Anda di halaman 1dari 113

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BELAJAR DARI KISAH PANGGILAN NABI ELIA DALAM NOVEL


THE FIFTH MOUNTAIN
SEBAGAI USAHA MEMANTAPKAN PANGGILAN MENJADI
GURU AGAMA KATOLIK BAGI
MAHASISWA IPPAK UNIVERSTAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :
Hendri Chus Eddy Nurcahyo Dwi Saputro
NIM 081124008

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

 Ibu Bernadheta Sri Wahyuni, Alm. Ayah Aloysius Heryanto dan Kakak
Katarina Heni Noviyanti yang telah membantu dalam perjalanan suka dan
duka untuk menyelesaikan Skripsi ini.
 Para dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan ketekunan telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi di Kampus IPPAK
tercinta ini.
 F.X. Dian Kristin Trie Halbes Manik yang selalu memberikan semangat
dan motivasi.
 Teman-teman IPPAK seluruh angkatan khususnya untuk angkatan 2008
yang selalu memberi semangat dan motivasi.

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Jangan tuntut orang lain sempurna,

melainkan

ajarilah dia berbuat yang lebih baik”

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul BELAJAR DARI KISAH PANGGILAN NABI


ELIA DALAM NOVEL THE FIFTH MOUNTAIN SEBAGAI USAHA
MEMANTAPKAN PANGGILAN MENJADI GURU AGAMA KATOLIK
BAGI MAHASISWA IPPAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTAdipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap mahasiswa
IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta,dalam menanggapi panggilannya untuk menjadi guru
agama Katolik. Dewasa ini profesi menjadi seorang guru agama Katolik semakin
banyak dibutuhkan diseluruh daerah yang ada di Indonesia. Secara khusus
Kenyataan yang dapat dilihat sekarang banyak yang sudah menjadi mahasiswa
Pendidikan Agama Katolik menganggap dirinya salah masuk jurusan ataubukan
panggilannya.Dengan melihat kenyataan ini mahasiswa selalu mendapat
bimbingan dari setiap dosen yang mengajar untuk menyadari sebuah panggilan
menjadi guru agama Katolik. Memang untuk menyadari sebuah panggilan
tidaklah mudah namun membutuhkan proses secara bertahap.
Bertitik tolak dari alasan disatas, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu
mahasiswa untuk menyadari panggilannya menjadi guru agama Katolik dengan
meneladan pada kisah nabi Elia dalam novel THE FIFTH MOUNTAIN. Dengan
adanya kisah nabi Elia diharapkan mahasiswa mampu meneladan dan belajar
untuk setia akan panggilannya menjadi guru agama Katolik yang profesional,
sehingga mampu menjawab kebutuhan peserta didiknya nanti. Maka dalam skripsi
ini dibahas dua hal seputar kisah panggilan nabi Elia dalam novel THE FIFTH
MOUNTAIN dan pengertian tentang guru agama Katolik. Di samping itu juga
dijelaskan pengertian guru agama Katolik yang profesional, tantangan menjadi
guru dan tugas sebagai guru agama Katolik.
Dalam skripsi ini penulis menawarkan bentuk katekese dengan model
Shared Christian Praxis (SCP) yang terintegrasi dengan pembinaan spritualitas.
Tujuannya agar para mahasiswa semakin menyadari panggilannya untuk menjadi
guru agama Katolik, sehingga dalam menempuh perkuliahan mahasiswa memiliki
motivasi yang kuat yang datang dari dalam dirinya.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

This small thesis with the title BELAJAR DARI KISAH PANGGILAN
NABI ELIA DALAM NOVEL THE FIFTH MOUNTAIN SEBAGAI USAHA
MEMANTAPKAN PANGGILAN MENJADI GURU AGAMA KATOLIK
BAGI MAHASISWA IPPAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTAis chosen based on writer’s concern to IPPAK (Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) Sanata Dharma University Yogyakarta,
in responding their calls to be Catholic religion teachers. Nowadays, Catholic
religion teachers as an occupation is more needed at many regions in Indonesia.
Especially, the fact that them selves, mostly Catholic Religion Education students
consider in a wrong direction or not the call of their life. Looking at this fact,
students always get a conseling guidance from every lecturer to recognize the cal
to be Catholic Religion teacher. Certainly, to realize a call is not easy, and it is a
process gradually.
Based on the reasons above, this small thesis is intended to help students
to recognize the call to be Catholic Religion teachers by taking example from the
story of the prophet Elijah in “THE FIFTH MOUNTAIN” novel. With the story
of Elijah, student are expetced to pattern and learn to be faithful of their call to be
professional Catholic Religion teacher, so as they will fulfil their pupils needs
later. Thus, this thesis smallwill discuss about two things, the story of Elijah’s call
as a prophet in “THE FIFTH MOUNTAIN” novel and the explanation about
Catholic Relogion teacher. Besides, there is also described a definition about
professional Catholic Religion techer, challenges to be a teacher, and duties as
Catholic religion teacher.
In this small thesis, the writer offers a catechesis with Shared Christian
Praxis (SCP) model which intergrated with spiritual formation. The purpose is in
order that the students more realize their calls to be Catholic religion teacher, then
the students have strong inner motivation in studying catecheses.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

kasih karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul BELAJAR DARI KISAH PANGGILAN NABI ELIA DALAM

NOVEL THE FIFTH MOUNTAIN SEBAGAI USAHA MEMANTAPKAN

PANGGILAN MENJADI GURU AGAMA KATOLIK BAGI MAHASISWA

IPPAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

Skripsi ini memuat pembahasan mengenai kisah nabi Elia dalam novel

THE FIFTH MOUNTAIN khususnya dalam hal panggilan. Disamping itu dibahas

pula mengenai guru agama Katolik yang profesional serta memaparkan program

katekese model Shared Christian Praxis (SCP) yang terintegrasi dengan

pembinaan spritualitas. Usulan tersebut dirancang khusus untuk mahasiswa

IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta agar mahasiswa semakin mantap akan panggilannya.

Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis

mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu

penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:

1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku KaprodiIPPAK Universitas

Sanata Dharmayang telah memberi dukungan kepada penulis dalam

penyelesaian Skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. selaku dosen pembimbing utamayang selalu

memberi perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku dosen penguji kedua yang juga

dengan sabar dan ketulusan hati telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Yosef Hendrikus Bintang Nusantara SFK., M. Hum. selaku dosen penguji

ketiga yang dengan penuh kesabaran mendampingi penulis terutama dalam

proses skripsi ini.

5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata

Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada

penulis.

6. Keluarga tercinta: Alm. Bapak Aloysius Heryanto, IbuBernadheta Sri

Wahyuni, Kakak Katarina Heni Noviyanti, yang selalu dengan ketulusan hati

mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya bagi penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan.

7. F.X. Dian Kristin Trie Halbes Manik, yang telah dengan setia mendampingi

penulis. Ucapan syukur dan terima kasih atas bantuan, saran, perhatian serta

cinta kasihnya yang selalu menguatkan penulis selama menyelesaikan skripsi

ini.

8. Segenap sahabat-sahabat tercinta mahasiswa angkatan 2008 dan lintas

angkatan yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan

duka sehingga menciptakan keluarga besar IPPAK yang penuh dengan

persaudaraan.

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………….. vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN........................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 6
E. Metode Penulisan .......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 7
BAB II. KISAH PANGGILAN NABI ELIA BERDASARKAN NOVEL THE
FIFTH MOUNTAIN, KITAB SUCI DAN PESAN-PESANNYA.... 9
A. Siapakah Paulo Coelho? ............................................................... 9
B. Nabi Elia dalam Novel “The Fifth Mountain” ............................. 11
C. Panggilan Nabi Elia dalam Novel “The Fifth Mountain” ............ 13
D. Nabi Elia dalam Kitab Suci........................................................... 16
E. Pesan Nabi Elia dalam Novel The Fifth Mountain ....................... 20
BAB III. PANGGILAN DAN TANTANGAN MENJADI GURU AGAMA
KATOLIK YANG PROFESIONAL ......................................... 22
A. Panggilan dan Tantangan............... ............................................... 23

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Panggilan ................................................................................. 23
2. Tantangan ................................................................................. 24
B. Guru Agama Katolik yang Profesional ......................................... 27
1. Guru ......................................................................................... 27
2. Guru Agama Katolik ................................................................ 30
3. Profesional ................................................................................ 33
4. Guru yang Profesional .............................................................. 35
a. Guru adalah Jabatan Profesional ......................................... 35
b. Kompetensi Seorang Guru ................................................. 36
C. Panggilan sebagai Guru Agama Katolik yang Profesional ......... 37
1. Pelayanan Guru Agama ............................................................ 39
2. Tanggapan Murid .................................................................... 40
D. Spiritualitas Pendidik Katolik.......................................................... 41
E. Tugas Seorang Guru Agama Katolik........................................... 41
1. Pengajar Pengetahuan Agama Katolik ..................................... 42
2. Saksi Kristus............................................................................. 43
a. Guru Dapat Berkembang dalam Relasi ............................... 45
b. Menerima Diri ..................................................................... 46
c. Mengembangkan Diri untuk Siap Sedia Berkorban ............ 47
d. Percaya Diri ......................................................................... 48
3. Pembinaan Iman ....................................................................... 49
F. Refleksi Pribadi.............................................................................. 50
BAB IV. USULAN PROGRAM PERSIAPAN KATEKSE YANG
TERINTEGRASI DENGAN PEMBINAAN SPIRITUALITAS
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN
MAHASISWA AKAN PANGGILANNYA SEBAGAI GURU
AGAMA KATOLIK................................................................... 52
A. Gambaran Umum Katekese............... .......................................... 53
1. Pengertian Katekese ................................................................. 53
2. Tujuan Katekese ....................................................................... 54
3. Bentuk-Bentuk Katekese .......................................................... 56

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Sumber Katekese ...................................................................... 57


B. Pemilihan Model Katekese............... .......................................... 57
1. Shared....................................................................................... 59
2. Christian ................................................................................... 60
3. Praxis ....................................................................................... 61
a) Aktivitas ................................................................................. 61
b) Refleksi .................................................................................. 62
c) Kreativitas .............................................................................. 63
a. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) .............. 63
1) Langkah 0 : Pemusatan Aktivitas...................................... 63
2) Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 64
3) Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ........ 65
4) Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani......... 66
5) Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta
Konkret .............................................................................. 67
6) Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ............. 68
C. Usulan Program dan Persiapan Katekese .................................... 69
1. Pengertian Program ................................................................. 69
2. Tujuan Penyusunan Program .................................................. 69
3. Sub. Tema dan Sub. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis
(SCP) ........................................................................................ 70
4. Penjabaran Program Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)
................................................................... ............................... 72
5. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 85
A. Kesimpulan............... ................................................................... 85
B. Saran............... ............................................................................. 88
1. Bagi Prodi IPPAK............... ..................................................... 88
2. Bagi Pembinaan Spiritualitas............... .................................... 89
a. Materi Pembinaan Spiritualitas............... ............................... 89
b. Sarana dan Metode Pembinaan Spiritualitas............... .......... 89

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

c. Pendamping Pembinaan Spiritualitas............... ..................... 90


3. Bagi Mahasiswa............... ........................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA............... ................................................................. 91
LAMPIRAN............... ................................................................................ 93
Lampiran I : Cerita Kisah Nabi Elia “The Fifth Mountain”............... ........ (1)

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN
A. Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2008.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 18 November 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada para

Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16

Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi,

18 November 1965.

LG Lumen Gentium (Terang Bangsa-Bangsa),Konstitusi Dogmatik Konsili

Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

Bdk : Bandingkan

Bimas : Bimbingan Masyarakat

Cergam : Cerita Bergambar

Hal : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Jatim : Jawa Timur

MB : MadahBakti

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PNS : Pegawai Negeri Sipil

Prodi : Program Studi

SCP : Shared Christian Praxis

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini profesi menjadi seorang guru agama Katolik semakin banyak

dibutuhkan oleh sekolah swasta Katolik maupun Negeri di seluruh daerah yang

ada di Indonesia. Pada kenyataannya lembaga pendidikan yang menghasilkan

tenaga pengajar agama Katolik sangatlah minim, selain itu pendapatan yang

diperoleh jika menjadi guru agama Katolik juga tidaklah sebandingan dengan jasa

yang telah diberikan. Selain itu juga masih banyak orang awam yang menganggap

pendidikan agama Katolik lebih cocok diberikan oleh kaum biarawan-biarawati

atau eks-biarawan-biarawati. Dari beberapa permasalahan tersebut mereka kurang

profesional untuk memenuhi tuntutan panggilan sebagai guru pendidikan agama

Katolik.

IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan

formal yang mencetak guru Agama Katolik profesional dalam tugas pendidikan

sehingga diharapkan mampu mendampingi peserta didik untuk menimba ilmu

seluas-luasnya dan berkembang dalam kepribadian yang baik. Kenyataan yang

dapat dilihat sekarang banyak yang sudah menjadi mahasiswa Pendidikan Agama

Katolik menganggap dirinya salah masuk jurusan atau untuk menjadi seorang

guru agama Katolik bukan panggilannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Dengan melihat kenyataan mahasiswa calon guru agama Katolik yang

berkuliah di IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selalu mendapat bimbingan dari setiap

dosen yang mengajar untuk menyadari sebuah panggilan menjadi guru agama

Katolik. Memang untuk menyadari sebuah panggilan tidaklah mudah namun

membutuhkan proses secara bertahap.

Profesi sebagai guru agama Katolik merupakan suatu profesi sarat makna.

Profesi ini akan bermakna apabila setiap orang yang menjalani profesi guru

agama Katolik dapat menyadari dan menghayatinya sebagai panggilan. Apabila

profesi sebagai guru agama Katolik dikaitkan dengan iman, menjadi guru agama

Katolik adalah panggilan Tuhan sendiri. Tugas guru agama Katolik secara rohani

adalah membantu peserta didik menuju kesempurnaan yang diharapkan oleh

Tuhan sendiri. Guru agama Katolik adalah mitra Tuhan dalam perutusan

pendidikan. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara

kenyataan dan harapan, yaitu faktor eksternal dan internal guru sendiri. Faktor

eksternal misalnya pengaruh perubahan masyarakat yang menempatkan profesi

guru menjadi terpinggirkan. Salah satu contohnya adalah profesi guru dipandang

sebagai profesi yang tidak memiliki nilai ekonomis. Akibatnya banyak orang

muda tidak lagi tertarik, atau mereka yang sudah terlanjur di dalamnya akan

terpengaruh oleh mentalitas ekonomis tersebut. Dari segi internal, internalisasi

panggilan hidup sebagai guru dirasakan semakin sulit oleh sebagian orang yang

menekuni profesi ini. Permasalahan ini akan dapat diperbaiki apabila guru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

berusaha membangun kembali komitmen akan panggilannya di tengah

perubahaan masyarakat dewasa ini.

Pada hakikatnya hal menyadari panggilan untuk menjadi guru agama

Katolik tidak hanya dialami oleh mahasiswa IPPAK-USD saja, demikian juga

dengan nabi Elia yang sejak kecil sudah mendengar suara-suara dan berbicara

dengan malaikat-malaikat. Waktu itu dia didesak ayah-ibunya untuk menemui

seorang imam Israel. Setelah menanyakan macam-macam, imam itu menyatakan

Elia seorang nabi, “orang yang dikuasai roh”, orang yang ”mengagungkan sabda

Tuhan”. Setelah menemui imam tersebut orang tua Elia melarang Elia untuk

menceritakan kepada siapapun segala yang telah dilihat dan didengarnya.

Sebenarnya Elia hanya berkomunikasi dengan malaikat pelindungnya, dan suara-

suara itupun hanya menyangkut kehidupannya sendiri walaupun dia juga

mendapatkan penglihatan-penglihatan yang tidak dipahaminya. Karena larangan

dari orang tuanyalah maka suara-suara dan penglihatannya itu semakin jarang

dialaminya. Setelah dewasa Elia membuka bengkel tukang kayu dari uang yang

dipinjamkan dari orang tuanya (Coelho, 2011: 20-21).

Panggilan yang diterima oleh nabi Elia tidaklah mudah untuk langsung

diterima oleh nabi Elia sendiri, karena saat nabi Elia sudah dewasa dia

menganggap dirinya sebagai orang biasa dan mempunyai pekerjaan sebagai

tukang kayu di bengkelnya sendiri. Namun panggilan nabi Elia tidak berhenti

begitu saja. Saat nabi Elia sedang bekerja tiba-tiba mendengar suara yang

berbicara serentak dari segala penjuru “Kemudian datanglah firman Tuhan

kepadanya: katakan pada Ahab, demi Tuhan yang hidup, Allah Israel yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini,

kecuai kalau kukatakan”. Peristiwa yang dialami oleh nabi Elia pada saat itu

disebabkan oleh kekacuan yang terjadi di Israel, karena pada saat itu raja Ahab

setelah menikah dengan Izebel putri dari Tirus dan Izebel meminta raja Ahab

untuk mengganti Allah Israel dengan dewa-dewa Lebanon (Coelho, 2011: 22-25).

Setelah mendengar suara-suara dan penglihatan, nabi Elia berusaha

menemui raja Ahab untuk memberitahu bahwa akan terjadi kekeringan di seluruh

negeri, sampai seluruh bangsa itu berhenti menyembah dewa-dewa Fenisia. Raja

Ahab tidak memperdulikan perkataan nabi Elia, tetapi Izebel yang duduk di

samping Ahab mendengarkan ucapan-ucapan nabi Elia dengan penuh perhatian

dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Pada keesokan harinya nabi Elia

menemui raja Ahab dan menceritakan akan penglihatanya. Nabi Elia pagi-pagi

benar dibangunkan oleh orang Lewi agar bersembunyi, karena Izebel telah

menyakinkan raja Ahab bahwa para nabi merupakan ancaman bagi perkembangan

dan perluasan Israel. Maka raja Ahab memerintahkan agar para prajurit

menghukum mati semua nabi yang tidak mau meninggalkan tugas suci yang telah

diperintakan oleh Tuhan. Namun kepada nabi Elia tidak diberikan pilihan dia

harus dibunuh, maka dari itu nabi Elia dan orang Lewi berusaha untuk tetap

bersembunyi (Coelho, 2011: 26-28).

Kisah yang dialami nabi Elia, menggambarkan bagaimana nabi Elia tetap

setia dalam panggilan menjadi seorang nabi. Nabi Elia dalam menjalankan

panggilan mendapat banyak sekali pencobaan, mulai dari pengejaran oleh Ratu

Izebel, merasa gagal dalam mempertobatkan umat Israel dan raja Ahab dan Ia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

mengira kerja kerasnya selama ini hanyalah suatu kegagalan besar dan hanya

tinggal dia sendiri yang bersujud kepada Tuhan. Tugas yang dilaksanakan oleh

nabi Elia sangat berat, namun kesetian nabi Elia terhadap Tuhan menyebabkan

dirinya tidak takut untuk menjalankan tugasnya meskipun dirinya merasa

terancam oleh orang-orang yang tidak suka akan apa yang telah dilakukan.

Berdasarkan kenyataan yang ada penulis mencoba menjawab dengan

memberikan sumbangan dalam bentuk gagasan atau pemikiran sebagai suatu

alternatif keterlibatan dalam memantapkan sebuah panggilan menjadi guru agama

Katolik. Untuk itu penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut: BELAJAR

DARI KISAH PANGGILAN NABI ELIA DALAM NOVEL THE FIFTH

MOUNTAIN SEBAGAI USAHA MEMANTAPKAN PANGGILAN

MENJADI GURU AGAMA KATOLIK BAGI MAHASISWA IPPAK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa

permasalahan yang menjadi fokus pembahasan skripsi ini. Berikut ini adalah

beberapa permasalahan tersebut:

1. Apa yang dimaksud panggilan menurut novel The Fifth Mountain ?

2. Bagaimanakah dinamika menentukan pilihan jalan hidup yang dilakukan oleh

Nabi Elia menurut novel The Fifth Mountain ?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

3. Bagaimanakah mempergunakan kisah hidup Nabi Elia menurut buku The

Fifth Mountain dalam pendampingan pemilihan jalan hidup bagi calon Guru

Agama Katolik?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk memahami makna panggilan menurut novel The Fifth Mountain.

2. Menggali nilai-nilai panggilan nabi Elia dalam novel The Fifth Mountain.

3. Memaparkan usaha memantapkan panggilan menjadi guru agama Katolik

berdasarkan nabi Elia dalam novel The Fifth Mountain.

4. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para mahasiswa

IPPAK Sanata Dharma dalam panggilan sebagai guru agama Katolik.

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk persiapan katekese

yang terintegrasi dengan pembinaan spiritualitas bagi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

3. Dapat memperkembangkan penulis dalam proses berpikir, merasa, dan

menghayati panggilan menjadi guru agama Katolik.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode naratif. Narasi memiliki

makna pengisahan suatu cerita atau kejadian (Hofmann, 1994: 1). Naratif berarti

pola berdasarkan ceritera, rangkaian kalimat yang bersifat narasi atau bersifat

menggambarkan kisah panggilan nabi Elia dalam buku The Fifth Mountain

karangan Paulo Coelho sebagai usaha memantapkan panggilan mahasiswa IPPAK

Sanata Dharma untuk menjadi guru agama Katolik. Dengan menggali nilai-nilai

panggilan nabi Elia yang terdapat dalam buku The Fifth Mountain karangan Paulo

Coelho, dengan menggunakan bantuan buku-buku sumber, artikel-artikel, serta

tulisan-tulisan yang berkaitan dengan tema karya tulis ini.

Dari buku-buku referensi yang dapat mendukung penulisan karya tulis,

penulis dapat mengumpulkan data-data ilmiah, lalu mengolahnya menjadi karya

ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah :

Bab I menguraikan pendahuluan yang berisikan tentang : latar belakang

penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Bab II menguraikan sekilas tentang siapa Paulo Coelho dan bagaimana

pandangannya tentang kisah panggilan nabi Elia dalam novel The Fifth Mountain

serta perbandingan isi novel The Fifth Mountain dengan teks Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, pesan-pesan panggilan Elia sebagai seorang

nabi dalam novel The Fifth Mountain dan kisah nabi Elia dalam Kitab Suci yang

dapat dijadikan pegangan dalam mematangkan panggilan sebagai seorang guru

agama Katolik.

Bab III menguraikan gambaran mengenai bagaimana menjadi Guru

Agama Katolik yang profesional, panggilan dan tantangan menjadi Guru Agama

Katolik, arti panggilan, tantangan, pengertian guru dan pengertian Guru Agama

Katolik.

Bab IV menuturkan sumbangan pemikiran dengan merancang persiapan

katekese yang terintegrasi dengan pembinaan spritualitas yang dapat digunakan

untuk membantu memantapkan panggilan sebagai guru Agama Katolik.

Bab V merupakan penutup skripsi, berisikan kesimpulan dan saran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

BAB II

KISAH PANGGILAN NABI ELIA

BERDASARKAN NOVEL THE FIFTH MOUNTAIN, KITAB SUCI

DAN PESAN-PESANNYA

A. Siapakah Paulo Coelho?

Paulo Coelho lahir di Rio de Jeneiro, Brazil, 24 Agustus 1947. Paulo

Coelho berasal dari sebuah keluarga kelas menengah di lingkungan perkotaan.

Ayahnya, Pedro adalah seorang arsitek, dan ibunya Lygia adalah seorang ibu

rumah tangga. Paulo Coelho juga dikenal dengan nama Paul Rabbit

seorang novelis Brasil. Ia merupakan salah satu penulis dengan karya yang paling

banyak dibaca di dunia saat ini. Paulo telah menerima sejumlah penghargaan

internasional atas karya-karyanya, termasuk Crystal Award dari Forum Ekonomi

Dunia. The Alchemist, novelnya yang paling terkenal, telah diterjemahkan ke

dalam 67 bahasa. Sang penulis telah menjual 150 juta kopi bukunya di seluruh

dunia (wikipedia Paulo Ceolho, 2013: 1).

Novel The Alchemist terbit pada tahun 1988, tema sentralnya bertuang

pada kalimat yang diucapkan Raja Melkisedek kepada si anak gembala, Santiago,

“kalau engkau mendambakan sesuatu, alam semesta bekerja sama membantumu

memperolehnya. Novel ini adalah tonggak awal yang akan menempatkan nama

Coelho dalam jajaran novelis tingkat dunia. Novel ini, berbeda dengan karya-

karya Coelho sebelumnya, merupakan sebuah novel simbolik yang kaya akan

bahasa-bahasa metafora. Novel ini merupakan hasil kontemplasi Coelho setelah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

bergulat selama sebelas tahun dengan ilmu alkimia. Novel Sang Alkemis banyak

mendapat pengaruh dari Novel Tale of Two Dreamers karya Jorge Luis Borges,

seorang sastrawan Brasil kenamaan (wikipedia Sang Alkemis, 2013: 1).

Setelah kesuksesan novel Sang Alkemis bukan berarti Coelho berpuas diri.

Coelho merupakan seorang penulis produktif yang hampir setiap tahun selalu

mengeluarkan karya terbaru baik itu berupa novel asli, novel adaptasi, kumpulan

cerita pendek, maupun kumpulan artikel. Karya-karya Coelho lainnya

adalah: Brida (1990); O Dom Supremo (The Gift) (1991); As Valkirias (The

Valkyries) (1992); Maktub dan Na margem do rio Piedra eu sentei e chorei (Di

Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis) (1994); O Monte Cinco (Gunung

Kelima) (1996); Letras do amor de um prophet (Love Letters from a Prophet)

dan Manual do guerreiro da luz (The Manual of the Warrior of Light)

(1997); Veronika decide morrer (Veronika Memutuskan Mati) dan Palavras

essenciais (Essential Words) (1998), O Demônio e a srta Prym (Iblis dan Nona

Prym) (2000); Histórias para pais, filhos e netos (Fathers, Sons and Grandsons)

(2001); Onze Minutos (Sebelas Menit) (2003); O Gênio e as Rosas (The Genie

and the Roses) dan E no sétimo dia (And on the Seventh Day) (2004), O

Zahir (Zahir) dan Caminhos Recolhidos (Revived Paths) (2005); Ser como um rio

que flui (Like The Flowing River) dan A Bruxa de Portobello (The Witch of

Portobello) (2006); Vida: Citacoes selecionadas (Life: Selected Quotations)

(2007); O Vencedor esta So (The Winner Stands Alone), O Mago The

Wizard (Biografi karya Fernando Morais) (2008) (wikipedia Paulo Coelho, 2013:

1).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

The Fifth Mountain (Gunung Kelima) adalah novel kelima karangan Paulo

Coelho yang diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1998 dan dalam bahasa

Indonesia pada tahun 2005. Dikisahkan tentang Nabi Elia, seorang nabi yang

diajarkan oleh orang-tuanya untuk menolak panggilannya dari Tuhan. Dia

terpaksa menuruti panggilannya ketika rajanya, Raja Ahab memperbolehkan

istrinya, Ratu Izebel untuk memaksakan rakyat Israel untuk menyembah salah

satu dewa berhalanya. Setelah penderitaan berkepanjangan dan di bawah ancaman

kematian, Elia meloloskan diri dan diutus Tuhan untuk mencari seorang janda dari

Akbar yang akan menerimanya walaupun wanita itu sendiri kesusahan untuk

mencari makanan bagi anaknya. Ketika kota itu terancam peperangan, Elia

berseru pada Tuhan agar menyelamatkan kota itu dan penduduknya, tapi Tuhan

seakan tidak mendengar. Ketika dia meminta Tuhan menyelamatkan perempuan

yang dicintainya, Tuhan pun seakan memalingkan muka tak peduli. Segala

percobaan ini membuat Elia mempertanyakan kasih dan kemurahan hati Tuhan,

dan mendorongnya mengambil keputusan: menentang Tuhan sampai Dia

memberikan jawaban. Dari wanita dan putranya inilah Elia belajar untuk

mencintai, bertahan dalam rasa kehilangan dan tetap tegar melawan kekuatan

tirani yang fanatik (wikipedia Gunung Kelima, 2014: 1).

B. Nabi Elia dalam novel “The Fifth Mountain”

Dikisahkan Raja Ahab, atas permintaan Izebel istrinya, memerintahkan

rakyat Israel untuk mengganti kepercayaan dari menyembah Allah dengan

kepercayaan dari negeri Fenesia, negeri asal istrinya yang menyembah Baal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Sementara seorang pemuda yang bernama Elia yang bekerja sebagai tukang kayu

tiba-tiba mendapatkan wahyu dari malaikat Allah. Wahyu yang didapat

memerintahkan Elia untuk menghadap raja Ahab dan memberinya peringatan,

bahwa jika bangsa Israel tidak kembali menyembah Allah maka negeri itu akan

dilanda kekeringan yang panjang. Usai menyampaikan peringatan itu, Izebel

memerintahkan membunuh seluruh nabi-nabi Israel yang masih menyembah

Allah. Namun Elia yang menjadi target utama berhasil lolos ke luar kota atas

petunjuk malaikat Allah, Elia menuju kota kecil yang bernama Akbar, yang

penduduknya juga menyembah Baal (Coelho, 2011: 15-51).

Di kota Akbar Elia juga menunggu hingga saat dia diperintahkan kembali

ke Israel, di kota inilah Elia berhadapan dengan peristiwa-peristiwa yang menguji

keyakinannya akan Tuhan. Penduduk Akbar tahu bahwa Elia adalah nabi Israel

yang dicari-cari oleh Izebel, tapi mereka membiarkannya menumpang di rumah

seorang janda beranak satu selama Elia tidak menimbulkan kekacauan. Jika Elia

mengacau, maka kepalanya akan dijual kepada Izebel. Hingga satu saat Elia

dianugerahi satu mukjizat yang mencengangkan, penduduk Akbar pun mulai

menghormatinya bahkan akhirnya dipercaya menjadi penasehat gubernur.

Akhirnya Elia menetap sementara di kota Akbar, sambil menunggu perintah

Tuhan untuk membawanya kembali ke Israel dan menyelamatkan bangsanya dari

penyembahan berhala di bawah kekuasaan Raja Ahab. Setelah bertahun-tahun

lamanya Elia bertahan di kota Akbar, Elia dihadapkan dengan peperangan yang

akan terjadi di kota Akbar, kota yang begitu indah dan damai. Di siniah Elia

dihadapakan dengan pilihan yang begitu sulit, dimana Elia harus bisa membuat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

kota Akbar tidak mendapat serangan dari para prajurit suruhan Raja Ahab.

Penduduk yang mulai tidak suka dengan keberadaan Elia, menganggap Elia

sebagai biang masalah yang terjadi di kota Akbar. Dimulai dari meninggalnya

anak dari janda yang ditinggali dan kota Akbar yang akan diserang oleh prajurit

Raja Ahab. Di tengah kejadian itu, penduduk meminta Gubernur menghukum Elia

untuk dihukum mati (Coelho, 2011: 51-73).

Akhirnya Elia dengan keberaniannya menemui semua penduduk kota

Akbar untuk siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kota Akbar dengan

meminta pertolongan kepada Allah agar diberi petunjuk. Setelah lama berdiam

menunggu, Elia mendapat suara malaikat Allah yang datang kepadanya agar Elia

kembali ke rumah janda tersebut untuk membangkitkan kembali anak janda itu

dengan menyebut nama Allah. Apa yang didapat dari malaikat Allah, Elia lakukan

bertujuan agar kota Akbar tetap memuliakan nama Allah (Coelho, 2011: 80-87).

C. Panggilan Nabi Elia dalam novel “The Fifth Mountain”

Nabi Elia sejak kecil sudah mendengar suara-suara dan berbicara dengan

malaikat-malaikat. Waktu itu dia didesak oleh ayah dan ibunya untuk menemui

seorang imam Israel. Setelah menanyakan macam-macam, imam itu menyatakan

Elia seorang Nabi, “orang yang dikuasai roh”, orang yang “mengagungkan nama

sabda Tuhan”. Setelah berjam-jam berbicara dengan Elia, iman itu mengatakan

kepada ayah dan ibu Elia bahwa apa pun yang dikatakan anak mereka mesti

diperhatikan baik-baik (Coelho, 2011: 20).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Setelah menemui imam Israel, ayah dan ibu Elia melarang Elia

menceritakan pada siapa pun apa yang telah dilihat dan didengarnya. Menjadi

nabi berarti memiliki ikatan-ikatan dengan Pemerintah dan ini sangat berbahaya.

Sebenarnya hal-hal yang didengar Elia tidaklah menarik bagi para imam ataupun

raja-raja. Dia berkomunikasi hanya dengan malaikat pelindungnya, dan nasihat

yang didengarnya hanya menyangkut kehidupannya sendiri. Nabi Elia juga

sesekali mendapat penglihatan yang tidak dipahaminya. Setelah penglihatan-

penglihatan itu lenyap, dia pun berusaha melupakannya secepat mungkin dan

mematuhi permintaan ayah dan ibunya (Coelho, 2011: 20-21).

Dalam perjalanan waktu setelah nabi Elia tumbuh dewasa, dia mulai

jarang mendapatkan suara-suara dan penglihatan-penglihatan yang sering didapat

saat masih kecil. Setelah Elia dirasa cukup umur untuk mencari nafkah sendiri,

akhirnya ayah dan ibunya meminjamkan uang untuk membuka bengkel tukang

kayu (Coelho, 2011: 21).

Setelah lama bekerja sebagai tukang kayu, Elia menganggap dirinya orang

biasa, pakaiannya pun biasa, seperti orang pada umumnya, dan yang tersiksa

hanyalah jiwanya yang dipenuhi ketakutan-ketakutan serta godaan-godaan yang

dialami manusia lain pada umumnya. Ketika dia makin tenggelam dalam

pekerjaannya di bengkel tukang kayu miliknya, suara-suara itu tidak pernah lagi

didengarnya. Percakapan semasa kecil antara dirinya dan imam itu kini tinggal

kenangan samar. Elia tidak peraya Allah yang Maha Kuasa harus berbicara

dengan manusia agar perintah-perintah-Nya dipatuhi, yang terjadi pada masa kecil

itu hanyalah khayalan anak kecil yang tidak punya kegiatan (Coelho, 2011: 22).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Namun saat Elia mendengar bahwa rajanya yang bernama Ahab menikah

dengan Izebel, putri dari Tirus, Elia tidak menganggap penting hal tersebut,

karena raja-raja Israel terdahulu juga pernah berbuat demikian, dan hasilnya

adalah kedamaian abadi di seluruh negeri, serta hubungan perdagangan yang kian

penting dengan Lebanon. Elia tidak telalu peduli bahwa rakyat tetangga itu

menyembah dewa-dewa yang tidak jelas atau menjalankan praktek-praktek

keagamaan yang aneh. Setelah naik takhta, Izebel meminta pada Ahab agar

mengganti Allah Israel dengan dewa-dewa Lebanon. Meski merasa marah Elia

tetap memuja Allah Israel dan menjalani hukum-hukum Musa (Coelho, 2011: 23-

24).

Kemudian terjadilah peristiwa yang sama sekali tak terduga. Suatu siang,

ketika Elia sedang menyelesaikan sebuah meja di bengkelnya, suasana

sekelilingnya menjadi gelap dan ribuan cahaya kecil mulai berkelap-kelip di

sekitarnya. Salah satu cahaya itu bersinar lebih terang, dan sekonyong-konyong

terdengar suara, seolah-olah berbicara serentak dari segala penjuru. Kemudian

datanglah firman Tuhan kepadanya “Katakan kepada Ahab, demi Tuhan yang

hidup, Allah Israel yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan

pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan”. Setelah mendapatkan suara

firman Allah, pada esok harinya Elia memutuskan untuk menemui raja Ahab

untuk menyampaikan apa yang telah dia dapatkan untuk memperingatkan raja

Ahab yang telah meninggalkan Allah (Coelho, 2011: 25-26).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

D. Nabi Elia dalam Kitab Suci

Dalam Kitab 1 Raja-raja, dikisahkan munculnya seorang nabi Israel yang

menjadi abdi setia Allah ketika Israel mulai menyimpang dari Allah dengan

menyembah Baal. Nama nabi itu adalah Elia. Ia berasal dari Tisbe-Gilead.

Elia adalah nabi yang dengan gigih berjuang untuk mengembalikan

keyakinan dan kesetiaan umat Israel pada Allah. Elia muncul ketika Israel mulai

tidak setia kepada Allah setelah Ahab, Raja Israel putra Omri memperistri Izebel,

seorang putri Etbaal, raja Sidon yang menyembah Baal (Bdk 1 Raj 16: 29-33).

Ahab mulai tidak setia kepada Allah dengan membangun mezbah untuk Baal di

samaria. Ahab juga membangun patung Asyera, salah satu dewi orang Sidon (Bdk

1 Raj 16: 32-33). Perbuatan raja Ahab ini menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah

Israel lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahulinya (Bdk 1 Raj 16: 33).

Lalu Tuhan mengutus nabi Elia untuk menjatuhkan hukuman atas dosa Ahab ini

dengan nubuat kekeringan di Israel (Bdk 1 Raj 17: 1). Saat itulah nabi Elia mulai

tampil sebagai pembela, sekaligus perantara Allah dalam melawan kekafiran

akibat penyembah Baal.

Oleh karena peran ini pula, Elia mengalami berbagai macam penderitaan

karena harus melawan ancaman dari raja Ahab dan Izebel. Untuk menghindari

pengejaran dari para pasukan raja Ahab, Elia mendapatkan firman Tuhan untuk

pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan (Bdk 1 Raj 17:

5). Tetapi setalah lama sungai itu menjadi kering, sebab hujan tidak turun di

negeri itu. Dengan ada itu Elia mendapat kembali firman Tuhan untuk pergi ke

Sarfat yang termasuk wilayah Sidon dan dimintanya Elia untuk berdiam diri,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

karena Tuhan telah memerintahkan seorang janda untuk memberinya makan (Bdk

1 Raj 17: 8-9).

Setelah sampai ke pintu gerbang kota tampaklah seorang janda yang

sedang mengumpulkan kayu. Elia menghampirinya dan berseru kepada janda

untuk mengambilkan sedikit air dan sepotong roti. Perempuan janda pun berkata

tidak ada roti kecuali segenggam tepung dalm tempayan dan sedikit minyak (Bdk

1 Raj 17: 10-12). Janda itu berkata “bahwa dia sekarang sedang mengumpulkan

dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan

bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia

berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan,

tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan

bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab

beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan

habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada

waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu

dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak

perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam

tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti

firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. Sesudah itu anak

dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai

tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu

datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan

kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" (Bdk 1 Raj 17: 12-17).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Elia yang selalu setia kepada Allah tetapi Elia juga tampak dalam

keraguan. Elia mempertanyakan kehendak Tuhan atas kematian anak dari janda di

Sarfat (Bdk 1 Raj 17: 20). Kedekatan dengan Allah ini pulalah yang

memampukan Elia membuat mukjizat-mukjizat: membangkitkan anak janda

Sarfat dari kematian ( Bdk 1 Raj 17: 21), mukjizat di gunung Karmel (Bdk 1 Raj

18: 20-46). Mujizat yang dilakukan oleh nabi Elia agar umat Isarel mengakui

bahwa hanya Allah Israel yang membuat mujizat melalui Elia.

Ketaatan dan kedekatan dengan Allah ini harus dibayar mahal oleh nabi

Elia. Ia harus mengalami berbagai macam penderitaan karena konsekunsinya dari

ketaatan dan kedekatannya dengan Allah. Salah satu penderitaan yang dialaminya

adalah ancaman pembunuhan dari Ahab dan Izebel hingga ia harus bersembunyi

di Sarfat. Elia menjadi orang asing yang terbuang dari negerinya sendiri, Israel.

Elia merasa sedih ketika menyaksikan pembunuhan para nabi yang setia kepada

Allah oleh Ahab dan Izebel. Bahakan Elia pernah merasa putus asa dan

menginginkan mati saja ketika harus lari dari ancaman Izebel (Bdk 1 Raj 19: 4).

Meski demikian, Elia tetap setia pada Yahwe, Allah yang telah menyertai

perjalanannya. Sosoknya sebagai seorang nabi yang selalu berjuang

mengembalikan kesetiaan umat pada Yahwe telah dianggap sebagai pembaharu

perjanjian, berjuang di tengah-tengah situasi dimana kekafiran Baalisme

merajalela di Israel. Peran yang diemban oleh Elia ini tentu bukanlah sebuah

peran yang mudah. Ia diutus Yahwe agar mengingatkan umat Israel yang mulai

tidak setia pada Yahwe. Ketidaksetiaan pada Yahwe inilah yang menyebabkan

Israel mengalami berbagai kehancuran dan kekalahan dari bangsa lain. Kisah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

tentang Elia sebagai seorang nabi dapat kita temukan dalam Kitab Raja-raja. Elia

tidak seperti nabi-nabi yang menuliskan firman Tuhan serta ajaran-ajarannya. Ia

muncul dengan singkat sebagai salah satu nabi yang telah berkarya besar yakni

memperingatkan raja-raja Israel agar kembali setia kepada Yahwe. Ada beberapa

cerita heroik Elia dalam melaksanakan tugasnya sebagai nabi: membangkitkan

anak janda yang telah mati (1Raj 17:7-24), Elia di gunung Karmel (1Raj 18:16-

19), dan nubuat-nubuat yang benar-benar terjadi. Itu semua dialami oleh Elia

karena Tuhan Allah begitu mengasihi dirinya. Meski demikian, dari sisi

manusiawi Elia, ia pernah mengalami ketakutan yang besar ketika Ahab dan

Izebel berusaha membunuh dia (1Raj19:3). Ia juga hampir mengalami putus asa

ketika ia sampai di gunung Horeb. `Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun

sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia

ingin mati, katanya:"cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab

aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku" (1 Raj 19:4). Pengalaman ini

menggambarkan bahwa biarpun Elia adalah seorang nabi besar, namun rasa tidak

berdaya dan kerapuhan pribadinya dalam menjalankan perintah Tuhan sebagai

nabi ini seringkali dialaminya secara natural. Ia bahkan sempat tidak yakin akan

kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi.

Hal ini ditegaskan oleh Surat Yakobus 5:17-18: `Elia adalah manusia biasa

sama seperti kita, dan ia telah sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan

turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan. Lalu ia

berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya'.

Kebesaran Elia sebagai salah satu nabi yang berjuang bagi kekudusan Yahwisme
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

ini terpancar hingga Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, nama Elia disebut

beberapa kali. Pandangan orang Yahudi pada Elia adalah sebagai seorang nabi

yang sedang mempersiapkan datangnya Mesias: `Sesungguhnya Aku akan

mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan' ( Bdk Mal 4:5).

Dalam Perjanjian Baru, ia sering dikaitkan dengan Yohanes Pembaptis

yang juga mempersiapkan kedatangan Mesias dan juga bersemangat dalam

mempertobatkan orang Israel. Posisi inilah yang menjadikan Elia sebagai nabi

besar. Namanya dalam Perjanjian Baru antara lain terdapat dalam: Mat 11:14,

16:14, 17:3,17:12, 27:47; Mrk 8:28, 6:15,9:4, 9:13,15:35; Luk 1:17,9:8, 9:30; Yoh

1:21, Rm 11:2 dan Yak 5:17.

E. Pesan Nabi Elia dalam Novel The Fifth Mountain

Refleksi singkat tentang Elia dalam The Fifth Mountain Kisah Elia ini

menjadi inspirasi Paulo Coelho dalam menulis novel The Fifth Mountain. Dalam

novel tersebut, Paulo Coelho sungguh menggambarkan kisah Elia sebagai seorang

manusia biasa yang terpanggil sebagai seorang nabi. Bagaimana Elia juga

berjuang seperti manusia-manusia lain dalam menanggapi kehendak Tuhan,

dikisahkan dalam novel ini dengan amat hidup. Pergulatan Elia untuk memahami

diri sendiri, memahami panggilan hidupnya, hingga memahami realitas hidupnya

sesuai kehendak Tuhan sungguh tampak nyata dalam novel tersebut.

Dari Novel The Fifth Mountain, ada beberapa hal tentang hidup nabi Elia

yang dapat kita petik sebagai bahan refleksi hidup panggilan kita. Hal-hal berikut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

adalah beberapa pesan menarik yang dapat saya simpulkan: Keberanian untuk

menerima dan menghayati panggilan hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan

akan memunculkan banyak mukjizat (Coelho, 2011: 26). Panggilan istimewa

sebagai nabi tidak menjadikan Elia merasa mampu segala-galanya tetapi justru

merasa menjadi orang yang sangat biasa. Ia begitu rendah hati dengan panggilan

yang disandangnya sebagai nabi (Coelho, 2011: 79, 181). Meski ia tidak bisa

memahami panggilan khususnya sebagai nabi, Elia tetap taat mendengarkan

firman Tuhan dan menjalankan firman itu. Ia tidak lari kepada Baal tetapi justru

menantang Tuhan dengan berjuang keras memahami kehendak-Nya (Coelho,

2011: 267-268, 286, 294). Elia selalu dapat melihat kebaikan Tuhan. Ia seorang

yang penuh harapan (Coelho, 2011: 312). Elia adalah seorang yang reflektif dan

penuh cinta. Ini tampak dalam permemungan-permenungan pribadinya tentang

panggilan, karya dan cintanya kepada orang lain, termasuk kepada janda di Sarfat

itu. Dari kata-kata anak laki-laki yang diajak Elia untuk mendaki Gunung Kelima

dapat dijadikan sebagai bahan permenungan hidup "Di dunia sekitar kita. Kalau

engkau memperhatikan apa-apa yang terjadi dalam hidupmu, setiap hari akan

kautemukan dimana Dia menyembunyikan Sabda-sabda dan Kehendak-Nya.

Cobalah melakukan perintah-Nya : Untuk itulah engkau diberi kehidupan di dunia

ini" "Kalau kutemukan, akan kutuliskan sabda-sabda itu pada lempengan-

lempengan tanah liat" "Lakukanlah. Tapi terutama tuliskanlah semuanya itu di

dalam hatimu; di sana sabda-sabda itu tidak bisa dibakar atau dihancurkan, dan

kau kan membawanya bersamamu ke mana pun engkau pergi" (Coelho, 2011:

307).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

BAB III

PANGGILAN DAN TANTANGAN

MENJADI GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL

Bab ini akan berbicara mengenai panggilan dan tantangan menjadi guru

agama Katolik yang profesional. Pada bab sebelumnya telah dibahas bagaimana

nabi Elia yang sejak kecil sudah mendapatkan suara-suara dan penglihatan,

merupakan panggilan yang secara tidak dia sadari bahwa Elia dipanggil oleh

Allah untuk menjadi seorang nabi. Panggilan yang diterima oleh Elia untuk

menjadi seorang nabi tidak atas kehendak dirinya sendiri, tetapi Allah sendiri

yang menghendaki dan Elia dengan kesetiaannya kepada Allah tetap

melaksanakan panggilan yang dia dapat dengan ketulusannya dalam melayani

Allah. Serta dengan keberaniannya Elia dapat melewati tantangan-tantangan yang

dia dapat saat melaksanakan tugasnya menjadi seorang Nabi. Dalam menanggapi

panggilan dan tantangan yang ada, diharapkan nabi Elia dapat menjadi inspirasi

bagi kita untuk menanggapi panggilan untuk menjadi guru agama Katolik yang

profesional, serta mempunyai kekuatan dalam menghadapi tantangan untuk

menjadi guru agama Katolik yang profesional.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

A. Panggilan dan Tantangan

1. Panggilan

Panggilan artinya seorang yang dipanggil dan tujuan mengapa orang

dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, yang dipanggil ialah manusia. Isi

panggilan sendiri ialah mengundang supaya manusia menyerahkan seluruh dirinya

kepada Allah. Akan tetapi Allah itu Roh, Allah tidak akan bisa dilihat dengan

mata dan firman-Nya tidak akan bisa kita dengar secara langsung oleh telinga kita.

Panggilan Allah dapat kita dengar di seluruh dunia melalui Gereja (Gabriel, 1962:

5).

Panggilan sebagai seorang beriman berarti bahwa setiap pribadi dipanggil

menjadi pengikut Kristus. Atas dasar pembaptisan setiap orang kristiani dipanggil

menjadi murid-murid Kristus. Menjadi murid Kristus berarti setiap orang

diundang untuk bersatu dengan Dia, mengikuti cara hidup-Nya dan melaksanakan

apa yang menjadi tugas pewartaan-Nya. Berkat sakramen Baptis, manusia

diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus dipanggil untuk

mengambil bagian didalam tugas pengutusan Yesus Kristus membangun kerajaan

Allah.

Panggilan dapat ditanggapi dengan meneguhkan, mengasihi,

menyemangati, memperhatikan, mendampingi dan membantu hidup peserta didik

yang dipercayakan kepada pengabdian kita (Heryatno, 2008: 91). Panggilan

merupakan peristiwa mukjizat dan misteri yang hanya dapat diketahui oleh Allah

sendiri. Seseorang hanya dapat mengenal dampak-dampak dalam jiwa yang sesuai

dengan dimensi jiwa yang disapa oleh Allah. Waktu pertama Allah menyapa pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

dimensi mistik manusia, kesatuan dengan Allah sehingga berdampak partisipasi

tanpa hambatan dan tak terelakkan pada hidup.

2. Tantangan

Penulis sendiri mengartikan tantangan sebagai keadaan dimana kita

dihadapkan dengan situasi yang sulit namun kita juga harus tetap bertahan untuk

menghadapi masalah tersebut agar dapat menghadapi masalah tersebut dengan

lancar.

Dengan adanya tantangan, dapat membuat orang belajar untuk

menghadapi segala permasalahan yang ada di sekitar kita. Seperti halnya untuk

menjadi seorang guru Agama Katolik, akan mengalami tantangan yang datang

dari faktor internal sendiri maupun dari ekternal. Dari faktor internal sendiri,

seorang guru Agama Katolik belum menemukan panggilan hidup sebagai guru

dirasakan semakin sulit oleh sebagian orang yang menekuni profesi ini. Karena

beranggapan menjadi guru Agama Katolik adalah pilihan yang tidak sesuai

dengan apa yang diinginkan. Permasalahan ini akan dapat diperbaiki apabila guru

berusaha membangun kembali komitmen akan panggilannya menjadi guru Agama

Katolik di tengah perubahaan masyarakat dewasa ini yang semakin modern.

Dari faktor eksternal misalnya pengaruh perubahan masyarakat yang

menempatkan profesi guru menjadi terpinggirkan. Salah satu contohnya adalah

profesi guru dipandang sebagai profesi yang tidak memiliki nilai ekonomis.

Akibatnya banyak orang muda tidak lagi tertarik, atau mereka yang sudah

terlanjur di dalamnya akan terpengaruh oleh mentalitas ekonomis tersebut. Bukan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

hanya masalah ekonomis tetapi juga dari segi birokrasi pemerintahan yang selalu

menomorduakan profesi guru Agama katolik untuk mendapatkan tempat yang

sama dengan mata pelajaran yang bersifat umum (pengangkatan menjadi PNS)

(Noviana Tri Lestari, 2012).

Berbagai tantangan yang dihadapi guru saat ini adalah :

1) Guru yang terlihat jelas sekarang ini adalah kurangnya minat guru

untuk meneliti. Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri

dan terjebak dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul

kepermukaan. Banyak guru menganggap kalau meneliti itu sulit. Sehingga

karya tulis mereka dalam bidang penelitian tidak terlihat sama sekali.

2) Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Terlihat jelas dikotomi

antara guru berplat merah (Baca PNS) dan guru berplat hitam (baca Non

PNS). Banyak guru yang tak bertambah pengetahuannya karena tak

sanggup membeli buku. Boro-boro buat membeli buku, untuk biaya

hidupnya saja mereka sudah kembang kempis. Kenyataan di masyarakat

banyak pula guru yang tak sanggup menyekolahkan anaknya hingga ke

perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang didapatnya setiap

bulan. Dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan, semoga

kesejahteraan guru ini dapat terwujud. Biar bagaimanapun juga profesi

guru adalah pilar terpenting untuk kemajuan bangsa. Oleh karena itu sudah

sepantasnya apabila profesi ini lebih diperhatikan, terlebih

kesejahteraannya. Tetapi, jangan karena kesejahteraan kurang kemudian

kreativitas guru menjadi mati. Banyak contoh lain dari kehidupan guru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

yang meskipun kesejahteraannya kurang, tapi komitmen terhadap

pendidikan tetap tinggi. Sebaliknya berapa banyak guru yang gajinya

sudah tinggi tapi tetap ogah-ogahan mengajar. Semua ini berpulang

kembali pada mentalitas kita.

3) Ketakutan dan keminderan seorang guru dalam melakukan ekpresi

merupakan salah satu tumor pendidikan yang urgen untuk disembuhkan.

Seorang guru sudah seyogyanya yakin bahwa setiap guru tanpa terkecuali

dapat berinovasi dalam pembelajarannya; seorang guru seyogyanya yakin

bahwa perbuatan-perbuatan kecilnya yang teliti, semisal mencatat

perubahan tentang cara dan gaya mengajar setiap hari akan melahirkan

hasil yang besar; serta seorang guru seyogyanya untuk terbuka menerima

saran dan kritik dari guru lain, bila pola pembelajaran yang

disampaikannya sama seperti yang kemarin.

4) Tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah

bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain

ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif,

inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para siswa mempunyai bekal

yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat

sebagai bangsa Indonesia.

5) Guru belum mampu menguasai kurikulum yang lama, namun muncullah

kurikulum yang baru; dengan berkembangnya teknologi yang semakin

maju (Rindi Antika Sari, 2013).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

B. Guru Agama Katolik yang Profesional

Setiap orang yang ada di bumi ini yang ingin berkembang pastilah

membutuhkan bantuan guru. Mereka yang ingin berkembang itu mungkin tidak

sadar bahwa mereka membutuhkan jasa guru, baik yang melalui pendidikan

formal maupun yang tidak melalui pendidikan formal. Sejak manusia bergaul

telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu

untuk mempengaruhi orang-orang lain dalam pergaulan mereka, untuk

kepentingan kemajuan orang yang bersangkutan (Sumadi, 1990: 1). Usaha untuk

mempengaruhi juga berlaku dan terjadi di dalam Gereja dalam menyampaikan

nilai-nilai Kerajaan Allah seperti yang dilakukan oleh Yesus, para rasul juga para

pengganti rasul dan orang lain yang mengemban tugas menyampaikan nilai-nilai

Kerajaan Allah. Tugas menyampaikan nilai Kerajaan Allah dilakukan oleh banyak

orang. Pewartaan tentang Kerajaan Allah merupakan suatu tugas yang dipandang

sangat penting oleh Gereja (CT, art. 1). Salah satu pihak yang melakukan hal itu

adalah para guru agama yang sebenarnya mempunyai tugas di sekolah namun

juga sering diminta terlibat di paroki.

1. Guru

Guru menurut penulis adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa

Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar

pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai

semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang

mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Secara

formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri atau pun swasta yang

memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal

berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru

berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Dalam pandangan masyarakat, guru kita berubah dari waktu ke waktu.

Perubahan itu dipengaruhi oleh perubahan aspirasi masyarakat terhadap jabatan

guru, karena adanya perubahan persyaratan jabatan guru sebagai dampak

berkembangnya ilmu dan teknologi dan juga pengalaman terhadap kerja para guru

yang telah berkarya.

Pandangan klasik tentang guru adalah guru itu perlu “digugu” dan “ditiru”.

Hal ini mengandaikan bahwa pribadi guru tidak mempunyai cela atau kelemahan.

Pandangan ini tidak sesuai dengan kenyataan, sebab setiap guru adalah juga

manusia yang tidak terbebas dari adanya kelemahan dan kekurangan. Memang

seorang guru tetap dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang-orang

disekitarnya, namun kita perlu realistis untuk menyikapi.

Dalam perkembangan zaman seperti sekarang ini, tuntutan terhadap guru

lebih banyak lagi. Masyarakat sudah semakin maju, dalam berkarya lebih

menonjolkan rasionalitas, sehingga menuntut dalam segala hal

mempertimbangkan keefisiensian, menuntut disiplin sosial, dan juga berorientasi

pada mutu. Harapan terhadap guru bahwa bila guru bermutu, maka semakin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

besarlah sumbangannya bagi perkembangan diri siswa dan perkembangan

masyarakat pada umumnya. Karena itu pulalah berkaitan dengan peningkatan

mutu pendidikan, masyarakat mununtut pula peningkatan kualitas guru. Guru

tidak bisa berhenti pada apa yang sudah ia miliki, akan tetapi guru harus terus

belajar mengembangkan dirinya sehingga dapat mengimbangi kemajuan zaman

dan dapat menjawab kebutuhan siswa sesuai dengan zamannya.

Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar

(Riduwan, 2004: 19). Guru memiliki multi peran, yakni mendorong,

membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa-siswi untuk mencapi

tujuan. Guru sebagai orang yang siap dicaci maki dan dibenci, namun tidak

pernah membalasnya. Guru adalah orang yang rela berkorban untuk anak didik

dan masyarakat lingkungannya. Guru adalah pelopor perubahan masyarakat

dengan tanpa membawa implikasi negatif. Guru merupakan sosok orang yang

ingin tahu pada semua hal untuk disampaikan pada siswanya. Guru adalah bentuk

manusia yang tidak bangga ketika disanjung dan tidak sedih ketika dicaci. Guru

adalah pribadi insan moderat, tidak ambisius, tanpa pamrih, tidak cepat

tersinggung, tidak suka marah, tidal lekas benci, tidak pernah putus asa, dan tidak

sulit memaafkan anak didiknya. Guru adalah sosok orang yang mempunyai ilmu

pengetahuan lebih bila dibanding orang lain (Thoifuri, 2008:145-146) .

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur

manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam

pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Guru dalam pandangan masyarakat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak

mesti di lembaga pendidikan formal. Guru adalah orang yang bertanggung jawab

mencerdaskan kehidupan siswa dan mitra siswa dalam kebaikan. guru yang ideal

adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati

nurani.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, yang dimaksud dengan guru adalah

seorang pendidik yang memiliki aneka kemampuan dalam bidang pendidikan baik

menyangkut kompetensi profesional, sosial dan kompetensi kepribadian. Seorang

guru membuat persiapan sebelum mengajar, menerangkan dengan jelas, riang,

gembira, humoris, disiplin, bersahabat, perhatian, tegas, menguasai kelas, hormat

pada siswa, sabar, tidak membeda-bedakan siswa, dan mampu membangkitkan

semanga belajar pada siswa.

2. Guru Agama Katolik

Guru menurut penulis yakni seseorang yang memilih untuk mengabdikan

diri guna mencerdaskan bangsa dan negara, baik itu yang benar-benar memilih

jalur di fakultas pendidikan maupun orang-orang yang dengan tulus hati

memberikan waktu, tenaga dan pikirannya demi membantu masyarakat di sekitar

dalam berbagai pembelajaran dan keahlian (menjahit, memasak, membatik, dll).

Guru sebagai pendidik profesional di sekolah, guru yang bermutu mampu

berperan sebagai pemimpin di antara kelompok siswanya dan juga di antara

sesamanya, ia juga mampu berperan sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

luhur yang diyakininya dan sekaligus sebagai teladan bagi siswa serta lingkungan

sosialnya, dan secara lebih mendasar guru yang bermutu tersebut juga giat

mencari kemajuan dalam peningkatan kecakapan diri dalam berkarya dan dalam

pengabdian sosialnya. Guru tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan belajar dan

atau tujuan pendidikan yang dipertunjukkan bagi siswa. Guru adalah pelajar

seumur hidup (Samana, 1994: 13-15).

Guru Agama Katolik adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan utama

sebagai pengajar yang mengajarkan hal yang berhubungan dengan Agama

Katolik. Guru tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja

melainkan bertugas juga sebagai saksi murid Kristus di lingkungan sekolah dan di

masyarakat.

Bisa dikatakan bahwa Guru Agama Katolik adalah seorang yang bertugas

membina iman murid di sekolah sekaligus kegiatan ini sebagai sumber mata

pencahariannya. Seorang pembina iman harus memiliki beberapa syarat yang

mutlak, yaitu: pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman yang memadai

dan mampu mengkomunikasikan imannya kepada murid-muridnya atau orang

yang dijumpainya (Setyakarjana, 1997:69).

Guru Agama Katolik selain harus memiliki syarat-syarat tersebut, juga

harus memiliki sikap yang kokoh. Sikap ini penting karena guru agama sering

disebut sebagai teladan. Sikap yang dimiliki seorang guru agama bisa diteladan

oleh murid maupun orang-orang yang selalu berjumpa di lingkungan sekolah

(Setyakarjana, 1997:71). Guru Agama Katolik harus mempunyai sikap

Kristosentris. Karena Guru Agama Katolik merupakan salah satu kelompok awam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

yang mempunyai tugas dalam dunia pendidikan. Menurut Apostolicam

Actuositatem dikatakan, “Mereka menjalankan kerasulan dengan kegiatan mereka

untuk mewartakan Injil demi penyucian sesama” (AA, art.2). Orang yang

mempunyai tugas untuk menyucikan sesama maka iapun menyucikan diri. Untuk

pelaksanakan penyucian, Guru Agama Katolik memiliki kedekatan dengan Yesus

Kristus. Guru hendaknya secara terus menerus mendalami kehidupannya dan

pembinaan dirinya selalu dalam terang Yesus Kristus yang termuat dalam Kitab

Suci (DV, art. 25). Nilai-nilai Injili perlu menyatu dalam hidup pribadi seorang

guru. Nilai-nilai inilah yang akan dihayati dalam hidupnya dan akan diteladani

oleh para murid-muridnya. Guru yang selalu berpegang pada Yesus Kristus akan

selalu mengusahakan agar dirinya semakin mengenal Yesus (Sidjabat, 1994:36).

Sesuai dengan Konsili Vatikan II dalam Konstitusi dogmatis Dei Verbum

(DV, art. 25) dikatakan bahwa, “ sebagai diakon atau katekis yang secara sah

menunaikan pelayanan sabda perlu berpegang teguh pada alkitab”. Keseriusan

dan ketekunan untuk mencintai Kitab Suci akan sangat memungkinkan seorang

pewarta (Guru Agama Katolik) semakin mengenal Yesus. Jelas bahwa untuk bisa

mengenal Yesus Kristus, haruslah mengenal dan mencintai Kitab Suci. Kitab Suci

sebagai sumber inspirasi dalam menjalani hidup.

Guru Agama Katolik merupakan suatu anugerah atau sebagai

panggilanNya untuk secara lebih utuh menjadi murid-muridNya dan untuk

mengaktualisasi seluruh potensi hidup kita sehingga berdasar rahmatNya para

peserta didik yang kita layani serta hidup kita terus maju berkembang mencapai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

kepenuhannya, berdasar karya Allah kita bersama-sama mengusahakan

kepenuhan dan kelimpahan hidup (Heryatno, 2008: 91).

Guru Agama Katolik dipanggil untuk meneladani semangat dan sikap

Yesus di dalam tugas pelayanan. Dengan semangat itu para guru membantu

peserta didik agar senantiasa berkembang sesuai dengan ajaran Allah. Guru agama

Katolik mempunyai tugas membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan

iman, untuk tujuan itu pengajaran agama memberian pengetahuan yang lebih

fundamental perihal misteri iman, menolong peserta didik merasakan keagungan

misteri iman, dan menolong mereka menghayati serta mengamalkan imannya

dalam hidup sehari-hari (Marinus, 1999: 111).

Guru Agama Katolik adalah awam yang terlibat untuk ambil bagian dalam

tugas kenabian Yesus Kristus yang hidup di tengah masyarakat dan terlibat dalam

dinamika kehidupan masyarakat.

Yang menjadi misi Guru Agama Katolik adalah mewartakan kabar

gembira dan menyampaikan ajaran Katolik yang berpusat pada pribadi Yesus

Kristus, khususnya di sekolah dan berjuang agar warta keselamatan ilahi dipahami

dan dihayati oleh anak didik demi pengembangan imannya (Bimas Katolik Jatim,

2011: 1).

3. Profesional

Profesional berasal dari kata profesi, yakni pekerjaan yang mensyaratkan

pelatihan dan penguasaan pengetahuan tertentu dan biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik dan proses sertifikasi serta izin atau lisensi resmi. Istilah profesi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik adanya praktik

yang ditunjang dengan teori, pelatihan, kode etik yang mengatur perilaku, dan

punya otonomi yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya (Alma, 2010: 133).

Berbicara mengenai profesional jelas ada kaitannya dengan profesi.

Sedangkan menurut Campbell dalam bukunya yang berjudul Profesionalisme dan

Pendampingan Pastoral:

Hakikat yang sesungguhnya dari profesionalitas tidaklah jelas. Istilah


„profesi‟ pada mulanya digunakan dalam konteks hidup iman, yaitu
„professus‟ (bhs. Latin): mengakui iman secara terbuka di hadapan publik.
Namun istilah „profesi‟ sudah mengalami perubahaan makna sejalan
dengan perkembangan zaman (1994: 23).
Meskipun pada awalnya, istilah “profesi” tidak begitu jelas sebagaimana diketahui

Campbell, tetapi ia mengakui juga bahwa istilah tersebut mengalami perubahan

sejalan dengan perkembangan zaman. Kalau dulu istilah “profesi” digunakan

untuk membedakan tugas religius dengan tugas sekular, sekarang istilah “profesi”

digunakan untuk membedakan kelas-sosial. Dalam hal ini kelas-sosial dipahami

secara luas. Maka dari pengertian di atas kita menangkap bahwa profesi adalah

suatu pekerjaan yang menuntut keahlian dan dilakukan secara terbuka di hadapan

umum. Keahlian ini diperoleh entah melalui pendidikan formal ataupun keahlian

karena pembiasaan.

Kuntjara dalam artikelnya yang berjudul Profesionalisme Kerja Guru

Perlu Segera Dimantapkan, yang dikutip dari pendapat P. Siegart menyebutkan:

Ada tiga sikap dasar bagi individu dan masyarakat untuk dapat menjadi
profesional. Ketiga sikap dasar itu adalah: adanya keseimbangan antara
sikap altruistik dengan sikap non-altruistik dalam diri individu maupun
masyarakat; adanya penonjolan kepentingan luhur dalam praktek kerja
keseharian; dan munculnya siap solider antara teman seprofesi (1998; 29).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

Dari pengertian di atas profesionalitas adalah: adanya kapasitas keahlihan

yang bersumber pada ilmu pengetahuan, perilaku atau tindakan yang didasari oleh

iman akan Allah di muka umum dan juga adanya pelayanan atau pengabdian yang

tulus terhadap individu maupun masyarakat luas.

4. Guru yang Profesional

Dalam bahasa sehari-hari seorang guru disebut perfesional bila mampu

menjadikan peserta didik seperti yang telah dicita-citakan; bila orang sungguh

merasakan dan mengalami suatu yang berarti, yang bermakna dalam hidupnya

berkat tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh si guru dan bila guru

berkompetensi dalam tugasnya. Di bawah ini kita akan melihat dua hal sebagai

bagian dari profesioanalitas keguruan.

a. Guru adalah Jabatan Profesional

Guru adalah jabatan yang tergolong profesional karena memenuhi ketiga

macam persyaratan yang telah ditentukan, seperti memerlukan persiapan atau

pendidikan khusus, memiliki kecakapan untuk memenuhi persyaratan yang telah

dibakukan oleh pihak yang berwenang dan mendapat pengakuan dari masyarakat

atau pemerintah. Oleh karena itu seorang guru dalam seluruh waktunya

diharapkan untuk mengemban profesinya itu sambil terus maju untuk

mengembangkan dan meningkatkannya. Jabatan guru yang bersifat profesional itu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

menuntut peningkatan kecakapan keguruannya untuk selalu ditumbuhkan dan

diperkembangkan.

Samana dalam buku Profesionalisme Keguruan, mengatakan bahwa

jabatan profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang dapat dipenuhi

lewat pembiasaan melakukan keterampilan tertentu. Sebab seorang pekerja

profesional dituntut “menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang

menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang

positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu karya” (Samana,

1994: 27).

b. Kompetensi Seorang Guru

Jabatan guru yang dikenakan oleh para pendidik (para guru) yang

tergolong jabatan profesional dituntut menguasai kompetesi keguruannya,

berkualitas mandiri, dan selalu giat belajar berkesinambungan untuk

menyempurnakan diri dan karyanya. Seorang disebut kompeten dalam bidang

tertentu bila ia menguasai kecakapan kerja selaras dengan tuntutan keahliannya.

Kadar kompetensi tidak hanya menunjukkan kuantitas kerja tetapi sekaligus

menunjukan kualitas kerja itu sendiri.

Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional (Samana, 1994: 53). Hal ini menunjukan

bahwa seluruh kehidupan guru sungguh mempunyai peranan penting, baik dalam

lingkungan sekolah maupun di luar sekolah atau dalam masyarakat pada

umumnya. Dikatakan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan

modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas keguruannya secara profesional,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

karena kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi

personal antara pendidik dan peserta didik. Dalam komunikasi itu tentu dituntut

kematangan dari setiap pribadi. Konkretnya pendidik (guru) dituntut lebih dewasa

daripada peserta didik.

Hamalik (2001: 117-118) menguraikan bahwa jabatan guru dikenal

sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan yang memerlukan keahlian

khusus. Seorang guru yang profesional harus menguasai betul tentang seluk-beluk

pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Adapun syarat-syarat menjadi

guru sebagai pekerja yang profesional antara lain: (1) harus memiliki bakat

sebagai guru; (2) harus memiliki keahlian sebagai guru; (3) memiliki kepribadian

yang baik dan terintergrasi; (4) memiliki mental yang sehat; (5) berbadan sehat;

(6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas; (7) guru adalah berjiwa

pancasila; (8) guru adalah seorang warga yang baik.

Dari uraian di atas yang dimaksud dengan guru yang profesional adalah

guru yang mempunyai keahlian yang dimiliki dalam melakukan suatu pekerjaan

yang sesuai dengan bidang keahliannya. Guru yang mampu memberi teladan

kepada para siswa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai sahabat, disiplin, sehat

jiwa dan raga, dan mampu memberikan yang terbaik bagi siswanya.

C. Panggilan sebagai Guru Agama Katolik yang Profesional

Panggilan merupakan suatu mukjiat dan misteri yang hanya diketahui oleh

Allah sendiri. Manusia hanya dapat mengenal dampak-dampak dalam jiwa yang

nantinya jiwa itu akan disapa oleh Allah sendiri. Panggilan sebagai rahmat yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

dicurahkan dan dampaknya akan dirasakan, seperti adanya ketertarikan, keinginan

dan hiburan atau daya dorong untuk memeluk panggilannya (Darminta, 2006: 22-

23).

Guru itu perlu “digugu” dan “ditiru”. Hal ini mengandaikan bahwa pribadi

guru tidak mempunyai cela atau kelemahan. Pandangan ini tidak sesuai dengan

kenyataan, sebab setiap guru adalah juga manusia yang tidak terbebas dari adanya

kelemahan dan kekurangan. Memang seorang guru tetap dituntut menjadi teladan

bagi siswa dan orang-orang disekitarnya. Guru yang bersifat profesional diharap

mampu berperan sebagai agen perubahan melalui jalur pendidikan dan guru yang

mampu sebagai fasilitator belajar siswa serta mampu bertanggung jawab secara

profesioanal untuk kecakapan keguruannya baik yang menyangkut dasar keilmuan

maupun sikap keguruannya (Samana, 1994: 25-26).

Guru agama yang dipercaya mempunyai tugas langsung sebagai pendidik

dan pendamping anak bidang moral dan keagamaan di sekolah mempunyai

tanggung jawab yang berat. Tanggung jawab yang berat memerlukan tenaga

profersional. Profesionalisme jelas tidak hanya dimiliki oleh pekerjaan guru.

Profesionalisme jangan dilihat dari sudut pembayaran hasil pekerjaan atau

pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Profesionalisme hendaknya dilihat dari

sudut keandalannya dalam pelayanan serta layanan yang diakui, dihargai oleh

masyarakat (Sidjabat, 1994: 32-33).

Profesionalisme ditentukan oleh layanan yang terjadi. Jelas bahwa untuk

melihat pelayanan itu dinilai sudah dilakukan secara profesional atau belum harus

dilihat dari si pemberi dan penerima layanan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

sampai sejauh mana guru agama telah menjalankan tugas sebagai guru maka perlu

juga dilihat dari guru agama dalam memberikan layanan dan penerima layanan

(murid) dalam menanggapi layanan guru.

1. Pelayanan Guru Agama

Profesionalisme seorang guru agama bisa dilihat dari bagaimana seorang

guru menguasai betul apa yang dilakukan. Penguasaan ini meliputi pengetahuan

guru, pemahaman dan penghayatan seorang guru terhadap nilai yang akan

diberikan.

Guru yang ingin menguasai pengetahuan secara menyeluruh perlu secara

terus menerus terbuka terhadap sesuatu yang baru. Guru harus memiliki prinsip

dan mengembangkan prinsip atau teori mengenai profesi keguruannya (Sidjabat,

1994: 32). Hal itu berlaku juga bagi seorang guru agama. Cara pengembangan

prinsip ini bisa dengan berbagai cara misalnya dengan belajar sendiri,

mereflesikan pengalaman kerja, diskusi dengan saudara seprofesi, maupun

melalui media massa lain baik elektronik maupun non elektronik. Melalui media

massa seseorang bisa lebih berkembang pengetahuannya.

Guru haruslah selalu menyadari bahwa pengetahuan selalu berkembang

dan anak-anak yang dihadapi juga selalu berganti. Kesadaran ini akan membantu

guru untuk selalu mengembangkan dirinya (Sidjabat, 1994: 45). Guru yang selalu

berkembang akan mampu mengkomunikasikan pengetahuannya dengan penuh

percaya diri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

2. Tanggapan Murid

Pelayanan dan pemberian apapun akan mempunyai arti kalau itu bisa

diterima oleh pihak yang dituju. Pelayanan di sini berlaku juga apa yang

dilakukan oleh guru. Guru mempunyai informasi yang akan diberikan kepada

murid karena guru mempunyai peran sebagai transformator.

Guru yang telah memiliki pengalaman yang baik haruslah mampu

menyampaikan kepada murid dengan baik dan penuh variasi sehingga murid akan

dengan senang hati menerima informasi dari guru dengan tidak merasa bosan.

Guru tidak bisa begitu saja menyampaikan informasi. Guru harus melihat apa

yang dibutuhkan para muridnya. Oleh karena itu guru harus rela berkorban dan

menempatkan kepentingan orang lain lebih dahulu (Sidjabat, 1994: 39). Guru

yang baik adalah guru yang mampu menyampaikan bahan yang relevan bagi

kebutuhan murid (Sidjabat, 1994: 8).

Murid yang merasa bahwa apa yang dibutuhkan dan apa yang diharapkan

bisa ditemukan pada seorang guru akan mengikuti ajaran guru dengan senang hati

tanpa paksaan. Hal ini terjadi ketika guru mengutamakan apa yang dibutuhkan

oleh para muridnya.

Peristiwa pelayanan yang dilakukan oleh seorang guru kepada seorang

murid bisa dikatakan diterima jika ada tanggapan dari para murid. Bentuk

ungkapan tanggapan dari para murid bisa bermacam-macam. Ungkapan itu bisa

hanya ketertarikan terhadap bahan pelajaran atau juga pertanyaan atas

kekurangjelasan bahan pelajaran (Sidjabat, 1994: 10).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

D. Spiritualitas Pendidik Katolik

Spiritualitas pendidik Katolik merupakan spiritualitas bervisi Katolik yang

secara nyata diwujudkan dalam tugas dan peran pendidik di tengah masyarakat.

Proses dan dinamika pendidikan di sekolah menjadi konteks penghayatan

spiritualitas pendidik Katolik. Bervisi Katolik berarti spiritualitas mempunyai akar

dalam tradisi iman Katolik. Groome (1998: 426) menyatakan bahwa panggilan

menjadi pendidik adalah panggilan yang bersifat eutopis. Groome membedakan

kata eutopis dengan utopia yang secara harafiah berarti tidak ada tempat (no

place), suatu keadaan ideal yang sulit diraih. Sedangkan Groome memakai kata

eutopia (berasal dari kata eu-topos) yang berarti suatu tempat yang sejati, suatu

cita-cita yang pantas diperjuangkan. Walaupun menjadi pendidik yang ideal tidak

akan pernah terpenuhi oleh siapapun namun visi spiritual dapat memberikan

inspirasi bagi setiap pendidik untuk menjadi yang terbaik sebagai seorang

pendidik, yakni menjadi seperti bintang-bintang di surga.

E. Tugas Seorang Guru Agama Katolik

Pengertian mengenai Guru Agama Katolik telah dibahas pada bagian

depan yaitu pada bagian “Guru Agama Katolik”. Berdasarkan pengertian Guru

Agama Katolik yang dimaksud adalah guru agama yang mengajar di sekolah

berkaitan dengan Agama Katolik.

Pembahasan pengertian Guru Agama Katolik mengandung juga tugas yang

diemban oleh seorang guru di sekolah. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi

dogmatis Gravissimum Educationis menjelaskan bahwa, tugas guru ini meliputi:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

sebagai pengajar pengetahuan agama, sebagai saksi Kristus, sebagai pembina

iman murid di sekolah (GE, art. 7).

Tugas-tugas tersebut menjadi tugas pokok seorang guru Agama Katolik di

sekolah. Guru yang mengemban tugas-tugas itu baik di sekolah maupun non

Katolik perlu dipersiapkan terlebih dahulu (GE, art. 8). Persiapan ini dibutuhkan

karena tugas yang diemban itu memang sangat berat. Ketiga tugas itu merupakan

cara untuk membantu orang mencapai kesempurnaan seutuhnya.

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi dogmatis Lumen Gentium

menjelaskan bahwa Gereja mempunyai pandangan bahwa semua orang dipanggil

untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan dalam cinta kasih

(LG, art. 40). Pernyataan Gereja itu adalah sesuatu pernyataan yang berlaku bagi

para guru dan sangat penting agar para guru dan para pendidik, yang karena

panggilan serta tugas mereka untuk menjalankan bentuk kerasulan awam yang

luhur, hendaknya berbekalkan pengetahuan yang diperlukan dan kecakapan untuk

mendidik.

1. Pengajar Pengetahuan Agama Katolik

Guru yang mempunyai tugas sebagai pengajar dimaksudkan bahwa guru

mempunyai peran untuk mentransfer apa yang diketahuinya. Bahan-bahan yang

ditransfer bisa berupa keyakinan, dogma-dogma, doktrin yang ditujukan kepada

peserta didiknya (Sidjabat, 1994: 7).

Guru yang mempunyai tugas ini haruslah menguasai betul apa yang akan

diajarkan dan berkompeten dalam bidangnya. Untuk mengetahui sampai sejauh

mana murid mampu menerima pelajaran yang diberikan oleh guru ada beberapa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

hal yang menjadi patokan yaitu sampai sejauh mana murid mengetahui

pelajarannya, mampu mengulang, serta memahami secara kognitif. Jelas bahwa

tugas ini adalah untuk mengembangkan tingkat kecedasan anak didik yang

intelektual. Tujuan dari pengajaran mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas

jelas bahwa peserta didik dituntut untuk mencapai kematangan intelektual dan

emosional.

Tugas guru sebagai pengajar agama jelas bahwa ia memenuhi salah satu

tujuan pendidikan nasional yakni membantu seorang anak untuk semakin

berkembang dalam pengetahuan. Perkembangan pengetahuan penting karena hal

ini bisa sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan yang lan yakni emosi dan

kepribadian seseorang.

Guru bertugas sebagai pengajar karena tuntutan kurikulum pendidikan.

Dalam kurikulum pendidikan selalu ada bidang studi agama. Jelas bahwa dari

kurikulum itu dibutuhkan orang yang mempunyai kompetensi di bidang agama

termasuk Agama Katolik. Guru Agama Katolik ikut serta dalam pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang keagamaan. Pengetahuan keagamaan penting karena

imanpun memerlukan rasional. Iman harus bisa dipertanggungjawabkan. Iman

yang tanpa pengetahuan dan pemikiran akan dilaksanakan hanya berdasrkan

emosi. Oleh karena itu penting pengetahuan tentang agama kepada siswa.

2. Saksi Kristus

Guru Agama Katolik di sekolah-sekolah adalah seorang yang telah

menerima baptisan sebagai murid Kristus. Pernyataan ini disampaikan untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

memperjelas bahwa tugas Guru Agama Katolik tidak hanya mengajar,

mentransfer apa yang diketahui, namun berdasarkan baptisan mereka bertugas

juga sebagai saksi Kristus.

Tugas Guru Agama Katolik yang lain adalah sebagai saksi Kristus.

Mereka yang telah menerima pembaptisan menerima juga berbagai karunia. Salah

satu karunia yag diterima oleh orang itu adalah karunia mengajar.

Guru sebagai murid Kristus. Guru Agama Katolik adalah para pengikut

Kristus. Oleh karena itu guru harus menjadi murid-Nya, meneladan Yesus dalam

bakti-Nya kepada Kerajaan Allah (Barry, 2000: 129). Guru seharusnya selalu

meneladan apa yang dicontohkan oleh Sang Guru yakni Yesus Kristus. Yesus

sebagai guru memberikan banyak teladan. Teladan-teladan yang diberikan oleh

Sang Guru itulah yang layak ditiru oleh para pengikut-Nya.

Teladan-teladan Yesus inilah yang seharusnya juga menjadi patokan

bagaimana sebagai pengikut Yesus mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Oleh

karena itu untuk bisa meneladan Sang Guru maka seorang Guru Agama Katolik

seharusnya selalu berusaha semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus

(Sidjabat, 1994: 36). Guru tidak hanya tahu siapa Yesus tetapi harus mengetahui

bagaimana Yesus menjadi guru yang baik. Guru yang baik adalah seperti Yesus

yakni kesesuaian antara yang diajarkan dengan perbuatannya. Yesus yang

berbakti kepada Kerajaan Allah juga diikuti dan dijalankan oleh para guru agama.

Kesaksian seorang guru agama lebih dilihat dari kehidupannya sehari-hari.

Oleh karena itu guru agama seharusnya memiliki konsep diri yang mantap.

Konsep diri yang positif dari seorang guru sebagai saksi Kristus meliputi: guru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

dapat berkembang dalam relasi, menerima diri, mengembangkan diri untuk siap

sedia berkorban dan percaya diri (Sidjabat, 1994: 38-39).

a. Guru Dapat Berkembang dalam Relasi

Manusia sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial mereka saling

mengadakan relasi atau hubungan dengan orang-orang lain. Hubungan antara

pribadi atau kelompok sering disebut sebagai suatu relasi. Peristiwa mengadakan

relasi juga terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan dua pihak

yang saling berkepentingan dalam berelasi adalah guru dan murid. Guru dan

murid harus mampu mengadakan relasi sehingga proses pembelajaran terjadi

dengan baik.

Guru dalam berelasi terutama ditujukan kepada para murid. Seorang guru

berusaha agar apapun yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan seorang murid. Dasar dari pemenuhan ini adalah kesadaran bahwa

“saya selalu dapat memberi kepada orang lain berarti saya tidak mencemaskan diri

sendiri” (Barry, 2000: 146). Kebutuhan murid tidak mudah untuk bisa dimengerti

kalau murid belum terbuka dengan guru. Oleh karena itu guru harus mempunyai

pendirian bahwa ia harus mampu menerima orang lain apa adanya seperti ia

menerima dirinya sendiri. Setiap orang mempunyai kelemahan dan kelebihan.

Keterbukaan ini memungkinkan guru untuk lebih berkembang dalam relasi

(Sidjabat, 1994: 38). Relasi yang baik akan membuat suasana belajar manarik dan

menyenangkan. Murid akan mampu menerima diri apa adanya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

Kemampuan berelasi yang diusahakan, dijalankan guru menunjukan

bahwa ia penuh dengan kerendahaan diri dan keterbukaan. Guru akan semakin

berkembang dalam berelasi tidak hanya dengan para murid tetapi dengan semua

orang yang dijumpainya.

b. Menerima Diri

Setiap pribadi yang ada di dunia ini memiliki kelebihan masing-masing.

Kelebihan yang dimiliki oleh satu pribadi belum tentu dimiliki oleh orang lain.

Keadaan semacam itu kadang bisa menimbulkan rasa iri dan cemburu. Rasa iri

dan cemburu muncul karena pribadi yang bersangkutan merasa bahwa dia kurang

dibandingkan dengan orang lain. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pribadi

yang bersangkutan sebaiknya mampu diterima dengan baik.

Proses penerimaan diri secara penuh bukan merupakan hal yang mudah.

Orang akan merasa sulit untuk mengakui keberadaan dirinya lebih-lebih untuk

hal-hal yang dipandang negatif. Proses penerimaan diri secara penuh, baik itu segi

positif maupun negatif memerlukan kesadaran akan keadaan itu. Kesadaran

bahwa apa yang ada pada dirinya adalah yang terbaik karena itu merupakan

anugerah Allah (1 Kor 12: 4-6).

Proses penerimaan diri tidak hanya berlaku bagi orang awam. Semua

orang diharapkan mampu menerima diri. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk

bisa menerima diri apa adanya.

Guru harus mampu menerima diri baik segi positif maupun negatif yang

ada pada dirinya. Kemampuan menerima diri dengan penuh kesadaran akan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

memungkinkan untuk bisa menerima diri dengan penuh kesadaran akan

memungkinkan untuk bisa menerima keadaan murid apa adanya. Kemampuan

menerima diri menunjukkan bahwa guru memandang murid sebagai manusia

yang perlu diutamakan. Guru tidak mengutamakan apa yang menjadi

keinginannya. Guru melihat apa yang dibutuhkan murid dan apa yang ada pada

dirinya. Kemampuan melihat orang lain dan diri sendiri memungkinkan untuk

bisa menerima diri apa adanya.

c. Mengembangkan Diri untuk Siap Sedia Berkorban

Banyak kegiatan yang selalu harus membutuhkan latihan. Latihan yang

sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan kegiatan yang akan dilakukan.

Proses pengembangan ini berlaku bagi seorang guru yang ingin mengabdikan diri

dalam dunia pendidikan. Hal ini berlaku juga bagi Guru Agama Katolik.

Guru Agama Katolik adalah murid Kristus juga yang harus selalu berlatih

mengembangkan diri agar semakin menyerupai Yesus Kristus, sebagai Guru

Utama. Salah satu hal yang pasti dalam pengembangan diri seorang guru adalah

kemauan untuk berkorban. Yesus sebagai Guru Utama telah memberikan contoh

bagaimana berkorban. Wujud dari pengorbanan itu adalah pengorbanan diri, yaitu

dengan penyangkalan diri, meninggalkan diri (Quoist, 1980: 20).

Berkorban merupakan usaha yang secara manusiawi berat bagi orang yang

bersangkutan. Keberatan sebagai pribadi dikarenakan barlawanan dengan sifat

manusia. Manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup enak. Kecenderungan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

ini berlawanan dengan berkorban. Berkorban merupakan pelepasan apa yang

menjadi kesenangan.

Kesulitan untuk berkorban perlu adanya latihan. Latihan berkorban agar

apa yang menjadi kecenderungan untuk menyenangkan diri sendiri berubah

dibagikan kepada orang lain. Berkorban itu perlu kerelaan dan kesadaran diri.

Oleh karena itu perlu kesiapan diri untuk berkorban.

Bentuk pengorbanan ada bermacam-macam. Guru juga harus mempunyai

kesiapan untuk berkorban. Guru harus mengutamakan apa yang menjadi

kebutuhan murid, bukan kebutuhan pribadi. Guru adalah pelayan. Guru Agama

Katolik yang berperan dalam menjalankan karya pelayanan harus berinspirasi dari

Yesus Guru utamanya. Yesus sebagai Guru utama para guru akan diteladani

dalam segala karya-Nya. Selain itu guru terus mengembangkan inspirasi dalam

pelayanan khususnya terhadap para murid.

d. Percaya Diri

Seseorang dinilai baik atau buruk berdasarkan penampilan dalam

kehidupan sehari-hari. Penampilan setiap pribadi tergantung dari letak profesi

pribadi yang bersangkutan berada. Masing-masing pribadi mempunyai cara

berpenampilan sendiri-sendiri. Namun sebagai seorang guru yang mempunyai

tugas sebagai teladan, ia seharusnya bertingkah laku sederhana dan terbuka.

keterbukaan seorang guru bisa dijadikan cermin oleh murid. keterbukaan akan

membawa guru tampil apa adanaya sesuai dengan kepribadiannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

Seorang guru yang berfungsi sebagai pendidik juga mempunyai kriteria

penampilan. Jelas bahwa kriteria seorang guru adalah selalu berhubungan dengan

tingkah laku ini bertujuan untuk semakin mendukung tugas sebagai pembawa

nilai. Oleh karena itu seorang guru terutama Guru Agama Katolik seharusnya

memiliki sumber inspirasi sebagai pegangan dalam bertingkah laku (Sidjabat,

1994: 40).

Kepercayaan diri ini penting untuk menjalankan tugasnya. Oleh karena itu

baik kalau guru agama juga memiliki motto yang teinspirasi dari sabda Yesus

tentang keterlibatan Yesus dam karyanya. Yesus adalah pokok anggur kita (Yoh

15:5). Dalam karyanya guru mendapat dukungan dari sabda Yesus. Kesadaran

bahwa di luar Yesus guru tidak bisa berbuat apa-apa. Yesus sebagai pokok dalam

segala yang akan dilakukan.

3. Pembinaan Iman

Dalam Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II

kepada para Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,

dijelaskan bahwa Guru sebagai pembina iman dimaksudkan di sini adalah guru

yang membina iman Katolik pada anak. Banyak pihak yang mempunyai tugas

sebagai pembina suara hati (CT, art. 24).

Pembinaan suara hati merupakan sesuatu yang sangat penting bagi Gereja.

Hal ini benar-benar diakui oleh Gereja. Semua anggota Gereja harus terlibat

dalam tugas pembinaan suara hati. Guru-guru juga mempunyai tugas yang sama

yakni sebagai pembina iman (CT, art. 16).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

Proses pembinaan iman yang mempunyai tujuan agar anak semakin

dewasa dalam iman adalah dengan cara merasukkan kekuatan Injil ke dalam inti

kebudayaan. Inti kebudayaan bisa terdapat pada masyarakat maupun anak-anak.

Oleh karena itu dalam menyampaikan sesuatu dengan ungkapan yang relevan

(CT, art. 53). Nilai apa yang akan diberikan dan siapa yang dituju. Nilai yang

disampaikan haruslah mampu ditangkap dan dicerna oleh si penerima.

Pembinaan iman jelas ditujukan kepada semua orang yang memerlukan

bantuan. Di sekolah guru mempunyai tugas untuk membantu anak agar anak yang

kehidupan berimannya masih kurang mendapat perhatian. Pembinaan iman

penting karena anak dituntut untuk berkembang. Tugas demikian juga merupakan

tugas dari seorang Guru Agama Katolik.

F. Refleksi Pribadi

Guru agama Katolik panggilan yang setiap orang belum tentu terpanggil.

Bagi saya sendiri panggilan menjadi guru agama Katolik, saya alami saat mulai

kuliah di IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Panggilan menjadi guru

agama Katolik benar-benar saya rasakan saat saya menerima mata kuliah

pembinaan spritualitas dari semester awal hingga akhir. Pembinaan spiritualitas

membuat saya benar-benar mengalami perubahan dimana yang tadinya saya

masih setengah hati untuk menjadi guru agama Katolik, sampai dengan saya ingin

benar-benar menjadi guru agama Katolik.

Dengan berjalanya waktu saya mengikuti dinamika perkuliahan di IPPAK

Sanata Dharma Yogyakarta sampai dengan saya menyusun tugas akhir untuk lulus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

dari IPPAK. Saya mencoba menemukan makna panggilan menjadi guru agama

Katolik dengan belajar dari kisah panggilan nabi Elia yang dimana, nabi Elia

dipanggil untuk menjadi nabi bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan dari

Allah sendiri. Panggilan yang diterima oleh nabi Elia dan pergulatan yang dialami

oleh nabi Elia sendiri dalam menanggapi panggilannya sendiri, adanya kesamaan

dalam hal pergulatan menanggapi panggilan yang dialami oleh para mahasiswa

IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kisah panggilan nabi Elia dapat

dijadikan inspirasi bagi para mahasiswa dan bagi diri saya untuk lebih

menguatkan panggilan untuk menjadi guru agama Katolik. Panggilan untuk

menjadi pewarta kerajaan Allah tidaklah mudah, banyak sekali tantangan yang

akan didapat. Dalam menanggapi panggilan menjadi guru agama Katolik, mata

kuliah pembinaan spritualitas sangatlah membantu. Dalam pembinaan

spiritualitas, kita diajak untuk menemukan sebuah panggilan secara bertahap.

Kisah panggilan nabi Elia sangatlah bagus untuk dijadikan inspirasi bagi diri saya

dan mahasiswa untuk menguatkan panggilan menjadi guru agama Katolik.

Melalui mata kuliah pembinaan spiritualitas, kisah panggilan nabi Elia dapat

dijadikan motivasi bagi mahasiswa IPPAK untuk lebih menguatkan panggilan

menjadi guru agama Katolik yang profesional. Panggilan yang kita alami bukan

atas kehendak diri kita sendiri, melainkan Allah sendiri yang memanggil diri kita

untuk menjadi pelayan Allah dan sebagai pewarta kabar gembira bagi semua

orang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

BAB IV

USULAN PROGRAM PERSIAPAN KATEKESE YANG TERINTEGRASI

DENGAN PEMBINAAN SPIRITUALITAS SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KESADARAN MAHASISWA AKAN

PANGGILANNYA SEBAGAI GURU AGAMA KATOLIK

Setelah pada bab sebelumnya menguraikan pokok-pokok berharga tentang

panggilan nabi Elia dalam novel The Fifth Mountain, serta panggilan dan

tantangan menjadi guru agama Katolik yang profesional. Maka pada bab ini

penulis menyampaikan usulan program persiapan katekese yang terintegrasi

dengan pembinaan spritualitas sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa

sebagai guru agama Katolik yang bertolak dari kisah panggilan nabi Elia dalam

novel The Fifth Mountain.

Pembinaan spiritualitas yang dialami oleh mahasiswa Prodi IPPAK sering

kali dialami sebagai peristiwa formal yang belum direfleksikan, sehingga dampak

dari pembinaan spiritualitas tidak dirasakan oleh mahasiswa. Di Prodi IPPAK

perlu diadakan program katekese yang terintegrasi dengan pembinaan

spiritualitas, khusunya untuk pembinaan spiritualitas semester IV. Program ini

bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam merefleksikan dan menemukan

makna dari pembinaan spiritualitas yang telah diikuti. Oleh karena itu dalam Bab

IV ini, penulis mengusulkan program katekese yang terintegrasi dengan

pembinaan spiritualitas yang meliputi gambaran umum katekese, program


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

katekese, dan petunjuk pelaksanaan program katekese yang terintegrasi dengan

pembinaan spiritualitas semester IV.

A. Gambaran Umum Katekese

1. Pengertian Katekese

Menurut Anjuran Paus Yohanes Peulus II tentang katekese masa kini

(Catechesi Tradendae):

Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa


dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud
mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art.
18).

Dari pengertian di atas katekese merupakan suatu sarana

menumbuhkembangkan iman bagi masing-masing orang sesuai dengan

keadaannya. Katekese dimaksudkan untuk mengantar para pendengarnya

memasuki kepenuhan hidup dalam Kristus. Mengalami kepenuhan dalam Kristus

berarti orang hidup seperti Kristus, bersikap, dan berbuat seperti Kristus serta

berpikir seperti Kristus. Kristus yang hidup menampakkan dan mewartakan Kabar

Gembira Kerajaan Allah bagi setiap orang. kiranya orang Kristen pun berbuat

demikian bila telah mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus.

Dalam terang Konsili Vatikan II juga, yang disesuaikan dengan situasi

konkret umat Indonesia, pertemuan Kateketik antarKeuskupan se-Indonesia thn.

1980 di Klender (Jawa Barat) menyepakati suatu rumusan katekese yakni

“Katekese Umat” yang diartikan sebagai Komunikasi Iman. Rumusan tersebut

adalah:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi atau tukar-menukar


pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau
kelompok. Melalui kesaksian peserta saling membantu sedemikian rupa,
sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin
sempurna. Dalam ketekese umat tekanan terutama diletakan pada
penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat
mengandaikan ada perencanaan (Huber, 1981).

Semakin jelas bahwa orang yang mengalami kepenuhan dalam Kristus

mampu berbagi pengalaman iman, memberi kesaksian iman yang hidup serta

mampu membawa kabar gembira bagi setiap orang. Melalui berbagai pengalaman

iman, saling membantu, dan meneguhkan satu-sama lain, mereka menunjukan

bahwa mereka bisa secara bersama-sama menghayati iman dan akhirnya

berkembang dalam iman. Dalam proses itu pula diharapkan mereka semakin

beriman pada Kristus dan sekaligus mendatangkan berkat bagi sesamanya.

2. Tujuan Katekese

Dalam kehidupan beriman, setiap orang dimungkinkan untuk berkembang

dan semakin dewasa dalam imannya. Orang yang berkembang dalam iman adalah

orang yang mampu memberi kesaksian tentang imannya akan Kristus dalam hidup

di tengah masyarakat. Seperti dikemukakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam

Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae tujuan khas katekese adalah,

“Mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari

memekarkan menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan perihidup

Kristen Umat beriman, muda maupun tua” (CT, art. 20). Jelaslah bahwa katekese

bertujuan untuk mendewasakan iman, memelihara, merawat, dan

mempertumbuhkan iman. Katekese membantu orang supaya makin bersatu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

dengan Kristus, sanggup membina hubungan secara personal dengan pribadi

Yesus, dengan kata lain hidup dala Yesus. Hubungan personal itu akan

menumbuhkan dan mendorong orang beriman untuk mengambil bagian dalam

tugas perutusan Yesus, yakni mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Yang berani

ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus adalah orang yang tahu persis tugas

perutusan Yesus tersebut. Hanya orang yang dewasa dalam ilmanlah yang mampu

mengenal dan mewujudkannya. Orang menjadi dewasa dalam iman juga tidak

terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses yang bertahap. Bagian dari

proses itu adalah adanya pembinaan dan latihan yang terus-menerus. Katekese

sebagai salah satu usaha dalam pendewasaan iman tersebut, tidak cukup bila

dilakukan hanya sekali saja. Akan tetapi bermanfaatlah bila pertemuan katekese

dilakukan terus-menerus sehaingga dari hari ke hari semakin mengalami

kepenuhan dalam Kristus. Demikian juga semakin jelas tujuan katekese sebagai

komunikasi iman dalam konteks situasi Indonesia dirumuskan oleh PKKI II

(1980) seperti di bawah ini:

- Dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman


kita sehari-hari.
- Kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya
dalam kenyataan sehari-hari.
- Kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih
dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita.
- Kita makin bersatu dengan Kristus, makin mengumat, dan makin tegas
mewujudkan tugas Gereja.
- Akhirnya kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam
hidup kita di tengah masyarakat (Setyakarjana, 1997: 67).
Ternyata pengalaman hidup sehari-hari umat mempunyai arti dan makna.

Dengan diterangi oleh sabda Allah dalam pertemuan katekese kita dapat semakin

meresapi makna pengalaman itu, melalui pengalaman nyata kita dapat menyadari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

kehadiran Allah dan kita dapat bertemu dengan Allah yang terus-menerus hadir

dan menyapa kita. Menyadari hal itu kita pun berani dan mampu memberi

kesaksian hidup dan bahkan berani membantu saudara-saudara yang lain sehingga

bersama-sama dapat berkembang dalam iman akan Yesus Kristus. Di sini

katekese hendak mengembangkan pemahaman orang beriman terhadap misteri

Kristus, menumbuhkan kebanggaan dalam diri orang beriman sebagai orang

Kristen, dan sekaligus meneguhkan mereka untuk menghayati iman mereka dalam

hidup sehari-hari.

Tujuan katekese ini membantu seluruh umat untuk secara bersama-sama

menghayati iman dan berkembang bersama-sama pula meski dalam

pelaksanannya disesuaikan dengan situasi dan keadaan setempat di Keuskupan

masing-masing. Tetapi bahwa arah yang hendak ditempuh oleh katekese sudah

jelas.

3. Bentuk-Bentuk Katekese

Menurut Direktorium Katekese Umum, bentuk katekese beragam

tergantung kebutuhan. Ada katekese untuk anak, katekese untuk orang dewasa,

dan juga katekese bagi para katekumen yang mempersiapkan diri menerima

baptisan. Dengan demikian pelaksanaan katekese pun sangat bervariasi. Dengan

kata lain, katekese dapat dalam bentuk: “sistematik, vokasional, untuk perorangan

atau kelompok, teroganisir atau spontan dan lain-lain” (Direktorium 19: 34).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

4. Sumber Katekese

Yang merupakan sumber katekese adalah Kitab Suci dan Tradisi Gereja.

Kedua sumber ini dipahami sebagai wahyu ilahi. Menurut Anjuran Apostolik

Catechesi Tradendae Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Katekese selalu akan

menggali isinya dari sumber hidup, yakni sabda Allah, yang disalurkan dalam

Tradisi dan Kitab Suci” (CT, art. 27). Kitab Suci dan Tradisi Gereja merupakan

harta kekayaan iman Gereja yang harus dipelihara dan diteruskan kepada generasi

yang akan datang. Harta kekayaan iman Gereja (Sabda Allah) ini perlu

didialogkan terus-menerus agar hidup jemaat diresapi dan dibentuk oleh-Nya dari

dalam. Kedua sumber ini juga dipercaya sebagai pembimbing yang mampu

mengarahkan jemaat dan membawa jemaat sampai kepada kedewasaan iman. Di

samping itu pengalaman hidup jemaat juga merupakan sumber katekese, karena

dalam pengalaman nyata sehari-hari Allah mewujudkan kehadiran-Nya. Hal ini

perlu disadari sehingga dapat menghayatinya. Dalam penghayatan itu diharapkan

jemaat dapat menemukan makna tradisi dalam hidup konkret.

B. Pemilihan Model Katekese

Mengingat yang akan menjadi peserta adalah calon Guru Agama Katolik

atau mahasiswa maka tergolong kelompok orang dewasa, maka pengandaian kita

bahwa mereka telah memiliki pengalaman-pengalaman yang cukup banyak.

Pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi sumber yang subur dan kaya bagi

pelaksanaan katekese. Salah satu ciri pendalaman iman orang dewasa adalah

sharing pengalaman iman atau tukar pengalaman hidup beriman antar peserta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

Maka dalam rangka pendampingan ini, penulis memilih katekese dengan

pendekatan model Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis adalah

suatu pendekatan katekese yanag menekankan proses “dialogis partisipatif” yakni

model yang mengusahakan adanya dialog anatara visi dan tradisi hidup peserta

dengan visi dan tradisi kristiani.

Model SCP ini cukup sesuai dengan keadaan calon Guru Agama Katolik

atau para mahasiswa karena dapat membantu mereka untuk mereflesikan

pengalaman hidup mereka (visi hidup peserta) dan mengkonfrontasikannya

dengan visi kristiani (Sabda Allah). Dengan demikian lahirlah kesadaran baru

yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Katekese model SCP memiliki

lima langkah penting yang dilaksanakan secara berurutan. Sebelum langkah

pertama masih ada juga yang disebut “langkah Nol atau pemusatan aktifitas”

dengan tujuan untuk menciptakan situasi pertemuan pertemuan menjadi akrab,

hangat dan penuh persaudaraan.

Katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) ini pertama kali

diperkenalkan oleh Thomas H. Groome, seorang ahli katekese yang berusaha

mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif untuk menjawab kebutuhan

para katekis dalam membantu umat demi perkembangan iman mereka, yaitu suatu

model yang sungguh mempunyai dasar teologis yang kuat, mampu memanfaatkan

perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral yang aktual.

Model Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu alternatif katekese

model pengalaman hidup. Shared Christian Praxis menekankan proses

berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, berawal dari pengalaman iman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

dan visi Kristiani (idealitas) supaya muncul pemahaman, sikap dan kesadaran

baru (aktualitas) yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Dan pada

akhirnya baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan

pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Alah

(Groome, 1997: 1).

Orientasi model ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang bebas dan

bertanggungjawab. Sesuai dengan tiga huruf (S-C-P), model ini memilki tiga

komponen yaitu shared, christian, praxis.

1. Shared

Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal

balik, partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan

proses katekese yang menekankan unsur dialog partisipatif peserta yang ditandai

dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam

sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengar

dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati

(Groome, 1997: 4).

Dikatakan pula bahwa sharing berarti berbagi rasa, pengetahuan serta

saling mendengarkan pengalaman orang lain. Ada dua unsur penting yaitu

membicarakan dan mendengarkan. Arti dari membicarakan disini adalah lebih

pada menyampaikan atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari oleh

sikap keterbukaan, kepercayaan dan kerendahan hati untuk mengungkapkan

pengalaman dan pengetahuan yang nyata dalam dirinya. Sedangkan maksud dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

mendengarkan disini adalah berarti mendengar dengan hati yang disharingkan.

Mendengarkan berarti juga melibatkan keseluruhan diri sehingga dalam

mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang disharingkan

peserta lainnya (Sumarno Ds., 2012:16-17).

2. Christian

Maksud Christian atau kristiani dalam Shared Christian Praxis (SCP)

adalah mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya

makin terjangkau dan relevan untuk kehidupan peserta. Kekayaan iman Kristiani

yang ditekankan dalam model ini adalah pengalaman iman tradisi Kristiani

sepanjang sejarah dan visinya (Groome. 1997: 2).

Tradisi mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan sungguh

dihidupi. Ini mengungkapkan tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri Allah

yang terlaksana dalam hidup mereka sebagai realitasiman, tradisi senantiasa

mengundang keterlibatan praktis.

Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja bukan berarti hanya sejarah
naratif atau adat istiadat ritual masa lampau saja, tetapi seluruh pengalaman
iman umat dalam bentuk apapun yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam
rangka menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Orang tidak bisa begitu
saja menciptakan Tradisi sendiri. Bahkan dalam Gereja tidak semua tradisi
yang ada diterima sebagai Tradisi (Sumarno Ds., 2012: 17).

Sedang Visi menegaskan tuntutan dan janji Allah yang terkandung di

dalam tradisi, tanggungjawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk

menghidupi semangat dan sikap kemuridan. Visi yang paling hakiki adalah

tewujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Groome,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

1997: 3). Tradisi dan Visi tidak dapat dipisahkan karena Visi bukan hanya

pengetahuan saja melainkan kenyataan hadirnya dalam bentuk konkret dari

Tradisi dan merupakan jawaban hidup bagi orang beriman terhadap janji Allah

yang terungkap dalam pengalaman dan Tradisi kristiani. “Visi merupakan

manifestasi konkret dari jawaban manusia terhadap janji Allah yang terwujudkan

dalam sejarah atau Tradisi” (Sumarno Ds., 2012: 17).

3. Praxis

Praxis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan sebagai

tindakan. Praxis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang

mempunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan antar

praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis, sintesis praktek dan

teori akan membentuk suatu kreatifitas, sedangkan refleksi kritis dan kesadaran

historis akan mengarah pada keterlibatan baru. Praxis mempunyai tiga unsur yaitu

aktivitas, refleksi dan Kreatifitas. Ketiga unsur itu berfungsi membangkitkan

berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praksis baru

yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral (Sumarno Ds., 2012: 15).

a). Aktivitas

Aktivitas meliputi kegiatan masa kini yang meliputi mental dan fisik,

kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang

merupakan medan untuk perwujudan diri sebagai manusia atau subyek dari

kegiatan yang sedang dilakukan baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

lain. Karena bersifat historis, aktivitas hidup manusia perlu ditempatkan di dalam

konteks waktu dan tempat (Groome, 1997: 2).

b). Refleksi

Refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan

sosial dalam masa lampau terhadap pribadi dan kehidupan masyarakat serta

terhadap “Tradisi” dan “Visi" iman Kristiani sepanjang sejarah. “Refleksi kritis

merupakan suatu kegiatan manusia yang meliputi kegiatan unsur: akal budi kritis

dalam mengevaluasi masa sekarang, imaginasi kritis dalam menyingkap masa lalu

dalam masa sekarang, dan imaginasi kreatif untuk menghadapi masa depan dalam

masa sekarang”. Akal budi kritis dalam mengevaluasi masa sekarang adalah untuk

mengerti apa yang “nyata” dalam masa kini, sehingga manusia tidak jatuh dalam

sikap menerima pasif apa yang sudah terjadi begitu saja.

Dengan akal budi, manusia mau mencari apa yang terjadi dalam “yang

nyata”, mencari maksud dari kenyataan masa kini dan mengkritik, menilai baik-

buruknya “yang nyata” dalam masa sekarang. Imaginasi kritis dalam menyingkap

masa lalu dalam masa sekarang adalah dengan menggunakan daya imaginasi

untuk mengaktifkan masa lampau dengan mengingat-ingat apa yang terjadi dalam

tindakan dan memberi arti tindakan itu secara pribadi dan sosial (Sumarno Ds.,

2012: 15).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

c). Kreativitas

Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menekankan transedensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus

berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Groome, 1997: 2). Praksis baru

merupakan hal yang akan dilakukan pada masa depan setelah melihat aktifitas dan

merefleksikannya, sehingga tercipta hal baru yang membawa perubahan lebih

baik dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

a. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)

Shared Christian Praxis (SCP) sebagai suatu model berkomunikasi

tentang makna pengalaman hidup antar peserta, dalam prosesnya memiliki lima

langkah-langkah yang berurutan dan terus mengalir yang didahului dengan

langkah 0 (nol) sebagai pemusatan aktivitas (Sumarno Ds., 2012: 18).

Lima langkah yang saling berurutan dapat mengalami tumpang tindih,

terulang kembali, atau langkah yang satu digabungkan dengan langkah yang

lainnya (Groome, 1997: 5) . “Yang paling pokok adalah bahwa semua langkah itu

mengalir dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang

terlepas (Sumarno Ds., 2012: 23)”.

1). Langkah 0 : Pemusatan Aktivitas

Langkah 0 ini tidak haruslah ada. Kekhasan dari langkah awal ini adalah

bertolak dari kebutuhan konkret peserta. Tujuan pada langkah ini adalah untuk

mendorong umat (subyek utama) menemukan topik pertemuan yang bertolak dri

kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan sehingga tema
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

dasar ini sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan,

permasalahan, dan kebutuhan hidup peserta.

Peserta pada langkah ini diminta untuk berperan aktif dalam pertemuan

sehingga mampu menemukan tema dasar yang sesuai dengan (Sumarno Ds.,

2012: 18-19).

2). Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta

Kekhasan pada langkah ini adalah sharing, dimana peserta membagikan

(to share) pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh

ditanggapi sebagai suatu laporan.

Langkah ini bertujuan mendorong peserta sebagai subyek utama untuk

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang

selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar

pertemuan dapat sungguh – sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup,

keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan peserta. Dalam dialog ini, peserta

boleh diam karena “diam” pun merupakan salah satu cara berdialog.

“Diam” tidak sama dengan tidak terlibat. Pada tahap ini pendamping

berperan sebagai (a) fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi

hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis hidupnya berkaitan

dengan tema dasar, (b) merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah,

tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan

bersifat terbuka dan obyektif misalnya: gambarkan, lukiskan, atau ceritakan apa

yang anda temui, lihat, dengar, dan lakukan? (Sumarno Ds., 2012: 19-20).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

3). Langkah II: Mendalamai Pengalaman Hidup Peserta

Kekhasan pada langkah ini adalah refleksi kritis atas sharing pengalaman

hidup faktual peserta. Pada langkah kedua ini, tujuan pengalaman adalah

memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan

pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi: (a) pemahaman kritis dan

sosial (alasan, minat, asumsi), (b) kenangan analitis dan sosial (sumber – sumber

historis) dan (c) imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekuensi historis).

Peserta diminta untuk aktif dalam merefleksikan pengalaman hidupnya

maupun pengalaman hidup orang lain yang mempengaruhi cara hidupnya.

Kemudian menentukan arah refleksi baik bagi masa lampau, sekarang maupun

masa depan.

Pada tahap ini pembimbing bertanggungjawab: Pertama, menciptakan

suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta

sumbang saran peserta; Kedua, mengundang refleksi kritis setiap peserta; Ketiga,

mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang

bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta;

Keempat, mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa; Kelima,

menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterograsi dan mengganggu

harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta; Keenam, menyadari kondisi peserta,

lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap

pengalaman hidupnya (Sumarno Ds., 2012: 20).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

4). Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Pokok dari langkah ini adalah menampilkan supaya Tradisi dan Visi

Kristiani lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang

konteks dan latar belakang kebudayaan berbeda. Tradisi dan Visi Kristiani

mengungkapkan pewahyuan Diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam

misteri hidup dan karya Yesus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas

pewahyuan tersebut. Sifat pewahyuan Ilahi: dialogal, menyejarah dan normatif,

maka perlu ditafsirkan supaya menjadi relevan.

Tujuan yang ingin dicapai pada langkah ini yaitu mengkomunikasikan

nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena

untuk kehidupan peserta yang kontek dan latar belakang kebudayaannnya

berlainan. Peserta sangat berperan dalam langkah ini. Peserta diminta untuk

membagikan pengalaman hidupnya berdasarkan Tradisi Gereja ataupun Kitab

Suci yang sesuai dengan tema dan tujuan.

Pendamping pada langkah ini berperan untuk membantu peserta dalam

menafsirkan Tradisi Gereja atau Kitab Suci agar peserta terbantu dalam

menemukan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani. Pendamping juga harus

menggunakan metode yang tepat dan tidak bersikap seperti “guru” melulu, namun

adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar. Sebagai pendamping juga

mau memberikan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri dalam

memberikan tafsiran dan juga pastinya harus membuat persiapan yang matang dan

studi sendiri (Sumarno Ds., 2012: 20-21).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

5). Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret

Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan

visi faktual peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani yang akan melahirkan

kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Yang menjadi kekhasan

dalam langkah ini adalah mengajak peserta sampai pada pengalaman iman. Dalam

langkah ini bertujuan untuk mengajak peserta, berdasar nilai Tradisi dan Visi

Kristiani untuk menemukan sikap dan nilai hidup yang hendak dipertahankan dan

diperkembangkan.

Pada tahap ini peserta mendialogkan pengolahan mereka pada langkah

pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga peserta diberi kebebasan

untuk mempertimbangkan dan menilai mengenai nilai Tradisi dan Visi Kristiani

berdasar situasi konkret. Peserta dapat mengungkapkan perasaan, sikap, intuisi,

persepsi, evaluasi dan penegasan. Pada tahap ini pendamping perlu menghormati

kebebasan dan hasil penegasan peserta dengan meyakinkan peserta bahwa mereka

mampu mempertemukan nilai-nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan

nilai Tradisi dan Visi Kristiani.

Pada langkah ini, peserta diminta untuk mendialogkan hasil pengolahan

mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Peserta

untuk diminta aktif bertanya, bagaimana nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani

meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan, dan mengundang mereka untuk

melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan semangat, nilai, dan iman

yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah baik itu dengan tulisan, simbol atau

ekspresi artistik, dsb.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

Peranan pendamping adalah (a) menghormati kebebasan dan hasil

penegasan peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing; (b)

meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman

hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani; (c) mendorong

peserta untuk merubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif; (d)

menyadari bahwa tafsiran pembimbing bukan mati; dan (e) mendengar dengan

hati tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta (Sumarno Ds., 2012: 21-22).

6). Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret

Kekhasan pada langkah terakhir ini adalah mengusahakan tindakan

konkret dan niat – niat bersama. Peserta diajak untuk sampai kepada keputusan

praktis yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan pertobatan

pribadi dan sosial yang kontinyu. Sesuai dengan tujuan langkah ini, pendamping

harus sungguh-sungguh mengusahakan agar peserta sampai pada keputusan

pribadi dan bersama. Pendamping berperan untuk dapat merangkaum hasil

langkah keempat, supaya dapat lebih membantu peserta dalam mengambil

keputusan.

Dalam hal ini pendamping perlu menekankan pada peserta sikap optimis

dan realistis terhadap masa depan yang lebih baik dengan kesadaran bahwa Allah

senantiasa hadir dalam situasi apapun (Sumarno Ds., 2012: 22).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

C. Usulan Program dan Persiapan Katekese

1. Pengertian Program

Program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi

dan urutan acara yang akan dilaksanakan (Mangunharjana, 1986: 16). Itu berarti

program disusun secara sistematis untuk membantu seseorang dalam melakukan

kegiatannya. Suatu program ada yang sifatnya jangka pendek yang berati sesegera

mungkin akan dilaksanakan dan ada juga yang jangka panjang. Program jangka

panjang dimaksudkan sebagai yang membantu seseorang (fasilitator maupun

peserta katekese) dalam proses pembinaan spritualitas secara bertahap, sehingga

pencapaian sasaran yang diinginkan dapat terpenuhi semaksimal mungkin.

Dalam penyusunan program ini, tema umum akan dijabarkan dalam

beberapa subtema sekaligus tujuan subtema, diterakan pula judul pertemuan,

tujuan pertemuan, materi pertemuan, metode, sarana, dan sumber bahan yang

dipergunakan. Tersusunnya suatu program, menunjukan kesungguhan pembuat

program untuk melaksanakan program.

2. Tujuan Penyusunan Program

Penyusunan program ini dimaksudkan untuk memperjelas arah dan tujuan

yang ingin dicapai dalam kegiatan pembinaan spritualitas bagi para calon Guru

Agama Katolik atau para mahasiswa melalui katekese khususnya mahasisa

semester IV. Juga program ini disusun sedemikian rupa untuk menghindari

terjadinya tumpang tindih antara materi yang akan disajikan. Penyusunan program

dalam rangka pembinaan spiritualitas para calon Guru Agama Katolik atau para
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

mahasiswa ini, direncanakan 3 kali pelaksanakan dalam waktu 3 kali dalam setiap

semester pada pertemuan awal, pertengahan, dan terakhir sebelum penutup

pembinaan spiritualitas di kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma.

3. Sub. Tema dan Sub. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)

Tema Umun : Nabi Elia sebagai inspirasi dalam menanggapi panggillan

menjadi guru agama Katolik.

Tujuan : Mahasiswa calon guru agama Katolik semakin menyadari


akan panggilannya yang terinspirasi dari kisah nabi Elia
sehingga mereka mau mengenal sosok guru, memahami
guru agama Katolik sebagai panggilan, memahami guru
agama Katolik dipanggil untuk mengikuti Allah,
kesetiaan, menghayati panggilan guru dan pada akhirnya
mahasiswa siap diutus dan siap untuk menjalankan tugas
perutusan sebagai guru agama Katolik.

Semester Sub. Tema Sub. Tujuan


IV
Pertemuan Menghayati Mahasiswa semakin menyadari bahwa
I panggilan sebagai guru agama katolik sebagai panggilan
guru agama Katolik sehingga mereka semakin memahami
bahwa guru agama Katolik bukan hanya
sebagai suatu profesi tetapi sebagai suatu
panggilan dari Allah. Seperti halnya Allah
Memanggil nabi Elia untuk menjadi nabi.
Pertemuan Kesetiaan Membantu mahasiswa menyadari makna
II kesetian dalam penggilannya sebagai guru
agama Katolik dengan meneladani sosok
nabi Elia dalam panggilannya menjadi
nabi .
Pertemuan Siap Menjalani Mahasiswa semakin menyadari akan
III Perutusan keberadaan dirinya yang akan diutus
untuk mewartakan Injil sehingga mereka
semakin mempersiapkan diri dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

kesiapan untuk diutus hingga pada


akhirnya mereka siap untuk diutus dan
siap menjalani tantangan yang ada dengan
meneladan sosok nabi Elia dalam
menjalani perutusan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

4. Penjabaran Program Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)

Tema Umun : Nabi Elia sebagai inspirasi dalam menanggapi panggillan menjadi guru agama Katolik.

Tujuan : Mahasiswa calon guru agama Katolik semakin menyadari akan panggilannya yang terinspirasi dari kisah nabi
Elia sehingga mereka mau mengenal sosok guru, memahami guru agama Katolik sebagai panggilan,
memahami guru agama Katolik dipanggil untuk mengikuti Allah, kesetiaan, menghayati panggilan guru dan
pada akhirnya mahasiswa siap diutus dan siap untuk menjalankan tugas perutusan sebagai guru agama
Katolik.

N Semester Sub Tema Tujuan sub Tema Materi Metode Sarana Sumber Bahan
o IV
1 Pertemua Menghayati Mahasiswa semakin Para mahasiswa Cerita, - Cergam Yoh. 13: 12-17
panggilan sebagai menyadari
nI menyadari bahwa guru sharing, - Instrumen
guru agama bahwa Allah
Katolik agama katolik sebagai memanggil dan refleksi, music
mengutus
panggilan sehingga mereka informasi, - Buku
mereka sebagai
semakin memahami bahwa guru Agama tanya Madah
katolik
guru agama Katolik bukan jawab Bakti
hanya sebagai suatu profesi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

tetapi sebagai suatu


panggilan dari Allah.
Seperti halnya Allah
Memanggil nabi Elia untuk
menjadi nabi.
2 Pertemua Kesetiaan Membantu mahasiswa Kesetian dalam Sharing, - Cerita Luk. 13: 6-9
n II menyadari makna kesetian panggilan refleksi, pengalam
dalam penggilannya sebagai informasi, an
guru agama Katolik yang tanya - Instrumen
bertolak dari kisah nabi Elia jawab musik
- Buku
Madah
bakti
3 Pertemua Siap Menjalani Mahasiswa semakin Setia kepada Ceramah, - Cerita Mrk. 3: 13-19
Allah dan siap
n III Perutusan menyadari akan keberadaan dialog, - Instrumen
menghadapai
dirinya yang akan diutus tantangan yang sharing, music
ada
untuk mewartakan Injil diskusi - Buku
sehingga mereka semakin dan Madah
mempersiapkan diri dalam pemutaran bakti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

kesiapan untuk diutus instrument


hingga pada akhirnya
mereka siap untuk diutus
dan siap menjalani
tantangan yang ada dengan
meneladan sosok nabi Elia
dalam menjalani perutusan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

5. Contoh Pesiapan Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP).

Tema : Kesetian.

Tujuan : Membantu mahasiswa menyadari makna kesetian dalam

penggilannya sebagai guru agama Katolik dengan dengan

meneladani sosok nabi Elia dalam panggilannya menjadi nabi .

Peserta : Mahasiswa Semester IV IPPAK Universitas Sanata

Dharma.

Waktu : 90 Menit.

Metode : Cerita, sharing, refleksi, informasi, tanya jawab.

Model : Shared Christian Praxis (SCP).

Sarana : Cerita pendek, instrumen musik, dan buku Madah Bakti.

Sumber bahan : - Luk. 13: 6-9.

- Cerita Nabi Elia novel “The Fifth Mountain” bagian I.

Pemikiran Dasar

Setiap orang memiliki cita-cita dan keinginan dalam hidupnya. Cita-cita

dan keinginan itu diharapkan dapat terwujud sesegera mungkin. Namun tidak

setiap orang berhasil mencapai cita-cita dan memenuhi keinginannya tersebut.

Bahkan dalam kenyataannya, orang banyak mengalami tantangan dan kegagalan

yang harus mereka terima. Hal ini menyebabkan orang bisa berputus asa dan lesu

dalam perjuangan hidupnya. Demikian juga dengan para mahasiswa calon guru

agama Katolik yang ada di kampus IPPAK-USD memiliki cita-cita dan harapan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

yang ingin diwujudkan. Bila teman-teman calon guru agama Katolik

mengharapkan keberhasilan dalam cita-cita tersebut, teman-teman harus tetap

setia dalam memperjuangkannya.

Orang yang setia atau tekun dalam hidupnya tidak mudah berputus asa.dia

tidak menyerah pada situasi yang silih berganti datang menantang. Orang yang

setia tetap optimis dan memiliki pengharapan yang kuat. Seperti dalam

perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus mengenai “pohon ara yang tidak

berbuah” (Luk. 13: 6-9). Pengurus kebun dengan setia mengurus kebun ara

tersebut, meski sudah tiga tahun tidak berbuah. Ia bahkan mengurus dengan

sebaik mungkin dengan usaha yang maksimal. Hanya dengan setialah orang dapat

bertahan dalam memperjuangkan sesuatu. Dalam kisah nabi Elia, panggilan yang

didapat nabi Elia sejak kecil sempat tidak dihiraukan. Setelah nabi Elia dewasa,

nabi Elia mendapatkan panggilannya itu kembali. Nabi Elia diutus Allah untuk

mengingatkan raja Ahab dan Izebel istri Ahab untuk tidak menyembah berhala.

Tetapi raja Ahab dan Izebel tidak menghiraukan apa yang telah dikatakan oleh

nabi Elia. Raja Ahab dan Izebel yang merasa tidak suka dengan apa yang

dikatakan oleh nabi Elia, raja Ahab menyuruh pasukannya untuk membunuh nabi

Elia. Dengan adanya pengejaran dari para tentara raja Ahab, nabi Elia tidak

menyerah begitu saja. Nabi Elia tetap setia melayani Allah dan tetap setia akan

panggilannya meskipun nabi Elia mendapatkan ancaman pembunuhan.

Melalui pertemuan ini peserta diajak untuk menyadari kembali makna

kesetian dalam panggilannya menjadi guru agama Katolik yang profesioanl.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

Pembukaan

Teman-teman yang terkasih, pada pertemuan kita ini, kita sebagai saudara

hendak secara bersama-sama menggali dan berbagi pengalaman satu sama lain

khususnya dalam kesetian akan panggilan menjadi guru agama katolik yang

profesional. Kita mau menyadari bahwa hidup kita dan juga segala sesuatu yang

menyangkut hidup kita ini adalah suatu anugerah dari Tuhan. Suatu anugerah

yang perlu kita sadari dan bahkan kita syukuri. Maka untuk memulai pertemuan

ini marilah kita bernyanyi:

Lagu Pembukaan : Madah Bakti No. 230 (Hidup Cerah).

Doa Pembukaan :

Allah Bapa Yang Maha Baik, kami bersyukur atas kebaikan-Mu

kepada kami. Secara khusus waktu ini kami syukuri sebagai suatu rahmat

karena kami boleh berkumpul bersama dalam ikatan persaudaraan. Kami

akan bersama-sama menggali pengalaman, mereflesikannya sejauh mana

kami menghayati kesetian kami akan panggilan menjadi guru agama

Katolik. Bapa bimbinglah kami dan tuntunlah kami agar semakin mampu

mempertanggungjawabkan tugas tersebut dan kami pun senantiasa terus

memperkembangkan diri demi pelayanan kami terhadap orang-orang yang

nantinya akan kami ajar yang telah kau percayakan kepada kami. Sebab

Dialah Tuhan dan pengantara kami. Amin.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta

1. Membagikan teks cerita kisah Nabi Elia novel “The Fifth Mountain” bagian

I, kepada peserta dan memberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu.

2. Pengungkapan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah seorang peserta

untuk menceritakan kembali isi cerita kisah “Nabi Elia”.

3. Intisari cerita

Nabi Elia yang dipanggil oleh Allah untuk mengingatkan raja Ahab dan

istrinya ratu Izebel dari penyebahan berhala, tetapi raja Ahab tidak

menghiraukan apa yang telah dikatakan oleh nabi Elia. Nabi Elia mendapat

pesan dari Allah untuk disampaikan kepada raja Ahab, apabila masih

menyembah berhala bangsanya akan mendapat kekeringan dan tidak akan

turun hujan. Raja Ahab merasatidak senang dengan nabi Elia, maka raja Ahab

menyuruh tentaranya untuk membunuh nabi Elia. Mengetahui hal itu Allah

tidak tinggal diam, Allah berpesan kepada nabi Elia untuk lari dan berdiam

diri di tepi sungai kerit. Setalah berdiam diri lama-lama sungai pun kering,

dan Allah menyuruh nabi Elia untuk menemui janda di kota Sarfat dan

meminta air dan makan kepada janda tersebut. Allah tidak tinggal diam

dengan apa yang dialami oleh Nabi Elia. Dengan kesetiaannya terhadap

Allah, nabi Elia tidak menyerah begitu saja. Nabi Elia tetap berjuang untuk

membebaskan bangsanya dari penyembahan berhala, meskipun nabi Elia

harus mendapatkan tantangan yang begitu berat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

4. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak mendalami cerita untuk masuk

pada pengalaman faktual dengan tuntunan pertanyaan berikut :

a. Apa yang dialami oleh nabi Elia setelah mengingatkan raja Ahab untuk

tidak menyembah berhala?

b. Apakah yang menarik bagi para teman-teman dalam menjalani

perkuliahan untuk menjadi guru agama Katolik? Ceritakanlah pengalaman

tersebut!

c. Rangkuman

Dalam cerita tadi, panggilan yang didapat oleh nabi Elia merupakan

suatu anugerah dari Allah. Dengan panggilannya tersebut nabi Elia berusaha

melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Meskipun apa yang dihadapainya

adalah ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh raja Ahab. Kesetian yang

ditunjukan oleh nabi Elia terhadap Allah, membuat Allah tetap membantu

nabi Elia dalam melaksanakan tugasnya.

Langkah II : Mendalamai Pengalaman Hidup Peserta

1. Peserta diajak untuk mereflesikan sharing pengalaman atau cergam di atas

berdasarkan pertanyaan berikut:

a. Bagaimana sikap raja Ahab dalam cergam tadi menanggapi sikap nabi Elia

yang mengingatkan untuk tidak menyembah berhala?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

b. Cara manakah yang teman-teman gunakan dalam mengahadapi kesulitan

di kampus dalam proses perkulihan sebagai calon guru agama Katolik

selam ini?

2 Berdasarkan ungkapan peserta pendamping membuat rangkuman singkat.

Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

1. Salah seorang peserata diminta untuk membacakan teks Injil yang diambil

dari Luk. 13: 6-9.

2. Peserta diajak untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan

bacaan tersebut dengan bantuan pertanyaan berikut:

a. Ayat manakah yang menunjukan bahwa kesetian dalam usaha memperoleh

hasil?

b. Sikap yang bagaimanakah ditekankan oleh Yesus perumpamaan ini?

c. Pendamping memberi rangkuman dari bacaan Injil Luk. 13: 6-9.

Perumpaan tentang “pohon ara yang tidak berbuah” menunjukan dengan

jelas bagaimana seorang pekerja kebun yang dengan setia mengurusi kebunnya. Ia

mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Ia sanggup

berharap akan memperoleh buah dari tanaman-tanamannya itu. Perikop ini

menampilkan dua sikap antara pemelihara kebun dengan Tuan yang empunya

kebun. Tuan itu ingin kebunnya menghasilkan, namun sudah tiga tahun ditunggu

tidak juga berbuah. Maka ia meminta supaya ditebang saja pohon yang tidak

menghasilkan itu. Tanggapan pemelihara kebun bahwa ia akan mengurusnya lagi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

dengan sabaik mungkin dan masih menunggu hingga berbuah. Ditunjukkan

kesetiaan dalam pekerjaan itu sambil memelihara dan merawatnya.

Dalam perikop ini Yesus menegaskan bahwa Dialah pemelihara kebun

yang dengan setia mengurusi kebun itu. Hidup kitalah kebun yang diurus dan

dirawat oleh Yesus, agar menghasilkan buah. Buah yang diharapkan itu adalah

pertobatan. Salah satu pertobatan itu adalah kesetiaan dalam hidup. Secara khusus

setia dan tekun dalam melaksanakan tugas, setia juga terlebih dalam iman akan

Yesus Kristus. Sikap Yesus dalam perikop ini menggambarkan sikap yang setia

dan tekun dalam melakukan pekerjaan, Ia menikmati pekerjaan tersebut dan

merasakan manfaatnya.

Demikian juga dengan nabi Elia. Nabi Elia setia mengikuti Allah

meskipun dalam kondisi mendapatkan ancaman pembunuhan dari raja Ahab.

Pengalaman setia pada Yesus dibagi kepada para saudaranya dan akhirnya

dianjurkannya kepada para saudara agar hal apapun harus setia menjalankannya.

Secara khusus mengenai panggilan dan pekerjaan, nabi Elia menekankan

kesetiaan sebagai salah satu cara untuk menghadapi tantangan yang ada.

Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret

Teman-teman yang terkasih, dalam pembicaraan tadi, sebagai orang

beriman kita hendaknya selalu bercermin pada Dia yang kita imani. Yesus

memberikan kita teladan dalam memperjuangkan dan mengembangkan hidup

kita, hingga kita menemukan yang kita cari dan kita cita-citakan. Salah satu sikap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

yang patut kita contoh adalah sikap setia pada apa yang sudah kita jalani dan

kerjakan. Melalui kesetiaan pada pilihan hidup, kita juga mewujudkan iman kita.

Bukan hanya pada saat kita mengalami kemujuran, tetapi juga bila kita

dihadapkan pada sesuatu yang kita tidak sukai. Bisa berupa penderitaan, tekanan

ataupun tugas-tugas yang kita anggap berat dan susah. Kita percaya Tuhan

memberi yang terbaik buat kita.

Sebagai bahan kita akan mencoba merenungkan pertanyaan berikut:

1. Dalam hal apa saja saya secara pribadi sudah setia selama ini?

2. Apa yang harus saya bangun dalam diri saya agar dapat setia dalam situasi

apapun yang saya hadapi?

Para peserta diminta merenung secara pribadi dan selama merenung

pendamping akan memutarkan instrumen musik. Setelah merenung para peserta

diberi kesempatan untuk mensharingkan hasil dari permenungannya. Kemudian

pendamping membuat rangkuman singkat berdasarkan hasil sharing para peserta.

Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkret

Teman-teman yang terkasih, setelah kita bersama-sama menggali

pengalaman kita khususnya mengenai kesetiaan dalam melakukan pekerjaan kita

selama ini. Ternyata tidak mudah menghayati kesetiaan terhadap sesuatu hal.

Seperti dalam cerita kisah Nabi Elia, dimana nabi Elia yang dipanggil oelh Allah

untuk mengingatkan raja Ahab dan ratu Izebel untuk tidak menyembah berhala.

Nabi Elia harus mendapat ancaman pembunuhan dan harus menghadapinya


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

dengan sendiri. Nabi Elia tidak menyerah begitu saja, dengan kesetiaannya kepada

Allah nabi Elia dapat menjalaninya dengan mudah meskipun harus mengalami

tantangan yang begitu besar. Marilah kita hening sejenak untuk membuat niat-

niat kita baik secar pribadi maupun secara kelompok.

Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membuat niat-niat yang

dapat dilakukan baik secara pribadi maupun untuk kelompok dalam suasan

hening. Sebagai pertanyaan panduan untuk membuat niat-niat adalah berikut ini:

1. Apa yang dapat saya lakukan sebagai wujud kesetiaan dalam tugas

perkuliahan sebagai calon guru agama Katolik ini?

2. Sikap-sikap yang bagaimana yang perlu kita perhatikan dalam

mewujudkan niat-niat kita tersebut?

Selanjutnya peserta diajak untuk mengungkapkan niat-niat tersebut bila

ada yang bersedia membagikannya dan untuk kelompok dapat didiskusikan secara

bersama.

Penutup

1. Peserta diajak untuk memanjatkan doa-doa spontan sebagai rasa syukur atas

pertemuan hari ini yang didahului oleh pendamping.

2. Doa spontan diakhiri dengan doa penutup oleh pendamping seperti dibawah

ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

Doa Penutup

Allah bapa di dalam surga, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-

Mu atas waktu yang boleh kami gunakan untuk melihat pengalaman hidup kami.

Saat ini kami disadarkan bahwa kami kurang melihat makna dari pekerjaan yang

kami lakukan. Bhakan kami kurang setia dengan apa yang kami pilih. Kami sering

ingin meninggalkannya bila kami tidak menemukan yang kami harapkan. Untuk

itu ya Bapa bantulah kami agar kami tak henti-hentinya berusaha dan belajar

untuk setia dalam tugas-tugas kami terlebih pada Dikau yang kami imani. Kami

juga mau meneladan pada nabi Elia sebagai sosok penutan dalam menjalani

kesetiaan dalam perkuliahan kami untuk nantinya menjadi guru agama Katolik.

Bantulah kami juga untuk mewujudkan niat yang telah kami buat bersama

sehingga dapat terlaksana sesuai dengan kehendak-Mu. Doa ono kami penjatkan

kepada-Mu dengan perantara Kristus Tuhan Kami. Amin.

Lagu penutup : MB No. 311 “Nyanyian Syukur”

Pendamping Katekese
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis dalam Bab V ini menyampaikan kesimpulan dan saran.

Kesimpulan yang penulis buat ini berisikan mengenai isi keseluruhan atas Bab I

sampai dengan Bab IV. Saran yang penulis buat ini berisikan masukan-masukan

bagi Prodi IPPAK dan juga bagi mahasiswa. Saran ini diharapkan dapat berguna

bagi mahasiswa IPPAK dan Prodi IPPAK dalam upaya membantu mahasiswanya

dalam menanggapi panggilannya sebagai guru agama Katolik.

A. Kesimpulan

Panggilan adalah seorang yang dipanggil dan tujuan mengapa orang

dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, yang dipanggil ialah manusia. Isi

panggilan sendiri ialah mengundang supaya manusia menyerahkan seluruh dirinya

kepada Allah. Demikian yang telah dialami oleh Nabi Elia dalam novel The fifth

Mountain. Nabi Elia dari kecil sudah mendapatkan penggilan dari Allah untuk

menjadi seorang Nabi, tetapi Nabi Elia mendapat halangan dimana kedua orang

tuanya tidak setuju. Setelah Nabi Elia dewasa ia sempat menjadi tukang kayu.

Dalam kenyataannya ia tetap mendapatkan penggilan untuk menjadi seorang Nabi

yang diutus oleh Allah untuk memperingatkan raja Ahab dan istrinya ratu Izebel

dari penyembahan terhadap baal. Dalam perjalanannya Nabi Elia mendapat

banyak halangan dari pengejaran yang dilakukan oleh prajurit raja Ahab sampai ia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

mendapatkan ancaman pembunuhan. Disinilah Nabi Elia diuji kesetiaannya

terhadap panggilannya sebagai nabi yang telah diutus Allah.

Demikian juga para mahasiswa IPPAK Universitas Sanata Dharma yang

terpanggil untuk menjadi guru agama Katolik. Mahasiswa pada umumnya waktu

pertama kali masuk belum menyadari akan panggilannya. Mahasiswa masih ragu-

ragu dalam menentukan arah panggilannya. Banyak dari mahasiswa masih

mangalami keraguan apakah dirinya pantas untuk menjadi guru agama Katolik.

Menjadi guru agama Katolik tidak hanya sekedar mendidik anak untuk tahu akan

agama saja, tetapi menjadi guru agama Katolik harus mempunyai sikap

profesional untuk menunjang keberhasilan menjadi guru agama katolik

Nabi Elia yang terpanggil untuk menjadi seorang nabi mendapatkan

tantangan yang datang silih berganti. Demikian juga menjadi guru agama Katolik

akan mendapat banyak tantangan yang datang dari mana saja. Mulai dari anak

didik yang selalu meremehkan pelajaran agama, masalah gaji, dan ditengah

masyarakat akan menjadi tolak ukur dalam kehidupan. Di sinilah tantangan yang

harus diperjuangkan dan di sinilah sikap profesional sebagai guru agama Katolik

benar-benar diterapkan.

Panggilan yang diterima oleh mahasiswa untuk menjadi guru agama

Katolik pada dasarnya bersumber dari Allah. Melalui Gereja, Allah memanggil

mereka untuk mewartakan sabda Allah kepada umat. Sebagai orang awam yang

terpanggil, menjadi guru agama Katolik memiliki perutusan dan panggilan yang

khas yakni dipanggil dan diutus dalam sifat keduniawiannya. Agar perutusan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

tugasnya berjalan dengan lancar, guru agama Katolik harus memiliki pengetahuan

dan keterampilan.

Keberadaan guru agama Katolik dewasa ini tidak dapat dipungkiri akan

manfaatnya bagi proses pewartaan. Berkat bantuan mereka iman umat khususnya

para anak didik di sekolah semakin bertumbuh dan berkembang. Namun disatu

sisi juga keberadaan mereka dewasa ini semakin berkurang. Langkah yang tepat

dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan kaderisasi terhadap

anak-anak muda untuk menjadi seorang guru agama Katolik. Dalam menanggapi

kebutuhan akan pewarta sabda atau guru agama Katolik, Prodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma memiliki tugas dalam mendidik dan membina anak-anak muda

menjadi seorang guru agama Katolik yang profesional. Proses pembinaan ini

ditempuh melalui mata kuliah-mata kuliah yang secara khusus pembinaan

spiritualitas.

Pembinaan spiritualitas yang ada di Prodi IPPAK mengarahkan agar

memiliki panggilan hidup sebagai guru agama Katolik dan agar memiliki

spiritualitas. Lebih jelas dan terang lagi tujuan ini terlihat dari masing-masing

tahunnya.

Pembinaan spiritualitas yang ada di Prodi IPPAK ini agar semakin

membantu mahasiswa dalam menjadi seorang guru agama Katolik, penulis

mengusulkan program katekese yang terintegrasi dengan keseluruhan pembinaan

spiritualitas. Penempatan program katekese model Shared Christian Praxis (SCP)

ini ditempatkan dimasing-masing semesternya yakni semester I sampai dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

semester VIII. Proses pelaksanaan katekese model Shared Christian Praxis (SCP)

dilaksanakan diakhir penutupan pembinaan spiritualitas.

B. Saran

Dengan perkembangan zaman yang semakin modern Prodi IPPAK sebagai

lembaga yang mendidik anak muda untuk menjadi seorang guru agama Katolik

yang profesional harus tetap eksis dan terus-menerus mendidik dan

mengembangkan guru agama Katolik yang sungguh-sungguh menghayati

panggilannya sebagai guru dan spiritualitasnya. Pembinaan spiritualitas sebagai

salah satu mata kuliah perlu menciptakan pembinaan spiritualitas yang benar-

benar membantu mahasiswa secara kontekstual dalam menumbuhkan

panggilannya sebagai guru agama Katolik. Dalam pembinaan spriritualitas

diharapkan mahasiswa diajak untuk mencontoh tokoh-tokoh besar, misalnya

sosok nabi Elia yang dapat dijadikan teladan dalam menjalani perkulihan dan

panggilan mahasiswa untuk menjadi guru agama Katolik. Maka dari itu agar

pembinaan spiritualitas sungguh-sungguh membantu mahasiswa penulis

memberikan saran. Saran tersebut yakni bagi prodi IPPAK, bagi pembinaan

spiritualitas dan bagi mahasiswa sendiri.

1. Bagi Prodi IPPAK

Pembinaan spiritualitas merupakan terjemahan dari visi dan misi Prodi

IPPAK. Terjemahan tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh mahasiswa. Maka

dari itu, Prodi IPPAK perlu mensosialisasikan kembali visi dan misinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

sehubungan dengan keterkaitan atau keterhubungannya dengan pembinaan

spiritualitas. Tujuannya adalah agar mahasiswa memahami keterhubungan

tersebut sehingga mahasiswa tidak memandang pembinaan spiritualitas sebagai

mata kauliah pada umumnya.

2. Bagi Pembinaan Spiritualitas

Saran yang penulis usulkan bagi pelaksanaan pembinaan spiritualitas

mencakup materi, sarana dan metode, dan pendamping.

a. Materi Pembinaan Spiritualitas

Materi pembinaan spiritualitas yang penulis sarankan ini berdasarkan apa

yang menjadi harapan mahasiswa. Materi-materi tersebut meliputi hidup guru

agama Katolik, kehidupan orang-orang cacat, kisah hidup santo santa dan nabi,

katekese kontekstual, salib Kristus, spiritualitas guru, pengembangan spiritualitas,

Yesus Kristus, pengolahan tubuh, kepribadian, dan hidup persaudaraan.

b. Sarana dan Metode Pembinaan Spiritualitas

Sarana Pembinaan spiritualitas yang penulis sarankan mencakup Audio

Visual, novel, dan cergam. Salah satu novel yang dapat digunakan sebagai acuan

dalam bagian dari meteri pembinaan spiritualitas adalah novel “The Fifth

Mountain” karangan Paulo Coelho. Karena dengan adanya novel tersebut, tokoh

nabi Elia dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi mahasiswa dalam

menanggapi panggilannya sebagai guru agama Katolik. Metode yang penulis


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

sarankan adalah sharing dan refleksi, informasi dan ceramah, permainan, diskusi

dan bernyanyi.

c. Pendamping Pembinaan Spiritualitas

Pendamping pembinaan spiritualitas yang penulis sarankan adalah

pendamping yang motivator, dekat dengan mahasiswa, kreatif, gaul, berpradnya

dan widya, memiliki spiritualitas pelayanan dan mau direpotkan dan pendamping

yang sesuai dengan materi.

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa Prodi IPPAK memahami pembinaan spiritualitas bukan hanya

sekedar sebagai mata kuliah semata, tetapi sebagai salah satu bentuk

pengembangan dalam menyadari dan memantapkan panggilan sebagai guru

agama Katolik. Selain itu juga mahasiswa jangan memandang materi pembinaan

spiritualitas hanya sebagai teori tetapi mahasiswa sendiri perlu ada aktualisasi

materi dalam kehidupan sehari-hari.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

DAFTAR PUSTAKA

Alma, H.B. (2008). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.


Barry, William A. (2000). Menemukan Allah dalam Segala Sesuatu. Yogyakarta:
Kanisius.
Bimas Katolik Jatim. http://www.bimaskatolikjatim.com/news2.php?op=129/.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011.
Campbell, Alastair. (1994). Profesionalisme dan Pendampingan Pastoral.
Yogyakarta: Kanisus.
Coelho, Paulo. (2011). The Fifth Mountain. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darminta, J, SJ. (2006). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.
Djamarah, S.B. (2000). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis (SCP): Suatu Model
Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta:
Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).
, 1998. Educating for Life : A Spiritual Vision for Every Teacher and
Parent. Allen Texas: Thomas More.
Hamalik O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Heryatno Wono Wulung, FX, SJ. (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama
Katolik Di Sekolah. Buku Ajar Mahasiswa Mata Kuliah Pendidikan Agama
Sekolah, Untuk Mahasiswa Semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Hofmann, Ruedi, SJ. (1994). Naratif Eksperiensial. Komisi Kateketik KWI.
Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (2012). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Kuntjara Rahardi. (1998). Profesionalisme Guru Perlu Segera Dimantapkan.
Manek, Gabriel. (1962). Kepanggilan. Ende, Flores: Arnoldus.
Mangunharjana, A.M. (1986). Pendamping Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.
Noviana Tri Lestari. Profesional Guru dan Tantangan Sebagai Profesi.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/21/profesional-guru-dan-tantangan-
sebagai-profesi-472203.html. Diakses pada tanggal 21 Juni 2012.
Quoist, Michael, Pr., (1997). Allah Menanti Aku. Jakarta: Obor
Rindi Antika Sari. Jabatan Profesional dan Tantangan Guru dalam Pembelajaran.
http://dzestrindi.wordpress.com/2013/04/10/jabatan-profesional-dan-
tantangan-guru-dalam-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 10 April 2013.
Riduwan, M.B.A. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Samana, M.Pd., A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Setyakarjana, JS. SJ., (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Puskat.
Sidjabat B.S., Ed., (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Kalam Hidup.
Sumadi, Suryasubrata, (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

Sumarno, Ds., M. (2012). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama


Katolik Paroki. Diktat mata kuliah Program Pengalaman Lapangan
Pendidikan Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Telaumbanua, Marinus, OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Thoifuri, M.Ag. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Kudus: Rasail Media Group.
Wikipedia. Paulo Coelho. http://id.wikipedia.org/wiki/Paulo_Coelho. Diakses
pada tanggal 10 Desember 2013.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran

NABI ELIA

Dikisahkan Raja Ahab, atas permintaan Izebel istrinya, memerintahkan rakyat


Israel untuk mengganti kepercayaan dari menyembah Allah dengan kepercayaan
dari negeri Fenesia, negeri asal istrinya yang menyembah Baal.Sementara seorang
pemuda yang bernama Elia yang bekerja sebagai tukang kayu tiba-tiba
mendapatkan wahyu dari malaikat Allah. Wahyu yang didapat memerintahkan
Elia untuk menghadap raja Ahab dan memberinya peringatan, bahwa jika bangsa
Israel tidak kembali menyembah Allah maka negeri itu akan dilanda kekeringan
yang panjang.Usai menyampaikan peringatan itu, Izebel memerintahkan
membunuh seluruh nabi-nabi Israel yang masih menyembah Allah. Namun Elia
yang menjadi target utama berhasil lolos ke luar kota atas petunjuk malaikat
Allah, Elia menuju kota kecil yang bernama Akbar, yang penduduknya juga
menyembah Baal.
Di kota Akbar Elia juga menunggu hingga saat dia diperintahkan kembali
ke Israel,di kota inilah Elia berhadapan dengan peristiwa-peristiwa yang menguji
keyakinan akan Tuhan. Penduduk Akbar tahu bahwa Elia adalah nabi Israel yang
dicari-cari oleh Izebel, tapi mereka membiarkannya menumpang di rumah seorang
janda beranak satu selama Elia tidak menimbulkan kekacauan. Jika Elia
mengacau, maka kepalanya akan dijual kepada Izebel. Hingga satu saat Elia
dianugerahi satu mukjizat yang mencengangkan, penduduk Akbar pun mulai
menghormatinya bahkan akhirnya dipercaya menjadi penasehat gubernur.
Akhirnya Elia menetap sementara di kota Akbar, sambil menunggu perintah
Tuhan untuk membawanya kembali ke Israel dan menyelamatkan bangsanya dari
penyembahan berhala di bawah kekuasaan Raja Ahab. Setelah bertahun-tahun
lamanya Elia bertahan dikota Akbar, Elia dihadapkan dengan peperangan yang
akan terjadi dikota akbar, kota yang begitu indah dan damai. Disiniah Elia
dihadapakan dengan pilihan yang begitu sulit, dimana Elia harus bisa membuat
kota Akbar tidak mendapat serangan dari para prajurit suruhan Raja Ahab.
Penduduk yang mulai tidak suka dengan keberadaan Elia, menganggap Elia
sebagai biang masalah yang terjadi dikota Akbar. Dimulai dari meninggalnya
anak dari janda yang ditinggali dan kota Akbar yang akan diserang oleh prajurit
Raja Ahab. Ditengah kejadian itu, penduduk meminta Gubernur menghukum Elia
untuk dihukum mati.
Akhirnya Elia dengan keberaniannya menemui semua penduduk kota Akbar
untuk siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi dikota Akbar dengan meminta
pertolongan kepada Allah agar diberi petunjuk. Setelah lama berdiam menunggu,
Elia mendapat suara malaikat Allah yang datang kepadanya agar Elia kembali

(1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kerumah janda tersebut untuk membangkitkan kembali anak janda itu dengan
menyebut nama Allah. Apa yang didapat dari malaikat Allah, Elia lakukan
bertujuan agar kota Akbar tetap memuliakan nama Allah.

Sumber :
Novel Paulo Coelho Gunung Kelima (The Fifth Mountain)

(2)

Anda mungkin juga menyukai