Anda di halaman 1dari 5

Tema : Filterisasi Sosial media untuk

Mencetak Generasi Tangguh dan


Berkarakter

BIJAK BERSOSIAL
MEDIA CIRI
GENERASI TANGGUH
DAN BERKARAKTER
KUAT

Disusun oleh:

NEZINDAH HASNA SAFA’ AYU

SMP ISLAM AMANAH UMMAH


MOJOLABAN

1
Bijak Bersosial media , Ciri Generasi Tangguh dan Berkarakter Kuat

Tidak dipungkiri bahwa saat ini kita dihadapkan pada zaman yang serba canggih.
Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, seakan kita dimanjakan oleh ribuan bahkan
jutaan inovasi produk berbasis internet. Salah satunya adalah media sosial. Peran sosial media
saat ini sangatlah besar dan memiliki pengaruh kuat di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sosial media sangat berperan dalam penyebaran informasi bagi masyarakat luas.
Sosial media dapat menjadi sumber informasi yang lebih mudah dan cepat didapatkan karena
mudah diakses oleh para penggunanya. Sosial media juga tidak memiliki keterbatasan dalam
pengaksesan dalam artian, semua orang dapat mengakses sosial media asalkan ada medianya
(telepon genggam/laptop/komputer) dan ada sinyal internet.
Hanya saja, semakin mudahnya sosial media menyajikan berita ataupun informasi,
membuat informasi yang disebarluaskan terkadang berupa hal yang dilebih-lebihkan, hal
yang tidak benar, atau bahkan berupa berita bohong hingga hujatan atau ujaran kebencian.
Berita yang benar biasanya datang dari sumber yang terpercaya seperti media resmi, situs
web pemerintah, atau organisasi terkemuka, platform media mainstream atau digital yang
tercatat di dewan pers. Maka mestinya kita selalu memeriksa sumber asal informasi dan
kredibilitas media yang menyebarluaskan informasi tersebut. Disiplin verifikasi menjadi
salah satu hal yang harus dimiliki oleh pengguna sosial media , Kredibilitas media itu
penting, dan sosial media mungkin tidak selalu menjadi sumber informasi yang kredibel.
Saat ini, perkembangan teknologi di masyarakat telah mendorong terbentuknya era
baru yaitu society 5.0. Sebagai pencetus dari konsep society 5.0, Jepang adalah negara yang
pertama kali menggunakan konsep 5.0 pada masyarakatnya, tepatnya pada tahun 2019.
Society 5.0 didefinisikan oleh Kantor Kabinet Jepang sebagai masyarakat yang memiliki
pusat perhatian pada manusia dan dapat menyeimbangkan antara perkembangan ekonomi
dengan penyelesaian masalah sosial dengan mengintegrasikan antara dunia maya dengan
dunia nyata (Handayani & Muliastrini, 2020).
Dalam era society 5.0 yang dibentuk atas revolusi industri 4.0, sistem pendidikan
menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar pergerakannya sesuai
dengan apa yang dicita-citakan dan memberikan dampak yang positif pada masyarakatnya.
Menurut Muhadjir Effendy (mendikbud), sistem pendidikan harus mengutamakan beberapa
peningkatan kompetensi yaitu critical thinking, creativity and innovation, communication,
dan collaboration (Nastiti & Abdu, 2020). Dengan kompetensi yang disebut sebagai 4C
tersebut akan membentuk apa yang dinamakan dengan masyarakat ideal pada era society 5.0.
Di sisi lain, pada era society 5.0 sosial media sangat dibutuhkan guna membantu
kreativitas guna memajukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), selain itu dituntut untuk
mampu berpikir kritis, bernalar, kreatif, komunikatif, kolaboratif, serta memiliki kemampuan
problem solving.
Kita selaku generasi masa kini, yang hidup dan tumbuh di era digital. Seringkali
didapati generasi muda kita tak lelah berhari-hari menatap layar, hingga akhirnya masuk pada
fase kacanduan. Baik kecanduan game online, menonton film-film dengan maraton, aktif

2
melakukan cyber bullying bahkan tak sedikit yang bermain slot, hingga kecanduan judi
online akhirnya terjerat pinjaman online.
Itulah kekeliruan generasi yang terlalu dimudahkan dengan fasilitas internet ini.
Mestinya melalui kemudahan informasi sosial media , kita dapat semakin memperluas
pertemanan, hingga ilmu pengetahuan yang kita miliki juga turut berkembang seiring diskusi
yang kita lakukan di media sosial. Namun nyatanya, seringkali diskusi melalui sosial media
berujung amarah, hingga bullying.
Hal yang memicu semakin dekatnya generasi muda dengan dunia sosial media
adalah kejadian luar biasa yang menerjang dunia. Yaitu saat pandemi covid 19. Saat itu,
bahkan seluruh pelajar diwajibkan berinteraksi dengan gadget, mulai mengenal dunia
internet, lantas menikmati segala kemudahan yang disajikan oleh internet. Betapa banyak
tugas-tugas sekolah yang akhirnya selesai sekejap mata hanya dengan mengetikkan beberapa
kalimat melalui google. Betapa banyak karya terapresiasi melalui youtube. Dan lagi bertapa
banyak kompetisi yang digelar secara online.
Hal ini tidak dipungkiri membuat seluruh generasi muda akrab dengan dunia maya.
Lantas segala sesuatu dinilai dari viral atau tidaknya. Jika viral maka itu baik, jika tidak viral
tidak baik. Seketika definisi kebaikan menjadi sesempit itu. Padahal telah jelas dan dijelaskan
dalam berbagai pendidikan, dari tingkat dasar,menengah maupun tingkat atas. Bahwasanya
kebaikan adalah segala sesuatu yang benar, dinilai dari kebermanfaatannya untuk diri sendiri,
masyarakat, lingkungan dan agama.
Semakin mudahnya akses sosial media , dan tuntutan zaman untuk semakin masuk
ke dalam dunia digital, maka kita harus mulai memperkuat benteng dan ketahanan diri.
Memperluas pengetahuan dengan memperbanyak bahan bacaan sehngga kita tidak mudah
terhasut dengan maraknya berita bohong yang tersebar di sosial media .
Dengan hati yang teguh, pikiran yang jernih, maka kita juga akan semakin mudah
untuk menyaring mana hal-hal yang baik dari sosial media , dan mana hal-hal yang tidak
baik. Sehingga kita tidak mudah terbuai dengan hal-hal yang viral di sosial media . Berbekal
kehati-hatian, kita bisa menjadikan sosial media menjadi alat untuk meningkatkan keimanan
bahkan menguatkan ketakwaan kita.
Menanamkan pendidikan agama kepada remaja dan pemuda sejak dini merupkan
kunci penting dalam menciptakan generasi yang tangguh dan berkarakter. Sebab agama
merupakan rem cakram dalam kehidupan dan filter dalam menentukan pilihan, sehingga para
remaja dan pemuda sanggup memilih dan memilah mana yang hak dan yang batil. Untuk
menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa, para orang tua dituntut untuk mampu
membangun keluarga yang harmonis, dinamis, serta bisa mendidik dan mengarahkan putra-
putri tercinta.
Lalu bagaimana cara mendidik anak sesuai zamannya sebagai upaya menyiapkan
generasi tangguh dan berkarakter? Membantu anak-anak membangun peradaban emas dalam
bidang teknologi dengan kecerdasan berpikir merupakan langkah penting yang harus dilalui.
Allah berfirman:
“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS Al-Jasiyah:
13)

3
Dengan memberikan pembinaan aqidah dan ibadah. Imam Ghazali menjelaskan cara
menanamkan aqidah dengan mengatakan, “Cara meyakinkan aqidah ini bukanlah dengan
mengerjakan keterampilan berdebat dan berargumentasi, akan tetapi caranya yaitu
menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an dan tafsirnya, membaca hadis dengan
maknanya, serta sibuk dengan tugas-tugas ibadah.” Pada intinya sekalipun dunia digital
semakin merajalela, sebaiknya sebagai generasi unggulan, tetaplah berpegang pada aqidah
yang lurus, hingga kita tak mudah tergoda dengan hal-hal yang tidak baik di dunia maya.
Media digital bisa dijadikan bahan dalam pembinaan ibadah dengan memanfaatkan
sosial media seperti youtube untuk menambah ilmu, memberikan pembinaan moral (akhlak
mulia) dengan senantiasa mengajarkan akhlak mulia di zaman digital agar anak mengetahui
tata krama dan batasannya dan menjaga lisan dalam dunia maya dan dunia nyata. Melalui tik-
tok, instagram, twitter, maupun facebook juga dapat kita jumpai banyak sekali hikmah, video
pendek tausiyah, bahkan terdapat pula kisah-kisah yang menggugah naluri kita untuk
berempati.
Sebagai penghafal al-quran, sosial media juga memiliki peran. Dengan memilih
mengikuti / following, kemudian men-subscribe channel yang ditujukan untuk para penghafal
qur’an. Dari situ kita bisa belajar atau mendengarkan qori’-qori’ baik nasional maupun
internasional, yang mana dengan mendengarkan lantunan ayat al’quran tersebut membuat
kita semakin tenang dan jalan menuju generasi yang tangguh semakin terbuka lebar.
Maka pada era digital, memanfaatkan teknologi secara tepat dapat menjadi dasar
utama dalam pembentukan karakter. Karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tidak hanya
hal positif saja yang beredar di era digital, tak jarang banyak pula hal negatif yang beredar
didalamnya seperti penyebaran berita hoax, propaganda kebencian, serta radikalisme yang
telah massif di media sosial. Agar karakter generasi muda tidak salah kaprah dan
terkontaminasi dengan hal negatif, dibutuhkan peran aktif dari semua pihak sebagai
pangkalnya. Pembelajaran di Era digital harus dapat mengarahkan generasi muda ke arah
yang benar. Generasi muda, jika dibiarkan akan menjadi seperti ilalang. Dapat pula
didefinisikan umpama sebilah pisau tajam tanpa adanya karat ditepinya. Ilalang dan pisau ini
akan menghasilkan sesuatu yang benar jika yang menggunakan juga benar. Tapi akan
menjadi malapetaka jika salah mendapatkan pendidikan karakter.
Pembentukan karakter di era digital yang canggih adalah tantangan terberat bagi kita
semua. Tapi jangan khawatir, mulai lah memberikan contoh dari diri sendiri agar dapat
dicontoh lan ditiru generasi muda. Jika menginginkan karakter yang cakap teknologi, maka
sebaiknya upgrade segala kualitas baik bagi generasi muda.
Selain itu, Generasi milenial yang berkarakter baik akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Tidak hanya kualitas hardskill tapi juga softskill, maka dimasa
mendatang akan berkontribusi untuk bangsa indonesia yang lebih baik.
Poin utama dari generasi yang berkarakter adalah bagaimana ia melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, antar sesama atau lingkungan,
terhadap bangsa dan negaranya. Pada dasarnya pendidikan karakter tidak hanya didapat dari
pendidikan formal disekolah, namun sudah semestinya orang tua juga mengambil andil dalam
mendidik akhlak dan moral dalam membangun karakter anak.
Sudah waktunya semua pihak menyadari dan mengambil tindakan, Pendidik, orang
tua, dan semua elemen masyarakat mengubah mindset bahwa tolak ukur suatu keberhasilan

4
tidak hanya menjurus pada prestasi angka-angka. Bahkan lebih dari itu, sesekali apreasi anak
yang tumbuh dengan akhlak yang baik, menjunjung tinggi kejujuran, memiliki rasa tanggung
jawab, kedisiplinan dan sebagainya.

Daftar Pustaka

Zumrotul Ali Evi. (2023) Peran Sosial media sebagai Media Informasi. Tim Branding
Fakultas Vokasi Unair. Melalui https://vokasi.unair.ac.id/2023/07/03/peran-media-sosial-
sebagai-sumber-informasi diakses pada : 12 Oktober 2023

Adinnyarani Mandya Kirana (2022) Society 5.0 : Mewujudkan masyarakat ideal di era
digital. Kumparan. Melalui https://kumparan.com/adinyarani-mk/smart-society-5-0-
mewujudkan-masyarakat-ideal-di-era-digital-1zKoFjjM8ij/full diakses pada : 12 Oktober
2023

Rusdiono Mukri.(2023). Menyiapkan Generasi Tangguh dan Berkarakter. Melalui


https://gontornews.com/upaya-menyiapkan-generasi-berkarakter-dan-tangguh/ diakses pada :
12 Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai