Anda di halaman 1dari 30

KOMUNIKASI MASSA & MEDIA

Dari buku “Perkembangan Teknologi Komunikasi (Nurudin)” dengan beberapa penyesuaian

Dosen Pengampu: Endrian Kurniadi, S.Kom., M.I.Kom.

Teknologi Komunikasi dan Masyarakat Maya

A. Ciri-ciri Masyarakat Maya....................................................................................................5


1. Interaksi Sosial....................................................................................................................7
2. Kelompok Sosial.................................................................................................................8
3. Kebudayaan......................................................................................................................10
4. Pranata dan Kontrol Sosial...............................................................................................14
5. Stratifikasi Sosial..............................................................................................................15
6. Kekuasaan dan Kemimpinan............................................................................................15
7. Perubahan Sosial...............................................................................................................16
B. Realitas Masyarakat Maya...................................................................................................16
1. Bermain Topeng...............................................................................................................17
2. Miskinnya Tatap Muka.....................................................................................................18
3. Budaya Narsisme..............................................................................................................19
4. Membangun Avatar..........................................................................................................20
5. Alone Together.................................................................................................................21
6. Budaya Selalu Terhubung.................................................................................................22
7. Budaya Komentar.............................................................................................................22
8. Kekariban dan Keheningan...............................................................................................23
9. Kendangkalan Makna.......................................................................................................24
C. Dampak Interaksi Virtual....................................................................................................25
D. Kekuatan Masyarakat Maya................................................................................................27

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA

2021
TEKNOLOGI KOMUNIKASI

DAN MASYARAKAT MAYA

“Terorisme, Netizen, dan Revolusi Hastag”

Setelah peristiwa serangan bom di Jakarta beberapa waktu lalu (13/1/2016) muncul
gerakan keprihatinan dan perlawanan. Salah satu gerakan tersebut dilakukan dalam sejumlah
hastag di media sosial. Gerakan keprihatinan bisa dilihat dari hastag #PrayForJakarta.
Sementara itu, gerakan perlawanan bisa disimak dari hastag #KamiTidakTakut. Lalu akhir-
akhir ini muncul hastag #SafetyCheckJakarta yang bisa digunakan untuk saling bertukar
informasi daerah aman dan rawan berkaitan dengan teror bom tersebut.

Dilematis

Setiap reaksi atas sebuah kejadian bisa jadi memunculkan pilihan dilematis, ada pro-
kontra dan plus-minusnya. Saat muncul hastag #PrayForJakarta terungkap sebuah ketakutan
dan kecemasan atas kejadian peledakan bom di Jakarta tersebut. Bisa jadi itu reaksi spontan
netizen karena kecemasan mereka tanpa memikirkan dampak lainnya.

Dampak lain yang bisa jadi akan terasa adalah jika sampai hastag itu dibaca oleh orang-
orang di luar negeri karena hastag bisa diakses oleh orang seluruh dunia. Di mata orang asing
akan muncul kesan bahwa di Jakarta sedang terjadi huru-hara dan tindakan kekerasan,
sehingga tidak aman. Hastag itu tentu saja akan memunculkan kecemasan mereka pula. Kalau
yang cemas masyarakat biasa, barangkali tidak bermasalah, tetapi bagaimana jika yang cemas
itu pengambil kebijakan atau calon investor? Bagaimana pula, jika kecemasan mereka
memunculkan sentimen negatif pada kurs rupiah?

Dalam posisi itu tentu saja dampaknya sangat negatif. Akhirnya, Indonesia akan dicap
sebagai negara yang rawan kekerasan karena tindakan netizen menulis hastag yang
mengungkapkan kecemasan dan kekhawatiran. Akibatnya, bukan dampak positif yang
muncul, tetapi justru persepsi negatif yang terbangun dalam pikiran orang-orang dari negara
asing.

1
Bisa jadi sebagian besar aktivis media sosial hanya sekadar ikut merasa prihatin atas
kejadian di Jakarta tersebut. Mereka hanya menunjukkan kepedulian, ikut empati pada
mereka yang jadi korban. Mungkin sesederhana itu saja atau bisa juga iseng-iseng biar
dianggap peduli karena teman-temannya melakukan hal serupa. Membuat hastag agar
dianggap keren, inilah yang justru sangat berbahaya. Jangan-jangan mereka ini juga
melakukan aktivitas di media sosial hanya untuk iseng atau justru menyulut pertentangan
karena dipakai untuk mengumbar emosinya selama ini? Jika kita aktivis media sosial, nyata
bahwa masih banyak dari mereka mengumbar kebencian satu sama lain.

Sementara itu dampak positifnya, hastag di atas bisa dijadikan tolak ukur masih adanya
benih-benih kepedulian masyarakat atas peristiwa yang menimpa saudaranya di negara ini.
Jika demikian kenyataannya, maka ini patut diapresiasi secara positif. Apalagi jika hastag ini
punya dampak besar dengan mendorong tindakan pengumpulan dana bagi korban bom atau
membuat aparat keamanan lebih siaga.

Tidak kalah pentingnya, hastag semakin populer kemudian memunculkan solidaritas antar
sesama. Apalagi jika yang diinformasikan dalam media sosial diberitakan pula di media
massa (cetak dan elektronik). Dampaknya tentu akan lebih dahsyat. Apalagi saat ini juga
muncul gerakan solidaritas dengan pernyataan keprihatinan dari beberapa tokoh lintas agama.
Mereka kemudian mengadakan deklarasi anti kekerasan sebagaimana dilakukan pada Apel
Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Jakarta (17/1/16). Ini bukti
dampak positif atas gerakan hastag di “udara” yang kemudian diikuti gerakan di “darat”.

Peledakan bom yang salah satunya memicu munculnya hastag yang kian populer
memberitakan pada masyarakat bahwa ada masalah dengan bangsa ini. Jika hastag dipahami
sebagai pemicu, maka hastag juga bisa dikatakan sebagai alat pemersatu. Sebab, dengan
hastag yang populer itu justru membuat masyarakat bersatu untuk melawan tindak kekerasan
yang juga disebut dengan terorisme.

Jika dalam kurun waktu lama bangsa ini dicabik-cabik oleh perbedaan pendapat akibat
perbedaan aspirasi dalam pemilihan presiden, saat ini mereka bersatu padu melawan gerakan
terorisme. Ini berarti, bahwa masyarakat kita akan bersatu, jika ada musuh yang harus mereka
hadapi bersama. Atau jangan-jangan bangsa ini hanya mau bersatu kalau diciptakan musuh
bersama saja? Semoga saja tidak. Semoga saja bangsa ini memang bangsa yang punya akar
kuat untuk bersatu dalam perbedaan (unity in diversity).

2
Revolusi Hastag

Gerakan hastag adalah gerakan spontan masyarakat dari berbagai macam kepentingan.
Masalahnya, mengurusi terorisme memang penting tetapi tentu saja jangan melupakan
persoalan urgen seperti korupsi, kontrak tambang Freeport, dan lain-lain. Jika kita pengguna
media sosial aktif, bisa jadi pernah membaca bahwa peledakan bom itu sebuah rekayasa atau
usaha mengalihkan atas sejumlah kasus penting di negara ini. Jika asumsi ini yang terjadi,
bukan tidak mustahil semua rekayasa itu diketahui oleh bangsa asing. Misalnya, agar
masyarakat melupakan untuk sejenak kasus kontrak tambang Freeport. Tentu saja bangsa
asing jelas masih punya kepentingan pada Freeport ini karena kekayaannya yang melimpah.
Karena selama ini, menjadi sorotan dan masyarakat menyarankan agar kontrak Freeport
diputus, sementara asing akan terus bercokol di sana, maka diciptakan “permainan” agar
kontrak tambang tidak dipermasalahkan lagi dengan menggiring opini masyarakat dengan
kasus terorisme.

Jika kita berbicara tentang dunia intelijen, hal demikian tentu bukan sesuatu yang aneh.
Hanya orang-orang yang punya kepekaan tentang hal itulah yang paham, sementara
masyarakat awam tidak tahu-menahu. Bagaimana mungkin dengan teknologi canggih
seperti sekarang ini gerakan terorisme sulit diendus?

Hastag adalah fenomena gerakan sosial masyarakat masa kini. Jadi, kita tidak bisa
memandang sebelah mata hastag di media sosial. Hastag bisa menjadi pisau bermata dua. Ia
bisa membuat popularitas seseorang/ lembaga, mencari keuntungan, dukungan, dan lain-
lain. Namun demikian hastag juga bisa sebuah aturan hukum, sementara hakimnya adalah
individu. Netizen bisa menghakimi orang lain/lembaga tertentu hanya dengan hastag.
Hastag ini kemudian semakin kuat untuk dijadikan “landasan hukum" jika disebar dan
bahkan menjadi trending topic. Kasus mundurnya Setya Novanto dari kursi ketua DPR serta
kasus-kasus lain membuktikan itu semua.

Perubahan di sekitar kita dalam beberapa tahun ke depan masih ada di tangan para
netizen. Mereka hadir secara spontan dengan “tendangan” yang akurat.

Artikel di atas menganalisis kasus terorisme yang pernah terjadi di Jakarta, kemudian
mendadak aktual setelah semua media sosial memberitakan kasus tersebut. Bahkan sempat
dibuat tagar atau hastag (#). Yang ingin saya tekankan adalah bahwa setiap kasus yang terjadi

3
di sekitar kita beritanya akan cepat tersebar luas melalui teknologi komunikasi, sekarang
disebut dengan media sosial. Bahkan hastag yang muncul kemudian menimbulkan simpati,
lalu tak jarang ditindaklanjuti dalam kehidupan nyata.

Salah satu contoh perkembangan teknologi yang berpengaruh pada media sosial
kemudian ditindaklanjuti dalam perilaku masyarakat nyata adalah kasus yang terjadi di Mesir
(2011). Media sosial seperti Twitter dan Facebook dianggap sebagai pemicu revolusi Mesir
dengan mundurnya Presiden Husni Mubarak. Bahkan pemerintah AS melalui berbagai
kedutaan besarnya, rajin pasang mata terhadap media sosial untuk menangkap opini publik di
berbagai negara.

Tidak itu saja, fenomena yang terjadi di Mesir disebut-sebut sebagai Revolusi 2.0.
Alasannya, revolusi tersebut dilatarbelakangi gerakan sosial yang dipicu oleh internet. Isu
anti pemerintah berawal dari diskusi sekelompok orang di media sosial yang kemudian
tersebar luas. Sebelumnya fenomena tersebut juga terjadi di Tunisia yang kemudian menular
ke negara Liga Arab lain, salah satunya Mesir.

Jika dilihat lebih jauh, Revolusi Mesir berawal dari inisiatif Whael Ghonim yang
membuat akun FB “We are all Khaled Said” pada Juli 2010. Akun tersebut kemudian
menarik massa sangat banyak, khususnya yang menjadi oposan pemerintah. Akun tersebut
dibuat Ghonim sebagai bentuk simpati terhadap Khaled Said yang menjadi korban
penyiksaan anggota kepolisian Mesir di sebuah warnet, Alexandria. Akhirnya, kasus itu
menjadi media komunikasi kelompok anti pemerintah dalam melakukan gerakan demonstrasi
(Lutviah, 2011).

Setelah akun “We are all Khaled Said”, pendukung-pendukung Ghanim kemudian,
membuat akun Facebook lain. Salah satunya akun “6th of April Youth Movement” yang juga
digunakan untuk gerakan anti pemerintah. Selain FB, Twitter juga digunakan. Melalui
Twitter, para demonstran saling berkomunikasi dan memberikan informasi tentang
perkembangan demonstrasi di Mesir.

Pada 25 Januari 2011, masyarakat Mesir mulai melakukan demonstrasi dan turun ke jalan
menuntut lengsernya Presiden Husni Mubarak. Ribuan orang berkumpul di lapangan Tahrir
Square, Kairo. Mereka meneriakkan protes atas semua kejahatan Husni Mubarak selama
berkuasa, khususnya tentang korupsi besar-besaran yang ia lakukan.

4
Itulah keniscayaan perkembangan teknologi komunikasi yang berimplikasi pada proses
perubahan politik di Mesir. Tak terkecuali, berimplikasi pada banyak hal dalam kehidupan
manusia. Dengan kata lain, teknologi komunikasi telah mengubah semua tatanan kehidupan
manusia.

Uraian di atas menjadi bukti adanya aktivitas yang dilakukan masyarakat maya. Kita
bertanya apa yang disebut dengan masyarakat maya? Masyarakat secara sosiologi berarti
kelompok orang yang menempati sebuah wilayah tertentu, hidup secara lebih lama, saling
berkomunikasi, memiliki simbol-simbol, dan aturan tertentu, serta sistem hukum yang
mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki stratifikasi, sadar sebagai bagian dari
anggota masyarakat serta relatif dalam menghidupi dirinya sendiri.

A. Ciri-ciri Masyarakat Maya

Secara sederhana masyarakat dalam arti sosiologi mempunyai beberapa ciri:

1. Kelompok orang;

2. Menempati sebuah wilayah;

3. Hidup lebih lama;

4. Saling berkomunikasi;

5. Punya simbol-simbol, aturan, sistem hukum;

6. Ada stratifikasi sosial;

7. Kemampuan menghidupi diri sendiri.

Masyarakat nyata adalah sebuah kehidupan masyarakat yang secara indrawi dapat
dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, di mana hubungan-hubungan sosial sesama
anggota masyarakat dibangun melalui pengindraan. Secara nyata, kehidupan masyarakat
manusia dapat disaksikan sebagaimana apa adanya. Sedangkan kehidupan masyarakat maya
adalah sebuah kehidupan masyarakat yang secara tidak langsung diindra melalui pengindraan
manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah realitas (Bungin, 2007).

Masyarakat nyata adalah masyarakat dunia dan seisinya ini. Ia bukan masyarakat di alam
lain, misalnya alam kubur atau akhirat. Bisa jadi masyarakat akhirat ada, tetapi
keberadaannya tidak bisa diindra manusia normal, jadi tidak dimasukkan dalam definisi
masyarakat nyata.

5
Masyarakat maya menggunakan model kehidupan, sebagaimana yang dilakukan
masyarakat nyata, seperti membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, stratifikasi
sosial, kebudayaan, pranata sosial, kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, sistem
kejahatan serta kontrol sosial, dan sebagainya (Bungin, 2007).

Secara singkat bisa dikatakan, masyarakat maya adalah masyarakat yang terbentuk dan
terhubung melalui interaksi jasa jaringan internet. Jika media sosial itu dibuat karena akibat
dari perkembangan internet, berarti interaksi yang dibangun dalam media sosial
mencerminkan aktivitas masyarakat maya. Komunikasi yang dilakukan aktivis di Mesir
(2011) dan munculnya hastag akibat kasus terorisme di Indonesia mencerminkan aktivitas
masyarakat maya.

Ada dua istilah yang seringkah rancu, yakni masyarakat maya dan dunia maya.
Sebenarnya kedua istilah ini tidak perlu dibedakan secara tajam. Hal demikian sama dengan
istilah dunia nyata dan masyarakat nyata. Secara lebih khusus, bisa dikatakan masyarakat
nyata bagian dari dunia nyata. Tak terkecuali dengan istilah masyarakat maya dan dunia
maya. Keduanya dunia yang tidak nyata, sebagaimana yang bisa kita indra dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan sosial kehidupan nyata. Maka, masyarakat maya bagian dari dunia
nyata.

Meskipun ada perbedaan, ada baiknya kita jelaskan apa itu dunia maya dan awal
munculnya isilah itu. Secara historis, dunia maya pernah populer sejak dikenalkan dalam
novel Willian Gibson, Neuomancer. Istilah itu muncul pertama kali untuk merujuk pada
jaringan informasi luas, dari oleh para penggunanya pernah disebut dengan console cowboys.
Jaringan itu menunjuk pada koneksi langsung dengan sistem-sistem saraf.

Dari sejarah itu kemudian berkembang sebuah definisi yang mengatakan, dunia maya
adalah realitas yang terhubung secara global berbasis komputer. Setiap komputer yang
terhubung satu sama lain, itu ibarat sebuah jendela yang merepresentasikan cara khusus
berbasis data (bukan sekadar fisik) dan saling terhubung.

Dari dunia maya itu, kemudian muncul istilah masyarakat maya, sebagai salah satu
aktivitas dalam dunia maya. Masyarakat maya adalah komunitas yang muncul di dunia
elektronik. Anggota masyarakat maya itu saling berkomunikasi berbasis data melalui e-mail,
chatting, milis, dan bentuk komunikasi lain yang bisa dipakai untuk berkomunikasi dalam
jaringan internet.

6
Individu-individu yang mempunyai ketertarikan sama bisa berkumpul dan membentuk
komunitas maya. Komunitas ini bentuknya sangat terbuka, sehingga semua orang yang
berminat boleh masuk, jika tidak cocok dengan komunitas itu bisa keluar dengan cepat.

1. Interaksi Sosial

Dalam masyarakat nyata, interaksi sosial membutuhkan lokasi terjadinya interaksi dan
bagaimana proses interaksi dilakukan. Secara fisik, lokasi tempat interaksi bisa dengan
mudah kita indra; entah di rumah, kantor, taman, dan tempat lain yang bisa diakai untuk
berinteraksi. Proses interaksi juga bisa dengan mudah dilihat, misalnya jika kita melihat ada
orang yang sedang bercakap-cakap asyik di sebuah kafe, di situ jelas terjadi proses interaksi
dengan lokasi fisik bernama kafe. Seorang anak misalnya, ia bisa berinteraksi secara intensif
dengan kedua orangtuanya di rumah (tentu saja hanya anggota yang ada di rumah itu yang
bisa berperan serta dalam proses interaksi), sementara ia juga bisa melakukan interaksi
dengan temannya satu kampus, entah di dalam kampus atau kebetulan ketemu di pinggir
jalan. Dalam hal ini, secara fisik lokasinya sangat jelas yakni, di rumah, di pinggir jalan, atau
kafe.

Bagaimana dengan lokasi interaksi dalam masyarakat maya? Dalam masyarakat maya
lokasi tetjadinya interaksi tentu saja di internet. Jika itu dilakukan dengan intranet, interaksi
dilakukan secara terbatas bagi anggota yang masuk jaringan intranet, misalnya interaksi
dengan teman satu lembaga atau kantor (intranet adalah perumpanaan interaksi yang sangat
terbatas masyarakat maya layaknya masyarakat nyata dalam keluarga atau teman kantor).

Sementara itu, seseorang bisa juga melakukan interaksi secara lebih luas yang disebut
dengan rumah bernama internet. Bahkan dengan internet seseorang bisa menjelajah ke
seluruh dunia, tentu saja terbatas dunia karena perkembangan internet hanya dikhususkan
untuk manusia penghuni planet yang disebut bumi ini. Sebebas apa pun individu
berkomunikasi dalam masyarakat nyata, bukankah tetap terbatas secara fisik dengan teman
yang diajak berinteraksi itu? Tak terkecuali dengan masyarakat maya, bukan?

Coba kita diskusikan lokasi terjadinya interaksi dalam masyarakat nyata yang disebut
dengan rumah. Kaitannya dengan jenis rumah juga ada bermacam-macam seperti limasan,
perumahan, joglo, gubuk, apartemen, hotel, kos, penginapan, villa, dan lain-lain. Dalam
masyarakat maya, rumah yang bernama internet itu bisa berupa macam-macam seperti
website, provider layanan komunikasi dan lain-lain. Dalam sebuah website (sebut saja rumah
itu bernama Facebook), sesama anggota rumah Facebook itu saling berinteraksi.

