Dosen Pengampu:
Dr. Susanto, M.A.
Oleh:
M. Makbul Akbar (182520050)
2019
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Adang Rukhiyat, Paradigma Baru Hubungan Guru dengan Murid, (Jakarta: Uhamka
Press, 2003), hlm. 13
1
Era disrupsi memberikan peluang bagi kita untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun. Informasi yang telah disediakan, sistem
yang sangat mendukung transfer informasi itu tidak membuat suatu sekat
antara pembuat informasi dengan penerima informasi. Sebagian
masyarakat sudah mulai familiar dengan datangnya zaman yang
menuntut serba cepat ini. Akan tetapi informasi yang akan kita dapatkan
sangat berbanding lurus dengan perangkat yang kita miliki. Semakin
canggih dan lengkapnya perangkat yang kita miliki, semakin lengkap
pula informasi yang akan kita dapatkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
1. Menjelaskan pengertian disruption.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Disruption
2
Rhenald Kasali, Disruption (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017), hlm.147
3
https://lektur.id/arti-disruption/ diakses pada tanggal 20 Desember 2019
4
https://www.kbbi.web.id/disrupsi diakses pada tanggal 20 Desember 2019
5
Francis Fukuyama, The Great Disruption, terjemahan Masri Maris, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005). hlm. 4
4
menjadi start-up. Kata ini bergerser dari istilah yang dikenal setelah
perang dunia, yaitu “destruction” yang diperkenalkan Schumpeter.
6
Rhenald Kasali, Disruption (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017), hlm.149-150
7
Rhenald Kasali, Disruption, hlm. 8
5
teknologi lama yang serba fisik dengan teknologi digital yang
menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, efisien, dan lebih
bermanfaat.
8
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991)
hlm. 26
6
C. Sebab-Sebab Disruption
Perlu kita sadari bahwa dunia telah berubah dari segala sisi,
7
melalui smartphone. Para aparat itu dituntut untuk berubah dan
keluar dari perilaku "menjaga warung" menjadi perilaku proaktif.
Keluar dari tradisi yang membelenggu. Hidup dalam corporate
mindset.
Kelima, bukan cuma teknologi yang tumbuh, tetapi juga cara
mengeksplorasi kemenangan. Manusia-manusia baru
mengembang- kan model bisnis yang amat disruptive yang
mengakibatkan barang dan jasa lebih terjangkau (affordable),
lebih mudah terakses (accessible), lebih sederhana, dan lebih
merakyat. Mereka memperkenalkan sharing economy, on
demand economy, dan segala hal yang lebih real time.
Dan keenam, teknologi sudah memasuki gelombang ketiga:
Internet of Things. Hal ini berarti media sosial dan komersial
sudah memasuki titik puncaknya. Dunia kini memasuki
gelombang smart device yang mendorong kita semua hidup dalam
karya-karya yang kolaboratif. Telemedika dan wearable, juga
smart home, smart city, dan smart shopping, adalah realitas baru
yang harus kita hadapi. Hal ini menciptakan peluang sekaligus
menjadi ancaman bagi usaha kita.
9
Rhenald Kasali, Disruption (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017), hlm. 19-21
8
D. Tantangan Pendidikan di Era Disrupsi
10
Citra Amalia Abdul Gani, https://radarcirebon.com/disrupsi-pendidikan.html diakses
pada tanggal 20 Desember 2019
9
Mereka lebih mengutamakan kebebasan dan kebahagiaan
ketimbang aturan-aturan yang membelenggu. Mereka
lebih mengutamakan kebebasan dan kebahagiaan
ketimbang aturan-aturan yang membelenggu.11
2. Disrupsi Teknologi
11
Rhenald Kasali, Disruption (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017), hlm. 467
10
merupakan komunitas pengguna interaktif antara siswa,
pengajar, dan asisten. MOOCs merupakan perkembangan dan
pembaruan dari pembelajaran jarak jauh12 (distance education)
yang diawali sejak 2008 dan makin populer sejak 2012.13
3. Disrupsi Kompetensi
12
Seperti yang selama ini diterapkan oleh Universitas Terbuka dan telah menjangkau
banyak mahasiswa di seantero Nusantara
13
Mayling Oey DKK, Era Disrupsi : Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi
Indonesia (Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2017) hlm. 105-106
14
Mayling Oey DKK, Era Disrupsi, hlm. 118
11
Satu hal penting yang cukup menarik mengenai konsep
kepemimpinan untuk masyarakat milenial yakni kepemimpinan itu
merupakan suatu karakter dari seorang pemimpin yang mana salah
satunya seseorang pemimpin harus menjadi teladan bagi orang lain atau
bagi masyarakat yang dipimpinnya. Layaknya posisi seorang ibu dan
ayah bagi anak dalam lingkungan keluarga, maka seorang pemimpin juga
seolah menjadi orang tua bagi masyarakat yang dipimpinnya, masyarakat
milenial tersebut pada akhirnya akan mencontoh apa yang dilakukan oleh
pemimpin.
12
3. Berani mengambil resiko
13
gagal, karena seharusnya pemimpin mampu memunculkan inovasi-
inovasi dalam setiap gagasannya, memunculkan hal- hal baru dengan
gagasan-gagasan yang sepektakuler, beda dengan yang lainnya.
pemimpin bukan mereka yang hanya menerima mandat lalu menjalankan
tugas.
Pemimpin Biasa
1. Pemimpin dipilih dan diidentifikasi berdasarkan pengalaman,
senioritas, dan performa kerja.
14
2. Pemimpin harus memulai dari bawah dan perlahan-lahan menuju
ke atas seperti menaiki tangga.
3. Pemimpin diharapkan tahu apa yang akan dia lakukan dan
membawa penilaian serta pengalamannya dalam menghadapi
tantangan bisnis.
4. Pemimpin dinilai dan dibentuk dari perilaku dan gaya
kepemimpinan.
5. Pemimpin memimpin organisasi dan fungsi.
Pemimpin Digital,
1. Pemimpin dipilih dan diidentifikasi berdasarkan agility,
kreativitas, dan kemampuan untuk menjembatani beberapa tim
yang ada dalam organisasi.
2. Bisa menjadi pemimpin sejak dini dan mengembangkan jiwa
kepemimpinan mereka sambil jalan.
3. Pemimpin diharapkan berinovasi, kolaborasi, dan menggunakan
metode ‘client teams’, crowdsourcing, ataupun hackathon untuk
menemukan solusi yang benar-benar baru.
4. Pemimpin dinilai dan dibentuk oleh pola pikir, dan kemampuan
dalam memecahkan masalah.
5. Pemimpin memimpin sebuah tim, proyek, dan hubungan antar
tim.16
16
https://inixindojogja.co.id/survival-of-the-most-digital-leadership/ diakses pada 20
Desember 2019
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17