c. Kurang setuju 0
membentuk sikap sosial d. Tidak setuju 0

Tabel di atas 9 orang (60%) responden mengatakan sangat setuju dan 6

orang responden (40%) mengatakan setuju dengan pernyataan bahwa PAK di

sekolah tidak hanya memberikan informasi, melainkan mendidik dan membentuk

sikap sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi ditunjukkan

dengan 9 responden yang menyatakan sangat setuju bahwa PAK tidak hanya

sekedar memberikan informasi saja, melainkan mendidik dan membentuk sikap

sosial. Siswa menyadari bahwa pembelajaran PAK tidak hanya memberikan dan

menjelaskan tentang sebuah materi saja, melainkan di dalam materi tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

terdapat ajakan untuk memiliki sikap sosial di tengah-tengah masyarakat, sekolah

dan Gereja dari cerita yang diberikan oleh guru.

Tabel 6 : Model PAK (N=15)

No Pernyataan AlternatifJawaban Jumlah Persen


Item (%)
6 PAK tidak hanya a. Sangat setuju 7 46,7%
mendalami materi dari b. Setuju 5 33,3%
buku dan Kitab Suci c. Kurang setuju 1 6,7%
d. Tidak setuju 2 13,3%

Tabel di atas menunjukkan bahwa 7 orang (46,7%) mengatakan sangat

setuju, 5 orang (33,3%) mengatakan setuju, 1 orang (7%) mengatakan kurang

setuju dan 2 orang (13,3%) tidak setuju bahwa PAK tidak hanya mendalami

materi dari buku dan Kitab Suci saja.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah responden yang

mengatakan sangat setuju. Mereka menyadari dan mampu menerima bahwa

materi PAK yang mereka dapatkan di sekolah tidak selalu mendalami materi

melalui buku dan Kitab Suci saja, melainkan dari pengalaman mereka

menghadapi masalah hidup sehari-hari. Ada sebagian peserta yang belum

menyadari bahwa PAK tidak hanya mendalami materi dari buku dan Kitab Suci

saja, karena mereka merasa PAK yang diajarkan oleh guru masih sebatas dalam

pemberian materi saja.

Tabel 7 : Model PAK (N=50)

No Pernyataan Alternatif Jumlah Persen (%)


Item Jawaban
7 Siswa bersama-sama a. Sangat setuju 6 40%
mencari jalan untuk b. Setuju 7 46,7%
menghadapi persoalan c. Kurang setuju 2 13,3%
yang ada d. Tidak setuju 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tabel di atas 6 orang (40%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,7%)

mengatakan setuju dan 2 orang (13,3%) mengatakan kurang setuju dengan

pernyataan dalam PAK siswa bersama-sama mencari jalan untuk menghadapi

persoalan yang ada.

Siswa bersama-sama mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada.

Sebagian besar responden menyadari melalui PAK di sekolah siswa secara

bersama-sama mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada. Hal

ini memberikan gambaran bahwa siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo

mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada melalui PAK, karena

dalam pembelajaran PAK mereka tidak hanya menjadi pendengar saja. Sedangkan

2 responden belum mampu mencari jalan untuk menghadapi persoalan yang ada

dan masih merasa sebagai pendengar saja dalam pembelajaran PAK di sekolah.

Tabel 8 : Sarana pembelajaran PAK (N=15)

No Pernyataan Alternatif Jumlah Persen (%)


Item Jawaban
8 Memutar film atau a. Sangat setuju 12 80%
tayangan singkat b. Setuju 2 13.3%
membuat siswa semakin c. Kurang setuju 1 6.7%
memahami akan materi d. Tidak setuju 0 0%
yang diberikan oleh guru

Tabel di atas 12 orang (80%) mengatakan sangat setuju, 2 orang (13,3%)

mengatakan setuju dan 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju bahwa memutar

film atau tayangan singkat membuat siswa semakin memahami akan materi yang

diberikan oleh guru.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 12 orang

responden yang setuju bahwa dengan memutar film atau tayangan singkat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

materi yang diberikan membuat mereka semakin mudah untuk memahami materi

yang diberikan tersebut. Sarana yang bervariasi dan kreatif memang sangat

mempengaruhi siswa dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Di usia

remaja contohnya, mereka akan merasa bosan jika hanya mendapatkan informasi

saja, melainkan lewat media yang menarik yang mampu memberikan semangat

dalam proses belajar. Dengan semangat maka akan dengan mudah mereka

memahami materi yang diberikan. Sangat disayangkan karena masih ada 1

responden yang mengatakan kurang setuju. Responden merasakan bahwa guru

PAK di sekolah tidak pernah menayangkan atau menampilkan film dalam proses

belajar.

Tabel 9 : Tanggapan mengenai proses pembelajaran PAK (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
9 Tanggapan siswa a. Sangat Menarik 2 13,3%
mengenai proses b. Menarik 10 66,7%
pembelajaran PAK c. Cukup menarik 3 20%
d. Kurang menarik 0 0%

Tabel di atas 2 orang (13,3%) mengatakan sangat menarik, 10 orang

(66,7%) mengatakan menarik dan 3 orang (20%) mengatakan cukup menarik

dengan proses pembelajaran PAK di sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 66,7% responden

mengatakan proses pembelajaran PAK menarik, karena siswa merasa guru sering

bercerita tentang pengalaman-pengalamannya yang menjadi inspirasi untuk

mereka. Alasan lain mereka mengatakan setuju adalah karena PAK berbeda

dengan pelajaran yang lain, tidak terlalu sepaneng serta dapat dikembangkan

dalam hidup sehari-hari. Sedangkan 3 responden yang merasa proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

pembelajaran PAK kurang menarik, karena siswa merasa dalam memberikan

materi guru hanya memberikannya terlalu singkat dan sering belajar sendiri.

b. Sejauh Mana PAK Mampu Mendorong Keterlibatan Menggereja Siswa

Pada bagian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana Pendidikan Agama

Katolik berpengaruh positif terhadap keterlibatan menggereja siswa . Hal ini dapat

dilihat dari jawaban responden dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 10 : Pengertian Hidup Menggereja (N=15)

No Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen


Item (%)
10 Hidup menggereja adalah a. Sangat setuju 6 40%
ambil bagian dalam tugas b. Setuju 9 60%
perutusan Gereja c. Kurang setuju 0 0%
d. Tidak setuju 0 0%

Tabel di atas 6 orang (40%) mengatakan sangat setuju dan 9 orang (60%)

mengatakan setuju dengan pernyataan bahwa hidup menggereja Aadalah ambil

bagian dalam tugas perutusan Gereja.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 9 orang responden

yang menyatakan setuju dengan pengertian hidup menggereja adalah ambil bagian

dalam tugas perutusan Gereja. Melalui pembelajaran PAK di sekolah siswa

mampu memahami akan apa itu hidup menggereja.

Tabel 11 : Pengertian Hidup Menggereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
11 Hidup Menggereja a. Sangat setuju 7 46,6%
diwujudkan oleh setiap b. Setuju 6 40%
umat Katolik kapan pun c. Kurang setuju 1 6,7%
dan dimana pun d. Tidak setuju 1 6,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Dari tabel dan diagram di atas 7 orang (46,6%) mengatakan sangat setuju, 6

orang (40%) mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 1

orang (6,7%) mengatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa hidup

menggereja diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan dimana pun.

Hidup menggereja diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan

dimana pun. Sebagian besar responden setuju dengan pernyataan tersebut, karena

mereka telah menyadari bahwa setiap umat Katolik dapat melaksanakan hidup

menggereja dimana saja mereka berada. Hal ini memberikan gambaran bahwa

siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo memiliki pemahaman akan hidup

menggereja. Sedangkan 2 orang responden tidak menyetujui dengan pernyataan

tersebut.

Tabel 12 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
12 Terlibat dalam kegiatan a. Sangat setuju 4 26,7%
pewartaan b. Setuju 8 53,3%
c. Kurang setuju 3 20%
d. Tidak setuju 0 0%

Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 8 orang (53,3%)

mengatakan setuju dan 3 orang (20%) mengatakan kurang setuju dengan

keterlibatan mereka dalam pewartaan. Responden mengatakan sangat setuju,

karena sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan di Gereja. Responden yang

mengatakan kurang setuju, dikarenakan belum begitu terlibat dalam kegiatan

pewartaan.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi adalah 53% responden

mengatakan setuju bahwa mereka sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

melalui kesaksian, tindakan dan pengakuan iman akan Yesus Kristus. Pewartaan

(Kerygma) adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi

iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan

pandangan iman.

Tabel 13 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N-15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
13 Terlibat dalam kegiatan a. Sangat setuju 4 26,7%
liturgi seperti misdinar, b. Setuju 7 46,6%
lektor dan pemazmur c. Kurang setuju 1 6,7%
d. Tidak setuju 3 20%

Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,6%)

mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 3 orang (20%)

mengatakan tidak setuju mengenai keterlibatan yang dilakukan dalam bidang

liturgi seperti misdinar, lektor dan pemazmur.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi 48% responden setuju

bahwa mereka sudah terlibat dalam hidup menggereja dalam kegiatan liturgi di

Gereja. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam menjadi lektor,

pemazmur, organis, misdinar, paduan suara, dan mengambil bagian secara aktif

dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi

dan sikap badan. Dengan menjadi misdinar, lektor dan pemazmur di Gereja, siswa

telah ikut terlibat dalam kegiatan liturgi di Gereja.

Tabel 14: Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
14 Aktif dalam PIR di a. Sangat setuju 4 26,7%
Gereja sebagai b. Setuju 7 46,6%
persekutuan murid Yesus c. Kurang setuju 1 6,7%
d. Tidak setuju 3 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel di atas 4 orang (26,7%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,6%)

mengatakan setuju, 1 orang (6,7%) mengatakan kurang setuju dan 3 orang (20%)

mengatakan tidak setuju dengan pernyataan aktif dalam PIR di Gereja sebagai

persekutuan murid Yesus.

Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar sebanyak 46,7%

responden yang setuju bahwa aktif dalam PIR sebagai wujud perkembangan iman.

Aktif dalam kegiatan PIR merupakan salah satu kegiatan aktif menggereja dalam

kegiatan koinonia atau persekutuan. Siswa mengikuti kegiatan PIR karena

mampu menambah iman dan teman serta dapat berkumpul bersama, karena

menjadi murid Yesus harus aktif di Gereja, sebagai remaja harus menjadi bagian

dari Gereja.

Tabel 15 : Empat Kegiatan Inti Gereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
15 Remaja dapat menjadi a. Sangat setuju 8 53,4%
garam dan ragi dalam b. Setuju 7 46,6%
lingkungannya c. Kurang setuju 0 0%
d. Tidak setuju 0 0%

Tabel di atas 8 orang (53,4%) mengatakan sangat setuju dan 7 orang

(46,6%) mengatakan setuju bahwa remaja dapat menjadi garam dan ragi dalam

lingkungannya. Dari hasil penilitian persentase tertinggi 8 orang (53,3%)

responden menyadari bahwa tugasnya sebagai remaja adalah dapat ambil bagian

sebagai perwujudan dan tanggung jawab sebagai anggota Gereja. Selain itu siswa

setuju bahwa dirinya harus menjadi garam dan ragi, karena harus bisa memberi

manfaat yang baik bagi masyarakat dan lingkungan, agar lebih maju dan lebih

dekat dengan lingkungan masyarakat dan Gereja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Tabel 16 : Kegiatan Menggereja yang Diikuti Siswa

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
16 Kegiatan yang diikuti di a. Misdinar dan PIR 9 60%
Gereja dan yang b. Lektor dan koor 2 13,3%
mengembangkan niat c. Mengajar PIA 1 6,7%
dalam hidup d. Belum mengikuti 3 20%
menggereja

Tabel di atas 9 orang (60%) mengatakan misdinar dan PIR, 2 orang (13,3%)

mengatakan lektor dan koor, 1 orang (6,7%) mengatakan mengajar PIA dan 3

orang (20%) mengatakan belum mengikuti kegiatan menggereja. Dari hasil

penelitian persentase tertinggi adalah kegiatan misdinar dan PIR yang mampu

mengembangkan niat siswa dalam hidup menggereja. Melalui aktif menjadi

misdinar siswa dapat mengetahui bagaimana liturgi yang baik dan menambah

pengetahuan mereka. Melalui PIR siswa dapat mendapatkan banyak teman seiman

dan berkumpul bersama. Akan tetapi sayangnya masih ada siswa yang belum

mengikuti sama sekali kegiatan di gereja.

Tabel 17 : Kegiatan yang Mewujudkan Hidup Menggereja

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Iteam
(1) (2) (3) (4) (5)
17 Kegiatan yang a. Menjadi misdinar, 7 46,7%
mewujudkan hidup lektor, pertemuan
menggereja di PPA dan PIR,
lingkungan sekolah membantu sesama
dan masyarakat baik b. Mengajar sekolah 2 13,3%
liturgi, pewartaan, minggu,
persekutuan dan pendalaman iman di
pelayanan sekolah dan
lingkungan,
menengok dan
menyumbang orang
sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

(1) (2) (3) (4) (5)


c. Membantu teman 2 13,3%
yang kesulitan
belajar,
menyumbang dana
PMI
d. Belum ada 4 26,7%

Dari tabel di atas 7 orang (46,7%) mengatakan misdinar, lektor, pertemuan

PPA dan PIR, membantu sesama, 2 orang (13,3%) mengatakan mengajar sekolah

minggu, pendalaman iman di sekolah dan lingkungan, menengok dan

menyumbang orang sakit, 2 orang (13,3%) mengatakan membantu teman yang

kesulitan belajar, menyumbang dana PMI sebagai wujudd hidup mengereja di

lingkungan sekolah dan masyarakat baik dalam liturgi, pewartaan, persekutuan

dan pelayanan.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi dari kegiatan yang telah

diikuti siswa adalah menjadi misdinar, lektor, ikut dalam pertemuan PPA dan PIR

serta membantu sesama. Kegiatan menggereja memang tidak semata-mata hanya

sebatas dilakukan di dalam Gereja saja, melainkan dapat dilakukan di sekolah dan

lingkungan masyarakat tempat tinggal kita. Siswa mengikuti kegiatan tersebut

untuk menambah pengetahuan serta menambah jumlah teman, karena siswa

senang bila berkumpul dengan teman-teman dan dapat cerita berbagi pengalaman.

Berkumpul di Gereja bersama teman menjadi semangat mereka dalam hidup

menggereja.

c. Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja di SMP Negeri 4 Purworejo

Pada bagian ini penulis ingin mengetahui sumbangan yang telah diberikan

oleh Pendidikan Agama Katolik dalam hidup menggreja siswa SMP Negeri 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Purworejo. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dalam bentuk tabel

dibawah ini:

Tabel 18 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
18 Pengaruh proses a. Sangat setuju 3 20%
pembelajaran PAK di b. Setuju 7 46,7%
sekolah terhadap Hidup c. Kurang setuju 5 33,3%
Menggereja d. Tidak setuju 0 0%

Dari tabel di atas 3 orang (20%) mengatakan sangat setuju, 7 orang (46,7%)

mengatakan setuju dan 5 orang (33,3%) mengatakan kurang setuju bahwa hidup

menggereja diketahui melalui proses pembelajaran PAK di sekolah. Hasil

penelitian menunjukkan persentase tertinggi bahwa 46,7% siswa setuju bahwa

PAK membantu mereka memahami akan hidup menggereja. Hal ini menunjukkan

bahwa Proses pembelajaran PAK berpengaruh pada pemahaman dan pengetahuan

siswa akan hidup menggereja. PAK seharusnya memang membantu siswa untuk

memahami tentang hidup menggereja agar siswa lebih mantap lagi untuk terlibat

aktif dalam menggereja.

Tabel 19 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
(1) (2) (3) (4) (5)
19 PAK dalam a. Ya, dengan PAK 5 33,3%
menyemangati menjadi lebih tertarik
hidup menggereja dan semangat dalam
siswa Hidup Menggereja
b. Ya, banyak diberi saran 3 20%
yang tepat dan diminta
untuk mencatat
khotbah romo,
sehingga semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

(1) (2) (3) (4) (5)


c. Ya, memberi semangat 4 26,7%
pada pelayanan dan
agar dapat menjadi
rasul Yesus yang baik.
untuk ke Gereja
d. Biasa saja, karena 3 20%
jarang ada guru dan
masih kurang kegiatan
yang melibatkan peran
iman

Dari tabel di atas 5 orang (33,3%) mengatakan ya, 3 orang (20%)

mengatakan ya, banyak diberi saran yang tepat dan diminta untuk mencatat

khotbah romo, sehingga semangat untuk ke Gereja, 4 orang (27%) mengatakan ya,

memberi semangat pada pelayanan dan agar dapat menjadi rasul Yesus yang baik

dan 3 orang (20%) mengatakan biasa saja, karena jarang ada guru dan masih

kurang kegiatan yang melibatkan peran iman.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi menyatakan bahwa PAK

telah memberikan semangat bagi siswa untuk hidup menggereja. Siswa merasakan

bahwa PAK telah menyemangati mereka dalam hidup menggereja, karena dengan

PAK lebih tertarik dan semangat dalam hidup mnggereja, disadarkan menjadi

rasul Yesus yang baik dengan terlibat hidup menggereja.

Tabel 20 : Sumbangan PAK dalam Hidup Menggereja (N=15)

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
(1) (2) (3) (4) (5)
20 Proses a. Ya, menyadarkan diri 6 40%
pembelajaran dan untuk aktif hidup
metode PAK menggereja
membantu dalam b. Ya, dapat memahami 3 20%
mendorong arti keterlibatan dalam
keterlibatan hidup Gereja, sehingga
menggereja siswa terdorong melakukan
sesuatu yang benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

(1) (2) (3) (4) (5)


c. Ya, karena ikut aktif 3 20%
dalam hidup
menggereja dapat
memperkuat iman
d. Kurang, pelajaran 3 20%
dibuat lebih menarik
lagi dengan film yang
mendukung kegiatan
menggereja

Dari tabel di atas mengenai proses pembelajaran dan metode PAK dalam

mendorong keterlibatan hidup menggereja siswa menunjukkan 6 orang (40%)

mengatakan ya, menyadarkan diri untuk aktif hidup menggereja, 3 orang (20%)

mengatakan ya, banyak diberi saran yang tepat dan diminta untuk mencatat

khotbah romo, sehingga semangat untuk ke Gereja, 3 orang ( 20%) mengatakan

ya, memberi semangat pada pelayanan dan agar dapat menjadi rasul Yesus yang

baik, dan 3 orang (20%) mengatakan Biasa saja, karena jarang ada guru dan masih

kurang kegiatan yang melibatkan peran iman.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi bahwa 40% siswa

menyadari bahwa proses dan metode pembelajaran PAK di sekolah mampu

mendorong mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dengan alasan dapat

memahami arti keterlibatan dalam gereja, sehingga terdorong melakukan sesuatu

yang baik untuk memperkuat iman.

Tabel 21 : Harapan dari Metode Pembelajaran PAK

No
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Persen (%)
Item
(1) (2) (3) (4) (5)
21 Harapan dari a. Lebih menarik lagi da 8 53.3%
metode mampu menumbuhkan,
pembelajaran mengembangkan iman dan
PAK di sekolah kepercayaan menggereja
di masyarakat, sekolah
dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

(1) (2) (3) (4) (5)


b. Lebih bervariasi 4 26,7%
sepertimenonton video
atau film
c. Cerita untuk memperkuat 3 20%
iman siswa diri dalam
hidup

Siswa tentunya mengharapkan metode pembelajaran PAK yang lebih baik

lagi. Sejumlah 8 responden menginginkan metode yang lebih menarik lagi dan

mampu menumbuhkan, mengembangkan iman dan kepercayaan diri dalam hidup

menggereja di masyarakat, sekolah dan lingkungan (53.3%). Sedangkan 4

responden mengharapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi

sepertimenonton video atau film (26.7%). Ada 3 responden yang mengatakan

harapannya untuk metode pembelajaran PAK, yaitu dengan cerita untuk

memperkuat iman siswa (20%).

3. Catatan Keterbatasan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, masih adanya

keterbatasan dari data yang didapatkan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan

PAK di sekolah negeri terhadap keterlibatan hidup menggereja siswa.

Keterbatasan tersebut meliputi dua point, yaitu hanya menggunakan kuesioner dan

kecurigaan pada jawaban responden.

a. Hanya Menggunakan Kuesioner

Dalam melakukan penelitian dan pencarian data penulis hanya

menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dari responden tanpa ada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

wawancara pada responden, sehingga terjadi salah persepsi pada data yang di

dapatkan.

b. Kecurigaan Pada Jawaban Responden

Adanya kecurigaan penulis terhadap jawaban responden, karena hampir

seluruh jawaban dari responden menunjukkan hasil yang positif. Penulis menaruh

kecurigaan pada responden apakah dalam memberikan jawaban responden hanya

memilih jawaban yang baik saja tanpa melihat situasi yang sesungguhnya.

Responden memilih jawaban hanya berdasarkan yang benar saja, bukan seperti

apa yang mereka alami di sekolah. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif

melalui wawancara dan berbincang-bincang dengan guru PAK yang dilaksanakan

pada saat pra penelitian dan sesudah penelitian untuk mendapatkan fakta yang

lebih valid. Selain itu penulis juga mendapatkan peneguhan dari pengamatan

yang penulis lakukan saat pra penelitian di SMP Negeri 4 Purworejo.

Pada saat pra penelitian penulis berbincang dengan guru Pendidikan Agama

Katolik mengenai proses pembelajaran PAK di sekolah. Guru PAK di SMP

Negeri 4 Purworejo menerangkan bahwa proses pembelajaran PAK di sekolah

dengan menerangkan materi melalui memberi informasi dan bercerita dari

pengalaman yang dialami oleh guru. Guru hanya memberikan penjelasan materi

secara singkat. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan lembar kerja siswa.

Jika ada pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa, maka siswa memiliki

kesempatan untuk menanyakannya pada guru. Guru terkadang pergi keluar disaat

jam mengajar, karena terikat dengan tanggung jawabnya di luar. Oleh karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

guru merasakan proses pembelajaran yang kurang maksimal. Dari wawancara

tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran PAK di SMP

Negeri 4 Purworejo penulis rasakan masih sama seperti yang penulis alami saat

masih mengenyam pendidikan di sana.

4. Kesimpulan Hasil Penelitian

Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis dapat

mengetahui gambaran pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.

Pelaksanaan PAK di SMP Negeri 4 Purworejo sudah cukup baik dilakukan,

terlihat dari siswa yang memahami akn arti, hakekat dan tujuan dari PAK. Model

PAK yang berpusat pada pengalaman hidup peserta dan praksis sudah cukup

dilakukan di sekolah. Akan tetapi sarana pembelajaran PAK masih kurang

menarik, karena guru jarang menggunakan sarana seperti film atau tayangan

singkat yang diinginkan oleh siswa untuk menambah semangat siswa dalam

proses pembelajaran. Proses pembelajaran PAK cukup menarik, karena guru

sering berbagi pengalaman yang bermanfaat kepada siswa, walaupun pemberian

materi dirasakan sangat singkat.

PAK mampu mendorong keterlibatan menggereja siswa, namun masih

sebatas pada pengertian akan hidup menggereja saja, karena belum semua siswa

telah terlibat dalam hidup menggereja. Siswa yang belum ikut kegiatan

menggereja dikarenakan karena merasa belum adanya dorongan dalam

keterlibatan menggereja melalui PAK. Keaktifan siswa dalam hidup menggereja


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

hanya sebatas senang berkumpul dengan teman seiman dan belum mendalami

sungguh-sungguh akan apa itu hidup menggereja.

Sumbangan PAK dalam hidup menggereja siswa di SMP Negeri 4

Purworejo ditunjukkan melalui proses pembelajaran PAK yang membantu siswa

mengetahui akan hidup menggereja. PAK juga mampu menyemangati siswa

untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Hal tersebut dibuktikan dengan

sebagian besar siswa yang sudah mengikuti kegiatan menggereja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

BAB IV

REKOLEKSI SEBAGAI USULAN MEMBANGKITKAN

SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA

Pada bab III sebelumnya telah dibahas mengenai penelitian dan hasil dari

penelitian mengenai bagaimana sumbangan PAK terhadap keterlibatan hidup

menggereja siswa di SMP Negeri 4 Purworejo. Dari hasil penelitian yang

diberikan oleh responden diambil kesimpulan bahwa PAK mampu mendorong

keterlibatan hidup menggereja, namun masih sebatas pada pengertian akan hidup

menggereja saja, karena belum semua siswa telah terlibat dalam hidup

menggereja. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas mengenai usulan

rekoleksi yang dapat diberkan pada siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo.

Rekoleksi ini dengan tujuan membantu siswa untuk lebih semangat lagi akan

hidup menggereja dan menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai rekoleksi dalam rangka

meningkatkan semangat hidup menggereja, program rekoleksi sebagai usaha

meningkatkan semangat hidup menggereja, latar belakang rekoleksi, tujuan

rekoleksi, tema dan sesi rekoleksi. Dimana tema besar rekoleksi adalah “Dugem

Bersama Yesus dengan Teman-teman Untuk Meningkatkan Hidup Menggereja”.

Tema utama akan dibagi lagi menjadi tiga sub tema, yaitu beriman bersama

Yesus, meneladani Yesus dalam tanggung jawabku dan aku semakin mantap

bersama Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

A. REKOLEKSI DALAM RANGKA MENINGKATKAN SEMANGAT

HIDUP MENGGEREJA

Rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau

rohani sudah merupakan hal yang lazim di lingkungan Gereja Katolik Indonesia,

karena rekoleksi sudah umum dijalankan oleh segala macam anggota Gereja:

umat, biarawan-biarawati, para imam diosesan dan religius (Mangunhardjana,

1984: 7). Untuk itu rekoleksi bagi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo

dirasakan bermanfaat untuk mengembangkan iman siswa.

Perubahan dan perkembangan zaman yang semakin modern membawa

dampak positif dan negatif pada penerimanya. Rekoleksi akan membantu siswa

untuk memperkembangkan iman mereka. Banyak kegiatan di Gereja yang bisa

diikuti oleh siswa untuk memperkembangkan iman sekaligus juga

mengembangkan Gereja.

B. PROGRAM REKOLEKSI SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN

SEMANGAT HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4

PURWOREJO

1. Pengertian Program Rekoleksi

Dalam bahasa Inggris terdapat istilah re-co-lect yang berarti mengumpulkan

kembali. Dalam buku “Membimbing Rekoleksi”, dijelaskan pengertian rekoleksi

yaitu sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani

(Mangunhardjana, 1984: 7).

Terdapat berbagai macam rekoleksi berdasarkan waktu penyelenggaraanya

yang ditulis berdasarkan inspirasi dari buku Membimbing Rekoleksi

(Mangunhardjana, 1984: 17), yaitu: periodik selama sepanjang tahun, seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

rekoleksi para imam dan biarawan-biarawati yang dilakukan satu bulan satu kali;

periodik bukan selama sepanjang tahun, melainkan hanya dalam masa-masa

liturgis tertentu, seperti rekoleksi di kalangan umat selama masa Adven atau

Prapaskah yang diadakan setiap minggu, Aksidentil tidak tetap, karena

berhubungan dengan peristiwa penting tertentu, seperti pelantikan pengurus

Mudika, terpecahkannya masalah dalam sebuah keluraga, dan sebagainya;

Aksidentil tanpa ada hubungan dengan peristiwa atau peringatan tertentu,

melainkan karena sedang ada minat, biaya, waktu dan ada pendampingnya seperti

rekoleksi keluarga Katolik Lingkungan.

2. Latar Belakang Program Rekoleksi untuk Meningkatkan

SemangatHidup Menggereja

Dalam rangka menindak lanjuti hasil penelitian yang telah dilaksanakan,

maka penulis membuat usulan program rekoleksi untuk siswa Katolik di SMP

Negeri 4 Purworejo. Setelah melakukan penelitian ditemukan beberapa persoalan

seperti masih adanya siswa yang sama sekali belum terlibat dalam hidup

menggereja. Melihat situasi dan kondisi yang seperti itu, rekoleksi dirasakan

sangat bermanfaat bagi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo untuk

meningkatkan semangat akan keterlibatan Hidup Menggereja. Rekoleksi bagi

siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo dirasakan sangat penting, sebab belum

pernah diadakan rekoleksi ataupun pendampingan bagi siswa Katolik di SMP

Negeri 4 Purworejo. Penulis merasa sangat perlu mengajak siswa untuk lebih

memahami dan mengerti mengenai keterlibatan hidup menggereja melalui

kegiatan rekoleksi, sehingga nantinya mereka akan lebih mantap dan semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

lagi dalam hidup Menggereja. Dengan demikian setelah mereka mengikuti

rekoleksi ini, diharapkan agar siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo mampu

untuk terlibat lebih aktif lagi dalam kegiatan menggereja.

Program rekoleksi ini akan menjadi landasan untuk menentukan judul,

tujuan, isi atau materi, metode dan sarana yang akan disajikan kepada peserta.

Dalam proses rekoleksi ini diusahakan komunikasi yang baik antara pemandu dan

peserta, sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam rekoleksi. Penulis berharap

agar rekoleksi ini tidak hanya menjadi sambi lalu saja. Setelah pulang rekoleksi

tidak ada perubahan dan wujud konkret yang dilakukan, melainkan mampu

membangun semangat lagi untuk aktif dalam hidup menggereja. Agar Gerejs

dapat semakin maju dan berkembang.

3. Tema dan Tujuan Rekoleksi

Melalui hasil penelitian terlihat masih kurangnya kemantapan peserta dalam

hidup menggereja. Tujuan dari rekoleksi yang dibuat untuk siswa Katolik di SMP

Negeri 4 Purworejo adalah untuk memberi semangat pada siswa untuk terlibat

dalam hidup menggereja.

Tema Umum : Dugem Bersama Yesus (Duduk Gembira Bersama

Yesus) dengan teman- teman untuk meningkatkan

hidup menggereja

Tujuan Umum : Peserta lebih mendalami lagi akan hidup

menggereja bersama teman- teman dengan penuh

tanggung jawab dan menyadari akan tugasnya

sebagai anggota Gereja


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tema dugem bersama Yesus dan teman-teman ini berisi tentang materi-

materi dan kegiatan yang akan membantu siswa semakin menghayati akan hidup

menggereja dan semakin mantap untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja.

Duduk gembira bersama Yesus dan teman-teman akan mengajak siswa

meneladani Yesus kecil yang sudah rajin berdoa dan aktif dalam rumah Bapa.

Siswa juga diajak menyadari bahwa Yesus selalu bersama dengan mereka di

setiap langkah dan tindakan mereka. Tema umum ini, akan dibagi menjadi tiga

tema dan tujuannya masing-masing, yaitu:

Tema 1 : Beriman Bersama Yesus

Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin mampu menyadari

akaniman yang dimiliki dan berani bertindak lebih baik

bersamaYesus

Tema 2 : Meneladani Yesus Dalam Tanggung Jawabku

Tujuan : Bersama pendamping peserta diharapkan mampu meneladani

Yesus dalam hidup menggereja dan melaksanakan tenggung

jawab sebagai anggota Gereja

Tema 3 : Aku Semakin Mantap Bersama Yesus

Tujuan : Bersama pendamping pesrta semakin mantap untuk aktif

dalam hidup menggereja

C. GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan rekoleksi ini akan dilaksanakan sebanyak tiga kali. Rekoleksi akan

dilaksanakan satu bulan sekali selama satu hari. Rekoleksi akan dilaksanakan

pada hari Minggu atau menyesuaikan dengan keadaan peserta. Rekoleksi dapat

dilaksanakan di sekolah, paroki atau di tempat lain. Suasana rekoleksi akan dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

semenarik mungkin agar peserta tidak merasa bosan. Dinamika kelompok

diberikan dalam rekoleksi agar siswa dapat berbagi pengalaman dengan sesama.

Rekoleksi yang pertama dapat dipandu oleh pemandu sebagai sumbangan yang

dapat diberikan oleh penulis dalam menyemangati siswa untuk aktif dalam hidup

menggereja baik di sekolah, lingkungan, masyarakat maupun Gereja itu sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. MATRIKS PROGRAM

Tema Umum : Dugem bersama Yesus dan Sesama (Duduk Gembira Bersama Yesus dan Sesama)

Tujuan Umum : Bersama pendamping peserta untuk menemukan panggilan dan peran mereka dalam kehidupan menggereja serta

membekali peserta untuk menjalankan tugas sebagai anggota Gereja

1. Rekoleksi Pertama

Tema : Beriman Bersama Yesus

Tujuan : Bersama Pendamping, peserta semakin mampu menyadari akan iman yang dimiliki dan bertindak lebih baikbersama

dengan Yesus

No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Salam pembuka Membuka pertemuan  Doa Pembuka  Informasi  Teks lagu “Tuhan  Frans, 2015: 8
dan pengantar rekoleksi dengan  Ucapan selamat pasti sanggup”
semangat dan saling datang
mengenal, sehingga  Lagu “hari ini ku
menjalin keakraban rasa bahagia”
antar peserta selama
mengikuti kegiatan
rekoleksi
2 Motivasi hidup Siswa menyadari apa  Apa yang sudah  Informasi  Teks cerita “Apakah  Kila, 1996: 35
orang beriman yang telah dilakukan aku lakukan?  Sharing yang sedang anda
sebagai umat  Cerita lakukan di sini?”
beriman  Diskusi  Kertas flep

81
kelompok Spidol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


3 Istirahat minum - - - - -
4 Tuhan selalu Siswa menyadari  Yesus selalu  Informasi  Klip “Jesus  Suparno,
besertaku bahwa dalam setiap menyertai kita di  Cerita Emanuel” 2011: 207
langkahnya ada setiap langkah kita  Diskusi  Laptop
Tuhan yang selalu kelompok  Lcd
menyadari, sehingga
mereka tidak lagi
takut melakukan apa
pun termasuk hidup
menggereja
5 Penutup Siswa menyadari apa  Pengantar  Informasi  Teks lagu “Takkan  Frans, 2015: 9
yang sudah  Doa penutup pernah terlambat”
dilakukan sebagai  Lagu penutup
anggota Gereja dan
bangkit untuk berani
terlibat hidup
menggereja, karena
Yesus selalu
menyertai

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Rekoleksi Kedua

Tema : Meneladani Yesus Dalam Tanggung Jawabku

Tujuan : Bersama pendamping peserta diharapkan mampu meneladani Yesus dalam hidup menggereja dan melaksanakan

tanggung jawab sebagai anggota Gereja

No Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Salam pembuka Membuka pertemuan  Doa pembuka  Informasi  Teks lagu  Frans, 2015:
dan pengantar rekoleksi dengan penuh  Ucapan selamat “Tuhanlah 11
semangat datang perlindungan-
 Lagu “Yesus ku”
Kekasih Jiwaku”
2 Yesus teladan Bersama pendamping  Yesus teladanku  Informasi  Kitab Suci  Lukas 2:41-
dan penuntunku pesrta mampu meneladani  Sharing 51
Yesus untuk aktif  Diskusi
menggereja
3 Istirahat minum - - - - -
4 Tanggung jawab Bersama pendamping,  Tanggung jawab  Informasi  Film kampung  Suparno
remaja sebagai pesrta semakin yakin dan remaja terhadap  Sharing sawah 2011: 165
anggota Gereja menyadari Gereja  Diskusi  Laptop
tanggungjawabnya kelompok  Lcd
sebagai anggota Gereja
5 Penutup  Pengantar  Informasi  Teks lagu  Frans, 2015:
 Doa Penutup “Pelangi 15
 sehabis hujan”

83
Lagu penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Rekoleksi Ketiga

Tema : Aku semakin mantap bersama Yesus

Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin mantap untuk aktif dalam hidup menggereja

No Judul Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan


Pertemuan
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Salam Membuka pertemuan  Doa pembuka  Informasi  Teks lagu “Aku  Frans, 2015:
pembuka dan rekoleksi dengan  Ucapan tresno Yesus” 15
pengantar penuh semangat selamat datang
 Lagu “Aku
tresno Yesus”
2 Peranan Roh Siswa semakin  Ciri-ciri  Informasi  Kitab Suci  Yer 31:31-40
dalam Hidup menyadari peranan Roh  Diskusi  Laptop  Kis 10:34-38
Menggereja pentingnya terlibat Allah  Tanya jawab  Darmawijaya,
dalam hidup  Refleksi 1990: 60
menggereja
Ice Breaking

 Ciri-ciri
peranan Roh
dalam Gereja
3 Istirahat - - - - -
minum

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


4 Keterlibatan Membantu siswa  Bentuk  Informasi  Kertas  Suhardiyanto,
remaja dalam untuk semakin keterlibatadala  Tanya Jawab  Spidol 2005: 8
hidup memahami akan m bidang
menggereja makna perwujudan pewartaan
iman dalam  Bentuk
kehidupan sehari- keterlibatan
hari dalam bidang
liturgi
 Bentuk
keterlibatan
dalam bidang
persekutuan
 Bentuk
keterlibatan
dalam bidang
pelayanan
5 Makan siang - - - - -
dan istirahat
6 Persiapan - - - - -
dinamika
kelompok
7 Dinamika Menembuhkan  Permainan  Tali rafia  Vini, 2011: 1
Kelompok semangat hidup burma bridge,  Bola plastik
menggereja lewat elvis walk,  Triplek
permainan- samurai, atom  Pipa bocor
permainan bomb,  Tali
puncture pipe  Tepung
dan estafet  Baskom
tepung

85
Gelas plastik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 Penutup Siswa semakin  Pengantar  Informasi  Teks lagu “Bagai  Frans, 2015:
semangat untuk aktif  Doa penutup rajawali” 11
dalam hidup  Lagu penutup
menggereja

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

E. CONTOH SATUAN PERSIAPAN REKOLEKSI

1. Identitas Kegiatan

a. Tema : Aku semakin mantap bersama Yesus

b. Tujuan : Bersama pendamping pesrta semakin mantap untuk aktif

dalam hidup menggereja

c. Peserta : Seluruh siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo

d. Tempat : Aula gereja stasi Fransiskus Xaverius Purworejo

e. Waktu : 08.00-15.30

f. Metode : - Informasi

- Diskusi

- Tanya Jawab

- Refleksi

- Gerak dan lagu

- Bermain

- Bekerja sama

g. Sarana : - Teks Kitab Suci

- Teks Lagu “Aku Tresno Yesus”

- Laptop

- Speaker

h. Sumber Bahan : - Yer 31:31-40

- Kis 10:34-38

- Suhardiyanto, 2005: 6-10


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

2. Pengembangan Langkah-langkah

a. Salam pembuka (08.00-08.10)

Selamat pagi adik-adik yang terkasih dalam Kristus. Bagaimana kabar hari

ini? Pastinya baik dan semangat untuk mengikuti rekoleksi hari ini. Anak Tuhan

selalu semangat dan mantap dalam seluruh kegiatan yang dilakukannya. Sebelum

kita mengawali rekoleksi ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyertai dan

mendampingi kita selama kegiatan rekoleksi ini, sehingga apa yang kita harapkan

dari rekoleksi ini dapat terwujud nantinya.

b. Doa (08.10-08.15)

Allah Bapa kami yang Maha Pengasih, terima kasih karena pada hari ini

Engkau telah mengumpulkan kami semua disini. Engkau mengumpulkan kami

sejenak sebagai saudara seiman pada hari ini untuk menghayati tugas dan

panggilan kami sebagai kaum remaja yang menjadi tonggak perkembangan

Gereja. Dampingi dan berkatilah kami selama mengikuti rekoleksi ini Tuhan,

supaya kami dapat sungguh-sungguh dalam menghayati hidup menggereja dan

tugas kami sebagai tombak perkembangan Gereja. Doa ini kami haturkan dengan

perantaraan Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau

dan Roh Kudus kini selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

c. Lagu (08.15-08.20)

Aku tresno Yesus

Jero jero jero banget

Aku tresno Yesus

Jero jero jero bangeeett


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Tresnoku je jee rooo rooo

Jerooo jerooo jerooo banget

Tresnoku je jee rooo rooo

Jerooo jerooo jerooo banget

I love you Yesus

Deep down in my heart

I love you Yesus

Deep down in my heart

Deep deep down down

Deep down in my heart

Deep deep down down

Deep down in my heart

d. Pengantar mengenai rekoleksi (08.20-08.30

Adik-adik yang terkasih dalam Tuhan Yesus , selama satu hari ini kita akan

bersama-sama nelaksanakan rekoleksi bagi kaum remaja. Rekoleksi pada hari ini

dimaksudkan agar kita semua semakin menghayati lebih dalam akan hidup

menggereja dan bertanggung jawab akan tugas sebagai remaja yang menjadi

tombak perkembangan Gereja. Tema rekoleksi kita pada hari ini adalah “Dugem

Bersama Yesus”. Dugem disini bukan berarti kita bersenang ria dengan ajeb-ajeb

bersama Yesus, melainkan dugem disini berarti “Duduk Gembira” bersama

dengan Tuhan Yesus. Rekoleksi berasal dari kata Re-Collectare yang artinya

mengumpulkan kembali, merefleksikan, mencatat dan doa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

e. Sesi I Peranan Roh dalam Hidup Menggereja

1) Pengantar (08.30-08.10)

Adik-adik yang terkasih Roh Kudus bagi umat Katolik adalah kekuatan

Allah yang dikaruniakan oleh Yesus Kristus yang mulia kepada murid-muridNya

yang percaya, agar mereka itu jangan sampai seperti anak yatim piatu, gelisah

menghadapi tantangan kehidupan. Roh itulah yang membuat tokoh-tokoh besar

dalam Gereja menyumbangkan segala kekuatan, bakat dan kemampuannya. Roh

yang sama yang dulu pernah juga memenuhi hidup Yesus Kristus sehingga berani

mewartakan kabar gembira bagi kaum tersingkir.

2) Materi

a) Ciri-Ciri Peranan Roh Allah (08.40-09.30)

(1) Roh Allah terlibat dalam Penciptaan

Ia menjadi kekuatan istimewa bagi ciptaan, karena Allah sendiri yang

mengambil prakarsa dalam penciptaan tersebut.

 Roh Allah mempunyai peranan dalam kepemimpinan bangsa.

Kebijaksanaan hidup dikurniakan oleh Roh yang memimpin hati

manusia.

 Roh Allah mempunyai peranan dalam mempersatukan bangsa,

menyatukan keluarga umat manusia, mempersatukan kelompok.

 Roh Allah berperan dalam pembangunan dan pembaharuan hidup.

Roh Allah membaharui secara mendalam kehidupan ini sehingga

bernilai bagi kehidupan bersama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

 Roh Allah mempunyai peranan yang amat menentukan dalam

pembebasan, sehingga manusia mampu berkembang untuk melayani

sesama.

(2) Pendalaman Kitab Suci

Pembimbing membacakan kisah dari Kitab Suci,Yeremia 31:31-40.

31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku

akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,

31:32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang

mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka

keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku

menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.

31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah

waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam

batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi

Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

31:34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya

dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan

mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni

kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."

31:35 Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang,

yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang

mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, -- TUHAN semesta

alam nama-Nya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

31:36 "Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari

hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga

tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.

31:37 Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak

terukur dan dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku

tidak akan menolak segala keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan

mereka, demikianlah firman TUHAN.

31:38 Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa

kota itu akan dibangun kembali bagi TUHAN, dari menara Hananeel sampai Pintu

Gerbang Sudut;

31:39 kemudian tali pengukur itu akan merentang terus sampai ke bukit Gareb,

lalu membelok ke Goa.

31:40 Dan segenap lembah itu, dengan mayat-mayat dan abu korbannya, dan

segenap tanah di tepi sungai Kidron sampai ke sudut Pintu Gerbang Kuda ke arah

timur, akan menjadi kudus bagi TUHAN. Orang tidak akan meruntuhkan dan

merobohkan lagi di sana untuk selama-lamanya."

Setelah kisah dari Kitab Suci, pembimbing mengajar peserta untuk

merefleksikan bacaan tersebut melalui beberapa pertanyaan.

 Bagaimanakah peranan Roh itu kurasakan dalam hidupku sendiri?

 Bagaimanakah aku memberikan peranan semestinya kepada Roh itu?

 Apa artinya peranan Roh itu dalam hidupku sebagai orang beriman?

Setelah beberapa peserta mensharingkan pengalaman itu, pembimbing

memberikan tafsir bacaan dan peneguhan:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Nabi Yeremia telah berulangkali mengajak bangsa Israel bertobat dari

kejahatannya tetapi tidak membawa hasil yang baik. Nabi Yeremia mengingatkan

lagi jika bangsa Israel tidak bertobat maka akan datang penghukuman dan

permusuhan dari bangsa lain. Akibat ketegaran hati bangsa Israel yang tidak mau

bertobat, maka pada tahun 612 SM Asyur dikalahkan oleh pasukan Babel yang

dipimpin oleh Raja Nebukadnezar yang menyerang Palestina dan merebut

Yerusalem. Dengan kekalahan itu kesepuluh suku Israel dibuang dan diserak

serakkan ke berbagai tempat. Akan tetapi seperti apayang telah dijanjikan Allah

kepada umat-Nya bahwa Dia akan tetap setia kepada umat pilihan-Nya. Allah

berfirman melalui nabi Yeremia yang memberikan pengharapan bahwa mereka

akan keluar dari pembuangan dan akan kembali ketanah air mereka.

Walaupun bangsa Israel berkali kali melanggar perintah Tuhan, tetapi

melalui nabi Yeremia Allah menubuatkan akan datang waktunya dimana Allah

akan membebaskan mereka dan mengadakan perjanjian baru dengan bangsa Israel

dan kaum Yehuda. Allah mempertegas bahwa Israel telah gagal menepati janji

mereka dengan Allah. Bangsa Israel telah menerima perjanjian di Gunung, tapi

mereka tak henti hentinya melanggar hukum tersebut. Mereka meninggalkan

Allah mereka dan pergi menyembah Allah Allah lain, menyembah berhala-

berhala yang dilarang oleh Allah. Namun demikian Allah tetap mengadakan

pendekatan dengan Israel. Kali ini pendekatan yang dilakukan Allah dengan

bangsa Israel adalah “Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan

menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi Allah mereka dan

mereka menjadi umatKu”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Perjanjian tersebut betul betul menjamin pengampunan sepenuhnya

terhadap dosa-dosa bangsa Israel serta mengikat dan mempererat hubungan antara

Allah dan bangsa Israel. Allah peduli pada bangsa Israel,karena Allah sangat

mengasihi bangsa-Nya. Allah tidak menginginkan bangsa-Nya terus menderita,

seperti orangtua yang baik walaupun anaknya selalu melawan,tetapi orangtua

sangat mengharapkan anak itu bertobat dari kejahatannya. Orangtua pasti begitu

sabar menunggu kapan anaknya bertobat, karena orangtua tidak suka hidup

anaknya menderita terus karena perbuatannya yang jahat. Kasih Allah kepada

bangsa-Nya tentu lebih besar dari kasih orangtua kepada anaknya. Demikianlah

harapan Allah kepada bangsa-Nya yang sangat berharap supaya bangsaNya patuh

terhadap perintah Tuhan.

Adik-adik yang dikasihi dalam Tuhan Yesus, Perjanjian Baru telah

digenapi yang di ikat dengan penebusan darah Yesus Kristus. Perjanjian yang

baru ini bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel saja melainkan bagi semua yang

percayakepada-Nya.Kita semua yang telah ditebus oleh Yesus Kristus,tentu kita

mengingat pengorbanan-Nya yang begitu besar untuk kita. Dia mengasihi kita

dengan kasih yang tiada bandingnya. Dia juga tetap setia terhadap kita walaupun

kita sering berbuat jahat melalui perbuatan, pikiran dan perkataan kita. Akan

tetapi Allah tetap mengampuni kita.Kasih dan kesetian-Nya kepada kita anak-

anak-Nya begitu luar biasa sehingga kita diampini dari dosa dosa kita.

Sebagaimana bangsa Israel tadi yang berkali-kali melanggar perintah

Allah. Dalam perjalanan hidup kita sekarang ini, mungkin kita juga melakukan

bentuk pelanggaran itu yang berbeda. Jika bangsa Israel menyembah berhala

berhala,mungkin berhala kita sebagai remaja saat ini adalah pergaulan yang bebas

dan gadget yang kita anggap sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Bahkan setiap bangun tidur yang pertama kali kita cari adalah handpone atau

phablet kita, bukannya berdoa terlebih dahulu untuk bersyukur pada Tuhan akan

karunia kehidupan yang telah diberikan untuk hari ini. Kita juga terkadang

menjadi kurang aktif dalam kagiatan di Gereja hanya karena ingin bermain

dengan teman di luar Gereja. Padahal sebenarnya di dalam Gereja kita juga bisa

mendapatkan teman seiman dan membuat iman kita semakin berkembang.

Manusia mempunyai banyak kekurangan,tetapi Allah akan menyempurnakannya

dari kekurangan kita supaya kita menikmati persekutuan kita dengan Allah. Kita

boleh merasakan damai sejahtera bersama sama Tuhan Yesus karena Dialah

sumber dari sukacitayang sejati.

b) Ice Breaking menggunakan musik “chiken dance” (09.30-09.35)

c) Ciri-Ciri Peranan Roh dalam Gereja (09.35-10.35

(1) Ciri-ciri Roh Kudus dalam Gereja

 Roh membuka cakrawala kehidupan yang dewasa, yang berani

mempertanggungjawabkan karunia-karunia yang dianugrahkan kepada

para murid Yesus. Roh itu membuat para murid menjadi kreatif

mewartakan karya agung Allah dalam sejarah kehidupan.

 Roh itu membimbing perjuangan dan menunjukkan bentuk baru yang

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan hidup. Roh pembaharu

tidak menyingkirkan yang lama begitu saja, melainkan yang memberi

arti baru bagi tradisi yang ada.

 Roh itu membagikan karunia-karunia-Nya untuk mengembangkan

keseluruhan, agar akhirnya semuanya menampilkan buah-buah Roh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

yang pantas dibanggakan. Roh itulah yang membangun seluruh tubuh

Yesus Kristus

 Roh menjadikan orang beriman pendoa, yaitu mengarahkan seluruh

hidup kepada Allah. Hadir di hadirat Allah adalah berkat dorongan Roh

Allah sendiri yang mengajari orang beriman berdoa.

 Roh Allah mempersatukan seluruh Gereja, walaupun adanya perbedaan.

Persatuan yang sesungguhnya memang tidak berarti seragam,

melainkan berarti saling mendukung dalam perkembangan hidup

beriman.

 Roh itu dalam Gereja menampilkan buah hasil kebijakan yang

membangun seluruh kehidupan menjadi subur.

(2) Pendalaman Kitab Suci

Pembimbing membacakan kisah daari Kitab Suci, Kisah Para Rasul 10:34-

38 mengenai Roh yang hidup dalam Gereja.

10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah

mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.

10:35 Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang

mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.

10:36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu

firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah

Tuhan dari semua orang.

10:37 Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea,

mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

10:38 yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan

Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan

menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.

Setelah membaca Kitab suci, pembimbing memberikan pertanyaan pada

peserta sebagai bahan refleksi.

 Bagaimanakah kehadiran Roh Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus

hidup di dalam Gereja masa kini?

 Adakah kekuatan Roh seperti itu terasa di dalam kehidupan persekutuan

kita sebagai Gereja?

 Bagaimanakah kita memanfaatkan karunia Roh bagi pengembangan

hidup kita bersama?

Setelah peserta mensharingkan hasil refleksi, pembimbing memberikan

tafsir bacaan dan peneguhan:

Ayat 34-35 “lalu mulailah Petrus berbicara katanya”. Secara harafiah

digunakan kata„Petrus berbicara‟ (having opening his mount). Ungkapan ini

menegaskan otoritas khotbah Petrus sendiri, yang memberi bobot kebenaran pada

pewartaannya. Kata-kata pertama yang diungkapkan oleh Petrus adalah ungkapan

yang sangat penting.

“Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan

orang”. Petrus berbicara tentang universalitas keselamatan Allah. Allah tidak

memandang orang dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu. Kepada

Kornelius, Petrus memaklumkan Allah sebagai Allah segala bangsa, baik Yahudi

maupun Yunani, Ia tidak memiliki bangsa favorit. Sebagai orang Yahudi, Petrus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

lebih memperhatikan sisi pewartaan di tengah-tengah bangsa kafir tersebut.

Dalam Perjanjian Lama, Allah diyakini sebagai Allah orang Israel. Bangsa Israel

merupakan bangsa pilihan Allah. Allah adalah raja sekaligus Tuhan mereka.

Tetapi, dalam perjanjian Baru, berkat darah Anak Domba semua bangsa disatukan

sebagai milik Allah. Syaratnya adalah beriman. Petrus memaklumkan bahwa

Allah adalah Allah semua bangsa.

Kendati demikian, aspek keterpilihan Israel tidak terhapuskan. Keterpilihan

Israel sebuah antisipasi kedatangan Mesias, seperti telah dijanjikan sejak zaman

Abraham. Bukan karena suku bangsa orang berkenan dihadapan Allah dan

kemudian diselamatkan. Seseorang atau setiap bangsa dikatakan berkenan jika

memenuhi syarat-syarat dalam ayat 35; “…, yang takut akan Dia dan

mengamalkan kebenaran”.

Pertama, takut akan Allah berarti percaya sepenuhnya pada-Nya. Allah

menjadi satu-satunya landasan dasar kehidupan. Orang yang takut akan Allah

sedemikian rupa menyelaraskan kehendaknya pada kehendak dan tuntutan Allah

dalam Roh Kudus. Yesus adalah contoh otentik orang yang takut akan Allah.

Takut akan Allah membenarkan orang. Kornelius dan seisi rumahnya berkenan

dihadapan Allah karena perbuatannya yang takut akan Allah.

Kedua, mengamalkan kebenaran. Bahasa Yunani menerjemahkan kebenaran

denganeuvangelion. Terjemahan ini mengaju pada pribadi Yesus yang diwartakan

para rasul. Yesus adalah Injil, Sang Kebenaran. Maka, keselamatan diperoleh

dalam iman akan Yesus Sang Kebenaran.

Ayat 36: “Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang

Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus kristus, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

adalah Tuhan dari semua orang”. Bagian ini mempertegas ayat 34 dan 35 tentang

kedudukan Allah sebagai Allah semua bangsa. Di sini termuat suatu tindakan

Allah yang mempersiapkan keselamatan dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah

kepenuhan „damai sejahtera‟, melalui dan dalam diri-Nya terdapat keselamatan

yakni damai sejahtera bagi semua bangsa. Maka, Yesus adalah Tuhan atas

segalanya dan juga dalam membagikan berkat-Nya.

Ayat 37: “Kamu tahu segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea,

mulai dari Galilea, sesudah babtisan yang diberitakan oleh Yohanes”. Pokok

uraian ayat ini adalah hidup Yesus Kristus di depan umum. Babtisan Yohanes

yang diterima oleh Yesus merupakan bagian yang sentral dalam pewartaan Injil

Lukas. Boleh dikatakan babtisan ini menjadi setting sekaligus awal dimana Yesus

tampil ke panggung dunia. Hal ini terdapat dalam Lukas 3:3 yang separalel

dengan Kis 1:22. Secara terminologi, bagian ini merupakan sinonim Yesus dari

Nazareth. Pada bagian ini Petrus mengulangi pewartaan Yohanes tentang Mesias,

Raja yang akan datang. Hal ini mengatisipasi 11:16; “Maka teringatlah aku akan

perkataan Tuhan; Yohanes membabtis dengan air, tetapi kamu akan dibabtis

dengan roh Kudus”.

Ayat 38: “Yesus dari Nazaret: Bagaimana Allah mengurapi Dia dengan

Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik

dan menyembuhkan semua orang yang di kuasai iblis, sebab Allah menyertai

Dia”. Petrus menyampaikan isi pewartaan secara singkat dan tegas. “Yesus dari

Nazaret” Dengan mengungkapkan ini Petrus menyampaikan aspek historisitas

Yesus yang pernah hidup di Nazaret, berkarya, berbuat baik dan melakukakn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

mukzijat. Pernyataan ini menegaskan isi pewartaan yang sebenarnya sekaligus

kualitas yang ada di dalamnya.

f. Sesi II: Keterlibatan Remaja dalam Hidup Menggereja (10.50-12.30)

1) Pengantar (10.50-11.00)

Setelah mendengarkan penjelasan materi tentang peranan Roh Allah dalam

Gereja. Pada sesi ini marilah kita memperdalam materi mengenai empat kegiatan

inti Gereja, sehingga nantinya akan lebih semangat dan mantap aktif dalam hidup

menggereja dalam bidang liturgi, pelayanan, pewartaan dan persekutuan.

2) Materi (11.00-12.30)

a) Liturgi (Liturgia)

Liturgia adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan

oleh umat, baik secara pribadi ataupun bersama baik sakramen maupun yang

bukan sakramen. Liturgi bukan merupakan tontonan, melainkan perayaan.

Melalui perayaan itu sebagai pengungkapan iman Gereja, orang mengambil

bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi

lahiriah. Yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan

oleh doa (KWI, 1996: 392).

Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan

Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup

beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan

menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi

aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu

seperti: memimpin Ibadat Sabda/Doa Bersama; membagi komuni; menjadi: lector,

pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias Altar dan Sakristi; dan

mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama,

menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.

Kaum remaja dituntut berperan aktif dalam perayaan ekaristi yang

berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada Kristus

bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:

Umat beriman menghhadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau
penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa
memahami misteri itu dengan baik, dan ikut serta penuh khidmat dan secara
aktif. Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh
santapan tubuh Tuhan dan bersyukur kepada Allah (SC 48).

Liturgi bukanlah upacara perorangan, melainkan perayaan bersama. Liturgi

merupakan perayaan bersama seluruh anggota Gereja sebagai sakramen kesatuan.

Oleh karena itu kehadiran dan keterlibatan masing-masing kaum remaja

merupakan sikap yang menunjang keberhasilan dari perayaan itu sendiri. Kaum

remaja terdiri dari bermacam-macam orang dan fungsi, maka keterlibatan mereka

dalam berliturgi juga beranekaragam sesuai dengan fungsinya. Artinya, meskipun

liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja, liturgi merangkum keterlibatan

berbagai peran dan tingkatan yang sebenarnya melayani satu kepentingan yakni

pembangunan tubuh Kristus. Dasar keterlibatan kaum remaja adalah rahmat

Imamat umum yang dimiliki setiap orang berkat sakramen baptis dan krisma yang

diterimanya. Keikutsertaan kaum remaja dalam pelaksanaan liturgi bukan sekedar

untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat umum semua

umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

b) Pewartan (Kerygma)

Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi

iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan

pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus mengemban

tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus. Pewartaan

Injil adalah tugas setiap orang Katolik (LG 16-17). Pewartaan hendaknya diterima

dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili, pelajarn agama ataupun

pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya selalu kita bawa dalam

kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat beriman dalam hal ini

adalah kaum remaja diharapkan bekerjasama dalam karya pewartaan Injil

khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka.

Bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami

kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup

berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin

mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.

Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman,

katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya.

Termasuk dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang

yang sudah Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.

c) Persekutuan (Koinonia) demi Kesaksian(Martyria)

Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur

kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Kristus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh,

jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bwa

dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor15:57-58).

Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah

Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh

Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang

berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan „cura

anima‟ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik

Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat

dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini

diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial

(Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-

kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.

Hal ini dapat diwujudkan dengan menghayati hidup sehari-hari sebagai

orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin

relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui

bidang karya ini, umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang

di tengah masyarakat sekitarnya, sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-

tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

d) Pelayanan (Diakonia)

Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab

pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya

kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan

hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Melalui empat kegiatan inti Gereja tersebut siswa tidak hanya berkembang

dalam iman saja, melainkan dapat ikut ambil bagian dalam perkembangan Gereja.

Keterlibatan siswa dalam perkembangan Gereja, misalnya dalam perkembangan

Gereja sebagai persekutuan dimana di dalamnya terdapat persekutuan yang erat

antar anggotanya, Seperti dalam persekutuan dalam PIR di tengah mereka.

g. Sesi III: Dinamika Kelompok

1) Pengantar (13.15-13.25)

Adik-adik yang terkasih setelah pada sesi pertama dan kedua kita bersama-

sama telah mendalami tentang peranan Roh Allah dalam Gereja dan keterlibatan

hidup menggereja di bidang liturgi, pewartaan, persekutuan dan pelayanan. Pada

sesi ini kita akan menghayati kebersamaan hidup menggereja melalui permainan-

permainan.

2) Permainan (13.25-15.00)

a) Burma Bridge

(1) Bentuk Permainan

Setiap peseta diminta meniti bambu yang telah disediakan dengan

ketinggian 2 m dan panjang 15 m, fasilitator memasangkan kelengkapan

pengaman sebelum peserta melaksanakan tugas tersebut, fasilitator memberikan

arahan dan motivasi agar peserta berhasil melewati bambu dengan sebaik-

baiknya, fasilitator memegang tali pengaman untuk menjaga keselamatan peserta,

saat pelaksanaan peserta yang lain menunggu giliran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

(2) Tujuan Permainan

Melatih percaya diri untuk menghadapi segala ujian dan rintangan dalam

kehidupan, melatih kepercayaan diri dan berani mengambil keputusan. Seperti

halnya dalam hidup menggereja baik di sekolah, masyarakat dan dimanapun kita

berada.

b) Elvis Walk

(1) Bentuk Permainan

Seluruh peserta harus melewati tali yang digantungkan dan berjalan

menyusuri tali tersebut dengan menggunakan tali pegangan yang direnangkan

diatasnya. Kelihatannya mudah tetapi menakutkan pada kenyataannya sulit tetapi

menyenangkan namun begitu tetap membutuhkan konsentrasi dan keberanian

untuk melakukannya. Tali yang diikatkan tingginya sekitar 10 meter diatas tanah.

(2) Tujuan Permainan

Melatih peserta untuk cepat mengambil keputusan, melatih keberanian dan

merubah pola pikir. Melalui permainan ini siswa diharapkan dapat mengambilkan

keputusan dengan sebuah keberainian. Dalam melakukan hal yang baik memang

banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti halnya hidup menggereja dalam

masyarakat dan lingkungan yang sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi dengan

keberanian dan tekat yang kuat pasti akan mampu melewati rintangan tersebut.

c) Samurai

(1) Bentuk Permainan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Peserta berdiri melingkar dan bergaya seperti samurai yang memegang

pedangnya.Instruksi trainner jika “musuh di depan” maka peserta satu langkah

kedepan sambil menghujamkan pedangnya, “musuh di belakang” peserta balik

badan sambil menghujamkan pedangnya, “musuh di kanan/kiri” peserta

menghadap ke kanan/kiri sambil menhujamkan pedangnya.Permainan seru karena

pasti akan ada kesalahan karena perbedaan persepsi antara kanan, kiri, depan dan

belakang. Permainan akan lebih seru lagi jika mata peserta ditutup atau

memejamkan mata.

(2) Tujuan Permainan

Melalui permainan ini peserta diajak untuk konsentrasi mendengarkan

intruksi dari pemimpin. Memang banyak persepsi dalam permainan ini, namun

jika sungguh-sungguh berkonsentrasi maka semua pesrta pasti dapat kompak.

Seperti halnya tanggapan siswa dalam hidup menggereja, ada yang menanggapi

dengan sungguh-sungguh dan hanya sambi lalu. Jika dengan sambi lalu saja maka

tidak akan sungguh-sungguh melaksanakannya.

d) Atom Bomb

(1) Bentuk Permainan

Peserta berkelompok menjadi 5 orang, kemudian setiap kelompok diberi

alat. yaitu tali rafia, bola plastik dan triplek yang sudah dibentuk menjadi bulat.

Setiap kelompok beradu cepat menuju garis finish dengan syarat bola tidak boleh

jatuh. Apabila jatuh, peserta harus mengulangi dari garis start.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

(2) Tujuan Permainan

Permainan ini melatik kerjasama, strategi dan kekompakkan bagi peserta.

Bola ditengah teriplek diibaratkan sebagai Gereja dalam perkembangan zaman.

Jika kita tidak menjaganya maka keberadaan Gereja akan hancur tertelan

perubahan zaman. Dengan permainan ini peserta diajak agar mereka semakin

menyadari akan tugasnya sebagai tombak perkembangan Gereja. Dengan ada dan

terlibat dalam Gereja, maka mereka tentunya akan menjaga perkembangan dan

keberadaan Gereja itu.

e) Puncture Pipe

(1) Bentuk Permainan

Masing-masing kelompok diminta berlomba mengeluarkan bola pimpong

yang ada dalam pipa bocor dengan menggunakan air. Cara menuangkan air ke

dalam pipa hanya boleh menggunakan ember yang telah disediakan dengan waktu

yang telah ditentukan. Pemaknaan dalam permainan ini adalah bagaiman

mengatur strategi kerjasama kelompok, strategi menyelesaikan masalah dan

kepemimpinan.

(2) Tujuan Permainan

Berani menerima tantangan, meningkatkan kemampuan mengatasi berbagai

masalah. Dengan permainan ini peserta diharapkan berani menerima tantangan

yang mereka hadapi dalam keaktifan hidup menggereja. Seperti pada

permenungan bacaan Kitab Suci yang ada dalam sesi kedua. Peserta mulai bisa

terlepas dari berhala seperti hanya bermain diluar dengan teman dan sibuk sendiri

dengan gadget.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

f) Estafet Tepung

(1) Bentuk Permainan

Peserta berkelompok 5 orang. Setiap orang dibagikan satu mangkok kecil.

Kemudian berbaris memanjang ke belakang. Setiap kelompok harus berkompetisi

secara estafet memindahkan tepung yang sudah disiapkan di depan menuju ember

yang ada di belakang dengan syarat mangkok harus melalui atas kepala dan

peserta tidak boleh menoleh ke belakang. Kompetisi dibatasi hanya dua menit dan

kelompok dengan tepung paling banyak adalah kelompok yang menang.

(2) Tujuan Permainan

Tujuan dari permainan ini mengajak peserta untuk aktif dan bekerjasama.

Tepung yang dilemparkan ibarat hidup menggereja dimanapun kita berada. Terasa

sulit dan penuh tantangan memang, akan tetapi kita tetap bisa melakukannya jika

kita percaya dan yakin akan iman pada Yesus yang diibaratkan dengan wadah.

h. Penutup

1) Pengantar (15.00-15.15)

Adik-adik semua selama satu hari ini kita telah mengikuti rekoleksi dengan

berbagai kegiatan. Tiga sesi sudah sama-sama kita ikuti dan resapi di setiap

materinya. Apa ynag kalian dapatkan pada hari ini diharapkan kalian sudah

semakin mantap akan pentingnya ikut aktif dalam hidup menggereja. Kalian

semua adalah tombak perkembangan Gereja yang sangat diharpkan oleh Gereja.

Jadi kalian juga harus memantapkan diri melaksanakan tugas tersebut. Jangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

takut, karena Roh Allah dan Yesus sendiri selalu ada menyertai kalian dalam

hidup menggereja yang kalian lakukan.

2) Doa Penutup (15.15-15.20)

Allah Bapa Yang Maha Pengasih, terima kasih karena selama sehari ini

Engkau telah menyertai kami dalam rekoleksi ini. Kami telah belajar dan

menghayati akan peranan Roh Allah yang ada dalam Gereja yang membuat kami

mantap untuk melaksanakan tugas kami sebagai remaja yang mengembangkan

Gereja. Berkatilah kami ya Bapa agar setelah ini kami langsung memantapkan diri

terlibat aktif dalam hidup menggereja. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan

Yesus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dan Roh

Kudus kini selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

3) Lagu Penutup (15.20-15.30)

“Yesus Pokok”

Yesus Pokok dan kitalah carangnya

Tinggallah didalamnya

Yesus pokok dan kitalah carangnya tinggallah didalamnya

Yesus pokok dan kitalah carangnya

Tinggallah didalamnya

Pastilah kau akan berbuah

Yesus cinta ku....Ku cinta kau.......Kau cinta dia

Yesus cintaku......Ku cinta kau.....Kau cinta dia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup penulis mengemukakan beberapa hal sebagai

kesimpulan dari keseluruhan skripsi ini. selain itu penulis juga menyampaikan

saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diselenggarakan di SMP Negeri 4

Purworejo.

A. KESIMPULAN

Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan tempat dimana siswa

dapat mengembangkan iman yang dimilikinya. PAK di sekolah tidak semata-mata

memberikan materi saja, melainkan yang terpenting adalah tercapainya tujuan dari

PAK itu sendiri, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah komunitas

sekolah. Proses pembelajaran PAK harus sesuai dengan kebutuhan siswa,

sehingga siswa dapat mengembangkan hidup secara utuh.

Hidup menggereja merupakan hal yang penting dalam kehidupan umat

Katolik, termasuk pada remaja di SMP Negeri 4 Purworejo. Hidup menggereja

menjadi lebih bermakna dan berarti jika seseorang mampu mewujudkannya di

lingkungan masyarakat dan dimanapun mereka berada sebagai wujud iman

terhadap Kristus. Hidup menggereja dihayati dengan mewujudkan empat kegiatan

inti Gereja, yaitu liturgia, kerygma, koinonia dan martyria demi diakonia.

PAK di SMP Negeri 4 Purworejo masih perlu memberikan semangat bagi

siswa untuk lebih terlibat aktif lagi dalam hidup menggereja, supaya mereka

sungguh mantap melaksanakan hidup menggereja baik di gereja, sekolah dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

lingkungan masyarakat. Hidup menggereja yang diwujudkan oleh siswa

diharapkan mampu dirasakan secara serius. PAK di sekolah perlu memperhatikan

dan menyemangati siswa yang sama sekali belum terlibat aktif dalam hidup

menggereja, supaya sedikit demi sedikit mereka mulai tergerak hatinya untuk ikut

terlibat.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan rekoleksi sebagai salah

satu sarana yang efektif untuk membangkitkan semangat hidup menggereja siswa

di SMP Negeri 4 Purworejo. Penulis memilih rekoleksi, karena rekoleksi diyakini

lebih menarik bagi siswa. Rekoleksi mampu mengolah permasalahan yang

dialami remaja melalui sharing dan refleksi bersama. Dalam rekoleksi penulis

juga menyertakan sesi dinamika kelompokdengan permainan-permainan yang

membantu semangat mereka untuk hidup menggereja. Sebelumnya di sekolah

juga belum pernah diadakan kegiatan yang membantu mereka untuk semangat

dalam hidup menggereja.

B. SARAN

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan beberapa saran sehubungan

dengan peningkatan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik demi

meningkatkan semangat keterlibatan siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo

dalam hidup menggereja.

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah perlu lebih memperhatikan siswa yang beragama Katolik.

Walaupun mayoritas siswa di sekolah beragama Muslim, namun siswa Katolik

juga membutuhkan perhatian dengan diadakannya kegiatan di luar jam belajar

efektif untuk mengembangkan iman mereka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

2. Bagi Guru

Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru diharapkan lebih kreatif lagi

dalam menyampaikan materi dengan mencari sarana yang menarik agar siswa

tidak merasa bosan dan monoton. Guru juga diharapkan memberikan kegiatan

untuk siswa yang membantu mereka semakin menghayati iman mereka.

3. Bagi siswa

Siswa lebih semangat lagi untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja

dengan menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja. Diawali dengan hidup

menggereja di lingkungan Gereja dan berkembang di lingkungan sekolah dan

masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius.


_______. (1991). Iman Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.
Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Sekolah untuk
Mahasiswa Semester IV, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Darmawijaya, St. (1990). Aneka Tema Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2008). Nota Pastoral
Melibatkan Anak dan Remaja Untuk Pengembangan Umat. Muntilan:KAS.
Frans. http://www.gsn-soeki.com/lagu/lirik-lagu-rohani-baru.php accesed on
January 31, 2015.
Groome, Thomas H. (2010). Pendidikan Agama Kristen (Stefanus. Daniel,
Penerjemah). Jakarta: Gunung Mulia.
Heryatno Wono Wulung. F.X. (2003).Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata
Kuliah Pengantar PAK Sekolah Untuk Mahasiswa Semester IV, Program
Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma,Yogyakarta.
_______. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah
Pengantar PAK Sekolah untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi
IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma,Yogyakarta.
Jacobs, Tom dkk. (1992). Silabus Pendidikan Iman Katolik Melalui Pelajaran
Agama Pada Tingkat Pendidikan Dasar 9 Tahun. Yogyakarta: Kanisius.
Kila, Pius. (1996). Rekoleksi dan Retret Remaja. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia. (2007). Perutusan Murid-
murid Yesus Pendidikan Agama Katolik Untuk SMA/SMK. Yogyakarta:
Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Mangunhardjana, A.M. (1984). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Safiyudin Sastrawijaya. (1977). Beberapa Masalah tentang Kenakalan Remaja.
Bandung : Karya Nusantara.
Sinode GKJ dan GKI Jateng. (1995). Pedoman Pembinaan Remaja. Yogyakarta :
LembagaPendidikan Kader.
Suhardiyanto, H.J. (2005).Pendidikan Hidup Menggereja. Diktat Mata Kuliah
Pendidikan Hidup Menggereja untuk Mahasiswa Semester III, Program
Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma,Yogyakarta.
Suparno, Paul. (2011). Orang Muda Mencari Jati Diri. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Vini.http://vinividiviciadventurecamp.blogspot.com/2011/09/beberapa-games-
menarik-di-outbound.html accesed on January 31, 2015.
Zakiah Daradjat. (1975). Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian

(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3: Kuesioner

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002

A. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

1. Melalui kuisioner ini penulis meminta bantuan anda untuk memberikan


pandangan berdasarkan pengalaman anda terhadap keterlibatan anda dalam
hidup menggereja baik di sekolah, paroki dan lingkungan
2. Data kuisioner ini akan digunakan untuk peningkatan hidup menggereja
siswa baik di Gereja, sekolah dan masyarakat
3. Pilihlah jawaban dengan cara memberikan tanda lingkaran ( O ) pada salah
satu jawaban yang tersedia

B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Kelas :
3. Jenis Kelamin :

C. SOAL PENELITIAN

1. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memberikan inspirasi untuk anda


dalam bertindak sebagai murid Yesus
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memberikan kesempatan pada anda
untuk mengembangkan iman melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari
baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat maupun Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Pendidikan Agama Katolik di sekolah membuat anda semakin yakin pada
iman yang anda dalami
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Pendidikan agama Katolik di sekolah membantu anda dalam mewujudkan


Kerajaan Allah di tengah kehidupan baik dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
5. Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya memberikan informasi
pada anda, melainkan mendidik dan membentuk anda memiliki sikap sosial
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
6. Materi Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya mendalami materi
dari buku atau Kitab Suci saja, melainkan pengalaman anda menghadapi
masalah dalam hidup sehari-hari
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7. Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya menjadikan siswa sebagai
pendengar saja, melainkan secara bersama-sama mencari jalan untuk
menghadapi persoalan yang ada
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
8. Memutar film / tayangan singkat yang berhubungan dengan materi pelajaran
membuat anda semakin memahami akan materi yang diberikan oleh guru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
9. Bagaimana tanggapan anda mengenai proses kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Cukup menarik
d. Kurang menarik
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Alasannya:

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

10. Hidup Menggereja adalah ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
11. Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh setiap umat Katolik kapan pun dan
dimana pun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
12. Sebagai remaja Katolik saya sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
13. Sebagai remaja Katolik saya sudah terlibat dalam kegiatan liturgi, seperti
menjadi misdinar, lektor dan pemazmur
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
14. Sebagai remaja Katolik saya aktif dalam PIR di Gereja sebagai persekutuan
murid-murid Yesus
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
15. Kaum remaja sebagai jantung hati dan ujung tombak Gereja diwajibkan untuk
dapat menjadi garam dan ragi dalam lingkungannya sesuai dengan kedudukan
dan kemampuannya masing-masing
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Alasannya:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
16. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Gereja dan kegiatan mana saja yang
mengembangkan niat anda dalam terlibat aktif di Gereja?

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
17. Apa saja yang telah anda lakukan di lingkungan sekolah dan masyarakat
sebagai anggota Gereja baik dalam hal liturgi, pewartaan, persekutuan dan
pelayanan?

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
18. Hidup menggereja saya ketahui lewat proses pembelajaran PAK di sekolah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Alasannya:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

19. Apakah PAK di sekolah menyemangati anda dalam hidup Menggereja? Beri
penjelasan!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
20. Apakah proses pembelajaran dan metode PAK di sekolah membantu anda
memahami akan arti keterlibatan hidup menggereja, sehingga anda terdorong
aktif dalam hidup menggereja? Beri Penjelasan!

...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
............................................................................................................................
21. Apa yang anda harapkan dari metode pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik yang ada di sekolah?

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4: Contoh Jawaban Kuesioner Responden Perempuan

(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5: Contoh Jawaban Kuesioner Responden Laki-laki

(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6: Daftar Nama Responden


1. Verena Devi Andini
2. Lusiana P
3. Feronica Dian
4. Pauline Lidya Laura
5. Stevanus Panji
6. Natasya Leony Agus Putri
7. Antonius Heru Darmawan
8. Patricius Luky
9. Yohana Natalia Andaresta
10. Maria Chrisma Shintya
11. Yohanes Wahyu Edi
12. Marcelinus Beni
13. Margareta Dewanti Findasari
14. Meidyana D
15. Yohanes Andung Pangestu

(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7: Visi dan Misi SMP Negeri 4 Purworejo

SMP Negeri 4 Purworejo yang terletak di JI. Jenderal Urip Sumoharjo No. 62
Purworejo, merupakan sekolah berstandar nasional berdasarkan SK Mendikbud
No. 960/C.3/kp/2005 Sekolah kami memiliki VlSI “CANTIK” (Cerdas, sANtun,
Taqwa, Inovatif dan Kompetitif) dengan indikator Vlsi sebagal berikut:
1. Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan yang kompetitif.
2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu baik akademik maupun non akademik.
3. Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata.
4. Terwujudnya pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka sekolah memiliki misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman,
bertaqwa, santun dan memiliki keunggulan yang kompetitif.
2. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, disiplin dan relevan.
3. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.
4. Mewujudkan sistim pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan
efektif.

(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8: Wawancara Penulis dengan Ibu Murni Mengenai SMP Negeri


4Purworejo

1. Kapan SMP Negeri 4 Purworejo pertama kali didirikan?


Dari arsip sekolah menunjukkan bahwa SMP Negeri 4 Purworejo didirikan
pada tanggal 1 Agustus 1958 dengan SK NO: 187/SK.B.III / 25 Mei 1960 dengan
nama SLTP Negeri 3 Purworejo. Pada tanggal 19 Desember 2001 SLTP Negeri 3
Purworejo berganti nama menjadi SMP Negeri 3 Purworejo dengan SK NO: 061 /
6/ 09. Setelah berjalan tiga tahun dengan nama SMP N 3 Purworejo, pada tanggal
7 Februari 2004 di ubah dari SMP N 3 menjadi SMP N 4 Purworejo dengan SK
NO: 422/ 568/ 2003. Perubahan nama dari SMP N 3 menjadi SMP N 4
berdasarkan urutan didirikannya sekolah.

2. Bagaimana sejarah mengenai berdirinya SMP Negeri 4 Purworejo?


Mengenai sejarah pembangunannya sendiri, SMP Negeri 4 Purworejo
memiliki sejarah yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.

3. Bagaimana gambaran tata ruang dan vasilitas di SMP Negeri 4Purworejo?


Gedung SMP Negeri 4 Purworejo membentang dari utara ke selatan yang
terletak di jalan Urip Sumoharjo No.62 Purworejo. Letaknya yang sangat strategis
membuatbuat SMPN 4 menjadi salah satu SMP yang banyak diminati oleh siswa
baru.
Gedung yang ada merupakan bangunan yang berlantai satu dan berlantai
dua. Jika digambarkan menggunakan denah, tata gedung di SMPN 4 Purworejo
terlihat sedikit rumit, karena tata letaknya yang berbelak-belok. Setelah memasuki
gerbang utama terdapat ruang penjaga sekolah di sebelah kanan dan parkiran bagi
guru, karyawan dan para tamu di sebelah kiri. Setelah itu akan ada ruang TU dan
kepala sekolah di sebelah kanan serta ruang guru di sebelah kiri. Di ruang TU
terdapat benyak piala yang merupakan hasil dari prestasi para siswa SMPN 4
Purworejo. Ruang TU juga digunakan siswa untuk mengurus pembayaran dan
administrasi sekolah. Ruang guru yang ada terlihat sedikit sumpek, karena
banyaknya guru dengan meja dan tumpukan buku yang ada, meskipun demikian
suasanya masih terlihat nyaman jika siswa masuk kesana. Ada dua puluh satu
ruang kelas untuk kelas VII, VIII dan IX.
SMPN 4 Purworejo mempunyai dua ruang laboraturium, yaitu laboraturium
IPA dan bahasa. Ruang komputer terlihat sangat rapi dan nyaman dengan jumlah
komputer yang sangat memadai bagi siswa. Ruangan yang ber AC juga membuat
siswa bertambah semangat dan nyaman pada saat pelajaran komputer.
Perpustakan sekolah menyediakan buku-buku pelajaran serta buku-buku
penunjang lainnya yang dapat dipinjam oleh siswa. Terdapat tatanan meja dan
kursi yang rapi di dalam perpustakan untuk belajar siswa. Di antara ruang kelas
VII terdapat ruang untuk menyimpan alat-alat drum band. Di antara ruang kelas
VIII terdapat ruang seni musik untuk pelajaran seni musik. Terdapat tiga kantin
yang luas untuk istirahat siswa pada saat jam istirahat. Ada juga ruang UKS yang
digunakan untuk ekstra PMR dan siswa yang sakit di sekolah. Toilet, ruang ganti
dan kamar mandi sangat terjaga kebersihannya. Di dalam ruang kelas terdapat TV,
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VCD yang digunakan sebagai media belajar siswa. Ada satu kipas angin yang
terdapat di setiap ruang kelas.

4. Bagaimana prestasi dari SMP Negeri 4 Purworejo sendiri?


Masa kejayaan SMP N 4 dimulai sejak tahun 2005 pada saat dipimpin oleh
Dra. Susini. Mulai saat itu prestasi sekolah mulai meningkat. Tidak hanya dalam
hal prestasi, melainkan dalam hal pembangunan fisik sekolah serta sarana dan
prasarana sekolah. SMP N 4 Purworejo juga sering dijadikan sebagai tempat
untuk mengadakan pertemuan dan seminar tingkat daerah, bahkan pernah menjadi
penyelenggara untuk penyuluhan perakitan komputer bagi para guru se kabupaten
Purworejo. Dari tahun 2010 hingga sekarang SMP N 4 Purworejo menjadi
sekolah favorit kedua di Purworejo yang di kepalai oleh bapak Muh. Syaifudin,
M.Pd.

5. Siapa saja yang membantu bapak kepala sekolah dalam melaksanakan


tugasnya?
Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah bapak Muh. Syaifudin
dibantu oleh tiga orang wakil kepala sekolah, yaitu bapak Sutrisno, S.Pd, bapak
Drs. Pawitno dan ibu Emi Nurhidayati.

6. Berapa jumlah guru dan karyawan keseluruhan di SMP Negeri 4


Purworejo?
Seluruh tenaga pendidik dan karyawan yang ada di SMP N 4 Purworejo
berjumlah 43 orang. 34 orang tenaga pendidik, 4 orang karyawan tata usaha, 2
orang penjaga keamanan dan 3 orang petugas kebersihan sekolah. Selama ini
organisasi yang ada di SMP N 4 Purworejo berjalan dengan cukup baik. Hal ini
ditandai dengan belum adanya permasalahan yang serius tentang
pengorganisasian yang berada di bawah struktur sekolah SMP N 4 Purworejo.
Relasi antara guru, karyawan dan peserta didik terjalin baik dengan adanya kerja
sama yang baik antara satu dengan yang lain.

7. Berapa jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri 4 Purworejo?


Jumlah siswa keseluruhan di SMP Negeri 4 Purworejo pada tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 714 orang. Kelas VII berjumlah 238, kelas VIII berjumlah
238 dan kelas IX berjumlah 238, dimana masing-masing kelas berjumlah 34 siswa.
Awalnya jumlah siswa setiap kelasnya berjumlah 40 siswa, namun sejak tahun
2011 jumlah siswa setiap kelasnya dikurangi menjadi 34 siswa untuk efektifitas
belajar. Dari 714 siswa, siswa yang beragama Katolik berjumlah 15 orang dan
Kristen 12 orang.

8. Bagaimana komunikasi siswa Katolik di SMP Negeri 4 Purworejo?


PAK di SMP N 4 Purworejo diberikan setiap hari Jumat setelah jam pulang
sekolah. Biasanya PAK dilakukan di salah satu ruang kelas dan pengajarannya
dicampur antara kelas VII, VIII dan IX. PAK disini diberikan oleh bapak Fran
Jumino, yaitu seorang Katekis Voluntir di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo.
PAK di sekolah tidak diajarkan pada saat jam efektif, karena kesibukan dari
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pendidik yang juga bekerja sebagai asisten Romo di pengobatan Romo Lukman
Purworejo. Pelajaran PAK hanya diberikan kurang lebih enam puluh menit setiap
Minggunya. Selama pelajaran PAK relasi antara siswa di kelas terjalin cukup baik.
Setiap satu tahun sekali siswa Katolik di SMP N 4 bersama-sama merayakan
Natal bersama dengan siswa Katolik dari SMP-SMP lainnya di Purworejo.

9. Bagaimana mengenai peraturan dan tata tertib di SMP Negeri 4


Purworejo?
a) Kehadiran di sekolah
 Para siswa hadir di sekolah lima belas menit sebelum jam belajar
dimulai
 Jika terlambat siswa wajib melapor guru piket ataupun petugas untuk
memperoleh ijin mengikuti pelajaran
 Jika berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin
tidak masuk sekolah dengan sepengetahuan oranrtua atau wali dan jika
sakit lebih dari tiga hari harus mengirim surat keterangan dokter
 Jika siswa meninggalkan sekolah untuk sementara, perlu meminta ijin
kepada guru piket.

b) Penampilan di Sekolah
 Para siswa wajib berpakaian seragam dengan bersih dan rapi. Hari
Senin dan Selasa kelas IX menggunakan baju putih lengan pendek dan
bawahan celana atau rok pendek, sedangkan kelas VII dan VIII
menggunakan baju putih lengan pendek dan bawahan celana atau rok
panjang. Hari Rabu dan Kamis kelas VII dan VIII menggunakan
seragam identitas biru dan bawahan panjang, sedangkan kelas IX
menggunakan seragam identitas merah putih kotak-kotak dan bawahan
pendek. Hari jumat dan sabtu kelas VII dan VIII menggunakan seragam
pramuka dan celana panjang baik siswa maupun siswi, sedangkan kelas
IX menggunakan seragam pramuka dan bawahan celana atau rok
pendek.
 Baju seragam dilengkapi dengan badge Osis, identitas sekolah, kelas
dan nama..
 Siswa wajib menggunakan badge atau pin bendera merah putih di atas
saku.
 Siswa diwajibkan menggunakan ikat pinggang dan kaus kaki yang
berlogo atau bertuliskan SMP N 4 Purworejo.
 Rambut harus rapi dan bagi putra tidak boleh gondrong.
 Siswa tidak perlu menggunakan perhiasan yang berlebihan.

c) Kegiatan Belajar Mengejar


 Setiap hari kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan jika ada
pelajaran tambahan di pagi hari untuk kelas IX, maka kegiatan belajar
mengajar dimulai pukul 07.15 untuk kelas VII dan VIII.

(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Jam efektif belajar setiap harinya dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 12.30, kecuali hari Jumat dimulai pukul 07.00 sampai dengan
pukul 11.00.
 Saat pelajaran olah raga siswa menggunakan seragam olah raga atau
kaos yang ditentukan.
 Setiap siswa berhak menggunakan fasilitas media yang disediakan,
namun tidak diperbolehkan untuk penggunaan di luar jam pelajaran.

(23)

Anda mungkin juga menyukai