DI SUSUN OLEH:
WA SUHAINI (011901005)
1. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-
analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil
penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun
teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang
besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia atau alamnya.
2. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena
tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami
manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan
yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang
dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
3. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan
mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan
disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan
yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
C. Paradigma ilmu bebas nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak
memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait
dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu
menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator
bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkadang hal
tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air
condition, yang ternyata berpengaruh pada pemanasan global dan lubang ozon semakin
melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan
teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan
sekitar. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilmu itu untuk ilmu.
Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada
setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang
mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan
nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi
sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua nilai lain
dikesampingkan.
MenurutProf. A. Qodry Azizy (2004: 81), tiga komponen yang dimiliki pendidikan Islam
sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan sains dan teknologi ke posisi
semula, yaitu:
Amar ma’ruf
Pendidikan Islam memperkenalkan konsep pengembangan amar ma’ruf. Tidak
hanya kaitannya dalam pergaulan sosial saja, akan tetapi amar ma’ruf ini dimaknai juga
sebagai pengembangan diri dan iptek secara positif. Jadi apapun yang dihasilkan oleh
umat Islam harus mampu memberikan nilai positif bagi kehidupannya dan habitat di
sekelilingnya. Begitu pun dalam pengembangan iptek, umat Islam harus mengarahkan
penggunaan iptek kepada hal yang benar, yang diridhoi oleh Allah SWT.
Nahi Munkar
Pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk mampu membedakan dan memilih
kebenaran. Seandainya ada penyalahgunaan iptek, maka pendidikan Islam mengharuskan
umat Islam untuk menghindarinya dan memperbaiki serta mencegah penyalahgunaannya
kembali.
Iman kepada Allah
Poin ketiga ini menjadi poin utama dasar pendidikan Islam. Karena dengan
keimanan yang kuat, umat Islam akan mampu menghadapi dampak negatif iptek yang
hadir. Iman kepada Allah SWT akan menghadirkan rasa takut untuk bermaksiat terhadap-
Nya, dan rasa malu untuk melakukan kerusakan di bumi. Sebesar apapun serangan
dampak negatif iptek, umat Islam akan mampu membentengi diri melalui peningkatan
keimanan yang terus menerus. Karena pada dasarnya dampak negatif iptek tidak akan
terbendung, hanya diri kitalah yang harus membentengi diri sebaik mungkin untuk
menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPTEKS yaitu Ilmu Teknologi dan Seni adalah suatu hal yang sangat diperhatikan
dalam Islam, martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah,
juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
Islam mewajibkan setiap umat muslim untuk menuntut ilmu, karena manusia adalah
makhluk yang telah dikaruniai potensi akal yang sepatutnya diperintahkan untuk berfikir
dan berilmu. Tetapi IPTEK dan Seni pada zaman sekarang ini telah dikuasai oleh
peradaban Barat yang mana banyak yang melenceng dari syara’. Sejatinya, ilmu adalah
amal jariyah maka IPTEK dan Seni haruslah dijalankan sesuai dengan hukum dan syara
dan yang patut dipertimbangkah adalah mengenai halal-haramnya, bukan manfaatnya
saja.
B. Saran
Sebagai makhluk yang diciptakannya, sudah sepatutnya kita berjalan di dunia ini
sesuai dengan aturan pencipta kita, Allah Azza wa Jalla, karena akan telah dikaruniai
kepada kita, maka kewajiban menuntut ilmu harus segera kita jalankan. Tentunya, sesuai
dengan aturan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA