Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI MASSA & MEDIA

Dari buku “Perkembangan Teknologi Komunikasi (Nurudin)” dengan beberapa penyesuaian

Dosen Pengampu: Endrian Kurniadi, S.Kom., M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1


A. Mengapa Mempelajari Teknologi Komunikasi?...................................................................... 3
1. Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi .................................................................... 4
2. Sejarah Perkembangan Manusia ......................................................................................... 4
3. Perkembangan Teknologi Komunikasi ................................................................................ 5
4. Teknologi dan Dampaknya Bagi Manusia ........................................................................... 5
5. Meramalkan Masa Depan................................................................................................... 5
B. Asal-usul Istilah Teknologi ................................................................................................... 6
C. Determinisme Teknologi ....................................................................................................... 9
D. Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi .................................................................. 13
E. Pesan yang Dibawa Teknologi Komunikasi .......................................................................... 14
1. Melakukan Demasifikasi .................................................................................................. 15
2. Menyesuaikan Diri .......................................................................................................... 16
3. Meningkatkan Interaksi.................................................................................................... 18
F. Pendekatan dalam Mempelajari Teknologi Komunikasi......................................................... 21
1. Dystopian........................................................................................................................ 21
2. Neo-Futuris ..................................................................................................................... 22
3. Tekno-Realis ................................................................................................................... 24

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Hidup pada era digital membuat kita bisa dengan mudah mengakses informasi yang tak
hanya cepat, tetapi juga besar. Hal ini juga mengubah cara kita mengonsumsi hingga
membagikan informasi itu.

Saat ini, sebagian besar warga ingin berbagi apa pun kepada siapa pun, baik momen
bahagia atau sedih. Mulai dari menunjukkan hasil masakan, foto- foto diving, cincin
pertunangan, hingga mata sembabnya karena tersenggol kegagalan. Semua di-share meretas
batas waktu dan jarak.

Menariknya, dari kebiasaan berbagi ini menghasilkan suatu kolaborasi antar manusia
untuk membawa peradaban ke tingkat lebih tinggi. Tak jarang, kolaborasi itu melahirkan
nilai- nilai positif bagi banyak orang. Mengutip dari sebuah artikel yang ditulis oleh Fred
Mazzela di TechCrunch berikut ini sebagian dari beberapa jenis “berbagi” pada era digital.

Berbagi Barang

Era digital membuat setiap orang memiliki kemungkinan untuk mengakses aset idle
seseorang. Misalnya, menyewakan kamar untuk traveler, sepeda motor untuk dijadikan
transportasi umum, bahkan mobil atau berbagi tumpangan untuk pergi ke kantor bersama.

Coba saja lihat cara OLX mengampanyekan barang Anda yang tidak terpakai agar
berguna untuk orang lain. Bisa juga melihat AirBnB yang menyewakan kamar atau apartemen
pribadi untuk para traveler. Selain itu, Gojek dan Grab yang mengajak orang menyewakan
mobil atau sepeda motornya untuk menyelesaikan masalah ketepatan waktu akibat kemacetan
kota.

Walaupun berbasis transaksi, sebenarnya orang tidak sadar bahwa ini termasuk berbagi.
Sebelumnya, juga sudah ada komunitas Nebengers. Melalui forum daring mereka
menginisiasikan gerakan menumpang. Orang yang ingin pergi ke kantor dengan mobil

1
pribadi menawarkan orang lain di forum tersebut untuk berangkat bersama, jika rutenya
searah.

Berbagi Pengetahuan

Wikipedia bisa menjadi salah satu pelopor era berbagi pengetahuan. Situs ini
mendemokratisasi akses pengetahuan ke seluruh dunia. Setiap orang yang memiliki
pengetahuan bisa membuat kontennya. Kini, sudah banyak situs berbagi pengetahuan. Tak
hanya literatur akademik atau presentasi, tetap i juga lagu dan video.

Tengok saja, pengetahuan tentang trik dan tips mulai dari melipat kertas hingga mengolah
pakan ternak dalam bentuk audio visual yang bisa dilihat di Youtube dan Vimeo. Setiap orang
kini bisa berbagi konten pengetahuannya dalam bentuk blog. Kemudian, orang yang tertarik
bisa menyebarkan lagi dengan hanya menekan ikon share. Semua pun tersebar ke media
sosial.

Bagi penggila musik, Soundcloud menjadi cara untuk berbagi atau unjuk gigi kemampuan
bermusik seseorang. Soundcloud pun menjadi sarana musisi pemula yang punya lagu sendiri,
tetapi masih malu menunjukkan diri. Dari sini karya musik mereka bisa dibagikan secara
daring, baik dalam bentuk share maupun unduh gratis. Tinggal pilih.

Berbagi Uang

Mungkin kita masih ingat “Koin untuk Prita”. Dari peristiwa itu banyak orang bersatu
untuk membantu Prita dalam menghadapi kasusnya. Sekarang, kita tak hanya meminta
bantuan soal kemanusiaan, tetapi juga pengembangan bisnis. Inilah yang disebut
crowdfunding. Di Indonesia band Efek Rumah Kaca pernah menggunakan cara ini untuk
memproduksi album mereka. Hasilnya melebihi target.

Beberapa situs crowdfunding yang cukup terkenal adalah Indiegogo dan Kickstarter.
Beberapa kali perusahaan produsen gim Indonesia seperti Touchten, Anantarupa, dan Digital
Happiness menggunakan Kickstarter atau Indiegogo untuk mendapat dana segar, guna
memproduksi gimnya. Indonesia pun punya situs crowdfunding yang cukup dikenal,
Wujudkan.com (VTO).

2
A. Mengapa Mempelajari Teknologi Komunikasi?

Informasi yang saya kutip di atas menjadi bukti adanya peran teknologi komunikasi bagi
kehidupan manusia sehari-hari. Manusia kebanyakan sering kali kaget, mengapa teknologi
berubah sangat cepat, sementara teknologi yang masih sederhana saja belum dikuasainya.
Saya salah seorang yang tidak begitu senang gonta-ganti telepon genggam (HP). Bagi saya,
dengan HP yang dipunyai saat ini sudah tercukupi kebutuhan dalam berkomunikasi, juga
saya tidak terlalu menuruti keinginan produsen yang selalu menawarkan beragam software
baru. Saat orang menggunakan Black Berry (BB) sebagai alat komunikasi baru, saya pun
tidak begitu tertarik. Namun demikian, saat HP Nexian saya rusak, saya baru mencari HP
baru, kebetulan ditawari BB. Akhirnya, saya beli BB dan pelajari lagi cara
mengoperasionalkannya. Jadilah, saya ke mana- mana membawa BB. BB belum lama saya
kuasai, sudah muncul Android, saya pun tidak tertarik menggunakannya. Toh kebutuhan
informasi saya sudah mencukupi. Baru kemudian saat BB rusak, saya harus membeli Android
karena yang menjual BB sudah semakin berkurang. Sementara itu, karena mobilitas yang
semakin tinggi, saya harus memakai Android (bisa buka e-mail dan berkomunikasi dengan
orang lain lebih cepat melalui perangkat media sosial). Jadilah saya mempunyai android yang
terhubung dengan hampir semua jaringan media sosial. Saya dipermudah berhubungan
dengan kolega dan mahasiswa terkait tugas kuliah, rapat, dan keputusan yang harus diambil
dengan cepat.

Apa yang terjadi pada diri saya dan kutipan informasi di atas menunjukkan
perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat. Dari perkembangan itu, tak sedikit
individu harus mengikuti konsekuensi dari teknologi. Saya misalnya, tidak bisa menghindar
memakai Android karena kebutuhan berkomunikasi.