7
Dalam masyarakat nyata mereka yang berada dalam rumah berbentuk villa, bisa
berkomunikasi dengan jenis rumah lainnya. Jika komunikasi dilakukan sesama anggota
rumah bernama hotel, bisa di dalam ataupun di luar hotel. Bahkan saat kita mempunyai
rumah bernama Facebook kita tidak hanya bisa berkomunikasi secara terbatas dengan sesama
anggota pertemanan Facebook itu. Karena kita mempunyai akun di Twitter, juga bisa
berkomunikasi dengan sesama anggota Twitter. Kita tidak tahu teman Twitter kita itu
berkomunikasi dengan siapa, bagaimana caranya mengemukakan pendapat, pesan-pesan apa
yang biasanya dikirimkan, siapa teman-temannya di Twitter juga kita tak pernah tahu. Dalam
masyarakat nyata, siapa teman sesama kenalan kita di penginapan, bagaimana hubungannya,
bagaimana interaksinya kita juga tidak pernah tahu.

Adapun proses terjadinya interaksi itu bisa dipengaruhi oleh kegemaran dan ketertarikan
yang sama. Seseorang yang sama-sama penggemar olahraga sepak bola akan mempunyai
peluang berinteraksi lebih baik dan secara kuantitas lebih banyak dibanding dengan
seseorang yang tidak suka sepak bola. Dalam chatting room atau grup-grup dengan rumah
internet lewat fasilitas interaksi, seperti grup di Yahoo, Google atau bisa WA, Line, Twitter,
FB, dan lainnya bisa dilakukan dengan lebih intensif. Proses pengiriman pesan antar teman
sesama anggota jaringan Line bisa lebih intensif dibandingkan dengan teman yang tidak
mempunyai Line, bukan?

Tak terkecuali, interaksi juga bisa dilakukan karena mempunyai profesi sama. Profesi
dalam masyarakat nyata berkait erat atau berpengaruh dengan profesi dalam masyarakat
maya. Jika Anda seorang dosen atau aktivis mahasiswa ekstra kampus akan mempunyai grup
tersendiri yang memungkinkan Anda bisa berkomunikasi. Interaksi akan terus berubah sesuai
dengan kepentingan, kebutuhan anggota yang terlibat dalam proses komunikasi.

2. Kelompok Sosial

Sebagaimana kehidupan nyata, masyarakat maya juga mempunyai kelompok sosial.


Tentu saja kelompok sosial yang berada dalam cyberspace. Sebagai sebuah kelompok, ia juga
mempunyai aturan-aturan tertentu yang disepakati bersama. Aturan dibuat untuk mengatur
kehidupan masyarakat maya misalnya, ada hukuman, sanksi, reward, kesepakatan tidak
tertulis antar anggota kelompok itu sendiri.

Untuk menjadi anggota kelompok masyarakat maya, juga membutuhkan syarat-syarat


tertentu, sebagaimana kelompok sosial. Anggap saja grup-grup yang memanfaatkan internet
sebagai kelompok sosial. Untuk menjadi anggota grup WhatsApp (WA) misalnya, kita harus

8
mematuhi beberapa aturan. Kita harus mempunyai smartphone, nomor aktif dan punya paket
data untuk internet yang bisa mengaktifkan WA tersebut. Setelah itu, kita juga harus
dimasukkan oleh admin WA untuk menjadi anggota sebuah grup. Untuk grup di Line, kita
harus mempunyai ID tertentu sebagaimana disyaratkan oleh Line.

Masyarakat maya terbatasi perannya dengan aturan undang-undang cyber. Sebagaimana


masyarakat nyata, masyarakat maya juga diperbolehkan berbuat apa saja sejauh masih dalam
koridor aturan main yang disepakati. Misalnya, ada sanksi jika masyarakat cyber melakukan
pencemaran nama baik orang lain. Sanksinya ia bisa diblokir dari keanggotaan sebuah
kelompok.

Mereka yang menjadi anggota kelompok sosial masyarakat maya juga punya motivasi
bermacam-macam. Ada yang membuat jaringan sosial dalam sebuah kelompok untuk tujuan
bisnis ada yang untuk sosial, bahkan keduanya. Lihat saja dalam wilayah internet ada orang
atau kelompok yang urusan hanya untuk bisnis semata, segala sesuatunya diorientasikan ke
bisnis. Upload foto dan informasi di Facebook banyak berkaitan dengan bisnis, ada juga yang
melakukannya hanya untuk hiburan. Tetapi, dalam masyarakat nyata, mungkin seseorang
menjadi anggota grup traveling yang biasanya untuk hiburan. Dalam media sosial bisa jadi
kita memanfaatkannya tidak hanya untuk hiburan semata, sesekali diskusi serius. Jika kita
masuk dalam kelompok sosial bisnis, maka kita akan mengikuti segala aturan dalam
kelompok bisnis dimasyarakat maya tersebut.

Kelompok sosial tentu saja berkaitan dengan wilayah. Seseorang yang menjadi anggota
kelompok sosial, bisa jadi cuma singgah sebentar atau justru menetap. Jika seseorang hanya
menggunakan internet untuk browsing, mencari informasi tertentu, cukup di search engine
bisa jadi ia tidak menetap. Artinya, setelah kebutuhannya terpenuhi ia akan meninggalkan
aktivitas itu. Bisa jadi pula ia akan kembali melakukan aktivitas sama di lain waktu dengan
kebutuhan informasi lainnya. Bisa juga seseorang hanya walking (jalan-jalan), misalnya
melihat-lihat aktivitas status media sosial teman-teman, mengamati sebuah foto, link, atau
apa pun. Namun ada juga yang menetap. Ia berdiskusi lama, berbisnis, berbelanja, dan
aktivitas jahat lain seperti mencuri, menjadi hacker layaknya kenyataan masyarakat dalam
kehidupan nyata. Tetapi, semua itu tetap dikatakan sebagai aktivitas masyarakat maya dengan
rumah bernama internet.

Hubungan kekerabatan masyarakat maya lebih didasarkan pada kegemaran atau


kebutuhan sesama anggota kelompok sosial itu. Jika kegemaran dan kebutuhan sudah tidak

9
terpenuhi, sangat mungkin anggota kelompok itu keluar mencari kelompok lain. Ini bisa
dikatakan, bahwa ikatan kelompok sosial masyarakat maya bersifat cair atau longgar.

Pengelompokan anggota dalam masyarakat maya terjadi ketika kebutuhan informasi


seseorang dapat dilayani oleh pemilik website (tuan rumah) dengan sebaik dan sebanyak-
banyaknya, terutama sekali, jika informasi itu bisa diakses secara bebas dan mudah. Jika kita
mengamati dalam sistem kelompok masyarakat maya, kelompok terbesarnya adalah yang
keanggotaannya didasarkan pada kebutuhan layanan tuan rumah (website) terhadap tamu dan
terdiri dari dua status keanggotaan. Pertama, keanggotaan yang bersifat free (bebas biaya),
seperti keanggotaan dalam pelayanan e-mail, chatting, dan beberapa website tertentu. Kedua,
keanggotaan tetap berdasarkan pada status members pada provider atau website tertentu.

Kelompok sosial dapat mengembangkan sebanyak dan seluas-luasnya anggota. Semakin


terbuka dan mudah dimanfaatkan serta memenuhi kebutuhan anggota sebuah jaringan sosial,
maka akan semakin terbuka lebar untuk memperbanyak anggota. Jaringan sosial itu bisa
diidentifikasi dengan pengelompokan, antara lain .com, .org, .co, .ac.id, .go.id, dan lain-lain.

3. Kebudayaan

Ada banyak definisi tentang budaya atau kebudayaan. Koentjaraningrat (1997) pernah
mendefinisikan kebudayaan, sebagai berikut “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan cara belajar”. Definisi di atas menggarisbawahi, bahwa yang namanya kebudayaan
mengandung; gagasan, perilaku, dan benda-benda hasil karya manusia. Ketiganya itu
menyatu dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk sebuah sistem. Bisa dikatakan pula,
bahwa kebudayaan bisa terbentuk karena sebagai makhluk berakal seperti manusia terus
belajar.

Tentu saja, agak susah untuk menceritakan kebudayaan dalam tataran teoretis. Untuk
lebih jelasnya kita akan melihat kebudayaan dalam aktivitas yang lebih konkret. Secara
operasional, Clyde Kluckohn pernah memberikan beberapa indikasi kebudayaan. Dia
menyebutnya sebagai sebuah sistem cultural universal yang terdiri dari 7 sistem yakni:

a. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia

Peralatan utama masyarakat maya adalah teknologi komunikasi modem, seperti satelit,
komputer, dan jaringan yang menghubungkan keduanya. Jaringan itu bisa hardware (mesin,
teknologi secara fisik) dan software (perangkat program untuk mendukung komunikasi).

10
Program perangkat lunak yang dimaksud, seperti data, sistem internet, dan program lainnya.
Peralatan yang digunakan agar seseorang bisa berkomunikasi melalui media sosial Line
berupa teknologi satelit, smartphone dengan didukung software dari provider Line. Lain
halnya dengan orang yang menggunakan Instagram, ia harus menggunakan software yang
dikeluarkan oleh jejaring Instagram. Jika seseorang menggunakan media sosial dengan
perantaraan laptop akan lain lagi teknologinya, begitu seterusnya. Yang jelas peralatan dan
perlengkapan hidup manusia akan terus berganti sesuai kebutuhan juga perkembangan
peradaban manusia yang menentukan perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri.

b. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi

Kebudayaan yang dibentuk masyarakat maya berkaitan erat dengan sistem mata
pencaharian dan sistem ekonomi. Dalam masyarakat nyata kita sama-sama tahu sistem mata
pencaharian (orang bekerja sesuai kemampuan dan bidangnya, menghabiskan aktivitasnya
dalam waktu tertentu, lalu digaji). Yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian juga ada
tunjangan-tunjangan, libur, sistem lembur, dan sebagainya. Sementara itu aktivitas yang
berkaitan dengan sistem mata pencaharian tak lain bagian dari sistem ekonomi. Jika sistem
ekonomi, kita artikan secara sederhana sebagai pertukaran barang, maka dalam sistem
pencaharian, juga ada pertukaran barang. Pekerja memberikan tenaga dan pikirannya,
majikan memberikan upah, dan keduanya membentuk sebuah sistem. Dalam masyarakat
maya, yang dijual adalah layanan jasa. Layanan jasa ini kemudian mempunyai dampak pada
pertukaran barang, sebagaimana dalam sistem ekonomi. Jika kita seorang provider layanan
komunikasi, kita menyewakan jasa kepada orang lain. Seseorang yang terkoneksi dengan
internet juga harus membayar pada jumlah tertentu. Ia membeli dari jasa yang diberikan oleh
provider. Lihat juga dalam internet terdapat sistem ekonomi jual-beli karena ada iklan yang
dimunculkan dan membuat antar individu untuk saling bertukar barang atau membeli dan
menerima barang.

