Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wardah Nailah Azis

NIM : 2170201254
Kelas : D Malam
Tugas : Membuat Artikel Halaman Opini Tema Etika, Moral Di Era Digital Pada Generasi Y, Z, Dan
Alpha

Etika Dan Moral Generasi Z Masih Perlu Diperhatikan

Perkembangan zaman yang terjadi pada Indonesia telah membawa banyak perubahan,
antara lain mudahnya dalam berkomunikasi jarak jauh, mudahnya mengakses internet serta
mencari informasi dan tersedianya beraneka macam platform untuk saling menghubungkan
satu sama lain baik dalam negeri maupun sampai ke luar negeri seperti media sosial
(Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dll). media sosial harusnya mampu memberikan
dampak positif bagi orang-orang yang memanfaatkan secara bijaksana. akan tetapi ternyata
media sosial bisa menyampaikan pengaruh negatif. sebab realitasnya ketika ini banyak orang-
orang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran etika dan moral pada memanfaatkan media
sosial ini. sikap negatif dan tidak bijaksana ini didominasi kaum remaja atau milenial.

Etika merupakan aturan yang membantu manusia untuk menentukan mana yang benar dan mana
yang salah. Oleh karena itu, setiap individu harus mempunyai “kesadaran” dalam sosial media dan
mampu membedakan dengan realitas sosial. Setiap individu harus bisa mengontrol aktivitasnya di media
sosial. Dengan segala kemudahan dan kemajuan teknologi yang sudah ada membuat generasi – generasi
di dunia ini lupa akan dunia nyatanya, salah satunya yaitu Gen Z, dimana mereka masih saling
berinteraksi secara tatap muka dengan satu sama lain dimana sangat diperlukan norma moral dan etika
dalam kehidupan bermasyarakat.

Generasi Z Dan Macam - Macam Generasi

Kumpulan orang yg termasuk ke pada generasi Z ini adalah mereka yang lahir di tahun 1995
sampai menggunakan 2010. biasanya mereka yg merupakan generasi Z disebut juga sebagai iGeneration
atau generasi internet atau generasi net. Mereka selalu terhubung menggunakan global maya dan dapat
melakukan segala sesuatunya dengan memakai kecanggihan teknologi yg terdapat. Bahkan teknologi
sudah terdapat sejak mereka kecil. Maka secara otomatis pengenalan teknologi serta global maya ini
begitu berpengaruh pada perkembangan kehidupan serta kepribadian mereka. tidak selamanya kedekatan
Gen Z dengan teknologi menyampaikan keuntungan. Dapat disimpulkan bahwa generasi Z lebih
mendominasi di teknologi, seperti yg bisa kita perhatikan di lingkungan kurang lebih dimana masih
banyak ditemukan krisis norma moral serta etika dari generasi Z terhadap manusia lainnya. Sebenarnya
generasi di umumnya tidak hanya generasi Z saja, terdapat banyak sekali generasi – generasi, diantara
lainnya yaitu : generasi Baby Boomer yaitu sebutan bagi mereka yg lahir di antara tahun 1946-1964 atau
usia lebih kurang 58-76 di tahun 2022, generasi setelah Baby Boomers dikenal sebagai generasi X atau
“Gen Bust”. generasi X sendiri artinya individu yang lahir di antara tahun 1965-1976, kemudian ada
generasi Y yaitu buat sesorang yg lahir pada tahun 1977 – 1994, dan pula terdapat individu yang lahir
pada atas tahun 2012 sampai 2025, mereka inilah yg diklaim menjadi generasi Alpha.

Perkembangan Teknologi Dalam Generasi Z

Pada era saat ini, perkembangan teknologi digital begitu cepat dan pengguna internet pun
semakin banyak. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja jumlah pengguna internet di Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup besar. Tahun 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia
mengalami peningkatan sebesar 11 persen dari tahun sebelumnya yakni 175,4 juta menjadi 202,6 juta
pengguna. Dari jumlah tersebut. Generasi z dan milenial menjadi kelompok atau generasi yang paling
dominan menggunakan internet. Hal ini berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2019-2020, penetrasi pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kelompok
usia 15 – 19 tahun (91 persen), disusul oleh kelompok usia 20-24 tahun (88,5 persen).

Dalam kacamata berbeda, sisi lain dari karakteristik genersi z yang akrab dengan internet dapat
menjadi sebuah bencana bagi peradaban. Ibarat pisau bermata dua yang bila mana digunakan dengan baik
akan bermanfaat bagi banyak hal dan jika digunakan tidak baik menjadi malapetaka banyak hal. Internet
bagi generasi z seperti jantung kehidupan mereka, yang kini menjadi kebutuhan primer. Bagaimana tidak
hampir setiap saat benda yang mereka bawa adalah smartphone, dimanapun dan kapanpun. Akibatnya
genersi z masa kini bermental instan, menginginkan segala sesuatu dengan praktis sampai pada hal
memilih makananpun banyak dari mereka yang memesan online atau istilah saat ini menyebutnya dengan
gofood. Mereka menghabiskan setengah waktu nya dalam sehari untuk berinteraksi di media sosial,
kecenderungan itu memunculkan pribadi yang narsistik dimana mereka terlalu mencintai diri sendiri
sehingga keberadaan mereka di media sosial menjadi hal penting untuk dipublikasikan. Konten-konten
yang di konsumsi di media sosial memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada pola perilaku di
kehidupan sehari-hari. Banyaknya konten di media sosial yang tidak mendidik penggunanya justru malah
ditiru oleh penikmat konten tersebut, akibatnya generasi saat ini terjangkit krisis atau dekadensi moral dan
juga etika. Ini ditandai dengan perilaku kurang baik seperti cyberbullying, seks bebas, pencurian, anti-
sosial, tidak sopan terhadap orangtua, miras dan narkoba dan lain sebagainya.

Sebenarnya Teknologi informasi dan digital mempunyai dua manfaat utama kepada
penggunanya, yakni daya untuk berkreasi (Creation Power) yang semakin mendekati kelas profesional-
industri, dan kekuatan penyiaran (Broadcast Power) yang sangat besar, sehingga pengguna bisa
menjangkau audiens dalam skala besar. Keduanya dapat tercapai melalui proses yang semudah,
sesederhana, dan semandiri mungkin dengan menggunakan laptop, tablet, bahkan smartphone. Hal
tersebut membuat generasi Z berada dalam posisi yang unik. Di satu sisi, sebagai digital natives, mereka
paling cepat menyerap kedua manfaat tersebut dibanding generasi sebelumnya. Di sisi lain, mereka belum
cukup peka terhadap risiko-risiko penggunaan teknologi yang tidak seimbang. Generasi sebelum mereka
pun juga sedang sama-sama belajar tentang hal itu.

Era digital sudah mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, termasuk aspek kewarganegaraan.
Perbedaan kewarganegaraan di era digital adalah segala sesuatu yang dilakukan di media sosial. Sering
disebut juga sebagai digital citizenship atau kewarganegaraan digital. Melansir dari buku Framework
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Abad 21, ada 9 komponen pada kewargaan digital, yakni :
Akses digital, Perdagangan digital, komunikasi digital, literature digital, etika digital, hukum digital, hak
dan kewajiban digital, kesehatan digital dan keamanan digital. Penggunaan media digital diperlukan
untuk menerapkan etika dan norma sebagai warga negara. Pasalnya, sering kita lihat di media bahwa
generasi Z kurang menerapkan perilaku yang sesuai, diantaranya Tidak menyebarkan ujaran kebencian
dan berita hoax, Menggunakan bahasa sopan dalam berkomunikasi, Memberikan konten yang tidak
mengandung unsur SARA, Melindungi data pribadi agar terhindar dari kejahatan siber, Menggunakan
akses digital untuk hal kebaikan.

Pada era digitalisasi sekarang, banyak dari kalangan  generasi Z khususnya mampu mengeksplore
dirinya melalui berbagai platform di media online maupun media sosial. Mereka dapat mengembangkan
potensi dirinya dengan pemanfaatan pada media canggih ini. Akan tetapi, maraknya kebebasan dunia
digital, membuat mereka bermedia dengan bebas melakukan banyak hal meski dipandang kurang baik
atau tidak baik. Contoh, maraknya konten-konten di media sosial yang dibuat tanpa memperhatikan baik
atau buruknya, tulisan-tulisan yang diunggah di media dan berisi informasi hoax, maraknya bullying
online atau komentar-komentar yang kurang baik dan yang lainnya. 

Etika yang dianggap kuno mulai luntur di antaranya norma-norma kesopanan yang lambat laun
terasa berkurang dibandingkan dengan zaman yang lalu. Apalagi etika di zaman Generasi Z ini banyak
sekali anak-anak bangsa yang sudah melupakan etika. Dengan adanya perkembangan zaman saat ini
anak-anak yang kurang beretika, dan bahkan ada yang tidak sama sekali memiliki etika saat bersosialisasi
pada masyarakat. Etika dan norma yang sudah luntur tersebut wajib dilestarikan kembali. Sangat
diperlukan peran orang tua dalam perkembangan norma moral dan etika pada anak. Nah maka dari itu
peran orang tua lah saat penting dalam perkembangan anak agar memiliki etika yang baik. Sebagai
contoh, dulu saat kita bertemu yang lebih tua, secara spontan kita akan menundukkan kepala kita sebagai
tanda hormat. Sekarang norma-norma lambat laun mulai berkurang, kalau tidak bisa dikatakan hilang.
KESIMPULAN

Semua ini merupakan penyimpangan sosial yang marak terjadi pada generasi muda saat ini yang
disebabakan oleh berbagai faktor mulai dari pengaruh lingkungan, keluarga atau sosial media. Pengaruh
atas ketiga faktor tersebut banyak di dominasi oleh faktor sosial media karena ketidakbijakan pengguna
dalam memanfaatkannya. Tujuan dalam menulis artikel ini, bukan hanya untuk orang tua saja tetapi siapa
pun juga harus memiliki etika yang sangat baik dalam bertindak. Etika ini juga bertujuan untuk,
memotivasi manusia untuk melakukan perbuatan yang benar atau baik dan menghindar dari perbuatan
yang salah atau buruk. Maka itu, kita diajarkan untuk beretika dengan baik, dimanapun dan dengan siapa
pun kita bersama dan berada. Dalam Pancasila sila ke-2 yang berisi "Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab". Maka dari itu kita harus miliki adab (perilaku atau etika) kepada orang yang lebih tua maupun
yang lebih muda. Jika kita ingin mendapatkan etika ataupun perilaku yang sopan dari orang lain, maka
sebaiknya kita juga harus memberikan etika atau perilaku yang baik.

Seperti yang diketahui bahwa pilar utama dalam pembentukan karakter dan moral seorang peserta
didik adalah melalui pendidikan dalam keluarga. Orang tua adalah orang pertama yang akan berperan
dalam proses pendidikan pertama dari seorang anak. Peran penting orang tua selaku sumber pendidikan
dan masyarakat pertama dalam keluarga adalah dalam proses pembentukan karakter peserta didik.
Kualitas moral dan karakter yang dimiliki seorang anak harus berbanding lurus dengan kualitas yang
dimiliki oleh orang tuanya agar pendidikan moral anak dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan
(Marsen, Neviyarni, & Murni, 2021).

Hal ini juga diperkuat oleh (Hendayani, 2019) bahwa pendidikan utama yang akan berimbas
besar dalam pembentukan moral, karakter dan akhlak seseorang adalah keluarga. Ibu yang merupakan
madrasah pertama bagi anak memiliki peran sebagai orang pertama yang bertugas mengenalkan norma-
norma pada anak. Adapun ayah berperan yang tak kalah penting adalah selaku kepala keluarga yang
senantiasa membimbing istri dan anak-anaknya agar memiliki akhlak yang baik
Daftar Pustaka

Basuki, A. (2020). Sistem Pendidikan Bagi Generasi Z (Gen Z). Jurnal Lingkar Widyaiswara, 7 (1), 43-
55.

Putra, S P. 2016. Theoritical review: teori perbedaan generasi. Among makarti, Vol.9, (18). 123-132.

Scobanka E Z. 2016. The Z Generation. Acta technological dubnicae. Vol. 6, (2). 63-76

Qurniawati, R. S., & Nurohman, Y. A. (2018). eWOM PADA GENERASI Z DI SOSIAL MEDIA.
DAYA SAING: Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 20(2), 70-80.

Zis, S. F., N. E., & Roem, E. R. (2021). Perubahan Perilaku Komunikasi Generasi Milenial dan Generasi
Z di Era Digital. Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5 (1), 69-87

Nuril Hidayah, 2022. Digital Citizenship, Ruang Etika Bagi Generasi Z.


https://www.anakteknik.co.id/111620868375095332510/articles/digital-citizenship-ruang-etika-bagi-
generasi-z. (Diakses tanggal 01 Desember 2022)

Binus University, 2021. Begini Perbedaan Generasi Baby boomers, X, Y, Z, dan Alpha.
https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/12/06/begini-perbedaan-generasi-baby-boomers-x-y-z-dan-alpha/.
(Diakses tanggal 01 Desember 2022)

Fajrina Andini, 2021. Mendorong Etika Digital untuk Generasi Z dan Milenial.
https://birokesra.babelprov.go.id/content/mendorong-etika-digital-untuk-generasi-z-dan-milenial.
(Diakses tanggal 01 Desember 2022)

Hired Today, 2021. Kesenjangan Generasi Dalam Dunia Kerja.


https://www.hiredtoday.com/tips-karir/articles/kesenjangan-generasi-dalam-dunia-kerja. (Diakses tanggal
04 Desember 2022)

Maudisha, 2022. Generasi Z Cepat Menyerap Keterampilan Digital, Namun Sangat Perlu Didampingi
Guna Capai Ranah Budaya Digital. https://www.ui.ac.id/generasi-z-cepat-menyerap-keterampilan-digital-
namun-sangat-perlu-didampingi-guna-capai-ranah-budaya-digital/. (Diakses tanggal 04 Desember 2022)

Yayan, 2022. Karakter Generasi Z Dimulai dari Etika.


https://ruzka.republika.co.id/posts/174482/karakter-generasi-z-dimulai-dari-etika. (Diakses tanggal 04
Desember 2022)

Intan Setya, 2022. Sudah Lunturkah Norma Etika di Kalangan Generasi Z.


https://retizen.republika.co.id/posts/29516/sudah-lunturkah-norma-etika-di-kalangan-generasi-z. (Diakses
tanggal 04 Desember 2022)
Desy Rizqyani, 2022. Nilai-Nilai Etika dan Moral Agama Khawatir Menurun pada Generasi Z.
https://www.kompasiana.com/desyrizqiyani0606/62c317a677cadb76e65fe342/nilai-nilai-etika-dan-
moral-agama-khawatir-menurun-pada-generasi-z. (Diakses tanggal 04 Desember 2022)

Chairida, 2021. Beretika di Zaman Generasi Z. https://kumparan.com/chai-rida/beretika-di-zaman-


generasi-z-1wo2IkXS2VL. (Diakses tanggal 04 Desember 2022)

Danar, 2022. Tanamkan Etika Berinternet Pada Gen Z, Orang Tua Berperan Penting.
https://www.krjogja.com/pendidikan/read/468186/tanamkan-etika-berinternet-pada-gen-z-orang-tua-
berperan-penting. (Diakses tanggal 04 Desember 2022)

Shiba Syahidah, 2021. Media Sosial, Faktor Krisis Moral Generasi Z dan Alpha.
https://headlinekaltim.co/media-sosial-faktor-krisis-moral-generasi-z-dan-alpha/. (Diakses tanggal 04
Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai