Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MEDIA SOSIAL DAN DEMOKRASI DALAM ERA GLOBAL DI INDONESIA

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Dosen Pengampu :

Anita Latifah, SH, MH

Disusun oleh:

Melinda Eksanti

NIM : 206100080

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA CIANJUR
2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Media dan Demokrasi dalam Era Global
di Indonesia” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Media Sosial dan Demokrasi
dalam Era Global di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anita Latifah, SH, MH selaku dosen
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah penulis.

Cianjur, 8 Juni 2021

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Daftar isi.....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7

A. Hakikat Media Sosial...............................................................................................7


1. Pengertian Media Sosial.....................................................................................7
2. Jenis – Jenis Media Sosial..................................................................................9
3. Karakteristik Media sosial..................................................................................9
4. Dampak Media Sosial......................................................................................11
5. Pembertiaan Media sosial.................................................................................12
B. Hakikat Demokrasi.................................................................................................13
1. Pengertian Demokrasi......................................................................................14
2. Ciri – Ciri Demokrasi.......................................................................................15
3. Nilai – Nilai Demokrasi...................................................................................17
C. Globalisasi..............................................................................................................17
D. Pelaksanaan Demokrasi di Media Sosial dalam Pemilu 2019...............................18

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Globalisasi telah memengaruhi semua subsistem budaya masyarakat saat ini. Globalisasi
merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena terdapat pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, serta aspek – aspek kebudayaan lainnya. Adanya kemajuan
infrastruktur transportasi serta telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan internet,
merupakan aspek utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan
(interdependesi) aktivitas ekonomi, serta budaya.

Bersama era globalisasi, ilmu pengetahuan serta teknologi menjadi perkembangan yang
semakin pesat, salah satunya pada bidang teknologi dan komunikasi. Seiring dengan
ditemukannya perangkat media berbasis internet, misalnya media sosial. Sehingga apapun
datanya mudah ditemui dengan mengakses media melalui jaringan internet.

Media sosial ialah media online, dimana penggunanya memakai aplikasi melalui internet,
misalnya (Facebook, Whatsapp, Twitter, Youtube, dan sebagainya). Kala ini, media sosial
menjadi saluran akses data dalam bermacam – macam bidang, yaitu pendidikan, sosial,
budaya, ekonomi, hukum dan juga politik. Misalnya dipakai dalam suatu kampanye Pemilu
untuk mensosialisasi visi, misi serta program kerja suatu kandidat.

Dalam Pemilu 2019, media sosial dijadikan ajang untuk mempromosikan pasangan calon
presiden maupun calon – calon legislator. Strategi komunikasi politik dalam media sosial
merupakan alternatif baru dan menjadi fenomena yang hangat hingga saat ini. Seperti yang
telah dikutip oleh Charta Politika menyebutkan bahwa informasi di media sosial berpengaruh
terhadap responden dalam menentukan pilihannya saat Pemilu 2019. Dari survei itu, 24,4%
responden mengatakan media sosial sangat berpengaruh terhadap pilihan mereka serta 37,8%
mengatakan cukup berpengaruh.

Penggunaan internet (media sosial) dapat mempengaruhi lanskap partai politik. Media
sosial akan meningkatkan kompetisi partai, partai – partai kecil yang mempunyai sumber
tenaga terbatas dan tidak mempunyai pengaruh dalam pemilihan Umum, dengan adanya
internet sebagai media yang murah dan juga lebih mudah diakses. Mereka bisa bersaing
dengan partai – partai besar yang mempunyai sumber energi lebih kuat. Media sosial juga
dapat meningkatkan interaksi masyarakat dengan politik maupun kandidat. Masyarakat

4
mempunyai akses yang lebih untuk menyalurkan aspirasi kepada partai politik maupun
kandidat yang didukungnya. Pada waktu yang sama, partai politik dan kandidat dapat
mengkoordinasikan pendukung mereka dengan lebih mudah dan kilat untuk memobilisasi diri
kelembagaan yaitu terdapatnya perpindahan kegiatan berkampanye dari offline ke online.

Pada tahun 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menambah metode kampanye pemilu
2019, yaitu kampanye menggunakan media sosial. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan
KPU (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pemilihan Umum, yang isinya “Diperkenankan
menggunakan media sosial sebagai metode kampanye, karena kita menyadari bahwa zaman
sudah berubah, pengguna media sosial juga semakin besar”. Perihal ini diinformasikan oleh
komisioner KPU, Wahyu Setawan. Tetapi, jika akun – akun tersebut kontennya tidak cocok
dengan ketentuan yang berlaku, KPU Bawaslu akan menindaklanjuti perihal tersebut.
Pelanggar juga berpotensi dikenai sanksi Undang – Undang no 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Data Publik.