c. Sistem kemasyarakatan

Contoh sederhana sistem kemasyarakatan antara lain bentuk-bentuk kekerabatan, asosiasi


dan perkumpulan, sistem kesatuan hidup, dan sistem kenegaraan. Dalam masyarakat maya
hal demikian sering disebut dengan jaringan sosial, secara intra maupun ekstra. Sekadar
contoh sederhana seorang individu, ia bisa menjadi anggota keluarga, perkumpulan tingkat
Rukun Tetangga (RT), asosiasi profesi sampai ia bagian dari sistem kenegaraan sebagai
konsekuensi dari warga negara. Dalam masyarakat maya, seseorang bisa jadi mempunyai

11
jaringan sesama anggota keluarga (grup media sosial hanya untuk keluarga), dalam tataran
lebih luas punya jaringan sesama teman profesi dan kegemaran di media sosial, bahkan
menjadi bagian dari “negara” yang bernama internet. Dalam sistem kemasyarakatan juga ada
aturan-aturan tertentu untuk mengatur sistem kemasyarakatan itu, misalnya harus punya
password, ID, aturan siapa yang boleh dan tidak boleh membuka situs porno. Dalam hal ini
para pemilik website dianggap sebagai penentu aturan dalam jejaring sosial tersebut. Dalam
masyarakat nyata, seringkali kita harus tunduk pada aturan di mana kita menjadi anggota
sistem kemasyarakatan.

d. Sistem bahasa

Bahasa yang digunakan bermacam-macam sesuai kemampuan para pengguna internet,


umumnya bahasa Inggris karena masih dianggap sebagai bahasa internasional terpopuler.
Jika Anda berteman dengan tetangga dan komunikasi Anda menggunakan bahasa Indonesia,
dalam internet juga bisa demikian. Jika Anda berkomunikasi dengan orang yang tinggal di
luar negeri, maka Anda akan menggunakan bahasa yang kedua belah pihak harus sama-sama
paham. Secara nonverbal, dalam masyarakat maya juga digunakan bahasa isyarat, ikon,
emoticon, dan gambar-gambar lain untuk mendukung proses komunikasi. Saat seseorang mau
mengungkapkan perasaan sedihnya, dalam chatting ia bisa mengirimkan emoticon bergambar
orang yang sedang meneteskan air mata (meneteskan air mata di sini ikon yang mewakili
orang sedang bersedih). Saat ini proses komunikasi yang dilakukan masyarakat maya lebih
mudah, karena fasilitas dalam internet dengan jejaring sosialnya sudah dilengkapi dengan
berbagai macam bahasa.

e. Sistem kesenian

Sistem kesenian yang dimaksud di sini bisa berupa hasil karya keindahan ciptaan
manusia. Ia merupakan hasil karya imajinasi kreatif untuk memuaskan batin manusia. Secara
umum bentuk kesenian berupa seni rupa, seni suara dan seni tari. Dalam masyarakat maya
segala hal yang berkaitan dengan kreasi manusia, baik seperti fitur, desain, ikon, bermacam
warna, jenis, dan ukuran font, foto, template, dan gambar lain adalah ekspresi imajinasi
kreatif untuk memuaskan batin manusia. Semakin berkembang teknologi, hasil-hasil kreasi
yang dibuat manusia semakin menarik dan indah. Sementara itu, manusia secara normal
menyukai keindahan.

12
f. Sistem pengetahuan

Masyarakat itu dibangun juga berdasar pengetahuan manusia, tak terkecuali masyarakat
maya. Jika masyarakat maya diartikan sebagai bentuk masyarakat yang aktivitasnya
dipengaruhi oleh internet, maka individu yang memanfaatkan internet jelas membutuhkan
pengetahuan, bukan? Entah itu browsing, chatting atau memanfaatkan aktivitas dunia maya
yang lain. Kita ambil contoh sederhana saja, dalam masyarakat maya kelompok sosial
peminat kajian sepak bola. Pesan-pesan yang disebarkan tentu penuh dengan opini dan data
dari masing-masing individu. Apa yang ditulis saja itu merupakan proses pengetahuan yang
dilakukan dengan mengeja huruf dan kalimat. Itu semua membuktikan, bahwa pengetahuan
menjadi unsur penting dalam kebudayaan yang menjadi salah satu dasar pembentukan
masyarakat maya.

Pengetahuan di sini juga berarti, ada proses penyebaran pesan antar anggota yang jelas
melibatkan pengetahuan. Dalam masyarakat maya, ada banvak pengetahuan yang dijadikan
bahan untuk berkomunikasi. Bagaimana mungkin seseorang bisa memanfaatkan internet,
kalau tidak punya pengetahuan atasnya? Secara sederhana, seseorang yang akan
memanfaatkan internet harus punya pengetahuan soal abjad, angka, kata, kalimat, dan
beberapa hal yang berkaitan dengan proses komunikasi (lisan atau tulisan). Secara lebih
kompleks, pengetahuan lain dibutuhkan agar proses komunikasi dalam masyarakat maya
berjalan sebagaimana diharapkan. Itu sama persis yang terjadi dalam masyarakat nyata.
Bagaimana mungkin kita akan bisa ikut terlibat diskusi dengan tema “komunikasi massa dan
media” kalau kita tidak punya pengetahuan atasnya?

g. Sistem religi (kepercayaan)

Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, serta upacara keagamaan. Dalam masyarakat maya, sistem religi diantaranya
terbangun dari rasa saling percaya (trust) antar pengguna internet. Grup di media sosial itu
terbangun dari saling percaya satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan bersama. Karena
masyarakat maya sifatnya terbuka, jika sudah tidak ada kepercayaan seseorang bisa keluar
bahkan suatu saat bisa masuk lagi. Masyarakat maya juga membangun ritual untuk mencari
kepuasan batin dari kebutuhan spiritualnya. Lihatlah betapa kita bisa mendapatkan pelajaran
atau sumber-sumber keagamaan dari internet yang di dalamnya ada masyarakat maya itu.
Bahkan internet sudah dianggap menjadi tuhan baru yang bisa memecahkan semua masalah
kehidupan masyarakat maya itu sendiri. Jika kita stress, kita bisa mencari hiburan di dunia

13
maya. Jika kita ingin mendalami ajaran-ajaran kepercayaan dan keagamaan, semua bisa di
atasi dari informasi di dunia maya itu pula.

4. Pranata dan Kontrol Sosial

Yang dimaksud pranata di sini adalah sistem tingkah laku yang bersifat resmi, serta adat-
istiadat dan norma yang mengatur tingkat laku itu serta seluruh perlengkapannya guna
memenuhi kebutuhan manusia dalam bermasyarakat. Secara sederhana, bisa dikatakan
pranata itu adalah aturan yang dibuat untuk disepakati bersama-sama dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidup agar menjadi lebih baik. Namanya juga aturan, harus ditegakkan untuk
kebaikan, namun tetap ada juga yang melanggarnya.

Dalam masyarakat maya ada banyak aturan yang dibuat untuk dipatuhi. Aturan yang
paling mudah dipahami seseorang harus mempunyai perangkat keras untuk bisa masuk
menjadi komunitas masyarakat maya, bisa laptop, komputer atau telepon genggam (tentu saja
beserta perangkat lunaknya). Bahkan untuk menyalakan alat-alat itu juga ada petunjuk dan
tidak sembarang dilakukan. Antar provider layanan telekomunikasi tentu berbeda-beda.

Untuk mengakses internet kita juga diatur. Kita harus masuk melalui software internet
seperti google chrome, mozilla, dan lain-lain. Kemudian harus ada aturan dengan mengetik
www sebagai tempat tujuan. Kalau kita mengetik “aaa”, tentu akan salah langkah. Ini aturan
awal dan sederhana saja.

Jika kita memakai e-mail (surat elektronik), aturannya harus mempunyai alamat e-mail
(alamat e-mail bisa dibuat setelah memenuhi syarat pendaftaran dengan mengisi identitas
pribadi sebagaimana disyaratkan). Untuk masuk dan membuka e-mail harus mempunyai
alamat e-mail, sedangkan untuk memanfaatkan atau kita harus login dan mempunyai ID serta
password. Ini adalah bentuk pranata tersebut. Namanya juga pranata ada juga yang “berbuat
jahat” dengan menyebarkan virus di internet. Virus-virus sengaja diciptakan untuk
mengacaukan sistem internet, iseng atau sekadar mencoba sebuah penemuan virus dan
mencoba dipraktikkan.

Sementara itu, kontrol sosial bisa berupa sanksi bagi seseorang yang melakukan
kejahatan. Misalnya, ia tidak boleh masuk sebuah komunitas, diblokir sampai dikeluarkan
secara paksa dari sebuah komunitas maya. Lepas dari pro dan kontra, pelarangan situs porno
menjadi salah satu contoh adanya sistem kontrol sosial dalam masyarakat maya. Jika

14
seseorang tidak membayar paket data dalam memanfaatkan internet ia juga akan kena sanksi
tidak bisa memanfaatkan berbagai jaringan di internet.

5. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial menunjuk pada jenjang atau level seseorang yang dipengaruhi oleh
kewibawaan, kepemilikan, kekuasaan atau garis keturunan. Semakin tinggi atau banyak
orang memiliki hal tersebut, stratifikasinya bisa ada di level atas. Sementara itu, stratifikasi
sosial yang dimaksud dalam masyarakat maya berarti jaringan. Semakin banyak jaringan
yang dimiliki, menunjukkan level tersebut kian tinggi. Stratifikasi paling besar dipunyai oleh
pemilik tertinggi yakni “http://www” sebab hampir semua layanan berbasis internet akan
memakai kode tersebut. Dia mempunyai anggota paling banyak karena stratifikasinya paling
atas. Kemudian, di bawah itu ada stratifikasi yang dikenal dengan .com atau .net.
Keanggotaan mereka ini lebih kecil dibanding dengan stratifikasi di atasnya. Tentu saja,
jaringan ini masih sedikit. Situs-situs populer seperti google.com masuk dalam stratifikasi
kedua ini. Stratifikasi ketiga dikenal dengan .org, .or, .co.id, .ac.id, .gov.id, .au, .sg, .ac yang
mempunyai anggota lebih terbatas.

Popularitas juga menjadi salah satu tolok ukur stratifikasi. Jika dalam masyarakat nyata,
faktor kepemilikan materi sering kali menjadi tolok ukurnya. Muncul kemudian beragam
layanan web berbasis media sosial yang salah satu tolak ukurnya jumlah pemakai. Seorang
pemakai bisa dikatakan mempunyai stratifikasi tinggi jika jumlah follower-nya banyak.
Media sosial seperti Twitter dan Instagram bisa menjadi cara untuk melihat stratifikasi sosial
seseorang di dunia maya karena mengandalkan follower. Semakin banyak follower, semakin
populer dan tinggi stratifikasi sosial dalam masyarakat maya.

6. Kekuasaan dan Kemimpinan

Kekuasaan dan wewenang tertinggi dipegang oleh kelompok “http://www” sebagai pihak
yang mempunyai stratifikasi sosial paling tinggi. Ini jika kita bicara tentang masyarakat
maya. Meskipun secara nyata, “http://www” tidak akan berfungsi, jika tidak didukung oleh
satelit pemancar. Dikatakan punya kekuasaan tertinggi, karena siapa pun yang akan
memanfaatkan jaringan internet harus melalui kode “http://www” itu.

Kepemiminan yang dimaksud di sini bukan kepemimpinan personal, tetapi kolektif.


Sudah jelas dan nyata bahwa kepemimpinan kolektif lembaga “http://www” menjadi yang
paling tinggi. Kepemimpinan juga berarti struktur jaringan yang menghubungkan antar

15
berbagai jaringan. Jaringan seperti www.google.com mempunyai kelompok jaringan di
bawahnya seperti pemanfaatan e-mail, schoolar, books, dan sebagainya. Bagian bawah
kepemimpinan google itu mempunyai aturan dan otonomi mengurus dirinya sendiri, tetapi
tetap berada di bawah kepemimpinan dan kekuasaan google.

7. Perubahan Sosial

Dalam masyarakat nyata, gerakan sosial bisa terjadi karena tuntutan dari individu dalam
masyarakat. Oleh karena itu, tuntutan perubahan ini bisa secara evolusi dan juga revolusi.
Sementara itu, jenis perubahan sangat tergantung pada kepentingan individu dalam
masyarakat atau ada tekanan lain yang menuntut segera dilakukan perubahan. Dalam
perubahan sosial, juga akan dikenal seorang pemimpin yang mengarahkan proses perubahan
tersebut.

Sedangkan dalam masyarakat maya, proses perubahan juga dimungkinkan terjadi.


Misalnya saja, jaringan kelompok dalam internet. Perubahan bisa dilakukan karena tuntutan
inidividu (misalnya, penggantian template, proses lalu lintas pesan, aturan baru yang dibuat
atau bahkan pembubaran jaringan itu) atau tekanan pihak lain, yang bisa berasal dari
pemerintah. Saat pemerintah melarang beredarnya situs porno, maka kelompok itu juga akan
terbatasi untuk menyebar tautan video atau gambar-gambar porno. Tak terkecuali, jaringan
juga akan ada pemimpin atau setidaknya yang dianggap pemimpin, entah diangkat oleh
individu dalam anggota jaringan itu atau menunjuk dirinya sendiri, karena berkuasa atas
jaringan tersebut. Sebagai pimpinan, seseorang mempunyai kekuasaan lebih dari yang lain,
perubahan bisa dilakukan karena desakan anggota, keinginan pemimpinnya atau tuntutan
eksternal.

B. Realitas Masyarakat Maya

Coba kita amati perilaku seseorang dalam media sosial. Seseorang itu bisa jadi aktif di
semua media sosial (entah Facebook, Twitter, WA, Line, Instagram atau jejaring sosial lain).
Seolah hampir setiap saat, waktunya dihabiskan dengan “bermain” di media sosial, mungkin
kita menyimpulkan begitu. Namun, coba amati dalam keseharian, bisa jadi seseorang itu
justru pendiam dalam kehidupan nyatanya. Ia hanya ramai di media sosial, tetapi pendiam di
kehidupan nyata.

Mengapa ini bisa terjadi? Itulah salah satu contoh konkret fenomena masyarakat maya.
Tentu saja, ada banyak hal berbeda antara masyarakat nyata dengan masyarakat maya.

16
Adapun beberapa realitas masyarakat maya yang bisa dikemukakan dalam bagian ini antara
lain:

1. Bermain Topeng

Dunia virtual adalah dunia di mana seseorang bisa memakai topeng sesuai keinginannya.
Dalam dunia nyata, keberadaan seseorang bisa diindra manusia, sementara itu jika seseorang
sudah berada dalam dunia maya, ia tidak mudah untuk diindra oleh manusia. Ini lantaran
indra manusia sangat terbatas, maka terbatas pula dalam pengindraan ke masyarakat maya.
Misalnya saja, apakah dengan melihat tampilan gambar seseorang kita terus bisa mengatakan
memang sebagaimana yang tampak dalam gambar? Dalam dunia nyata saja, sering kita
menjumpai tampilan artifisial secara fisik yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya,
apalagi dalam masyarakat maya.

Oleh karena itu, saat manusia berada dalam masyarakat maya, ia sebenarnya sedang
memakai topeng. Topeng ini berfungsi untuk menutupi keadaan sesungguhnya. Analoginya,
make up individu dalam masyarakat nyata sebenarnya, juga berfungsi untuk “menutupi”
kekurangannya agar terkesan lebih menarik. Anehnya, manusia banyak yang tertarik untuk
memakai make up, bisa dikatakan agar lebih keren, cantik, ganteng atau percaya diri.
Bagaimana dengan masyarakat maya? Tentu topeng-topeng individu yang dipakai dalam
masyarakat maya lebih nyata terjadi. Dengan kata lain, ada banyak topeng di sekitar
masyarakat maya.

Namanya juga topeng, ia bisa dipakai untuk mencitrakan dirinya sebaik mungkin. Topeng
telah mampu menutupi jati diri seseorang, dalam arti yang sesungguhnya. Dengan topeng
orang bisa menutupi segala kekurangannya dan tampil di depan dengan gagah berani, serta
percaya diri. Tapi sekali lagi itu cuma topeng.

Bisa jadi seseorang menjadi cerewet dan ramai dalam masyarakat maya, meskipun dalam
realitas sesungguhnya dia termasuk pendiam. Tentu saja orang yang memahami, bahwa dunia
maya itu dunia sesungguhnya akan terjebak dan salah memahami sebuah makna. Misalnya,
seseorang jatuh cinta kepada orang lain berdasarkan foto-foto yang dipasang di dunia maya.
Ia mengklaim bahwa yang dicintainya itu sungguh menarik secara fisik. Tetapi, jika ia
bertemu langsung dalam masyarakat nyata, bisa jadi kesan menarik itu akan berubah total.

Meskipun masyarakat maya itu penuh dengan topeng, mengapa banyak orang
berbondong-bondong memasukinya. Sherry Turkle (Pando, 2014) pernah mengatakan, salah

17
satu alasan seseorang masuk ke dunia maya adalah ketidakmampuan mereka untuk
berkomunikasi tatap muka dengan orang lain. Pendapat Turkle ini jika diuraikan lebih lanjut
bisa dijelaskan, bahwa yang lebih suka memasuki dunia maya bisa karena alasan minder,
malu, tidak ingin diketahui jati dirinya, atau hanya untuk sok saja. Komunitas masyarakat
maya di atas, biasanya berasal dari orang-orang yang merasa perlu untuk menyembunyikan
sesuatunya dari orang lain, sementara ia sendiri membutuhkan tempat penyaluran. Mereka
yang termasuk kelompok itu bisa jadi menganggap, bahwa orang yang mengetahui
kekurangannya akan mengolok-olok. Agar rasa minder tidak terus berlanjut, maka ia
menutupi apa yang melekat pada dirinya. Orang yang termasuk dalam kelompok ini,
berupaya memakai topeng-topeng. Topeng-topeng itu akan dipakai sesuai kondisi dan
kesempatan saat dibutuhkan.

Dunia topeng dalam masyarakat maya juga bisa disebut dengan dunia diluminating (dunia
pura-pura). Dalam dunia ini, orang bisa berpura-pura alim, bijak, sedih, gembira, pintar,
cerdas, empati, dan lain-lain. Pura-pura itu akan bisa disesuaikan dengan kebutuhan situasi
dan kondisi. Ada kalanya seseorang beringas, tetapi ada kalanya mencerminkan dirinya alim.

2. Miskinnya Tatap Muka

Salah satu alasan mengapa banyak individu menjadi anggota masyarakat maya, karena
alasan akses kemudahan berkomunikasi, sebut saja miskinnya komunikasi tatap muka dalam
masyarakat maya. Sherry Turkle pernah mengatakan, kebutuhan untuk bertemu dengan orang
lain telah difasilitasi dengan mudah oleh dunia maya. Seseorang tidak lagi menempuh jarak
yang jauh hanya untuk ketemu dengan keluarganya, misalnya. Ia cukup memasuki dunia
maya, di sanalah mereka saling bertemu. Mereka bisa saling berbagi cerita dan
menumpahkan segala perasaan masing-masing.

Alasan lain mengapa banyak individu memasuki masyarakat maya adalah untuk pelarian
atau eskapisme. Eskapisme menjadikan seseorang malas bertemu dengan orang lain dalam
dunia nyata. Beberapa individu melakukan pelarian di dunia maya karena dunia nyata
dianggap tidak mampu memuaskan dirinya. Ia bisa jadi terlalu “sumpek” dengan persoalan
dunia sehingga membutuhkan pelarian. Tentu saja pelarian ini sifatnya hanya memuaskan
sesaat karena ia mau tidak mau tetap harus kembali ke dunia nyata.

