Anda di halaman 1dari 27

KOMUNIKASI MASSA & MEDIA

Dari buku “Perkembangan Teknologi Komunikasi (Nurudin)” dengan beberapa penyesuaian

Dosen Pengampu: Endrian Kurniadi, S.Kom., M.I.Kom.

BAB II SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI........................ 1


A. Tahapan Perkembangan Teknologi Komunikasi ..................................................................... 1
Gelombang Pertama .............................................................................................................. 2
Gelombang Kedua ................................................................................................................. 2
Gelombang Ketiga................................................................................................................. 4
Gelombang Keempat ............................................................................................................. 5
B. Teknologi Komunikasi Gelombang Ketiga ............................................................................. 6
1. Era Cetak .......................................................................................................................... 6
2. Era Elektronik ................................................................................................................. 13
3. Era Digital....................................................................................................................... 22
4. Perpaduan ....................................................................................................................... 25

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2021
BAB II

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Ada banyak pakar yang melukiskan sejarah perkembangan teknologi komunikasi.


Sebenarnya, tidak ada satu pakar pun yang menceritakan secara khusus tentang
perkembangan teknologi komunikasi, tetapi perkembangan yang diceritakan jelas berkaitan
dengan teknologi yang digunakan umat manusia. Sebab, kaitan antara manusia dengan
teknologi begitu erat. Awalnya, manusia menciptakan teknologi untuk mempermudah
aktivitas, kemudian berkembang pesat yang pada akhirnya membuat kehidupan mereka
tergantung pada teknologi itu sendiri. Begitu seterusnya sejarah perkembangan manusia
dengan teknologi yang terus mengalami kemajuan.

Sejarah teknologi komunikasi sejalan dengan peradaban manusia. Dengan kata lain, saat
kita menceritakan perkembangan teknologi komunikasi, berarti juga bercerita tenta ng sejarah
peradaban manusia, begitu pun sebaliknya. Manusia yang mempunyai teknologi,
menciptakan peradaban umat manusia. Peradaban manusia itu berubah dan berganti (bahkan
antar daerah atau negara berbeda) sangat tergantung pada teknologi yang digunakan.
Peradaban di negara Barat (yang sering dikatakan maju) berbeda dengan peradaban Timur
karena perbedaan penggunaan teknologi tersebut. Jadi, menceritakan sejarah peradaban umat
manusia sekaligus perkembangan teknologi komunikasi.

A. Tahapan Perkembangan Te knologi Komunikasi

Alvin Toffler, pada tahun 80-an pernah menulis The Third Wave (Gelombang Ketiga). Ia
membagi perkembangan peradaban manusia dengan teknologinya menjadi tiga bagian, yakni
(1) gelombang pertama disebut fase pertanian; (2) gelombang kedua disebut fase industri; dan
(3) gelombang ketiga disebut dengan fase pasca industri. Pasca industri inilah yang disebut
dengan gelombang ketiga dan dialami manusia sekarang ini. Gelombang ketiga juga disebut
dengan gelombang atau fase jasa dan komunikasi di mana jasa serta komunikasi memegang
peran sangat penting dalam aktivitas manusia sehari- hari.

1
Gelombang Pertama

Gelombang pertama (muncul pada 8000-7000 tahun SM) adalah fase di mana ada
perubahan cara hidup manusia dengan bercocok tanam. Dengan bercocok tanam, manusia
sudah mulai mengenal pertanian (mengolah persawahan, cara bertani, memanen). Saat itulah
adanya peralihan manusia dari kegiatan mengumpulkan hasil hutan ke era pertanian. Era
pertanian adalah era dimulainya manusia menetap di suatu lokasi dari berpindah-pindah
(mengumpulkan hasil hutan). Gelombang ini juga disebut fase di mana manusia
menggantungkan kehidupannya dari hasil pertanian.

Beberapa ciri yang menyertai gelombang pertama ini antara lain; (a) tenaga utama
manusia dan binatang; (b) mobilitas manusia dan informasi berjalan sangat lambat; (c) energi
yang digunakan adalah otot; (d) pendapatan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari
saja; (e) hidupnya sangat tergantung pada kondisi alam; dan (f) masih memakai hukum homo
monini lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya, siapa kuat dialah yang menang).

Jika dilihat dari proses komunikasinya, pengiriman pesan dilakukan dengan komunikasi
interpersonal (tatap muka). Tentu saja komunikasi yang dilakukan masih secara lisan dan
belum memakai bantuan teknologi media lain. Namun demikian, dalam pandangan Everett M.
Rogers (1986), era ini tidak serta- merta dianggap sebagai awal gelombang, sebagaimana
dikatakan Alvin Toffler. Rogers mengatakan, bahwa pada 22000 SM, manusia prasejarah
telah mampu mendokumentasikan setiap peristiwa, peringatan maupun catatan-catatan di
dinding gua atau tempat tinggal yang tidak menetap itu. Sementara pada 4000 SM, orang
Sumeria sudah mulai menulis di tanah liat. Kemudian teknologi berkembang sampai pada
1401, Phi Seng (Cina) menemukan alat cetak sederhana untuk mencetak buku (masuk ke era
Masehi, pada 1241 di Korea ditemukan besi sebagai pengganti tanah liat yang digunakan
untuk menulis).

Gelombang Kedua

Gelombang kedua (1700 SM-1970), ditandai dengan ciri utama munculnya revolusi
industri. Kalau gelombang pertama manusia banyak mengandalkan tenaga hewan dan
manusia, gelombang kedua sudah digantikan dengan mesin. Peradaban kehidupan manusia

2
juga dianggap lebih maju. Dengan dijadikannya mesin sebagai teknologi penting bagi
kehidupan, maka dikenal pula transportasi, pendidikan, bisnis, perdagangan dan lain- lain.

Gelombang kedua bisa dikatakan sebagai era “manusia ekonomis” yang rakus. Dari era
inilah muncul gelombang imperialisme dan kolonialisme untuk mencari kejayaan, agama,
dan penyebaran agama (glory, gold, god). Zaman Reinaissance yang berarti “lahir kembali”
telah mendorong manusia pada kebebasan berpikir dan berpendapat. Hal itu ditandai dengan
(a) imperialisme dan kolonialisme; (b) muncul budaya produk massa, pendidikan massa, dan
media massa; (c) ilmu pengetahuan tumbuh dengan pesat; dan (d) urbanisasi dan
pembangunan kota besar, penggunaan energi yang tak dapat diperbaharui dan polusi yang
menyebabkan kerusakan lingkungan.

Ciri utama masyarakat ini adalah (a) penggantian tenaga otot (manusia dan hewan); (b)
tenaga mesin didukung energi minyak dan batubara; (c) penggunaan energi secara besar-
besaran; (d) mobilitas manusia dan barang sangat cepat; dan (e) penjajahan muncul sebagai
cara menyediakan cadangan sumber energi.

Bisa dikatakan pula era ini pemikiran manusia semakin maju, bahkan mulai berpikir,
bagaimana memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya. Dengan
memanfaatkan teknologi yang sudah ditemukan, manusia punya mobilitas tinggi. Tidak
hanya terbatas antar daerah tetapi negara dan benua. Revolusi industri telah memunculkan
ekspansi ekonomi ke berbagai wilayah. Maka, penjajahan dilakukan untuk mendukung
eksistensi manusia dalam mendukung proses industri di negara asalnya.

Apalagi sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johanness Gutenberg, hasil cetakan bisa
ditingkatkan ratusan kali lipat per jam. Surat kabar yang ditulis tangan dengan jumlah hanya
100 lembar meningkat menjadi 300 hingga 400 eksemplar per jam. Bahkan dengan mesin
offset, percetakan dapat ditingkatkan menjadi 8000-10.000 eksemplar per jam. Pada 1456
kitab suci mulai dicetak dengan bantuan mesin cetak Gutenberg, waktu itu menggunakan
cetakan besi. Kitab Injil yang awalnya hanya bisa dibaca oleh kalangan gereja, meluas hingga
ke masyarakat. Akibatnya tafsir dan pemahaman Injil juga melebar ke masyarakat luas dan
ini mendorong arus pemikiran baru yang semakin meningkat di masyarakat.

3
Kemudian, berkembang media audio visual dengan pemanfaatan satelit pemancar yang
bisa menjangkau seluruh dunia dengan mudah. Radio mulai digunakan untuk propaganda dan
perjuangan dalam memenangkan perang. Bukan pada perangnya, yang penting dibahas, tetapi
bagaimana teknologi radio dan surat kabar berperan dalam penyebaran informasi ini.

Gelombang Ketiga

Sementara itu, gelombang ketiga (1979-2000) ditandai dengan (a) penggunaan energi
yang dapat diperbaharui (renewable energy) karena bahan bakar fosil berkurang; (b) proses
produksi massal cenderung menjauhi pemusatan produksi; (c) kecenderungan bahwa
konsumen juga menjadi produsen dan sebaliknya; dan (d) kemajuan teknologi komunikasi
dan transportasi mendorong deurbanisasi. Era ini juga bisa disebut dengan era informasi.

Adapun masyarakat informasi mempunyai ciri-ciri (a) kelangkaan bahan bakar fosil,
maka muncul gerakan kembali ke energi yang diperbarui; (b) munculnya globalisasi akibat
kemajuan teknologi komunikasi; (c) penggunaan satelit telekomunikasi, ja ringan internet
yang mengubah proses komunikasi manusia secara revolusioner.

Dalam beberapa sumber dikatakan, bahwa awal munculnya gelombang tiga diawali
dengan ditemukannya transistor oleh William Schokley (1947). Dua puluh tahun kemudian
muncul integrated circuit/lC/CHIPS. Keberadaan IC ini sangat memengaruhi proses produksi
barang elektronik secara besar-besaran. Dalam bahasa Alvin Toffler, era ini disebut dengan
gejala massifikasi (produk yang diproduksi besar-besaran kemudian dijual murah).
Munculnya Personal Computer (PC), menambah percepatan perkembangan teknologi
komunikasi. Produk PC dilakukan secara massal pula. Bahkan pada 1960-1980 dari 10.000
set menjadi 10 juta set. Enam tahun kemudian, meningkat menjadi 40 juta.

Beberapa ciri yang bisa dilihat dari gelombang ketiga antara lain; (a) mobilitas manusia
dan barang meningkat tajam; (b) industri mekanik berubah menjadi industri program
(software); (c) diperoleh energi alternatif yang dapat didaur ulang; (d) bioteknologi muncul
sebagai alternatif produktivitas pangan; dan (e) proses penyebaran informasi sangat cepat
dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

Gelombang ketiga itu terus berlanjut sampai sekarang dan tak tahu sampai kapan berakhir.
Gelombang inilah yang menandai munculnya masyarakat informasi. Bahkan sekarang

4
perangkat-perangkat teknologi komunikasi semakin canggih, dimulai dari penemuan satelit,
PC, handphone, internet, dan perpaduan perangkat tersebut. Perpaduan perangkat itu
kemudian memunculkan berbagai macam perubahan pada proses pengirima n informasi dan
peradaban masyarakat.

Gelombang Keempat

Setelah 2000 bisa dikatakan kita memasuki gelombang keempat karena terjadi proses
revolusi perubahan di mana komunikasi, memegang peranan sangat penting. Di era
gelombang keempat ini tenaga mesin tetap masih digunakan, tetapi mesin yang berkaitan
dengan perangkat teknologi untuk berkomunikasi berkembang sangat cepat.

Gelombang keempat ditandai dengan (a) revolusi proses komunikasi akibat


perkembangan media sosial; (b) meminjam istilah Alvin Toffler, kita berada dalam
masyarakat electronic cottage/kampung elektronik tempat orang bekerja di rumah dan tidak
di kantor; serta (c) demasifikasi atau tidak massal dari pesan komunikasi, yakni pusat pesan
berubah ke individu dan tidak massal lagi. Bisa dikatakan, individulah pengontrol pesannya
(sebelumnya salah satu pengontrol pesan adalah lembaga media massa).

Seandainya kita memakai pendapat Alvin Toffler untuk menggambarkan ciri-ciri


perkembangan sejarah peradaban manusia dan teknologi komunikasi di masyarakat, ciri-
cirinya akan tersaji dalam tabel sebagai berikut (Dissayanake, 1983);

Tabel 2.1 Ciri-ciri Tiga Tahapan Masyarakat

5
Kemudian, sebagaimana dikatakan Rogers (1986) jika tiga masyarakat itu
diperbandingkan akan ditemukan tabel sebagai berikut;

Tabel 2.2 Perbandingan Tiga Tahapan Masyarakat

B. Teknologi Komunikasi Gelombang Ketiga

Sejarah teknologi komunikasi dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang. Dalam bagian
ini, disajikan gambaran perkembangan teknologi komunikasi yang lebih spesifik dengan
memberikan uraian singkat dalam bahasannya. Jika kita memakai pendapat Alvin Toffler,
maka bahasan dalam bagian ini, khusus berkaitan dengan perkembangan pada gelombang
ketiga. Sebagai bagian dari gelombang ketiga, fokus utamanya hanya mencakup era media
cetak, elektronik, dan digital.

Perspektif di atas sangat dibutuhkan untuk perbandingan antar era perkembangan


teknologi komunikasi dari waktu ke waktu. Teknologi komunikasi akan terus berkembang
dengan pesat ke depan tanpa bisa diprediksi sebelumnya. Saat orang menggunakan kabel
sebagai alat berkomunikasi tidak pernah membayangkan, jika pengiriman pesan bisa
memakai gelombang elektromagnetik. Pembahasan bagian ini bisa memperjelas tentang apa
yang sudah terjadi dan mungkin akan terjadi.

1. Era Cetak

Penemuan mesin cetak dianggap sebagai penyempurnaan paling besar dari perkembangan
teknologi komunikasi. Saat belum ditemukan mesin cetak, tepatnya sebelum abad ke-15,
orang-orang Eropa biasa memproduksi buku dengan menyiapkan manuscripti (manuskrip)
berupa salinan yang dicetak dengan menggunakan tangan. Asa Briggs dan Peter Burke (2006)

6
pernah mencatat bahwa manuskrip ini sudah diproduksi dua abad sebelum ditemukannya
mesin cetak. Walaupun, hal demikian merupakan perkembangan bagus dalam dunia tulisan,
proses tersebut sering tidak lepas dari kesalahan. Lebih penting lagi adalah jumlah buku yang
disediakan sama sekali terbatas. Yang jelas, cetakan membawa perubahan yang fantastis.
Ribuan salinan buku tertentu dapat diproduksi dengan tepat dan cepat. Bisa dikatakan,
penemuan mesin cetak merupakan kemajuan yang menakjubkan dalam perkembangan
teknologi komunikasi manusia.

Masalah penting yang mengikuti perkembangan era cetak ini adalah penggunaan kertas
dalam usahanya menyimpan tulisan. Sebenarnya, usaha menyimpan tulisan tersebut sudah
dimulai pada dunia Islam sepanjang abad ke-18 dengan kertas kulit (meskipun sebenarnya
kertas sudah muncul di China). Lama-kelamaan, sistem pemakaian tulisan di atas kertas
tersebar ke umat Kristen Eropa, khususnya ketika tentara Moors menduduki Spanyol. Tulisan
yang awal- mulanya dimonopoli oleh kalangan pendeta, elite politik, ilmuwan, dan ahli lain,
mulai bergeser ke masyarakat umum. Masyarakat umum yang punya kemampuan untuk
menulis dan membaca mulai merasakan kemanfaatannya.

Proses cetak- mencetak awal dan tertua terbuat dari tanah liat. Kemudian, dilanjutkan
dengan mencetak di dalam balok kayu lunak, baru setelah itu digunakan tinta atau mencetak
ke dalam kertas. Orang-orang China sendiri telah melalaikan proses mencetak pada 800
Masehi. Penemuan penting yang dilakukan orang China, yakni mereka telah berhasil
mencetak buku pertama yang berjudul Diamond Sutra.

Di China dan Jepang, teknik percetakan sudah dimulai dari abad ke-8. Percetakan di
kedua negara itu masih memakai metode yang biasa dikenal sebagai “percetakan balok”.
Metode tersebut terdiri dari sebuah blok kayu berukir yang bisa digunakan untuk mencetak
satu halaman tunggal dari suatu teks khusus. Pada permulaan abad ke-15 orang Korea telah
menciptakan suatu bentuk dan dapat digerakkan dengan apa yang telah digambarkan oleh
ilmuwan Prancis Henri-Jean Martin sebagai “sesuatu kemiripan yang hampir bersifat khayal
dengan apa yang dibuat Gutenberg. Akibatnya, penemuan Barat mungkin sekali didorong
oleh berita-berita tentang apa yang telah terjadi di Timur.” (Briggs dan Burke, 2006).

Cetakan sebagai mana yang kita ketahui saat ini tidak mungkin terjadi, tanpa perantaraan
tukang emas di Mainz, Jerman pada 1455. Tukang emas ini kemudian dikenal dengan,

7
Johanness Gutenberg. Dialah yang awal mulanya memperkenalkan cara unik mencetak.
Sesudah melakukan banyak percobaan, dia membangun gagasan dengan membuat mesin baja
untuk masing- masing huruf. Ternyata, mesinnya mampu mencetak secara benar dan tepat,
paling tidak jika hanya dibandingkan dengan salinan tulisan dengan memakai tangan.

Gutenberg sendiri, awalnya heran bahwa percobaannya bisa melipatgandakan jumlah


cetakan. Tetapi dia khawatir, jangan-jangan penemuannya akan dianggap orang lain sebagai
tiruan murah dari tulisan tangan. Kekhawatiran itu, justru membuatnya sangat hati- hati dalam
menerapkan penemuannya. Kemudian, dia melakukan proyek pertama kali dengan mencetak
Injil dan ternyata percobaannya sungguh luar biasa. Sayangnya, Gutenberg sebenarnya tidak
pernah menikmati hasil kreativitas dan imajinasinya itu, meskipun orang lain jelas akan
mengakui kehebatan penemuannya.

Mengapa begitu? Ceritanya, suatu saat dia meminjam uang kepada pengacaranya untuk
menyempurnakan penemuan mesin yang bisa melipatgandakan cetakan. Baru saja dia
menyelesaikan proyek pertamanya (mencetak Injil yang belum pernah dilakukan orang lain)
pengacaranya menuntut pembayaran kembali pinjamannya, bahkan mengadili dan
“membersihkan” toko, cetakan, dan semua penemuannya (200 Injil yang sudah tercetak dan
segala hal yang dia miliki). Sepuluh tahun kemudian Gutenberg meninggal di dalam
kemiskinan dan keputusasaan. Dia tidak pernah menyangka bahwa penemuannya tersebut
menjadi titik awal munculnya abad cetakan dan sangat berguna bagi umat manusia dewasa
ini.

Percetakan di Amerika Serikat tumbuh dari sebuah koran pada 1690 dan kemudian
menjadi industri cetak terbesar di dunia, sebagaimana dicatat oleh Departemen Perdagangan
Amerika pada 2000. Perusahaan itu mencakup koran, majalah, buku, direktori, kartu ucapan,
dan media cetak lain.

Koran

Ide dasar pengembangan surat kabar, pada mulanya muncul di benua Eropa umumnya
dan khususnya Inggris serta “Dunia Baru” (negara taklukan atau yang ditemukan masyarakat
Eropa). Pers kolonial orang Amerika itu (untuk menyebut orang Eropa) baru mapan beberapa
tahun sebelum Amerika Serikat ditemukan sebagai negara baru. Di Amerika sendiri baru

8
pada 1830-an ada surat kabar di New York yang boleh dibilang sukses. Dikatakan sukses
karena sebagai negara “jajahan” Eropa, surat kabar tersebut bisa disebarkan ke beberapa
belahan dunia. Pada dekade ketiga abad ke-19 dampak perkembangan cepat dari media cetak
sungguh terasa sekali. Percepatan ini menumbuhkan keinginan kuat pada gagasan untuk
mengombinasikan surat kabar ke dalam media massa komunikasi lainnya.

Publick Occurrences Both Foreign and Domestick adalah koran yang terbit pertama kali
pada 1690 di Amerika Utara. Koran itu terbit beberapa halaman, sebelumnya ada singlepage
newspapers (surat kabar satu halaman) yang disebut dengan selebaran diterbitkan di koloni,
Cambridge, Inggris.

Dominick (2008) mencatat bahwa surat kabar di atas pernah memberitakan


perselingkuhan Raja Prancis dengan menantunya. Akibat pemberitaan yang dianggap
tendesius tersebut, surat kabar itu akhirnya dibredel. Belasan tahun kemudian, James Franklin
menerbitkan surat kabar lagi (tanpa mendapat izin pemerintah) berjudul New England
Courant. Karena terlalu berani dalam pemberitaannya, Franklin dimasukkan ke penjara oleh
pemerintah lokal waktu itu. Kemudian, adiknya bernama Benjamin Franklin pindah ke
Philadelphia dan membuat surat kabar bernama Pennsylvania Gazette.

Sirkulasi surat kabar di Amerika mengalami pertumbuhan yang sangat lambat sampai
1800-an. Hal itu disebabkan karena rendahnya tingkat melek huruf dan daya beli masyarakat.
Namun demikian, munculnya revolusi industri membawa dampak meningkatnya daya beli
masyarakat dan itu juga berdampak pada proses percetakan. Karenanya, harga koran menjadi
rendah, sementara semakin meningkatnya pemasang iklan di koran tersebut ikut mendorong
pertumbuhan secara signifikan pada 1830-an.

Budaya baca masyarakat Amerika meningkat sejak perang sipil (civil war) pada 1800-an.
Akibat adanya perang itu, muncul tuntutan agar media memberitakan secara luas. Maka,
koran mencoba menindaklanjuti keinginan masyarakat itu dengan menambali topik-topik
tertentu yang lebih menarik, termasuk menambah jumlah wartawan. Dari sinilah mulai ada
embrio munculnya praktik jurnalisme modern. Akibat budaya baca yang semakin meningkat
disertai dengan peningkatan jumlah surat kabar, terjadilah persaingan ketat media cetak pada
1880-an. Persaingan pemberitaan koran-koran Amerika, bisa dilihat dari pilihan judul yang
cenderung bombastis dan sensasional dan terkadang terlalu didramatisir. Jumlah perusahaan

9
koran dan sirkulasinya juga mengalami peningkatan. Saat jumlah perusahaan tidak lagi
bertambah, sirkulasinya tetap melambung tinggi. Ini disebabkan kebutuhan masyarakat akan
informasi waktu sangat tinggi.

Pada 1950, jumlah surat kabar yang terbit pagi hari mengalami peningkatan dua kali lipat.
Secara keseluruhan, sirkulasi surat kabar tetap tinggi pada 1950. Namun, lambat- laun
sirkulasinya mengalami penurunan sepanjang 1990-an. Sementara itu, pertumbuhan surat
kabar di negara selain Amerika terus mengalami peningkatan, setidaknya sebelum 1990-an.
Sekarang ini, beberapa koran yang sudah beroperasi satu dekade lebih, mengalami
kebangkrutan dan gulung tikar. Untuk menjaga eksistensi pemberitaannya, beberapa surat
kabar menawarkan pemberitaan secara Online.

Perkembangan surat kabar di Indonesia sejak kolonial Belanda bisa dibaca lebih lengkap
dalam buku penulis berjudul Jurnalisme Masa Kini (2009).

Majalah

Menurut catatan Straubhaar, LaRose, dan Davenport (2012) dalam Media Now:
Understanding Media, Culture, and Technology dikemukakan, bahwa majalah mulai
berkembang di Inggris pada 1700-an. Pada saat itu, majalahnya berisi berita fiksi dan
nonfiksi dalam berbagai segmen, tergantung kebutuhan pembacanya.

Namun demikian, catatan menunjukkan hal yang berbeda. Dalam Media and Culture
(2002) R Campbell, pernah mengatakan, “Majalah kolonial pertama kali yang muncul ada di
Philadelphia pada 1741 atau sekitar 50 tahun setelah munculnya surat kabar”. Majalah ini
harganya lebih mahal dari surat kabar. Maka, hanya beberapa orang saja yang bisa
membacanya, hal itu juga terjadi di Amerika. Karena mahal, majalah sering dibuat dan
didistribusikan oleh kelompok khusus, salah satunya Gereja. The Saturday Evening Post/SEP
(1821) menjadi majalah terlama yang terbit dalam sejarah Amerika. Di samping itu, SEP
menjadi majalah pertama dengan target pembaca kaum perempuan. Pada 1850, oplah majalah
itu mencapai 600 eksemplar. Kupasan menarik dari SEP sekitar bisnis Amerika, inspirasional
kisah sukses, kisah aksi, roman, dan beberapa laporan faktual. Malangnya, pada 1969
majalah ini bangkut karena kalah bersaing dengan televisi.

10
Pada awal abad ke-20, majalah mulai tubuh pesat dengan jangkauan distribusi semakin
meluas yang mengakibatkan persaingan semakin ketat. Oleh karena itu, majalah yang benar-
benar populer akan mendapat pemasang iklan lebih banyak. Mengapa pemasang iklan tertarik
pada majalah? Salah satu alasannya, ingin menjangkau khalayak yang lebih luas dengan
sasaran khusus. Namun demikian, pada pertengahan abad ini, majalah nasional sudah mulai
sekarat. Salah satu tantangan terbesar majalah, berasal dari televisi, serta meningkatnya biaya
distribusi. Iklan juga mulai berkurang, karena pemasang iklan banyak mengalihkannya ke
televisi. Karena banyak kehilangan pembaca, sementara jumlah iklan yang masuk juga
semakin menurun, maka majalah mulai menargetkan pasar pembaca baru yang lebih sedikit.
Di Amerika, antara 1958-1960 jumlah judul majalah baru mengalami kenaikan hampir dua
kali lipat. Pada 2009, penjualan majalah mengalami penurunan sekitar 17,2 %, sementara itu
sirkulasi berlanggaran ikut turun menjadi 5,9 %. Pada 2010, Biro Audit Sirkulasi (Audit
Bureau of Circulation) Amerika melaporkan bahwa dari 522 judul majalah yang dipantau
menurun sekitar 8,7 % (Agnese, 2011).

Pada 2010 ada sekitar 20.707 pelanggan majalah yang diterbitkan di Amerika Utara
mencapai pembayaran sekitar $8,8 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, pelanggan menyumbang
sekitar $6,6 miliar dolar AS atau sekitar 71% dari sirkulasi. Selama tahun itu pula, 193
majalah di Amerika Utara sudah diterbitkan, tetapi sampai saat ini sudah 176 yang gulung
tikar. Akhirnya, banyak juga majalah yang kemudian berbentuk digital atau majalah cetak
yang didukung penerbitan digitalnya. Pada 2009, ada 81 majalah di Amerika Utara sudah
pindah online, tetapi jumlah majalah itu terus mengalami penurunan dan hanya 28 majalah
pada 2010 (Agnese, 2011).

Dengan perkembangan internet yang terus meningkat tajam, banyak majalah online (e-
magazine/onlinemagazine/webzine/ezines) yang bermunculan. Tentu saja, majalah ini
didistribusikan melalui metode online dengan fokus utamanya adalah para pembaca yang
punya kebiasaan untuk bekerja atau beraktifitas di depan komputer atau tablet. Fungsinya
dengan majalah cetak yang sudah muncul tetap sama, yakni memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat.

11
Buku

Percetakan buku mengalami perkembangan pesat sejak ditemukan mesin cetak oleh
Gutenberg (Jerman). Praktik mencetak tersebar di seluruh Eropa melalui penyebaran orang-
orang Jerman. Pada 1500 percetakan telah didirikan di lebih dari 250 tempat di Eropa; 80 di
antaranya di Italia, 52 di Jerman, dan 43 di Prancis. Percetakan itu telah mencapai Basel
(1466), Roma (1467), Paris dan Pilsen (1468), Venesia (1469), Leuven, Valencia, Krakow
dan Buda (1473), Westminster (1476), dan Praha (1477 ). Di antara mereka, percetakan ini
telah menghasilkan kira-kira 27.000 judul pada 1500. Itu berarti, bahwa (dengan perkiraan
rata-rata hasil cetak 500 eksemplar setiap judulnya) kira-kira 13 juta buku telah beredar di
Eropa yang berpenduduk 100 juta orang. Kira-kira 2 juta dari buku-buku itu dihasilkan hanya
di Venice, sedangkan Paris merupakan suatu pusat percetakan penting yang lain, dengan 181
tempat kerja pada 1500 (Briggs dan Burke, 2006).

Saat awal abad ke-16 baru dimulai, mesin cetak Gutenberg telah mampu mencetak ribuan
salinan buku. Mereka menerbitkannya ke beberapa bahasa di benua Eropa dan bahasa lain.
Hasil cetakan itu dapat dibaca oleh setiap orang yang mampu membaca ke dalam bahasanya
masing- masing. Tersedianya buku-buku itu memacu perluasan akan arti pentingnya belajar
membaca.

Percetakan buku yang dianggap monumental adalah mencetak Injil yang sebelumnya
diedarkan terbatas untuk kalangan gereja. Dalam perkembangannya, kitab Injil juga tidak
hanya dicetak dalam bahasa Latin, tetapi juga banyak bahasa. Hal demikian, pernah
menimbulkan kekhawatiran pihak Gereja Roma. Pihak gereja khawatir jangan-jangan
keaslian kitab itu terancam. Oleh karena itu, gereja berusaha menjaga keaslian kitab ini
dengan mencetak ke dalam bahasa kuno. Tetapi perkembangan cetak- mencetak sudah
sedemikian pesat, kalangan gereja juga tidak bisa melarang penerbitannya. Akhirnya, kitab
itu tidak hanya dimonopoli kalangan gereja saja, tetapi juga masyarakat umum.

Semakin mudahnya masyarakat membaca kitab Injil, tafsir kitab tidak lagi menjadi
monopoli gereja. Akibat selanjutnya, mereka mulai berani menentang otoritas dan interpretasi
tunggal atas kitab Injil pihak Gereja Roma. Teknologi komunikasi cetak membuka peluang
untuk memprotes keberadaan agama dan struktur sosial. Munculnya gerakan Protestan juga

12
mengarahkan pada perubahan besar yang mempunyai dampak pada hak-hak masyarakat
Barat sampai hari ini.

Secara historis, The Bay Psalm adalah buku pertama kali terbit pada 1640 yang dicetak
oleh Stephen Daye. Buku itu relatif mahal dan langka sampai muncul era revolusi industri.
Pada 1880-an mesin Linotype dikembangkan. Setelah Perang Dunia II, popularitas buku
paperback membantu pengembangan industri. Sampai saat ini, jumlah penerbitan di Amerika
mencapai 87.000, termasuk penerbitan buku dalam skala kecil. Banyak di antara buku-buku
itu secara harfiah disebut dengan “mom-and-pop desktop operations”.

Perkembangan yang mengejutkan dalam penerbitan buku adalah keberhasilannya


memublikasikan buku elektronik (e-book). Tentu saja, era digital telah mengubah pola
membaca secara langsung dalam bentuk fisik berubah ke elektronik di layar sentuh. Pada
2009, 3,7 juta orang Amerika membaca buku elektronik, setahun kemudian, jumlah
pembacanya meningkat sebesar 178% (10,3 juta). Bahkan survei yang dilakukan Book
Industry Study Group (BISG) membuktikan bahwa sekitar 20% responsden telah berhenti
membeli buku cetak dalam waktu satu tahun terakhir.

Pada Juli 2010, Amazon melaporkan bahwa penjualan e-book-nya. melampaui penjualan
buku tercetak untuk pertama kalinya. Tepatnya, 143 e-book terjual untuk setiap 100 buku
yang tercetak. Dari pertengahan Desember 2011 hingga Januari 2012, proporsi orang
Amerika sebagai pembaca e-book dan komputer tablet meningkat dua kali lipat (dari 10%
menjadi 19%, dengan 29% memiliki setidaknya salah satu perangkat) (Raine, 2012).

2. Era Elektronik

Era elektronik ini ditandai dengan penemuan telegraf. Telegraf yang ditemukan oleh
Samuel Finley Breese Morse (dikenal dengan Morse) itu telah mengubah proses pengiriman
pesan dari cetak ke elektronik yang jauh lebih cepat. Perkembangan selanjutnya, orang-orang
di seluruh dunia kemudian ikut mengembangkan telegraf tersebut, berlanjut muncul media
elektronik, seperti telepon kabel, film, rekaman audio, radio, televisi, televisi kabel, dan
televisi satelit.

13
Telepon

Dengan telepon, Alexander Graliam Bell (1847-1922) menjadi orang pertama yang
mengirimkan pesan elektronik pada 1876. Perkembangannya kemudian, pada 30 Juni 1877,
sudah ada 230 telepon yang digunakan. Pada akhir Agustus 1877 jumlahnya meningkat
menjadi 1.300. Melalui media ini, kantor pertama yang terhubung dengan tiga kantor lain
dilakukan di Boston pada 17 Mei 1877. Ini mencerminkan bahwa telepon masih digunakan
untuk urusan bisnis dan belum untuk telepon rumah (sebagaimana dikenal kemudian).
Penggunaan telepon untuk urusan bisnis berlangsung selama beberapa dekade awal
pertumbuhan media itu. Hotel adalah instansi pelopor yang menggunakan telepon untuk
menggantikan komunikasi lisan antar manusia. Hotel punya alasan, bahwa penggunaan
telepon bisa menekan biaya operasional. Setelah 1894 penggunaan telepon terus berkembang,
bahkan digunakan untuk kegiatan nonbisnis. Pada 1902, tercatat 2.315.000 telepon di
Amerika yang digunakan secara aktif. Di New York, pernah ada 100 hotel yang memiliki
21.000 telepon pada 1909.

Guglielmo Marconi (kemudian dikenal sebagai penemu radio) adalah orang pertama yang
mengirim pesan data nirkabel pada 1895. Meningkatnya jumlah pemakai telepon memancing
banyak percobaan dengan teknologi radio milik Marconi sebagai cara lain untuk
berkomunikasi secara interpersonal. Pada 1920, mobil polisi Detroit sudah memiliki telepon
radio untuk berkomunikasi. Sistem yang dikembangkan Bell menawarkan layanan telepon
radio pada 1956 di St Louis dari 25 kota.

Kemudian berkembang pula telepon seluler, melengkapi telepon rumah dan kantor. Pada
1981, hanya 24 orang di kota New York yang bisa menggunakan telepon seluler pada saat
yang sama dan hanya 700 pelanggan yang bisa memiliki kontrak aktif penggunaan alat itu.
Untuk meningkatkan jumlah orang yang bisa menerima layanan, Federal Communications
Commission (FCC) mulai menawarkan sistem izin telepon seluler dengan undian pada J uni
1982 (Murray, 2001). Bahkan, Jepang (1979) dan Arab Saudi (1982) tercatat sebagai negara
yang justru mengoperasionalkan telepon seluler lebih awal dari Amerika.

Kongres Amerika pernah mengenalkan layanan komunikasi yang lebih maju dari layanan
komunikasi sebelumnya pada tahun 1993. Layanan itu dikenal dengan sebutan Commercial

14
Mobile Radio Service. Pada akhir 1996, sekitar 44 juta orang Amerika berlanggaran layanan
telepon nirkabel tersebut.

Abad baru membawa ledakan telepon nirkabel yang terus menjadi perangkat serbaguna
(smartphone). Sebelumnya, telepon kemampuannya hanya terbatas pada komputer. Pada
2012, penetrasi telepon nirkabel di Amerika mencapai 326.400.000 pelanggan. Tingkat
penetrasinya diperkirakan mencapai 102,2% (Moorman, 2013) jauh melampa ui telepon kabel.
Sekitar 38,2% rumah tangga di Amerika memiliki telepon nirkabel pada akhir 2012. Angka
itu menunjukkan adanya kenaikan sekitar 10% sejak 2006. Pada 2013, pengiriman seluruh
dunia smartphone melampaui 900 juta unit, kira-kira tiga kali lipat jumlah yang dikirim pada
2010 (Amobi, 2013).

Film

Pada 1889 George Estman membeli karya dan hak paten dari Hannibal Goodwin untuk
hak memproduksi film. Ia kemudian mengembangkannya pada 1890-an. Lumeire bersaudara
memutar film di sebuah kafe Paris pada 1895, dan ada sekitar 2.500 orang setiap malam yang
menonton. Agar pengambilan gambar lebih baik dan tontotan lebih memuaskan, William
Dickson (asisten Thomas Alva Edison), kemudian mengembangkan Kinetograph (kamera
film awal) dan Kinetoscope (sistem melihat film).

Di New York, Amerika Serikat, tempat untuk menonton film dibuka pada 1894 yang
menawarkan penonton bioskop dengan beberapa kinetoscope. Vitascope yang dikembangkan
oleh Edison mampu memperpanjang waktu menonton film, sebagaimana ditunjukkan dalam
kinetoscope dan itu juga memungkinkan khalayak yang lebih banyak untuk bersama-sama
melihat film. Vitascope muncul pertama kali pada 1896. Pada tahun yang sama di Prancis,
George Melies mulai pertama kali mengenalkan bioskop. Film pendek menjadi hiburan
umum di berbagai tempat di Amerika pada 1900 (Campbell, 2002). Rata-rata kehadiran film
mingguan mencapai 40 juta penonton pada 1922.

Dari 1922-1930 penonton bioskop terus mengalami kenaikan karena setiap minggu ada
film yang diputar. Jumlah penonton pernah mengalami penurunan secara dramatis, tetapi naik
lagi pada 1934, bahkan berlanjut hingga 1937. Penurunan itu berkaitan dengan Perang Dunia

15
yang memengaruhi stabilitas waktu itu. Setelah perang berakhir, rata-rata kehadiran penonton
per minggunya mencapai 90 juta peserta dari 1946 hingga 1949.

Setelah kehadiran televisi, jumlah penonton film per minggunya terus mengalami
penurunan sampai 1972. Setelah 1972 relatif stabil, artinya tidak mengalami penurunan atau
kenaikan tajam. Satu dekade terakhir bisa dikatakan mencukupi (jika dihitung dari
keuntungan memang kecil) dan stabil.

Film- film box office mengalami penurunan selama 20 tahun sejak kehadiran televisi.
Mulai naik pada akhir 1960-an kemudian naik tajam pada 1970-an. Ledakan itu berlanjut
sampai awal abad ke-20. Akan tetapi, kenaikan pendapatan dari film- film bioskop itu berasal
dari harga tiket dan inflasi, bukan dari meningkatnya jumlah penonton. Total penerimaan
bioskop dari box office menurun juga selama beberapa tahun terakhir. Beberapa studio film
mengakui bahwa pendapatannya kebanyakan berasal dari televisi (film yang diputar di
televisi) dan kaset video (sebagaimana data dari US Department of Commerce pada 2000).

Penggemar film di Amerika menghabiskan rata-rata 12 jam per orang per tahun dari
1993-1997 di gedung bioskop. Namun, jumlah penonton bioskop terus mengalami penurunan
karena semakin populernya menonton film di rumah dengan alat digital yang baru (termasuk
perkembangan baru menonton film 3D).

Di Amerika Serikat, hampir 8.000 dari 39.500 layar theater didirikan untuk film 3D pada
akhir 2010. Harga tiket untuk film 3D naik 20-30% lebih tinggi dari film 2D. Ini karena tidak
saja teknologinya, tetapi film- filmnya juga baru. Namun demikian, penonton Amerika lebih
suka menonton film 2D padahal sudah ada 3D, hal ini disebabkan karena kacamata untuk
menonton 3D dianggap kurang nyaman. Tanggapan atas film 3D tetap kuat di luar Amerika
Serikat. Pada 2010, pembelian atau persewaan film dari rumah video mencapai $18,8 milyar
dolar di Amerika Utara, dibandingkan dengan hanya $10,6 miliar dolar di bioskop (Amobi,
2011).

Lain lagi dengan China. Di negeri ini ditawarkan globalisasi industri film. Film- film box
office di China meningkat 35% antara 2004-2010. Jumlah laba film box office di tahun itu
mencapai $ 10,6 miliar dolar, meskipun pemerintah China hanya memperbolehkan merilis 20
judul film asing setiap tahun.

16
Rekaman Audio

Thomas Alva Edison mendalami percobaan yang dilakukan oleh Leon Scott de
Martinville pada 1950-an. Percobaan itu menghasilkan mesin yang bisa berbicara atau
phonograph pada 1877. Phonograph mampu menghasilkan rekaman suara dari lukisan di
kertas timah. Edison kemudian menggantikan timah dengan lilin. Pada 1880-an, Emile
Berliner menciptakan catatan datar pertama dari logam yang dirancang untuk bermain di
gramofonnya. Ciptaan Berliner ini menghasilkan produksi rekaman secara massal. Waktu
yang dibutuhkan untuk memutar rekaman standar awal sekitar 78 putaran per menit (rpm).

Jerman menggunakan pita magnet plastik untuk merekam suara selama Perang Dunia II.
Setelah Amerika menyita beberapa kaset, teknologi ditingkatkan dan menjadi anugerah
editing dan rekaman lagu bagi negara Barat yang dimainkan pada mesin lebih baik. Pada
1960, gulungan yang terbungkus dalam kaset, terbukti menjadi pesaing mematikan pada 1970.
Pada 1970-an, Thomas Stocholm mengenalkan compact disc (CD) yang bisa merekam suara.
Pada 1983 CD mengancam keberadaan pita rekaman. Selanjutnya, pada 2000 rekaman pita
kaset pun sudah mulai hilang.

Pada abad ke-21 ada ledakan perkembangan baru dalam proses rekaman suara.
Munculnya Apple, iPod, pada 2001 meningkatkan kapasitas penyimpanan dan merambah 19%
dari penjualan musik pada awal kemunculannya. iTunes yang dipunyai Apple kemudian
mengembangkan diri pada 2003 dan menjadi penjual musik terbesar.

Radio

Pesan nirkabel Guglielmo Marconi pada ayahnya pada 1895, mendorongnya untuk
mendirikan sebuah perusahaan di Inggris yang bisa mengirimkan pesan dari kapal ke kapal
dan dari kapal ke pantai. Ia kemudian juga membentuk anak perusahaan Amerika (1899)
yang kemudian dikenal dengan “The American Marconi Company". Perkembangan
selanjutnya, Reginald A. Fessenden dan Lee De Forest secara independen berhasil
mengirimkan suara dengan nirkabel pada 1906. Pada 1910, Enrico Caruso merintis siaran
radio. Perkembangan siaran radio terus mengalami kemajuan, sampai kemudian beberapa
perusahaan AS dan Marconi’s British Company memiliki hak paten penting yang diperlukan
untuk pengembangan industri baru. Lewat pengembangan itu mendorong perusahaan-

17
perusahaan AS membentuk Radio Corporation of America (RCA) untuk membeli hak paten
dari Marconi.

Radio terus berkembang. Pada 1919, Dr. Frank Conrad dari Westinghouse siaran musik
dari piringan hitam di garasi rumahnya di East Pittsburgh. Bahkan Westinghouse KDKA di
Pittsburgh berhasil mengumumkan pesan akan diadakan Pemilihan Presiden melalui
gelombang udara pada 2 November 1920. Selanjutnya, pada 1 Januari 1922, Menteri
Perdagangan telah mengeluarkan 30 izin siaran dan jumlah pemegang lisensi membengkak
menjadi 556 pada awal 1923.

Pada 1924, RCA milik sebuah stasiun di New York, dan Westinghouse diperluas ke
Chicago, Philadelphia, dan Boston. Pada 1922, AT & T menarik diri dari RCA dan mulai
menjalankan perusahaan radio WEAF di New York. Ini stasiun radio pertama yang didukung
oleh iklan. Pada 1923, AT & T terhubung WEAF dengan WNAC di Boston oleh saluran
perusahaan telepon untuk memulai sebuah program gabungan. Inilah jaringan pertama, yang
tumbuh dengan 26 stasiun pada 1925. Perkembangan selanjutnya, penetrasi radio ke rumah
tangga di Amerika mencapai 40% pada 1930, sementara 1947 sekitar 90%.

Perkembangan radio sedemikian cepat dari gelombang pendek Amplitude Modulation


(AM) ke gelombang Frequency Modulation (FM). Pada 2000-an sudah banyak radio yang
terkoneksi internet. Channel1031.com menjadi stasiun radio yang berhenti menggunakan FM
dan secara eksklusif menggunakan internet pada September 2000. Ada stasiun radio yang
kemudian hanya menggunakan internet dan ada pula yang menggunakan keduanya. Koneksi
radio ke internet membawa konsekuensi pembayaran royalti dan komer sialisasi. Pada 2002,
Pustakawan Kongres menetapkan tarif royalti untuk transmisi internet dari rekaman suara
(Kantor Hak Cipta AS, 2003). Sebuah pengadilan federal juga menguatkan hak Kantor Hak
Cipta untuk menetapkan biaya pada streaming musik melalui internet (Brown, 2014).

Pada Maret 2001, Amerika meluncurkan pertama kali 2 satelit audio yang menawarkan
janji ratusan saluran radio satelit (AR 2001). Dengan kebijakan itu diharapkan konsumen bisa
membayar $9,95 dolar per bulan. Satelit di atas juga dipakai untuk radio mobil. Pada akhir
2003, sekitar 1,6 juta pelanggan radio satelit terhubung ke penyedia layanan, antara lain XM
dan Sirius. Sebelum krisis terjadi pada 2008, kedua perusahaan itu bergabung dengan nama

18
baru yakni Sirius XM Radio. Pada 2011, layanan itu digunakan oleh hampir 2,5 juta
pelanggan.

Televisi

Ide dasar munculnya embrio televisi berasal dari Paul Niokow saat ia menciptakan alat
scan disk pada 1880-an. Namun Philo Famsworth- lah yang menjadi orang pertama secara
elektronik mengirimkan gambar melalui udara pada 1927 dengan mengirimkan tanda uang
dolar. Tiga tahun kemudian (1930), ia menerima hak paten untuk televisi elektronik pertama
kali. Pada 1932, Vladimir Zworykin menemukan sarana mengonversi sinar cahaya menjadi
sinar elektronik yang dapat dikirimkan pada pesawat penerima. RCA sangat tertarik dengan
penemuan itu, maka RCA menawarkan diri pada Zworykin agar mau mendemonstrasikan
televisi penemuannya pada Pameran Dunia 1939.

Pada 1941, Federal Communication Commission (FCC) Amerika menunjuk 13 saluran


yang digunakan untuk transmisi televisi hitam putih. Komisi itu mengeluarkan hampir 100
izin stasiun televisi. Pada 1848 diberlakukan aturan pembekuan izin terkait masalah teknis.
Sesuai data dari www.tfi.com/ctu hampir ada 4000 rumah tangga yang memiliki televisi pada
1950. Dalam satu dekade selanjurnya meningkat dari 9% menjadi 87%. Pada 2010, sekitar
288,5 juta orang Amerika memiliki televisi dan terus naik sekitar 0,8% dari 2009. Waktu
rata-rata bulanan yang dihabiskan untuk menonton mencapai 158 jam dan 47 menit,
meningkat 0,2% dari tahun sebelumnya (Brown, 2014).

Pada 1980, High Definition Television (HDTV) Jepang menunjukkan kenaikan kualitas
gambar lebih dari 1.100 baris data dalam gambar televisi. Peningkatan ini memungkinkan
gambar berkualitas tinggi banyak yang harus ditransmisikan dengan lebih sedikit pancaran
gelombang elektromagnetik per sinyal. Pada 1996, FCC menyetujui standar transmisi televisi
digital dan berwenang menyiarkan saluran stasiun televisi periode 10 tahun untuk
memungkinkan transisi ke HDTV. Akibatnya, masa transisi itu membuat semua televisi
analog yang lebih dahulu muncul tersingkir karena tidak dapat memproses sinyal HDTV
(Campbell, 2002).

Pada 1 Agustus 2001, 10 jaringan televisi terbesar telah masuk dalam jaringan HDTV.
Hampir 83% semua televisi Amerika telah menerima izin untuk mengaplikasikan fasilitas

19
HDTV. Namun demikian, penetrasi HDTV ke pemakai televisi rumah tangga melambat
karena harga televisi relatif mahal. Perkembangan selanjutnya di musim gugur 2010, 60%
rumah tangga televisi Amerika telah memiliki setidaknya satu set HDTV.

Saat berkembangnya televisi HDTV, televisi 3D sudah mulai ada. Namun tidak semua
rumah tangga Amerika memanfaatkan fasilitas tersebut karena tidak banyak isi televisi yang
berkaitan dengan tampilan 3D dan kacamata 3D tidak nyaman untuk dipakai. Selama musim
gugur 2011-2012, perusahaan Nielsen melaporkan bahwa jumlah rumah tangga Amerika
dengan televisi mengalami penurunan. Penurunan terjadi dari 115.900.000 menjadi
114.700.000. Penurunan terjadi sekitar 2,2%, padahal perkembangan kenaikan pernah
mencapai 96%. Penurunan ini terjadi tidak saja karena krisis ekonomi tetapi tantangan baru
media di luar televisi terutama media online (Brown, 2014).

Televisi Kabel

Televisi kabel muncul untuk mengatasi gangguan sinyal gelombang elektromagnetik.


John Watson adalah orang yang berjasa mengembangkan sistem antena induk pada 1948.
Robert J. Tarlton (Pennsylvania) dan Ed Parsosns (Oregon) telah menyiapkan sistem itu juga
pada 1949 dengan menggunakan antena tunggal untuk menerima program melalui udara dan
menyalurkannya melalui kabel coaxial ke beberapa pengguna (Baldwin & McVoy, 1983).
FCC melihat adanya potensi besar televisi kabel itu. Pada awalnya, FCC memilih untuk tidak
mengatur televisi sistem kabel itu, tetapi setelah muncul media baru yang menjadi ancaman,
sistem kabel juga menjadi perhatian pemerintah. Saat pemerintahan Presiden Ronald Reagen,
aturan televisi kabel mulai diterapkan karena semakin berkembangnya sistem itu (Brown,
2014).

Pada awal abad ke-21, pelanggan televisi kabel mulai menerima akses ke beberapa
pilihan, seperti video digital, video penerimaan, DVR, HDTV, dan telepon. Kesuksesan kabel
digital mendorong FCC memutuskan untuk menghilangkan siaran televisi analog pada 17
Februari 2009. Akan tetapi, pada September 2007, FCC dengan suara bulat tetap memberikan
kesempatan siaran televisi analog. Kebijakan ini dirancang untuk memberikan layanan bagi
televisi lokal agar tidak terganggu dengan aturan baru bagi semua pengguna televisi kabel.
Kebijakan tersebut bisa melindungi sekitar 40 juta (.35%) rumah tangga yang masih tetap
menggunakan sistem analog (Brown, 2014).

20
Layanan telepon menjadi luas melalui kabel selama beberapa tahun sebelum abad ke-21,
bahkan pernah mencapai 3,6 juta pelanggan pada akhir 2004. Industri menawarkan layanan
telepon melalui Voice Over Internet Protocol (VoIP) untuk 38% rumah tangga kabel,
menarik 600.000 pelanggan. Jumlah itu terus tumbuh menjadi 1,2 juta pada Juli 2005 (Amobi,
2005).

Pada awal abad ke-21, pertumbuhan kabel juga terlihat dari munculnya Video On
Demand (VOD) yang menawarkan pelanggan televisi kabel kemampuan untuk memesan
program secara langsung. Pembelian VOD meningkat 21% dibanding 2010 dan
menghasilkan pendapatan sekitar $1,8 miliar dolar.

Penetrasi kabel menurun setelah 2000, namun penggunaan kombinasi antara kabel dan
satelit terus meningkat. Di seluruh dunia, televisi berbayar berkembang di abad baru,
terutama di pasar digital. Dari 2009-2010, pelanggan meningkat dari 648 juta menjadi 704
juta rumah tangga. Menurut lembaga penelitian ABI, diperkirakan ada 704 juta pelanggan TV
berbayar pada 2011. Setengahnya menjadi pelanggan televisi digital dan sekitar 225 juta
rumah tangga akan berlanggaran HDTV.

Satelit Pe mancar Langs ung dan Pesaing TV Kabel Lain

Teknologi satelit dimuai pada 1940-an, tetapi Home Box Office (HBO) menjadi layanan
pertama yang menggunakannya. HBO memakainya untuk menyiarkan hiburan pada 1976.
Jaringan lain segera mengikuti langkah HBO, juga stasiun siaran individu (WTBS, WGN,
WWOR, dan Wpix).

Pesaing untuk industri kabel mulai bermunculan—termasuk berbagai teknologi baru.


Laporan FCC menyebutkan, ia membedakan antara Home Satellite Dish (HSD) atau sistem
parabola rumah dan satelit siaran langsung atau Direct Broadcast Satellite (DBS). Keduanya
dimasukkan sebagai MVPDs (Multichannel Video Program Distributors) yang mencakup
televisi kabel, sistem nirkabel yang disebut dengan Multichannel Multipoint Distribution
Services (MMDS), dan sistem kabel swasta yang disebut dengan Satellite Master Antenna
Television (SMATV).

21
Video Rumahan

Meskipun VCR muncul pada akhir 1970, tetapi ketercukupan standar teknis sangat
lambat dalam mengadopsi perangkat baru. Setelah kapasitas merekam lebih lama dari format
VHS memenangkan penerimaan publik yang lebih besar atas gambar berkualitas tinggi dari
Betamax, popularitas rekaman rumah, dan pemutaran cepat dipacu.

Sebagaimana dicatat oleh T.N Amobi dan W.H. Donald (2007), pada 2004 belanja sewa
untuk rekaman video dan DVD mencapai $24,5 miliar dolar jauh melebihi $9,4 miliar yang
dihabiskan untuk tiket film pada tahun itu. Selama 2005, penjualan DVD meningkat 400%
dibandingkan 2000. Ada kenaikan dari $4 miliar dolar menjadi $15,7 miliar dolar. Namun,
tingkat pertumbuhan tahunan berbalik arah dan melambat pada tahun itu sampai 45% dan
terus menurun sampai 2% pada tahun berikutnya. Penjualan VHS hanya mencapai $300 juta
dolar pada 2006 (Brown, 2014).

Faktor-faktor dalam penurunan VHS dan DVD ini akibat kenaikan permintaan layanan
video kabel dan satelit, termasuk video broadband, serta download isi digital (Amobi, 2009).
Sampai awal 2008, persaingan antara pendukung HD-DVD dan format Blu-ray belum
terselesaikan, dan beberapa studio berencana untuk mendistribusikan film di kedua format.
Blu-ray tampaknya muncul sebagai pemenang pada 2008 ketika perusahaan besar (misalnya
Time Warner, Wal-Mart, Netflix) menyatakan kesetiaan untuk mengikuti format tersebut.
Pada Juli 2010, penetrasi Blu-ray mencapai 17% rumah tangga di Amerika (Gruenwedel,
2010), dan 170 juta Blu-ray didistribusikan tahun itu (Amobi, 201 Ib). Perekam video digital
(DVR, juga disebut perekam video pribadi/PVR) memulai debutnya pada 2000. Pada 2001
berhasil terjual sekitar 500.000 unit (FCC, 2002).

3. Era Digital

Era digital merupakan transisi dalam mode pengiriman pesan yang memakai alat bantu.
Meskipun sudah berubah ke era digital, namun isinya dalam beberapa kasus tidak banyak
perubahan. Dengan media lain, seperti media sosial, isi digital menjadi media baru bagi orang
yang berkomunikasi. Bagian era digital ini hanya berisi sejarah perkembangan komputer dan
internet. Bagian pembahasan sebelumnya (HDTV, film di DVD) dapat dianggap sebagai

22
bagian dari era digital juga. Namun demikian, diskusi dari bagian tersebut dianggap berada di
bawah era sebelumnya (era sebelum digital).

Komputer

Intel memperkenalkan prosesor kecil (microprocessor) pertama pada 1971. The MITS
Altair (8080 prosesor dan 256 byte, ‘Random Access Memory’ (RAM)), dijual seharga $498
dolar pada 1975. Ia juga mengenalkan perangkat komputer untuk individu. Pada 1977, Radio
Shack menawarkan komputer TRS80 rumah, dan Apple II menetapkan standar baru untuk
komputasi personal, menjual untuk $1.298 dolar. Perusahaan lain mulai memperkenalkan
komputer pribadi, dan pada 1978, sekitar 212.000 komputer pribadi yang dikirim untuk dijual.

S.H. Kessler dalam tulisannya Industry Surveys: Computers Services and the Internet
(2011) mengungkapkan di awal perkembangannya, komputer dipakai untuk membantu
kegiatan akuntansi. Ketika komputer dianggap cukup kecil dan mudah diletakkan di meja
kantor pada 1980-an, banyak yang menggunakan untuk mengolah data, termasuk diminati
sebagai komputer rumah. Pada 1990-an tercatat adanya pertumbuhan jaringan komputer
karena mulai banyak orang yang memanfaatkannya. Pengiriman komputer di seluruh dunia
tumbuh setiap tahun lebih dari 20% antara 1991 sampai 1995 (Brown, 2014).

Pada 1997, mayoritas rumah tangga dengan penghasilan tahunan lebih dari $50.000 dolar
AS memiliki komputer pribadi. Pada saat itu, kompute r dijual dengan harga $2000 dolar.
Pada 1990-an, harga komputer mengalami penurunan di bawah $1000 dolar per unit. Hampir
60% rumah tangga Amerika memiliki komputer pada tahun-tahun setelahnya.

Penetrasi dan Penggunaan

Selama dekade pertama abad ke-21, internet menjadi alasan utama konsumen membeli
komputer baru. Modem kabel dan Digital Subscriber Lines (DSL) saluran telepon meningkat
di kalangan pengguna rumah sebagai sarana untuk menghubungkannya ke internet. Itu
disebabkan karena lebih dari separuh rumah tangga Amerika mengakses internet dan
koneksinya (koneksi broadband) juga semakin tinggi.

Data menunjukkan, pada 2008, 74 juta (63%) rumah tangga di Amerika memiliki akses
broadband kecepatan tinggi (Kessler, 2011). Pada Juni 2013, ada sekitar 91.342.000

23
langganan broadband tetap dan 299.447.000 juta pelanggan Amerika memiliki langganan
broadband nirkabel (OECD, 2013) meningkat dalam pengiriman komputer Amerika dan
penetrasi rumah. Pada 1998, 42,1% rumah tangga di Amerika memiliki komputer pribadi (AS
Biro Sensus, 2006). Setelah awal abad ke-21, harga komputer pribadi menurun dan penetrasi
meningkat dari 63% pada 2000 menjadi 77% pada 2008 (Forrester Research seperti dikutip
dalam Kessler, 2011). Di seluruh dunia, penjualan komputer pribadi meningkat 34% dari 287
juta di 2008, menjadi 385 juta pada 2011 (Brown, 2014).

Inte rnet

Sejarah singkat internet dimulai pada 1960 dengan nama ARPANET. ARPANET adalah
proyek jaringan Advanced Research Projects Agency (ARPA), di bawah naungan
Departemen Pertahanan AS. Proyek itu bertujuan untuk kepentingan militer dan peneliti agar
terhubung di beberapa saluran yang menghubungkan komputer. Jaringan itu digunakan untuk
berbagi data dan sistem tetap berjalan yang tidak bisa dilakukan pada komunikasi tradisional.

Lembaga awal yang menggunakan komputer kebanyakan universitas dan laboratorium


penelitian pribadi. Komputer telah nyata mendukung peredaran surat elektronik dan
informasi lain yang tersaji dalam komputer. Penggunaan internet meningkat secara drastis
pada 1982 setelah National Science Foundation didukung kecepatan tinggi dengan jaringan
ke beberapa lokasi di seluruh Amerika Serikat. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1980-an,
pengguna militer ditinggalkan ARPANET, namun pengguna pribadi terus menggunakannya
dan transmisi multimedia audio dan video menjadi sangat mungkin untuk sistem ini.

Perkembangan internet di Indonesia juga mengalami kenaikan drastis. Berdasar data dari
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia jumlah pengguna internet sebagai berikut;

24
Tabel 2.3 Perkembangan Pengguna Internet di Indonesia (juta orang)

4. Perpaduan

Media yang lebih tua, baik cetak maupun jenis elektronik, telah melalui transisi dari
bentuk aslinya menjadi media digital. Banyak media yang awal munculnya dalam bentuk
digital telah menikmati pertumbuhan eksplosif selama era digital. Horrigan (2005) mencatat
bahwa tingkat adopsi internet kecepatan tinggi sangat tinggi dibanding teknologi elektronik
lainnya. Dia mengamati bahwa 10% dari populasi menggunakan akses internet kecep atan
tinggi kurang dari lima tahun. Komputer pribadi memerlukan 4 tahun, pemutar CD
membutuhkan 4,5 tahun, telepon seluler memerlukan 8 tahun, VCR mengambil 10 tahun,
sementara itu televisi warna membutuhkan waktu sekitar 12 tahun. Awal visi dari internet
tidak termasuk penekanan pada hiburan dan informasi kepada masyarakat umum yang telah
muncul. Kombinasi media baru ini dengan media yang lebih tua disebut dengan konvergensi,
mengacu pada penggabungan fungsi media lama dan baru. Pada 2002, FCC (2002)
melaporkan bahwa jenis yang paling penting dari konvergensi yang terkait dengan isi video
adalah bergabungnya layanan internet. Laporan itu juga mencatat bahwa perusahaan dari
berbagai area bisnis menyediakan berbagai video, data, dan layanan komunikasi lainnya
(Brown, 2014).

Satu abad yang lalu radio dan rekaman bergabung dalam alat yang sama, tak terkecuali
dengan media-media sekarang ini. Media dalam beberapa tahun terakhir telah konvergen
dengan kecepatan yang jauh lebih cepat. Sebagai media yang pernah mencapai distribusi

25
yang paling luas pada zamannya, media cetak mengalami penurunan sepanjang 1990-an,
sementara itu popularitas internet justru tumbuh pesat.

John Naisbitt dan Patria Aburdene dalam New Directions For the 1990’s Megutrands
2000 (1990) mengatakan ada beberapa kenyataan yang memengaruhi dan menaungi
kehidupan umat manusia di abad ke-21 antara lain (1) Bom ekonomi global pada 1990-an; (2)
Renaissance dalam seni; (3) Munculnya sosialisme pasar bebas; (4) Gaya hidup global dan
nasionalisme kultural; (5) Penswastaan negara kesejahteraan, (6) Kebangkitan tepi pasifik; (7)
Dasawarsa wanita dalam kepemimpinan,(8) Abad biologi; (9) Kebangkitan agama milenium
baru; dan (10) Kejayaan individu.

26

Anda mungkin juga menyukai