Anda di halaman 1dari 4

TRANSFORMASI GAYA BELAJAR DI ERA LITERASI DIGITAL

Oleh : Safar Yahya1

Ada banyak cara untuk menjadi pintar, dan cerdas di era sekarang. Anda cukup membaca
banyak buku, majalah, surat kabar, menonton berita atau mungkin belajar langsung dari orang-
orang hebat yang ceramah atau pidatonya sudah tersebar sangat luas di media sosial. Bahkan
di era digital seperti sekarang ini, segala hal dapat diperoleh secara instant dan mudah. Anda
tinggal mengklik satu kolom youtobe lalu menulis nama orang-orang hebat yang anda kagumi
untuk anda dengarkan motivasi atau ceramahnya, maka akan muncul dari sana beragam pidato
bahkan jejak-jejak kehidupan mereka yang sangat inspiratif.

Saya mengenal beberapa tokoh-tokoh besar dan berpengaruh di dunia. Seperti Oprah winfrey,
Robert kiyosaki, jack ma, Erdogan dan lainnya. Bukan berarti karena saya pernah berjumpa
dengan mereka. akan tetapi lebih kepada seringnya saya mengakses pidato, ceramah, motivasi
mereka lewat jejaring internet yang sudah menjadi kebutuhan dasar hari ini. Padahal generasi
ayah saya dulu tidak seperti sekarang. Bayangkan untuk bisa mengakses informasi, mereka
harus turun ke kota dulu. Berjalan berkilo-kilo meter lalu sampai ke kota. Disana mereka
kemudian baru dapat menonton berita atau memperoleh informasi lewat Televisi yang mungkin
warnanya tidak sebaik Televisi di zaman sekarang.

Saya jadi teringat, dalam sebuah kesempatan, gubernur DKI Jakarta, Anis baswedan pernah
bercerita saat diundang pada salah satu program TV bernama mata Najwa. Sempat saya
memperhatikan kala itu beliau bercerita tentang kakeknya yang selalu memotivasi anak dan
cucunya agar senantiasa belajar sungguh-sungguh dan tidak lupa setiap hari untuk selalu
mendengarkan berita meski hanya lewat radio. Karena radio saat itu adalah alat yang cukup
modern yang dimiliki orang-orang kampung. Berbeda dengan orang-orang kota pada umumnya
yang bisa membeli TV. Sedang radio saat itu merupakan satu-satunya media untuk
menyampaikan atau memperoleh informasi di kampong mereka . Kakek dari ANis baswedan
menasehatkan betapa pentingnya menjadi orang yang punya banyak ilmu dan punya banyak
pengetahuan. Jauh berbeda dengan orang yang hanya berkebun lalu tidak pernah mengetai
perkembangan zaman. Akhirnya mereka buta informasi. Padahal menurutnya “Banyak
informasi yang didapatkan, akan menghasilkan banyak pengetahuan, ide dan gagasan.
Sehingga setelah kita banyak tahu, maka dengannya kita akan mudah menentukan sikap,
tindakan dan rencana yang akan dilakukan.”

Apa yang dinasihatkan di atas, menjadi nyata saat kita tidak memiliki banyak informasi dan
pengetahuan, lebih-lebih ketika kita gaptek akan penggunaan tekhnologi digital. Sebuah
pengalaman pribadi yang saat itu sedang menempuh kuliyah di salah satu kota besar di Jawa
timur yaitu kota Malang. Ada satu pengalaman yang ingin saya bagikan. Dan pengalaman
tersebut sampai detik ini tidak pernah saya lupakan. Ada seorang sahabat saya namanya Mas
Priyo asal kota Lamongan. Suatu ketika kami harus mengikuti ujian akhir semester (UAS). Dan
kebetulan kami mendapatkan dosen yang killer. Salah satu jenis ujian yang diberikan ialah take

1 Founder Taman Baca Kedai Ilmu / Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar UM.Buton
home exam. Yaitu berupa tugas soal diberikan di dalam kelas, kemudian jawabannya ditulis
dalam bentuk analisa. Dan keesokan harinya wajib untuk dikumpulkan. Mendengar penjelasan
dosen tersebut, saya segera mengkontak sahabat saya ini. Karena prihatin jangan sampai ia
tidak memperoleh nilai pada semester ini. Sebab sepengetahuan saya saat ujian tersebut, ia
justru sedang berlibur di Bali. Anehnya, saat kami mengumpulkan tugas. Justru laporan tugas
analisa atas nama Nandank Priyo (nama lengkapnya) itu juga ikut terkumpul bersama tugas-
tugas kami. Padahal orang yang bersangkutan masih berada di kota Denpasar Bali. Saya baru
sadar ketika mendapatkan penjelasan via telfon dari beliau, bahwasanya mula-mula iya
mengkontak teman sekelas, lalu menanyakan jenis soalnya. Kemudian ia meminta soal dikirim
via whatsap sembari mencari jawaban di internet dan menganalisanya hingga tuntas sampai
larut malam. Di awal pagi ia mencoba mengirim tugas tersebut via email. Karena cukup tebal
lembaran jawaban yang akan distorkan. Ia kemudian mentransfer uang dalam rekening
sahabatnya untuk membantunya agar mengumpulkan tugas bersama tugas teman-temannya
yang lain. Di akhir percakapan saya dengannya, beliau kemudian mengatakan “kecanggihan
tehnologi hari ini dapat memudahkan manusia untuk mengerjakan segala hal, asal dia tahu cara
mengoperasikan IT. Jika tidak, maka dia akan tertinggal dan tertindas”.

Perkembangan teknologi kearah serba digital saat ini semakin pesat. Dan pada umumnya
perkembangan dan perubahan ini juga ikut memberikan pengaruh pada gaya hidup manusia.
Baik pengaruh yang sifatnya positif seperti kemudahan menjalin komunikasi jarak jauh,
kemudahan untuk memesan barang dan lain sebagainya. Namun pada saat yang sama, kita
tidak bisa memungkiri bahwa tantangan kedepan juga tidak mudah. Sebab pengaruh negatif
dari media digital juga patut kita paswadai, seperti mudahnya generasi muda kita mengakses
berita atau konten-konten yang berbau pornografi.

Tantangan pada era digital tidak hanya pada tatanan perilaku, tetapi lebih luas lagi telah
memberikan pengaruh pada ekonomi, politik, , sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan
teknologi informasi itu sendiri. Sehingga jangan sampai kita gaptek dan tidak mau berperan aktif
minimal memberikan kontribusi melalui sarana prasarana yang telah ada. Dewasa ini banyak
para youtober yang bermunculan. Dan bagi hemat saya, mereka cukup kreatif untuk
menuangkan ide-ide dan gagasan mereka bagi kalangan luas. Dan kalau diperhatikan konten
atau isi yang ditayangkanpun sangat beragama. Mulai dari konten masak-memasak, konten
tutorial untuk mempelajari sesuatu, sampai pada konten podcast yang cukup banyak diminiati
akhir-akhir ini.

Beberapa kesalahan yang menurut saya seringkali terjadi di masayarakat kita Indonesia. Yaitu
kebanyakan masyarakat kita mengaggap bahwa penggunan teknologi informasi dan internet
sebagai media hiburan semata. Banyak yang waktunya terbuang hanya untuk bermain
Facebook, bermain game dan menonton konten youtobe yang tidak mendidik. Padahal, jika
sarana tersebut dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka kita akan jauh lebih maju dan
berkembang. Berarti dalam hal ini sesungguhnya yang berperan penting bukan sekedar
medianya, melainkan siapa yang memegang media tersebut. Oleh karena itu pentingnya
pendidikan literasi digital kepada generasi muda, agar mereka tidak salah arah dalam
menyikapi perkembangan zaman khususnya daam menghadapi era 4.0 ini.
Secara sederhana, pendidikan literasi digital berupa untuk memberikan pemahaman seperti
apa seharusnya bermedia sosial. Mengutip dari buku berjudul Peran Literasi Digital di Masa
Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital dimaknai sebagai pengetahuan dasar
untuk memberikan kecakapan kepada para pengguna dalam memanfaatkan media digital,
seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.

Dari pengertian ini, kita bisa pahami bahwa literasi digital sangat penting bagi siapa saja. Lebih
khusus kepada mereka yang buta informasi terkait alat teknologi yang ia miliki. Karena hemat
saya, sebuah alat atau media, jika tidak dipahami kegunaannya, maka akan berdampak buruk
pada penggunanya.

Dalam pemaparan yang lain, minimal ada beberapa prinsip dasar literasi digital yang harus
dipahami oleh masyarakat kita. Menurut Yudha Pradana, seorang dosen Politeknik Negeri
Semarang dalam atribusi kewargaan digital dalam literasi digital (2018), menyatakan bahwa
literasi digital memiliki empat prinsip dasar yaitu ; pemahaman (understanding), ketergantungan
(dependency), faktor sosial (social factors), akurasi (accuracy).

Penjelasan dari pada beberapa prinsip dasar literasi digital yang dimaksud tersebut ialah
pertama, pentingnya memahami informasi yang diberikan. Karena pemahaman yang baik, akan
memudahkan kita untuk mengambil sikap dan tindakan. Kedua, ketergantung dalam arti adanya
keterkaitan penyamaan informasi antara satu media dengan media yang lain agar kita tidak
terprofokasi pada berita bohong (hoaks) terjadi kesalahan dalam menyampaikan informasi.
Ketiga, factor social. Dimana literasi digital yang dihasilkan mampu memberikan manfaat
kepada masyarakat. Karena keberhasilan media pada jangka panjang di masa depan
ditentukan oleh seberapa besar manfaat dari informasi yang diberikan oleh media kepada
masyarakat. Keempat, kemampuan mengakses lebih cepat, memamahami , menyimpan data
dan menggunakannya kepada hal-hal yang bermanfaat. Prinsip kurasi juga dapat diartikan
sebagai kemampuan bekerjasama untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi
yang dinilai berguna.

Saya tertarik untuk melihat frame media kita hari ini. Bisa dilihat, Jika konten yang ditayangkan
menarik, maka ia akan terus ditonton dan diminati oleh masyarakat. Namun jika tidak, maka ia
akan ditinggalkan. Seperti jumlah penonton youtobe yang jauh lebih banyak dan meningkat
daripada jumlah penonton Televisi. Mengapa? Jawaban saya sederhana. Karena boleh jadi
dunia pertelevisian tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Tayangan-tayangan
sinetron terkesan sangat kurang mendidik. Lebih lagi beberapa media menayangkan berita
yang menyudutkan beberapa kelompok tertentu dan terkesan mementingkan kelompok
tertentu.

Adanya pandemic covid 19 yang tersebar hampir di seluruh dunia menjadi salah satu penyebab
munculnya arus golabalisasi yang sangat pesat. khususnya perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Sehingga dunia pendidikan tidak boleh tutup mata. Khususnya
para dituntut untuk tidak boleh lagi monoton saat mengajar.

Pengajaran yang bersifat teacher oriented, menurut hemat saya selama ini adalah bagian dari
penghambat para siswa untuk berkembang dan memiliki jiwa kreatifitas. Sebab pada
kenyataannya,siswa hanya dianggap sebagai objek penerima materi. Bukan sebagai subyek
yang juga memiliki andil untuk mengeksplorasi materi. Apalagi metode mengajar konvensional
yang menitip beratkan pada ceramah. Padahal asetiap peserta didik dalam hal ini siswa, tidak
hanya mampu memeahami materi dari mendengar saja (audio) melainkan mereka butuh
melihat bentuknya dan membedakan jenisnya. Dan hal tersebut hanya dapat disentuh melalui
pendekatan visual (gambar, dsb). Namun jauh lebih dari itu, pendekatan kinestetik yang lebih
berorientasi pada tindakan, experimen dan demonstrasi, akan jauh lebih menarik dan efektif jika
pengajaran seperti itu dapat diberikan kepada siswa.

Siswa sejatinya adalah penjelajah. Ia harus didorong dan dmotivasi. Ada banyak palikasi ruang
belajar online yang bisa ditawarkan kepada siswa. Sesekali para siswa diajak berekreasi pada
sebuah objek untuk dipelajari sejarahnya sambil belajar di alam terbuka. Agar muncul
kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan.

Bagi saya tidak ada satu negeri yang sempurna pendidikannya. Demikian dengan negeri kita
Indonesia. Dan ketika menoleh pada negara-negara barat, mereka jauh lebih maju dari kita.
Akan tetapi tidak salahnya jika kita terus berinovasi untuk maju dan berkembang ke arah yang
lebih baik. Maka gunakan teknologi sebaik mungkin. Jadikan teknologi sebagai media anda
untuk mengembangkan diri. Sebagai penutup, saya pernah membaca ungkapan Socrates
dalam beberapa buku filsafat. Kata Socrates “Tidak ada alasan bagi anda untuk tidak mengenal
Tuhan sekaligus mengenal ciptaanNya. Karena panca indrayang diberikan sudah cukup
menjadi modal anda untuk memiliki pengetahuan.

Nasihat penutup ingin saya sampaikan, “Jangan pernah berhenti belajar,karena saat kita
berhenti belajar, maka berarti kita sedang menuntun akal kita untuk berhenti berpikir. Pada saat
manusia berhenti berpikir, maka pada saat itu, ia sudah tidak dianggap sebagai manusia lagi”.

Anda mungkin juga menyukai