Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AGAMA KRISTEN

IMAN DI ERA DIGITALISASI

DISUSUN OLEH

ANDINI NUR FARIZA THALIB

PRODI HUKUM

UNIVERSITAS TRINITA

2023
LATAR BELAKANG

Pendidikan Agama sangat penting bagi setiap generasi. Sehingga


sejak pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi pendidikan agama selalu
ada dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pendidikan Agama yang
benar merupakan sarana terbaik untuk menanamkan tatacara hubungan
manusia dengan Sang Pencipta dan sesamanya . Sebagian masyarakat
Indonesia memeluk Agama Kristen. Pemerintah pun mengakui dan
memberikan tempat bagi Pendidikan Agama Kristenmenjadi salah satu mata
pelajaran di sekolah-sekolah atau kampus-kampus.

Pada saat Pandemi Covid 19 mewabah di seluruh negeri .


Pemerintah menggantikan semua pendidikan tatap muka menjadi
pendidikan jarak jauh secara online. Maka para guru mau tak mau harus
mengubah metode pembelajaran mereka. Begitu pula murid-murid harus
secara cepat beradaptasi dengan perangkat digital. Baik itu computer,
laptop, hp, dan, tablet atau gadget. Awalnya mereka merasa tidak nyaman.
Tetapi sekarang mereka menjadi terbiasa, bahkan merasa lebih nyaman.

Internet dan Gadged atau perangkat digital lainnya memungkinkan


seseorang bisa bereksplorasi dengan berbagai hal. Mereka menggunakannya
untuk mengakses pengetahuan, tontonan, berkomunikasi, bermain game,
mengabadikan peristiwa, membuat contain-contain, berbelanja, bertransaksi,
bekerja, bahkan untuk beribadah. Pengembangan aplikasi merebak seiring
diproduksinya ponsel pintar. Google, Youtube, Face book, Instagram,
twitter, whatshap, dan masih banyak lagi penyedia sarana digital lainnya.
Saat ini pun TV analog akan segera ditinggalkan dan mulai dengan
digitalisasi. Kondisi ini menjadi tantangan baru bagi semua kalangan. Tidak
terluput dalam dunia pendidikan. Secara khusus kami akan membahasnya
dari sudut pendidikan Agama.

TUJUAN

1. Menggali peran pendidikan agama Kristen sebagai pengendali


pengaruh negative dari digitalisasi
2. Memanfaatkan teknologi digital sebagai alat pembelajaran yang
kreatif, efektif, dan menarik bagi siswa

2
PEMBAHASAN

Peran pendidikan agama sangat penting di tengah Era Digital.


Karena dibalik kemajuan teknologi digital ini menyimpan berbagai potensi
dan dampak negative. yang bisa merugikan manusia. Kemudahan segala
kegiatan dengan berbagai aplikasi dan teknologi, justru menjadikan
seseorang semakin sedikit bergerak, aktivitas fisik makin berkurang, muncul
kemalasan, dan dapat muncul pelbagai penyakit, obesitas dan lainnya.
Teknologi dapat bersifat adiktif (kecanduan). Muncul nomophobia yang
merupakan ketakutan bila peralatan digital seperti ponsel ketinggalan, selalu
memeriksa ponsel, bergantung pada charger, bahkan merasa ketakutan dan
stress bila baterai lemah atau mungkin sinyalnya tidak maksimal. Bahaya
radiasi sinar ponsel, dan pengguna ponsel berlebihan di malam hari akan
mengganggu jam tidur, sehingga mengurangi waktu istirahat yang pada
akhirnya menjadi gangguan kesehatan.

Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai, dan


mengendalikan peran teknologi dengan baik agar era digital membawa
manfaat bagi kehidupan. Pendidikan harus menjadi media utama untuk
memahami, menguasai, dan memperlakukan teknologi dengan baik dan
benar. Anak-anak dan remaja harus diberi pengetahuan dengan era digital
ini baik manfaat maupun dampak negatifnya. Orang tua juga harus
memahami agar dapat mengontrol sikap anak-anaknya terhadap teknologi
dan menggunakannya dengan baik dan benar.

Dunia anak sangat memprihatinkan khususnya pada perubahan


karakter dan mental. Sikap anak-anak yang agresif dan kekerasan fisik
sering disaksikan dalam pergaulan dengan sesamanya merupakan fenomena
yang saling berhubungan. Pemberitaan anak SD yang melakukan bullying
dengan unsur kekerasan fisik sering muncul di TV dan media online sebagai
salah satu akibat dari game online dengan unsur kekerasan. Akses terhadap
pornografi dan pornoaksi membuat anak mengalami perubahan mental dan
mengkhawatirkan khususnya pada pergaulannya yang mengarah pada sex
bebas.

Merosotnya nilai moral pada anak. Anak lebih tertarik pada


handphone dari pada permainan tradisional, dongeng, dan lagu-lagu anak-
anak yang sarat dengan pendidikan. Keseringan dengan gadgetnya anak bisa
menjadi bersikap anti social dan kurang percaya diri, banyak mengurung
diri asyik bermain handphone. Akibatnya menjadi kurang memiliki
kepekaan social, kepedulian, dan empati kepada sesama. Karakter egoism
dan keras kepala merasuki kepala anak karena terlalu berinteraksi dengan
game online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game

3
favorit anak. Tanpa disadari anak akan meniru aksi pada game dan
menerapkannya pada dunia nyata saat bergaul dengan teman dan keluarga.

Anak memerlukan pendampingan ekstra dari orang tua agar


terhindar dari hal-hal yang menyesatkan anak. Usia dini adalah usia meniru.
Orang tua adalah model pendampingan anak yang efektif. Pendidikan
agama dalam keluarga dan di sekolah memegang peranan penting dalam
mengendalikan pengaruh negative tersebut.

Pendidikan Agama Kristen misalnya pelajaran Kristiani yang


menekankan iman, pengharapan, dan kasih. Iman akan Tuhan Yesus Kristus
yang mengajarkan kepada para pengikutNya untuk mengandalkan
Allah/Tuhan sebagai Bapa yang berkuasa dan penuh kasih. KuasaNya tidak
tertandingi oleh teknologi secanggih apa pun. Dia yang menciptakan segala
sesuatu termasuk orang-orang yang menemukan dan mengembangkan
teknologi digital dan setiap aplikasi-aplikasinya. Hanya Tuhanlah yang bisa
mengendalikan segala sesuatu bukan gadget yang mereka miliki. Sehingga
mereka tidak seharusnya bergantung pada sarana digital. Melainkan tetap
mengutamakan Tuhan dalam kehidupan.

Pengharapan suatu sikap yang mengarahkan pada pentingnya


menggunakan sarana digital sebagai alat untuk menyebar luaskan kabar
baik. Bukan informasi yang menakutkan, kekerasan, dan hal-hal yang
mengarah pada keputusasaan, stress, hingga depresi, dan merusak mentalitas
manusia.

Kasih menjadi ajaran Kristiani yang mengutamakan kepedulian kita


terhadap sesama dan lingkungan. Sehingga menggunakan sarana digital
tetap harus ada batasannya. Agar manusia tidak larut dalam dunia maya
yang kemudian mengesampingkan relasi dengan Tuhan dan sesama. Justru
sarana digital seharusnya menjadi alat untuk membangun relasi dengan
Tuhan dan sesama.

Keterlibatan pendidikan Agama Kristen dalam membendung sisi-sisi


negative dari penggunaan sarana digital harus semakin intensif. Mengingat
banyak sekali tayangan dan konten-konten yang tidak sesuai dengan ajaran
Kristiani dan cenderung tidak mengarahkan kepada moral yang baik.
Sehingga Pendidikan Agama Kristen pun harus masuk ke ruang digital
untuk memberikan konten-konten yang bernilai kebenaran dan seturut
dengan Firman Tuhan (Alkitab) atau ajaran Gereja. Pendidikan Agama
Kristen juga bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada untuk
mengajarkan nilai-nilai Kritiani. Maka menjadi tugas bagi para
pendidik/guru-guru Agama Kristen untuk melek digital. Proaktif dengan
kemajuan teknologi digital. Menambah pengetahuan dan keahlian

4
menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada. Terus memperbaharui penggunaan
aplikasi-aplikasi yang baru sebagai konsekuensi perkembangan teknologi
digital. Walaupun pada saat ini (berdasarkan pooling) masih banyak siswa
yang lebih senang belajar secara tatap muka dengan guru dan teman-teman.

Selain itu metode pendidikan agama Kristen secara tatap muka pun
perlu terus berkembang. Metode tatap muka Pendidikan Agama Kristen
merupakan pendekatan persuasive. Secara nyata siswa dapat secara
langsung menyerap materi dengan lebih baik. Penyajian materi yang
menarik dan banyak melibatkan siswa. Sehingga para siswa ikut aktif dalam
mengembangkan iman, pengetahuan, dan pendalaman terhadap Pendidikan
Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen juga memungkinkan
berlangsung di alam terbuka. Seperti mengajak siswa untuk mengenal alam
semesta dan lingkungan hidup ciptaan Tuhan. Siswa belajar mengenal hidup
berdampingan dengan ciptaan Tuhan lainnya. Baik flora maupun fauna.
Mereka bisa melihat dan menyentuh secara langsung. Semua yang mereka
temui secara imajinatif di media-media sosial. Alangkah baiknya juga ada
perpaduan antara metode tatap muka dan online yang menggunakan
perangkat digital. Pendidik/guru Agama Kristen mengarahkan murid untuk
mengakses konten-konten yang berisi kebenaran Firman Tuhan dan situs-
situs yang berhubungan dengan kekristenan.

Guru-guru Agama Kristen dapat juga menyajikan pelajarannya


dengan membuat konten-konten yang menarik, modern, dan tentu saja
berprinsip kebenaran. Memanfaatkan media social seperti youtube,
facebook, twitter, dan lain-lain untuk proses belajar dan mengajar. Sehingga
ada penyeimbang antara kegiatan online dan offline. Antar siswa dapat
berinteraksi dengan guru dan sesama siswa secara online dan offline (tatap
muka), sehingga mereka tetap memiliki kepedulian social. Mengembangkan
hubungan dengan sesame, toleransi, dan tenggang rasa.

Pendidikan agama Kristen juga bisa masuk dalam game atau


permainan yang mengandung nilai-nilai Kristiani/kebenaran. Karena dunia
anak adalah dunia bermain. Maka salah satu metode yang bisa diterapkan
dan lebih sesuai untuk anak adalah membuat permainan-permainan/game
yang menarik dengan memasukkan unsur-unsur kebenaran Firman Tuhan.
Kemudian untuk kegiatan pendidikan Agama Kristen secara tatap muka,
pengajar bisa menerapkan pembelajaran interaktif dengan anak. Mengajak
anak untuk aktif. Mengadopsi cara Tuhan Yesus merangkul anak-anak.
Memberikan perhatian dan tempat yang terhormat kepada anak-anak. Agar
anak-anak merasa nyaman dan senang dalam belajar Agama Kristen. Tidak
membebankan tugas-tugas yang membosankan seperti halnya pelajaran lain.

5
Tetapi memberikan tugas-tugas yang rekreatif dan mengasah kekuatan iman
dan mentalitas yang baik kepada anak-anak.

Pendidikan Agama Kristen di era digital ini juga harus bisa bersaing
dengan hiburan-hiburan digital yang menawarkan kesenangan sesaat.
Penyajian materi pendidikan yang kreatif, modern, sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa lah yang bisa bertahan dan memenangkan hati
anak-anak/siswa. Sebaliknya cara pembelajaran yang kuno dan monoton
akan membosankan. Anak-anak/generasi digital selalu membutuhkan
pengajaran yang inovatif dan futuristis. Bergerak maju seiring
perkembangan teknologi. Seperti tertulis dalam Kitab Yohanes 14: 12; “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan
melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-
pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;

Pentingnya Pendidikan Agama di tengah Era digital perlu mendapat


perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat luas. Karena hidup
dan matinya pendidikan agama merupakan tanggung jawab bersama.
Generasi ini sangat membutuhkan pendidikan agama untuk mengendalikan
pengaruh negative konten-konten di media social sebagai konsekuensi Era
Digital. Maka sudah selayaknya Pemerintah maupun masyarakat
menyediakan fasilitas bagi pendidik/guru agama untuk mengembangkan
metode pengajaran agama yang terbaik.

Secara khusus bagi pendidikan Agama Kristen yang selama


pandemic covid 19 melakukan pembelajaran secara online. Sekarang sudah
pemerintah sudah membuka pembelajaran secara tatap muka. Tugas para
guru agama Kristen adalah mengembalikan siswa dengan belajar secara
tatap muka. Kita patut bersyukur karena ternyata siswa tetap bisa merasa
lebih nyaman dengan belajar secara tatap muka. Sehingga tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama untuk beradaptasi. Namun tetap ada tantangan baru
bagi pendidikan Agama Kristen di Era digital ini. Yaitu untuk lebih
berkreativitas dan berinovasi lagi memilih metode pendidikan Agama
Kristen yang sesuai dengan laju perkembangan teknologi digital. Pendidikan
Agama Kristen harus bisa memanfaatkan pula teknologi digital sebagai
sarana untuk belajar dan mengajar.

Guru-guru Agama Kristen harus terbuka dan fleksibel dengan cara


belajar online dan offline. Pendidik Agama Kristen mampu memanfaatkan
peluang dari Era digital untuk mengembangkan proses belajar dan
mengajar. Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen bisa menjadi
pelopor pendidikan agama dengan menggunakan teknologi digital. Sekarang
ini pendidikan Agama Kristen dapat diakses melalui aplikasi-aplikasi yang

6
di dunia digital. Pertanyaannya adalah bagaimana menarik anak-anak/siswa
untuk mengaksesnya bukan saja sebagai kewajiban namun benar-benar
karena kebutuhan? Pekerjaan Rumah bagi kita semua. Karena Pendidikan
Agama Kristen merupakan fondasi yang harus menjadi permulaan
pendidikan bagi anak-anak agar kelak mereka memiliki iman yang kuat.
Tidak mudah tergoyahkan dengan pekerti yang baik. Tugas kita semua
untuk terus mempersiapkan dan menjaga masa depan Pendidikan Agama
Kristen di Era Digital agar tetap lestari. Tidak terkikis dengan kemajuan
teknologi digital melainkan tetap terus melaju memberikan bekal kepada
anak-anak dan siswa menghadapi perkembangan teknologi digital yang
semakin pesat.

7
KESIMPULAN

Perlu kerja sama yang erat antara guru/pendidik agama Kristen,


orang tua, siswa, Gereja, pemuka agama, pemerintah, dan masyarakat.
Pendidik/guru Agama Kristen terus mengembangkan diri dan keahlian
dalam menyajikan materi dan metode mengajar. Orang tua berkewajiban
memberi pendampingan dan dorongan kepada anak-anak untuk tekun
mengikuti Pendidikan Agama Kristen baik di sekolah, di media social, di
lingkungan maupun di gereja. Siswa diajak terlibat dalam kegiatan
pendidikan Agama Kristen, baik secara online dan offline. Gereja hadir dan
memberikan fasilitas bagi pengembangan pendidikan Agama Kristen.
Pemuka-pemuka agama menjaga kerukunan hidup beragama serta mengakui
dan menghormati keberadaan Pendidikan Agama Kristen. Ikut ambil bagian
pula dalam menyaring konten-konten di media online. Pemerintah membuat
kebijakan-kebijakan yang berpihak pada pengembangan dan kemajuan
Pendidikan Agama Kristen di tengah Era Digital. Sehingga Pendidikan
Agama, khususnya Agama Kristen dapat tetap terus hidup dan mengalami
kemajuan-kemajuannya di Era Digital. Masyarakat menghormati kebebasan
pemeluk agama Kristen untuk mengembangkan pendidikan Agama Kristen
di Era Digital.

Anda mungkin juga menyukai