Anda di halaman 1dari 137

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWI

TENTANG ABORSI BAGI


MAHASISWI ASRAMA KABUPATEN LANDAK
KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA MELALUI
KATEKESE AUDIO VISUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Susanti
NIM: 041124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWI
TENTANG ABORSI BAGI
MAHASISWI ASRAMA KABUPATEN LANDAK
KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA MELALUI
KATEKESE AUDIO VISUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Susanti
NIM: 041124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

i
ii
iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Allah Bapa sumber kehidupan, seluruh kaumku dan para mahasiswi yang ada di

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta

juga...

kepada yang tercinta anakku Christiano Willhelm Kana Talo, Suamiku Norbertus

Kana Talo, Bapak dan Mamaku, kakak serta adik-adik dan keponakanku, segenap

keluarga besar Kalimantan dan Sumba berserta para sahabat, kenalan

yang telah menyemangati dan menghantar penulis untuk tetap maju dan bertahan

dalam situasi hidup.

iv
MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13)

v
vi
vii
ABSTRAK

Judul skripsi MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG


ABORSI BAGI MAHASISWI ASRAMA KABUPATEN LANDAK
KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE
AUDIO VISUAL. Dipilih berdasarkan fakta bahwa para mahasiswi yang ada di
Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat Yogyakarta ini belum
memahamami tentang aborsi secara lebih mendalam. Kenyataan menunjukkan
bahwa beberapa dari para mahasiswi di Asrama ini pernah melakukan tindakan
aborsi yang akhirnya harus dikeluarkan dari Asrama serta mengganti semua biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Katekese audio visual merupakan
sarana yang diharapkan untuk dapat membantu mereka dalam meningkatkan
pemahamannya tentang aborsi. Bertitik tolak dari kenyataan di atas, maka skripsi
ini dimaksudkan untuk membantu para mahasiswi yang ada di Asrama ini untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan baru yang dapat membantu mereka untuk
menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggungjawab.
Persoalan utama yang akan dijawab di dalam skripsi ini ialah katekese
media audio visual dalam upaya untuk membantu meningkatkan pemahaman
mahasiswi tentang aborsi. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu bukti yang kuat
terutama dari beberapa jawaban yang penulis temukan selama melakukan
wawancara dalam bentuk sharing di asrama, di samping itu studi pustaka juga
dilaksanakan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang dapat membantu para
mahasiswi untuk lebih meningkatkan pemahaman mereka tentang aborsi.
Keseluruhan isi skripsi ini menunjukkan bahwa katekse audio visual
dengan menggunakan sarana film dapat membantu meningkatkan pemahaman
mahasiswi tentang aborsi. Katekese audio visual dengan film sungguh menunjang
pemahaman mahasiswi dan mempermudah mereka dalam upaya pemahaman
tentang aborsi. Karena di dalam skripsi ini juga ada perbandingan antara
pemahaman dengan menggunakan audio visual serta tanpa menggunakan audio
visual, sehingga dapat diketahui bahwa audio visual sungguh dapat pemahaman
mahasiswi tentang aborsi. Namun tidak cukup berhenti sampai di sini dan
pemahaman yang mereka miliki masih perlu dikembangkan. Oleh karena itu
penulis mencoba memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka membantu
meningkatkan pemahaman mahasiswi tentang aborsi dengan menawarkan
program kegiatan katekese model Shared Cristian Praxis sekaligus dengan
penjabarannya

viii
ABSTRACT

This thesis entitles INCREASING THE STUDENT’S


UNDERSTANDING OF ABORTION FOR FEMALE STUDENTS OF
ASRAMA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT IN
YOGYAKARTA THROUGH THE CATECHISM OF AUDIO VISUAL. It is
chosen based on the fact that the female students of this boarding house, run by
Landak sub-province’ government of the West Kalimantan Province in
Yogyakarta have not fully understood of abortion yet. The fact shows that some of
former female students ever committed to the abortion that then had to pay the
consequences of it. The catechism of audiovisual is an instrument that can help
them to increase their understanding of abortion. Starting from the fact above, this
thesis is meant for helping the female students of this boarding house to reach new
acknowledge, which will help them to be a mature and responsible person.
The main idea that would be described in this thesis is the catechism of
audiovisual in an effort to help increasing the female students’ understanding of
abortion. The description needs strong evidences mainly from the answers found
during interviews and sharing which took place in the boarding house. The author
also made a lecture study to get insights that would help the female students to
increase their knowledge and understanding of abortion.
The entire content of this thesis shows that the catechism of audiovisual
using film as its instrument can help to increase the female students’
understanding of abortion. The catechism of audiovisual with film as its
instrument does support female students’ understanding and ease them to
understand the issue. There is a comparison between the understandings with and
without audiovisual in this thesis. The comparison shows the fact that the
catechism of audiovisual is much more helpful for their understanding of the
issue. However, it does not stop here. Their understanding needs to be developed.
Therefore, the author tries to give contributed insight in order to help increasing
the female students’ understanding of abortion by offering a program of catechism
of Shared Christian Praxis, as well as its description.

ix
KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menghaturkan segala puji,

hormat, serta syukur yang tiada henti-hentinya kepada Allah Bapa, Putra, Roh

Kudus dan Bunda Maria karena rahmat dan kasih-Nya telah memampukan penulis

untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: meningkatkan pemahaman mahasiswi

tentang aborsi bagi mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di

Yogyakarta melalui katekese audio visual.

Melalui hasil refleksi atas studi kateketik yang penulis jalani empat tahun

ini terutama refleksi atas panggilan penulis sebagai calon katekis, penulis

mencoba menggagas tema skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan

kerinduan penulis untuk membuka cakrawala berpikir, mengasah dimensi hati dan

pengetahuan sekaligus memberi sumbangan pemikiran bagi seluruh mahasiswi

yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta ini

supaya mengetahui dan memiliki pemahaman tentang aborsi, terutama

pengetahuan dan pemahaman untuk bekal kehidupan dan pergaulan sehari-hari

dalam masyarakat. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kurang lebih empat tahun penulis bergulat dan berproses dalam kampus

IPPAK yang sangat penulis cintai ini. Tentunya bukan waktu yang singkat. Tak

terbilang ilmu yang penulis peroleh, tak terbilang cinta dan perhatian yang penulis

alami dan terima baik selama studi maupun saat penyusunan skripsi ini. Penulis

memahami skripsi ini sebagai puncak akhir studi yang penulis jalani selama

x
kurang lebih empat tahun di kampus IPPAK, sekaligus menjadi awal yang baru

bagi penulis untuk meraih mimpi dan masa depan dalam proses kehidupan

selanjutnya. Layaknya sang waktu yang terus berganti dan tak pernah berhenti

berputar dari pagi hingga malam. Pada kesempatan ini, izinkan penulis dengan

setulus hati mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Romo Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ., selaku dosen pembimbing utama yang

senantiasa memberikan perhatian, waktu, semangat, motivasi, sumbangan

pemikiran dengan penuh kesabaran kepada penulis. Terima kasih untuk

masukan dan kritikannya sehingga penulis diteguhkan dari awal hingga akhir

penulisan skripsi ini.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan begitu banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis

selama penulisan skripsi maupun proses studi yang penulis jalani di kampus

ini. Terima kasih untuk segalanya.

3. Romo Drs.Y. I. Iswarahadi S.J. M.A., selaku dosen penguji skripsi yang

selalu memberi dukungan dan usulan kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen, sekretariat, perpustakaan dan karyawan Prodi IPPAK-

USD yang telah begitu banyak melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian,

dukungan, bimbingan serta senyuman yang selalu menguatkan penulis

menjalani proses studi di kampus ini.

5. Keluarga yang sangat penulis cintai: Anakku Ian dan suamiku Norbert

tercinta, yang menjadi motivasi dan selalu menyemangati penulis, mendukung

xi
dalam segala hal, terima kasih untuk cinta dan kesetiaan kalian. Mama, kakak

Yustina dan keluarga, adik-adikku Simolyono dan Simulyadi, kedua

mertuaku, serta segenap keluargaku. Andai terdapat kata yang mampu

melukiskan betapa kalian sungguh berarti dalam hidup penulis, karena dari

kalian semuanya berawal dan kepada kalianlah penulis akan kembali.

6. Bapakku Stefanus Ungas yang selalu setia menemani perjalanan hidup dan

studiku, selain itu sebagai sahabat yang selalu mengerti persoalan hidupku,

menemani aku dalam segala masalah yang kuhadapi, selalu ada waktu buatku,

terima kasih pak untuk cintanya yang sangat luar biasa yang tak kusadari

selama ini.

7. Sahabat-sahabat angkatan 2004/2005, terima kasih atas warna-warni indah

yang kalian berikan dalam hidup penulis. Sampai jumpa di lain kesempatan.

8. Para sahabat-sahabat tercinta yang selalu membantu penulis dan memberi

semangat serta dukungan yang sangat berharga bahkan saat-saat paling sulit

dalam hidup penulis. Sr.Atty, Sr. Yeni, Sr. Mia, Reni, Joy, Goy, Aci, kalian

sungguh sahabat sejati, semoga kita diberi waktu dan kesempatan untuk

merasakan kebersamaan ini lagi.

9. Sahabat-sahabat satu kos yang telah menjadi saudara dalam hidup penulis

seperti Dek Wuri, Dek Detha, Iin kak, wiwit, Ditha, Dian dan semoga

kebersamaan kita ini tetap terjaga dan semoga ada kesempatan lain lagi buat

kita semua ma kasih banyak atas saling pengertiannya dan keterbukaan serta

semangat saling berbagi yang begitu tinggi

xii
10. Adik-adik di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat, terima kasih

kalian telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini

11. Teman-temanku yang selalu memberi dukungan dan motivasi serta semangat

dengan caranya masing-masing terutama Ria, Wigis, Mea, Muji, Dodi, Sr.

Anna Maria, Sr. Marga, Beni, Pastor Florentinus,OFM.Cap, Pater Bernard,

SVD dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama

ini telah menjadi bagian yang sangat berarti dalam hidup penulis serta

memampukan penulis menyelesaikan studi ini.

Penulis sungguh menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan dalam

pengetahuan, pengalaman, serta pemahaman yang menyebabkan penyusunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan inspirasi dan pengetahuan baru bagi para mahasiswi Asrama

Kabupaten Landak, para kaum Hawa pencinta kehidupan dan bagi semua

pembaca.

Yogyakarta, 13 Juli 2009

Penulis

Susanti

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ..................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan .................................................................... 9
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 10
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 10
E. Metode Penulisan .............................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
BAB II. KATEKESE AUDIO VISUAL DAN PEMAHAMAN
MAHASISWI TENTANG ABORSI............................................. . 13
A. Gambaran Umum Tentang Aborsi ..................................................... 13
1. Sejarah Aborsi............................................................................... 17
2. Pengertian Aborsi.......................................................................... 20
3. Macam-macam jenis aborsi........................................................... 20
a. Abortus spontaneus ................................................................... 20
b. Abortus provocatus ................................................................... 20
c. AP Medicinalis/terapeutik......................................................... 20
d. AP Criminalis............................................................................ 20

xiv
e. Abortus Provocatus Criminalis (APC) ...................................... 20
a). Abortus Iminen .................................................................... 21
b). Abortus Incomplitus ............................................................ 21
c). Abortus Incipien................................................................... 21
d). Dilatation dan Curettage ...................................................... 22
e). Suction (Sedot)..................................................................... 22
f). Peracunan dengan Garam ..................................................... 22
g). Histeromia atau Bedah Caesar............................................. 22
h). Prostaglandin ....................................................................... 23
4. Akibat-akibat dari Aborsi.............................................................. 23
5. Abortus menurut Ilmu Kedokteran ............................................... 24
6. Abortus Provocatus ....................................................................... 24
8. Definisi Janin ................................................................................ 28
B. Tradisi dan Ajaran Resmi Gereja Katolik .......................................... 30
1. Declaratio De Abortus Procurato .................................................. 30
2. Familiaris Consortio...................................................................... 31
3. Evangelium Vitae.......................................................................... 31
4. Kitab Hukum Kanonik .................................................................. 32
5. Katekismus Gereja Katolik ........................................................... 32
C. Pro dan Kontra tentang Abortus Provocatus ...................................... 33
1. Pendirian Konservatif.................................................................... 34
2. Pendirian Liberal........................................................................... 34
3. Pendirian Moderat......................................................................... 35
D. Gambaran Umum tentang Katekese Umat......................................... 36
1. Pengertian Katekese ...................................................................... 36
2. Tujuan Katekese Umat.................................................................. 38
3. Isi dan Tema Katekese Umat ........................................................ 40
4. Peserta Katekese Umat ................................................................ 42
5. Sarana dan Metode Katekese Umat .............................................. 43
6. Katekese Audio Visual sebagai Salah satu model Katekese......... 45

xv
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG
ABORSI BAGI MAHASISWI ASRAMA KABUPATEN
LANDAK KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA
MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL ................................. 47

A. Metodologi Penelitian ........................................................................ 47


1. Jenis dan Desain............................................................................. 47
2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 48
3. Populasi dan Sampel ...................................................................... 48
4. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 48
5. Instrumen Penelitian ...................................................................... 49
6. Keabsahan Data.............................................................................. 49
7. Teknik Analisis Data...................................................................... 49
B. Penyajian Hasil Penelitian.................................................................. 49
1. Perbandingan Hasil Wawancara/katekese dengan Audio Visual
dan tanpa Audio Visual................................................................. 50
a. Pemahaman mahasiswi tentang aborsi sebelum
menggunakan katekese audio visual ....................................... 50
b. Pemahaman mahasiswi tentang aborsi setelah
menggunakan katekese audio visual ....................................... 53
2. Tingkat pemahaman mahasiswi tentang aborsi dengan
menggunakan media dan tanpa menggunakan media.................. 55

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODEL SHARED


CHRISTIAN PRAXIS DENGAN SARANA MEDIA AUDIO
VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MAHASISWI TENTANG ABORSI ............................................ 59
A. Latar Belakang Pemilihan Program Katekese............................... 59
B. Alasan Pemilihan Tema.................................................................. 65
C. Uraian Tema dan Tujuan ................................................................ 66
D. Penjabaran Program ....................................................................... 69
E. Petunjuk dan Pelaksanaan Program................................................ 73
F. Contoh Persiapan Program ............................................................. 74

xvi
BAB V. PENUTUP....................................................................................... 86
A. KESIMPULAN ................................................................................. 86
B. SARAN ............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 91
LAMPIRAN.................................................................................................. 93
Lampiran 1 : Persiapan Katekese dengan Model SCP 1....................... (1)
Lampiran 2 : Persiapan Katekese dengan Model SCP 2....................... (8)
Lampiran 3 : Persiapan Katekese dengan Model SCP 3....................... (15)
Lampiran 4 : Rangkuman Hasil Eksperimen Sebelum Menggunakan
katekese Audio Visual .................................................... (22)
Lampiran 5 : Rangkuman Hasil Eksperimen Setelah Menggunakan
Katekese Audio Visual.................................................... (24)

xvii
DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen

Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,

1984/1985, hal 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

- CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apoetolik Paus Yohanes Paulus II kepada

para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,

16 Oktober 1979.

- DCG: Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum yang

dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para klerus, 11 April 1971.

- FC: Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang

Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern, 22 November 1981.

- KHK.: Kitab Hukum Kanonik, (Codex Iuris Canonici) yang diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Januari 1983.

- Komsos: Komunikasi Sosial

- K.W.I : Konferensi Wali Gereja Indonesia.

- MAWI: Majelis Wali Gereja Indonesia

xviii
C. Singkatan Lain

- Art: Artikel

- AP: Abortus Provocatus

- APC: Abortus Provocatus Criminalis

- CD : Compact Disk

- DVD: Digital Video Disc

- EN: Evangelii Nuntiandi

- KUHP: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

- KB: Keluarga Berencana

- LCD: Liquid Crystal Display

- M.R. : Menstrual regulation

- PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

- VCD: Video Compact Disc

- TV: Televisi

- SCP : Shared Christian Praxis

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media komunikasi pada zaman sekarang berkembang dengan pesat. Hal ini

disebabkan oleh perkembangan teknologi. Banyak penemuan baru di bidang teknologi,

seperti mesin-mesin dan alat-alat elektronik. Beberapa bentuk dan kegiatan manusia

dibantu oleh alat-alat elektronik. Manusia dapat berkomunikasi satu sama lain

walaupun dengan jarak yang cukup jauh. Manusia juga dapat menerima berita-berita

dari seluruh belahan dunia dengan begitu cepat dan mudah. Hal ini menunjukkan

bahwa banyak bidang kehidupan manusia yang telah dipengaruhi oleh elektronika.

Manusia dapat berkomunikasi dengan cepat berkat perkembangan alat komunikasi.

Manusia berkomunikasi dengan orang lain dengan melihat, mendengar dan merasakan.

Gereja Katolik juga menyadari bahwa perkembangan alat-alat komunikasi ini

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu,

Gereja pun ingin memanfaatkannya dalam rangka tugas pewartaan kepada semua

bangsa. Dalam Evangelii Nuntiandi, dikatakan bahwa Gereja akan merasa bersalah di

hadapan Tuhan, jika ia tidak mempergunakan alat-alat yang luar biasa ampuh ini.

Dalam alat-alat itu Gereja menemukan mimbar yang modern dan berdaya guna. Berkat

alat-alat itu Gereja berhasil berbicara kepada semua orang.

Bila kita membaca referensi-referensi tentang media audio visual, banyak orang

mempunyai macam-macam pengertian tentang media audio visual. Sejumlah

pengertian yang telah mereka ungkapkan hampir memiliki maksud yang sama misalnya

sarana audio visual diartikan sebagai media audio yang telah dipadukan dengan media

visual sedemikian rupa sehingga memiliki kekhususan, sederhana, konkret, mudah

1
2

menumbuhkan jawaban (emosianal) merangsang kreativitas dan keterlibatan pribadi,

dapat membawa orang lain ke seluruh penjuru dunia dan masuk ke setiap situasi

konkret. Yang kedua bahwa media audio visual itu diartikan sebagai berikut: pertama-

tama audio visual merupakan istilah umum untuk menunjukan alat-alat komunikasi

soaial yang muncul dari media elektronik. Kedua, secara teoritis media tersebut juga

mencakup semua media baru dari fotografi sampai televisi, dari kaset suara sampai

film panjang, bahkan meliputi juga video dan komputer. (Akhmad, Sudrajat. http://

akhmadsudrajat, Wordpress com)

Media audio visual adalah alat komunikasi yang muncul dari media

elektronik. Yang termasuk dalam media komunikasi antara lain televisi, video, sound

slide, film, dan lain-lain. Media audio visual merupakan perpaduan yang tepat antara

media audio dan media visual. Media audio adalah segala jenis media yang hanya dapat

dinikmati oleh indra pendengar dan mampu mengubah imajinasi para pendengar. Yang

termasuk dalam media audio adalah radio, piringan hitam, tape recorder, sedangkan

media visual semua media yang dapat dinikmati oleh indra penglihat (mata) dan

mampu menimbulkan rangsangan untuk berefleksi, dan yang termasuk media visual

adalah: poster, foto, slide dan cergam.

Beberapa media yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual antara

lain: VCD, televisi, video, DVD, CD, kaset, film, sound slide, radio, piringan hitam,

foto, poster dan cergam. Dengan demikian penulis dapat mengartikan bahwa media

audio visual merupakan perpaduan yang tepat antara media audio dan media visual

yang dapat mengubah imajinasi para pendengar dan penonton serta mengajak para

pendengar dan penonton untuk berefleksi.


3

Dilain pihak kita juga mendengar, bahwa penghargaan terhadap kehidupan

manusia semakin berkurang, sehingga tidak jarang dijumpai dan didengar di televisi,

koran dan media-media lainnya, kasus-kasus praktek aborsi. Aborsi merupakan

masalah moral yang sejak dahulu hangat dibicarakan dan sudah menjadi keprihatinan

semua orang. Dalam berita-berita televisi, sering disiarkan kasus-kasus aborsi yang

dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan kurang kesadaran akan

penghargaan terhadap nilai-nilai kehidupan dalam upaya memelihara kehidupan dan

ciptaan Tuhan. Tindakan aborsi merupakan tindakan yang sangat kejam terhadap orang

yang sangat lemah, tindakan tidak bermoral yang membuat dan menyebabkan kematian

orang lain.

Aborsi yang disengaja atau dengan campur tangan manusia, merupakan

perbuatan yang melanggar hukum, etika dan moral. Namun perbuatan inilah yang

sering muncul di beberapa siaran televisi akhir-akhir ini, seperti yang ada di daerah

Jakarta yang disiarkan pada bulan Januari 2009 lalu, bahwa di sebuah gang sempit

ternyata terjadi praktek aborsi. Rumah seorang bidan praktik yang cukup luas dan

dikenal sebagai tempat bersalin merupakan tempat praktik aborsi. Kenyataan ini

tentunya sangat melanggar etika dan moral yang ada di negara Indonesia, masih banyak

lagi praktik-praktik aborsi lain yang dilakukan oleh dukun beranak di rumah pribadi

secara tersembunyi.

Banyak alasan mengapa orang melakukan aborsi, salah satunya ialah alasan

ekonomi. Faktanya bahwa aborsi bukan saja dilakukan oleh kalangan anak muda,

tetapi justru lebih banyak dilakukan oleh ibu-ibu yang mengalami masalah ekonomi

dan kegagalan KB. Situasi bingung membuat orang tidak dapat berpikir jernih dan tidak

dapat mengambil keputusan dengan lebih baik, akhirnya jalan satu-satunya adalah
4

terpaksa melakukan aborsi tanpa mau tahu akibat dan resiko-resiko dari tindakannya.

rendahnya tingkat kesadaran orang untuk menghargai kehidupan, sehingga janin yang

masih dalam rahim tidak diakui sebagai manusia yang harus dirawat dan dipelihara.

Gereja Katolik sangat menghargai kehidupan, hal ini termuat dalam Dokumen Gerejawi

Familiaris Consortio art. 30 yang menyatakan bahwa, manusia itu adalah Gambar

Allah yang adalah cinta kasih,

Keputusan melakukan aborsi atau tidak, merupakan pilihan yang tidak mudah,

apalagi dalam kasus-kasus tertentu, misalnya kasus pemerkosaan. Anak yang

dikandung akibat perkosaan sering dianggap sebagai aib bagi keluarga dan

menimbulkan trauma yang berkepanjangan bagi korban perkosaan tersebut. Namun

aborsi bukanlah jalan terbaik untuk menghilangkan pengalaman tersebut dan rasa malu

yang ditanggung oleh korban. Dalam situasi seperti ini memang peran moral perlu

dipertanyakan. Orang yang menjadi korban pemerkosaan perlu bimbingan dan arahan

dari orang lain. Karena korban perkosaan bukanlah orang yang menderita penyakit

menular yang harus dijahui. Namun perlu bimbingan dan motivasi agar dalam situasi

sulit yang dihadapinya dapat dilewati, sehingga korban dapat memilih yang terbaik

dalam hidupnya, dengan berusaha merawat anak yang dikandungnya dan tetap berusaha

untuk melahirkan anak tersebut. Kemudian setelah lahir dapat diserahkan pada panti

asuhan atau orang lain yang bersedia merawat dan memelihara anak tersebut.

Situasi bingung sering membuat orang kehilangan kendali dan akal sehat,

sehingga seringkali orang yang hamil tanpa diinginkan terpaksa melakukan aborsi,

karena bagi pelakunya aborsi merupakan jalan keluar satu-satunya yang memang

terpaksa harus dilakukan, tidak mudah menerima situasi dimana orang tidak

menginginkan hal-hal yang buruk terjadi dalam dirinya. Hidup apa pun bentuknya perlu
5

disyukuri, dijaga, dirawat dan dipelihara karena seburuk apa pun hidup, sehat atau

sakit, cacat atau normal, semua itu adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Sang

Pencipta kehidupan. Sebagai manusia yang diciptakan dengan segala kelebihan dan

kekurangan hendaklah memelihara dan mensyukuri kehidupan yang dipercayakan

kepadanya.

Para kaum muda (mahasiswi) merupakan pribadi yang memiliki rasa penasaran

yang begitu tinggi sehingga selalu ingin mencoba hal-hal yang bersifat baru dan

kadang-kadang tanpa memikirkan akibatnya bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain.

Tidak jarang dijumpai kaum muda yang terjerumus dalam permasalahan-permasalahan

yang tidak diinginkan misalnya, narkotika, tawuran, perkelahian dan seks bebas.

Budaya yang begitu profan dan pengaruh arus zaman yang selalu menggoda tersebut,

terkadang membuat kaum muda kurang menyadari tugas dan tanggung jawab

mereka, misalnya sebagai seorang pelajar/mahasiswi sebagai warga masyarakat dan

sebagai warga Gereja.

Adapun alasan peneliti memilih mahasiswi yang tinggal di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta, karena penulis merasa bahwa para

mahasiswi yang tinggal di asrama ini adalah mahasiswi yang perlu diberi arahan atau

bimbingan yang berhubungan dengan masalah moral, seks, dan etika pergaulan. Karena

para mahasiswi ini memang berasal dari latar belakang yang keluarga kurangnya

pendidikan dalam bidang seks karena bagi orangtua tertentu seks itu hal yang tabu bila

dibicarakan di depan anak-anak, sehingga anak-anak tidak tahu dan tentunya ada

motivasi atau keinginan untuk coba-coba. Penulis memberi arahan kepada mahasiswi

ini mengingat usia mereka juga sudah pantas dan perlu tahu tentang akibat-akibat dari

pergaulan bebas dan melakukan praktik aborsi. Arahan semacam ini sangat penting
6

karena di asrama sendiri pernah terjadi aborsi yang dilakukan oleh salah satu penghuni

asrama dan terpaksa harus dikeluarkan dari asrama dan terpaksa menggantikan semua

biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Gejala-gejala seperti ini tentunya perlu

kita khawatirkan dan kita atasi, sehingga tidak terjadi lagi hal-hal tindakan aborsi yang

baru yang tidak diinginkan.

Gambaran di atas cukup mewakili keadaan mahasiswi yang tinggal di Asrama

Kabupaten Landak, Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta. Mahasiswi yang tinggal

di asrama ini umumnya mahasiswi yang beragama Katolik namun jika dilihat

kehidupan para mahasiswi cukup memprihatinkan, mahasiswi di Asrama ini cukup

terpengaruh oleh hal-hal baru yang mereka jumpai di Yogyakarta ini, karena di sini

mereka merasa lepas dan bebas dari kontrol orang tua. Jadi, apa pun yang mereka

perbuat atau lakukan tidak ada yang tahu. Keadaan mahasiswi yang tinggal di asrama

ini rata-rata berasal dari keluarga biasa dan para mahasiswi ini juga merupakan utusan

pemerintah daerah setempat yang juga dibiayai oleh pemerintah setempat. Para

mahasiswi yang tinggal di Asrama ini adalah orang-orang yang umumnya dipersiapkan

menjadi seorang guru, pendidik dan mereka kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta

(UNY) fakultas keguruan dan ilmu pendidikan dengan berbagai macam jurusan.

Dari segi pergaulan para mahasiswi ini memang kurang ada kontrol karena tidak

memiliki pembina asrama, sehingga terkesan bebas. Aturan yang ada kurang ditaati

oleh para mahasiswi ini apalagi dengan berbagai alasan, yakni sibuk dengan urusan

kuliah, tugas-tugas lainnya, namun kesempatan ini kadang mereka gunakan untuk hal-

hal lain bukan semata-mata urusan kuliah saja. Pergaulan dengan lawan jenis pun

kurang diperhatikan sehingga banyak yang salah pergaulan dan kemudian hamil diluar

nikah. Sementara untuk pertanggungjawabannya masih kurang diperhatikan sehingga


7

beberapa orang terpaksa mengambil jalan pintas dengan melakukan aborsi dan pergi ke

dukun beranak yang biayanya cukup murah.

Mahasiswi yang ada di asrama ini juga kurang mendapat bimbingan rohani

karena di sini tidak ada pembimbing, dalam segala hal diatur sendiri. Aborsi bagi

mereka bukanlah hal yang tabu atau tidak layak tetapi sudah merupakan rahasia umum

yang seolah-olah bahwa semua kaum perempuan sudah pernah melakukan hal tersebut.

Banyak juga di antara mereka yang akhirnya tidak melanjutkan studi atau gagal karena

pergaulan yang sudah terlalu bebas, ada juga yang setelah melakukan aborsi mengalami

gangguan dari segi fisik dan jiwa, mulai kehilangan harapan, merasa dikejar-kejar oleh

dosa, trauma, rasa bersalah yang berkepanjangan. Akibat-akibat seperti itu akhirnya

menghambat studi mereka.

Melihat kenyataan ini dan berangkat dari pengalaman mereka, penulis sebagai

kaum perempuan, sungguh sangat prihatian dengan situasi mereka, sehingga peneliti

menawarkan untuk diadakan pendalaman iman di Asrama dan banyak juga diantara

mereka yang senang dengan tawaran peneliti. Peneliti ingin mengingatkan mereka

mengenai aborsi dan bahaya yang terjadi setelah melakukan aborsi serta bagaimana

Kitab Suci dan Tradisi Gereja Katolik sendiri sangat menentang tindakan aborsi.

Kaum muda merupakan ujung tombak perkembangan Gereja Katolik di masa

yang akan datang jika Gereja melihat hal ini sangat penting, maka sudah selayaknyalah

Gereja memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perkembangan kaum muda.

Gejala yang terjadi akhir-akhir ini diberbagai tempat, menunjukan bahwa kaum muda

mulai enggan terlibat dan kurang memperhatikan perkembangan iman mereka, apalagi

di Asrama ini ada yang tidak tahu dimana Gereja Katolik terdekat yang bisa mereka
8

jangkau atau mau ikut bergabung dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Keadaan

ini sungguh meprihatinkan.

Melalui media audio visual para mahasiswi diingatkan kembali mengenai

tindakan aborsi. Media audio visual yang akan dilihat di sini adalah dengan

menggunakan film yang menceritakan kisah aborsi. Kaum muda dibantu untuk

semakin memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai aborsi itu sendiri, dan kaum

muda dapat semakin siap dalam menata masa depan mereka menjadi harapan bangsa

dan Gereja yang berkualitas.

Dari beberapa persoalan di atas media audio visual sungguh dapat berperan

dalam membantu meningkatkan pemahaman mahasiswi tentang aborsi. Dengan

pemanfaatan media audio visual diharapkan ajaran-ajaran iman dapat lebih mudah

ditangkap dan dipahami oleh para mahasiswi. Salah satu kriteria yang dapat dilihat dari

media tersebut adalah tingkat pemahaman mahasiswi tentang praktik aborsi. Dalam hal

ini tingkat pemahaman mereka tentang aborsi secara teoritis merupakan cerminan dari

apa yang mereka tangkap dan peroleh lewat katekese yang dilakukan sebanyak tiga kali

di Asrama.

Media audio visual dengan menggunakan film dipilih sebagai sarana

pendampingan para mahasiswi. Film ini akan mengangkat permasalahan-permasalahan

mahasiswi seputar kehidupan mereka sehingga mahasiswi merasa sungguh diperhatikan

dalam pergaulan mereka dan dapat lebih waspada dalam pergaulan dan dalam tindakan.

Selain itu film, buku, majalah dan bacaan-bacaan tentang aborsi mudah didapat sebagai

sumber pengetahuan dan sarana untuk memperluas wawasan. Dengan itu penulis

memberi judul pada skripsi ini yaitu


9

“Meningkatkan Pemahaman Mahasiswi tentang Aborsi bagi Mahasiswi Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta melalui Katekese Audio Visual”.

B. Rumusan Permasalahan

Masalah yang akan dikaji lebih dalam lewat penelitian ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan aborsi?

2. Seberapa jauh pemahaman mahasiswi mengenai aborsi itu sendiri?

3. Seberapa besar pengaruh Katekese audio visual dalam meningkatkan pemahaman

mahasiswi tentang aborsi.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian dan penulisan skripsi ini antara lain :

1. Tujuan bagi mahasiswi

a. Untuk mengetahui pengaruh katekese audio visual yang digunakan dalam katekese

tentang aborsi.

b. Untuk memaparkan pengertian aborsi bagi mahasiswi.

c. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswi terhadap aborsi.

2. Tujuan bagi diri sendiri

a. Semakin memilki keterampilan dalam penggunaan sarana media audio visual dalam

berkatekese.

b. Lebih diperkaya dan memperoleh pengetahuan baru dalam hal aborsi.


10

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini akan diperoleh beberapa

manfaat:

1. Manfaat bagi mahasiswa Asrama Kabupaten Landak

a. Semakin memiliki pengetahuan dan wawasan baru tentang katekese audio visual

dalam membantu meningkatkan pemahaman tentang aborsi.

b. Agar mahasiswi Asrama Kabupaten Landak semakin memahami tentang

pengertian aborsi.

2. Manfaat bagi Peneliti

a. Semakin memiliki pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam penelitian.

b. Memperoleh wawasan dan pengetahuan baru dalam hal aborsi.

c. Semakin memahami katekese audio visual dan semakin memiliki katerampilan

dalam penggunaannya.

3. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

a. Memberikan wawasan bagi ilmu pengetahuan dalam hal katekese audio visual.

b. Memberikan pemahaman-pemahaman tentang aborsi.

E. Metode penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis,

yaitu memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan
11

pemecahan yang tepat. Selain itu juga, penulis menggunakan studi pustaka serta

mencari sumber-sumber yang relevan dan mendukung.

F. Sistematika Penulisan

Judul dari skripsi ini adalah ” Meningkatkan Pemahaman Mahasiswi

Tentang Aborsi Bagi Mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di

Yogyakarta melalui Katekese Audio Visual yang dipaparkan dalam lima bab berikut

ini:

Bab I ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa bagian di

antaranya: latar belakang penelitian yang terdiri dari masalah faktual, idealitas dan

aktual yang merupakan alasan mengapa peneliti memilih judul ini. Rumusan

permasalahan dalam bagian ini peneliti mencoba merumuskan beberapa permasalahan

yang dianggap merupakan keprihatinan dan perlu dicari solusinya. Tujuan penelitian

dalam bagian ini peneliti menyebutkan beberapa tujuan dari penelitian skripsi ini.

Manfaat penelitian pada bagian ini akan disampaikan beberapa manfaat dari penelitian,

dibagi menjadi tiga yaitu bagi para mahasiswi, bagi peneliti dan bagi ilmu

pengetahuan.

Bab II akan membahas dua bagian, yaitu bagiam pertama membahas tentang

gambaran aborsi yang terdiri dari sejarah aborsi sendiri, pengertian aborsi, macam-

macam jenis aborsi, akibat-akibat dari aborsi, abortus menurut ilmu kedokteran, abortus

provocatus, definisi janin, tradisi dan ajaran resmi Gereja Katolik tentang aborsi, pro

dan kontra terhadap abortus. Bagian kedua membahas tentang Gambaran Umum

tentang Katekese Umat, Pengertian Katekese, Tujuan Katekese Umat, Isi dan Tema
12

Katekese Umat, Peserta Katekese Umat, Sarana dan Metode Katekese Umat dan

Katekese Audio Visual sebagai Salah satu model Katekese.

Dalam bab III ini penulis membahas metodologi penelitian dan hasil penelitian

yang penulis peroleh lewat wawancara yang dilakukan dalam bentuk sharing kelompok.

Penulis juga membuat perbandingan pemahaman mahasiswi dengan menggunakan

katekese media audio visual dan tanpa menggunakan katekese audio visual, kemudian

perbandingan tersebut penulis analisis lagi untuk dapat mengetahui bahwa media sangat

berperan dalam meningkatkan pemahaman mahasiswi tentang aborsi.

Pada bab IV ini akan diuraikan tentang usulan program SCP (Shared Christian

Praxis) dengan sarana media audio visual di Asrama Mahasiswi Kabupaten Landak

Kalimantan Barat di Yogyakarta yang meliputi: latar belakang program, tujuan

program, materi program, usulan program dan contoh persiapan program.

Bab V berisi kesimpulan dan saran terhadap keseluruhan proses penulisan

skripsi ini.
BAB II

PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG ABORSI

DAN KATEKESE AUDIO VISUAL

A. Gambaran U mum tentang Aborsi

Aborsi merupakan masalah moral yang tidak pernah berhenti dibicarakan

sejak jaman dahulu sampai sekarang. bahasa aborsi dikalangan masyarakat kita

bukanlah bahasa yang luar biasa lagi, karena banyak sekali bacaan, media dan siaran-

siaran televisi yang memuat berita tentang aborsi.

1. Sejarah Aborsi

Dalam buku Aborsi Sebagai Masalah Etika K. Bertens mengatakan bahwa

sepanjang sejarah umat manusia, aborsi dan juga infanticide (pembunuhan anak kecil)

sering ditemukan di berbagai tempat dan kebudayaan. Tetapi secara umum dapat

dikatakan, dulu aborsi hampir selalu dipraktikkan di luar profesi medis atau di

pinggiran profesi medis: oleh ”dukun” atau profesional medis yang tidak resmi, seperti

bidan. Salah satu alasan adalah bahwa kondisi kehamilan yang normal saat itu tidak

dilihat sebagai wilayah profesi medis. Para dokter menangani orang sakit dan ibu hamil

tidak dianggap orang sakit. Pengasuhan ibu hamil ditanggung oleh bidan atau dukun

beranak. Baru dalam abad ke-19 kehamilan mulai diterima sebagai kondisi medis yang

perlu ditangani oleh dokter.

K. Bertens, 2002: dalam bukunya Aborsi Sebagai Masalah Etika. Mengatakan

bahwa Profesi medis sendiri dengan tegas menolak aborsi. Suara para

dokter berkumandang dengan lebih jelas sejak mereka berhimpun dalam organisasi-

13
14

organisasi profesi yang resmi. Misalnya American Medical Association (AMA) yang

disiarkan pada tahun 1847, dalam muktamarnya yang perdana mengeluarkan

pernyataan anti aborsi yang keras. Sikap anti-aborsi itu menandai juga ikatan-ikatan

dokter yang terbentuk di negara-negara lain dan dapat dimengerti mereka berdampak

kuat atas kebijakan negara masing-masing. Peraturan hukum anti aborsi di banyak

negara baru disusun selama abad ke-19. Di Amerika Serikat, sebelum 1800 tidak satu

negara bagian pun yang memiliki peraturan yang melarang aborsi.

Setelah berabad-abad lamanya menjadi pegangan etis untuk profesi kedokteran

dalam bentuk aslinya, baru sesudah perang dunia II sumpah Hippokrates dirumuskan

kembali. Deklarasi Jenewa yang dikeluarkan oleh Asosiasi Kedokteran Dunia (WMA)

pada 1948 merupakan upaya untuk menuangkannya dalam bentuk modern. Deklarasi

ini menjadi sumber bagi semua anggota WMA untuk merumuskan Sumpah Dokter

mereka masing-masing termasuk juga Indonesia (K.Bertens, 2002: 7).

Dalam buku Aborsi Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari seorang psikiater

menyatakan beberapa kondisi aborsi sebagai berikut:

a. Kondisi aborsi di dunia menyebutkan

1) Sebanyak 19 juta perempuan di seluruh dunia melakukan aborsi tidak aman setiap

tahunnya. 18,5 juta terjadi di dunia berkembang. Negara-negara Afrika sebanyak

4,2 juta, di negara-negara Asia sebanyak 10,5 juta, di negara Amerika Latin dan

Karibia sebanyak 3,8 juta.

2) Sebanyak 68.000 perempuan di negara berkembang meninggal akibat komplikasi

aborsi yang tidak aman setiap tahun, di negara-negara Afrika sebanyak 30.000, di
15

negara-negara Asia sebanyak 34.000, di negara Amerika Latin dan Karibia

sebanyak 4.000.

3) Di Afrika 59% dari seluruh kasus aborsi yang tidak aman dilakukan oleh

perempuan berusia 15-24 tahun (Dadang Hawari, 2006: 56).

b. Kondisi aborsi di Amerika serikat menyebutkan bahwa:

1) Pada tahun 1900 berlaku larangan aborsi kecuali untuk menyelamatkan hidup ibu,

itu pun harus ada persetujuan dua dokter atau lebih.

2) Pada tahun 1960-an legalisasi aborsi mulai dipertimbangkan untuk merespon

perubahan opini publik dan masukan dari dunia medis, hukum, keagamaan dan

organisasi sosial.

3) Pada tahun 1965 sebanyak 50 negara bagian melarang aborsi kecuali dengan

beberapa alasan seperti menyelamatkan hidup sang ibu, akibat perkosaan, incest

atau janin tersebut cacat. Kelompok seperti liga aksi Hak Aborsi Nasional (National

Abostion Rights Action League) dan pelayanan konsultasi pendeta untuk aborsi

bekerja untuk membebaskan hukum aborsi.

4) Pada tahun 1973 aborsi dilegalkan oleh 17 negara bagian. Ada beberapa ketentuan

dalam perundang-undangan tentang aborsi. Misalnya pada trimester pertama

kehamilan, negara tidak dapat menghalangi perempuan untuk melakukan aborsi

atas izin medis. Selama trismester kedua, negara dapat mengatur prosedur aborsi

hanya untuk melindungi kesehatan perempuan. Dan trismester ketiga, negara dapat

mengatur untuk melindungi janin tidak mengorbankan kelangsungan hidup dan

kesehatan perempuan.
16

5) Pada tahun 1978 bantuan pembiayaan medis dalam jumlah terbatas diberikan untuk

kasus aborsi pada perempuan miskin, mempunyai resiko kesehatan/hidup atau

kasus incest. Setelahnya jumlah kasus aborsi turun 96% dari 250.000 menjadi 2.421

per tahun (Dadang Hawari, 2006: 56-58).

c. Kondisi aborsi Belanda menyebutkan:

1) Pada tahun 1953 terakhir kalinya seorang dokter ditahan karena melakukan aborsi.

2) Pada bulan april 1981 Parlemen Belanda mulai menyiapkan UU tentang aborsi.

Belanda merupakan salah satu negara yang melegalkan aborsi. Dalam salah satu

pasal, perempuan yang melakukan aborsi pada usia kehamilan lanjut tidak dapat

dihukum. Ini berlaku di luar negeri maupun di Belanda, walaupun demikian para

dokter di Belanda wajib melaporkan aborsi yang dilakukan. Sebuah komisi khusus

menentukan apakah janin benar-benar tidak dapat hidup di luar kandungan.

3) pada tahun 1986 setelah setahun kampanye gerakan feminisme di Belanda,

pemerintah akhirnya mulai melakukan sistem perawatan kesehatan. Angka aborsi

menjadi lebih rendah dari negara mana pun. Itu terjadi karena pendidikan seks

yang konperhensif dan program keluarga berencana di negri ini (Dadang Hawari,

2006: 58-59).

d. Kondisi aborsi di Indonesia menyatakan bahwa aborsi diatur oleh:

1) UU No.1 Tahun 1946, tentang Kitab-Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP): ”dengan alasan apa pun aborsi adalah tindakan melanggar hukum”,

sampai saat ini masih diterapkan.


17

2) UU No. 7 Tahun 1984, tentang pengesahan konvensi penghapusan segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan.

3) UU No. 23 Tahun 1992, tentang kesehatan: ”dalam kondisi tertentu bisa dilakukan

tindakan medis tertentu (aborsi)”, sampai saat ini masih diterapkan (Dadang

Hawari, 2006: 59).

2. Pengertian aborsi

Aborsi berasal dari kata bahasa latin Abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi

dari uterus secara prematur pada umur dimana janin itu belum bisa hidup di luar

kandungan. Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu.

Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu

sehingga mengakibatkan kematian; sedangkan pengeluaran janin sesudah berumur 24

minggu dan mati tidak disebut aborsi tetapi pembunuhan bayi (infanticide). Sedangkan

dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya

konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian (DR. CB.

Kusmaryanto, SCJ. 2005:15)

Aborsi adalah berakhirnya kehamilan dapat terjadi secara spontan akibat

kelainan fisik wanita atau akibat penyakit biomedis internal atau mungkin disengaja

melalui campur tangan manusia. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meminum obat-

obatan tertentu dengan tujuan mengakhiri kehamilan atau mengunjungi dokter dengan

tujuan meminta pertolongannya untuk mengakhiri kehamilan, baik mengosongkan isi

rahim melalui proses penyedotan atau dengan melebarkan leher rahim dan menguret

isinya. Tetapi bila kehamilan telah berada dalam tahap lanjut, maka digunakan metode

lain. Contohnya, cairan amniotik, cairan ketuban yang berfungsi sebagai alat
18

pengeluaran kotoran janin dan menjaga posisi janin merata, yang membalut janin

disedot dan suatu larutan garam dan air dimasukan ke dalamnya sehingga menyebabkan

keguguran (Prawirohardjo, 1987).

Setiap aborsi spontan yang terjadi karena faktor-faktor biomedis internal disebut

sebagai keguguran yang demikian ini tidak menjadi kotroversi. Etika, agama, hukum

mempersoalkan aborsi yang terjadi akibat campur tangan manusia secara langsung,

apakah dengan cara menyakiti diri atau cara lain. Semua ini memiliki implikasi agama,

etika dan hukum. Karena itu, dari definisi di atas harus dipahami bahwa aborsi

sebenarnya adalah setiap tindakan yang diambil dengan tujuan meniadakan janin dari

rahim wanita sebelum akhir dari masa alamiah kehamilan.

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for

Social Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan

sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur, atau sel telur yang

diproduksi oleh wanita (ovum), yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia

janin (fetus) mencapai 8 minggu sampai kelahirannya. Di Indonesia, belum ada batasan

resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu

dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus

didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan

pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu

dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.

Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan keempat masa

kehamilan).
19

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa

dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau

janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak

disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk

melakukan tindakan medis tertentu.

Aborsi adalah pengguguran kandungan terminasi (penghentian) kehamilan

yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan

berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah

kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneus). Abortus

provocatus meliputi:

a. Abortus provocatus medicalis, yakni penghentian kehamilan (terminasi) yang

disengaja karena alasan medik. Praktik ini dapat dipertimbangkan, dapat

dipertanggung-jawabkan, dan dibenarkan oleh hukum.

b. Abortus provocatus criminalis, yakni penghentian kehamilan (terminasi) atau

pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran melanggar hukum agama dan

melanggar undang-undang (kriminal). Cara tersebut kasusnya dapat diperkarakan,

dan haram menurut Syariat Islam.

3. Macam-macam jenis aborsi

a. Abortus spontaneus (AS)

Terjadi spontan tanpa campur tangan manusia.

b. Abortus provocatus (AP)

Terjadi dengan campur tangan manusia dengan alasan tertentu.


20

c. AP medicinalis/terapeutik

Dengan alasan medis karena membahayakan dan ingin menyelamatkan jiwa ibu

atau dapat mengakibatkan kerusakan fatal pada ibu sangat sulit dan dilematis terjadi

konflik hak hidup : ibu/janin?

d. AP criminalis

Alasan lain di luar medis dan dilarang hukum.

e. Abortus provocatus criminalis (APC)

Tujuan :

1) Untuk menutupi rasa malu, menjaga nama baik, dll.

2) Menghilangkan tekanan batin karena hamil diluar nikah.

3) Kehamilan di luar rencana.

4) Diperkirakan janin dalam kandungan cacat.

5) Bagi yang sudah menikah karena tekanan ekonomi, banyak anak, menikmati

bulan madu, dll.

Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian; yakni Aborsi

Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion).

Yang dimaksud dengan Aborsi Spontan yakni Aborsi yang tanpa kesengajaan

(keguguran). Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:

a). Abortus Iminen.

Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan threaten Abortion, (ancaman

keguguran). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan

ancaman bakal terjadi keguguran.


21

b). Abortus Incomplitus.

Secara sederhana bisa disebut aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi

pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit. Abortus Komplitus yang satu ini

aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya

keluar.

c). Abortus Incipien.

Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya tetapi belum

dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion, yakni buah

kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.

Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni

Abortus Provokatus Medicinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan).

d). Dilatation dan Curettage

Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke dalam

rahim, kemudian janin yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding

rahim dan dibuang keluar. Umumnya akan terjadi banyak pendarahan, cara ini

dilakukan terhadap kehamilan yang berusia 12-13 minggu.

e). Suction (Sedot)

Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan sebuah

tabung ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga
22

bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk

ke dalam sebuah botol.

f). Peracunan dengan garam

Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika sudah

cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak dan larutan

garam yang pekat dimasukkan ke dalam kandungan itu.

g). Histeromia atau bedah Caesar

Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan cara operasi

terhadap kandungan.

h). Prostaglandin

Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang

dikembangkan Upjohn Pharmaccutical Co. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan

rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar.

4. Akibat-akibat dari aborsi

Setiap perbuatan tentunya selalu mengandung akibat pada dirinya, entah itu baik

atau pun buruk. Jika ia berbuat baik maka balasan kebaikan pula yang akan

diperolehnya demikian sebaliknya. Seorang pelaku kejahatan akan menerima ganjaran

dari perbuatannya, baik secara yuridis disidang di muka pengadilan kemudian

mendapat ganjaran dipidana, maupun sanksi-sanksi tidaktegas yang diperoleh dari


23

masyarakat yang berupa cemoohan, pengucilan bahkan bisa dihakimi oleh masyarakat

sendiri (Ekotama, Suryono Dkk, 2001: 51).

Seorang wanita yang melakukan abortus provocatus pasti juga akan menerima

akibat-akibatnya. Akibat secara fisik antara lain: kesakitan, rasa bersalah seumur hidup

bahkan sampai membawa pada kematian. Dari masyarakat sendiri bisa menerima

cemoohan, dikucilkan dan ejekkan. Kemudian akibat yang bersumber dari norma-

norma yang ada dalam masyarakat akan menerima ganjaran pidana, bila memang

terbukti bersalah di muka pengadilan. Wanita yang melakukan pengguguran pasti akan

menerima akibat-akibat seperti yang sisebutkan di atas. Akibat-akibat yang terjadi

tentunya di tanggung oleh wanita hamil yang bersangkutan berbeda-beda, tergantung

pada usia kehamilannya. Usia kehamilan yang masih muda tentunya resiko yang di

tanggung lebih kecil, semakin tua usia kehamilan semakin berat pula resiko yang akan

di tanggung dan bahkan sampai mengakibatkan kematian (Ekotama, Suryono Dkk,

2001: 51).

5. Abortus Menurut Ilmu Kedokteran

Dalam pengertian kedokteran, abortus (baik keguguran atau penguguran

kandungan) berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel

telur yang sudah dibuahi (blastosit) stadium awal perkembangan embrio sekitar

penempelannya di dinding rahim sampai kehamilan berusia 28 minggu dihitung sejak

haid terakhir. Itu diambil karena sebelum berusia 28 minggu, janin belum dapat hidup

di uar rahim (Gunawan, 1992:40). Aborsi itu sendiri dapat terjadi melalui dua cara

yaitu aborsi spontan yang merupakan reaksi alami dari rahim wanita terhadap janin

yang perkembangannya sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dipertahankan lagi,


24

dan abortus provocatus yang terjadi karena secara sengaja dipacu dari luar. Abortus

spontan, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai keguguran, tentu tidak

menimbulkan kontroversi dari segi etika maupun hukum.

6. Abortus Provocatus

Menurut Lafal Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia seorang

dokter harus menghormati hidup insani sejak pembuahan. Kitab undang-undang pidana

yang sejak tahun 1918 berlaku di Indonesia tidak membenarkan tindakan pengguguran

dengan dalih apa pun (Anonim, 1983). Pengguguran kandungan dianggap suatu

tindakan pidana yang dapat dikenakan hukuman. Banyak buah pikiran dan pendapat

tentang abortus provocatus yang diumumkan oleh ahli-ahli dalam bermacam-macam

bidang seperti agama, sosial, hukum, eugenetika, dan sebagainya. Ada yang pro dan

kontra tentang abortus provocatus, tetapi setidaknya terdapat tiga pendirian yang

mewakili: pendirian konservatif, pendirian liberal dan pendirian moderat.

Abortus provocatus menjadi masalah yang kontroversial karena melibatkan

unsur luar yang disengaja karena suatu alasan tertentu yang memungkinkan terjadinya

penggagalan kelahiran yang disengaja, sedang disisi lain janin juga memiliki hak hidup

bagaimana layaknya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Campur tangan manusia

dalam pencegahan kelahiran selain dapat berakibat positif juga dapat berakibat negatif,

akan tetapi yang menjadi inti permasalahan pokok disini adalah apakah manusia berhak

mengatur dan merubah kehidupan manusia lain meskipun berupa janin: apakah

tindakan tersebut tidak melawan kodrat manusia? Dengan bahasa agama, dapat

dipertanyakan, apakah manusia mempunyai kewenangan menentukan nasib dan kodrat

manusia lain yang merupakan batas kekuasaan Tuhan.


25

Aborsi telah dilakukan sepanjang zaman di negara mana pun. Pada umumnya

setiap negara mempunyai undang-undang yang melarang abortus, tetapi larangan itu

tidak mutlak sifatnya. Abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai tindakan

pengobatan apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya

maut (abortus provocatus therapeuticus). Indikasi medik ini dapat berubah-ubah

menurut indikasi ilmu kedokteran. Beberapa penyakit seperti hipertensi, tuberculosis,

dan sebagainya tidak lagi dijadikan indikasi untuk melakukan abortus. Sebaliknya ada

pula pendirian yang membenarkan indikasi sosial, humaniter, dan eugenetika seperti

misalnya di negara Swedia dan Swis, yaitu bukan semata-mata untuk menolong ibu,

melainkan juga dengan pertimbangan demi keselamatan anak baik jasmaniah maupun

rohaniah (Gunawan, 1992:41).

Di beberapa negara lain, seperti Malaysia, Pakistan, Banglades, India, Filipina,

undang-undang mengenai abortus telah mengalami perubahan bahkan ada negara,

seperti negara Cina, dimana abortus baik berdasarkan alasan kesehatan maupun alasan

lain, secara resmi diizinkan. Sedangkan di Indonesia ada ketentuan yang perlu ditaati

agar abortus tidak dilakukan secara sewenang-wenang atau tanpa indikasi kuat

diperlukan pendapat dua orang dokter lain. Seorang di antaranya ahli kebidanan dengan

disertai persetujuan tertulis dari wanita hamil yang bersangkutan dan suaminya atau

keluarga yang terdekat.

Di negara kita abortus provocatus dilarang oleh agama, moral, adat, dan hukum.

Pasal 346-349 KUHP mengancam dengan hukuman penjara barang siapa melakukan

sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan gugur atau matinya kandungan. Dalam

kode etik kedokteran Indonesia pasal 9 tercantum bahwa seorang dokter wajib

melindungi hidup insani (Anonim, 1983). Meskipun demikian, ada kalanya seorang
26

dokter melakukan pengguguran kandungan juga, kalau itu satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan nyawa si ibu. Menurut hukum dokter tersebut melanggar undang-

undang yang berlaku, tetapi tidak dituntut karena penuntut umum memahami indikasi

medik yang menjadi dasar pengguguran. Oleh karena itu, supaya terhindar dari

kemungkinan dihadapkan kepada pengadilan, indikasi medik harus betul-betul kokoh.

Di samping itu, keputusan untuk bertindak harus diambil oleh sekurang-kurangnya dua

dokter dan sedapat mungkin satu di antaranya seorang ahli kandungan.

Di Indonesia banyak dilakukan pengguguran, baik abortus provocatus

therapeuticus maupun abortus provocatus criminalis. Akan tetapi jarang orang yang

melakukan aborsi diajukan di muka pengadilan dan hukum. Memang pada umumnya

tidak mudah untuk membuktikan, bahwa seseorang melakukan abortus, oleh karena

wanita yang bersangkutan tidak akan mengadu. Hanya kalau terjadi kematian sebagi

komplikasi, pengguguran baru dapat diungkap Seorang dokter yang mengetahui bahwa

penderita yang ditangani telah mengalami keguguran oleh seorang teman sejawat atau

oleh orang lain tidak dapat mengungkapkannya, oleh karena akan melanggar rahasia

profesi apabila wanita yang bersangkutan tidak memberikan persetujuannya. Dalam

keadaan demikian dokter tersebut akan menghadapi dilema yaitu dia harus

memberitahukannya kepada yang berwenang agar rakyat terhindar dari praktik-praktik

seorang penggugur yang dapat membahayakan. Tetapi dengan mengungkapkan

peristiwa abortus tanpa izin wanita yang bersangkutan dokter dapat dituntut, karena

melanggar rahasia profesi (Prisma, 1994:Vol XXIII).

Cara baru untuk menghentikan kelahiran seperti M.R. (Menstrual regulation)

atau mengatur haid, terutama bila dipakai dalam rangka program KB, akan

menimbulkan berbagai masalah sosial dan hukum. Dapatkah M.R. dianggap sebagai
27

pengguguran? Jika demikian, dapatkah dibuktikan bahwa wanita hamil yang

mengalami M.R. memang benar hamil? Pertanyaan lain ialah tentang hak janin untuk

hidup. Kapan janin sudah dapat dianggap bernyawa dan sebagainya (Gunawan,

1992:42).

Mengingat berbagai pertanyaan di atas, pandangan masyarakat tentang abortus

telah berubah dan adanya kenyataan bahwa pengguguran dibahas secara mendalam.

Undang-undang serta peraturan-peraturan yang ada ditinjau kembali dan

disempurnakan. Selain segi etika dan hukum, perlu diperhatikan pendapat kalangan

agama dan masyarakat. Agama Islam misalnya, walaupun pada dasarnya tidak

membenarkan abortus, membolehkan pengguguran pada waktu janin dianggap belum

bernyawa, yaitu sebelum kehamilan empat bulan, jika ada alasan yang kuat agar dokter

yang melakukan abortus dapat bekerja dengan rasa aman. Perlu dibuat peraturan yang

menentukan kapan abortus dapat dilakukan, oleh siapa, dimana, dan sebagainya.

7. Definisi Janin

Istilah janin berasal dari bahasa Arab yang secara harafiah berarti sesuatu yang

diselubungi atau ditutup-tutupi. Jadi, dari definisi ini janin berarti sesuatu yang

akan terbentuk dalam rahim wanita dari saat pembuahan sampai kelahiran (Ebrahim,

1997:136). Dalam bahasa inggris disebut embrio yang berarti stadium perkembangan

awal suatu organisme. Pada tumbuhan tinggi, stadium ini berlangsung sejak fertilisasi

hingga kelahiran. Pada mamalia, masa embrional berlangsung sejak fertilisasi hingga

kelahiran. Dalam pengertian embrio yang mengandung beridentik dengan janin, arti

khusus bagi reproduksi manusia, embrio dapat diartikan sebagai stadium perkembangan

antara stadium telur dan stadium; seperti pada manusia embrio dapat diartikan sebagai
28

stadium perkembangan sejak umur 2-8 minggu setelah fertilisasi. Embriogeni adalah

proses terbentuknya embrio. Segera setelah telur dibuahi atau difertilisasi, terbentuklah

individu baru, yang terdiri atas satu sel, yaitu zigot. Sel zigot membelah-belah diri

dengan cepat membentuk 2, 4, 8 sel, dan seterusnya. Proses pembelahan sel embrio

(cleavage) itu berlangsung cepat dan terjadilah beberapa stadia perkembangan embrio,

yakni, morula, blastula, dan gastrula (Heuken,1997: 87).

Sering kali embrio dikatakan sebagai fetus, akan tetapi menurut ilmu biologi

dibedakan. Fetus suatu stadium perkembangan janin manusia dari minggu kedelapan

sampai dilahirkan. Pada stadium fetus ini kebanyakan system organ telah berkembang

sehingga mencapai bentuknya yang sempurna. Pertumbuhan badan bertambah dengan

cepat terutama pada umur kehamilan bulan ketiga dan keempat, serta pada bulan

terakhir kehamilan. Perubahan dari stadium embrio sebelumnya ke stadium fetus

tidaklah mendadak, tetapi jelas ada perubahan bentuk janin dari segumpal sel tanpa

bentuk (stadium embrio) menjadi fetus yang menyerupai manusia. Banyak jaringan dan

organ yang sudah berkembang sejak stadium embrio akan berkembang pada stadium

fetus ini. Pada fetus, jantung telah berdenyut dan dengan bantuan stetoskop bunyi

jantung dapat didengar dari luar. Paru-paru belum berkembang karena fetus masih

berada di dalam cairan ketuban. Ginjal dan saluran pencernaan sudah mulai bekerja,

sehingga fetus di dalam kandungan sudah dapat mengeluarkan air seni. Di dalam

saluran pencernaan terdapat juga isi yang disebut mekonium. Bila mekonium ini keluar,

fetus berada dalam keadaan bahaya. Terhadap pengaruh teratogen seperti obat-obatan,

virus, dan radiasi, fetus lebih tahan dari pada stadium embrio, karena pembentukan

organ sudah hampir tidak ada lagi dan pertumbuhan organ juga tidak terlalu cepat.

Stadium fetus hanya sampai saat kelahiran. Setelah lahir fetus disebut bayi. Perkiraan
29

tanggal lahir fetus secara kasar ditetapkan 266 hari setelah terjadinya fertilisasi atau 280

hari setelah hari pertama menstruasi berakhir. Kebanyakkan fetus dilahirkan 10 sampai

15 hari sebelum tanggal yang diperkirakan tadi, tetapi ada kalanya terjadi

keterlambatan 10-20 hari dari waktu yang diperkirakan. Bila terjadi hal demikian, fetus

yang lewat waktu (post maturitas) biasanya mengalami penyusutan berat badan dan

perubahan kulit menjadi seperti kertas perkamen (Heuken, 1997: 286).

Secara sains dapat dikatakan bahwa kehidupan seseorang berada pada suatu

kontinum sejak pembuahan sampai kematian. Ada empat tahap perkembangan janin.

“zigot” telur wanita (ovum) yang telah dibuahi oleh sperma laki-laki dalam saluran

falopi (saluran telur) wanita. Zigot ini berada di sana tinggal selama sekitar tiga hari.

Saat itulah pembelahan sel dimulai. “Blatosis” adalah tahap yang dimulai dengan

penanaman dalam rahim, dimana pembelahan sel berlangsung dengan cepat. Banyak

zigot yang tidak menempel dan terus keluar melalui menstruasi wanita. “Embrio”

adalah tahap yang dimulai terjadi 2 minggu setelah proses pembuahan. Selama dalam

proses ini terjadi pembedahan organ, semua organ-organ internal yang akan dimiliki

manusia dalam bentuk yang belum sempurna terbentuk menjelang akhir minggu

keenam. “janin” tahap delapan minggu sampai lahirnya, dan selama tahap ini terus

terjadi pembuahan dan perkembangan tetapi tidak ada “tambahan baru”. Inilah waktu

untuk mempersiapkan kelahiran (Ebrahim,1997:137-138).

C. Tradisi dan Ajaran Resmi Gereja Katolik

Tradisi dan ajaran resmi Gereja Katolik sangat menentang tindakan abortus

provocatus dan sangat menghargai hak hidup orang lain terutama janin yang sangat
30

lemah dan tidak berdaya. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa tradisi dan ajaran resmi

Gereja Katolik di bawah ini.

1. Familiaris Consortio (Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II 1981)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang oleh manusia zaman sekarang

terus menerus diperluas karena ia menguasai alam, tidak hanya memberi harapan untuk

menciptakan kemanusiaan yang baru dan lebih baik, tetapi juga menimbulkan

keresahan yang makin mencekam mengenai masa depan. Ada yang bertanya diri,

memang baikkah hidup atau seandainya lebih baik seandainya orang tidak pernah lahir.

Dengan kata lain, mereka menyangsikan: memang baiklah melahirkan anak, bila

barang kali dikemudian hari anak itu akan mengutuk kehadirannya di dunia yang begitu

kejam, ditandai kekejian-kekejian mengerikan, yang tak dapat diramalkan. Ada pula

yang memandang dirinya satu-satunya, yang boleh memanfaatkan kemajuan-kemajuan

teknologi, dan merintangi sesama dengan memaksa mereka menggunakan sarana-

sarana kontraseptif atau upaya-upaya lain yang bahkan masih lebih buruk lagi. Masih

ada lagi yang terbelenggu oleh mentalitas konsumerisme, satu-satunya yang dianggap

penting ialah, terus-menerus mengusahakan pertambahan harta kekayaan materiil,

sehingga akhirnya orang sudah tidak memahami lagi, malahan menolak harta kekayaan

rohani hidup manusia yang baru. Alasan terdalam bagi mentalitas-mentalitas itu ialah:

bahwa hati mereka sudah tidak meluangkan tempat bagi Allah. Padahal hanya cinta

kasih-Nyalah yang lebih kuat dari segala ketakutan dunia, dan yang mampu

mengalahkan (Familiaris Consortio, 1993:50).


31

2. Evangelium Vitae (Ensiklik Paus Yohanes Paulus II 1995)

Ensiklik paus ini sangat menentang kejahatan aborsi, karena aborsi mempunyai

ciri-ciri yang amat berat dan durhaka, sebagaimana diungkapkan dalam art. 60 di

bawah ini:

Ada pihak-pihak yang mencoba membenarkan aborsi dengan mengatakan


bahwa hasil pembuahan, sampai jumlah hari tertentu belum dapat dipandang
sebagai hidup pribadi manusia, sesungguhnya dengan pembuahan sel telur
mulailah hidup baru, yang bukan hidup ayahnya ataupun ibunya. Manusia sejak
pembuahan harus dihormati dan diperlakukan sebagai pribadi, maka sejak itu
hak-hak pribadi manusia harus diakui, dan hak pertama yang tidak bisa
diganggu gugat adalah hak atas hidup, yang dimiliki setiap manusia yang tak
bersalah.

Kehidupan manusia itu sudah ada sejak adanya pembuahan dan harus dihargai

serta diperlakukan sebagi pribadi. Maka dari itu kehidupan manusia harus dihormati

sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia. Setiap manusia tentunya memiliki hak atas

hidup, yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun, karena hak hidup itu

merupakan hak alamiah yang ada pada setiap manusia sejak dia dilahirkan bahkan saat

masih dalam kandungan seorang ibu.

3. Kitab Hukum Kanonik Tahun 2006

Menurut kanon 1398 bahwa tindak pidana melawan kehidupan dan kebebasan

manusia yaitu:: ”Yang melakukan aborsi dan berhasil, terkena ekskomunikasi latae

sententiae”. Dalam kanon ini dikatakan bahwa seseorang yang berhasil melakukan

aborsi terkena hukuman ekskomunikasi yaitu pengucilan dari Gereja secara otomatis.
32

4. Katekismus Gereja Katolik (1997)

Gereja katolik juga sangat menentang adanya tindak aborsi yang melawan

kehidupan manusia baik oleh pihak-pihak yang terlibat langsung maupun secara tidak

langsung. Katekismus Gereja Katolik art. 2272 mengatakan bahwa:

Kerjasama formal dalam aborsi merupakan kesalahan berat. Gereja menghukum


delik melawan kehidupan manusia itu dengan hukuman kanonik dengan
hukuman ekskomunikasi. ”barang siapa melakukan aborsi, bila berhasil, terkena
ekskomunikasi otomatis” ”dengan fakta tindakan yang dilakukan itu sendiri”
dengan persyaratan yang ditetapkan hukum. Gereja dengan demikian tidak
bermaksud membatasi lingkup belas kasih. Ia menunjukkan beratnya kejahatan
yang dilakukan, kerugian tak terpulihkan bagi orang tak bersalah, yang dikenai
kematian bagi orang tuanya dan seluruh masyarakat.

Artikel di atas mengungkapkan bahwa Gereja sangat menentang adanya tindak

aborsi melawan kehidupan manusia, bahkan Gereja menghukum pelaku aborsi baik

yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan hukuman ekskomunikasi yaitu

pengucilan dari Gereja. Hukuman ini dimaksudkan untuk membantu seseorang yang

melakukan tindak aborsi, agar orang yang bersangkutan dapat

mempertanggungjawabkan tindakannya dihadapan Tuhan dengan melakukan

pertobatan.

D. Pro dan Kontra tentang Abortus Provocatus

Ada pihak-pihak yang apa pun juga alasannya, menolak abortus provocatus, karena

meskipun dalam bentuk janin, kehidupan harus dihormati. Tetapi ada juga yang setuju

abortus provocatus dilakukan asalkan ada alasan-alasan yang kuat, misalnya alasan

medis untuk menyelamatkan nyawa si ibu. Dengan demikian, berarti abortus

provocatus itu sendiri, mempunyai dua bentuk pula. Yaitu, abortus provocatus yang
33

dilakukan atas alasan medis dan abortus provocatus tanpa alasan medis ini sering

dikatakan sebagai abortus ilegal, atau penguguran secara gelap.

Di masyarakat mana pun juga, dari zaman dulu hingga sekarang, selalu ada

kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh wanita yang bersangkutan. Karena

mereka belum mengenal atau tidak mau menggunakan alat kontrasepsi yang dapat

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan maka berbagai cara telah dilakukan untuk

membatalkan kehamilan yang sudah terlanjur terjadi itu. Dalam Daily Mail, Rabu

tanggal 20 November 1985, Dr. David Owen, menteri kesehatan Inggris waktu itu,

mengatakan bahwa di abad ke-19, 60% wanita Inggris telah mengalami kehamilan yang

tentunya sebagian besar sebenarnya tidak diinginkan terjadi. Ucapan itu diajukan untuk

menyanggah tuduhan partai oposisi (Tory) yang mengatakan bahwa nilai-nilai moral

orang Inggris mulai merosot yang ditandai dengan kehamilan di luar nikah dan praktek

pengguguran yang semakin meluas dilakukan di Inggris saat ini (Kartono, 1992:43).

Perbedaan pendapat tentang masalah pengguguran ini tidak lepas dari persepsi

tentang kapan sebenarnya janin itu sudah dianggap hidup, sehingga pembatalan

kelangsungan perkembangnnya dianggap sebagai kejahatan yang sepadan dengan

pembunuhan manusia. Dari uraian di atas dan perdebatan yang panjang antar pro dan

kontra tentang pelaksanaan abortus provocatus, dapat disimpulkan bahwa setidaknya

terdapat tiga orientasi pokok mengenai masalah abortus: pendirian konservatif,

pendirian liberal, dan pendirian moderat (Nelson,1973:31).

1. Pendirian Konservatif

Pendirian konservatif berpendapat bahwa abortus tidak boleh dilakukan dalam

keadaan apa pun juga. Apa pun alasannya abortus tetap dilarang karena tidak sesuai
34

dengan kaidah-kaidah universal atau kaidah absolut dari Tuhan. Alasan-alasan yang

melarang suatu tindakan abortus yang dilatar belakangi oleh ajaran-ajaran agama

menjadi sesuatu yang harus diikuti. Jadi suatu abortus merupakan tindakan yang tidak

bermoral karena melanggar kaidah-kaidah universal yang pada hakikatnya merupakan

pencerminan kodrat manusia.

Selain alasan yang bersifat absolut dan religius, secara filosofis abortus tidak

dibenarkan dengan alasan antara lain: kesucian kehidupan, larangan untuk

memusnahkan kehidupan manusia yang tidak bersalah, dan ketakutan akan implikasi

sosial dari kebijakan abortus yang liberal bagi orang lain bisa membela diri seperti

kaum cacat dan kaum lanjut usia (Shannon,1995:51).

2. Pendirian Liberal

Pendirian liberal memperbolehkan abortus dalam banyak keadaan yang berbeda

tergantung sebab alasan yang melatarbelakanginya. Pembenaran abortus lebih dilandasi

alasan dan tujuan akhir yang akan dicapai. Penganut pendirian ini, melihat abortus

sebagai suatu keputusan moral, tetapi menerima sebagai kemungkinan untuk

membenarkannya secara moral pula (Shannon,1995:51). Pendekatan ini lebih condong

kepada aliran teologis yang naif, artinya pembenaran secara moral hanya untuk

kepentingan pelaku yang dalam melakukan abortus dengan alasan tertentu. Terdapat

alasan yang sepihak dalam pendirian ini. Di antara alasan-alasan yang sering muncul

untuk membenarkan secara moral tindakan abortus ini adalah kualitas hidup janin,

keadaan kesehatan fisik dan mental ibu, hak wanita atas integritas badani, kesejahteraan

keluarga, pertimbangan karir, dan keluarga berencana.


35

3. Pendirian Moderat

Pendirian moderat mencoba mencari jalan tengah atau posisi tengah yang

berusaha menjebatani perdebatan di atas. Pendirian moderat mengakui kemungkinan

legitiminasi moral bagi abortus sebagaimana pendirian liberal, tetapi tidak pernah turut

mengakui penderitaan dan rasa berat hati pada pihak wanita maupun janin. Pendirian

ini melihat janin dan wanita sebagai pemilik hak dan mengakui bahwa upaya untuk

memecahkan hak seperti itu mau tidak mau menyebabkan penderitaan dan rasa berat

hati (Shannon,1995:51).

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan

dalam legitiminasi moral tindakan abortus. Adanya jalan tengah antara aliran yang

saling bertentangan membuat pendekatan ini lebih dapat diterima dalam kedokteran.

Setiap orang, baik wanita atau janin, mempunyai hak, dimana hak-hak tersebut saling

mengisi dan membatasi dan setiap hak dapat hilang karena suatu alasan atau faktor

tertentu, tak terkecuali dalam permasalahan abortus hak wanita dan janin dapat hilang

atau lebur karena suatu alasan tertentu. Suatu penghilangan hak menjadi bermoral

ketika dihadapkan sesuatu yang dilematis. Dengan kata lain, kelompok moderat

menerima kemungkinan terjadinya beberapa abortus, tetapi mereka menerimanya

dalam suasana tragedi dan sangat kehilangan.

E. Gambaran Umum tentang Katekese Umat

Katekese umat adalah salah satu bentuk keterlibatan Gereja dalam upaya

mewartakan Kerajaan Allah di dunia. Katekese dapat membantu setiap umat beriman

untuk menghayati imannya secara nyata. Dengan bantuan katekese, umat semakin

dapat memaknai pengalaman hidupnya sehari-hari dalam terang Injil. Melalui katekese,
36

umat beriman berkumpul dan saling berbagi pengalaman iman serta saling meneguhkan

antara satu dengan yang lainnya.

1. Pengertian Katekese

Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes paulus II

mengatakan bahwa katekese ialah ”pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang

dewasa dalam iman, yang mencakup pemyampaian ajara-ajaran Kristen, yang pada

umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para

pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art. 18).

Dengan kata lain, katekese dapat diartikan sebagi usaha-usaha dari pihak Gereja

untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya

dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam katekese meliputi unsur pewartaan, pengajaran,

pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode sangat

perlu diperhatikann dalam rangka membantu umat untuk memahami apa yang

dimaksud dengan katekese umat (Telaumbanua, 1999: 5).

Katekese umat merupakan proses yang berasal dari umat, oleh umat dan untuk

umat, karena katekese merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan iman

umat serta lebih membantu mendalami hidup berimannya sehingga semakin mantap

dengan apa yang telah menjadi keyakinannya.

Ada beberapa pandangan yang mengemukakan pengertian katekese umat

diantaranya menurut rumusan PKKI II dalm buku katekese umat yang dikemukan oleh

Huber (1981: 10) mengungkapkan bahwa katekese adalah:

Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara


jemaat/kelompok, yang sebagai kesaksian saling membantu sedemikian rupa,
sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin
37

sempurna dalam katekese umat tekanan terutama diletakan pada penghayatan


iman meskipun pengalaman tidak dilupakan. Pula mengandaikan perencanaan.

Katekese merupakan suatu komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara

pembimbing dengan peserta dan antar peserta dengan peserta. Arah katekese jaman

sekarang menuntut agar para peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi

pembangunan jemaat. Dengan mengatakan: katekese umat mengandaikan ada

perencanaan, rumus ini membatasi pengertian katekese umat. Katekese umat adalah

salah satu bidang di dalam usaha pastoral Gereja yaitu tentang pembinaan iman umat

(Huber, 1981: 18).

Siauwarjaya (1987: 38) mengatakan bahwa katekese umat adalah usaha

kelompok secara terencana untuk saling menolong menggantikan hidup nyata dalam

terang Yesus Kristua sebagimana telah dihayati dalam tradisi Gereja, agar kelompok

makin mampu mengunkapkan dan mewujudkan imannya dalam hidup nyata. Melalui

katekese umat dibantu untuk memaknai seluruh pengalaman hidupnya sehari-hari

sehingga menjadi semakin yakin dan percaya kepada Yesus Kristus.

2. Tujuan Katekese Umat

Demikian juga katekese umat memiliki tujuan dan harapan yang sangat mulia

demi perkembangan kedewasaan iman umat. Tujuan dari katekese umat dirumuskan

oleh PKKI II (Huber, 1981: 16) sebagai berikut:

a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-


pengalaman kita sehari-hari
b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari
c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita
d. Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas,
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan tugas Gereja semesta
38

e. Sehingga kita sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup


kita di tengah masyarakat.

Dalam buku membangun Gereja Indonesia 2, Siauwarjaya (1987: 34)

menngemukakan bahwa katekese umat sebagai salah satu usaha pastoral untuk

membangun Gereja. Tujuan katekese dilihat dari 4 (empat) fungsi dasariah gereja yaitu

persekutuan, pewartaan, perayaan iman dan pelayanan. Katekese umat juga bertujuan

membina iman umat, agar umat semakin bersatu dengan Kristus demi pelaksanaan

penataan hidup bersama yang lebih manusia dalam semangat Kristus. Katekese umat

mendukung hidup persekutuan/persaudaraan di antara umat. Katekese mengajak umat

untuk saling menolong untuk menyadari kehadiran Kristus dalam hidupnya secara

personal dan berdasarkan kehadiran Kristus itu umat saling menolong untuk

membangun persaudaraan, saling mengasihi, saling mendukung, saling meneguhkan,

saling melayani, sebagai perwujudan persatuan mereka dengan Kristus.

Katekese umat mendukung fungsi perayaan iman. Katekese umat membantu

umat untuk saling menolong, untuk menyadari pentingnya mengeksplisitkan iman

dalam bentuk perayaan iman dan mewujudnyatakannya dalam hidup sehari-hari.

Katekese menolong umat untuk menyadari bahwa Liturgi baru sungguh-sungguh

menjadi ungkapan iman bila iman yang merupakan gema dari penghayatan imannya

(Siauwarjaya, 1987: 34).

Katekese umat menunjang fungsi pelayanan. Tujuan katekese umat adalah

untuk menolong umat merealisasikan imannya dalam hidup nyata. Karena dalam hidup

itulah iman sungguh-sungguh menjadi real dalam pelaksanaan. ”Bukan setiap orang

yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan surga,

melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat 7:21). Yohanes
39

Paulus II dalam Catechesi Tradendae mengungkapkan tujuan dari katekese umat

sebagai suatu tahap pengajaran dan pendewasaan iman bagi umat Kristiani yang

percaya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Yersus Kristus sehingga mencapai

pada pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin mengenal Yesus Kristus

sehingga mencapai pada pertobatan hati yang jujur dan semakin mengenal Yesus yang

menjadi tumpuan kepercayaannya (CT, art. 20).

Katekese umat mengajak umat untuk saling menolong dan terus menerus

bertobat serta peka terhadap kehendak Allah dalam hidupnya serta berani

memperjuangkan kehendak Allah dalam pelbagai dimensi hidup manusia. Bagi mereka

yang tertindas, katekese umat mengajak mereka untuk menyadari situasi mereka,

kekuatan mereka dan kesetiaan Allah kepada mereka. Katekese umat mengusahakan

agar mereka tidak menyerah pada situasi dan tetap semangat dalam menjalani hidup

dan mengikuti Kristus. Bagi mereka yang terlibat dalam penindasan, katekese umat

mengajak mereka untuk menyadari situasi ketidakadilan dan menolong mereka untuk

menyadari tanggung jawab mereka terhadap yang lemah, agar mereka terbuka kepada

Allah dan terbuka untuk mengambil bagian dalam tugas pengutusan Kristus, sehingga

kerajaan Allah semakin terwujud di tengah-tengah dunia (Siauwarjaya, 1987: 37).

3. Isi dan Tema Katekese Umat

Isi dan tema katekese yang diberikan ahrus selalu sesuai dengan kebutuhan dan

situasi umat. Segala permasalahan dan kebutuhan umat yang mendesak harus menjadi

perhatian bagi katekese. Isi katekese dapat bersumber dari Tradisi, Kitab Suci, Refleksi

iman dari para teolog dan bacaan-bacaan hari minggu (Sumarno, Ds, 2006: 27).
40

Katekese umat merupakan salah satu usaha Gereja dalam mengembangkan iman

umat. Isi warta keselamatan terjadi dari bagian-bagian yang berkaitansatu sama lain

secara erat, meskipun pewahyuannya diberikan oleh Allah tahap demi tahap, dahulu

melalui para nabi, dan terakhir di dalam Putra-Nya (Ibr 1:1). Karena katekese

mempunyai tujuan menuntun masing-masing orang beriman Kristiani dan jemaat-

jemaat beriman ke arah iman yang matang, maka katekese perlu dengan tekun

mengusahakan supaya keseluruhan harta warta Kristiani dipaparkan secara setia. Itu

perlu sungguh-sungguh terjadi sesuai dengan teladan timdakan pendidikan Ilahi, dan

sekaligus memperhatiakan kepenuhan wahyu Ilahi yang dianugerahkan, yakni supaya

umat Allah mendapat rejeki dan kehidupan dari-Nya (DCG, art. 38).

Obyek iman pada dasarnya adalah sesuatu yang kompleks, yaitu Allah sendiri

yang penuh misteri dan tindakan pelayana-Nya di dalam sejarah; semua ini diketahui

melalui apapun yang dikatakan oleh Allah tentang diri-Nya sendiri serta timdakan-

tindakan-Nya. Kristuslah yang menjadi pusatnya, baik dalam hal tindakan Allah

maupun pengejewantahan-Nya kepada manusia. Oleh sebab itu obyek katekese adalah

karya-karya Allah, yaitu karya-karya yang telah dilaksanakan oleh Allah, yang sedang

dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan oleh Allah untuk kita manusia dan

keselamatan kita. Semua itu berhubungan erat dan serasi satu sama lain, dan menjadi

keutuhan rencana keselamatan (DCG, art. 39).

Beberapa pandangan mengatakan bahwa isi dari katekese ialah bersumber atau

bertitik tolak pada hidup Yesus sendiri. Katekese juga bersumber dari pengalaman

hidup peserta. Inti dari kegiatan katekese meliputi tiga unsur yakni pengalaman hidup

nyata, teks Kitab Suci atau Tradisi dan penerapan konkrit pada hidup peserta (Sumarno

Ds, 2006:11).
41

Dalam menentukan tema dalam katekese sangat penting dan lebih baik jika

ditentukan bersama umat/peserta, karena dengan demikian pendamping dapat

mengetahui kebutuhan atau kerinduan umat dan katekesenya akan lebih konstekstual

(Sumarno Ds, 2006: 27). Tema katekese umat hendaknya diangkat dari situasi konkrit

masyarakat yaitu yaitu tentang permasalahan-permasalahan yang ada misalnya

kelaparan, ketidakadilan, bencana banjir, masalah kebutuhan sehari-hari misalnya

makan, minum, rumah, pendidikan anak, dsb (Komkat KWI, 1997: 98).

Apa bila tema telah disepakati bersama-sama dengan umat, maka seorang

pendamping bisa mulai dengan mempersiapkan katekese. Semua yang diberikan

sebagai bahan dalam proses katekese harus selalu mengarah pada Yesus Kristus, karena

Dialah sumber utama dalam katekese. Dalam katekese umat, kita bersaksi tentang iman

kita akan Yesus Kristus, pengantara kita dalam menanggapi sabda Allah. Yesus

Kristus tampil sebagai pola hidup dalam Kitab Suci, khususnya dalam perjanjian baru,

yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang Tradisinya (Sumarno Ds, 2006:

9).

4. Peserta Katekese Umat

Rumusan katekese umat dalam PKKI II yang di ungkapkan oleh Huber (1981:

10) mengatakan:

Yang berkatekese ialah umat. Artinya semua orang beriman, baik secara
perorangan maupun secara kelompok, yang secara pribadi memilih Kristus dan
secara bebas berkumpul umtuk lebih memahami Kristus. Jadi singkatnya
seluruh umat baik umat dalam kelompok-kelompok basis maupun umat di
sekolah atau perguruan tinggi. Penekan pada seluruh umat ini justru merupakan
satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang. Penekanan peranan umat
pada katekese ini sesuai dengan peranan aspek umat pada pengertian Gereja itu
sendiri.
42

Penekanan peranan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat dalam

pengertian Gereja. Rumusan di atas mau menunjukan bahwa seluruh Gereja sadar

bahwa katekese tidak ditjukan kepada sebagian umat saja melainkan semua orang

beriman yang terpanggil untuk mendalami iman secara terus menerus, baik mereka

yang telah memilih Kristus secara mutlak maupun mereka yang ingin mengenal Kristus

seperti para katekumen.

Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam

iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka akan Yesus Kristus.

Dapat dikatakan juga katekese umat adalah komunikasi iman umat, dari umat, oleh

umat dan untuk umat. Peserta adalah pelaksana karya pelayanan katekese. Pelaksana

karya katekese adalah para umat beriman sebagai keseluruhan, baik Gereja yang

menyeluruh mau pun Gereja-Gereja setempat, baik para pemuka Gereja mau pun bukan

pemuka, setiap orang beriman, maka karya katekese tidak bisa berjalan sendiri-sendiri:

setiap orang beriman perlu memperhatikannya, memungkinkannya dan mengajukannya

(Setyakarjana, 1997: 18).

Dalam katekese, umat bukan hanya sebagai subyek atau sasaran atau pun target

dari kegiatan katekese, melainkan paserta yang juga bertindak sebagai subyek

pelaksaaan katekese itu sendiri.

5. Sarana dan Metode Katekese Umat

Di dalam berkatekese, metode yang digunakan harus dapat mendukung proses

pelaksaan katekese. Metode juga harus disesuaikan dengan situasi peserta atau umat.

Metode yang dipakai diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan katekese.

Yohanes Paulus II dalam catechesi Tradendae mengatakan bahwa umur atau


43

perkembangan iman Kristiani, taraf kematangan rohani, serta bentuk-bentuk

kepribadian lainnya menjadi titik tolak dalam menggunakan metode selama proses

pembinaan iman sehingga tujuan pelaksanaan katekese dapat tercapai sesuai dengan

yang diharapkan (CT, art. 51).

Banyak metode yang dapat dikembangkan dalam katekese. Penggunaan

metode-metode itu tergantung dari fasilitator yang membawakan katekese. Dalam

menggunakan metode selama proses katekese seorang fasilitator diharapkan bisa

menyesuaikan metodenya dengan usia para peserta, kebudayaan dan sikap pribadi-

pribadi yang bersangkutan. (Evangelii Nuntiandi, art. 44).

Selain memperhatikan metode dalam berkatekese, sarana juga sangat perlu

diperhatikan. Sarana merupakan salah satu pendukung dalam berkatekese sehingga

katekese menjadi lebih hidup dan menrarik. Sebaiknya kegiatan katekese diberikan

dengan menggunakan sarana-sarana yang ada, upaya-upaya dan alat-alat komunikasi

yang efisien agar kaum beriman lebih mudah memahami dan menangkap maksud yang

ingin disampaikan dengan demikian mereka dapat dengan mudah mempelajari ajaran

Katolik secara lengkap dan tentunya dapat direalisasikan dalam sikap dan tindakan

sehari-hari (KHK, kan. 779). Dalam CT Yohanes Paulus II mengungkapkan

pentingnya penggunaan sarana-sarana dalam berkatekese sebagai berikut:

Kami menghimbau agar prakarsa-prakarsa yang dimaksudkan untuk memberi


pembinaan Kristen kepada semua orang kelompok itu, memakai upaya-upaya
yang cocok (sarana-sarana audio visual, buku-buku kecil, diskusi-diskusi,
pelajaran-pelajaran), semakin bertambah banyak, serta memampukan banyak
orang dewasa untuk menutup kekosongan akibat suatu katekese ang serba
kurang dan tidak memadai, umtuk secara harmonis melengkapi pada taraf lebih
timggi katekese yang mereka terima waktu masih kanak-kanak, atau bahkan
untuk menyiapkan diri secukupnya di bidang itu agar mampu menolong sesama
secara lebih serius (CT, art. 45).
44

Artikel di atas mengharapkan untuk menyelenggarakan pembinaan-pembinaan

terhadap umat, selalu menggunakan sarana-sarana yang ada misalnya dengan

menggunakan sarana audio-visual, buku-buku kecil, diskusi-diskusi, pelajaran-

pelajaran bahkan bisa lebih kreatif lagi, sehingga dapat membantu umat untuk mampu

menghayati imannya lebih baik lagi.

Mewartakan sabda Allah dengan media memang sangat diharapkan oleh pihak

Gereja, dan akan lebih sesuai dengan perkembangan jaman sekarang ini. Evangelii

Nuntiandi mengatakan bahwa abad kita ditandai dengan media massa atau sarana-

sarana komunikasi sosial, dan perwartaan yang pertama, katekese atau pendalaman

iman, lebih lanjut tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan media-media ini (EN, art.

45). Perkembangan alat-alat komunikasi sangat berperan penting dalam

mengembangkan iman umat, proses pewartaan menjadi lebih mudah, umat semakin

memahami dan menangkap maksud pewartaan dengan baik. Melalui alat-alat

komunikasi yang digunakan tersebut dapat membantu keberhasilan suatu pewartaan.

”Berkat alat-alat ini Gereja berhasil berbicara kepada banyak orang” (EN, art. 45). Hal

ini dimaksud bahwa melalui alat-alat komunikasi yang telah banyak beredar saat ini

sangat berperan penting dalam rangka memperkembangkan iman setiap pribadi. Proses

pewartaan dapat tersampaikan dengan cepat, praktis langsung dapat dilihat dan

didengar dengan indera oleh umat. Pewartaan yang dilakukan melalui alat-alat

komunikasi juga sangat praktis dan efisien tidak membutuhkan banyak waktu, sehingga

proses pewartaan langsung mengena, tersalurkan dengan cepat dan dapat diterima oleh

semua umat di mana pun berada.


45

6. Katekese Audio Visual sebagai Salah satu model Katekese

Audio visual bukan hanya mengungkapan gagasan dalam gambar dan musik

semata, melainkan perpanjangan elektronik getaran pribadi seseorang yang merupakan

perpanjangan elektronik seluruh pengalaman seseorang. Audio visual ingin

menyampaikan pengalaman seseorang yang terungkap melalui media. Katekese audio

visual adalah menyampaikan pengalaman pribadi sebagai orang kristiani, tujuannya

bukan untuk memperoleh pengetahuan intelektuil melainkan hendak membangun

persekutuan atau persaudaraan bersama semua orang yang mengimani Kristus. Kiranya

kesatuan dengan ajaran Gereja bukan terletak pada suatu ungkapan yang teliti dan

keseragaman, baik dalam kata-kata maupun gerak-gerik. Tetapi pada suatu kenyataan

adanya komunio atau kesatuan antar jemaat dan doa bersama sebagai anggota jemaat

(Adisusanto dan Ernestine, 1977: 8).

Katekese audio visual bertujuan untuk membangun persekutuan antar umat

beriman, menjalin persekutuan kristiani dengan cara mengkomunikasikan pengalaman

pribadi tentang Yesus Kristus dan tentunya tidak berlawanan dengan ajaran Gereja

Katolik. Pewartaan yang disampaikan melalui media audio visual lebih menimbulkan

iman dari pada menjelaskannya, media yang ada mengajak kelompok untuk saling

berbicara, menyapa setiap hati, memanggil untuk bertobat secara terus menerus serta

mendorong untuk bertindak (Adisusanto dan Ernestine, 1977: 8).

Media audio visual ini juga memang mengandung resiko karena unsur

subyektivitasnya menjadi terlalu besar, namun juga memberikan kesempatan kepada

kita untuk membentuk suatu kelompok orang beriman karena di sinilah komunikasi

antar umat beriman semakin mendalam, lebih kuat dan lebih baik (Adisusanto dan

Ernestine, 1977: 9).


46

Ada beberapa konsekwensi yang perlu dipikirkan dalam penggunaan media

audio visual ini antara lain, pertama-tama cara penyampaian iman jangan dianggap

sebagai pemyampain doktrin, tetapi suatu pertemuan rohani yang ingin disampaikan

dengan seluruh badan kita. Kedua mengenai tempat dalam katekese audio visual ini kita

harus memperhitungkan tempat yang paling baik dan waktu yang paling baik,

maksudnya adalah lingkungan yang sungguh-sungguh hidup, seperrti keluarga, kring

dan stasi yang baik. Konsekwensi ketiga adalah tentang bahan atau materi katekese

audio visual, karena banyak bahan katekese yang beredar di pasaran dewasa ini dan

banyak pula orang terdorong untuk membeli, mereka memilih bahan-bahan yang baru

yang up to date, tentunya cara seperti ini kurang mendidik karena yang terpenting

adalah membentuk seorang katekis menjadi type baru yang mampu bersikap relas

dengan tubuhnya sendiri, terbiasa dengan peradaban dan simbol audio visual. Bila kita

membeli bahan hendaknya kita membeli bahan yang baik karena kita ingin memberi

kelompok medium yang tepat. Karena dengan medium yang tepat mereka sendiri dapat

menciptakan bagi diri mereka sendiri bahasa iman mereka (Adisusanto dan Ernestine,

1977: 9-10).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN PENINGKATAN

PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG ABORSI BAGI MAHASISWI

ASRAMA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT DI

YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL

A. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka peneliti

melakukan penelitian sederhana yang dilakukan dalam bentuk observasi. Adapun

beberapa hal yang diperlukan dan harus dilaksanakan dalam penelitian antara lain:

1. Jenis dan Desain

Bila diperhatikan dari segi pendekatan yang digunakan oleh peneliti penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif, karena dilakukan dengan cara wawancara langsung

dengan para peserta lewat proses penelitian atau katekese yang berlangsung selama

bulan Februari dan peneliti laksanakan sebanyak tiga kali. Wawancara yang peneliti

maksudkan adalah hasil sharing dari para peserta selama proses katekese berlangsung.

Dalam proses katekese tersebut peneliti membuat suatu perbandingan tingkat

pemahaman peserta atau responden dengan menggunakan sarana media audio visual

dan tanpa menggunakan sarana media audio visual. Dan sebagai bukti nyata hasil

wawancara yang dilakukan dalam bentuk sharing kelompok tersebut akan peneliti

lampirkan dalam laporan tertulis.

47
48

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Pemilihan dan penentuan lokasi berhubungan erat dengan pemilihan dan

penentuan sumber data. Waktu dan tempat penelitian adalah selama bulan Februari

2009, di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta Jl. Perumnas,

Condongsari. Gg Kapuas 1 No.A9, Condong Catur, Depok, Sleman Yogyakarta 55283.

Asrama ini dipilih sebagai tempat penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan.

Pertama, tempat ini belum pernah diteliti oleh tenaga peneliti secara formal. Kedua,

merupakan Asrama daerah asal peneliti yang sudah peneliti kenal dan tentunya mudah

memperoleh ijin. Ketiga, keprihatinan peneliti akan situasi yang terjadi di Asrama yang

berkaitan dengan pemahaman para mahasiswi tentang aborsi.

3. Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh subjek penelitian yang menjadi sasaran.

Populasi dari penelitian ini adalah para mahasiswi semester II-VIII dengan jumlah

seluruhnya 20 orang. Jumlah ini masih dapat dijangkau oleh peneliti sebagai populasi

dan sampel sekaligus. Yang diharapkan dari penelitian ini agar para mahasiswi semakin

memiliki tingkat pemahaman tentang aborsi secara lebih mendalam melalui media

audio visual.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah cara wawancara

yang dilakukan lewat sharing para peserta selama proses katekese berlangsung. Teknik

yang peneliti lakukan dapat membantu para peserta untuk mengungkapkan pendapat

mereka masing-masing dalam kelompok.


49

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Peneliti menggunakan wawancara dalam bentuk sharing kelompok.

6. Keabsahan Data

Keabsahan data yang diperoleh dari hasil wawancara diusahakan dengan cara

validitas. Reliabilitas data dilakukan dengan memberikan laporan tertulis dari hasil

wawancara yang telah dilaksanakan oleh peneliti kemudian dibaca kembali, dan apabila

masih ada beberapa hal yang kurang tepat, peneliti akan bertanya langsung kepada

responden atau peserta, sampai jawaban yang diungkapkan benar-benar meyakinkan.

7. Tenik Analisis Data

Analisis data peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang

masuk, terutama data yang peneliti peroleh lewat wawancara atau sharing dalam

kelompok. Kemudian data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan permasalahan

yang ada. Teknik terakhir adalah penarikan sebuah kesimpulan dari keseluruhan

langkah-langkah penelitian.

B. Penyajian Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan

selama bulan Februari 2009 yang bertempat di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan

Barat di Yogyakarta. Adapun responden yang dipilih oleh peneliti adalah para
50

mahasiswi dari semester II sampai semester VIII. Peneliti memperoleh data ini melalui

wawancara yang dilakukan selama proses katekese dan pertanyaan sharing dalam

kelompok.

1. Perbandingan Hasil Wawancara dengan Media dan Tanpa Media

Dalam proses katekese yang peneliti laksanakan sebanyak tiga kali peneliti

menggunakan dua cara dengan pertanyaan yang sama. Pertama peneliti malaksanakan

katekese tanpa menggunakan media audio visual. Sedangkan yang kedua dan ketiga

peneliti menggunakan media audio visual. Di sini peneliti mencoba membandingkan

tingkat pemahaman mereka, dan melalui cara ini pula peneliti dapat melihat sejauh

mana peran media dalam membantu para mahasiswi ini untuk lebih paham tentang

aborsi secara lebih mendalam.

a. Pemahaman mahasiswi tentang aborsi sebelum menggunakan media Audio

Visual

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan aborsi, dan apa saja yang anda ketahui

tentang aborsi?

Jawaban: ada yang mengatakan bahwa aborsi itu adalah keguguran, hal yang tidak

bermasalah bila dilakukan, hanya menyebabkan pendarahan. Hal ini diungkapkan oleh

responden/peserta Lena mengatakan bahwa aborsi itu hal biasa dan pendapat ini

didukung oleh responden Yanti, Yosi, Aty, Ayu, Silvi, Yulika, Melan dan Yopi.

2. Apakah anda setuju dan mendukung tindakan-tindakan aborsi? mengapa?

Jawaban: dari beberapa responden/peserta mengatakan tidak mendukung tindakan


51

aborsi dalam hal ini pun melihat aborsi yang disebabkan oleh apa, dan ada pula yang

mengatakan bahwa dalam situasi-situasi sulit atau situasi tertentu aborsi dapat

dilakukan dan tidak merupakan perbuatan dosa.

3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sangat sulit, yakni antara memilih

untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan? jelaskan jawaban

anda?

Jawaban: hampir semua peserta memilih untuk melakukan aborsi bila berada dalam

dua pilihan, mengingat mereka adalah mahasiswa yang dibiayai oleh pemerintah daerah

atau ikatan dinas, yang tentu sangat sulit untuk menerima keadaan ini, dan tidak

mungkin mereka mengganti biaya yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah selama

masa studi mereka.

4. Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? mengapa?

Jawaban: Responden Aryani, Eva, Lili, Aty, Mery, Yunita, Helena, Melan, Novi,

Indri, Ria dan Yanti mengatakan beberapa faktor yang mendorong untuk melakukan

tindakan aborsi adalah perasaan malu, takut, aib bagi keluarga dan masyarakat dan

tekanan serta pihak lelaki yang tidak bertanggung jawab.

5. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang

mengandungnya?

Jawaban: Para peserta setuju kalo janin itu adalah jabang bayi, calon anak, bayi yang

tidak berdosa yang memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan ibunya, darah daging

dari sang ibu


52

6. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?

Jawaban: mengenai kehidupan janin bahwa janin mulai hidup sejak awal orangtuanya

melakukan hubungan suami istri menurut responden/peserta Eva, Aryani, Lili, Mery,

Yosi, Yanti, Helena, Elen, Novi, Yulika dan Indri, sedangkan responden/peserta

Yunita, Silvi, Ayu, Nia, Melan, Aty dan Eprid mengatakan tidak tahu dan tidak jelas

kapan janin mulai hidup.

7. Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?

Jawaban: konsekuensi melakukan aborsi seluruh responden/peserta mengatakan tidak

boleh menerima komuni.

8. Apa yang diajarkan Gereja mengenai aborsi?

Jawaban: Ajaran Gereja mengenai aborsi beberapa responden/peserta mengatakan

bahwa Gereja Katolik mengajarkan hukum dan ajaran cinta kasih jadi tidak boleh

membunuh dan menghilangkan nyawa orang lain.

9. Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi, mengapa?

Jawaban: Orang-orang yang terkena hukuman bila melakukan tindakan aborsi sebagian

responden/peserta mengatakan orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung

dalam tindakan aborsi tersebut.

10. Bagaimana supaya orang yang terkena hukuman bisa kembali ke Gereja Katolik

lagi?

Jawaban: Peserta mengatakan bahwa orang yang terkena hukuman bisa kembali dalam
53

persekutuan Gereja Katolik dengan bertobat atau mengakui dosanya kepada

pastor/imam yang diberi kuasa oleh keuskupan setempat.

b. Pemahaman mahasiswi tentang aborsi setelah menggunakan media audio visual

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan aborsi, dan apa saja yang anda ketahui

tentang aborsi?

Jawaban: Semua peserta/responden mengatakan bahwa dengan menonton atau dengan

menggunakan sarana media audio visual mereka dapat memahami dan mengerti bahwa

aborsi adalah perbuatan dosa yang membunuh orang yang lemah tidak berdaya dan

perbuatan yang paling keji.

2. Apakah anda setuju dan mendukung tindakan-tindakan aborsi? Mengapa?

Jawaban: semua peserta menjawab dengan mantap bahwa mereka tidak setuju dengan

aborsi, karena aborsi adalah perbuatan dosa yang melanggar hak azasi manusia.

3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sngat sulit, yakni antara memilih

untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan? Jelaskan jawaban

anda?

Jawaban: peserta juga menjawab bahwa dalam situasi apa pun mereka tidak akan

melakukan tindakan aborsi, mereka akan bertanggung jawab dengan perbuatan mereka

walaupun mereka harus pergi (minggat) tidak melanjutkan studi lagi.

4. Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? Mengapa?

Jawaban: Faktor yang mendorong orang untuk melakukan aborsi ternyata jawaban
54

mereka masih sama dengan jawaban sebelum menggunakan media audio visual, bahwa

faktor-faktor yang mendorong orang untuk melakukan aborsi adalah rasa malu, aib

dalam keluarga, masa depan, tuntutan kerja dan kuliah.

5. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang

mengandungnya?

Jawaban: Sebagian peserta menjawab bahwa janin adalah rajutan tangan Tuhan yang

paling indah yang perlu dijaga, dirawat dan dipelihara sebagai hadiah terindah dari

Tuhan.

6. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?

Jawaban: Janin mulai hidup menurut para peserta yakni pada sat terjadinya pembuahan

saat itulah awal kehidupan dimulai.

7. Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?

Jawaban: Konsekuensi melakukan aborsi adalah terkena hukuman ekskomunikasi atau

dikucilkan dari Gereja, dan untuk kembali tentunya butuh waktu atau kembali bertobat

dan mohon ampun atas segala dosa-dosa.

8. Apa yang diajarkan Gereja mengenai aborsi?

Jawaban: Yang diajarkan Gereja mengenai aborsi yaitu jangan membunuh, mencintai

sesama jawaban ini juga diungkapkan oleh para peserta.


55

9. Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi, mengapa?

Jawaban: Orang-orang yang terkena hukuman adalah semua orang yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses pengguguran atau aborsi tersebut.

10. Bagaimana supaya orang yang terkena hukuman bisa kembali ke Gereja Katolik

lagi?

Jawaban: Orang yang terkena hukuman bisa kembali dalam persekutuan Gereja

Katolik bisa kembali dengan bertobat atau melakukan pengakuan dosa kepada romo,

pastor atau imam yang tentunya diberi kuasa untuk memberikan pengampunan dosa

bagi pelaku aborsi, karena tidak semua imam diberi kuasa untuk mnerimakan

pengakuan dosa aborsi, jawaban ini diungkapkan oleh para peserta, dan setiap peserta

menambahkan jawaban peserta lainnya.

2. Tingkat pemahaman mahasiswi tentang aborsi dengan mengunakan media dan

tanpa menggunakan media

Dari data-data yang peneliti peroleh lewat wawancara yang berlangsung dalam

bentuk sharing pengalaman, dapat dilihat sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswi

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat tentang aborsi, baik dengan

menggunakan media maupun tanpa media. Ada perbedaan yang sangat nampak jelas

ketika menggunakan media dan tanpa menggunakan media. Media memiliki peran yang

sangat efektif dalam membantu meningkatkan pemahaman mahasiswi tentang aborsi.

Hal ini nampak jelas dari jawaban mereka yang peneliti peroleh lewat wawancara yang

berlangsung dalam bentuk sharing pengalaman. Misalnya pada jawaban nomor satu

sebelum menggunakan media bahwa bagi mereka aborsi adalah hal yang tidak
56

bermasalah bila dilakukan, hanya menyebabkan pendarahan, sedangkan setelah

menggunakan media mereka menjawab bahwa aborsi itu adalah perbuatan dosa yang

membunuh orang yang lemah tidak berdaya dan perbuatan yang paling keji. Di sini

terdapat perbedaan yang sangat jelas, terbukti bahwa media sungguh dapat membantu

dalam meningkatkan pemahaman mereka tentang aborsi, dan dapat pula dilihat pada

jawaban-jawaban yang lain sebelum menggunakan media dan setelah menggunakan

media.

Para mahasiswi yang ikut dalam pertemuan katekese yang dilaksanakan

sebanyak tiga kali mengatakan, bahwa dengan menggunakan media mereka dengan

mudah memahami dan dapat dengan cepat menerima apa yang disampaikan dan

mengerti secara lebih mendalam tentang aborsi. Artinya media sangat membantu dan

berperan penting bagi mereka dalam upaya memahami hal-hal baru. Film aborsi yang

disaksikan bersama memberi banyak pengetahuan, pemahaman, wawasan dan masukan

baru bagi mereka. Media audio visual memiliki peranan yang cukup maksimal dalam

membantu meningkatkan pemahaman para mahasiswi tentang aborsi. Lewat media

audio visual ini para mahasiswi ini merasa tergerak, tersentuh dan tentunya memiliki

niat dan usaha ke depan untuk lebih baik lagi.

Menurut para mahasiswi yang ikut dalam katekese atau pendalaman iman

bersama, penjelasan atau informasi tentang aborsi yang dibahas dalam pertemuan

sebanyak tiga kali cukup membantu mereka dalam memahami aborsi. Khususnya hal-

hal yang menyangkut bahaya-bahaya, hukuman dari Gereja Katolik, dan beberapa

ajaran Gereja Katolik yang menentang atau kontra terhadap tindakan aborsi. Hal ini

dapat dibuktikan lewat jawaban mereka pada nomor tujuh yakni konsekuensi bagi

pelaku aborsi adalah tidak boleh menerima komuni. Ini merupakan jawaban para
57

peserta sebelum menggunakan media. Sedangkan setelah menggunakan media mereka

menjawab bahwa konsekuensi bagi pelaku aborsi adalah terkena hukuman

ekskomunikasi atau dikucilkan dari Gereja, dan untuk kembali tentunya butuh waktu

atau kembali bertobat dan mohon ampun atas segala dosa-dosa.

Sebelumnya para mahasiswi ini memang kurang mengetahui bahwa ternyata

ada larangan dan ajaran Gereja Katolik tentang aborsi. Namun pertemuan-pertemuan

katekese yang mereka ikuti cukup membantu mereka untuk mengenal ajaran dalam

Gereja Katolik terkait dengan tindakan aborsi. Kemudian beberapa film yang mereka

saksikan semakin menguatkan pemahaman mereka sehingga banyak di antara para

mahasiswi ini yang mulai melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja terutama

ikut terlibat dalam perkumpulan OMK (orang muda Katolik) dan kegiatan lingkungan.

Mahasiswi yang ada di asrama memahami aborsi dari beberapa pertemuan yang diikuti

bersama selama ini, dan lebih dipertajam lagi dengan menyaksikan film-film yang

berhubungan dengan aborsi.

Jika mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di

Yogyakarta sungguh-sungguh memahami apa itu aborsi secara benar, mendalam dan

bermakna, penulis berharap mahasiswi akan menjadi orang-orang yang tumbuh dengan

perasaan cinta dan kasih terhadap sesama, dan dapat menjadi contoh serta teladan

dalam pergaulannya di lingkungan masyarakat. Mereka akan menjadi orang-orang

yang sungguh mampu menghargai kehidupan yang dipercayakan kepadanya dan

menghargai hidup orang lain. Apalagi mereka adalah calon-calon pendidik yang akan

bergabung dengan masyarakat. Lewat pemahaman-pemahaman mereka dapat

membantu mereka dalam upaya pencegahan tindakan aborsi bila dalam hidupnya

mereka menemukan kasus-kasus yang berhubungan dengan aborsi.


58

Meskipun dalam kenyataan saat ini, tidak sedikit khususnya mahasiswi yang

masih belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang aborsi.

Tetapi para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat

tentunya, sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang aborsi,

sehingga harus sungguh-sungguh diperkembangkan menjadi pengetahuan dalam proses

dan perjalanan hidup ke depan untuk lebih baik, sehingga tidak terpengaruh oleh hal-

hal yang mengarah pada tindakan aborsi. Apa pun bentuknya aborsi spontan atau

dengan campur tangan manusia (disengaja) adalah perbuatan jahat yang ditolak dan

ditentang oleh Gereja Katolik khususnya. Bahkan agama-agama lain pun tidak ada

yang mendukung tindakan aborsi, pada umumnya semua agama menolak praktik

aborsi, namun masing-masing agama punya target sendiri untuk menentukan usia janin

atau kehamilan dalam melakukan aborsi. Tetapi untuk agama Katolik sendiri, kapan

dan usia berapa pun janin tidak boleh di aborsi, karena adanya hidup sejak adanya

pembuahan, dan Gereja Katolik sangat menghargai hal ini.


BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN

PRAXIS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG ABORSI

Dalam sebuah perencanaan hal yang selalu ada adalah program kerja. Program

kerja merupakan hal yang paling membantu dalam kelancaran suatu kegiatan. Dengan

adanya program kerja suatu kegiatan yang dilakukan akan berjalan dengan lebih baik

dan terarah, serta lebih teratur. Program jangka pendek ini dibuat untuk membantu

pendamping maupun peserta katekese dalam proses meningkatkan pemahaman tentang

aborsi.

Dalam bab ini akan diuraikan usulan program katekese model (SCP) bagi

mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta

dalam usaha meningkatkan pemahaman tentang aborsi. Adapun hal-hal yang akan

dibahas dalam bab ini antara lain, latar belakang pemilihan program katekese, alasan

pemilihan tema atau materi, penjabaran program dan contoh persiapan katekese.

A. Latar Belakang Pemilihan Program Katekese

Masalah aborsi bukanlah masalah yang baru. Masalah aborsi sudah ada sejak

zaman Gereja purba, dari Yudaisme Gereja purba mendapat penghargaan yang sangat

tinggi terhadap harkat dan martabat yang merupakan puncak karya penciptaan Allah,

yang diciptakan sebagai gambar dan citra Allah. Oleh karena itu manusia dilarang

membunuh sesama manusia. Pembunuhan adalah perbuatan yang sangat keji di mata

Tuhan.

59
60

Kemudian di dalam kekaisaran Romawi kuno, aborsi diperbolehkan, kekaisaran

Romawi kuno sangat dipengaruhi oleh filsafat Stoa yang mengatakan bahwa fetus itu

mendapatkan jiwa ketika ia lahir dan menghirup udara pertama kalinya. Anima dalam

bahasa Latin bisa berarti jiwa dan juga nafas. Oleh karena itu janin hanya mempunyai

Anima (jiwa) ketika ia dapat mempergunakan nafasnya, yakni mulai sejak

kelahirannya. Oleh karena itu di kekaisaran Romawi kuno aborsi sama sekali tidak

dilarang bahkan orang Romawi kuno yang oleh pengaruh filsafat Stoa memandang

bahwa janin adalah pars viscerun matris (bagian rahim ibu) yang bisa dibuang oleh

ibunya. Fetus adalah bagian dari rahim bukanlah mahluk hidup. Hal ini sama seperti

buah-buahan yang juga merupakan bagian dari tanaman itu. Ketika buah itu masak ia

akan melepaskan diri. Hal yang sama terjadi juga dengan fetus. (DR. CB.

Kusmaryanto, SCJ. 2005:28-29).

Pada zaman Helenisme (Yunani), para filsuf Yunani kuno umumnya

memandang aborsi sebagai sesuatu yang dibenarkan. Dalam salah satu bukunya

Republik, Plato (427-347 SM) menyatakan agar anak yang dikandung oleh karena inses

harus digugurkan. Dalam traktatnya mengenai inses dikatakan, ”sesudah menerima

ajaran ini, mereka harus hati-hati jangan sampai membiarkan seorang pun janin akan

melihat sinar matahari, tetapi jika seorang mengandung dan memaksa untuk

melahirkan anaknya, maka dia harus berurusan dengannya dan harus diketahui bahwa

tidak disediakan makanan untuk anaknya itu”. (DR. CB. Kusmaryanto, SCJ. 2005:30-

33).

Pelaku aborsi terkena hukuman ekskomunikasi latae sententiae, KHK kanon

1398 “Yang melakukan aborsi dan berhasil, terkena ekskomunikasi latae sententiae”.

Hukuman ekskomunikasi latae sententiae ini bukan untuk membatasi kerahiman Ilahi
61

yang mengampuni setiap orang yang bertobat, tetapi untuk menerangkan bahwa

kejahatan aborsi adalah kejahatan yang sangat berat sebab aborsi ini merupakan

pembunuhan yang dilakukan terhadap manusia yang lemah, tidak dapat membela diri,

bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan yakni kekuatan tangis dan air

mata bayi yang dimiliki oleh bayi yang baru lahir, yang menyentuh hati. Perlindungan

dan perawatan terhadap anak yang belum lahir dipercayakan sepenuhnya ke dalam

tangan wanita yang mengembannya di dalam kandungan. Walaupun demikian, ada

kalanya justru ibunya sendirilah yang memutuskan dan meminta agar bayi itu

disingkirkan, dan merasa enak saja sesudah melakukannya.

Karena sifatnya yang otomatis, pelakunya tidak perlu ada pernyataan resmi atau

tidak resmi, baik oleh autoritas Gereja ataupun pihak lain. Begitu orang melakukan

aborsi dan berhasil, maka ia otomatis terkena sanksi ekskomunikasi itu, yakni dia

dikeluarkan dari persatuan dengan Gereja. Dia bukan orang Katolik lagi dan dengan

demikian tidak berhak dan tidak boleh lagi mendapat pelayanan (sakramental) dari

Gereja sebelum dia bertobat dan mengakukan dosa-dosanya.

Seorang imam boleh memberikan absolusi dosa aborsi, namun dia harus

melaporkan kepada Uskup dengan menyebutkan jumlahnya. Di beberapa keuskupan

atau konperensi Uskup, ada hukum partikular dimana disebutkan bahwa tidak semua

imam berhak untuk memberikan absolusi terhadap dosa orang yang melakukan aborsi.

Hanya imam tertentu yang diberi mandat oleh Uskup diosesan yang berhak untuk

memberikan absolusi terhadap dosa aborsi ini. Oleh karena itu baik juga kalau melihat

hukum partikular ini di setiap keuskupan.

Kalau dilihat secara sepintas, bahwa Alkitab tidak berbicara langsung mengenai

aborsi, akan tetapi larangan mengenai aborsi adalah konsekuensi langsung dari
62

permenungan terhadap harkat dan martabat manusia dan banyak perikopa mengenai

ajaran pokok Yesus yang tersebar di mana-mana dalam Kitab Suci. Oleh karena itu

kendati tidak disebutkan secara langsung dalam Kitab Suci, ajaran tentang aborsi ini

sudah ada sejak Gereja perdana dan secara konsisten tetap dipertahankan sampai

sekarang. Hal ini dapat dilihat dari tulisan-tulisan yang berasal dari abad-abad pertama

kristianitas dalam apa yang kita sebut tulisan Apokrip. Pada kitab Keluaran 21:22-25

perikopa ini sering disebutkan dalam kerangka pembicaraan mengenai aborsi.

Apabila ada seseorang yang berkelahi dan seorang di antara mereka tertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran
kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka
pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan suami perempuan itu kepadanya,
dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Jika perempuan itu
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan
nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki
ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

Dilihat secara seksama teks di atas, maka akan menjadi jelas bila peristiwa itu

hanya menyebabkan keguguran maka orang yang menyebabkan keguguran itu tidak

perlu membayar dengan nyawa tetapi cukup membayar (sejumlah uang) menurut

putusan hakim. Sebaliknya, kalau peristiwa itu menyebabkan kematian si ibu dan

anaknya diperlakukan prinsip lex talionis yakni nyawa ganti nyawa. Oleh karena itu

janin dalam kandungan tidak digolongkan sebagai seorang pesona yang harus

diperhitungkan dalam hal ganti rugi nyawa. Janin itu masuk dalam klarifikasi barang

yang dapat diganti dengan uang.

Dalam sepuluh perintah Allah, dikatakan jangan membunuh. Semua orang

setuju atas larangan pembunuhan terhadap manusia yang hidup. Yang menjadi

pertanyaan apakah aborsi itu membunuh manusia atau tidak ada yang mengatakan ya

ada juga yang mengatakan tidak, pertanyaan ini menjadi perdebatan selama berabad-
63

abad dan tidak mudah dijawab. Namun dalam Gereja Katolik aborsi merupakan

perbuatan yang dikutuk karena janin adalah seorang manusia sehingga pembunuhannya

tergolong dalam pembunuhan manusia.

Mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat

merupakan bagian dari kaum muda, dan sebagai kaum muda mereka sangat diharapkan

untuk mampu mengembangkan kehidupan Gereja di masa depan. Para mahasiswi

diharapkan untuk mampu menjadi orang yang bisa menjadi panutan yang baik bagi

masyarakat sekitar, dan sangat perlu menjaga sikap dalam kehidupan sehari-hari,

sebagai orang muda Katolik yang mengimani Kristus para mahasiswi harus mampu

bertanggung jawab dalam berbagai keputusan terlebih saat berada dalam situasi yang

paling sulit atau dihadapkan pada masalah yang sangat menuntut tanggung jawab

moral. Berbagai alasan dilontarkan oleh para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat, ketika ditanya sejauh mana mereka memahami aborsi, dan

jawabannya sangat kompleks, ada yang memang kurang mengerti dan ada pula yang

mengerti apa itu aborsi.

Mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat sejak awal

dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik (guru) di sekolah. Mereka mengemban

tugas dan tanggung jawab besar dari pemerintah daerah, karena mereka adalah orang-

orang yang dipercayakan untuk menjadi pendidik di daerah nantinya. Salah satu hal

yang perlu mereka pahami dengan lebih baik adalah sejauh mana mereka memahami

aborsi, yang saat ini sedang gencar dipersoalkan dalam masyarakat Indonesia dan

terdapat banyak klinik-klinik illegal yang membuka praktik aborsi. Sebagai mahasiswi

yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik, sejak dini diharapkan untuk selalu

menjaga norma dan sikap dalam pergaulan, baik dalam kampus maupun dalam
64

masyarakat. Pemahaman aborsi ini sangat penting bagi mereka terutama dalam menjaga

norma, pergaulan serta penghormatan terhadap hak hidup manusia. Dengan memahami

aborsi mereka semakin memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan semakin

menghargai hidup sebagai seorang pendidik. Para mahasiswi yang ada di Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat harus memandang penting penghormatan

terhadap hak hidup manusia terutama janin yang sangat lemah yang kadang kurang

dipandang sebagai manusia, karena seiring dengan perjalanan waktu banyak orang yang

semakin mengabaikan hak hidup orang lain.

Oleh karena itu, melalui katekese model SCP ini diharapkan para mahasiwsi

yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat semakin menyadari

pentingnya pemahaman tentang aborsi sehingga mereka semakin sadar akan tugas dan

panggilan mereka sebagai seorang pendidik yang akan menjadi panutan bagi orang lain.

Selain itu dengan memahami aborsi, mereka juga semakin mampu membatasi diri

dalam pergaulan yang kurang sehat, menjaga sikap, norma serta semakin menghargai

hidup. Mereka juga semakin berkembang dalam pengetahuan, kepribadian, sikap, dan

solidaritas terhadap orang lain. Melalui usulan program ini, diharapkan para mahasiswi

yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat ini semakin yakin dengan

diri sendiri bahwa mereka akan menjadi seorang pendidik yang bertanggung jawab dan

mampu menghargai hak hidup orang lain di manapun mereka berada dan ditugaskan

kelak, sehingga sungguh menjadi seorang pendidik yang bisa memberi harapan bagi

orang lain.
65

B. Alasan Pemilihan Tema

Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah “Katekese

Model SCP dengan Sarana Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman

Mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarata tentang

Aborsi”. Tema umum ini diangkat berdasarkan kebutuhan dan situasi mahasiswi yang

ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta serta dikarenakan

adanya keprihatinan dalam melihat situasi mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta yang beberapa dari mereka belum

menyadari secara mendalam pentingnya pemahaman tentang aborsi. Beberapa di antara

mahasiswi yang belum memahami arti aborsi secara lebih mendalam, sehingga mereka

cendrung mengganggap bahwa aborsi itu hal biasa bagi kalangan mahasiswi atau kaum

muda secara umum, aborsi yang mereka pahami selama ini cenderung sebagai jalan

pintas yang terpaksa dilakukan dalam menyelesaikan persoalan atau masalah.

Tujuan tema ini adalah supaya setiap pribadi mahasiswi menyadari bahwa

tindakan aborsi itu bukan merupakan jalan terbaik dalam penyelesaian suatu masalah,

tetapi lebih pada bagaimana hidup manusia itu harus kita jaga, kita hormati serta kita

junjung tinggi, apa pun adanya, dan yang lebih penting lagi bagaimana seorang mampu

bertanggung jawab akan apa yang terjadi dalam dirinya dan sadar akan tanggung jawab

itu akan menumbuhkan sikap hormat terhadap hidup. Dengan pemahaman yang

dimiliki berarti mahasiswi akan melakukan hal-hal yang positif untuk perkembangan

diri mereka secara pribadi.

Tema umum ini akan dijabarkan dalam 3 (tiga) tema yaitu, mahasiswi yang ada

di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat menyadari pentingnya menjunjung

tinggi nilai-nilai kehidupan, mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak


66

kalimantan Barat menyadari pentingnya pemahaman tentang aborsi, dan mahasiswi

yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat ambil bagian secara nyata

dalam upaya pencegahan tindakan aborsi.

Tema yang pertama bertujuan agar para mahasiswi yang ada di Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

kehidupan manusia, sehingga mereka semakin disadarkan bahwa apa pun adannya

hidup ini, itu semua sangat berharga.

Tema yang kedua bertujuan agar mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat sungguh memahami arti aborsi, bahaya-bahaya aborsi dan

dampak dari tindakan aborsi itu sendiri. Dengan memahami beberapa hal itu

mahasiswi semakin mampu membatasi diri dalam pergaulan yang kurang sehat dan

mampu menghargai hidup.

Tema yang ketiga bertujuan agar para mahasiswi yang ada di Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat membangkitkan semangat para mahasiswi agar

mereka berupaya dan mampu mencegah tindakan aborsi yang mereka jumpai dalam

kehidupan dan pergaulan mereka sehari-hari.

C. Uraian Tema dan Tujuan

Tema umum beserta penjabaran sub tema diuraikan di dalam program

pelaksanaan katekese. Uraian tema, tujuan, sub tema serta tujuan sub tema yang akan

digunakan dalam program diuraikan sebagai berikut:

Tema umum: katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis) dengan

sarana media audio visual untuk meningkatkan pemahaman


67

mahasiswi tentang aborsi bagi mahasiswi Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat di Yogyakarata.

Tujuan Umum: Supaya setiap pribadi mahasiswi menyadari bahwa tindakan

aborsi itu bukan merupakan jalan terbaik dalam penyelesaian

suatu masalah, tetapi lebih pada bagaimana hidup manusia itu

harus kita jaga, kita hormati serta kita junjung tinggi, apa pun

adanya, dan yang lebih penting lagi bagaimana seorang mampu

bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam dirinya dan sadar

akan tanggung jawab itu akan menumbuhkan sikap hormat

terhadap hidup.

Tema 1 : Pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan

Tujuan 1 : agar para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak

Kalimantan Barat mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

kehidupan manusia, sehingga mereka semakin disadarkan bahwa

apa pun adannya hidup ini, itu semua sangat berharga.

Tema 2 : Pemahaman tentang aborsi

Tujuan 2 : mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan

Barat sungguh memahami arti aborsi, bahaya-bahaya aborsi dan

dampak dari tindakan aborsi itu sendiri. Dengan memahami

beberapa hal itu mahasiswi semakin mampu membatasi diri

dalam pergaulan yang kurang sehat dan mampu menghargai

hidup.

Tema 3: Upaya pencegahan tindakan aborsi


68

Tujuan 3: Agar para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak

Kalimantan Barat membangkitkan semangat para mahasiswi

agar mereka berupaya dan mampu mencegah tindakan aborsi

yang mereka jumpai dalam kehidupan dan pergaulan mereka

sehari-hari.
69

D. Penjabaran Program

Tema : Katekese Umat Model SCP dengan Sarana Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswi yang Ada Di
Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarata tentang Aborsi.
Tujuan : supaya setiap pribadi mahasiswi menyadari bahwa tindakan aborsi itu bukan merupakan jalan terbaik dalam penyelesaian suatu
masalah, tetapi lebih pada bagaimana hidup manusia itu harus kita jaga, kita hormati serta kita junjung tinggi, apa pun adanya, dan
yang lebih penting lagi bagaimana seorang mampu bertanggung jawab akan apa yang terjadi dalam dirinya dan sadar akan
tanggung jawab itu akan menumbuhkan sikap hormat terhadap hidup.
No Sub Tujuan Judul Tujuan Materi Metode Sarana Sumber
Tema sub Tema Pertemuan Pertemuan Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1 Menjunjung para mahasiswi a. Cintailah Membantu para • Hak asasi • Informasi • teks foto copy • Kontroversi
tinggi nilai- yang kehidupan mahasiswi yang manusia • Tanya bahan aborsi, 2004:141
nilai ada di asrama ada di asrama untuk hidup jawab • teks lagu • tafsir perjanjian
kehidupan Kabupaten untuk dapat • Nilai hidup • Diskusi • Buku MB baru
Landak semakin menjujung manusia • Refleksi • VCD player 2006:301
Kalimantan tinggi nilai luhur • Film tentang pribadi • TV
Barat mampu kehidupan aborsi • CD film aborsi
menjunjung sehingga semakin • 1Kor.13:4- • tafsir perjanjian
tinggi nilai-nilai mampu mencintai 13 baru Dianne
luhur kehidupan kehidupan apapun
Bergant, CSA,
manusia adanya hidup ini. Robert J. Karris,
sehingga mereka OFM
semakin
disadarkan
bahwa apapun
adanya hidup ini,
itu semua sangat
berharga
70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


b. Menghargai Agar para • Slide tentan • Tanya jawab • Teks lagu • Tolak
sesama yang mahasiswa yang ada g • Diskusi • Teks Yoh. 3:16 Aborsi, 2005:63
lemah di Asrama Aborsi • Sharing • TV • Yoh. 3:16
Kabupaten Landak • Martabat kelompok • CD slide
Kalimantan Barat ini hidup
semakin memiliki Manusia
rasa cinta pada
sesama yang lemah
sehingga, mampu
menjunjung tinggi
nilai kehidupan
setiap manusia.
2 Pemahaman Mahasiswi yang a.Stop Aborsi Membantu • Film tentang • Informasi • TV • Tolak Aborsi,
tentang aborsi ada di asrama mahasiswi asrama Godaan • Tanya • VCD Player 2005:128
Kabupaten Kabupaten Landak kaum muda jawab • CD Godaan kaum
Landak Kalimantan Barat • Budaya • Diskusi muda
Kalimantan untuk memahami kehidupan • refleksi
Barat sungguh hal-hal negatif versus
memahami arti yang terjadi akibat budaya
aborsi, bahaya- tindakan aborsi, kematian
bahaya aborsi sehingga, para
dan dampak dari mahasiswi ini
tindakan aborsi semakin waspada
itu sendiri. dalam pergaulan
Dengan dan hubungan
memahami dengan lawan jenis
beberapa hal itu untuk dapat
mahasiswi menghindari hal-
semakin mampu hal negatif yang
membatasi diri mungkin terjadi
dalam pergaulan
yang kurang
sehat dan mampu
menghargai
hidup
71

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


b. Aborsi? Membantu para • Film tentan • Informasi • TV • 8 Dilema Moral
Ngeri dech…!! mahasiswi yang g Abortus • Sharing • CD tentang Abortus Zaman ini
ada di asrama • Aborsi • Refleksi , 2006:45
Kabupaten Landak • Tanya • Film Abortus
Kalimantan Barat jawab
yang ada di
Yogyakarata
semakin
memahami tentang
aborsi, sehingga
para mahasiswi
yang ada di asrama
ini semakin
menmiliki tingkat
kesadaran yang
tinggi bila
berhadapan dengan
kasus aborsi
3 Upaya Agar para a. Awas Membentu para • Pemelihara • Informasi • Moral hidup • Moral dan
pencegahan mahasiswi yang Aborsi!! mahasiswi untuk an • Tanya • Gambar-gambar Masalahnya,
tindakan ada di asrama waspada terhadap kehidupan jawab tentang aborsi 2001:36
aborsi Kabupaten tindakan aborsi • Teks • Sharing • Keluaran 21:22-
Landak yang ada disekitar Keluaran kelompok 25
Kalimantan mereka sehingga, 21:22-25 • refleksi
Barat para mahasiswi ini pribadi
membangkitkan dapat mencegah
semangat para tindakan pelaku
mahasiswi agar aborsi yang ada di
mereka berupaya sekitar mereka
dan mampu
mencegah
72

tindakan aborsi
yang mereka
jumpai dalam
kehidupan dan
pergaulan
mereka sehari-
hari.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


b.Lestarikan Membantu para • Gerakan • Informasi • Motivasi Iman • Tolak Aborsi,
budaya mahasiswi agar sayang • Tanya • Daftar lembaga yang 2005:165
kehidupan sungguh mampu kehidupan jawab memberikan pelayanan
melestarikan • Diskusi
budaya kehidupan, • Sharing
sehingga, dapat
mencegah segala
bentuk kejahatan
yang
mengakibatkan
kematian akibat
campur tangan
manusia, terutama
janin yang lemah
dan tak berdaya
73

E. Petunjuk dan Pelaksanaan Program

Tema umum berserta penjabaran subtema akan dilaksanakan dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun dengan jumlah 6 (enam) kali pertemuan. Program ini akan

dilaksanakan selama tahun 2010. Kegiatan katekese ini dengan jeda waktu 2 (dua)

bulan sekali, dimulai dari bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September, November. Pada

bulan Juli ini akan dilaksanakan pada awal bulan mengingat bulan Juli ini para

mahasiswi libur dan banyak yang pulang kampung. Pendampingan dalam bentuk

katekese ini diberikan kepada seluruh mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta, terutama bagi yang beragama

Katolik. Setiap pertemuan/tema dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua jam

pertemuan, bertempat di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat di Yogyakarta.

Tema-tema yang diangkat sesuai dengan situasi serta kebutuhan mahasiswi Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Pelaksana dari program ini adalah para

mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Yogyakarta yang diberi

arahan dan pembekalan khusus dari peneliti, mengingat para mahasiswi yang ada di

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Yogyakarta ini bukanlah para mahasiswi

yang dengan latar belakang pendidikan katekis atau guru agama, jadi beberapa dari

mahasiswi ini memang diberi pembekalan khusus untuk dapat melaksanakan program

ini.

Ciri pokok dari kegiatan katekese ini adalah melibatkan seluruh mahasiswi

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Yogyakarta yang beragama Katolik dari

semester bawah hingga semester atas. Sasaran dari kegiatan ini hanya mahasiswi

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Hal ini dilaksanakan agar para

mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak kalimantan Barat, Yogyakarta ini,
74

sejak dini mulai mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan tindakan

aborsi yang merupakan kejahatan yang paling keji dan hal ini dapat membantu para

mahasiswi dalam upaya mengembangkan diri menjadi manusia beriman. Peneliti juga

mengharapkan agar para mahasiswi yang lain juga dapat menggunakan program ini

sebagai bahan yang dapat berguna bagi orang lain dalam upaya memberi pembekalan

dan masukan bagi yang lain, sehingga mampu meningkatkan pemahaman mereka

tentang aborsi dan dapat berguna bagi perkembangan hidup mereka.

F. Contoh Persiapan Program

Berdasarkan usulan program di atas, maka bagian ini peneliti mengajukan suatu

contoh persiapan katekese. Contoh persiapan ini diambil dari salah satu tema di dalam

penjabaran program. Tema yang diangkat dalam katekese ini disesuaikan dengan

kebutuhan dan situasi peserta, yakni mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan

Barat, Yogyakarta. Tema pertemuan ini adalah “Cintailah Kehidupan”. Tujuan dari

katekese ini adalah membantu para mahasiswi yang ada di asrama untuk dapat semakin

menjunjung tinggi nilai luhur kehidupan sehingga semakin mampu mencintai

kehidupan apa pun adanya hidup ini.

1. Identitas Katekese

a. Tema : Cintailah kehidupan

b. Tujuan : Membantu para mahasiswi yang ada di Asrama untuk dapat semakin

menjunjung tinggi nilai luhur kehidupan sehingga semakin mampu

mencintai kehidupan apa pun adanya hidup ini.


75

c. Peserta : Para mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat,

Yogyakarta

d. Tempat : Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Yogyakarta, Condong

Catur.

e. Waktu : 17.00-18.30

f. Model : Shared Christian Praxis

g. Metode : - Informasi

- Tanya jawab

- diskusi

- Refleksi pribadi

h. Sarana : - Teks foto copy bahan

- Teks lagu

- Buku MB

- VCD player

- TV

- CD film aborsi

i. Sumber : - Kontroversi Aborsi, 2004:141

Bahan - 1 Kor. 13:4-13

2. Pemikiran dasar

Dalam hidup sehari-hari, tak jarang banyak kasus dan peristiwa dimana orang

sudah tidak memiliki rasa cinta lagi terhadap kehidupan. Pembunuhan ada dimana-

mana dan terhadap siapa pun, baik anak-anak maupun orang dewasa, laki-laki

maupun perempuan dari segala jenis usia. Peristiwa-peristiwa semacam ini


76

menunjukkan bahwa tidak ada lagi rasa cinta terhadap kehidupan, dan tidak ada lagi

penghargaan terhadap hak hidup orang lain, di televisi, koran, majalah dan sumber-

sumber lain tak jarang dibicarakan masalah pembunuhan. Macam-macam pula

bentuk pembunuhan itu, baik dengan cara paling sadis maupun dengan cara yang

paling halus. Peristiwa-peristiwa yang ada itu menandakan sikap tidak mencintai

kehidupan.

Sebagai orang beriman kristiani kita diajak untuk mengambil sikap. Kita diajak

untuk mencintai kehidupan, mengasihi sesama, tidak mudah menbenci, iri hati dan

cemburu terhadap orang lain, sebagaimana yang akan kita renungkan dalam surat

Santo Paulus kepada umat di Korintus. (1 Kor 13:4-13), bahwa kasih itu sabar, murah

hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak bersuka cita

karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran ia menutupi segala sesuatu, jika yang

sempurna datang maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Demikianlah tinggal

ketiga hal itu yaitu iman, pengharapan dan kasih dan yang paling besar di antaranya

adalah kasih. Bahwa kasih memiliki porsi paling besar dalam seluruh isi bacaan yang

ada, bahwa kasih mengajak orang untuk mampu mencintai kehidupan, untuk mampu

mencintai orang lain apa pun adanya.

Dari pertemuan ini kita diharapkan semakin mampu menyadari bahwa

mengasihi, mencintai sesama itu sangat penting dan sungguh sesuatu yang tidak

gampang untuk dilakukan tanpa ada rasa kasih dari dalam diri kita. Mencintai

kehidupan adalah tugas kita sebagai jemaat beriman kristiani. Kita diajak, kita disapa

oleh Kristus bagaimana kita mampu memberikan kasih kepada sesama, agar

kehidupan ini semakin dicintai.


77

a. Pengembangan Langkah-Langkah

1). Pengantar

”Selamat sore teman-teman, kita merasa bersyukur atas rahmat dan cinta

Tuhan yang membiarkan kita hadir dan berkumpul kembali di tempat ini dengan

keadaan sehat selalu. Pada kesempatan ini kita diajak untuk melihat sebuah tema

tentang “mencintai kehidupan” perlu kita lihat pengalaman-pengalaman kita yang

lalu apakah kita sudah mencintai kehidupan kita? ataukah kita malah sebaliknya?

Kita diajak pada kesempatan ini, bagaimana tanggung jawab kita sebagai orang

beriman bagi hidup kita”.

2) Lagu pembuka teks “Persembahan Hidup”

Hidup ini Tuhan Engkau yang berikan, kan kami jalani demi panggilan, hidup ini

memang penuh perjuangan, kadang pula penuh pergulatan, kepadaMu hidup kami

kembalikan, ke dalam tanganMu segalanya ku srahkan, suka duka tawa maupun

tangisan, smoga ini jadi kidung dan pujian.

Reff: kusembahkan hati budi diri kami, hidup mati kami dalam dunia ini biar

kami jagai sampai akhir nanti, mengabdi Tuhan kini sampai mati.

3) Doa Pembuka

“Ya Bapa pada kesempatan ini, kembali kami haturkan pujian dan syukur yang tak

terhingga di hadapanMu, karena Engkau selalu hadir bagi kami, dalam setiap kegiatan

dan aktivitas yang kami lakukan sepanjang hari ini hingga saat ini. Tak henti-hentinya

kami selalu mohon rahmat kasih dan penyertaanMu dalam pertemuan kami ini. Semoga

kehadiran teman-teman juga semakin menguatkan kami satu per satu untuk memuji dan
78

memuliakan namaMu. Pada saat ini kami berkumpul dalam namaMu untuk membahas

tentang hidup ini, melihat kembali apakah kami sungguh-sungguh mencintai kehidupan

kami dan sesama. Kami mohon rahmatMu untuk membimbing kami, agar namaMu

senantiasa hadir dalam hati kami, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin”.

b. Langkah 1: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta

1) Menonton film “tentang aborsi”

2) Intisari film “Aborsi”

Film tentang aborsi menceritakan, bagai mana orang tidak menghargai

kehidupan dan tidak mencintai kehidupan lagi bahkan tega membunuh manusia

lemah yang tidak berdosa dan tidak dapat membela diri. Dalam film dilihatkan

bagaimana orang kuat seolah-olah menindas orang yang lemah yang tidak berdaya,

kita juga diperlihatkan pada usia-usia kehamilan di setiap bulannya, kita melihat

perkembangan janin yang terus berkembang.

Pada tahap berikutnya kita melihat dokter melakukan pengguguran, dengan

sebuah alat penghancur yang dimasukkan ke dalam rahim seorang ibu. Kita melihat

seorang bayi yang lemah berusaha lari dan membela diri, tetapi apa boleh buat dia

sungguh tidak berdaya, satu per satu anggota tubuhnya hancur dan dikeluarkan,

hingga semua bagian terpisah-pisah dan dibawa keluar. Kejamnya perbuatan yang

dilakukan manusia yang tidak bertanggungjawab terhadap janin tersebut.

Permasalahan yang muncul setelah melakukan aborsi tadi adalah, rasa

bersalah, trauma dan rasa berdosa seumur hidup. Dalam malakukan aborsi orang

tidak selalu merasa masalahnya selesai namun, muncul masalah baru yang lebih berat

lagi yang tentunya sulit untuk mencari jalan keluarnya, karena hal baru ini sangat
79

berhubungan berat dengan masalah hati dan perasaan. Sedangkan dari segi fisik yang

juga berakibat fatal, badan menjadi kurus, tanpa semangat, loyo dan kurang tenang,

ada juga yang harus menderita pendarahan atau bahkan tidak bisa hamil untuk

seterusnya.

3) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami film tersebut dengan

tuntunan beberapa pertanyaan.

a) Apa akibat yang terjadi setelah orang melakukan aborsi?

b) Apa tanggapan anda terkait dengan kasus-kasus aborsi yang pernah anda diketahui?

c. Langkah II : mendalami pengalaman hidup peserta

1). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau film yang baru

disaksikan dengan bantuan beberapa pertanyaan

a) Cara apa yang ditempuh oleh dokter dalam melakukan tindakan aborsi tadi?

b) Cara mana yang di pakai teman-teman bila berhadapan dengan kasus aborsi?

2). Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan arahan

berikut.

Sebagai manusia beriman, dan sebagai orang nuda yang mengimani Kristus

tentunya kita sudah diperkenalkan dengan hukum pertama dan paling mendasar dalam

Gereja kita, yakni kasih. Hukum kasih mengajari kita untuk mengasihi sesama, tanpa

melihat siapa pun dan dari manapun. Bila berhadapan dengan tindakan aborsi seperti

yang kita lihat dalam film tadi tentunya bukan hal mudah bagi kita untuk melarang

orang, namun sebagai sesama manusia kita diharapkan mampu memberi masukan dan
80

arahan yang tentunya tidak menyinggung perasaan orang lain. Kita mengadakan

pendekatan, jangan pernah kita berusaha untuk menjahui orang-orang yang dalam

posisi sulit atau bermasalah.

d. Langkah III. Menggali pengalaman iman Kristiani

1). Salah seorang peserta diminta bantuannya untuk membacakan perikope langsung

dari kitab suci, Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus

1Kor. 13:4-13

2). Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan kitab suci dengan bantuan beberapa

pertanyaan berikut.

a) Ayat-ayat manakah yang menunjukkan cinta kasih dalam perikopa tadi? Mengapa?

b). Makna-makna kasih yang bagaimana yang dapat dipetik dari perikop tersebut di

atas?

c). Sikap-sikap mana yang ditunjukkan kepada kita sebagai manusia yang

mengutamakan kasih dalam kehidupan?

3). Peserta diajak untuk secara pribadi mencari sendiri dan menemukan pesan inti

perikopa sehubungan dengan jawaban atas tiga pertanyaan b. di atas.

4). Tafsiran dari surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, 1 Kor. 13:4-13

dan menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

tujuan
81

1 Kor. 13:4-13, kasih berbeda dengan cinta berahi yang berpusatkan pada diri

sendiri. Maka kasih (agape) ialah cinta yang terarah pada orang lain dan hanya

mengejar kepentingan orang lain itu. Kasih itu bersumberkan pada Allah, yang terlebih

dahulu mengasihi kita sampai menyerahkan anak-Nya sendiri demi menebus dosa-dosa

kita. Allah menyerahkan Putra-Nya yang tunggal hendak memperdamaikan orang

berdosa dengan diri-nya. Kasih itu bukan hanya suatau sifat Allah, tetapi hakikatnya.

Demikianpun halnya dengan anak Allah yang mengasihi Bapa seperti Ia sndiri dikasihi

oleh Bapa dan seperti Ia mengasihi manusia. Kasih itu berlandaskan kejujuran dan

kerendahan hati. Ia lupa akan kepentingan diri sendiri dan memberikan dirinya kepada

yang lain. . kasih itu perlu dinyatakan dalam perbuatan dan menepati segala perintah

Tuhan, sehingga kepercayaan sungguh menjadi pengikat yang menyempurnakan.

Kasih mengalahkan segala kebencian, cinta diri dan keegoisan dalam diri kita,

kasih mengampuni tanpa batas. Ada tiga keutamaan yang kita ketahui dalam Gereja

Katolik, iman, pengharapan dan kasih dan yang paling besar di antara ketiga keutamaan

itu adalah kasih, siapa pun kita kasihi tanpa mengenal dari golongan manapun. Itulah

kasih, kasih itu total tanpa syarat, itulah kasih yang sempurna.

e. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit

1). Pengantar

“Teman-teman yang dikasihi Tuhan, kita telah membicarakan kasih pada

kesempatan ini, yang berarti kita juga diajak untuk menebarkan kasih terhadap semua

orang, mengasihi setiap makhluk hidup yang dipercayakan Tuhan kepada kita, kasih

mengajarkan kita untuk sabar, lemah lembut dan tidak sombong. Banyak hal yang

dapat menjadi pelajaran bagi kita dari surat Paulus kepada Jemaat di Korintus ini, kita
82

mengasihi tanpa syarat dan tanpa mengharapkan balasan dari orang yang kita kasihi,

sebagai kaum muda apakah kita sungguh-sungguh sudah menghayati kasih ini sebagai

keutamaan dalam kepercayaan kita atau malah kita sudah lupa dengan hukum utama

dalam Gereja kita ini. Pada kesempatan ini mengingatkan kita kembali untuk selalu

ingat dan mampu menghayati kasih dan menebarkannya pada sesama kita”.

2). Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan mampu menebarkan

kasih kita kepada sesama pada zaman sekarang, dengan mencoba merenungkan

pertanyaan-pertanyaan berikut.

a) Apakah arti hukum kasih bagi hidupku sebagai kaum muda yang dikasihi

Kristus?

b) Sikap-sikap manakah yang dapat kuperjuangkan agar dapat semakin menghayati

kasih Kristus?

c). Apakah teman-teman semakin disadarkan, atau ditegur atau diteguhkan dalam

upaya untuk mengasihi sesama?

Saat hening, secara pribadi akan pesan Kitab suci dengan situasi konkret teman-

teman sebagai pasangan kaum muda dengan panduan tiga pertanyaan di atas.

Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu.

3). Rangkuman penerapan pada situasi peserta

Surat Paulus kepada umat di Korintus telah banyak mengajarkan. Kita tentang

kasih dan semua itu sangat bermakna bagi kita sebagai kaum muda, kita diharapkan

untuk mampu mengasihi sesama. Kita diajak untuk mampu mengasihi, dalam hukum

kasih memang sulit kita pahami, namun apa yang mau disampaikan kepada kita

merupakan sesuatu yang sangat berharga yang perlu kita pahami dan perlu kita hayati.
83

Kasih memberi tanpa banyak berharap untuk dibalas, sebuah pengorbanan sebagaimana

yang telah diberikan oleh sang Guru sendiri kepada kita, kita juga berusaha

memberikan dan mengasihi sesama kita, yang kuat maupun yang lemah, kaya maupun

miskin, karena kita semua sama di hadapan Allah. Dalam mengasihi orang yang kita

benci memang tidak mudah, karena naluri manusiawi kita terlalu dominan

mengalahkan semua yang baik yang ada dalam diri kita, namun kita sebagi orang

beriman kita mau menyerahkan semua pada Yesus.

f. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret

1). Pengantar

“Teman-teman dari film tadi kita telah melihat bagaimana orang tidak memiliki

rasa kasih lagi terhadap sesama, membunuh yang lemah yang tidak berdaya, tidak ada

rasa kasih lagi bahkan dihancurkan dengan cara yang mengerikan, tidak ada lagi

keutamaan kristiani dalam tindakan aborsi, pembunuhan yang paling kejam, dengan

banyak alasan orang melakukan aborsi spontan yang semuanya itu merupakan tindakan

paling kejam. Aborsi yang kita saksikan lewat film tadi menyapa kita untuk mampu

menjadi orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan ini, kita harus menerima apa

pun situasi hidup kita. Ada resiko yang harus diterima oleh orang yang melakukan

aborsi, trauma, rasa bersalah dan berdosa yang tidak gampang hilang.

Santo Paulus juga telah mengajak kita bersama Jemaat di Korintus untuk

mampu dan mengutamakan kasih tanpa melihat orang tersebut dari golongan manapun

dan kelas manapun, kasih mengalahkan segala keegoisan yang ada dalam diri kita,

memaafkan segala kesalahan, kasih tanpa syarat tanpa mengharapkan imbalan apa pun,

penyerahan diri secara total”.


84

2). Memikirkan niat-niat kita yang baru (pribadi atau kelompok atau bersama) untuk

lebih meningkatkan kasih kita, khususnya dalam tugas kita sebagai pasangan kaum

muda. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat

niat-niat

a) Niat apa yang kita lakukan untuk semakin menjadi kaum muda yang mampu

mengasihi sesama?

b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat tersebut?

Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening, memikirkan sendiri

tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan niat

tersebut, kemudian niat tersebut didiskusikan bersama agar mereka semakin

memperbaharui sikap-sikap mereka sebagai kaum muda Katolik.

g. Penutup

1). Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa

menyanyikan bersama lagu “Bahasa Cinta“

2). Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut.

3). Kesempatan doa umat spontan yang didahului oleh pendamping dengan

menghubungkan hidup peserta di lingkungan maupun bagi semua keluarga-

keluarga kristiani. Setelah itu doa umat disusul spontan oleh para peserta yang lain.

Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup.


85

4). Doa penutup

“Bapa yang penuh kasih, pada kesempatan pertemuan tadi kami telah banyak

memperoleh hal-hal baru yang sungguh mampu membantu kami untuk memahami arti

hidup yang Engkau berikan kepada kami. Semoga kami semakin mampu untuk

mengasihi sesama dan berbuat baik, dan jadikan kami duta kasih demi pelayanan

terhadap sesama. Semoga kami pun semakin giat mengamalkannya dalam kehidupan

kami sehari-hari, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami”. Amin.

5). Sesudah Doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu “Madah Kasih” Madah Bakti

No.66.
BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup ini penulis mengungkapkan kesimpulan dan saran yang

berkaitan dengan tingkat pemahaman mahasiswi Asrama Kabupaten Landak

Kalimantan Barat di Yogyakarta tentang Aborsi. Kesimpulan dirumuskan berdasarkan

hasil pembahasan dalam BAB III dengan melihat landasan teori pada BAB II.

Sedangkan untuk saran dirumuskan berdasarkan kesimpulan.

A. Kesimpulan

Mahasiswi yang ada di asrama ini merupakan para kaum muda yang datang dari

berbagai daerah, jadi latar belakang pergaulan mereka juga bermacam-macam. Dari

situasi ini, muncullah beberapa permasalahan yang berkaitan dengan masalah pergaulan

dengan teman-teman lawan jenis khususnya. Ada keprihatinan yang peneliti rasakan

melihat situasi para mahasiswi yang memiliki pengetahuan yang masih minim terkait

dengan masalah aborsi. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang aborsi dari

para mahasiswi ini karena memang kurang diberi pengertian khusus dari keluarga,

sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Bagi sebagian orang membicarakan

masalah seksualitas adalah hal yang sangat tabu, dan pantang terutama bagi para

mahasiswi yang memang pada umumnya berasal dari suku Dayak, salah satu suku dari

Kalimantan Barat, bagi orang tua masalah seks tidak boleh diketahui oleh anak-anak

yang belum berkeluarga (pantang). Pendidikan yang kurang memadai dari keluarga ini

sering kali menimbulkan rasa penasaran bagi mereka, sehingga muncullah hasrat untuk

coba-coba dan pada akhirnya menyebabkan hal yang sangat fatal.

86
87

Dari hasil pengamatan penulis juga melihat bahwa situasi yang seperti di atas

sangat efektif bila dilaksanakan katekese model SCP (Shared Christian Praxis) yang

menggunakan media yaitu media audio visual. Media ini tentunya bisa membantu

mereka dalam upaya memahami aborsi. Katekese yang menggunakan media ini dapat

menyentuh para penontonnya secara langsung sehingga mudah dipahami. Mengingat

dunia anak muda zaman sekarang bahwa segala sesuatu selalu ingin yang praktis dan

mudah dipahami serta budaya instan (malas membaca) yang tentunya sudah

membudaya bagi sebagian mahasiswi. Jadi media adalah salah satu alat yang sangat

tepat bagi para mahasiswi yang ada di asrama ini, dan berdasarkan penelitian pula,

bahwa dengan menonton mereka semakin merasa paham dan jelas tentang aborsi

dibandingkan tanpa sarana audio visual.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswi

Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta, peneliti dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak Kalimantan Barat sudah memiliki pemahaman tentang aborsi, namun

pemahaman yang dimiliki masih sangat perlu ditingkatkan lagi. Pemahaman yang

selama ini mereka miliki belumlah cukup baik sehingga tidak jarang salah mengartikan

aborsi, karena memang belum ada informasi yang cukup jelas yang mereka peroleh

serta masih kurangnya tingkat kesadaran mereka untuk terbuka dan berlajar. Sebagai

kaum muda Katolik yang menjadi tulang punggung Gereja di masa depan, sangat perlu

memahami hal-hal yang berkaitan dengan aborsi.

Melalui pedoman pertanyaan yang peneliti tanyakan saat melaksanakan

pendalaman iman di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat didapatkan data-data

yang menyatakan terutama sebelum menggunakan media audio visual, bahwa mereka
88

belum memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik yang berkaitan dengan aborsi. Hal

ini dapat dibuktikan dari jawaban mereka sebelum menggunakan media audio visual

bahwa aborsi itu hal biasa di kalangan kaum muda. Demikian juga hukuman-hukuman

apa yang harus diterima dan ditekankan oleh Gereja Katolik ketika melakukan

tindakan aborsi. Aborsi yang mereka ketahui selama ini adalah salah satu cara untuk

menutupi aib, rasa malu dari masyarakat, sedangkan akibat-akibatnya tidak

diperhatikan atau tidak diketahui.

Media audio visual yang digunakan membantu para mahasiswi dalam

meningkatkan pemahaman mereka tentang aborsi. Hal ini terbukti lewat jawaban

mereka setelah menonton video tentang aborsi. Seandainya mereka berada di posisi

antara memilih melakukan aborsi atau tidak, maka mereka memilih akan bertanggung

jawab dan tidak akan mengguggurkan kandungan mereka apa pun alasannya. Media

sangat membantu mereka untuk lebih mudah memahami dan mengerti aborsi. Banyak

yang tidak setuju dengan tindakan aborsi setelah mereka melihat dan menyaksikan

video aborsi. Dalam hal inilah media sungguh mampu memberikan sumbangan yang

terbaik dalam meningkatkan pemahaman mahasiswi tentang aborsi.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis membuat suatu usulan program

katekese model SCP dengan menggunakan sarana media audio visual sebagai salah satu

model katekese yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman mahasiswi Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta tentang aborsi. Usulan

program ini dibuat dengan harapan bahwa program yang telah dibuat hendaknya dapat

digunakan dan dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman mahasiswi Asrama

Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta tentang aborsi.


89

B. Saran

Mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat adalah

kaum muda yang diutus oleh pemerinntah daerah untuk studi di Yogyakarta dan para

mahasiswi ini juga merupakan kaum muda tulang punggung harapan Gereja ke depan.

Oleh karena itu jelaslah mereka memiliki tanggung jawab besar terhadap pemerintah

daerah serta memiliki tugas perutusan untuk meneruskan perutusan Yesus Kristus

sebagai kaum muda Katolik yang beriman. Para mahasiswi ini perlu dibina dan

dipersiapkan sejak dini sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga iman,

kepribadian dan pengetahuan terus menerus diperkembangkan dan akhirnya siap

menjadi seorang pendidik dan warga Gereja yang bermutu dan berkualitas.

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengungkapkan beberapa saran bagi

para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang ada di

Yogyakarata agar semakin menyadari pentingnya pemahaman tentang aborsi melalui

media audio visual demi perkembangan hidup mereka sebagai seorang pendidik yang

diharapkan mampu menjadi teladan bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Beberapa

saran yang dapat diberikan peneliti bagi para mahasiswi yang ada di Asrama Kabupaten

Landak kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta di antaranya:

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aborsi dengan lebih

banyak belajar dan semakin sadar akan bahaya-bahaya yang terjadi akibat

tindakan aborsi

2. Selalu waspada dalam pergaulan dengan lawan jenis yang berakibat fatal

sehingga akhirnya mengakibatkan tindakan aborsi

3. Menumbuhkan rasa kecintaan dan penghormatan yang tinggi terhadap hidup

manusia, apa pun adanya hidup.


90

4. Terus menerus mengembangkan diri dengan banyak terlibat dalam kegiatan

hidup mengGereja sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan diri

sendiri.

5. Memiliki pengetahuan tentang tradisi dan ajaran resmi Gereja Katolik yang

berhubungan dengan hukuman bagi pelaku tindakan aborsi.

6. Selalu berupaya mengembangkan iman akan Yesus

7. Berusaha untuk menahan diri dari tawaran-tawaran duniawi yang dapat merusak

perkembangan diri.

8. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan hidup manusia

9. Jadilah teladan bagi orang-orang di sekitarmu.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sampaikan di dalam skripsi

ini. Kiranya kesimpulan dan saran yang peneliti ungkapkan ini semakin mampu

menyadarkan para mahasiswi Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang ada di

Yogyakarta dalam meningkatkan pemahaman tentang aborsi demi perkembangan diri

dan iman sebagai kaum muda dan calon pendidik yang bertanggung jawab dan

memiliki rasa cinta terhadap kehidupan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X. dan Ernestine. (1977). Katekese Audio Visual. Yogyakarta:


Pradnyawidya.
Aldolf, Heuken. (1997). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta
Akhmad, Sudrajat. http:// akhmadsudrajat, Wordpress com. Accssed on januari 12,
2009.
Anonim. (1987). Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Direktoral Jenderal
Pelayanan Depkes RI.
Badudu, Js dan Sutan Mohammad Zain. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed). (2002). Tafsir Kitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
Bertens, K. (2002). Aborsi sebagai Masalah Etik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Brown, (1973). http:// www.ekofeum. Or.id. accssed on Februari 4, 2009.
Coeytaux dkk. (1997). Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta:
Gadjah Mada
Depkes. Kartono, Mohammad. (1992). Teknologi Kedokteran dan Tantangannya
Terhadap Biotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(1995). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dokumen Konsili Vatikan II. (1993). (Terjemahan R. Hardiwiryana, SJ). Jakarata:
Dokumen dan penerangan KWI.
Ebrahim, Abdul Fald Mohsin. (1997). Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi
Kemandulan. Bandung: Mizan IKAPI.
Ekotama, Suryono Dkk. (2001). Abortus Provocatuas. Yogyakata: Universitas Atma
jaya.
Emiyanti, Sri dkk. (1997). Aborsi: Sikap dan Tindakan Paramedis. Yogyakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dan Ford Foundation.
Eniarti, Djohan Dkk. (1994). Sikap Tenaga Kesehatan pada Aborsi di Indonesia.
Jakarta: Prisma, Vol XXIII, LP3ES.
Go Piet O. Carm. (2005). Aborsi. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan
KWI.
Gregory C. Higgins. (2006). Dilema Moral Zaman ini. Yogyakarta: Kanisius &
Anggota IKAPI Foundation and Pusat Penelitian Kependudukan UGM.
Gunawan, N. (2000). Simposium Masalah Aborsi di Indonesia. Jakarta: Population
Council.
Hawari, Dadang. (2006). Aborsi. Jakarta: Balai Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia..
Hofman, Ruedi. (1999). Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana.
Huber, Th. SJ. (Ed). (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Iswarahadi.Y.I. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius.
____________. (2002). Pendidikan Iman di Zaman Audio Visual. Seri puskat 334.
Yogyakarta.
____________. (2008). Tantangan dari Zaman Televisi: pewartaan Iman dengan
cerita dan gambar. Diktat mata kuliah Pendidikan Agama Katolik Audio Visual

91
92

untuk mahasiswa semester VII, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas


Sanata Dharma Yogyakarta.
Kusmaryanto, CB. (2004). Kontroversi Aborsi. Jakarta: PT Grasindo.
______________ . (2005). Tolak Aborsi. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman untuk katekis: dokumen mengenai Arah
Panggilan, Pembinaan dan Promosi Katekis di Wilayau-wilayah yang Bereada di
bawah Wewenang CEP. Yogyakarta: Kanisius.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Mohammad, Kartono. (1992). Teknologi Kedokteran dan Tantangannya Terhadap
Biotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nelson, James. (1973). Human Medicine. Augsburg: Publishing House.
Paulus VI. (1990). Evangelii Nuntiandi. (J. Hardiwikarta, Alih bahasa). Jakarta:
Dopken KWI. (dokumen asli diterbitkan 1975).
Pedoman penulisan skripsi. (2006). Yogyakarta: Program Studi Ilmu. Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, FKIP USD.
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (1981). Rumusan katekese umat
yang dihasilkan PKKI II. Dalam Th. Huber (Ed). Katekese Umat: Hasil
pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (hh. 15-23). Yogyakarta:
Kanisius.
Pusat pengembangan dan pembinaan bahasa: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 1991.
Sadik, N. (1997). The State of World Populatio UNFPA, and Management of Unsafe
Abortion, New York: Family Care International.
Sastrawinata, S., T. Agoestina, S., dan P. Siagian. (1976). Menstrual Regulation as a
Contraceptive Back-up Service in Hasan Sadikin Hospital.
Setyakarjana, SJ. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarata: Pusat Kateketik.
Shanon, Thomas, A. (1995). Pengantar Bioetika. Terjemahan Bertens, K. Jakarta:
Gramedia.
Siauwarjaya, Afra. (1987). Membangun Gereja Indonesia II: katekese umat dalam
Pembangunan Gereja indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Sumarno Ds., M. (2006). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki untuk Mahasiswa semester V, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama,
Universitas sanata Dharma Yogyakarta.
Sumapraja, Sudraji dkk. (1979). Pengguguran Kandungan Berdasarkan Pertimbangan
Kesehatan. Dalam Ostetrik dan Ginekologi Indonesia.
Telaumbanua, Marinus., Dr. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Lampiran 1.
Persiapan katekese dengan model SCP (Shared Christian Praxis) 1

A. IDENTITAS
1. Pelaksana: Shanty
2. Tema: Mampukah aku bertanggung jawab?
3. Tujuan: Bersama-sama pendamping, peserta diajak menyadari
pentingnya memperhatikan pergaulan sebagai kaum muda
Katolik yang mampu menghargai hidup, sehingga
semakin mampu
bertanggungjawab dalam setiap keputusannya.
4. Peserta: Mahasiswi Kabupaten Landak yang ada di Asrama
5. Tempat: Asrama kabupaten Landak Kalimantan Barat Condong
Catur Yogyakarta
6. Hari/Tgl: Senin/9 Februari 2008
7. Waktu : 19.00 – selesai
8. Model : Shared Christian Praxis
9. Metode: - Sharing kelompok
- Diskusi kelompok
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
10. Sarana: - Teks lagu
- Kaset VCD tentang godaan kaum muda
- Teks pertanyaan pendalaman
- Teks atau Kitab Suci Perjanjian Lama
11. Sumber bahan :
- Kitab Keluaran 21:22-25
- Kitab Suci Katolik, Arnoldus Ende. Hal. 134.
- DR. CB. Kusmaryanto, SCJ. Tolak Aborsi. Yogyakarta:
Kanisius, Hal.17
- Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM.
Tafsir Alkitab perjanjian lama, Yogyakarta: Kanisius.
Hal. 105.
B. PEMIKIRAN DASAR
Zaman yang serba instant saat ini, atau sering dikenal dengan budaya instant
banyak orang, terutama kalangan mahasiswa/i ingin semua menjadi cepat bebas
hambatan dan tanpa kendala. Para mahasiswa/i kurang menyadari etika dalam
pergaulan, sehingga tidak jarang kita lihat di layar televisi, Koran, majalah,
internet dll. Kasus-kasus aborsi atau bayi yang sudah lahir kemudian dibuang
begitu saja. Bahkan ada klinik-klinik tertentu atau klinik ilegal yang melayani
praktek aborsi. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, dimana nilai hidup manusia
sudah kurang dihargai dan diperhatikan lagi sedangkan di beberapa tempat juga
ditemukan praktek aborsi oleh dukun beranak dengan biaya yang relative rendah
sedangkan keselamatan ibu tidak diperhatikan atau kurang mendapat jaminan.

(1)
Keluaran 21:22-25 “apa bila ada orang berkelahi dan seorang diantara
mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung,
sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan
itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus
memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak”.
Memang teks ini tidak berbicara tentang aborsi tetapi mengenai kepemilikan yang
memberikan tuntunan bagaimana harus bertindak dalam kasus kerusakan yang
terjadi secara tidak sengaja dan menyebabkan aborsi. Jika wanita itu mati atau
menjadi cacat seumur hidup, maka harus diterapkan hukum pada umumnya: mata
ganti mata, nyawa ganti nyawa, dsb. Akan tetapi jika hanya janin yang hilang
(mati), maka pelakunya hanya didenda dengan uang sebagai pengganti bakal anak
yang hilang. Semua telah ditentukan oleh Allah apa yang dilakukan dengan tidak
disengaja dianggap disebabkan oleh Allah. Pada ayat 25 berbunyi bengkak ganti
bengkak ini merupakan hukum pembalasan dan mempunyai ciri kemasyarakatan
dan bukan ciri pribadi atau perorangan. Dengan hukuman yang setimpal, hukum
ini mau mengekang pembalasan yang melampaui batas.
Lewat pertemuan ini kita diharapkan untuk semakin mampu bersikap dalam
pergaulan sehari-hari, dan sebagai orang muda kita juga diharapkan dapat
bertanggungjawab dengan apa yang sudah kita perbuat. Dalam situasi apa pun
tindakan aborsi bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah, karena
tindakan aborsi itu merupakan tindakan pembunuhan jadi erat kaitannya dengan
sang pencipta hidup sendiri. Sebagai anak-anak yang telah ditebus oleh Allah kita
sangat diharapakan mampu menjadi orang yang bertanggungjawab atas segala
perbuatan kita. Apapun keadaan hidup itu, berusahalah untuk bisa menerimanya,
karena itu merupakan anugerah yang luar biasa dari sang pencipta.

C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
”Teman-teman yang terkasih di dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di
sisni karena berkat kasih Kristus yang senantiasa menyertai kita semua. Pada
kesempatan ini saya mengajak teman-teman kaum muda untuk kembali melihat
perjalanan hidup kita terutama dalam relasi kita dengan orang lain, dalam
perbuatan kita sehari-hari dan dalam pergaulan kita dengan orang lain, kita mau
melihat bahwa Allah sumber kehidupan yang senantiasa memberikan kehidupan
kepada kita yang terkadang tidak kita sadari, pada pertemuan ini saya akan
mengajak teman-teman untuk melihat sejauh mana kita sebagai orang muda
mampu menghargai hidup dan memelihara kehidupan itu”.
b. Lagu pembuka “persembahan hidup” (teks terlampir)
c. Doa pembukaan.
“Allah Bapa maha cinta, hari ini kami mengucap syukur kepada-Mu karena
kami boleh kau kumpulkan untuk mengikuti pertemuan dalam upaya untuk selalu
mampu mencintai hidup ini, kami sebagai orang muda kadang kala dihadapakan

(2)
pada banyak pilihan hidup dan terkadang kami salah dalam memilih, oleh sebab
itu ya Bapa kami selalu memohon bimbingan dari-Mu agar apapun yang terjadi
dapat kami pertanggungjawabkan sebagai bukti kami menghargai hidup yang
berasal dari Engkau. Demi Tuhan kami Yesus Kristus, yang bersatu dengan
Engkau dan roh kudus kini dan sepanjang segala masa”. Amin.

2. Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup peserta


a. Intisari Film “Godaan Kaum Muda”
Film tadi menceritakan kehidupan orang-orang muda yang serba gaul dan
mengikuti trend zaman, mereka ke mall untuk membeli pakaian-pakaian yang
bagus, yang gaul dan yang mahal, mereka ke clubing untuk mencari hiburan dan
bersenang-senang. Akhirnya mereka juga menjadi pengkonsumsi drugs obat-obat
terlarang. Dari mengkonsumsi obat-obatan sampai pergaulan bebas atau seks
bebas pun mereka lakukan. Apa yang terjadi?? Maka terjadilah hamil di luar nikah
tidak diketahui siapa ayahnya yang jelas, situasi yang demikian memicu untuk
melakukan pengguguran atau aborsi provocatus. Orang muda yang kurang
memiliki pertimbangan dengan mudah membuat suatu keputusan, tanpa
mempertimbangkan akibat-akibatnya.
Gambaran berikutnya, saat melakukan aborsi ada suara seorang anak yang
sangat menyedihkan, dia menangis karena hidupnya terancam dan harus dibunuh
(aborsi), tanpa ia ketahui apa salahnya, ibunya tidak menyadari lagi apa yang
dirasakan oleh si bayi malang itu. Teriakan bayi malang itu tentunya tidak
didengar lagi dan ia pun tidak dapat melakukan perlawanan apa-apa demi
menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah melakukan aborsi, si ibu terlihat sangat sedih dan menyesali
kesalahannya, karena anak yang ia gugurkan seolah-olah terus datang dan
menghantui hidupnya, si ibu merasa sangat bersalah dengan apa yang
dilakukannya, tapi apa boleh buat semua sudah terjadi. Si ibu mengalami depresi
dan trauma yang sangat mendalam, setiap detik hidupnya selalu dibayang-
bayangin oleh kehairan si jabang bayi.
b. Menonton VCD “Godaan kaum muda”
c. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami film tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi dan apa saja yang anda ketahui tentang
aborsi
2. Sebagai kaum muda apakah anda setuju dengan tindakan aborsi?mengapa?
3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sangat sulit, yakni antara
memilih untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan?
jelaskan jawaban anda?

3. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta


a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau film yang baru
disaksikan dengan bantuan beberapa pertanyaan
1.Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? mengapa?

(3)
2. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang
mengandungnya?
3. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan
arahan berikut
Sebagi orang muda yang memiliki etika dan moral dalam kehidupan, kita
harus mampu membawa diri dalam pergaulan agar tidak terjerumus pada hal-hal
yang dapat merugikan hidup dan diri kita sendiri, kita harus mampu memilih dan
memilah mana yang perlu kita lakukan dan mana hal-hal yang tidak perlu kita
lakukan atau kita hindari. Kita juga sudah diberi akal pikiran untuk menentukan
hal-hal terbaik dalam hidup kita, sebagai orang yang memiliki rasa tanggungjawab
dan sebagai manusia biasa yang jauh dari sempurna sepantasnyalah kita berusaha
untuk menempatkan diri dalam berbagai situasi. Bila akhirnya kita dihadapkan
pada masalah seperti dalam film tadi sudah sepantasnya kita
mempertanggungjawabkan semua itu. Itulah pilihan terbaik dan keputusan
terbaik bagi hidup kita.

4. Langkah III. Menggali pengalaman iman Kristiani


a. Salah seorang peserta diminta bantuannya untuk membacakan perikop langsung
dari kitab suci, Keluaran 21:22-25
b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan kitab suci dengan bantuan beberapa
pertanyan berikut.
1) Ayat-ayat manakah yang menunjukan hukum bila kita melakukan
pembunuhan? Mengapa?
1) Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?
2) Apa yang diajarkan Gereja tentang aborsi?
3) Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi? mengapa!
4) Apa yang perlu dilakukan bila orang yang terkena hukuman bisa kembali
ke Gereja Katolik?
peraturan tentang kerusakan harta milik. Orang Israel tidak pernah
menetapkan hukuman mati untuk kejahatan yang menyangkut harta milik.
Contoh yang diperhatikan di sini bermaksud menyampaikan prinsip umum, bahwa
orang yang barangnya dirusak akan mendapat ganti, ganti rugi itu biasanya berupa
denda yang lebih besar dari pada nilai barang yang dirusak. Ayat 23-25 mengatur
bagaimana mengadakan pembalasan. Peraturan ini bertujuan untuk membatasi
balas dendam yang tidak berkesudahan, caranya dengan menekankan kompensasi
yang seimbang, namun pada kenyataannya para budak tidak dapat menikmati hal
ini, karena mereka hanya akan dibebaskan jika menderita luka. Perikop ini
memang bertentangan dengan hukum cinta kasih yang dibawakan oleh Yesus dan
bisa dikatakan bertentangan dengan hukum yang dibawakan oleh Yesus. Namun
perikop ini mau menggingatkan kita untuk mampu menjadi orang yang tidak

(4)
pendendam dan hendak menjadi pengikut Yesus yang selalu mengutamakan kasih
dan persaudaraan dalam hidup.

5. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit


a. Pengantar
Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita telah menemukan sikap-sikap
mana yang dibuat Bangsa Israel saat itu. Sebagai orang muda Katolik yang
percaya pada Yesus kita sering kali dihadapkan pada pilihan. Bila kita kurang bisa
memilih dan memilah mana yang bisa kita lakukan, maka sering kali kita jatuh
dan salah pilih. Yesus yang datang dengan membawa hukum cinta kasih dan
persaudaraan berbeda sekali dengan apa yang kita dengar dari keluaran 21:22-25,
jika kita melihat perikop ini kita akan menemukan sikap-sikap balas dendam dan
bukan persaudaraan, tentu sebagai orang muda Katolik kita tidak akan melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan iman kita. Kita diharapakan untuk mampu
mempertanggungjawabkan apa yang telah menjadi keputusan kita.
b. Sebagai bahan Refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyandarkan
diri pada Allah satu-satu-Nya pedoman bagi langkah hidup kita dalam menapaki
panggilan sebagai orang muda dalam dunia dan budaya instant saat ini, dengan
mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
1). Apakah arti ajaran Gereja ini bagi hidupku?
2). Sikap-sikap manakah yang harus ku perjuangkan agar semakin mampu
menjadi seseorang yang mampu menghargai hidup orang lain?
3). Apakah teman-teman semakin disadarkan, ditegur atau diteguhkan sebagai
kaum muda yang mampu mencintai kehidupan?
Saat hening, secara pribadi akan pesan bacaan dengan situasi konkret teman-
teman sebagai kaum muda dengan panduan tiga pertanyaan diatas. Kemudian
diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu.
c. Rangkuman penerapan pada situasi peserta
Dari keluaran tadi kita mendengar, bagaimana orang-orang pada saat itu
melakukan hukum balas dendam, dan dari tradisi ini kita juga dapat melihat
bagaimana orang yang sedang mengandung harus dilindungi, bila ada orang yang
berkelahi dan tertuumbuk pada perempuan yang sedang mengandung tersebut
akan dikenakan denda sesuai dengan pelanggarannya. Dana apa bila perempuan
yang sedang mengandung tersebut sampai meninggal maka akan dikenakan
nyawa ganti nyawa. Dari bacaan ini kita belajar bagaimana pada jaman dulupun
orang sangat menghargai kehidupan walaupun masih berupa janin yang masih
dalam rahim. Sebagai orang muda yang dikasihi Tuhan, kita juga diajak untuk
mampu menghargai hidup apa pun bentuknya, kita tidak bisa menghilangkan
nyawa orang lain begitu saja, dan apa pun alasannya membunuh merupakan
perbuatan yang dilarang, dan itu pun termasuk dalam salah satu dari sepuluh
perintah Allah yaitu perintah kelima. Sebagai orang muda yang penuh semangat,
kita diharapakan mampu memelihara hidup, menghargai, dan mengindahkannya.

(5)
6. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret
a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus. Setelah kita menyaksikan
film tentang godaan kaum muda tadi, kemudian kita menggali pengalaman kita
sebagai kaum muda. Pergaulan kaum muda yang serba mengiurkan dan menarik
hati tidak membawa kebahagiaan, malahan mambawa malapetaka, penderitaan
dan penyesalan, kita melihat dalam film tadi bagaimana indahnya dunia anak
muda yang membuat beberapa dari anak muda tadi lupa diri, sehingga mereka
harus mengalami yang namanya ketagihan obat-obat terlarang yang akhirnya
membawa masalah baru lagi, yaitu hamil dan tidak diketahui siapa ayahnya.
Dalam situasi seperti ini anak muda tadi tidak hanya bisa mengambil jalan pintas
yaitu melakukan aborsi. Ternyata aborsi tidak menyelesaikan masalah dan bahkan
orang yang melakukan aborsi tadi merasa dikejar-kejar rasa bersalah, trauma,
menyesal, akibat-akibat inilah yang jelas kita lihat dalam film tadi. Dalam hidup
ini marilah kita untuk lebih baik lagi kendati sebagai manusia biasa kita tidak
luput dari kesalahan namun kita terus bangun, belajar dan berusaha ntuk menjadi
lebih baik lagi. Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang
dapat kita perbuat agar sebagai kaum muda kita semakin mampu menghargai
hidup dan hal ini sungguh dapat kita wujudkan dalam hidup sehari-hari kita.
b. Memikirkan niat-niat kita yang baru (pribadi atau kelompok atau bersama)
untuk lebih meningkatkan pelayanan kita, khususnya dalam tugas kita sebagai
kaum muda kristiani. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu
peserta membuat niat-niat
1) Niat apa yang kita lakukan untuk semakin menjadi kaum muda kristiani yang
bertanggungjawab?
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat
tersebut?
Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening, memikirkan sendiri
tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan niat
tersebut, kemudian niat tersebut didiskusikan bersama agar mereka semakin
memperbaharui sikap-sikap mereka sebagai kaum muda kristiani.

7. Penutup
a. Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa
menyanyikan bersama lagu “ yang ditentukan bersama dalam pertemuan“
b. Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagi tersebut.
c. Kesempatan doa umat spontan yang didahului oleh pendamping dengan
menghubungkan dengan situasi kaum muda saat ini maupun bagi semua kaum
muda kristiani, setelah itu doa umat di susul spontan oleh para peserta yang
lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup.
d. Doa penutup
“Allah Bapa kami di surga, syukur kami ucapkan atas penyertaan-Mu dan
pertemuan ini, melalui roh kudus-Mu dengan bimbingan-Mu kami semua semakin
merasakan betapa pentingnya membangun sikap tanggungjawab sebagai kaum
muda yang Engkau cintai, kuatkan kami senantiasa agar kaum muda kristiani
saling mengingatkan dan selalu mengutamakan sikap persaudaraan. Semua ini

(6)
kami mohon ke hadirat-Mu dalam nama Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan
pengantara kami”. Amin.
e. Sesudah Doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu ”karena aku kau cintai ”
(teks terlampir)

(7)
Lampiran 2
Persiapan katekese dengan model SCP (shared christian praxis)2
A. IDENTITAS
1. Pelaksana: Shanty
2. Tema: Cintailah hidup
3.Tujuan: Bersama-sama pendamping, peserta diajak untuk
semakin menghargai dan mencintai kehiduapan, dan
mengetahui awal kehidupan manusia, sehingga hak
hidup setiap orang semakin dijunjung tinggi dan
dihargai.
4. Peserta: Mahasiswi
5. Tempat: Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat
6. Hari/tgl: Junat/20 Februari 2009.
7. Waktu: 19.00-selesai
8. Model: Shared Christian Praxis
9. Metode: - Sharing kelompok
- Diskusi kelompok
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
10. Sarana: - Teks Lagu
- Teks pertanyaan pendalaman
- Katekismus Gereja Katolik
11. Sumber bahan: - Katekismus Gereja Katolik 2270-2272, 2274

(8)
A. PEMIKIRAN DASAR
Budaya indonesia yang menjunjung tinggi nilai kehidupan tidaklah cukup
sebatas ucapan saja, saat ini kita dapat melihat bagaimana penghormatan terhadap
hidup manusia tidak diperhatikan lagi. Banyak kasus-kasus pembunuhan,
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain yang pada dasarnya adalah tindakan yang
tidak menghargai hak hidup manusia, dan tindakan tidak mencintai kehidupan.
Tidak jarang pula kita lihat dilayar televisi banyak kasus-kasus aborsi atau
pengguguran illegal/tanpa ijin, hal-hal semacam ini merupakan tindakan kejahatan
yang sangat tidak manusiawi. Janin yang masih lemah tidak dianggap sebagai
manusia lagi bahkan dengan tega orang melakukan pembunuhan dalam bentuk
aborsi tersebut. Mentalitas yang sudah terbentuk ini sulit untuk dirubah kembali,
karena banyak orang yang tidak memahami apa itu tindakan aborsi. Orang sudah
tidak mengenal lagi awal kehidupan manusia dan dianggap bahwa janin yang ada
itu hanya manusia lemah sehingga seenaknya melakukan penggugguran atau
aborsi.
Katekismus Gereja Katolik no. 2270-2272,2274 sangat menentang
tindakan aborsi tetapi sungguh-sungguh menghargai hidup setiap individu,
terutama melindungi janin yang sangat lemah dan tak berdaya, janin haruslah
dipelihara, dijaga dari setiap hal-hal dan bahaya yang mengancam ketenangannya,
bahkan Gereja sejak abad pertama, meneguhkan keburukan moral setiap tindakan
aborsi, dan ajaran ini sampai saat ini tidak berubah. Embrio harus diperlakukan
seperti layaknya sorang manusia sejak pembuahannya. Setiap manusia wajib
mendapat perlindungan hak hidup bahkan sejak manusia itu di dalam rahim
sebagai embrio, hak hidup setiap manusia tidak dapat diganggu gugat apa pun
alasannya.
Pertemuan kedua ini mengajak kita semua bagaimana kita mampu
menghargai hidup setiap pribadi yang diakui sejak embrio, kita diharapkan
mampu menghargainya, dan bagaimana hidup manusia itu mulai terbentuk semua
karena cinta –Nya yang luar biasa bagi kita. Sebagai anak-anak Allah yang
dicintai kita pun harus mampu mencintai sesama kita, menghargai hidup mereka.
Tidak ada alasan apa pun yang dapat membuat kita tidak menghargai dan
mengakui hak hidup manusia lain.

B. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih, pada pertemuan yang kedua ini, kita kembali
diajak untuk melihat sejauh mana kita sungguh sadar dalam mencintai kehidupan
ini. Kita juga disapa dengan beberapa kutipan dari katekismus Gereja Katolik,
banhwa sejak abad pertama hak hidup manusia itu sudah diakui dan dijunjung
tinggi, dan hal inilah yang hendak kita wujudkan dalam hidup kita. Kita sudah

(9)
diajak melihat bagaimana awal hidup seorang manusia. Pada kesempatan ini pula
kita mau melihat dalam diri kita.
b. Lagu Pembuka ”Tuhan Menyapa”
c. Doa pembuka
“Ya Tuhan kami berterima kasih kepadaMu atas rahmat penyertaanMu
sepanjang hidup kami sampai pada saat ini, kami mohon berkatMu sepanjang
pertemuan ini agar kami sungguh-sungguh merasakan kasihMu sepanjang
pertemuan kami ini. Sehingga apa yang kami terima dapat kami jadikan sebagai
pedoman dan pengetahuan bagi kami, dan semoga kami sebagai kaum muda
semakin mampu menghormati nilai-nilai hidup manusia. Doa ini kami serahkan
ke dalam tanganMu melalui perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus yang hidup
dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa”. Amin.

2. Langkah I: mengungkap pengalaman hidup peserta


a. Menonton VCD “Aborsi”
b. Penceritaan kembali isi film yang baru saja disaksikan
c. Intisari film Aborsi
Pada awalnya film tadi menceritakan tentang pengalaman seorang dokter
mengenai aborsi, panjang lebar ceramah yang ia ungkapkan dalam pidatonya, dan
menggambarkan bagaimana awal mula kehidupan manusia, kita juga melihat
besarnya janin dalam usia-usia tertentu, kita menyaksikan bagaimana dilakukan
USG untuk mendeteksi keberadaan janin dalam rahim seorang ibu, janin yang kita
llihat cukup sehat dan bertumbuh dengan baik.
Pada saat berikutnya diperlihatkan kepada kita tahap-tahap dalam
melakukan aborsi, dengan cara dihancurkan di dalam rahim sang ibu, janin yang
memang manusia lemah tidak dapat melakukan perlawanan apa pun saat bahaya
datang menghadangnya, mulai dari kaki, tangan dan kemudian anggota tubuh
yang lainnya, semuanya hancur karena ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab. Janin yang tidak bisa melawan dan berbuat apapun akhirnya mati, hancur
dan yang keluar hanya puing-puing atau potongan-potongan tubuh yang tidak
bernyawa lagi, namun apa yang terjadi setelah melakukan aborsi?? Para ibu
mengalami trauma, rasa bersalah dan penyesalan yang sangat hebat,
berkepanjangan, namun tidak dapat melakukan apa-apa lagi kecuali berusaha
untuk memperbaiki diri dan berlajar dari pengalaman yang sudah terjadi.
Pada tahap ketiga ini kita juga melihat beberapa kelompok yang
melakukan demo, untuk menentang tindakan aborsi, namun banyak juga yang pro
pada tindakan aborsi ini, terjadi perlawanan antara pihak yang pro dan kontra
yang tadi kita saksikan bersama.
d. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami film dengan
tuntunan beberapa pertanyaan berikut.

(10)
1). Apa yang dimaksud dengan aborsi dan apa saja yang anda ketahui tentang
aborsi?
2). Sebagai kaum muda apakah anda setuju dengan tindakan aborsi?mengapa?
3). Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sngat sulit, yakni antara
memilih untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan?
jelaskan jawaban anda?

3. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta


a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau film yang baru
disaksikan dengan bantuan beberapa pertanyaan
1). Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? Mengapa?
2). Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang
mengandungnya?
3). Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan
arahan berikut:
“Teman-teman yang tercinta, memang banyak faktor yang mendorong
orang untuk melakukan tindakan aborsi, salah satunya faktor ekonomi, namun
dalam hal ini aborsi tetap saja tidak bisa dibenarkan, bukan karena alasan-alasan
tersebut, yang mau diungkapkan yaitu bagaimana seseorang itu mampu
menghargai hidup sesamanya, sebagi wujud tanggung jawab menjadi orang tua.
Sedangkan janin itu juga adalah manusia yang sangat lemah dan tak berdaya, dia
tidak bisa membela diri, bahkan dengan cara yang paling primitifpun yakni
menangis dia tidak bisa, lalu apakah bijaksana bila manusia yang kuat membunuh
manusia yang lemah yang tidak bersalah?? Janin dengan ibu memiliki hubungan
yang sangat erat, dia dapat tumbuh dan berkembang dalam rahim tergantung
bagimana ibunya memberi yang terbaik baginya. Janin mulai hidup ketika
terjadinya pembuahan saat itulah kehidupan seorang manusia dimulai”.
4. Langkah III. Menggali pengalaman iman Kristiani
a. Salah seorang peserta diminta bantuannya untuk membacakan dari Katekismus
Gereja Katolik No. 2270-2272, 2274
b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi isi dari KGK tersebut dengsan bantuan beberapa
pertanyaan tersebut.
1). Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?

(11)
2). Apa yang diajarkan Gereja aborsi?
3). Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi, mengapa?
4). Bagaimana supaya orang yang terkena hukuman bisa kembali ke Gereja
Katolik lagi?
c. Peserta diajak untuk secara pribadi mencari sendiri dan menemukan pesan inti
bacaan KGK di atas sehubungan dengan jawaban atas lima pertanyaan b.
diatas.
d. Penjelasan tentang KGK 2270-2277, 2274
Kita dapat sebuah pengetahuan baru bahwa dalam ajaran Gereja Katolik
khususnya dalam Katekismus Gereja Katolik sangat menghargai hidup manusia,
dicintai dan dijunjung tinggi. Janin yang masih dalam rahim pun sangat dihargai
dan dianggap sebagai layaknya manusia biasa, hidup manusia sejak awal yakni
waktu pembuahan harus dipelihara dan dilindungi, hak-haknya harus diakui sejak
pertama keberadaannya, bahkan dalam kitab suci Yer. 1:5 mengatakan sebelum
membentuk engkau dalam rahim, aku sudah mengenal engkau, sebelum engkau
lahir, aku sudah menguduskan engkau. Bahkan dalam Gereja Katolik sejak abad
pertama, meneguhkan keburukan hidup moral setiap tindakan aborsi, ajaran ini
tidak pernah berubah sampai saat ini. Gereja juga menghukum orang yang
berkerja sama dalam melakukan tindakan aborsi dengan hukuman ekskomunikasi
secara otomatis. Untuk mengampuni pelaku tindakan aborsi tidak semua imam
diberi kuasa, oleh sebab itu pelaku tindakan aborsi maupun orang-orang yang
terlibat di dalam tindakan tersebut harus mengetahui imam yang diberi kuasa
untuk mengampuni pelaku tindakan aborsi.

5. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit


a. Pengantar
Teman-teman dalam pembicaraan-pembicaraan kita tadi, kita telah melihat
berbagai peristiwa dan fenomena hidup yang dapat kita lihat dalam film aborsi
tadi, bagaimana orang benar-benar tidak memiliki hati lagi, sehingga tega
membunuh orang yang tidak bersalah, mengorbankan orang lain demi kesenangan
hidup mereka, demi kepentingan mereka sendiri, bagaimana sebagai mahasiswi
yang percaya kepada Yesus kita harus mampu memilih sikap yaitu pro life
menghargai kehidupan, mencintai kehidupan. Tidak ada alasan apapun yang
menggoyahkan kita untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermoral
tersebut, kita juga diajak melihat beberapa kutipan dari KGK ajaran Gereja
Katolik juga sangat menentang tindakan aborsi. Gereja Katolik sangat menghargai
hidup manusia, sejak permulaan, sejak terjadinya pembuahan. Kita sebagai kaum
muda diharapkan untuk mampu menjadi orang yang memiliki hati, karena dengan
hati kita memiliki sikap-sikap untuk mampu mencintai orang lain.
b. Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyandarkan
diri pada Allah satu-satu-Nya pedoman bagi langkah hidup kita dalam menapaki
panggilan sebagai orang muda dalam dunia dan budaya instant saat ini, dengan
mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.

(12)
1). Apakah arti ajaran Gereja ini bagi hidupku?

2). Sikap-sikap manakah yang harus ku perjuangkan agar semakin mampu


menjadi seseorang yang mampu menghargai hidup oarang lain?
3). Apakah teman-teman semakin disadarkan, ditegur atau diteguhkan sebagi
kaum muda yang mampu mencintai kehidupan?
Saat hening, secara pribadi akan isi katekismus Gereja Katolik dengan situasi
kongkrit teman-teman sebagai kaum muda dengan panduan tiga pertanyaan diatas.
Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya
itu.
c. Rangkuman penerapan pada situasi peserta
Dalam ajaran resmi Gereja Katolik tadi kita telah melihat, bagaimana Gereja
kita sungguh-sungguh menghargai kehidupan manusia, bahkan dari awal
kehidupan yakni pada saat terjadinya pembuahan, dari abad pertama pun kita
mendengar bahwa Gereja juga sudah sangat menghargai kehidupan manusia, bagi
kita ini semua merupakan sesutu yang sangat penting untuk kita ketahui, sebagai
kaum muda kita kurang mengenal ajaran resmi Gereja kita, pada kesempatan ini
kita juga sudah diajak untuk melihat bagaimana Gereja kita sangat menghargai
kehidupan manusia.

6. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret


a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita
menyaksikan film tentang aborsi tadi, kita sudah mendapat banyak masukkan,
saran yang semua itu sebagai bahan pelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik
lagi, kita diharapkan mampu untuk terus mencintai kehidupan dengan cara kita
yang lebih baik. Tadi dalam film diperlihatkan bagaimana orang sudah tidak
memiliki perasaan cinta sedikit pun, sehingga tega membunuh bayi yang lemah,
yang tidak bersalah apa pun, dan semua yang mereka lakukan tadi hanya demi
kepentingan dan kesenangan semata, untuk mencari aman dan lari dari tanggung
jawab, tapi tentunya semua punya konsekuensi yakni mereka harus mengalami
trauma, rasa bersalah karena melakukan aborsi dan penyesalan yang
berkepanjangan. Namun semua tidaklah cukup untuk membayar apa yang telah
mereka lakukan pada janin yang mereka anggap tidak berharga itu. Dalam segala
tindakan tentunya kita harus bijaksana agar jangan samapai kita dihantuai rasa
bersalah dan penyesalan yang mendalam, maka segala sesuatu itu perlu
pertimbangan dan keputusan yang matang.
Kita juga diajak untuk mengenal ajaran Gereja kita, bagaimana Gereja kita
juga sangat menghargai kehidupan mnusia sejak adanya pembuahan. Sejak abad
pertama Gereja sudah mengakui kehidupan janin yang masih dalam rahim, dan
janin yang ada dalam rahim itu juga memiliki hak-hak sebagai manusia.
b. Memikirkan niat-niat kita yang baru (pribadi atau kelompok atau bersama)
untuk lebih meningkatkan pelayanan kita, khususnya dalam tugas kita sebagai
kaum muda\kristiani. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu
peserta membuat niat-niat

(13)
1). Niat apa yang kita lakukan untuk semakin menjadi kaum muda kristiani yang
mampu mencintai kehidupan?
2). Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat
tersebut?
Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening, memikirkan
sendiri tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil
merumuskan niat tersebut, kemudian niat tersebut didiskusikan bersama agar
mereka semakin memperbaharui sikap-sikap mereka sebagai kaum muda
Kristiani.

7. Penutup
a. Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa
menyanyikan bersama sebuah lagu
b. Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagi tersebut.
c. Kesempatan doa umat spontan yang didahului oleh pendamping dan
menghubungkan dengan situasi kaum muda saat ini maupun bagi semua kaum
muda kristiani, setelah itu doa umat di susul spontan oleh para peserta yang
lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup.
d. Doa penutup
“Tuhan Yesus kami bersyukur untuk rahmat dan cintamu sepanjang
pertemuan kami, sehingga kami boleh berbagi pengalaman bersama teman-
teman kami, semua itu karena roh kudusmu yang selalu menyertai kami. Kami
mohon semoga Engkaupun mendengar niat-niat dan permohonan kami.
Semoga permenungan selama pertemuan kami tadi membuat kami semakin
menjadi orang dan kaum muda yang sungguh-sungguh mampu menghargai
kehidupan ini, semua ini kami serahkan kepadaMu, lewat perantaraan Tuhan
kami Yesus Kristus, yang hidup dan bersatu sepanjang segala masa”. Amin.
e. Sesudah Doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu.

(14)
Lampiran 3.
Persiapan katekese dengan model SCP (shared christian praxis) 3
A. IDENTITAS
1. Pelaksana: Shanty
2. Tema: Memahami iman Katolik dalam konteks ajaran Gereja
3. Tujuan: Bersama-sama pendamping, peserta diajak untuk semakin
mengenal ajaran-ajaran yang ada dalam Gereja Katolik.
Sehingga peserta semakin mengenal dan memahami
ajaran dalam Gereja Katolik.
4. Peserta: Mahasiswi
5. Tempat: Asrama Kabupaten Landak Kalimantan Barat
1. Hari/tgl: Jumat/27 Februari 2009
2. Waktu: 19.00-selesai
3. Model: Shared Christian Praxis
4. Metode: - Sharing kelompok
- Diskusi kelompok
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
10. Sarana: - Teks Lagu
- Kaset VCD slide tentang aborsi
- VCD Player
- Teks pertanyaan pendalaman
- Katekismus Gereja Katolik
11. Sumber bahan: - Kitab Hukum Kanonik kan. 1393
- Ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium Vitae 58-
63
- Kongregasi Ajaran iman Pernyataan tentang aborsi

(15)
B. PEMIKIRAN DASAR
Pada umumnya kelemahan umat kita yaitu umat Katolik khususnya, kurang
begitu mengenal ajaran-ajaran yang ada dalam Gereja Katolik, bahkan umat yang
di desa-desa banyak yang tidak tahu sama sekali ajaran-ajaran yang ada dalam
Gereja Katolik, umat hanya mengenal buku-buku nyanyi, doa dan alkitab,
sedangkan yang berhubungan dengan ajaran dan tradisi yang ada dalam Gereja
Katolik kurang dikenal. Dan usaha dari pihak pimpinan juga kurang untuk
mempertegas hal-hal ini atau tidak memperkenalkannya kepada umat, hal ini
memang karena kekurangan tenaga dibidang tersebut dan tenaga pempinan atau
para petugas pastoral juga masih sangat minim, jadi hal-hal yang tidak
berhubungan dengan kitab suci tersebut sering dikesampingkan. Situasi seperti ini
tak jarang membuat umat banyak yang melanggar apa yang ditetapkan sebagai
hukuman dalam Gereja, dan umat memang tidak mengetahui apakah yang mereka
lakukan itu melanggar ajaran Gereja atau tidak, karena memang tidak memiliki
pengetahuan yang cukup akan ajaranan tradisi yang ada dalam Gereja Katolik.
Kitab Hukum Kanonik kan. 1393, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II
Evagelium Vitae 58-63, Kongregasi Ajaran iman Pernyataan tentang aborsi,
merupakan beberapa ajaran resmi Gereja Katolik yang hendak diketahui pada saat
ini, ajaran-ajaran yang ada dalam beberapa ajaran resmi di atas pada umumnya
memuat tentang penolakan terhadap tindakan aborsi, atau sebagai ajaran yang
menyerukan pro life menghargai hidup dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehiupan
manusia. Ajaran resmi Gereja Katolik sangat menghargai hidup manusia, lewat
ajaran-ajaran resmi Gereja Katolik ini diperlihatkan bahwa kehidupan sejak awal
harus senantiasa dihargai apapun adanya.
Lewat pertemuan ini kita diajak untuk mendalami beberapa ajaran resmi
Gereja Katolik, kita diharapkan dapat mengetahuui ajaran resmi Gereja kita, agar
kita tahu sanksi-sanksi yang diterima bila melakukan kesalahan yang berhubungan
dengan nilai-nilai kehidupan manusia. Sebagai orang Katolik kita diharapkan
untuk dapat mengetahui ajaran-ajaran yang ada dalam Gereja kita, agar dalam
pewartaan kita kepada sesama sungguh memiliki dasar yang kuat, dan argumen-
argumen yang kita ungkapkan tidak berlawanan dengan ajaran resmi Gereja kita
yaitu Gereja Katolik.

C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih, pada pertemuan yang ketiga ini, kita kembali
diajak untuk melihat sejauh mana kita sungguh sadar dalam mencintai kehidupan
ini. Lewat ajaran-ajaran resmi Gereja kita yaitu Gereja Katolik, dan sejauh mana
pengetahun kita berkaitan dengan ajaran resmi Gereja Katolik yang ada, kita

(16)
sebagai orang Katolik diharapkan untuk mengetahui beberpa ajaran resmi yang
ada dalam Gereja kita.
b. Lagu Pembuka
c. Doa pembuka
“Ya Tuhan kami berterima kasih kepadaMu atas rahmat sepanjag hidup kami
pada hari ini, banyak pengalaman suka duka yang kami alami, kami pun sadar
bahwa kami menusia yang kurang sempurna dan sering kali melakukan kesalahan,
kami mohon rahmat pengampunan agar kami layak dan pantas hadir bersama
saudara-saudari kami dalam petemuan ini, kami mohon berkatMu agar dalam
pertemuan ini kami sungguh mengalami kehadiranMu lewat ajaran-ajaran resmi
Gereja yang akan kami dalami bersama, terpuji namaMu sekarang selalu dan
sepanjang segala masa”. Amin.

2. Langkah I: mengungkap pengalaman hidup peserta


a. Intisari slide tentang aborsi
Pada slide pertama kita melihat, beberapa bayi yang menjadi korban aborsi
dibungkus dengan kain putih, dan siap untuk diekspor keluar, kemudian
sebelumnya bayi tersebut disuntik dengan formalin agar tidak membusuak dan
tetap awet serta disiram dengan air keras. Setelah itu dilakukan pembungkusan
kembali dengan kain berwarna putih, bayi-bayi yang sudah menjadi korban aborsi
dibersihkan dan disiram air keras, dipotong beberapa bagian, karena akan
dijadikan sop bayi untuk dimakan, kita juga melihat bagaimana orang makan sop
bayi seperti makan daging ayam yang digoreng.
b. Menonton VCD “slide tentang aborsi”
2. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami isi slide dengan
tuntunan beberapa pertanyaan berikut
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi dan apa saja yang anda ketahui tentang
aborsi
2. Sebagai kaum muda apakah anda setuju dengan tindakan aborsi?mengapa?
3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sngat sulit, yakni antara
memilih untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan?
jelaskan jawaban anda.
3. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta
d. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide yang baru
disaksikan dengan bantuan beberapa pertanyaan
1. Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? mengapa?

(17)
2. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang
mengandungnya?
3. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?
e. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan
arahan berikut:
“Teman-teman yang terkasih, sebagai manusia kita selalu menggangap diri
kita tidak sempurna dan lemah, kita kadang tidak menyadari arti kehidupan ini,
bahkan kita tak jarang menggangap rendah kehidupan manusia, dari tema yang
kita lihat sebagai orang Katolik kita mau melihat sejauh mana kita memiliki
pengetahuan tentang ajaran resmi Gereja Katolik dan pengetahuan yang kita
miliki hendaknya kita kembangkan menjadi sesutu yang berguna dan bermanfaat
dalam hidup kita, slide yang kita lihat juga mau menegur kita bagaimana kita bisa
menghargai hidup ini, karena banyak orang yang sudah tidak memiliki hati lagi
dan mengganggap hidup sesama yang lemah tidak berarti, dalam slide tadi kita
melihat bagaimana manusia makan daging sesamanya (bayi korban aborsi) seperti
makan daging ayam, apakah dia tidak memiliki hati dan perasaan lagi terhadap
sesamanya yang paling lemah dan tak berdaya”.
4. Langkah III. Menggali pengalaman iman Kristiani
a. Salah seorang peserta diminta bantuannya untuk membacakan dari Kitab
Hukum Kanonik kan. 1393, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium
Vitae 58-63, Kongregasi Ajaran Iman Pernyataan tentang Aborsi.
b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi isi dari Kitab Hukum Kanonik kan. 1393, Ensiklik Paus
Yohanes Paulus II Evangelium Vitae 58-63, Kongregasi Ajaran iman Pernyataan
tentang aborsi tersebut dengsan bantuan beberapa pertanyaan tersebut

1). Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?


2). Apa yang diajarkan Gereja tentang Aborsi?
3). Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi? mengapa!
4). Apa yang perlu dilakukan bila orang yang terkena hukuman bisa kembali
ke Gereja Katolik?
c. Peserta diajak untuk secara pribadi mencari sendiri dan menemukan pesan inti bacaan
Kitab Hukum Kanonik kan. 1393, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evagelium Vitae
58-63, Kongregasi Ajaran iman Pernyataan tentang aborsi diatas sehubungan dengan
jawaban atas empat pertanyaan b. diatas.

b. Penjelasan tentang Kitab Hukum Kanonik kan. 1393, Ensiklik Paus Yohanes
Paulus II Evagelium Vitae 58-63 Kongregasi Ajaran Iman Pernyataan tentang
Aborsi

(18)
c. Pada pertemuan ketiga ini kita diajak untuk kembali melihat ajaran resmi
Gereja Katolik, banyak hal-hal baru yang dapat kita peroleh tentang ajaran
resmi Gereja Katolik berkaitan dengan aborsi, yakni dari KHK (kitab hukum
kanonik), tentang ekskomunikasi otomatis bagi yang melakukan tindakan
aborsi, dalam ensklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium Vitae 58-63,
dikatakan bahwa tindakan yang paling durhaka adalah Aborsi dan
pembunuhan bayi, tidak ada dalih apa pun untuk membenarkan tindakan
aborsi yang dilakukan dengan sengaja, walaupun kita tidak menemui dalam
kitab suci, tapi berhubungan langsung dengan perintah Allah yaitu “Jangan
membunuh” termasuk bayi yang masih dalam rahim, hidup manusia sejak
awal pembuahan adalah sakral tidak dapat diganggugugat dengan cara apapun,
dalam magisterium kepausan, ajaran umum terutama Pius XI dalam ensiklik
Casti Cannubii menolak pembenaran aborsi.

5. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta kongkrit


a. Pengantar
”Teman-teman dalam pembicaraan-pembicaraan kita tadi, kita telah
melihat berbagai bentuk kejahatan aborsi yang dilakukan oleh tangan-tangan
manusia yang tidak bertanggung jawab bahkan dengan kejamnya bayi-bayi yang
telah diaborsi tersebut dijual keluar negeri untuk mencari keuntungan pribadi, dan
bahkan dimasak sebagai sop dan dimakan, dengan teganya makan daging bayi
seperti makan daging ayam, kita melihat kekejaman yang sangat sadis dan tidak
berpri kemnusiaan. Kita juga dihantar pada beberapa pengetahuan baru dari ajaran
resmi Gereja Katolik, kita melihat bahwa ajaran resmi Gereja kita banyak yang
menentang tindakan aborsi yang tidak memilki dasar yang kuat, kita juga melihat
sanksi yang diterima oleh orang-orang yang terlibat dalam tindakan aborsi”.
b. Sebagai bahan Refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyandarkan
diri pada Allah satu-satu-Nya pedoman bagi langkah hidup kita dalam menapaki
panggilan sebagai mahasiswi dalam kehidupan kita yang banyak tantangan ini
dengan mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
1). Apakah arti ajaran Gereja ini bagi hidupku?
2). Sikap-sikap manakah yang harus ku perjuangkan agar semakin mampu
menjadi seseorang yang mampu menghargai hidup oarang lain?
3). Apakah teman-teman semakin disadarkan, ditegur atau diteguhkan sebagai
kaum muda yang mampu mencintai kehidupan?
Saat hening, secara pribadi akan isi katekismus Gereja Katolik dengan situasi
konkret teman-teman sebagai kaum muda dengan panduan tiga pertanyaan diatas.
Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya
itu.
c. Rangkuman penerapan pada situasi peserta
“Dalam ajaran resmi Gereja Katolik tadi kita telah melihat, bagaimana Gereja
kita sungguh-sungguh menghargai kehidupan manusia, bahkan dari awal
kehidupan ajaran resmi Gereja kita mengutuk tindakan aborsi, dan bagi siapapun

(19)
yang terlibat dalam melakukan tindakan aborsi akan dikenakan sanksi
ekskomunikasi atau dikucilkan dari Gereja, dianggap tidak pantas untuk hadir
bersama umat beriman, dan bila ingin kembali pada Gereja Katolik harus
mengakui dosa sebelumnya, dan pengakuan dosa aborsi tidak bisa pada semua
imam, hanya imam-imam tertentu yang diberi kuasa mengampuni dosa aborsi
oleh uskup”.

6. Langkah V : Mengusahakan Suatu aksi konkret


a. Pengantar
“Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita
menyaksikan slide tentang aborsi tadi, kita sudah mendapat banyak masukan, dan
bagi kita semua sebagai pengetahuan serta bahan pelajaran yang sangat berguna,
manusia yang tidak memiliki perasaan yang tidak bisa lagi membedakan hal-hal
yang pantas atau tidak untuk dilakukan, orang melakukan aborsi kemudian dijual
bahkan dimasak dan kemudian dimakan, sangat menyedihkan dan menakutkan
bagi kita, sebagai orang beriman kita tidak pantas menghakimi hidup sesama kita,
karena apa pun adanya hidup kita ini semua itu adalah anugerah yang sangat
berharga dari sang pencipta, selemah dan semiskin apa pun kita, kita adalah
anugerah yang luar biasa yang diberikan sang pencipta kehidupan kepada kita,
bagaimana kita mampu menghiasi hidup ini, dalam suka mau pun dalam duka,
kita terus berusaha untuk menjadikan hidup ini semakin berharga”.
“Kita juga dihantar dalam beberapa ajaran resmi Gereja Katolik yang
belum kita ketahui selama ini, dan ternyata Gereja Katolik pun sangat membela
kehidupan dan menghargai kehidupan, bahkan mengutuk tindakan aborsi, bagi
yang melakukan aborsi akan dikenakan sanksi atau dikucilkan dari Gereja
Katolik. Hal ini sangat menjadi masukan dan pengetahun berharga bagi kita, agar
kita semakin menjadi orang Katolik yang sungguh-sungguh beriman Katolik”.
b. Memikir kan niat-niat kita yang baru (pribadi atau kelompok atau bersama)
untuk lebih meningkatkan pelayanan kita, khususnya dalam tugas kita sebagai
kaum muda kristiani. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu
peserta membuat niat-niat
1) Niat apa yang kita lakukan untuk semakin menjadi kaum muda kristiani yang
mampu mencintai kehidupan?
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat
tersebut?
Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening, memikirkan
sendiri tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil
merumuskan niat tersebut, kemudian niat tersebut didiskusikan bersama agar
mereka semakin memperbaharui sikap-sikap mereka sebagai kaum muda
kristiani.

7. Penutup
a. Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa
menyanyikan bersama lagu
b. Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut.

(20)
c. Kesempatan doa umat spontan yang didahului oleh pendamping dengan
menghubungkan dengan situasi kaum muda saat ini maupun bagi semua kaum
muda kristiani, setelah itu doa umat di susul spontan oleh para peserta yang
lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup.
d. Doa penutup
“Yesus kami bersyukur kepadaMu untuk pengetahuan baru yang boleh
kami terima dan kami oleh bersama pada pertemuan kami, berkati kami semua ya
Tuhan agar kami sungguh menjadi orang Katolik yang selalu percaya kepadaMu
dan selalu mengandalkan Engkau dalam setiap peristiwa hidup ini, akhirnya kami
mohon diri untuk boleh beristirahat tidur dalam naungan sayap malekatMu yang
selalu menjaga kami, terpuji namaMu sepanjang segala abad”. Amin.
e. Sesudah Doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu

(21)
Lampiran 4: Rangkuman Hasil Eksperimen di Asrama Kabupaten Landak
Kalimantan Barat di Yogyakarta

Pokok-pokok pertanyaan dan jawaban para peserta katekese tanpa


menggunakan media audio visual

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan aborsi, dan apa saja yang anda
ketahui tentang aborsi?
Jawaban: ada yang mengatakan bahwa aborsi itu adalah keguguran, hal yang
tidak bermasalah bila dilakukan, hanya menyebabkan pendarahan,
hal ini diungkapkan oleh responden/peserta Lena mengatakan
bahwa aborsi itu hal biasa dan pendapat ini di dukung oleh
respondenYanti, Yosi, Ayu, Aty, Silvi, Yulika, Melan dan Yopi.
2. Apakah anda setuju dan mendukung tindakan-tindakan aborsi? mengapa?
Jawaban: dari beberapa responden/peserta mengatakan tidak mendukung
tindakan aborsi dalam hal ini pun melihat aborsi yang disebabkan
oleh apa, dan ada pula yang mengatakan bahwa dalam situasi-
situasi sulit atau situasi tertentu aborsi dapat dilakukan dan tidak
merupakan perbuatan dosa.
3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sangat sulit, yakni antara
memilih untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan?
jelaskan jawaban anda?
Jawaban: hampir semua peserta memilih untuk melakukan aborsi bila berada
dalam dua pilihan, menggingat mereka adalah mahasiswa yang
dibiayai oleh pemerintah daerah atau ikatan dinas, yang tentu
sangat sulit untuk menerima keadaan ini, dan tidak mungkin
mereka mengganti biaya yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah
selama masa studi mereka.
4. Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? mengapa?
Jawaban: responden Aryani, Eva, Yunita, Helena, Melan, Novi, Indri, Ria
dan Yanti mengatakan beberapa faktor yang mendorong untuk
melakukan tindakan aborsi adalah perasaan malu, takut, aib bagi
keluarga dan masyarakat dan tekanan serta pihak lelaki yang tidak
bertanggung jawab
5. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang
mengandungnya?
Jawaban: para peserta setuju kalau janin itu adalah jabang bayi, calon anak,
bayi yang tidak berdosa yang memiliki ikatan batin yang sangat
kuat dengan ibunya, darah daging dari sang ibu
6. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?
Jawaban: mengenai kehidupan janin bahwa janin mulai hidup sejak awal
orang tuannya melakukan hubungan suami istri menurut
responden/peserta Eva, Aryani, Mery, Aty, Yosi, Yanti, Helena,
Elen, Novi, Yulika dan Indri, sedangkan responden/peserta Yunita,
Silvi, Ayu, Nia, Melan dan Eprid mengatakan tidak tahu dan tidak
jelas kapan janin mulai hidup.

(22)
7. Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?
Jawaban: konsekuensi melakukan aborsi seluruh responden/peserta
mengatakan tidak boleh menerima komuni.
8. Apa yang diajarkan Gereja mengenai aborsi?
Jawaban: ajaran Gereja mengenai aborsi beberapa responden/peserta
mengatakan bahwa Gereja Katolik mengajarkan hukum dan ajaran
cinta kasih jadi tidak boleh membunuh dan menghilangkan nyawa
orang lain
9. Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi, mengapa?
Jawaban: orang-orang yang terkena hukuman bila melakukan tindakan aborsi
sebagian responden/peserta mengatakan orang yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam tindakan aborsi tersebut.
10. Bagaimana supaya orang yang terkena hukuman bisa kembali ke Gereja
Katolik lagi?
Jawaban: peserta mengatakan bahwa orang yang terkena hukuman bisa
kembali dalam persekutuan Gereja Katolik dengan bertobat atau
mengakui dosanya kepada pastor/imam yang diberi kuasa oleh
keuskupan setempat.

(23)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Eksperimen di Asrama Kabupaten Landak
Kalimantan Barat di Yogyakarta

Pokok-pokok pertanyaan dan jawaban para peserta katekese setelah


menggunakan media audio visual

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan aborsi, dan apa saja yang anda
ketahui tentang aborsi?
Jawaban: semua peserta/responden mengatakan bahwa dengan menonton
atau dengan menggunakan sarana media audio visual mereka
dapat memahami dan mengerti bahwa aborsi adalah perbuatan
dosa yang membunuh orang yang lemah tidak berdaya dan
perbuatan yang paling keji.
2. Apakah anda setuju dan mendukung tindakan-tindakan aborsi? mengapa?
Jawab: semua peserta menjawab dengan mantap bahwa mereka tidak
setuju dengan aborsi, karena aborsi adalah perbuatan dosa yang
melanggar hak azasi manusia.
3. Seandainya anda berada dalam dua pilihan yang sangat sulit, yakni antara
memilih untuk melakukan aborsi dan tidak, apa yang akan anda lakukan?
jelaskan jawaban anda?
Jawaban: peserta juga menjawab bahwa dalam situasi apa pun mereka
tidak akan melakukan tindakan aborsi, mereka akan bertanggung
jawab dengan perbuatan mereka walaupun mereka harus pergi
(minggat) tidak melanjutkan studi lagi.
4. Faktor apa saja yang mendorong orang untuk melakukan aborsi? mengapa?
Jawaban: faktor yang mendorong orang untuk melakukan aborsi ternyata
jawaban mereka masih sama dengan jawaban sebelum
menggunakan media audio visual, bahwa faktor-faktor yang
mendorong orang untuk melakukan aborsi adalah rasa malu, aib
dalam keluarga, masa depan, tuntutan kerja dan kuliah.
5. Menurut anda siapakah janin itu? Apa hubungan janin dengan ibu yang
mengandungnya?
Jawaban: sebagaian peserta menjawab bahwa janin adalah rajutan tangan
Tuhan yang paling indah yang perlu dijaga, dirawat dan dipelihara
sebagai hadiah terindah dari Tuhan.
6. Kapan janin mulai hidup? Berikan penjelasan anda?
Jawaban: janin mulai hidup menurut para peserta yakni pada saat terjadinya
pembuahan saat itulah awal kehidupan dimulai.
7. Apa konsekuensi melakukan tindakan aborsi menurut Gereja Katolik?
Jawaban: konsekuensi melakukan aborsi adalah terkena hukuman
ekskomunikasi atau dikucilkan dari Gereja, dan untuk kembali
tentunya butuh waktu atau kembali bertobat dan mohon ampun
atas segala dosa-dosa.
8. Apa yang diajarkan Gereja mengenai aborsi?

(24)
Jawaban: yang diajarkan Gereja mengenai aborsi yaitu jangan membunuh,
mencintai sesama jawaban ini juga diungkapkan oleh para
peserta.
9. Siapa saja orang yang terkena hukuman bila melakukan aborsi, mengapa?
Jawaban: orang-orang yang terkena hukuman adalah semua orang yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
pengguguran atau aborsi tersebut.
10. Bagaimana supaya orang yang terkena hukuman bisa kembali ke Gereja
Katolik lagi?
Jawaban: orang yang terkena hukuman bisa kembali dalam persekutuan
Gereja Katolik bisa kembali dengan bertobat atau melakukan
pengakuan dosa kepada romo, pastor atau imam yang tentunya
diberi kuasa untuk memberikan pengampunan dosa bagi pelaku
aborsi, karena tidak semua imam diberi kuasa untuk mnerimakan
pengakuan dosa aborsi, jawaban ini diungkapkan oleh para peserta,
dan setiap peserta menambahkan jawaban peserta lainnya.

(25)

Anda mungkin juga menyukai