Dalam dunia pendidikan, revolusi 4.0 turut serta mewarnai keberlangsungan pendidikan.
Era revolusi 4.0 telah mengubah cara berfikir tentang pendidikan. Perubahan tersebut
bukan hanya tentang cara mengajar, tetapi termasuk dalam perubahan perspektif
pendidikan itu sendiri.
Di zaman serba digital ini, manusia dituntut untuk mampu mengembangkan soft skill dan
transversal skill. Artinya, banyak situasi kerja yang meminta kemampuan keterampilan
interpersonal, hidup bersama, kemampuan berfikir global, literasi media dan informasi.
Untuk itu pula, kurikulum harus mampu mengarahkan dan membentuk peserta didik
yang siap menghadapi era revolusi industry dan digitalisasi dengan penekanan pada
bidang Science, Technology, Egineering, dan Mathematics (STEM), serta berkarakter
unggul.
• Jika kita mengingat kembali ke belakang, bagaimana peristiwa besar Covid 19
telah mengubah paradigma kita semua. Pertemuan-pertemuan di kelas,
acara-acara besar dan kecil, dialihkan menjadi virtual, termasuk ibadah-
ibadah kita.
• Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang Kristen untuk mampu
menyikapi tantangan di era digital sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Karena itu gereja dan PAK di sekolah bertanggungjawab untuk menyampaikan
kebenaran yang sesungguhnya dalam mendidik generasi muda Kristen yang
tidak ketinggalan zaman dan mengikuti perkembangan teknologi digital,
namun tetap mampu mempertahankan iman Kristen dan cara hidup yang
mestinya dimiliki oleh orang Kristen.
PEMBAHASAN
1. Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam
mengaksesnya
2. Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi
digital yang memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
3. Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai
sumber pengetahuan dan informasi masyarakat.
4. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media
pembelajaran online,diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
6. Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang
kebutuhan dan memudahkan mendapatkannya.
Dampak negative:
Era disrupsi adalah zaman dimana Era disrupsi pertama sekali terjadi di
cara memperoleh sesuatu tidak lagi dunia komersial atau bisnis transportasi
konvensional (lama) dan mengubah
gaya hidup manusia, misalnya belanja
online, kemudian inovasi ini mulai
online. Era dimana implementasi memasuki telekomunikasi ditandai
inovasi terjadi dan diterima secara dengan munculnya aplikasi seperti
utuh. Hal-hal yang bersifat tradisional WhatsApp, Line, Facebook, Instagram dan
(termasuk IPTEK, dll) digantikan aplikasi lainnya, sehingga komunikasi
dengan yang lebih maju dan modern,
fisik digantikan dengan digital; suatu manusia sangat dimudahkan dan menjadi
inovasi yang menggantikan sistem efektif.
yang lama dengan sistem inovasi yang
kekinian.
Sikap manusia juga berubah
dan kita perlu beradaptasi
dengan zaman yang selalu Click icon to add picture
berubah ini. Masyarakat harus
bisa mengikuti perkembangan
tersebut. Jika tidak, masyarakat
akan mengalami ketertinggalan
dan akan tersingkir di hampir
semua bidang.
Tantangan Pendidikan Kristen Pada Era Disrupsi
Pendidikan Agama Kristen sebagai sebuah pendidikan formal yang wajib diikuti oleh pelajar tidak bisa
menutup mata pada perkembangan kemajuan teknologi zaman sekarang. Kita bisa melihat bahwa di
zaman ini sudah serba digital. Dunia ada di jari kita. Maksudnya, apa pun yang ingin kita cari dan
ketahui, tersedia di Handphone kita. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan Agama
Kristen sebagai pendidikan yang seharusnya tidak hanya bicara tentang ilmu tetapi pembentukan karakter
dan iman. Segala hal yang menjadi tantangan PAK tidak menjadi alasan pengajaran PAK melemah dan
ditinggalkan. Malahan, menurut penulis, PAK lah menjadi satu-satunya mata pelajaran yang harus
mampu menanamkan nilai-nilai moral dan etika, nilai-nilai yang mampu membuat anak didik kita
menolak untuk melakukan hal-hal negative sebagai dampak dari digitalisasi ini. Mengapa? Sekali lagi
karena PAK tidak hanya mengajarkan anak tentang ilmu, tentang siapa Yesus, tentang konsumsi otak,
tetapi PAK mengajarkan lebih dalam tentang itu; PAK mengajarkan bagaimana beriman kepada Yesus,
mengajarkan karakter dan iman, dan harus dapat mengukur dan memberi nilai dengan melihat perubahan
pada pola tingkah laku anak.