Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata etika keisten Semester
Genap Tahun Pelajaran 2017/2018, yang merupakan hasil dari penulis. Dengan
judul “Penyimpangan Seksual Gay”.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Heldy Rogahang selaku dosen Etika Agama yang telah membimbing kami untuk
membuat makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan melalui apapun kepada Penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis selaku penulis makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dimapun dan kapanpun.
Akhirnya, penulis meminta maaf jika dalam penulisan ini, ada salah kata ataupun sesuatu
yang tidak berkenan dihati pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis tunggu
agar dapat menjadi pelajaran bagi penulis di kemudian hari.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ 1
Daftar Isi................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A. Pengertian Gay............................................................................................... 5
a. Sejarah Gay............................................................................................... 5
b. Jenis-Jenis Gay ..........................................................................................6
B. Dampak Gay..................................................................................................7
a. Dampak Kesehatan.....................................................................................7
b. Dampak Social...........................................................................................7
c. Dampak Pendidikan...................................................................................7
d. Dampak Keamanan...................................................................................7
C. Hukum Gay di Indonesia...............................................................................8
D. Cara Menyikapi Pelaku Gay..........................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
a. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Di zaman sekarang, fenomena gay semakin ramai diperbincangkan. Hal tersebut


disebabkan banyaknya pemberitaan gay itu sendiri. Kemudian diangkatnya wacana atau sosok
Gay dalam media popular. Sehingga masyarakat semakin familiar. Sehingga Gay sekarang
menjadi trending topic di kalangan semua usia. Gay tidak mengenal batasan usia, jenis
kelamin, status sosial maupun pekerjaan bahkan agama.
Tak jarang mucul olokan yang ditujukan pada anggota gay. Hal-hal seperti ini,
opini pribadi akan ketidaksukaan pada gay akan muncul, kemudian bergulir menjadi opini
publik melahirkan pandangan gay itu mengganggu dan membahayakan apalagi jika ia dalam
lingkungan pelajar. Dengan anggapan utama gay dapat menular, serta dengan sengaja
menularkan. Artinya, masih ada mispersepsi publik terhadap persoalan gay.
Masih adanya pandangan buruk masyarakat membuat seorang gay mesti sedikit mlipir
alias menyingkir atau menepi. Mereka kemudian tidak bebas memilih kawan, juga tidak leluasa
berekspresi sebagai bagian masyarakat. Akibatnya seorang gay ini harus berhati-hati jika ingin
berekspresi. Bahkan dalam mencari teman cerita, tidak sembarang orang dapat dijadikan
tempat curhat yang baik. Maka dicarilah solusi paling baik menurut mereka, bahwa mereka
harus mencari dan mendapatkan teman sesama gay.
Kelompok gay telah berdiri dan memiliki anggota. Anggotanya pun tersebar di berbagai
lingkungan. Lantas dimana mereka bertemu? Untuk mengatur pertemuan, apalagi membuat
pertemuan di dalam kampus, masih menjadi tantangan bagi mereka. Mereka ragu dan mungkin
sedikit takut untuk langsung terbuka. Sarana alternatif yang dianggap baik adalah melalui
media jejaring sosial alias internet. Komunitas gay pasti memiliki grup, khusus anggotanya di
situs Facebook yang tidak semua orang gampang temukan. Tidak semua anggota merasa dapat
dengan cepat mengakses informasi tentang gay. Maka dibutuhkan alternatif lain agar informasi
sampai lebih cepat. Aplikasi chatting atau obrolan digital bernama ”Line Mesengger”
kemudian dipilih sebagai ruang interaksi dan komunikasi. Dunia maya dianggap
mampu menghadirkan sedikit rasa aman bagi mereka berkomunikasi. Komunitas gay
kini hadir dengan bentuk samar-samar, tersembunyi apik dalam jejaring sosial,
pertemuan terbatas dan jauh dari tempat-tempat ramai.

3
II. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud Gay?


b. Apakah dampak Gay?
c. Bagaimana hukum Gay di Indonesia ?
d. Bagaimana cara menyikapi pelaku Gay?

III. Tujuan

a. Agar mahasiswa dapat memahami Gay


b. Agar mahasiswa dapat mengerti pengaruh Gay
c. Agar mahasiswa dapat mengatasi pelaku Gay

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian GAY

Istilah gay digunakan secara umum untuk menggambarkan seorang pria yang tertarik secara
seksual dengan pria lain dan menunjukkan komunitas yang berkembang diantara orang-orang
yang memiliki orientasi seksual yang sama. Caroll (2005) mengatakan bahwa orientasi seksual
merupakan ketertarikan seseorang pada jenis kelamin tertentu secara emosional, fisik, seksual
dan cinta.
Caroll kemudian menambahkan bahwa teori-teori yang berhubungan dengan orientasi seksual
dapat dibagi dalam dua tipe yang dasar : yaitu essential dan constructionist. Pada paham
esentialisme menekankan bahwa homoseksual secara pembawaan berbeda dengan
heteroseksual, hasil dari faktor biologis dan proses perkembangan. Teori essential mula-mula
mengimplikasikan bahwa homoseksualitas merupakan sebuah abnormalitas dalam
perkembangan., yang memberikan kontribusi bahwa homoseksual ini adalah suatu penyakit.
Sedangkan paham constructionist sebaliknya menekankan bahwa homoseksulitas merupakan
suatu peran sosial yang telah berkembang secara berbeda dalam kebudayaan yang berbeda dan
waktu yang berbeda juga dan untuk ini dapat dikatakan bahwa homoseksualitas secara
pembawaan, tidak berbeda dengan heteroseksualitas.

a. Sejarah Gay
Pada akhir abad ke-20, istilah "gay" telah direkomendasikan oleh kelompok-kelompok
besar LGBT dan paduan gaya penulisan untuk menggambarkan orang-orang yang tertarik
dengan orang lain yang berkelamin sama dengannya.[2][3] Pada waktu yang hampir
bersamaan, penggunaan menurut istilah barunya dan penggunaannya
secara peyoratif menjadi umum pada beberapa bagian dunia. DiAnglosfer, konotasi ini
digunakan kaum muda untuk menyebut "sampah" atau "bodoh" (misalnya pada kalimat: "Hal
tersebut sangat gay"). Dalam konteks ini, kata gay tidak memiliki arti "homoseksual"
sehingga bisa digunakan untuk merujuk benda tak bergerak atau konsepsi abstrak yang tidak
disukai. Dalam konteks yang sama, kata "gay" juga digunakan untuk merujuk kelemahan atau
ketidakjantanan. Namun, saat digunakan dalam konteks ini, apakah istilah gay masih
memiliki konotasi terhadap homoseksualitas, masih diperdebatkan dan dikritik dengan kasar.
Kata gay sampai di Inggris pada abad ke-12 M dari bahasa Perancis kuno gai, yang
5
dipastikan berasal dari sumber Jerman.[1] Hampir sepanjang keberadaannya dalam bahasa
Inggris, katagay diartikan sebagai "gembira", "bebas/ tidak terikat", "cerah dan menyolok".
Kata gay sangat umum digunakan menurut pengertian di atas dalam berbagai percakapan dan
literatur. Misalnya, masa optimisme pada tahun 1980an masih sering dijuluki sebagai Gay
Nineties. Judul balet Perancis tahun 1938, Gaîté Parisienne (Parisian Gaiety atau "Keriangan
penduduk Paris"), yang menjadi film Warner Bros. tahun 1941 dengan judul The Gay
Parisian,[7] juga mengilustrasikan konotasi tersebut. Barulah pada abad ke-20, kata tersebut
mulai digunakan secara spesifik untuk pengertian "homoseksual", meskipun sebelumnya
sudah memiliki konotasi seksual.[1]
Kata benda abstrak gaiety secara umum masih bebas dari konotasi seksual, dan dulunya
pernah digunakan untuk nama-nama berbagai tempat hiburan; misalnya W.B. Yeats
mendengar Oscar Wilde berceramah di Gaiety Theatre di Dublin.

b. Jenis-Jenis Gay
Bell dan Weinberg (dalam Masters, 1992) mengelompokkan homoseksual ke dalam 5
kelompok, yaitu:
a. Close-couple
Homoseksual yang hidup dengan pasangannya, dan melakukan aktifitas yang hampir sama
dengan pernikahan yang dilakukan oleh kaum heteroseksual. Homoseksual jenis ini memiliki
masalah yang lebih sedikit, pasangan seksual yang lebih sedikit, dan frekuensi yang lebih
rendah dalam mencari pasangan seks dibandingkan jenis homoseksual yang lain.
b. Open-couple
Homoseksual jenis ini memiliki pasangan dan tinggal bersama, tetapi memiliki pasangan
seksual yang banyak, dan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mencari pasangan
seks. Homoseksual ini memiliki permasalahan seksual yang lebih banyak dibandingkan close-
couple homoseksual.
c. Functional
Homoseksual jenis ini tidak memiliki pasangan, dan memiliki pasangan seks yang banyak,
tetapi dengan sedikit masalah seksualitas. Individu homoseksual ini kebanyakan individu
muda, yang belum menerima orientasi seksualnya, dan memiliki ketertarikan yang tinggi
terhadap seksualitas.
d. Dysfunctional
Tidak memiliki pasangan menetap, memiliki jumlah pasangan seksual yang banyak, dan
jumlah permasalahan seksual yang banyak.
6
e. Asexual
Ketertarikan terhadap aktifitas seksual rendah pada kelompok ini, dan cenderung untuk
menutup-nutupi orientasi seksualnya.

B. Dampak Gay
Berikut berbagai dampak perilaku LGBT:
 Dampak kesehatan
Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika korban AIDS dari
golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki yang menikah dan
normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45 tahun sedangkan rata-rata
wanita yang bersuami dan normal 79 tahun (Fields, DR. E. “Is Homosexual Activity Normal?”
Marietta, GA).

 Dampak social
43% dari golongan kaum gay yang berhasil diteliti dan didata menyatakan bahwa, selama
hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500 org. 28% melakukannya
dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya tersebut
berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya merupakan
pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja (Bell, A. and Weinberg,
M.Homosexualities: a Study of Diversity Among Men and Women. New York: Simon &
Schuster, 1978).

 Dampak Pendidikan
28% dari siswa atau siswi yang menganggap dirinya sebagai homo dipaksa meninggalkan
sekolah dan potensi putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa normal karena mereka
merasakan ketidakamanan. (National Gay and Lesbian Task Force, “Anti-Gay/Lesbian
Victimization,” New York, 1984).

 Dampak Keamanan
33% pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat dilakukan oleh kaum homoseksual,
padahal populasi mereka hanyalah 2% dari total penduduk Amerika. Hal ini berarti, 1 dari 20
kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490 kasus
perzinaan, 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-anak (Psychological Report,
1986, 58 pp. 327-337).
7
C. Hukum Gay di Indonesia

Sejauh ini hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas.


Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual
non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju. Hal ini berarti, Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap perbuatan homoseksual sebagai suatu
tindakan criminal, selama tidak melanggar hukum-hukum lain yang lebih spesifik, antara lain
hukum yang mengatur mengenai perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran, dan
kejahatan pemerkosaan.
Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal, selama hanya
dilakukan oleh orang dewasa (tidak melibatkan anak-anak atau remaja di bawah umur), secara
pribadi (rahasia/tertutup, tidak dilakukan di tempat terbuka/umum, bukan pornografi yang
direkam dan disebarluaskan), non-komersial (bukan pelacuran), dan atas dasar suka sama suka
(bukan pemaksaan atau pemerkosaan).
Sebuah RUU nasional untuk mengkriminalisasi homoseksualitas, beserta dengan hidup
bersama di luar ikatan pernikahan (kumpul kebo), perzinahan dan praktik sihir, gagal disahkan
pada tahun 2003 dan tidak ada undang-undang berikutnya yang diajukan kembali.
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia memberi Aceh hak untuk memberlakukan
hukum Syariah pada tingkat daerah/provinsi. Maka berdasarkan hukum syariah,
homoseksualitas dianggap sebagai suatu kejahatan atau tindakan kriminal. Walaupun pada
awalnya hukum syariah hanya berlaku bagi orang Muslim, pada perkembangannya juga
berlaku kepada semua pihak di Aceh. KotaPalembang juga ikut menerapkan hukuman penjara
dan denda terhadap tindakan hubungan seksual homoseksual.
Di bawah hukum syariah, homoseksualitas didefinisikan sebagai tindakan 'prostitusi
yang melanggar norma-norma kesusilaan umum, agama, dan norma hukum dan aturan sosial
yang berlaku. Berikut tindakannya didefinisikan sebagai tindakan prostitusi :
· Seks homoseksual
· Lesbian
· Sodomi
· Pelecehan seksual
· Tindakan pornografi lainnya.
Di Jakarta, lesbian, gay secara hukum diberi label sebagai ”Cacat”atau cacat mental
dan karenanya tidak dilindungi oleh hukum. Sementara Indonesia telah memungkinkan
hubungan seksual pribadi dan konsensus antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama sejak
8
tahun 1993, memiliki usia yang lebih tinggi dari persetujuan untuk hubungan sesama jenis dari
hubungan heteroseksual (17 untuk heteroseksual dan 18 untuk homoseksual).
Konstitusi tidak secara eksplisit membahas orientasi seksual atau identitas gender. Itu
menjamin semua warga dalam berbagai hak hukum, termasuk persamaan di depan hukum,
kesempatan yang sama, perlakuan yang manusiawi di tempat kerja, kebebasan beragama,
kebebasan berpendapat, berkumpul secara damai, dan berserikat. Hak tersebut semua jelas
dibatasi oleh undang-undang yang dirancang untuk melindungi ketertiban umum dan moralitas
agama.

D. Cara Menyikapi Pelaku Gay


- Berhenti mencaci maki dan sumpah serapah terhadap Gay
- Ganti menyebar sumpah serapah dengan menyebarkan fakta-fakta mengenai bahaya Gay
- Jika ada keluarga sendiri yang terkena Gay, cari tahulah apa alasannya melakukan Gay,
jangan malah dikucilkan.
- Bukalah diri untuk menjadi penyembuh, bukan penyebar kebencian.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Gay merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama, karena
perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban
manusia untuk melawan segala jenis opini atas nama HAM yang membela kaum GAY, akan
tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju kerusakan yang lebih parah.
b. Perbuatan homoseksual itu terjadi semenjak dahulu kala hingga sekarang ini . Perbuatan
ini banyak berlaku di masyarakat di Negara barat dengan peruntukan undang-undang yang
melindungi mereka. Atas nama hak kebebasan manusia.
c. Perilaku Gay mempunyai banyak dampak negative dalam kehidupan. Perilaku ini dapat
diatasi dengan terapi. Yang paling utama dalam terapi ini adalah dengan adanya motivasi yang
kuat yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

10
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Gay
https://sketsanews.com/dampak-buruk-lgbt/
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-gay-jenis-tipe-hubungan.html

11

Anda mungkin juga menyukai