Masalahnya, mengapa teknologi itu harus diikuti? Lebih khusus pertanyaannya, mengapa
kita harus mempelajari teknologi komunikasi? Bisa jadi, sebagian besar pembaca mengakui
bahwa teknologi komunikasi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Bahkan
begitu pentingnya menganggap teknologi sampai tidak mengetahui atas dampak buruk
darinya. Tak terkecuali, manusia sering dijadikan “budak” teknologi tanpa dia sadar atau
justru kelewat sadarnya. Berbagai dampak positif dan negatif itu tentu harus dipelajar i. Kita
tidak bisa menolak mentah- mentah kehadiran teknologi, yang bisa dilakukan adalah

3
bagaimana mengelolanya untuk mendukung aktivitas manusia. Beberapa alasan mengapa kita
perlu mempelajari teknologi komunikasi, antara lain untuk mengetahui:

1. Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi

Mempelajari teknologi komunikasi tak lain menggali sejarah perkembangan teknologi itu
sendiri. Dengan mempelajari perkembangan teknologi komunikasi ini manusia jadi tahu apa
teknologi paling sederhana pernah digunakan untuk membantu berkomunikasi. Ini juga bisa
menggambarkan kekurangan manusia zaman dahulu dengan ditunjukkan pada hasil
teknologinya (setidak-tidaknya, jika kita ukur dari era sekarang).

Secara sederhana teknologi atau bisa disebut dengan alat bantu bisa dite lusuri saat
manusia menggunakan media sebagai alat berkomunikasi. Tulisan di gua, simbol-simbol
benda, atau sekadar gambaran di tanah liat, tak lain bentuk dari teknologi komunikasi. Karena
kapasitas otak manusia waktu itu masih terbatas, mereka menggunaka n jeritan, siulan,
erangan, desahan sebagai alat bantu berkomunikasi. Ini tentu, tetap bisa disebut dengan
teknologi komunikasi, jika kita memahami teknologi itu sebagai alat bantu. Bukankah
sebagaimana dikatakan Everett M. Rogers (1986) bahwa teknologi itu meliputi software dan
hardware? Bisa jadi alat bantu di luar itu disebut hardware sementara perangkat lunak yang
melekat pada manusia itu disebut dengan software.

2. Sejarah Perkembangan Manusia

Teknologi yang berkembang dari masa ke masa juga bisa menunjukkan perkembangan
peradaban umat manusia di setiap zamannya. Itu tidak berarti bahwa peradaban manusia
zaman sekarang lebih maju dibanding dengan dulu. Setiap peradaban punya tuntutan,
kepentingan, dan kemudahan, serta kesulitannya sendiri-sendiri. Zaman dahulu, bisa
dikatakan peradaban maju, jika disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan
manusianya. Jika kita memakai tolok ukur manusia dan teknologi zaman sekarang, dahulu
jelas peradabannya lebih rendah. Jika kita mengukur pada era itu dan seandainya kita hidup
pada era itu juga, maka era tersebut bisa dikatakan peradabannya maju. Era sekarang bisa
dikatakan maju karena peran era sebelumnya, bukan?

4
3. Perkembangan Teknologi Komunikasi

Mempelajari teknologi komunikasi juga menunjukkan apa perbedaan tek nologi yang
digunakan manusia dalam berkomunikasi setiap tahapan. Seseorang bisa mengetahui apa
perbedaan manusia yang hidup di era pertanian industri dan informasi. Jika kita menyebut
mesin cetak, maka dalam pikiran kita akan teringat peran Johaness Gutenberg yang
menemukan mesin cetak pada era 40-an. Jika kita menyebut microsoft word saat ini, kita
tidak akan bisa melepaskan diri dari individu bernama Bill Gates. Intinya adalah, dengan
mempelajari teknologi komunikasi, kita mengetahui sejarah perkembangan peradaban
manusia.

4. Teknologi dan Dampaknya Bagi Manusia

Teknologi dibuat tentu saja untuk mempermudah aktivitas manusia. Coba dibayangkan
seandainya kita yang sudah hidup di zaman modem ini masih melakukan pengiriman pesan
layaknya satu abad lampau. Manusia tentu akan mengalami kesulitan sedemikian rupa.
Teknologi telah memaksa manusia untuk menemukan banyak hal. Misalnya, penemuan
satelit telah memunculkan teknologi yang memanfaatkannya (telepon, internet, dan
kemudahan dalam mendapatkan informasi melalui media massa).

Namun demikian, teknologi juga mempunyai dampak negatif. Dengan dampak negatif,
membuat manusia harus berpikir sedemikian rupa, bagaimana cara mengatasinya. Misalnya
saja, muncul dampak radiasi teknologi telepon genggam pada otak manusia. Kemampuan
manusia dengan didukung teknologi yang dibuatnya akan berpikir ulang, bagaimana
mengatasi dampak itu, tak terkecuali munculnya virus- virus lain yang diakibatkan oleh
teknologi. Intinya adalah dengan teknologi ciptaannya, memaksa manusia untuk berpikir,
bagaimana mengatasi dampak yang ditimbulkannya.

5. Meramalkan Masa Depan

Dengan penemuan satelit dan kemudahan berkomunikasi, manusia berpikir untuk


meramalkan masa depan. Lihat saja saat Rusia meluncurkan satelit Sputnik (1957) membuat
Amerika berpikir keras untuk menandinginya, maka muncullah Telstar (1962) . Satelit juga
meramalkan dan merencanakan perseteruan dua negara (Rusia dan Amerika) yang pernah
disebut sebagai “Negara Adikuasa” semakin tajam. Keduanya sama-sama menggunakan

5
teknologi canggih, yang waktu itu dikenal dengan “perang bintang”. Perang kedua negara
adikuasa itu menyeret beberapa negara untuk menjadi sekutunya. Perang bintang inilah yang
sempat mencemaskan semesta, bahwa dunia akan hancur, jika keduanya terlibat perang
dengan menggunakan teknologi canggih masing- masing.

Manusia dengan teknologi juga bisa meramalkan masa depannya. Orang tidak akan
pernah membayangkan jika mengirim Short Message Service (SMS) bisa sampai melampaui
pulau balikan negara. Bisa jadi, suatu saat nanti manusia berkomunikasi dengan sesamanya
tanpa saling bertemu dan mereka melihat satu sama lain seolah dekat, sebagaimana bertemu.
Dunia seolah juga menjadi kecil dengan perantaraan teknologi. Dengan teknologi, manusia
bisa meramalkan dampak positif, namun demikian juga harus berpikir dampak negatif dari
teknologi itu bagi masa depan umat manusia.

Kaitannya masa depan dengan mempelajari teknologi komunikasi, kita bisa


mengidentifikasi berbagai perubahan kaitannya dengan penerimaan, dampak, peluang, dan
persaingan ekonomis di masa datang. Juga, untuk mempersiapkan diri bagi munculnya
media- media baru di masa datang. Tak lupa pula, bagaimana mempersiapkan dan
mengantisipasi teknologi komunikasi bagi generasi mendatang yang belum jelas sosoknya.
Tak lain karena teknologi adalah bentuk perkembangan temuan manusia yang susah
diprediksi sebelumnya.

B. Asal-usul Istilah Teknologi

Jika dilihat dari asal- usulnya, kata teknologi berasal dari kata “textere” yang berarti to
weave (menenun) atau to construct (membangun). Menenun dan membangun mempuyai
makna, yakni menyatukan yang berserakan untuk dijadikan satu dengan fungsi baru. Coba
kita perhatikan seorang kuli bangunan gedung. Kuli itu menyusun unsur-unsur untuk
membangun (batu bata, semen, dilengkapi dengan alat-alat membangun). Kemudian, sedikit
demi sedikit tersusun menjadi bangunan dengan beragam fungsi tergantung rencana
pembangunan. Jika yang dibangun itu rumah, berfungsi untuk keamanan serta melindungi
keluarga, apabila bangunan sekolah dipakai untuk pembelajaran, dan sebagainya. Unsur-
unsur bangunan yang disusun itu telah berubah menjadi fungsi baru dan lebih bermanfaaat
bagi banyak orang. Hal demikian, tidak jauh berbeda dengan pekerjaa n menenun. Maka, yang
dikenal dengan teknologi adalah kumpulan perangkat atau unsur- unsur. Bukankah yang

6
disebut komputer itu adalah kumpulan dari berbagai macam unsur hingga dikenal dengan
teknologi komputer itu?

Selama ini, ada anggapan yang salah bahwa teknologi itu hanya berkaitan dengan mesin.
Secara arti sempit, teknologi memang berarti mesin dalam bahasa sehari-hari. Hal ini pernah
dikatakan oleh Everett M. Rogers (1986), “Technology is a design for instrumental action
that reduces uncertainly in the course-effect relationship involved in achieving a desired
outcomes”.

Secara sempit teknologi bisa jadi berarti hanya perangkat keras (hardware) saja, secara
luas bisa berarti hardware dan software (perangkat lunak). Jika kita menyebut teknologi
komunikasi, bisa diartikan sebagai perangkat keras, struktur-struktur organisasional, dan nilai
sosial yang dikoleksi, diproses, serta menjadi pertukaran informasi individu dengan lainnya.

Sejarah teknologi komunikasi seiring dengan histori manusia itu sendiri. Dengan kata lain,
jika kita berbicara tentang teknologi modem sekarang ini, berarti tahapan peradaban manusia
juga sudah setara. Begitu juga pemikiran manusia yang sudah dianggap mumpuni, tentu bisa
dikatakan mencerminkan kemajuan perkembangan teknologi komunikasi.

Saat perkembangan otak masih belum sempurna, maka manusia hanya bisa memakai
bahasa isyarat dan faktor pendengaran juga menjadi sangat vital untuk berkomunikasi. Saat
kemampuan berbicara manusia sudah baik dan kemampuan merekam data sudah maju, maka
teknologi yang mengandalkan tulisan juga ikut berkembang. Teknologi waktu itu, tentu
berkembang sesuai keadaan manusianya. Sangat mustahil waktu itu sudah ditemukan televisi,
bukan? Ini bukti bahwa teknologi manusia sejalan dengan sejarah manusia itu send iri.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk teknologi. Tanpa ada teknologi dalam arti
hardware, manusia itu penentu segala bentuk perkembangan di masyarakatnya. Jika
teknologi hardware diartikan sebagai perangkat yang mendukung manusia dalam
aktivitasnya, maka individu itu pula yang menentukan aktivitasnya. Inilah yang dinamakan
manusia teknologi. Dalam hal ini, kita tidak akan terlibat pembicaraan terlalu jauh, apakah
teknologi adalah manusia itu sendiri atau yang diciptakan manusia, tetapi kita lebih fokus
pada kenyataan bahwa teknologi diciptakan oleh manusia sebagai makhluk teknologi.

7
Oleh karena itu, kompetensi manusia dalam penggunaan teknologi, layak untuk kita kaji
lebih jauh. Beberapa kompetensi manusia itu antara lain sebagai, (1) pengguna teknologi; (2)
pengisi teknologi; dan (3) pengkaji dampak teknologi.

1. Pengguna Teknologi

Sebagai insan komunikasi dan ilmuwan sosial, manusia harus berbasis teknologi. Ini
berarti, teknologi diciptakan manusia untuk membantu kegiatan mereka sehari- hari. Tentu
saja, niat awal agar teknologi menolong dan mempermudah kegiatan manusia dalam
kehidupan sehari- hari. Teknologi diharapkan membantu untuk mencapai keinginan dan
kepentingan manusia.

2. Pengisi Teknologi

Teknologi diciptakan manusia, maka mereka sendiri yang harus mengisi teknologi
tersebut. Misalnya, manusia menciptakan televisi, maka merekalah yang mengisi perangkat-
perangkat lunak (seperti berita, film, iklan) untuk kebutuhan manusia juga. Media online
diciptakan manusia, kemudian mereka pula yang mengisi agar teknologi media online bisa
lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia. Media surat kabar diciptakan, manusia mengisi
teknologinya untuk kebutuhan mereka yang suka membaca, begitu juga dengan media lain.

3. Pengkaji Dampak Teknologi

Sebagai seorang pemikir, bahkan ilmuwan, manusia harus punya kemampuan mendalam
atas dampak teknologi komunikasi. Kemampuan ini dibutuhkan untuk mengurangi dampak
negatif dalam merencanakan masa depan umat manusia. Kemampuan meneliti menjadi
sebuah keniscayaan. Meneliti yang dimaksud di sini tidak harus seperti penelitian,
sebagaimana disyaratkan dalam metode penelitian. Seorang individu yang punya kemampuan
mengamati, kemudian menggabungkannya dengan pengalaman, bahkan didukung dengan
pengetahuan yang dimilikinya, kemudian menyimpulkan dan merencanakan masa depan juga
termasuk bagian dari kegiatan penelitian. Dalam tataran contoh yang lebih sederhana,
seorang individu bisa menyimpulkan apa akibat pada diri seorang anak, jika kecanduan
menonton televisi.

8
C. Determinisme Teknologi

Secara asal kata determinisme berasal dari kata determinare (bahasa Latin). Determinare
secara sederhana bisa diartikan menentukan atau menetapkan batas/membatasi. Jika diartikan
secara lebih luas bisa berarti, bahwa ada faktor lain yang membatasi. Apabila itu dikaitkan
dengan keberadaan

Perkembangan Teknologi Komunikasi manusia, berarti ada faktor lain di luar mereka
yang menentukan keadaan hidup dan perilaku (fisik, geografis, psikologis, ekonomis, politis,
dan lain- lain). Bisa juga ada hukum sebab-akibat dari setiap peristiwa.

Jika diringkas, determinisme mempunyai beberapa pengertian (1) ada faktor penentu dari
setiap peristiwa; dan (2) segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sesuai dengan hukum sebab-
akibat. Jika dikaitkan dengan teknologi, maka b isa dikatakan bahwa itu menjadi sebab atau
penentu setiap kejadian yang dialami manusia.

Istilah determinisme teknologi, dikenalkan oleh Thomtein Veblen (1857- 1929). Baginya,
teknologi itu otonom dan independen atau tidak dipengaruhi oleh hal lain. Meskip un
independen, namun dalam perkembangannya memberikan pengaruh kuat pada kehidupan
masyarakat. Karena pengaruhnya itu, teknologi menghasilkan sifat khusus masyarakat, yakni
mereka yang terpengaruh atau beradaptasi dengan teknologi tersebut. Jadi, teknologi
menciptakan tipe-tipe masyarakat karena ketergantungannya pada teknologi itu sendiri.

Sekadar menyebut contoh, munculnya teknologi komunikasi, seperti smartphone telah


mengubah pola komunikasi individu dalam masyarakat. Sewaktu menjadi mahasiswa dulu,
saya punya pengalaman komunikasi menarik dengan dosen saat bimbingan skripsi. Sebelum
ada smartphone, ketika saya ingin bimbingan harus berdasarkan jadwal di ruangan Jurusan
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta. Saya mencatat jadwal ketersediaan
dosen pembimbing kemudian hadir sesuai jadwal. Seandainya dosen pembimbing tiba-tiba
berhalangan hadir karena suatu hal, maka saya hanya bisa mengelus dada dan kembali di
jadwal yang berikutnya.

