Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH CHARACTER BUILDING

KEHIDUPAN, GAYA HIDUP HEDONISME ORANG MUDA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH: 1. 2. 3. 4. 5. DANIEL ARIESTA(12125217) WIDODO (12125872) SUTARNO(12125963) ZULKIFLI(12125938) DEDEN SAPUTRA(12127019)

Jurusan Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Pontianak 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Character Building ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada .....??? selaku Dosen mata kuliah Character Building yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai KEHIDUPAN, GAYA HIDUP HEDONISME ORANG MUDA DI INDONESIA.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Pontianak, April 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Pengertian Hedonisme ................................................................ 3 Hedonisme dikalangan Remaja .................................................. 4 Akar Masalah dan Penyebab dari Hedonisme ............................ 5 Akibat Hedonisme ...................................................................... 7 Penyelesaian Masalah Hedonisme .............................................. 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11 3.1 Saran ................................................................................................ 11 3.2 Kesimpulan ...................................................................................... 11

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hedonisme telah erat melekat dalam hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak. Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML ( making love-bercinta ) atas dasar senangsenang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam jiwa jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perilaku hedon. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah

tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda. Dan ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam bersosialisasi. Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka. Dan mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus apalagi mencicipinya. Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan, mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, kami merumuskann masalah yang dibahas sebagai berikut: 1. Apakah hedonisme? 2. Apa akar masalah dan penyebab dari hedonisme? 3. Apa akibat dari hedonisme? 4. Bagaimana cara penyelesaian masalah hedonisme? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian Hedonisme 2. Mengetahui akar dan sebab masalah dari hedonisme 3. Mengetahui akibat dari hedonisme 4. Mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah hedonisme

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hedonisme Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati. Namun, pada waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.

Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3) bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang baik atau buruk. Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya. 2.2 Hedonisme dikalangan Remaja Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel remaja yang gaul dan funky baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyaihandphone, lalu baju serta dandanan yang selalu

mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus. Misalnya adanya ayam kampus ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky. Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh dengan kuliah, yang penting have fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex yang melanda kehidupan kaum muda sekarang.Sudah tentu, jika anggapan tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja, pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat -istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang sakral. Kemudian contoh kasus lain lagi, yaitu praktik jual beli nilai di kampus yang sekarang sedang merebak. Jika dilihat lebih jauh, ternyata itu juga dampak dari gaya hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas instan. Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang. Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa kita harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya sama. Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibitbibit penyanyi berbakat. Acara ini sangant diminati terutama para remaja. Bila dilihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang

kontradiksi, disatu sisi lain keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri Seribu satu masalah ini.

2.3 Akar Masalah dan Penyebab dari Hedonisme 1. Kesombongan dan Egoisme kesombongan dan egoisme adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan kekayaan dan kedudukan yang dimilikinya untuk menunjukkan

keunggulannya atas orang lain. Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan kemewahan terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka mengira bahwa cara menunjukkan kelebihan atas orang lain adalah dengan cara bersaing seperti ini. Orang yang hedonis memandang rendah kepada orang lain. Pandangan ini sudah barang tentu akan menyebabkan timbul jurang yang dalam antara mereka dengan orang lain. Dalam mengumpul harta dan barang-barang mewah mereka akan dikuasai oleh sifat ketamakan, dan orang seperti ini tidak akan bersedia memberikan harta mereka kepada orang lain

2. Kepribadian Tidak Sempurna Kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan spiritual. Pada sebagian kasus, kita menyaksikan orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan

barang-barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal. Faktor penting lainnya adalah, pandangan materialis dan cinta dunia. Hal inilah yang pernah disinggung oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadisnya. Beliau bersabda, Menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan dan kesalahan. Orang yang tidak beriman kepada alam akhirat dan tidak memperdulikan nilai-nilai moral seperti kesederhanaan, kedermawanan dan persahabatan, tidak akan memikirkan nasib orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup. 3. Faktor Budaya dan Lingkungan Masyarakat Faktor lain yang menjadi penyebab kecenderungan kepada kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan akan menguasai seluruh anggota masyarakat. Dalam hal ini, kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada gaya kehidupan ini. 4. Media massa Di era kontemporer ini iklan yang terdapat di berbagai sarana media ikut membantu menciptakan budaya hedonisme. Media-media ini dalam banyak kasus mengiklankan produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan. Iklan-iklan ini pula meninggalkan berbagai dampak psikologis terhadap para para penganut paham hedonisme. 2.4 Akibat Hedonisme Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama, lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar miskin dan kaya berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan dan hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini berkata: Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme, sejauh itulah mereka akan mendekati batas kehancuran. Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan negara. Sejauh mana

hedonisme mewabah, sejauh itu pulalah kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat. Di pihak lain, membuang-buang harta untuk membeli barang-barang mahal yang hanya dimaksudkan untuk berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret sebuah negara kepada pihak asing. Hal inilah yang terjadi saat ini dunia. Banyak negara dunia yang bergantung kepada Barat yang setiap waktu memasarkan produk-produk baru untuk dikonsumsi. Meskipun pekerjaan, usaha dan jerih payah untuk mencari harta, dapat mengantarkan seseorang dan masyarakatnya kepada kemajuan dan hal ini didukung oleh agama Islam, namun jangan sampai hal itu menjerumuskan kita ke lembah hedonisme dan kemewahan. Dampak-dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan Hedonisme: 1. Matrealistis Merupakan bagian dari hedonisme, yang dimana mereka merasa tidak puas dengan apa yang sudah di milikinya. Dan selalu iri jika melihat orang lain. Pemalas Malas merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu menyia-nyiakan waktu. Manusia yang tidk menghargai waktu. Pergaulan bebasPengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu selalu berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas Konsumtif Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan. Kriminalitas Dalam paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena orang yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan akibatnya. Egois Hedonisme cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa memperdulikan orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai. Berfoya-foya Dalam menggunakan uang, untuk membeli sesuatu barang yang tidak penting. Merasa sok kaya

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Meyembunyikan jati dirinya, sebenarnya dia miskin tetapi karena gengsi mengaku orang kaya. 9. Merasa sok gaul Supaya dianggap ada oleh suatu kelompok tertentu, hanya untuk mencari perhatian orang lain. 10. Ingin terlihat fashionableMengikuti gaya orang lain, karena ingin diperhatikan orang lain. 11. Narsis yang berlebihan Karena ingin mencari perhatian orang sehingga menjadi narsis. 12. Lebih mementingkan gaya daripada otak Tidak cerdas dalam bergaul, hanya memamerkan gaya di bandingkan otak. 13. Diskriminasi Sikap membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi atau berbeda kelas serta golongan dari orang lain. 14. Kreatifitas rendah Tidak mempunyai kreatifitas berfikir kedepan. 15. Tidak berfikir jauh kedepan Hanya mementingkan hal-hal yang bersifat masa lalu.

10

2.5 Penyelesaian Masalah Hedonisme Dari akar permasalahan mengenai Diantaranya sebagai berikut : 1. Bersikap terbuka terhadap orang lain. Peka dengan keadaaan sekitarnya terutama mengenai persamalahan yang berhubungan dengan orang lain. 2. Berhemat, membuat anggran pengeluaran untuk membeli kebutuhan yang memang di perlukan, tidak menghamburhamburkan uang untuk membeli barang yang sekiranya tidak diperlukan. 3. Memotivasi diri tinggi, belajar menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu. 4. Taat beribadah, mempertebal keimanan dengan cara rajin beribadah, pandai bergaul dan memilih teman. 5. Selektif dalam memilih bergaul. 6. Menabung dan menagarial keungan sesuai dengan kebutuhan. 7. Mentaati hukum-hukum negara dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 8. Lebih menghargai orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. 9. Berani dalam mengambil risiko. Tidak membeda-bedakan masalah-masalah yang di hadapi. 10. Mentaati hukum agama dan negara disertai dengan mempertebal keimanan. 11. Lebih mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Dan tidak didasarkan atas kesenangan semata. 12. Lebih tertib dn mentaati aturan-aturan yang berlaku. 13. Bersikap lebih rendah hati, dan dermawan dengan menyisihkan sebagian harta. 14. Mampu memahami tentang arti dari modern, jangan terlalu memaksakan diri mengikuti trend yang sedang marak. 15. Menyeleksi kebutuhan, jangan terlalu berambisi untuk menjadi orang yang lebih fashionable, supaya ingin di perhatikan oleh orang lain. 16. Menyadari ada orang yang lebih baik dari kita. Jangan merasa diri lebih sempurna. 17. Menjadi manusia yang lebih produktif. 18. Menghargai karya orang lain dengan tidak meniru atau menjiplak tanpa seijin orangnya. 19. Mampu mengahargai perbedaan. 20. Terus berinovasi, menciptakan hal-hal yang baru. 21. Memikirkan resiko yang akan terjadi sebelumnya, dengan melakukan penuh pertimbangan.

11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.Yang penting senang,senang dan senang.Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga dapat menimbulkan kemiskinan karena terlalu menghamburkan materii demi kesenangan semata. Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas. Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi, begitu pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada pengalamanpengalaman tertentu. Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika kita hanya mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan. 3.2 Saran Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan sesaat, harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain. Untuk para orang tua hendaknya meningkatkan kontrol terhadap anak-anak. Tanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi mereka. Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri. Sedangkan bagi para remaja, berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan saja. Masa depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-foya.

Anda mungkin juga menyukai