Bagaimana pun juga, komunitas dalam masyarakat maya telah mampu memberikan
kehangatan tersendiri bagi penghuninya. Misalnya saja, seseorang akan mudah
mengungkapkan perasaannya karena merasa diperhatikan. Sementara itu, dalam masyarakat

18
nyata, seseorang menganggap tidak menemukan hal itu. Jika seseorang berasal dari keluarga
yang tidak harmonis, komunitas dalam masyarakat maya bisa menjadi tempat pelarian dari
segala hiruk-pikuk persoalan dunia.

Seseorang yang termasuk punya pribadi tertutup, besar kemungkinan jarang


berkomunikasi dengan sesamanya, ini juga termasuk kenyataan miskinnya tatap muka.
Karena manusia itu secara fitrah makhluk sosial, memungkinkan ia perlu berhubungan
dengan orang lain, maka berkomunikasi melalui masyarakat maya bisa menjadi alternatif.
Miskin dalam soal tatap muka di masyarakat nyata akan diganti dengan komunikasi dalam
masyarakat maya, karena pada dasarnya manusia itu makhluk sosial yang membutuhkan
penyaluran keinginan dirinya pada orang lain.

3. Budaya Narsisme

“Narsisme” (Belanda) atau “Narsisisme” (Inggris) berarti perasaan cinta pada diri sendiri
yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut dengan narsisis (narcissist). Istilah
ini sebenarnya lebih populer dalam bidang psikologi dan dikenalkan oleh Sigmund Freud.
Narsis sendiri adalah nama seorang tokoh dalam mitos Yunani bernama Narkissos juga
disebut Narcissus. Narsis adalah orang yang lebih mencintai bayangannya sendiri di kolam,
sebagaimana cerita mitos Yunani.

Dalam istilah sekarang orang disebut narsis karena perilaku yang memperhatikan diri
sendiri secara berlebihan. Secara sederhana juga bisa diartikan sebagai orang yang senang
pamer atau menunjukkan dirinya sendiri agar diketahui orang lain. Foto narsis berarti juga
foto yang diunggah di media sosial dan berharap diketahui orang lain. Kalau tidak ingin
diketahui orang lain mengapa ia harus meng-upload-nya? Mengapa ia tidak menyimpannya
saja? Untuk itu pula lah orang tersebut disebut narsis. Narsis tidak harus dengan foto, juga
tulisan atau barangkali komentar-komentar dalam media sosial. Dalam masyarakat nyata,
narsis bisa menunjuk pada mereka yang hanya mengagumi kemampuan dirinya dan tidak
mengakui kelebihan orang lain. Narsis dalam perilaku yang kelewat batas, bisa dianggap
sombong.

Apakah perilaku narsis itu salah? Tentu saja tidak. Barangkali mereka yang termasuk
narsis memang mencari kepuasan diri dengan perilakunya itu. Jika ini disebut dengan
penyakit, maka itu termasuk penyakit psikologis yang melekat pada seseorang. Semua
individu punya potensi untuk narsis, hanya masing-masing berbeda tingkatannya. Ada yang
memang suka menonjolkan diri, secara wajar atau bahkan cenderung menutup diri.

19
Narsis bisa jadi sebuah kepuasan. Bisa jadi mereka yang berperilaku narsis, sedang
mencari tempat yang menyenangkan. Sherry Turkle pernah menyebut komunitas maya
sebagai the great good place (tempat yang menyenangkan). Perilaku narsis bisa jadi menjadi
salah satu sebab, mengapa individu senang narsis di dunia maya.

4. Membangun Avatar

Apakah Anda pernah mengunjungi Monumen Nasional (Monas) di Jakarta? Kalau belum,
pernahkah Anda melihat fotonya? Anggap saja Anda pernah melihat, meskipun dalam foto.
Apa yang Anda pikirkan saat melihat Monas? Misalnya pada suatu saat yang lain? Satu
pikiran yang terlintas dalam pikiran Anda tentang Monas adalah Kota Jakarta, ibukota negara
Republik Indonesia. Mengapa harus Jakarta? Mengapa tidak Kuala Lumpur, Washington,
Istanbul atau ibukota negara lain? Itu karena Monas mewakili karakter Jakarta dan memang
hanya ada di Jakarta. Tak terkecuali dengan patung Singa di Singapura. Orang tidak akan
mengatakan sedang ada di Eropa, jika foto di depan patung Singa sebagai ikon negara
Singapura itu.

Anggap saja Monas itu adalah avatar dari Jakarta. Ia mewakili Kota Jakarta, jika orang
melihat foto Monas tersebut. Seseorang juga bisa membuat avatar tertentu, agar dikenal orang
lain tanpa melihat diri kita sendiri.

Bagaimana jika avatar dihubungkan dengan era digital? Avatar secara sederhana, bisa
diartikan sebagai sebuah karakter atau ikon yang mewakili pengguna dalam dunia digital atau
dunia maya. Sifat, karakter, hobi, kepribadian seseorang bisa diwakili oleh avatar itu. Setiap
orang, tentu saja, bebas membuat avatar sendiri yang mengomunikasikan sifat khas dari diri
kita kepada orang lain. Avatar bisa berupa tampilan grafis makhluk hidup atau hanya sekadar
simbol tertentu. Jadi, seseorang tidak perlu menampilkan foto dirinya dalam dunia maya,
semua bisa diwakili oleh avatar tadi.

Dari asal usulnya, istilah avatar pernah dipopulerkan oleh James Cameron (direktur film
Avatar) yang juga populer lewat tayangan televisi “Avatar: The Last Airbender”. Secara
sederhana, avatar diartikan sebagai kehidupan kedua (second life). Dia mengatakan, “An
Avatar is a digital personal that you can create and customize”. Intinya, avatar adalah dunia
lain yang diciptakan seseorang dan hanya ada dalam masyarakat maya. Maka, dunia maya
adalah tempat membangun avatar, rumah, keluarga, dan hidup sosial. Avatar adalah dunia
kreasi yang diciptakaan manusia, mem-branding dirinya seperti apa (bisa lebih muda, lebih
ganteng, lebih cantik, lebih keren dengan perangkat yang lebih baik daripada dunia nyata).

20
Melalui avatar, seseorang bisa membangun dirinya, kemudian memublikasikannya. Sherry
Turkle menggarisbawahi, bahwa ketika seseorang menampikan avatar, ia tidak saja
mengekspresikan sebuah harapan, tetapi kekuatan sekaligus luka atau kekurangannya
(Turkle, 2011).

Namanya juga avatar, tentu saja sifat khas yang ditampilkan tidak sesungguhnya,
sebagaimana dalam masyarakat maya. Sama dengan Tugu Monas, ia tidak semata-mata satu-
satunya yang bisa mewakili Kota Jakarta. Namun demikian, tugu itu tetap identik dengan
kota Jakarta. Avatar, meskipun tidak menggambarkan secara keseluruhan seseorang, namun
diharapkan bisa mewakili sosok tentang seseorang yang dimaksud. Seseorang akan
mengkreasi sedemikian rupa agar avatar tidak saja menarik, tetapi tetap mewakili dirinya.

5. Alone Together

Coba kita perhatikan dengan seksama perilaku orang-orang yang ada dalam sebuah acara
seminar, workshop atau pelatihan. Dalam acara tersebut, para peserta diwajibkan untuk
membawa laptop. Karenanya, panitia telah menyediakan wifi untuk mendukung acara itu.
Sekali lagi perhatikan apa yang terjadi.

Para peserta tentu saja membuka laptop, namun apakah yang dibuka itu berkaitan dengan
materi yang sedang dibahas dalam acara? Coba kita perhatikan beberapa orang, kalau perlu
lihat di depan laptopnya. Tak sedikit di antara mereka yang justru membuka internet yang tak
berkaitan dengan materi. Bisa alasan jenuh, materi tidak menarik, ada kepentingan lain
dengan internet selain materi, menyelesaikan pekerjaan lain, dan sebagainya.

Para peserta itu bisa disebut sebagai alone together. Alone together ini berarti, secara fisik
bersama-sama, tetapi dia tetap sendiri, acuh hampa dengan aktivitas di sekitarnya. Para
peserta itu bersama-sama secara fisik di dalam sebuah ruangan, tetapi pada dasarnya ia
sendiri sibuk dengan urusannya dan tak peduli dengan keadaan sekitar. Mereka bersama-
sama secara fisik, namun pikirannya bercabang sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-
masing.

Istilah alone together pernah dikenalkan oleh Turkle dalam “Alone Together: Why We
expect more from technology and less from the other”. Bagi Fred Bortz, kata “kita” dalam
istilah itu menunjuk pada orang-orang yang telah dibombardir oleh potongan-potongan
informasi dari banyak keterhubungan dan ke orang-orang yang hilang ketika terlepas dari
telepon genggam atau laptop (Pando, 2014).

21
Alone together adalah istilah khas yang melekat pada orang-orang yang sikap dan
perilakunya dipengaruhi oleh keberadaan teknologi komunikasi, seperti internet. Mereka ini
adalah tipe orang yang cenderung asosial, karena acuhnya pada keadaan sekitar akibat
jaringan interaksi pada masyarakat maya. Secara fisik mereka saling kenal, secara nonfisik
mereka hampa.

6. Budaya Selalu Terhubung

Sherry Turkle juga pernah mengatakan, bahwa manusia punya hasrat selalu terhubung
(always online) akibat dampak dari masyarakat maya. Manusia dianggap tidak hanya ingin
terpana pada kemajuan teknologi, tetapi sekaligus ingin menjadi bagian dari teknologi itu
sendiri. Selalu terhubung, menjadi ciri manusia modern dalam masyarakat maya.

Selalu terhubung bisa dilihat dari kecenderungan manusia untuk selalu berbagi lewat
postingan. Postingan ini tujuannya apalagi kalau tidak ingin diketahui orang lain. Lewat
media sosial banyak orang menulis status, bahkan bisa puluhan status setiap hari agar
diketahui orang lain. Saat yang ditulis tidak banyak tanggapan, maka ia cenderung menulis
lagi.

Saya pernah mengamati perilaku para pengguna media sosial. Berapa banyak anggota
masyarakat maya itu selalu ingin menulis status, mengupload foto, menanggapi, menyebar
tautan sebuah informasi atau menyebar berita-berita? Bahkan karena semangatnya, tak jarang
ada yang sekadar menyebar tautan, meskipun tautan itu belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Kaitannya dengan keinginan terhubung itu, kita jadi ingat pendapat Rene Descartes. Ia
pernah mengatakan, “cogito ergo sum” (aku berpikir maka aku ada). Jika kita memakai kata-
kata Descartes di atas bisa dikatakan, “I share, therefore I am” (Saya berbagi, maka saya ada).
Ini berarti, anggota masyarakat maya ingin menunjukkan bahwa eksistensi dirinya sangat
tergantung sejauh mana ia “riuh” (menulis status, komentar, upload foto). Semakin ia banyak
terhubung ke meda sosial, ia menganggap akan eksis seolah akan dianggap bahwa dia ada,
bisa pintar, cerdas, peduli, dan lain-lain istilah.

7. Budaya Komentar

Saat Anda mempunyai grup di media sosial silakan amati. Ada sementara individu yang
sangat senang dengan menanggapi, apa pun ditanggapi. Seolah tidak ada pekerjaan lain
kecuali menanggapi itu. Jika tidak ada yang ditanggapi, ia memancing komentar dengan
mengirimkan pesan di grup media sosial, misalnya (juga grup di WA, Line). Seolah pula,

22
hanya itulah pekerjaan yang bisa dilakukan, meskipun masih ada banyak pekerjaan lain dan
lebih baik. Bisa jadi, seseorang itu merasa bahwa ia membutuhkan pengakuan dari anggota
grup itu dengan aktif komentar.

Budaya komentar telah mendorong manusia untuk eksis dalam masyarakat maya. Tak
sedikit komentar-komentar itu berbobot, tetapi lebih banyak yang bersifat sampah. Jarang ada
yang menulis komentar dengan memberikan data cukup dalam argumentasi. Masyarakat
maya telah mendorong individu menjadi masyarakat yang suka mengomentari saja.
Komentar tentu lebih enak dibanding yang mengerjakan, kita memang masih berada dalam
budaya komentar, bukan budaya kerja.

Budaya komentar ada kaitan erat dengan budaya berbagi. Ketika budaya berbagi semakin
marak, maka akan diikuti munculnya budaya komentar. Bagi Geertz Lovink (Pando, 2014),
berbagi (share) lebih menunjuk pada inisiatif subjek yang membagikan informasi, sementara
komentar (comment) lebih menunjuk ke tanggapan subjek atas postingan yang dibagikan
orang lain. Masyarakat maya kadang-kadang mengharuskan, apa yang ada dalam pikiran
seseorang perlu dibagi ke orang lain, di mana pun berada. Tak jarang eksistensi seseorang
dinilai dari seberapa sering ia memberi komentar.

8. Kekariban dan Keheningan

Apakah jika seseorang berkomentar dan menulis status itu menjadi pertanda ada
keramaian? Memang benar ramai di dunia maya, tetapi sebenarnya individunya sedang
dilanda kesepian. Perasaan kesepian ini yang mendorong orang untuk selalu terhubung dalam
masyarakat maya. Dengan terhubung ini seseorang berharap tercipta sebuah kekariban
dengan teman-teman dunia mayanya. Namun, itu hanya realitas semu semata dan jauh dari
kebutuhan seorang manusia, sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat nyata.

Secara personal, masyarakat maya bisa jadi saling akrab. Mereka saling berhubungan,
entah melalui e-mail atau jejaring sosial lain. Namun demikian, semakin mereka akrab dalam
dunia maya (bahkan dengan orang yang mungkin hanya dikenal melalui media sosial)
menunjukkan ia sebenarnya sedang kesepian. Atau bisa dikatakan seseorang itu kesepian
secara sosial karena tak ada cara lain untuk mengungkapkan perasaannya. Maka jaringan
media sosial menjadi pelampiasan penyaluran itu. Jadi, secara nyata, ia menjadi individu
tersisih dalam pergaulan sosial masyarakat nyata, tetapi ia bisa menyalurkannya dalam
masyarakat maya. Bahkan semua bisa diungkapkan, kepada siapa pun dan kapan pun.

23
Tentu saja ini tidak terjadi pada individu yang secara nyata sudah akrab. Jadi akrab di
dunia nyata, juga akrab di dunia maya. Namun secara umum, masyarakat maya tidak saling
kenal satu sama lain, bahkan belum pernah bertemu sekali pun. Anggota masyarakat maya
jangan hanya dibayangkan, sebagaimana pergaulan dalam masyarakat nyata yang sempit dan
terbatas. Masyarakat maya sangat luas, anonim, dan heterogen. Dalam masyarakat maya
mereka bisa akrab layaknya teman biasa di pergaulan sehari-hari. Namun demikian,
keakraban mereka tentu saja semu. Jika ada kesalahan hubungan, konsekuensi yang
didapatkannya juga relatif ringan. Bisa jadi hanya saling putus pertemanan dalam media
sosial itu. Tidak berteman di media sosial pun tidak masalah, karena pada dasarnya mereka
tidak saling kenal secara fisik.

9. Kendangkalan Makna

Masyarakat maya bisa disebut dengan masyarakat semu, karena apa yang dikemukakan
sangat dangkal maknanya. Namanya juga masyarakat maya, bukan masyarakat nyata, mereka
dihubungkan dengan berbagai kepentingan yang belum tentu kekal. Hubungan
“kekeluargaan” yang tercipta dalam masyarakat maya hanya bersifat sementara.

Seorang anggota masyarakat maya bisa keluar-masuk menjadi anggota komunitas di


dunia maya itu. Tidak ada yang melarang. Dalam masyarakat nyata bisa jadi begitu, tetapi
tidak semudah dalam masyarakat maya. Dalam masyarakat maya, kita keluar-masuk
komunitas maya juga tidak ada beban. Anda juga bisa berkomentar sinis, pedas atau mencaci,
kemudian Anda pergi begitu saja. Ibarat tinju seperti pukulan hit and run. Anda bisa
menghantam orang kemudian lari.

Kedangkalan makna ini bisa disebabkan karena hubungan lebih didasarkan juga pada
rasionalitas ekonomis, apalagi mereka yang punya motivasi berada di masyarakat maya
hanya untuk kepentingan bisnis. Bahkan dalam hubungan sosial, masyarakat maya pun bisa
didasarkan pada rasionalitas ekonomis, “Sejauh kamu tidak menguntungkan saya, hubungan
kita bisa putus”, begitu kalau dikatakan secara lisan. Jadi, hampir tidak ada persahabatan
tulen dalam masyarakat maya. Maka, makna hubungan dan kepentingan dalam masyarakat
maya pun terkesan sangat dangkal.

24
C. Dampak Interaksi Virtual

Sebagai bagian dari perkembangan teknologi komunikasi, munculnya masyarakat maya


menjadi sebuah keniscayaan. Salah satu dampak nyata adalah munculnya interaksi virtual
antar anggota masyarakat maya. Interaksi virtual ini berdampak pada masyarakat maya atau
dalam masyarakat nyata.

Dampak interaksi virtual membuat individu yang terlibat harus memahami istilah bahasa-
bahasa virtual. Mereka harus mengetahui apa itu hashtag, stalking, walking, upload,
download, emoticon, emoji, e-mail, mailing list, dan lain-lain. Ini adalah kata baku yang
hanya dipunyai dalam masyarakat maya. Bahasa itu terus berkembang, sesuai kepentingan
dan popularitas istilah, bahkan bisa saja berganti. Misalnya muncul istilah mager (malas
gerak) atau kepo (rasa ingin tahu). Ini istilah yang berkembang karena adanya interaksi
virtual.

Dampak interaksi sosial masyarakat maya dalam masyarakat nyata juga sangat terasa.
Beberapa pilihan kata yang sebenarnya hanya dimanfaatkan dalam interaksi masyarakat maya
juga digunakan dalam masyarakat nyata. Bahkan istilah-istilah populer yang hanya
berkembang berkaitan dengan penggunaan internet nyata ada dalam masyarakat nyata.
Persoalan hukum yang hanya berkaitan dengan masyarakat maya (hacker, pornografi,
pencemaran nama baik) juga masuk dalam wilayah masyarakat nyata. Ini membuktikan
bahwa dampak interaksi virtual nyata terjadi dalam dunia nyata.

Dalam pengamatan March Smith (Holmes, 2012), interaksi yang terjadi dalam dunia
virtual telah membentuk perilaku komunikasi yang berlangsung di antaranya:

1. Interaksi virtual bersifat aspatial (tak kenal ruang)

Interaksi virtual secara fisik tidak terbatasi. Ia masuk ke ruang-ruang yang sempit dan tak
terjangkau, asalkan ada jaringan internet. Jarak yang jauh pun tidak akan menjadi hambatan.
Jarak jauh juga tak akan memengaruhi kuantitas informasi. Kehadiran bersama secara fisik
tidak lagi menjadi jaminan dalam proses komunikasi virtual. Pada zaman dahulu, sangat
mungin kehadiran bersama secara fisik menjadi hal penting dan keharusan, untuk saat
sekarang, hal demikian tidak berlaku lagi.

2. Interaksi virtual bersifat asinkron

Interaksi asinkron adalah komunikasi melalui perangkat komputer dan jaringan internet.
Proses komunikasi ini dilakukan secara tertunda atau tidak langsung. Ini tentu berbeda
25
dengan komunikasi tatap muka, bentuk interaksi asinkron bisa dilakukan melalui e-mail,
blog, sosial media, website, dan jaringan internet lain. Kelebihan sistem ini adalah
kemampuan mengirim dan menerima pesan pada waktu yang berbeda. Seseorang tidak perlu
berada pada waktu yang sama dalam proses komunikasi (bandingkan dengan komunikasi
tatap muka). Pola komunikasi ini juga dianggap mengatasi masalah waktu yang sering
menjadi penghambat dalam proses komunikasi.

3. Interaksi virtual bersifat acorporeal

Acorporeal berarti tidak jasmaniah. Proses interaksi virtual mengandalkan teks. Ini sangat
berbeda dengan komunikasi tatap muka. Misalnya, tatap muka mengandalkan secara jasmani
bertemunya dua orang secara fisik, komunikasi melalui virtual mengandalkan teks yang tidak
bisa diindra. Saat seseorang menulis teks dalam naskah laptop atau android untuk dikirim,
memang terlihat secara fisik, tetapi apakah saat pengiriman itu bisa dilihat? Apakah huruf
“A” yang kita ketik itu kemudian dikirim melalui gelombang elektromagmetik akhirnya di
layar penerima juga berbentuk sama persis sebagaimana yang dikirim? Coba bandingkan
dengan pengiriman paket buku. Paket itu kita sampul, kita kirim ke jasa paket, diangkut
kemudian diantar sampai ke lokasi pengiriman. Secara fisik itu semua bisa dilihat secara
indra dengan tak ada perubahan sedikit pun. Sementara itu, gelombang elektromagnetik
mengubah huruf “A” menjadi huruf “A” setelah mengalami proses tertentu. Nah, proses
tertentu inilah yang bisa dikatakan tidak jasmaniah. Tak terkecuali dengan konferensi jarak
jauh (teleconference). Apa yang dikatakan seseorang itu dikirim secara tidak terlihat untuk
menuju ke sasaran pihak yang diajak berkomunikasi.

4. Interaksi virtual bersifat astigmatic

Astigmatic ini sangat mungkin terjadi pada proses komunikasi berbasis Computer
Mediated Communication (CMC) atau komunikasi berbasis komputer. Proses komunikasi
yang terjadi pada CMC melalui dua atau lebih jaringan komputer. Sementara itu, fasilitas
yang digunakan untuk berkomunikasi secara online melalui komputer yaitu instant message,
e-mail, chat room, dan text messaging. Interaksi yang terjadi cenderung mengabaikan sifat-
sifat tertentu atas individu. Mengapa demikian? Karena proses komunikasinya berdasarkan
teks (sebagaimana proses dalam CMC). Akibatnya, sangat sedikit yang bisa menggambarkan
secara visual, seperti emosi, ekspresi, intonasi sebagaimana yang bisa dilakukan dalam
komunikasi tatap muka.

26
D. Kekuatan Masyarakat Maya

Pertanyaan yang layak kita kemukakan adalah, adakah kaitan antara masyarakat nyata
dengan masyarakat maya? Jawaban sederhananya, tentu saja. Alasannya penghuni
masyarakat maya tak lain anggota masyarakat nyata juga. Namun demikian, yang kita
maksud dalam hal ini adalah, apakah kegiatan masyarakat maya dan nyata ada kaitannya?
Kita akan mencoba membahas disertai dengan contoh-contoh konkret.

Kaitan antara masyarakat maya dengan masyarakat nyata ini diartikan sebagai kegiatan
masyarakat maya yang berhubungan erat dengan masyarakat nyata. Dengan kata lain, sejauh
mana kegiatan masyarakat maya berhubungan langsung atau berpengaruh pada masyarakat
nyata, kita tidak mengatakan, apakah kegiatan masyarakat nyata berpengaruh pada
masyarakat maya? kalau ini pernyataan sudah jelas. Jelasnya, masyarakat maya dibangun
berdasarkan keberadaan masyarakat nyata.

Fenomena merebaknya masyarakat maya sampai ada istilah pasukan masyarakat maya
juga disebut dengan laskar maya (cyber warriors). Pasukan ini dihuni oleh masyarakat nyata,
tetapi kegiatannya di dunia maya, salah satunya media sosial. Fenomena pasukan maya itu
sangat kelihatan sekali saat mau pemilihan kepala daerah atau presiden. Tim sukses kandidat
bisa membentuk pasukan itu untuk propaganda di media sosial. Tujuannya satu, mengangkat
kandidat dan menjatuhkan lawan. Apalagi kalau bukan kemenangan sebagai tujuan akhir
pasukan tersebut, keberadaan mereka tentu saja digaji oleh pihak yang berkepentingan atas
kemenangan seorang kandidat tersebut.

Di Indonesia (setidaknya menjelang Pemilihan Presiden 2014) muncul istilah Panasbung


(Pasukan nasi bungkus). Istilah ini ditujukan pada orang-orang yang dibayar untuk
mendukung seorang calon. Tugasnya, membantah segala hal negatif dan menyampaikan hal
positif atas calon yang “membayarnya”, juga menyampaikan hal negatif pada calon
pesaingnya. Namanya juga “pembela bayaran” mereka biasa menggunakan akun anonim atau
palsu. Gerakan mereka biasanya ada di dunia maya dengan media sosial sebagai lahan
garapnya, juga kolom komentar di sebuah situs berita, sampai forum-forum di internet. Istilah
Panasbung pernah dipopulerkan oleh forum Kaskus.

1. Penggerak perubahan

Setiap perubahan tentu ada tenaga penggerak yang memungkinkan adanya perubahan.
Perubahan bisa terjadi, karena faktor pemimpin, tetapi ada juga karena faktor keinginan

27
masyarakat. Negara Jerman, di bawah Hitlter, bisa menjadi negara fasis karena pemimpinnya
menganut paham itu. Paham tersebut kemudian diimplementasikan dalam kebijakan negara.
Perubahan yang dimotori rakyat, bisa terjadi, jika rakyat menginginkan adanya perubahan.
Gerakan people’s power (Pimpinan Corazon Aquino) menggugat kekuasaan Ferdinand
Marcos (1966-1986) di Filipina dan juga Indonesia dalam menggugat kekuasaan Soeharto
yang telah bertahan selama 32 tahun menjadi contoh konkret.

Masyarakat maya adalah kelompok yang secara nyata menjadi faktor penggerak
perubahan di masyarakat. Apakah dengan demikian masyarakat maya memengaruhi secara
langsung perubahan itu? Tentu saja tidak. Masyarakat nyatalah yang secara de facto
mengadakan perubahan atas pengaruh kegiatan dari masyarakat maya. Gerakan-gerakan pro
demokrasi yang ada di dunia ini, tentu dipengaruhi oleh kegiatan masyarakat maya. Gerakan
yang menuntut Husni Mubarak (Mesir) mundur (2011) juga tak bisa dipungkiri pengaruh
aktivitas masyarakat maya.

Bukankah dalam hal ini, masyarakat maya bisa dikatakan menjadi pemercepat proses
munculnya perubahan? Dengan kata lain, aktivitas masyarakat maya yang kemudian
memengaruhi masyarakat nyata bisa menjadi penggerak perubahan.

2. Pressure group

Pressure group (kelompok penekan) selama ini diidentikkan dengan masyarakat nyata.
Kelompok masyarakat itu dengan kekuatannya menekan pemerintah, agar melakukan
perubahan-perubahan yang diinginkan masyarakat. Misalnya saja, kelompok Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) pernah menjadi populer sebagai kelompok penekan, terutama
sekali zaman Orde Baru (kekuasaan Soeharto).

Masyarakat maya juga bisa menjadi kelompok penekan yang “memaksa” pemerintah
untuk melakukan perubahan-perubahan. Kelompok penekan dalam masyarakat maya
awalnya berupaya membangun opini akan pentingnya sebuah isu. Setelah isu itu disebar dan
diketahui masyarakat umum, pada akhirnya mereka memengaruhi masyarakat maya.
Meskipun yang bergerak secara fisik menekan masyarakat nyata, mereka tidak akan
mempunyai kekuatan dan keberanian jika, tidak dipengaruhi oleh masyarakat maya.

3. Tangan-tangan tersembunyi

Masyarakat maya bisa diibaratkan sebagai tangan tersembunyi (invisible hand).


Masyarakat nyata, saat melakukan demonstrasi (misalnya) atau protes secara fisik bisa

28
diindra. Sekumpulan individu berbondong-bondong bergerak menuju lokasi, sambil
meneriakkan yel-yel, disertai dengan spanduk atau atribut lain. Mereka yang protes dengan
yang diprotes secara fisik juga bisa dibedakan.

Namun demikian, masyarakat maya sangat berbeda keberadaannya. Gerakan masyarakat


maya, secara fisik sangat susah diindra, tetapi bisa dirasakan kehadirannya. Memang berbagai
gerakan di media sosial, misalnya, bisa dibaca dan didengarkan, namun secara indra
keseluruhan tidak bisa dibuktikan. Jadi, pembuktian fisik itu kadang susah dilakukan. Mereka
yang protes dan yang diprotes juga tidak mudah dibedakan. Bisa jadi, mereka yang aslinya
ikut protes, pura-pura tidak melakukannya atau menentang yang protes itu. Bisa jadi, itu
permainan rekayasa tertentu agar gaung gerakannya meluas. Bisa jadi seorang kandidat
presiden atau kepala daerah, melakukan kesengajaan agar ia dikesankan sebagai orang yang
terzalimi agar mendapat simpati masyarakat, padahal yang menzalimi itu ya pendukung
kandidat presiden itu sendiri. Hal demikian dilakukan untuk mempopulerkan jagonya.
Sebenarnya, rekayasa demikian juga bisa dilakukan dalam masyarakat nyata hanya agak
susah dilakukan dan akan cepat terbukti.

Masyarakat maya ibarat tangan-tangan tersembunyi yang ikut menentukan arus


perubahan sosial dan politik di masyarakat. Seseorang yang ingin memancing seberapa besar
tanggapan masyarakat Muslim Indonesia pada kandidat presiden non Muslim, munculkan
saja informasi soal kandidat non Muslim itu. Itu akan mendapat tanggapan masyarakat dan
bisa mengukur sejauh mana masyarakat Muslim bisa menerima kandidat non Muslim.
Masyarakat maya tersembunyi secara fisik, tetapi ia sebenarnya punya tangan yang ikut
menggerakkan perubahan di masyarakat. Hal demikian, tentu tidak bisa kita pungkiri
kenyataannya.

29

Anda mungkin juga menyukai