Saat sekarang dengan adanya smartphone, semuanya menjadi mudah. Kini saya telah
menjadi dosen. Saya hanya tinggal mempunyai grup di media sosial, meskipun juga
mempunyai jadwal yang tetap ditempel di ruangan Fakultas Ilmu Komunikasi UNPI Cianjur.
9
Saat saya mendadak tidak bisa bimbingan, saya tinggal mengemukakannya lewat grup itu,
sebelum mereka datang ke kampus. Tak terkecuali, ini juga saya lakukan saat tidak bisa
mengajar karena saya juga mempunyai grup kelas mata kuliah.

Jadi, smartphone sebagai dampak dari perkembangan teknologi komunikasi telah


memengaruhi pola komunikasi manusia. Dengan kata lain, teknologi menciptakan tipe
masyarakat. Artinya, setiap perkembangan teknologi akan menentukan, bagaimana tipe
masyarakatnya. Perbedaan tipe masyarakat sekarang dengan 1 abad lalu dipengaruhi oleh
perkembangan teknologinya. Maka, individu yang hidup pada masyarakat tertentu harus
beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Determinisme teknologi secara singkat bisa dikatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
teknologi memberi pengaruh besar pada perkembangan manusia. Lebih mendalam lagi, bisa
dikatakan bahwa perkembangan teknologi itu berpengaruh besar pada perkembangan nilai-
nilai dalam kehidupan masyarakat.

Penjelasan determinisme teknologi juga pernah dikatakan oleh Marshall McLuhan


pertama kali pada 1962 dalam The Gutenberg Galaxy: The Making of Typographic Man.
Determinsime teknologi mengungkapkan, bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai
macam cara berkomunikasi (cara berkomunikasi dipengaruhi oleh keberadaan teknologinya)
akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu,
bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat, dan akhirnya mengarahkan manusia
untuk bergerak dari satu abad ke abad teknologi lain. Misalnya, dari masyarakat suku yang
belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke
masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik.

Penjelasan McLuhan itu sejalan dengan pendapat Veblen, bahwa teknologi komunikasi
menciptakan atau membentuk seperti apa masyarakat. Jadi, keadaan masyarakat sangat
tergantung pada jenis teknologi yang ada. Itulah, kenapa perkembangan peradaban manusia
terus berubah dari waktu ke waktu, karena kemajuan teknologi komunikasi itu sendiri.
Munculnya istilah abad, era, dan zaman menunjukkan adanya sejara h perkembangan
teknologi serta peradaban manusia yang saling berkaitan satu sama lain.

10
Jika pendapat McLuhan itu diuraikan lebih lanjut, maka setiap era mempunyai
penemunya atau teknologinya sendiri. Teknologi disetiap era itu kemudian menjadi pijakan
atau landasan manusia untuk berkembang menuju peradaban selanjutnya. Setiap temuan
teknologi membantu aktivitas masyarakat. Bisa dikatakan, ada hubungan erat antara
perkembangan teknologi dengan masyarakatnya, dan itu sudah berlangsung sejak lama
sampai kemudian dinamakan determinsime teknologi.

McLuhan meyakini bahwa teknologi membawa pengaruh pada perubahan kebudayaan di


masyarakat. Sebut saja teknologi yang dimaksud itu mesin. Pada awal perkembangannya,
manusia membuat mesin untuk membantu meringankan pekerjaan mereka. Disamping itu,
manusia mendominasi kehidupannya dengan cara memperluas cara berkomunikasi, didukung
oleh perkembangan teknologi alat-alat berkomunikasi dan itu terus berkembang sampai
sekarang. Karena kuatnya mesin dan teknologi komunikasi membantu pekerjaan hingga hal
itu justru mengontrol kehidupan manusia. Hampir semua kehidupan manusia membutuhkan
teknologi.

Jika diringkas, manusia awalnya menciptakan teknologi untuk meringankan pekerjaan


manusia itu sendiri. Teknologi membuat manusia semakin tergantung kehidupannya, bahkan
tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Lambat- laun, hidup mereka justru diatur oleh teknologi,
padahal itu di diciptakan oleh manusia. Jadi, manusia menciptakan alat yang dampaknya
lebih kuat memengaruhi manusia, itu sendiri. Teknologi yang memudahkan manusia akhirnya
memberikan ketergantungan tinggi pada teknologi.

Teknologi adalah perpanjangan tangan manusia. McLuhan pernah menyebut bahwa


media itu the extension of man. Media itu adalah produk hasil yang berarti pula tekno logi
perpanjangan tangan manusia. Contoh sederhananya begini, jika Presiden ingin menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ia tidak perlu membuat Surat Pemberitahuan atau
menginstruksikan pada menteri, gubernur, walikota/bupati, camat, lurah, ketua RT ata u RW.
Ia cukup memanggil wartawan untuk diberikan informasi akan adanya kenaikan BBM itu.
Wartawan melalui media, akan segera menyebarkannya ke masyarakat. Dalam hal ini,
keinginan Presiden sudah disebarluaskan oleh teknologi melalui media. Itu sebuah bukt i
bahwa teknologi itu perpanjangan tangan manusia, karena pesan-pesannya bisa disebarkan
secara massal dan cepat.

11
Begitu dominannya teknologi komunikasi, bisa dikatakan bahwa itu menjadi kunci
penting dalam mengendalikan masyarakat. Dengan kata lain, jika ingin menguasai
masyarakat kuasailah teknologinya. Mengapa? Karena segala perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat akan dipengaruhi teknologi. Jadi, inovasi teknologi yang dilakukan manusia ikut
menentukan perubahan di masyarakat.

Teknologi berbanding lurus dengan perkembangan serta perubahan masyarakat, apa yang
terjadi pada masyarakat mencerminkan, bagaimana perkembangan teknologinya. Contohnya,
jika di masyarakat banyak yang menggunakan smartphone, berarti teknologi sudah
sedemikian modern (untuk ukuran saat ini). Itu berarti, jika di masyarakat menggunakan
smartphone kita tidak membayangkan teknologi beberapa abad lampau. Jadi, teknologi
berbanding lurus dengan perubahan masyarakat. Ini berarti pula antara teknologi dengan
masyarakat sebenarnya saling memengaruhi.

Dalam perkembangannya, determinisme teknologi mempunyai 3 (tiga) bentuk. Hal


demikian pernah dikatakan olehjens Pedersen dalam tulisannya “Technogical Determinism
and School” yang terbit pada 2001 dalam Journal of Educational Enquiry.

1. Normatif

Bentuk ini bersifat objektif, efisien mementingkan rasionalitas dan produktivitas dari
perkembangan teknologi itu sendiri dalam masyarakat.

2. Logis

Pandangan yang menganggap bahwa determinisme teknologi terkonstruksi secara sosial,


kebudayaan, sejarah, sosial, dan faktor kontekstual lainnya.

3. Tidak Disengaja

Bentuk ini melihat adanya kemungkinan yang muncul dari perkembangan teknologi,
seperti polusi, transformasi masyarakat radikal, gaya hidup yang berubah dan mungkin agak
konsumtif. Namun yang jelas, bentuk ini menganggap bahwa perkembangan teknologi telah
memberi banyak pengaruh pada kualitas kehidupan di masyarakat.

12
D. Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi

Arti dari istilah teknologi komunikasi dan teknologi informasi sering kali dianggap sama.
Apa yang orang bayangkan saat mengatakan teknologi komunikasi dengan teknologi
informasi bisa jadi sama. Itu sangat mungkin terjadi, karena kedua istilah itu sudah campur
aduk. Padahal, keduanya mempunyai perbedaan makna. Memang, teknologi komunikasi dan
teknologi informasi menunjuk pada makna yang bisa jadi sama, namun keduanya mempunyai
perbedaan. Tentu saja, perbedaan arti istilah itu tidak perlu kita bedakan secara membabi buta,
sebab keduanya berkaitan erat. Untuk bisa mengetahui apa perbedaan antara teknologi
komunikasi dengan teknologi informasi coba simak kedua definisinya terlebih dahulu.

