Anda di halaman 1dari 9

Peluang dan Tantangan

Warga Nahdliyin NTT


Dalam Menggunakan Media Digital

Oleh: AKBP. Dr. Dody Eko Wijayanto, SH., M.Hum


Warga NU dalam menghadapi era disrupsi digital dan revolusi industri 4.0. harus siap sedia
lahir bathin. Perubahan teknologi menyebabkan perubahan perangkat untuk menjalankan banyak
aktivitas kehidupan, yang mengubah lanskap cara-cara berdakwah dan melayani
masyarakat. Ceramah pada zaman dahulu selalu dilakukan dari panggung ke panggung. Kini
pengajian dan ceramah bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing, dengan siaran langsung
melalui media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram, atau media sosial lainnya.
Apa yang disampaikan secara langsung tersebar ke seluruh penjuru dunia. Sejumlah
penceramah kondang yang muncul belakangan ini adalah mereka-mereka yang sebelumnya
sukses mengembangkan dakwah di dunia digital. Mereka memiliki kemampuan berbicara yang
baik sekalipun kemampuan agamanya belum tentu memadai. Beberapa di antaranya terpaksa
minta maaf kepada publik karena melakukan kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur’an seperti
adanya pesta seks di surga atau pernyataan bahwa Nabi Muhammad pernah sesat.
Peluang Dalam Menggunakan Media Digital
• Anak-anak muda NU harusnya lebih mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman dan teknologi karena merekalah yang hidup di zaman ini dan generasi 4.0.
mereka pulalah yang menjadi pengguna terbesar teknologi.
• Teknologi juga telah membuat konsolidasi organisasi menjadi lebih gampang.
Komunikasi dan koordinasi yang sebelumnya susah dan memerlukan biaya mahal kini
menjadi sangat gampang. Aplikasi WhatsApp (WA), Line, Telegram, Skype dan
sejenisnya yang bisa diunduh secara gratis membantu mengoordinasikan berbagai
kegiatan dengan gampang. Ada banyak sekali perangkat lunak untuk membantu
berbagai kegiatan menjadi lebih mudah.
Tantangan Dalam Menggunakan Media Digital
• Ketika teknologi telah tersedia dengan biaya murah, maka yang diperlukan adalah kapasitas
menggunakannya dengan baik.
• Maka di sini, yang berlaku adalah kualitas sumber daya manusia.
• Prinsipnya adalah man behind the gun atau orang yang menggunakan senjata, bukan senjata
itu sendiri. Betapapun canggihnya senjata, tentara yang memegangnya tidak kompeten, maka
akan kalah dalam peperangan.
• Banyak orang kini mengalami kecanduan internet. Mereka menghabiskan sebagian besar
waktunya berselancar di internet sementara interaksi sosialnya di dunia nyata menjadi sangat
berkurang. Hal ini kemudian menimbulkan depresi, kecemasan atau persoalan psikologis
lainnya.
• Saat ongkos komunikasi hampir gratis, ternyata ada masalah lain yang muncul karena
ketidakmampuan untuk mengelola secara tepat aktivitas di dunia maya.
Berbagai persoalan yang sebelumnya yang menjadi konsumsi pribadi dikeluhkan di dunia
maya. Orang-orang mengejar popularitas di dunia maya dengan melakukan hal-hal yang
kontroversial. Yang dulu menjadi tabu dalam masyarakat kini menjadi biasa dilakukan.
Menghina orang lain dengan kata-kata kasar kini dengan gampang ditemui di media sosial.
Remaja yang belajar agama hanya di internet membantah pendapat ulama bidang tertentu
yang kompeten. Penyebaran hoaks merupakan tantangan serius lainnya yang muncul dalam
era digital. Berita bohong sudah ada sejak dahulu. Kini, hoaks bisa dengan gampang
menyebar dari satu grup ke grup media sosial lainnya, diamplifikasi oleh tokoh tertentu
sehingga menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Literasi digital yang rendah menyebabkan tidak ada upaya pengecekan
informasi yang diterima sebelum disebarkan. Informasi yang sesuai dengan
pendapatnya, hanya dengan ujung jari sudah menyebar ke mana-mana.
Belum ada budaya malu di masyarakat bahwa dirinya telah menyebarkan
berita bohong sehingga tidak kehati-hatian dalam menyebarkan informasi.
Oleh karena itu mari cerdas berlitarasi digital dengan menggunakan media
digital sebaik mungkin.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai