Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jurnalistik Studi Islam
Pemakalah:
Jurnalistik 1C
2023
STUDI ISLAM DI ERA DIGITAL 2
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, masyarakat dunia kini
semakin terhubung melalui internet. Fenomena ini telah menciptakan dunia maya yang
penuh dengan peluang dan tantangan, terutama dalam konteks interaksi sosial, nilai-
nilai agama, dan bisnis online. Internet telah menjadi platform utama bagi banyak
individu untuk berkomunikasi, berbisnis, dan berinteraksi dengan masyarakat global
tanpa harus keluar dari rumah mereka. Namun, dengan perkembangan teknologi ini,
muncul pula berbagai masalah dan pertanyaan etis yang perlu dijawab. Masyarakat
online, atau sering disebut sebagai "cyber city," adalah dunia maya yang penuh dengan
beragam individu, kultur, dan pandangan. Dalam masyarakat ini, orang-orang dari
berbagai latar belakang, keyakinan, dan nilai-nilai hidup bersama dalam satu
ekosistem digital yang kompleks. Interaksi antarindividu melalui media sosial, forum,
dan aplikasi pesan telah mengubah cara kita berinteraksi secara sosial.
Terkait dengan interaksi di dunia maya, pertanyaan tentang bagaimana nilai- nilai
keagamaan dapat terintegrasi dalam kehidupan online menjadi semakin penting.
Banyak individu yang mencari cara untuk mempraktikkan agama mereka dan
mempertahankan nilai- nilai keagamaan mereka saat berada di dunia maya.
Bisnis online telah tumbuh pesat dan menjadi bagian integral dari kehidupan
sehari- hari banyak orang. Namun, dengan pertumbuhan ini muncul pertanyaan
tentang kesesuaian bisnis online dengan prinsip-prinsip agama. Apakah bisnis online
tertentu dapat dianggap halal atau haram? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa
bisnis yang kita jalankan atau dukung secara etis sesuai dengan nilai-nilai keagamaan
kita? Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa rumusan masalah.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimana cara masyarakat berbaur secara online pada Era Digital?
b. Apa yang dimaksud dengan Cyber City religius?
c. Hukum Bisnis Online?
B. PEMBAHASAN
1. Berbaur Dalam Masyarakat Online
Asal usul manusia berasal dari diri yang satu, mestinya tidak bisa terpisahkan
sebab berasal dari unsur yang sama. Allah SWT berfirman, "Wahai manusia, sungguh
kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,kemudian
kamu jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal"
(Al- Hujurat/49:13). Secara natural, ayat ini sangat kental dengan semangat untuk
berbaur. Apalagi di awal ayat, Allah SWT menyeru, “Wahai manusia”. Artinya ayat
ini berlaku universal bagi setiap manusia.
Berdasar asal-usul yang sama, maka tak bisa dibantah kalau manusia cenderung
berbaur. Secara psikologis, manusia ingin mengenal dan dikenal sesamanya. Inilah
makna frasa, “Agar kamu saling mengenal”. Laki-laki mengenal perempuan, pun
sebaliknya. Bangsa dan suku saling mengenal yang lain. Inilah langkah awal berbaur
menurut petunjuk al-Qur’an. Bagi Syaikh Nawasi Banten dalam Tafsir munir, dengan
saling mengenal, manusia diharapkan tidak berbangsa-bangsa dengan asal usul
mereka. Agama, bangsa, suku yang berbeda adalah entitas yang memperkaya manusia
dalam berbaur.
Sekarang ini kita telah memasuki era masyarakat informasi dimana masyarakat
kita menjadikan informasi sebagai suatu kebutuhan, salah satunya adalah untuk
berbaur. Di zaman sekarang ini penggunaan internet sudah tidak dapat dihindari lagi
atau sudah tidak terpisahkan. Internet yang awalnya merupakan pilihan, sekarang
menjadi kebutuhan. Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat
langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi. Kalau dahulu kita mengenal kata
pepatah “dunia tak selebar daun kelor”, sekarang pepatah itu selayaknya berganti
menjadi dunia saat ini selebar daun kelor, karena cepatnya akses informasi di berbagai
belahan dunia membuat dunia ini seolah semakin sempit dikarenakan kita dapat
melihat apa yang terjadi di Amerika misalnya, meskipun kita berada di Indonesia.
Salah satu media untuk berbaur atau saling mengenal antar bangsa yaitu melalui
sosmed atau medsos. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini
mengalami perubahan yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi, kita dapat
mengakses informasi lebih cepat dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja tanpa
dibatasi ruang dan waktu. Masyarakat kita rela menghabiskan waktu untuk
berhubungan dengan teknologi informasi, baik melalui upload video di youtube,
menulis dan merespon status media sosial seperti facebook dan tweeter, menulis dan
menjawab email, dll.
Saat ini dapat kita lihat betapa kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya
hidup dan pola pikir masyarakat, terutama di kalangan remaja. Kalo dulu kita lihat
para siswa bersekolah dengan hanya membawa buku - buku pelajaran ataupun alat
tulis, kini dapat kita saksikan para siswa berangkat sekolah dengan HP sebagai bawaan
wajib mereka. Entah sebetulnya mereka benar-benar membutuhkan HP tersebut
sebagai alat komunikasi atau tidak, yang jelas bagi remaja sekarang, HP merupakan
sarana gaul yang mutlak mereka miliki. Semakin bagus HP yang mereka punya,
semakin merasa gaul dan percaya dirilah mereka.
Penggunaan internet dan media sosial dalam berbaur tentunya memberikan
dampak yang sangat positif dalam berbaur, yaitu;
a) Berbaur secara online, diberikan kemudahan dalam berkomunikasi dengan
teman, dan keluargga. Kita dapat mengirimkan informasi-informasi yang
dibutuhkan dengan mudah dan cepat.
b) Berbisnis, banyak macam-macam cara yang digunakan untuk berbaur, salah
satunya yaitu berbisnis di media online seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dll.
c) Banyaknya game online yang bisa main bersama bertebaran di internet, ini
juga merupakan salah satu cara untuk berbaur dengan masyarakat online.
Selain memberikan dampak yang positif, berbaur dengan masyarakat online juga
memberikan dampak yang negatif, dampak negatif tersebut muncul sebagai akibat dari
penggunaan yang salah atau tidak bertanggung jawab dari yang menggunakan.
Bagaimana tidak, saat ini masyarakat lebih nyaman mengumpulkan teman-teman di
dunia maya daripada aktif pada kegiatan-kegiatan organisasi riil yang dapat
memberikan kualitas hubungan pertemanan yang lebih kongkrit dan intens.
a) Anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadgetnya untuk melakukan
komunikasi dengan teman-temannya di dunia maya. Dengan kesibukan orang
tua tidak punya wantu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan
mengawasi anak.
b) Kehilangan kemampuan berbaur dengan masyarakat dan cenderung nyaman
dengan kehidupan online. Banyak orang yang memiliki ratusan bahkan ribuan
teman di Facebook, Instagram, Twiteer, dan Tiktok. Mereka hanya memiliki
beberapa teman dekat yang menemani keseharian mereka. Padahal jika terjadi
suatu hal yang krusial pada kehidupan kita, yang bias membantu kita bukanlah
orang-orang yang kita kenal di dunia maya tapi orang-orang yang hidup
disekitar kita.
c) Media sosial dijadikan sarana untuk mencaci maki atau kejahatan, kejahatan
ini tidak mengenal batas negara, kapanpun dan dimanapun bisa muncul.
Perbuatan yang dilakukan tersebut bersifat illegal atau tidak etis.
Kemajuan teknologi untuk berbaur tentunya sangat tidak mungkin ditolak, tetapi
harus dapat dimanfaatkan agar tidak tersisih dari tata pergaulan masyarakat dunia.
Salah satu jalan agar teknologi untuk berbaur secara online dapat dimanfaatkan
adalah dengan memberdayakan masyarakat karna semakin tidak berdaya masyarakat
maka dampak negatif akan muncul dan merusak kehidupan. Berikut adalah beberapa
tips ringan untuk menghindar dari dampak positif berbaur secara online;
a) Gunakan teknologi yang anda kuasai untuk menjalin hubungan yang lebih
intents dengan teman atau orang-orang yang sebelumnya telah anda kenal di
dunia nyata. Jangan terobsesi mencari teman-teman baru di Facebook, Twitter
dan sosial media yang lain karna kecendrungan yang terjadi, mereka yang
hanya anda kenal di dunia maya tidak akan memberikan nilai persahabatan
yang mutualisme atau saling mensupport di dunia nyata.
b) Jika anda ingin mencari teman-teman yang baru di dunia maya, carilah
komunitas positif yang sering melakukan pertemuan di dunia nyata atau biasa
dikenal dengan istilah kopdar atau kopi darat. Komunitas seperti inilah yang
benar-benar akan mengasah kemampuan komunikasi anda karna komunitas-
komunitas ini seringkali memberikan kita inspirasi dengan dukungan yang
optimal pada kehidupan anda.
c) Harus bisa mengatur waktu antara berada didepan gadget dengan porsi belajar
dan istirahat.
2. Cyber City yang Religius
Secara ontologis, pengetahuan ihwal kota religius bersumber dari fenomena
masyarakat bertuhan. Masyarakat bertuhan ini membuktikan bahwa Tuhan diakui
keberadaanNya. Dalam masyarakat bertuhan, kaum atheis dan nativis tidak mendapat
ruang. untuk membangun sebuah kota, religiusitas agama-agama harus diakui dan
bahkan dipayungi secara legal, paling rendah oleh peraturan daerah. Peraturan ini
penting untuk menjamin setiap sikap religius. Untuk memahami kota religius dalam
kitab suci agama-agama, dapat dilakukan riset bayani atau eksplanasi. Harapannya,
agar masyarakat merasa tenteram pada saat mempraktikkannya. Memahami kota
religius secara epistemologis ini pada gilirannya akan mendaratkan masyarakat dari
sekadar menjadi konsumen ilmu kepada produsen ilmu, karena masyarakat jadi terus
belajar
Secara ontologis, sumber ilmu pengetahuan tentang kota religius bukanlah kitab
suci suatu agama, tapi berdasar sumber yang didapat dari fenomena alam raya,
fenomena sosial-masyarakat, akal pikiran, dan intuisi (mata batin) manusia berkelas.
Cyber City merupakan salah satu konsep kota modern berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) yang telah banyak diterapkan di kota besar di seluruh dunia.
Ini adalah akibat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat yang ingin mengakses
informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai bagian dari
masyarakat dunia modern, Indonesia sudah saatnya menerapkan konsep Cyber City
untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas dan
tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja. Ini merupakan salah satu contoh
bagaimana internet sudah menjadi alternatif.
DI Cyber City siapapun bisa mengabaikan sosok fisik guru spiritual seperti
Ulama, Pendeta, Pastur, Biksu dll yang selama ini dianggap ahli dan memiliki
kapabilitas dalam mengajarkan segala sesuatunya mengenai agama, dan
menggantikannya dengan mengakses internet. Di Cyber City hal-hal yang berkaitan
dengan kepercayaan dan bersifat sakral sangat mudah didapat. Misalnya kata “Allah”,
jika kita memasukan kata tersebut ke Google, hanya dalam hitungan detik saja kita
sudah mendapatkan sekitar 51,2 juta halaman situs yang memuatnya. Sementara
“God” terpapar disekitar 354 juta. Kegiatan di dunia maya juga marak dilakukan oleh
masyarakat muslim di Indonesia. Hal ini dikarenakan melimpahnya informasi
mengenai materi keagamaan di internet. Media digital mampu berbagi atau
mendistribusikan informasi agama dengan sangat cepat. Mulai dari ide, tema, symbol,
gambar, dan video dengan kecepatan tinggi.
Warga Indonesia kini berada dalam abad informasi dimana setiap orang memiliki
peluang yang sama untuk menjalin komunikasi secara luas baik nasional maupun
internasional. Secara online, penggunaan internet dapat mengakses informasi
mengenai ritual keagamaan dan tata cara melakukannya. Sehingga pengguna internet
merupakan bagian dari pemeluk agama dunia yang melakukan kredo keagamaan yang
sama. Saling berinteraksinya para netter di Cyber City pada kenyataannya, disadari
maupun tidak, membentuk komunitas sebuah baru yakni komunitas virtual. Anggota
komunitas ini tentu saling berinteraksi dan berkomunikasi, pada akhirnya dari
interaksi inilah muncul sebuah kebudayaan.
Cyber City dan media menunjukan bagaimana agama dan media baru saling
berhubungan satu sama lain. Di Indonesia banyak yang mengkaji media dan
agamayang hadir dalam media baru. Hal ini beriringan dengan semakin menyatunya
internet dalam kehidupan kita sehari-hari. Media baru semakin menggalahkan
informasi praktik agama, hal-hal yang dilakukan penganut untuk menegakan
keyakinan mereka, dan ekspresikan identitas agama. Hal-hal yang dilakukan tersebut
bertujuan untuk menunjukan afiliasi mereka dengan agama atau komunitas
keagamaan.
Al-Qur’an sebagai teks suci umat ke dalam bentuk aplikasi digital, bahkan
aplikasi-aplikasi tersebut terbilang lebih praktis dan memudahkan para penggunanya
sebab fitur dari aplikasi ini yang dibuat langsung terkoneksi dengan Tafsir dan
Qiroaah. Transformasi ini tidak hanya berdampak pada kemudahan akses, tapi juga
pemangkasan biaya jika dibandingkan dengan harus membeli buku tafsir yang
berjilid-jilid jumlahnya. Selain berjalan pada sector pendidikan, Cyber City juga
sangat berkembang pada ranah kuliner. Aplikasiscan makanan halal kini juga dapat
dijadikan sebagai salah satu negara atau daerah yang bukan mayoritas muslim.
Implementasi Cyber City juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi untuk menunjang pembangunan. Penelitian ini
membahas optimalisasi Cyber City sebagai media komunikasi pembangunan di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data peneliti menggunakan metode studi literatur.
Meski tampak paradoks (berlawanan), agama dalam segala bentuk dan fungsinya
berpindah dan menyatu dengan Cyber City. Hubungan baru ini mengubah cara kita
menjalankan agama, serta bagaimana agama mempengaruhi masyarakat dan budaya.
Agama Cyber adalah perpaduan antara masyarakat modern. Agama di Cyber City
bukan hanya memiliki “Agama” di media baru, melainkan perpaduan dari semua
komponen sosial budaya yang kita kaitkan dengan agama dan semua elemen yang
kita kaitkan dengan masyarakat jaringan.
Cyber City sebagai media komunikasi pembangunan memiliki peranan penting
dalam menunjang pembangunan di Indonesia, perlu ditingkatkan inovasi teknologi
komunikasi pembangunan yang mudah digunakan. dan bermanfaat untuk masyarakat
dan peningkatan perlindungan terhadap data pribadi masyarakat. Cyber City menjadi
kajian yang menarik untuk dikembangkan kedepannya, karna agama sebagai salah
satu eleman yang sangat dekat dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Baits, Ammi Nur, (2022), Halal Haram Bisnis Online, Jakarta: Muamalah Penulis.
Rojat, Randyka Muhammad dan Febriansyah Febrio Akhmad, (2022), Optimalisasi Smart
City Sebagai Media Komunikasi Pembangunan di Indonesia, Jurnal Portal Data Vol 2 No 7.
Yakin Syamsul, (2022), Studi Islam Masa Kini, Surabaya: Pustaka Aksara