Sebagaimana dikatakan oleh Everett M. Rogers (1986), teknologi komunikasi berarti


peralatan perangkat keras, struktur-struktur organisasional, dan nilai sosial dengan mana
individu- individu mengumpulkan, mengolah, dan saling bertukar informasi dengan individu
lain.

Sementara itu, teknologi informasi berarti semua hal yang mencakup sistem-sistem
komunikasi, seperti satelit siaran langsung, kabel interaktif dua arah, penyiaran bertenaga
rendah (low power broadcasting), komputer (termasuk personal komputer dan komputer
genggam baru), dan televisi (termasuk video disk dan video tape cassette) (Ely, 1982).
Definisi teknologi informasi juga menunjuk pada tek nologi modern, seperti smartphone,
teleconference, videocall, dan bentuk alat komunikasi lainnya. Secara sederhana bisa dibuat
tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Cakupan Perke mbangan Teknologi Komunikasi

Dari tabel di atas bisa dikatakan bahwa teknologi ko munikasi itu mempunyai cakupan arti
lebih luas, yakni mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

13
Sementara itu, teknologi informasi mencakup makna yang lebih sempit, yakni perangkat
kerasnya saja.

Sama halnya dengan arti pers. Pers secara luas diartikan sebagai media cetak dan
elektronik, dan secara sempit bisa berarti media cetak. Kedua istilah ini tidak perlu kita
bedakan secara tajam. Perbedaan itu tetap perlu kita ketahui agar kita mengetahui
perbedaannya. Hanya dalam penggunaannya, seringkali disamakan satu sama lain. Dalam
buku ini akan digunakan istilah teknologi komunikasi yang di dalamnya mencakup software
dan hardware, sekaligus arti kata teknologi informasi.

Jika dijelaskan lebih lanjut, bisa berarti bahwa perangkat keras meliputi bahan material
yang biasanya dapat diindra secara fisik. Jika berkaitan dengan indra penglihatan, bahan
material itu bisa dilihat. Sebut saja misalnya, televisi, pesawat telepon, satelit, surat, stasiun
pemancar, relay, koran, radio, smartphone, dan lainnya.

Sementara itu perangkat lunak bisa diartikan sebuah sistem, kebijakan, hukum, norma,
pranata yang mempunyai aturan tertentu. Sistem komunikasi yang dilakukan dalam sebuah
organisasi tentu tidak bisa dilihat, kecuali perangkat fisik yang menduk ung proses
komunikasi itu sendiri. Antar organisasi tentu berbeda perangkat lunaknya. Ini berarti sistem
keorganisasiannya juga berbeda. Apakah seseorang juga bisa melihat bagaimana bentuk
pesan yang dipancarkan melalui pesawat televisi lalu diterima penonton? Bukankah penonton
tidak bisa menyaksikan pesan yang dikirim televisi itu? Atau bukankah seseorang tidak bisa
melihat pesan-pesan yang dikirim melalui smartphone? Seandainya pesan itu bisa dilihat,
tentu dalam ruangan kelas, di mana semua smartphone sedang “on”, maka akan terlihat
bagaimana pesan itu keluar-masuk. Tentu saja pesannya "bersliweran” ke sana-kemari.
Mungkin dari satelit ke smartphone, dari smartphone ke smartphone, teman dalam satu kelas,
setelah dipancarkan melalui satelit. Ini namanya pe ndukung perangkat lunak yang berarti
software.

E. Pesan yang Dibawa Teknologi Komunikasi

Teknologi diciptakan manusia untuk membantu menyelesaikan persoalan hidupnya


sehari- hari. Misalnya, pesawat telepon diciptakan untuk membantu pengiriman pesan dengan
wilayah jangkauan secara fisik luas, begitu juga dengan teknologi komunikasi yang lain.

14
Tentu saja tujuan penciptaan teknologi sangat ideal, bahkan teknologi diharapkan ikut
mendidik manusia untuk melakukan banyak hal. Misalnya, karena teknologi itu juga punya
dampak negatif, bagaimana manusia berpikir untuk menguranginya. Teknologi dalam hal ini
mendidik manusia untuk terus berpikir, mengantisipasi, dan meramalkan masa depan
kehidupan.

Berbagai dampak yang ditimbulkan teknologi itu, disebabkan adanya pesan yang dibawa
teknologi komunikasi. Menurut Everett M. Rogers (1986), pesan yang dibawa teknologi bisa
mendidik penggunanya untuk (1) melakukan demasifikasi; (2) menyesuaikan diri; dan (3)
meningkatkan interaksi.

1. Melakukan Demasifikasi

Coba sekali-kali dampingi putra-putri kita dalam menonton televisi swasta di Indonesia.
Di antara beragam acara televisi ada yang menayangkan adegan kekerasan. Sebagai orangtua,
kita tentu saja cemas terhadap tayangan yang punya unsur kekerasan tersebut. Bisa jadi
tayangan tersebut terus diulang-ulang oleh stasiun televisi. Sebagai orangtua kita hanya bisa
menggerutu, memaki atau protes pada stasiun televisi melalui Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI). Namun demikian, kita bukan orang yang bisa menentukan, apakah acara itu bisa
dihapus sesuai keinginan kita. Acara itu tentu milik stasiun televisi. Ini tentu saja sangat
berbeda dengan keinginan orangtua dalam menasihati anaknya. Orangtua bisa langsung
menegur, jika anak melakukan kesalahan.

Apa yang terjadi pada televisi itu dinamakan demasifikasi. Jika ditinjau awal katanya,
kata demasifikasi berawalan “de” yang berarti meniadakan. Sementara itu, massifikasi
berasal dari kata “massal”. Maka, demasifikasi berarti tidak massal alias individual (personal).

Dalam konteks komunikasi, kata massifikasi dan personal sering kali dikaitkan dengan
kontrol pesan. Ini berarti bahwa dalam massifikasi yang mengontrol pesan adalah produser
informasi, seperti penerbit surat kabar, pengelola televisi, dan pemilik radio. Khalayak hanya
pasrah pada berita yang disiarkan surat kabar, radio dan televisi. Kalau khalayak menerima
berita yang tidak masuk akal, mereka hanya bisa mendongkol. Kalaupun ada khalayak
bertindak lebih jauh, paling banter mereka menulis di surat pembaca, kontak pemirsa dan
keluhan pendengar. Tidak lebih dari itu.

15
Ciri dari massifikasi adalah monopoli pesan bukan pada individu sebagai khalayak
penerima pesan. Coba kita menonton televisi, apakah kita bisa mengontrol siaran program
televisi? Apakah kita bisa memprotes seandainya ada tayangan yang tidak kita kehendaki?
Tentu saja tidak.

Satu hal penting dalam demasifikasi adalah munculnya perubahan kontrol pesan. Dalam
pesan massal yang mengontrol pesan adalah pengelola atau pemilik media, sementara
demasifikasi pengontrolnya adalah khalayak. Disamping itu, mobilitas komunikasi khalayak
juga menjadi lebih mudah dilakukan. Khalayak bisa berhubungan dengan siapa saja yang
mereka kehendaki. Khalayak bahkan bisa memilih informasi sesuai dengan keinginan mereka.
Ini disebabkan karena khalayak adalah pengontrol pesan.

2. Menyesuaikan Diri

Katakanlah Anda seorang yang lahir tahun 70-an. Saat Anda menginjak remaja, media
penyampai pesan yang dikenal antara lain radio, surat kabar, dan televisi. Istilah internet
belum dikenal oleh generasi yang lahir pada saat itu. Saat mereka memasuki tahun 90-an
akhir, mulai dikenal istilah internet. Sebenarnya generasi yang lahir tahun 70-an itu juga tidak
masalah tak ikut- ikutan menggunakan internet. Namun demikian, karena tuntutan zaman
Anda ”dipaksa” untuk mengenal untuk menggunakan internet.

Bahkan, pada tahun 2000-an dikenal telepon genggam (HandPhone/ HP) yang bisa jadi
tidak dibayangkan muncul saat mereka remaja. Teknologi kemudian berkembang pesat
sampai muncul smartphone dengan software yang semakin modern dan kompleks. Anda bisa
jadi ikut- ikutan mempunyai smartphone, karena alasannya tidak mau ketinggalan zaman atau
terputus hubungan dengan lingkungan. Mengapa? Karena lingkungan di sekitar Anda hampir
semua telah menggunakan smartphone.

Kasus di atas menjadi bukti, bahwa teknologi komunikasi ”mengharuskan” manusia


untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang kian modern. Saat belum ada internet
bisa jadi seseorang terbiasa mengirim surat ke kantor pos. Sekarang orang bisa dengan cepat
mengirim pesan melalui pesan teknologi canggih bernama internet (SMS, telepon, dan
perangkat media sosial).

16
Saat mengikuti acara International Conference on Education and Information
Management (ICEIM) di Istanbul, Turki (27 Maret 2016) saya bisa berkomunikasi dengan
anak saya di Indonesia melalui fasilitas video call. Kenyataan yang sangat mungkin tak
pernah dibayangkan sepuluh tahun lalu.

Contoh di atas membuktikan bahwa teknologi komunikasi memberdayakan pemakainya.


Meskipun pada poin di atas dikatakan, bahwa teknologi memunculkan demasifikasi yang
akibatnya bisa ikut mengontrol pesan, tidak berarti bahwa si pemakai bebas sebebas-
bebasnya ketika memakai teknologi komunikasi. Seseorang akan dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai standardisasi, mulai dari petunjuk teknis pemakaian,
pengiriman pesan, nilai- nilai kemanusiaan, hingga makna pesan.

Seseorang yang memakai smartphone akan “dipaksa” ikut standar kelayakan komunikasi
didalamnya saat seseorang mempunyai jejaring sosial, tentu akan sulit berkomunikasi dengan
mereka yang tidak memiliki jejaring sosial. Misalnya saja, si A akan mengirim pesan melalui
WhatsApp (WA) pada si B yang tidak mempunyai jaringan WA. Tentu keduanya akan sulit
untuk saling berkomunikasi, bukan? Si B yang tidak memiliki WA, jika akan berkomunikasi
dengan si A, ia akan dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan berbagai standardisasi
teknologi itu.

Salah satu kunci dalam hal penyesuaikan diri adalah para pemakai teknologi komunikasi
harus berperilaku global. Artinya, mereka harus sadar bahwa mereka adalah warga negara
dunia. Sebagai warga negara dunia, mereka harus mengerti semua aturan yang berlaku adalah
universal. Kalau tidak begitu, mereka tidak akan diterima dalam proses komunikasi global
yang notabene menggunakan teknologi komunikasi.

Tuntutan berperilaku global seperti itu, membuat para pengguna teknologi komunikasi
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, hanya dengan berperilaku seperti itulah mereka bisa
berinteraksi secara proporsional dengan para pemakai teknologi komunikasi lainnya. Dengan
kata lain, meskipun tidak tergantung dengan pihak lain dalam berkomunikasi, mereka sangat
dituntut untuk berperilaku global. Dengan berperilaku global, seseorang telah dianggap
mampu menyesuaikan diri, yang berarti juga akan mengikuti berbagai standardisasi dalam
dunia global itu pula.

17
3. Meningkatkan Interaksi

Dengan penguasaan teknologi, seseorang bisa (a) berhubungan dengan individu di


daerah/negara lain dengan cepat; (b) menyalurkan aspirasi dan ekspresi yang pada gilirannya
menjadikan mereka akrab satu sama lain; (c) mengakses hasil- hasil kebudayaan yang muncul
di berbagai daerah/negara; dan (d) meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial
politik yang menyangkut seluruh daerah/negara.

a. Berhubungan dengan individu di dae rah/negara lain dengan cepat

Saat saya berhalangan hadir untuk mengajar di kelas, saya tidak harus datang ke kampus
untuk mengumumkannya. Karena saya bergabung dalam grup media sosial Line dengan
mahasiswa, saya cukup mengumumkannya ke grup tersebut. Mereka yang menjadi anggota
akan cepat mengetahui informasi itu. Ini bukti, bahwa teknologi berperan dalam
berkomunikasi secara cepat. Dalam lingkup dunia internasional, juga tidak jauh berbeda.
Seseorang akan dengan cepat berkomunikasi dengan orang lain di belahan dunia ini.

b. Menyalurkan aspirasi dan ekspresi yang pada gilirannya menjadikan mereka akrab
satu sama lain

Saya tidak kenal dekat dengan seseorang yang bernama Nur Mursidi (mahasiswa UIN
Yogyakarta). Pada suatu saat saya dengan dia sama-sama menjadi anggota grup penulis
resensi buku di majalah Forum Jakarta melalui yahoogroups. Suatu saat dia mengajak saya
kenalan melalui e-mail, lalu saling bertukar nomor HP. Kemudian, secara intensif
berkomunikasi. Saya menjadi lebih tahu dia seorang mahasiswa yang juga sering menulis
resensi di media cetak, sama dengan saya. Singkat cerita, saya semakin akrab dengan dia
setelah saya datang ke Yogya dan sempat menginap di kosnya, Timoho, Yogyakarta. Balikan
terjadi kesepakatan tidak tertulis untuk saling memantaukan tulisan kita yang dimuat di media
cetrak. Jika tulisan resensi buku saya dimuat di media di daerah Jawa Tengah, dia yang
memberitahu bahkan mengirimkan korannya ke alamat rumah. Tak terkecuali, jika resensinya
dimuat di media Jawa Timur, saya yang bertugas memantaukan juga termasuk mengirimkan
arsip korannya ke dia. Cerita yang bisa dipetik dari kejadian ini membuktikan bahwa
teknologi komunikasi membuat hubungan antar manusia semakin akrab. Bahkan, saya
dengan Nur Mursidi yang tidak ada jaringan sebelumnya menjadi akrab, sampai dia menjadi

18
seorang wartawan di Jakarta. Teknologi tidak saja mempermudah komunikasi antar manusia,
tetapi juga menjadikan jaringan semakin kuat dan akrab satu sama lain.

c. Mengakses hasil-hasil kebudayaan yang muncul di berbagai daerah/ negara

Teknologi komunikasi telah membuka mata banyak pihak, bahwa hasil- hasil kebudayaan
di suatu daerah atau negara menjadi terbuka. Hasil- hasil budaya itu akan bisa diketahui oleh
masyarakat seluruh dunia. Itu semua karena teknologi komunikasi. Sekadar contoh saja,
silahkan browsing dengan kata kunci “Topkapi”. Anda akan dituntun untuk melihat hasil-
hasil budaya peninggalan Turki kuno tanpa Anda harus berada di negara Turki.

Hasil- hasil kebudayaan lain dengan kreasi yang lebih modern juga mudah untuk
diketahui. Anda tidak harus mengenal dan berada di negara Amerika untuk mengetahui hasil
budaya modern teknologi canggih negara itu. Bagaimana teknologi ruang angkasanya, apa
pesawat modern yang sudah dihasilkannya, dan senjata pemusnah massal yang diproduksi
sekalipun. Sejauh tidak menyangkut kepentingan intelijen, semua informasi akan bisa
diketahui melalui teknologi komunikasi.

d. Meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial politik yang menyangkut


seluruh daerah/negara

Beberapa puluh tahun lalu, partisipasi masyarakat bisa dilakukan dengan memilih secara
langsung atau tidak langsung para pemimpin politik di suatu negara. Disamping itu, juga bisa
dilakukan dengan demonstrasi langsung, jika saluran politik dianggap buntu. Jadi, secara fisik
mereka melakukan partisipasi dengan tujuan mengubah atau mendukung kebijakan politik di
suatu negara.

Dengan perkembangan teknologi kian canggih, saat ini dikenalkan media sosial yang
menjadi dampak dari perkembangan internet. Masyarakat bisa berpartisipasi melalui
perangkat dalam media sosial, bahkan bisa mengjungkalkan rezim otoriter. Media sosial juga
bisa dipakai untuk alat propaganda. Lihat akun @IDFspoken yang pernah mengeluarkan
tweet, kemudian mengusung hastag #IsraelUnderFire. Ia memperlihatkan video roket dari
Gaza yang ditembakkan ke Israel, berikut gambar anak-anak Israel terluka. Israel ingin
menunjukkan diri bahwa dia diserang dan dizalimi. Pentingnya media sosial sampai

19
Kementrian Luar Negeri Israel menginvestasikan $ 15 juta dolar untuk kampanye citra
negara. Padahal, Israel bisa jadi lebih kejam perilakunya dibanding Palestina, tetapi Israel
merasa perlu membuat hastag yang menunjukkan bahwa negara itu terzalimi. Sementara itu,
Al-Qassam sebagai kelompok militer (dipimpin Al Jaabari) juga tidak mau kalah. Lewat akun
Twitter, merasa ingin memperlihatkan serangan-serangan yang dilakukan kelompok tersebut
ke sasaran militer Israel serta kematian anak-anak Palestina dengan menggunakan hastag
#terorisme.

Revolusi Mesir yang membuat Husni Mubarak turun dari tahtanya, juga tak lepas dari
partisipasi rakyat dalam media sosial. Revolusi itu pernah terjadi berawal dari inisiatif Whael
Ghonim yang mebuat akun FB ‘We are all Khaled Said’ pada Juli 2010. Akun tersebut
kemudian menarik massa yang sangat banyak, khususnya yang menjadi korban penyiksaan
anggota kepolisian Mesir di sebuah warnet, Alexandria. Akhirnya, kasus itu menjadi media
komunikasi kelompok anti pemerintah dalam melakukan gerakan demonstrasi. Setelah akun
‘We are all Khaled Said’, pendukung-pendukung Ghanim kemudian membuat akun
Facebook lain. Salah satunya akun ‘6th of April Youth Movement’ yang juga digunakan untuk
gerakan anti pemerintah. Selain FB, Twitter juga digunakan. Melalui Twitter, para
demonstran saling berkomunikasi dan memberikan informasi tentang perkembangan
demonstrasi Mesir (Nurudin, 2012). Intinya adalah, teknologi telah mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan sosial politik.

Perkembangan dan kemampuan teknologi komunikasi jelas meningkatkan interaksi antar


manusia, meskipun secara geografis mereka tinggal berjauhan. Peningkatan ini bisa dikatakan
menjadi keharusan, jika mereka ingin dinilai menggunakan teknologi komunikasi secara
efisien. Apakah seseorang yang ingin mengirim pesan kepada saudaranya yang ada di luar
pulau harus datang secara fisik? Ini jelas akan memakan waktu dan biaya yang besar.

Pesan yang dibawa teknologi telah membawa berbagai perubahan sikap dan perilaku
masyarakat. Perubahan yang terjadi di masyarakat, tentu saja sangat berbeda satu sama lain
dan tergantung pada, (1) karakteristik masyarakatnya; (2) tingkat melek pendidikan dan
teknologi masyarakat; dan (3) kepentingan masyarakat atas teknologi.

20
F. Pendekatan dalam Mempelajari Teknologi Komunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi tentu saja menimbulkan berbagai respons


masyarakat. Namanya juga respons, ada yang positif dan ada yang negatif tergantung dari
sudut pandang saat memandangnya. Kaitannya dengan respons, teknologi komunikasi
memunculkan berbagai pendekatan. Tentu saja, masing- masing pendekatan itu berbeda, juga
sangat tergantung kepentingan, latar belakang, konteks zaman dan lingkungan, di mana
manusia itu berada.

Kaitannya dengan pendekatan atau aliran pemikiran dalam merespons atau memahami
perkembangan teknologi komunikasi, pernah dikemukakan oleh Anthony G. Wilhelm. Dalam
Democracy in the Digital Age: Challenges to Political Life in Cyberspace (2000), ia
membaginya menjadi tiga antara lain; dystopian, neo-futuris, dan tekno-realis (Noegroho,
2010).

1. Dystopian

Dystopian berasal dari kata dystopia. Kata dystopian berarti pengikut atau pendukung dari
aliran, pendapat atau penganjur dystopia. Dystopia itu kebalikan dari utopia. Utopia secara
singkat berarti khayalan tentang masa depan atau segala sesuatu yang agak sulit untuk
diwujudkan. Jika utopia diartikan sebagai gambaran masyarakat masa depan yang lebih cerah,
maju, dan bagus (yang hanya menjadi khayalan saja), maka dystopia diartikan sebagai
gambaran masa depan yang lebih buruk dari masa kini.

Dystopia adalah aliran yang sangat hati- hati dan bersikap hati- hati (untuk tak mengatakan
curiga dan berprasangka negatif) terhadap teknologi. Kelompok ini beranggapan, bahwa
dampak yang ditimbulkan dari teknologi biasanya mengacaukan kehidupan sosial dan politik.
Makanya, aliran ini mengkritik habis dampak negatif teknologi. Teknologi itu hanya
membawa dampak negatif saja.

Namun demikian, aliran ini tidak sekadar mengkritik dan cemas, tetapi juga melakukan
penyadaran dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang mulai menyusut dari
masyarakat kontemporer. Misalnya, interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada
menggunakan media. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain; Edmund Husserl, Martin Heidegger,
Daavid Thoreau, Hannah Arendt, dan Benjamin Barber.

21
Heidegger pernah mengatakan, bahwa inti dari teknologi adalah cara untuk
mengungkapkan atau menjadi suatu cara berpikir mengenai alam sebagai cadangan yang
tetap, sebagai sumber yang perlu dipulihkan, ditata, dan dikontrol. Sementara itu, Thoreau
mengatakan, bahwa teknologi hanya bersifat menolong. Pendapat Thoreau ini, jika dijelaskan
lebih lanjut mengungkapkan bahwa teknologi diposisikan sebagai yang utama da lam
kehidupan, padahal posisi utama tetaplah manusia. Karena itu, manusia kecanduan dan
ketergantungan pada teknologi itu sendiri.

Sedangkan Arendt menyesali hilangnya hubungan antar manusia karena keberadaan


teknologi. Terjadi pelemahan hubungan politik, juga karena pemusnahan ruang-ruang publik
yang muncul bersamaan dengan rezim totalitarian (rezim komunikasi modern). Manusia
berkomunikasi tidak lagi bertemu secara langsung dalam ruang publik, tetapi telah
dilokalisasi oleh teknologi. Lihat saja untuk berkomunikasi antar manusia lebih
menggunakan teknologi daripada bertemu langsung. Berkembanganya media sosial akibat
internet membuktikan itu semua. Orang lebih suka berkomunikasi menggunakan media sosial
daripada bertemu langsung. Jika itu ditarik dalam permasalahan yang lebih luas, politik
misalnya, ia lebih hiruk-pikuk di media sosial daripada kenyataan sehari- hari.

Masih senada dengan yang lainnya, Barber mengungkapkan bahwa teknologi membuat
peta komunikasi politik penuh dengan sikap saling curiga. Salah satu sebabnya, proses
komunikasi politik di ruang cyber itu bersifat abstrak dan anonim, serta mudah terjadi
penyimpangan. Jika Anda membuat media sosial, seperti Facebook akan membuktikan
bahwa banyak informasi “sampah” yang tidak diketahui asal- usulnya secara benar begitu
deras. Seolah setiap orang berhak mengemukakan semua informasi yang menurut dirinya
benar. Anehnya, masyarakat sering tidak hati- hati untuk menganggapnya menjadi informasi
yang benar adanya. Menurut pendapat dystopian, fakta- fakta yang terjadi sebagaimana
dikemukakan di bagian atas itu tentu sangat berbahaya.

2. Neo-Futuris

Teknologi itu sebuah keniscayaan kehadirannya. Ia muncul dengan tidak bisa


dikendalikan karena perkembangan peradaban manusia. Sebagai hasil budaya, teknologi jelas
mempunyai akibat nyata. Salah satunya, mengubah bahkan menggilas semua yang selama ini
ada untuk dilupakan. Akibat teknologi, orang lebih senang mendengarkan radio melalui

22
smartphone daripada mendengarkannya secara langsung, sebagaimana terjadi pada sebelum
tahun 2000-an. Orang tinggal menyalakan smartphone yang terhubung dengan jaringan
satelit, kemudian pakai headset, praktis bisa dibawa ke mana-mana. Radio besar yang pernah
dipunyai dan ada di rumah-rumah itu sudah tergilas keberadaannya. Teknologi juga d ianggap
membawa perubahan dan harapan-harapan di masa depan. Karenanya, banyak para futurolog
yang mencoba merefleksikan, mengungkapkan fakta, dan meramalkan apa yang akan terjadi
di masa datang. Tentu dengan data-data yang selama ini ada.

Maka, aliran ini merupakan refleksi dari warisan tak terkendali dari gelombang pertama
futurisme. Akibat perkembangan teknologi, muncul suatu keyakinan yang tidak kritis, yaitu
penerimaan terhadap hal- hal baru, dan teknologi high speed. Hal baru ini mempunyai
kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang dilewatinya, dan meletakkan dasar kerja
untuk masa depan penuh harapan. Tokoh-tokoh pendukungnya kebanyakan para futurolog,
antara lain John Naisbitt (penulis Megatrens (2000/1990), Global Paradox (1994), High Tech
High Touch, Technology and Our Search For Meaning (1982), Alvin Toffler (penulis Future
Shock (1970), The Third Wave (1980), Power Shift (1990)), Jim Ruben; Richard Groper
(Profesor di California State University Los Angeles); dan Nicholas Negroponte (Ilmuwan
Komputer Amerika dan pendiri Media Lab di Massachusetts Institute of Technology).

Kita ambil contoh pendapat yang pernah dikemukakan oleh Alvin Toffler, Futurolog yang
lahir di Los Angeles, California pada 4 Oktober 1928 pernah mengatakan, “Untuk
menghindari goncangan/keterkejutan masa depan (ketidakmampuan manusia mengadaptasi
kemajuan masa depan), maka manusia harus terus- menerus memperbaiki dan berpikir ulang
mengenai tujuan sosialnya”. Senada dengan Toffler, Grooper dan Negroponte juga
menegaskan dengan optimismenya bahwa “menjadi digital” adalah sesuatu yang utama dari
kehidupan politik yang menyehatkan saat ini. Menjadi digital ini tak lain sebuah ungkapan
perasaan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Bahwa
teknologi adalah fenomena yang membuat manusia harus mengikutinya, diatur, bahkan
diarahkan ke mana masa depan manusia ini. Antisipasi dari berbagai perubahan teknologi
komunikasi sudah selayaknya dilakukan.

23
3. Tekno-Realis

Tekno-Realis adalah aliran penengah antara dystopian dan neo-futuris. Aliran ini
mencoba menjembatani antara pesimisme atas dampak dari teknologi dan harapan muluk
masa depan ideal yang bisa dicapai dengan teknologi. Aliran ini mencoba realistis, tetapi juga
tidak mengingkari adanya harapan baru di masa datang akan keberadaan teknologi
komunikasi. Sebagai aliran tengah, tekno-realis memandang, bahwa penerapan teknologi
komunikasi dan dampak-dampaknya dalam masyarakat sangat mungkin terjadi. Untuk
mengatasi bukan menghindari, tetapi bagaimana kita mengantisipasinya. Teknologi itu
sebuah keniscayaan, tetapi juga tidak perlu “mendewakan”.

Salah satu aspek penting dari aliran ini adalah munculnya kepedulian manusia akan
dampak teknologi komunikasi. Jika diringkas bisa dikatakan bahwa teknologi telah mencabut
sisi-sisi kemanusiaan seseorang. Teknologi bisa jadi dianggap “mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat”. Teknologi telah menghubungkan banyak pihak yang sekian lama
berpisah bisa saling terhubung. Bahkan lalu lintas pesan dengan kolega di luar jangkauan
secara fisik bisa diatasi. Kita bisa ambil contoh akibat munculnya media sosia l, seperti
Twitter, Facebook, Instagram, whatsapp, line, BBM, dan software komunikasi lain. Namun
begitu, media sosial telah menjauhkan yang dekat. Seseorang yang secara personal bisa
berbicara dari hati ke hati, bertemu, bercanda sekarang sudah jarang dilakukan. Semua efisien
dilakukan melalui media sosial. Sisi kemanusiaan yang dibangun dengan bertemu langsung
sudah mulai pudar. Tentu ini tidak berarti bahwa teknologi tak penting, bukan itu, tetapi
bagaimana pun teknologi juga telah “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”.

Melihat kasus-kasus yang penulis contohkan di atas, kita bisa memahami mengapa aliran
tekno-realis muncul. Aliran ini muncul untuk mengatasi kekurangan akibat dampak teknologi
dengan melihat sisi kemanusiaan. Ada pernyataan para tekno-realis yang terkenal antara lain
(1) “teknologi tidak netral” dan (2) “internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia”. Intinya,
aliran ini mengakui keberadaan teknologi yang memberikan kemanfaatan bagi manusia
dengan melihat dan mengakui kekurangannya, juga menepis harapan yang tidak masuk akal
atas teknologi itu di masa depan. Di samping itu, paham ini juga mengakui teknologi digital
mempunyai manfaat- manfaat praktis yang dapat digunakan namun tanpa harus melawan
nilai- nilai kemanusiaan.

24
Ketiga aliran tersebut terus berkembang dengan pengikutnya sendiri-sendiri. Aliran-aliran
itu muncul sejalan dengan pemahaman manusia atas dampak teknologi. Karenanya, tidak
perlu diperdebatkan secara “membabi buta” perbedaan ketiganya. Aliran hanya sebuah cara
manusia untuk memahami teknologi yang tentu saja sifatnya subjektif karena tergantung dari
sudut pandang, kepentingan, dan latar belakang masing- masing. Semakin banyak aliran,
semakin membuktikan bahwa ada kepentingan manusia atas teknologi yang diciptakan atau
bisa dikatakan kepedulian manusia agar tercapai kehidupan masa datang lebih baik.

25

Anda mungkin juga menyukai