Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI ERA DIGITAL

LATAR BELAKANG

Pendidikan Agama sangat penting bagi setiap generasi. Sehingga sejak pendidikan usia dini
hingga perguruan tinggi pendidikan agama selalu ada dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
Pendidikan Agama yang benar merupakan sarana terbaik untuk menanamkan tatacara hubungan
manusia dengan Sang Pencipta dan sesamanya . Sebagian masyarakat Indonesia memeluk Agama
Kristen. Pemerintah pun mengakui dan memberikan tempat bagi Pendidikan Agama Kristenmenjadi
salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah atau kampus-kampus.

Pada saat Pandemi Covid 19 mewabah di seluruh negeri . Pemerintah menggantikan semua
pendidikan tatap muka menjadi pendidikan jarak jauh secara online. Maka para guru mau tak mau harus
mengubah metode pembelajaran mereka. Begitu pula murid-murid harus secara cepat beradaptasi
dengan perangkat digital. Baik itu computer, laptop, hp, dan, tablet atau gadget. Awalnya mereka
merasa tidak nyaman. Tetapi sekarang mereka menjadi terbiasa, bahkan merasa lebih nyaman.

Internet dan Gadged atau perangkat digital lainnya memungkinkan seseorang bisa bereksplorasi
dengan berbagai hal. Mereka menggunakannya untuk mengakses pengetahuan, tontonan,
berkomunikasi, bermain game, mengabadikan peristiwa, membuat contain-contain, berbelanja,
bertransaksi, bekerja, bahkan untuk beribadah. Pengembangan aplikasi merebak seiring diproduksinya
ponsel pintar. Google, Youtube, Face book, Instagram, twitter, whatshap, dan masih banyak lagi
penyedia sarana digital lainnya. Saat ini pun TV analog akan segera ditinggalkan dan mulai dengan
digitalisasi. Kondisi ini menjadi tantangan baru bagi semua kalangan. Tidak terluput dalam dunia
pendidikan. Secara khusus kami akan membahasnya dari sudut pendidikan Agama.

TUJUAN

1. Menggali peran pendidikan agama Kristen sebagai pengendali pengaruh negative dari
digitalisasi
2. Memanfaatkan teknologi digital sebagai alat pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menarik
bagi siswa

PEMBAHASAN

Peran pendidikan agama sangat penting di tengah Era Digital. Karena dibalik kemajuan teknologi
digital ini menyimpan berbagai potensi dan dampak negative. yang bisa merugikan manusia.
Kemudahan segala kegiatan dengan berbagai aplikasi dan teknologi, justru menjadikan seseorang
semakin sedikit bergerak, aktivitas fisik makin berkurang, muncul kemalasan, dan dapat muncul pelbagai
penyakit, obesitas dan lainnya. Teknologi dapat bersifat adiktif (kecanduan). Muncul nomophobia yang
merupakan ketakutan bila peralatan digital seperti ponsel ketinggalan, selalu memeriksa ponsel,
bergantung pada charger, bahkan merasa ketakutan dan stress bila baterai lemah atau mungkin
sinyalnya tidak maksimal. Bahaya radiasi sinar ponsel, dan pengguna ponsel berlebihan di malam hari
akan mengganggu jam tidur, sehingga mengurangi waktu istirahat yang pada akhirnya menjadi
gangguan kesehatan.

Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan peran teknologi dengan
baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan. Pendidikan harus menjadi media utama untuk
memahami, menguasai, dan memperlakukan teknologi dengan baik dan benar. Anak-anak dan remaja
harus diberi pengetahuan dengan era digital ini baik manfaat maupun dampak negatifnya. Orang tua
juga harus memahami agar dapat mengontrol sikap anak-anaknya terhadap teknologi dan
menggunakannya dengan baik dan benar.

Dunia anak sangat memprihatinkan khususnya pada perubahan karakter dan mental. Sikap
anak-anak yang agresif dan kekerasan fisik sering disaksikan dalam pergaulan dengan sesamanya
merupakan fenomena yang saling berhubungan. Pemberitaan anak SD yang melakukan bullying dengan
unsur kekerasan fisik sering muncul di TV dan media online sebagai salah satu akibat dari game online
dengan unsur kekerasan. Akses terhadap pornografi dan pornoaksi membuat anak mengalami
perubahan mental dan mengkhawatirkan khususnya pada pergaulannya yang mengarah pada sex bebas.

Merosotnya nilai moral pada anak. Anak lebih tertarik pada handphone dari pada permainan
tradisional, dongeng, dan lagu-lagu anak-anak yang sarat dengan pendidikan. Keseringan dengan
gadgetnya anak bisa menjadi bersikap anti social dan kurang percaya diri, banyak mengurung diri asyik
bermain handphone. Akibatnya menjadi kurang memiliki kepekaan social, kepedulian, dan empati
kepada sesama. Karakter egoism dan keras kepala merasuki kepala anak karena terlalu berinteraksi
dengan game online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game favorit anak. Tanpa
disadari anak akan meniru aksi pada game dan menerapkannya pada dunia nyata saat bergaul dengan
teman dan keluarga.

Anak memerlukan pendampingan ekstra dari orang tua agar terhindar dari hal-hal yang
menyesatkan anak. Usia dini adalah usia meniru. Orang tua adalah model pendampingan anak yang
efektif. Pendidikan agama dalam keluarga dan di sekolah memegang peranan penting dalam
mengendalikan pengaruh negative tersebut.

Pendidikan Agama Kristen misalnya pelajaran Kristiani yang menekankan iman, pengharapan,
dan kasih. Iman akan Tuhan Yesus Kristus yang mengajarkan kepada para pengikutNya untuk
mengandalkan Allah/Tuhan sebagai Bapa yang berkuasa dan penuh kasih. KuasaNya tidak tertandingi
oleh teknologi secanggih apa pun. Dia yang menciptakan segala sesuatu termasuk orang-orang yang
menemukan dan mengembangkan teknologi digital dan setiap aplikasi-aplikasinya. Hanya Tuhanlah yang
bisa mengendalikan segala sesuatu bukan gadget yang mereka miliki. Sehingga mereka tidak seharusnya
bergantung pada sarana digital. Melainkan tetap mengutamakan Tuhan dalam kehidupan.

Pengharapan suatu sikap yang mengarahkan pada pentingnya menggunakan sarana digital
sebagai alat untuk menyebar luaskan kabar baik. Bukan informasi yang menakutkan, kekerasan, dan hal-
hal yang mengarah pada keputusasaan, stress, hingga depresi, dan merusak mentalitas manusia.
Kasih menjadi ajaran Kristiani yang mengutamakan kepedulian kita terhadap sesama dan
lingkungan. Sehingga menggunakan sarana digital tetap harus ada batasannya. Agar manusia tidak larut
dalam dunia maya yang kemudian mengesampingkan relasi dengan Tuhan dan sesama. Justru sarana
digital seharusnya menjadi alat untuk membangun relasi dengan Tuhan dan sesama.

Keterlibatan pendidikan Agama Kristen dalam membendung sisi-sisi negative dari penggunaan
sarana digital harus semakin intensif. Mengingat banyak sekali tayangan dan konten-konten yang tidak
sesuai dengan ajaran Kristiani dan cenderung tidak mengarahkan kepada moral yang baik. Sehingga
Pendidikan Agama Kristen pun harus masuk ke ruang digital untuk memberikan konten-konten yang
bernilai kebenaran dan seturut dengan Firman Tuhan (Alkitab) atau ajaran Gereja. Pendidikan Agama
Kristen juga bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada untuk mengajarkan nilai-nilai Kritiani. Maka
menjadi tugas bagi para pendidik/guru-guru Agama Kristen untuk melek digital. Proaktif dengan
kemajuan teknologi digital. Menambah pengetahuan dan keahlian menggunakan aplikasi-aplikasi yang
ada. Terus memperbaharui penggunaan aplikasi-aplikasi yang baru sebagai konsekuensi perkembangan
teknologi digital. Walaupun pada saat ini (berdasarkan pooling) masih banyak siswa yang lebih senang
belajar secara tatap muka dengan guru dan teman-teman.

Selain itu metode pendidikan agama Kristen secara tatap muka pun perlu terus berkembang.
Metode tatap muka Pendidikan Agama Kristen merupakan pendekatan persuasive. Secara nyata siswa
dapat secara langsung menyerap materi dengan lebih baik. Penyajian materi yang menarik dan banyak
melibatkan siswa. Sehingga para siswa ikut aktif dalam mengembangkan iman, pengetahuan, dan
pendalaman terhadap Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen juga memungkinkan
berlangsung di alam terbuka. Seperti mengajak siswa untuk mengenal alam semesta dan lingkungan
hidup ciptaan Tuhan. Siswa belajar mengenal hidup berdampingan dengan ciptaan Tuhan lainnya. Baik
flora maupun fauna. Mereka bisa melihat dan menyentuh secara langsung. Semua yang mereka temui
secara imajinatif di media-media sosial. Alangkah baiknya juga ada perpaduan antara metode tatap
muka dan online yang menggunakan perangkat digital. Pendidik/guru Agama Kristen mengarahkan
murid untuk mengakses konten-konten yang berisi kebenaran Firman Tuhan dan situs-situs yang
berhubungan dengan kekristenan.

Guru-guru Agama Kristen dapat juga menyajikan pelajarannya dengan membuat konten-konten
yang menarik, modern, dan tentu saja berprinsip kebenaran. Memanfaatkan media social seperti
youtube, facebook, twitter, dan lain-lain untuk proses belajar dan mengajar. Sehingga ada penyeimbang
antara kegiatan online dan offline. Antar siswa dapat berinteraksi dengan guru dan sesama siswa secara
online dan offline (tatap muka), sehingga mereka tetap memiliki kepedulian social. Mengembangkan
hubungan dengan sesame, toleransi, dan tenggang rasa.

Pendidikan agama Kristen juga bisa masuk dalam game atau permainan yang mengandung nilai-
nilai Kristiani/kebenaran. Karena dunia anak adalah dunia bermain. Maka salah satu metode yang bisa
diterapkan dan lebih sesuai untuk anak adalah membuat permainan-permainan/game yang menarik
dengan memasukkan unsur-unsur kebenaran Firman Tuhan. Kemudian untuk kegiatan pendidikan
Agama Kristen secara tatap muka, pengajar bisa menerapkan pembelajaran interaktif dengan anak.
Mengajak anak untuk aktif. Mengadopsi cara Tuhan Yesus merangkul anak-anak. Memberikan perhatian
dan tempat yang terhormat kepada anak-anak. Agar anak-anak merasa nyaman dan senang dalam
belajar Agama Kristen. Tidak membebankan tugas-tugas yang membosankan seperti halnya pelajaran
lain. Tetapi memberikan tugas-tugas yang rekreatif dan mengasah kekuatan iman dan mentalitas yang
baik kepada anak-anak.

Pendidikan Agama Kristen di era digital ini juga harus bisa bersaing dengan hiburan-hiburan
digital yang menawarkan kesenangan sesaat. Penyajian materi pendidikan yang kreatif, modern, sesuai
dengan kebutuhan dan minat siswa lah yang bisa bertahan dan memenangkan hati anak-anak/siswa.
Sebaliknya cara pembelajaran yang kuno dan monoton akan membosankan. Anak-anak/generasi digital
selalu membutuhkan pengajaran yang inovatif dan futuristis. Bergerak maju seiring perkembangan
teknologi. Seperti tertulis dalam Kitab Yohanes 14: 12; “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan,
bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;

Pentingnya Pendidikan Agama di tengah Era digital perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah maupun masyarakat luas. Karena hidup dan matinya pendidikan agama merupakan
tanggung jawab bersama. Generasi ini sangat membutuhkan pendidikan agama untuk mengendalikan
pengaruh negative konten-konten di media social sebagai konsekuensi Era Digital. Maka sudah
selayaknya Pemerintah maupun masyarakat menyediakan fasilitas bagi pendidik/guru agama untuk
mengembangkan metode pengajaran agama yang terbaik.

Secara khusus bagi pendidikan Agama Kristen yang selama pandemic covid 19 melakukan
pembelajaran secara online. Sekarang sudah pemerintah sudah membuka pembelajaran secara tatap
muka. Tugas para guru agama Kristen adalah mengembalikan siswa dengan belajar secara tatap muka.
Kita patut bersyukur karena ternyata siswa tetap bisa merasa lebih nyaman dengan belajar secara tatap
muka. Sehingga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk beradaptasi. Namun tetap ada
tantangan baru bagi pendidikan Agama Kristen di Era digital ini. Yaitu untuk lebih berkreativitas dan
berinovasi lagi memilih metode pendidikan Agama Kristen yang sesuai dengan laju perkembangan
teknologi digital. Pendidikan Agama Kristen harus bisa memanfaatkan pula teknologi digital sebagai
sarana untuk belajar dan mengajar.

Guru-guru Agama Kristen harus terbuka dan fleksibel dengan cara belajar online dan offline.
Pendidik Agama Kristen mampu memanfaatkan peluang dari Era digital untuk mengembangkan proses
belajar dan mengajar. Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen bisa menjadi pelopor pendidikan
agama dengan menggunakan teknologi digital. Sekarang ini pendidikan Agama Kristen dapat diakses
melalui aplikasi-aplikasi yang di dunia digital. Pertanyaannya adalah bagaimana menarik
anak-anak/siswa untuk mengaksesnya bukan saja sebagai kewajiban namun benar-benar karena
kebutuhan? Pekerjaan Rumah bagi kita semua. Karena Pendidikan Agama Kristen merupakan fondasi
yang harus menjadi permulaan pendidikan bagi anak-anak agar kelak mereka memiliki iman yang kuat.
Tidak mudah tergoyahkan dengan pekerti yang baik. Tugas kita semua untuk terus mempersiapkan dan
menjaga masa depan Pendidikan Agama Kristen di Era Digital agar tetap lestari. Tidak terkikis dengan
kemajuan teknologi digital melainkan tetap terus melaju memberikan bekal kepada anak-anak dan siswa
menghadapi perkembangan teknologi digital yang semakin pesat.
KESIMPULAN

Perlu kerja sama yang erat antara guru/pendidik agama Kristen, orang tua, siswa, Gereja,
pemuka agama, pemerintah, dan masyarakat. Pendidik/guru Agama Kristen terus mengembangkan diri
dan keahlian dalam menyajikan materi dan metode mengajar. Orang tua berkewajiban memberi
pendampingan dan dorongan kepada anak-anak untuk tekun mengikuti Pendidikan Agama Kristen baik
di sekolah, di media social, di lingkungan maupun di gereja. Siswa diajak terlibat dalam kegiatan
pendidikan Agama Kristen, baik secara online dan offline. Gereja hadir dan memberikan fasilitas bagi
pengembangan pendidikan Agama Kristen. Pemuka-pemuka agama menjaga kerukunan hidup
beragama serta mengakui dan menghormati keberadaan Pendidikan Agama Kristen. Ikut ambil bagian
pula dalam menyaring konten-konten di media online. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang
berpihak pada pengembangan dan kemajuan Pendidikan Agama Kristen di tengah Era Digital. Sehingga
Pendidikan Agama, khususnya Agama Kristen dapat tetap terus hidup dan mengalami kemajuan-
kemajuannya di Era Digital. Masyarakat menghormati kebebasan pemeluk agama Kristen untuk
mengembangkan pendidikan Agama Kristen di Era Digital.

Anda mungkin juga menyukai