Dari keterlibatan media sosial dalam Pemilu tersebut, terlihat media sosial berperan
dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain dalam Pemilu, apresiasi masyarakat dalam
media sosial memberi perkembangan dalam pelaksanaan demokrasi. Orang awam semakin
terbuka akan kinerja pemerintah dan mampu menyampaikan pendapatnya secara terbuka
melalui media sosial yang semakin mudah diakses seluruh kalangan masyarakat. Aspirasi
masyarakat dalam demokrasi sangat penting, karena pada demokrasi masyarakat memiliki
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Untuk itu, lemaga – lembaga pemerintah semakin
gencar menggunakan sosial media untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat. Hal ini
berdampak bagi perkembangan negara ini. Tetapi, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai
berkaitan dengan seiring banyaknya aliran informasi yang diterima. Fenomena hoax telah
mencemari atau menebar racun dalam pelaksanaan demokrasi saat ini. Filsuf Jerman, Jurgen
Habermas, percaya bahwa masyarakat perlu menerapkan apa yang ia sebut sebagai demokrasi
deliberatif, yaitu kesempatan kepada banyak pihak untuk menyampaikan pendapat mereka,
yang berbeda sekalipun, dan membiarkan masyarakat mengambil keputusan atas informasi
yang beragam.

Hoax merupakan racun bagi suatu kebebasan untuk memperoleh informasi, sementara
kebebasan memperoleh informasi adalah oksigen bagi demokrasi. Dampak negatif dari
penggunaan media sosial akan merusak prinsip – prinsip yang ada dalam demokrasi

5
Pancasila. Meskipun seperti itu, peran media tetap penting bagi kelangsungan demokrasi di
Indonesia.

Kelompok usia produktif ialah pengguna internet terbanyak di Indonesia. Menurut survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, hampir separuh total
pengguna internet di indonesia merupakan masyarakat dalam kelompok usia 19-34 tahun
(49,52%). Dan mahasiswa termasuk dalam kelompok usia produktif tersebut. Mahasiswa
termasuk dalam kaum akademisi, sehingga harus memiliki cara pandang yang berbeda
sebelum melakukan sesuatu atau menghadapi suatu masalah, salah satunya penggunaan
media sosial di kalangan mahasiswa. Makalah ini dibuat untuk mengetahui peran media
sosial era globalisasi dalam demokrasi di Indonesia melalui sudut pandang mahasiswa
sebagai kaum akademisi dan agent of change, dan pandangan tentang penggunaan media
sosial terkait dengan prinsip – prinsip dalam demokrasi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam
makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di media sosial dalam Pemilu 2019?


2. Apakah ada ancaman globalisasi terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana kondisi demokrasi di Indonesia pada saat kampanye Pilpres 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini untuk
mengungkapkan tentang :

1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang media sosial dan demokrasi dalam era
global di Indonesia

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Menurut Heinich (Rusman dkk, 2013:169) media merupakan alat saluran komunikasi.
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” secara
hafiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan ( a source) dengan penerima
pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram
bahkan tercetak (printed matearials), komputer dan instruktur.

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian
media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. National
Education Association (NEA) atau Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
Amerka (Sudirman dalam Rusman dkk, 2013:169) mendefinisikan : ‘media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau
informasi’.

Secara teoritis, media (massa) bertujuan untuk menyampaikan informasi dengan benar
secara efektif dan efisien. Namun, sebagian media menyunting bahkan menggunting
realitas kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebarluaskan, tetapi
media bukan hanya untuk menentukan realitas seperti apa yang akan mengemuka, namun
juga siapa yang layak dan tidak layak masuk menjadi bagian realitas itu, media menjadi
sebuah kontrol yang bukan lagi semata – mata sebagaimana dicita – citakan yaitu
“kontrol, kritik, dan koreksi pada setiap bentuk kekuasaan agar kekuasaan selalu
bermanfaat”. Tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan
keyakinan – keyakinan masyarakat itu sendiri.

Citra – citra media dalam masyarakat jelas membantu sukses komersian dan
memungkinkan tersebarnya ideologi dominan. Namun, sebagaimana sering terlihat, apa
yang populer di televisi dan kebudayaan komersial lainnya terutama film dan musik juga
menjadi sumber – sumber daya yang dikenal luas dan dapat diakses oleh khalayak untuk
menjalankan kekuasaan budaya. Banyak konsekuensi sosial yang paling dalam dari
budaya pop baik yang mendukung dan menentang cara – cara berpikir yang dominan

7
justru terletak pada pemikiran citra media oleh orang – orang untuk mengungkapkan diri
mereka dan mempengaruhi yang lain.

Berkaitan dengan praktik – praktik kekuasaan media, menarik untuk dipahami. Sebab
kekuasaan itu ternyata mempunyai banyak bentuk. Seperti yang dikemukakan oleh John
B. Thomson (Sobur, 2009:114), kekuasaan ekonomi dilembagakan dalam industri dan
perdagangan; kekuasaan politik dilembagakan dalam aparatur negara; kekuasaan koresif
dilembagakan dalam organisasi militer dan paramiliter. Tidak salah lagi, kekuasaan
lembaga – lembaga ini terutama didasarkan pada kemampuan mereka untuk membentuk,
mempertahankan, dan menegakkan berbagai peraturan sosial tertentu.

Dengan terus bermunculannya situs – situs media sosial, secara garis besar media
sosial dikatakan sebagai sebuah media online, dimana para penggunanya (user) melalui
aplikasi berbasis internet yang dapat berbagi, berpartisipasi dan menciptakan konten
berupa blog, wiki, forum, dan jejaring sosial, ruang dunia virtual disokong oleh teknologi
multimedia yang semakin canggih. Internet, media sosial dan teknologi multimedia
menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan serta mendorong pada hal – hal baru. Saat
ini, media sosial yang paling banyak digunakan dan tumbuh pesat berupa jejaring sosial,
blog dan wiki.

Menurut Eisenberg (Pakuningjati,2015:6) menyimpulkan media sosial dalam definisi


yang lebih efektif dan mudah dipahami sebagai platform online untuk berinteraksi,
berkolaborasi dan menciptakan atau membagi berbagai macam konten digital.

Bicara tentang media sosial tidak hanya beberapa jejaring sosial yang sedang trend
seperti Facebook, Instagram atau Twitter saja. Dalam istilah non-teknologi, media sosial
dapat didefinisikan sebagai cara orang untuk berbagi ide, konten, pemikiran dan
berkomunikasi secara online.

Media sosial memang dijadikan sebagai sarana untuk berinteraksi antar penggunanya
untuk mempermudah mendapatkan informasi dengan cepat dan lengkap. Dalam
perkembangannya media sosial tampil sebagai media baru yang banyak diminati,
sehingga menjadi sarana yang dibutuhkan oleh orang banyak dan sudah tidak asing lagi
dalam masyarakat.

8
2. Jenis – Jenis Media Sosial

Berbagai jenis media sosial berdasarkan ciri – ciri penggunaanya, pada dasarnya
media sosial dibagi menjadi enam jenis, yaitu :

Pertama, proyek kolaborasi website, dimana usernya diizinkan untuk bisa mengubah,
menambah atau membuang konten – konten yang dimuat di website tersebut, seperti
wikipedia.

Kedua, blog dan microblog, dimana username mendapat kebebasan dalam


mengungkapkan suatu hal di blog itu, seperti perasaan, pengalaman, pernyataan sampai
kritikan terhadap suatu hal, seperti Twitter.

Ketiga, konten atau isi, dimana para user di website ini saling membagikan konten
multimedia, seperti e-book, video, foto, gambar dan lain – lain, seperti Youtube.

Keempat, situs jejaring sosial dimana username memperoleh izin untuk terkoneksi
dengan cara membuat informasi yang bersifat pribadi, kelompok atau sosial sehingga
dapat terhubung atau diakses oleh orang lain misalnya Facebook.

Kelima, virtual game onine, dimana penggunanya melalui aplikasi 3D dapat muncul
dalam bentuk avatar sesuai keinginan dan kemudian berinteraksi dengan orang lain yang
mengambil wujud avatar juga layaknya dunia nyata, misalnya game online.

Keenam, virtual social world, aplikasi yang berwujud dunia virtual yang memberi
kesempatan pada penggunanya berada hidup didunia virtual untuk berinteraksi dengan
yang lain. Virtual social world tidak jauh berbeda dengan virtual game world, namun
lebih bebas terkait dengan berbagai aspek kehidupan, seperti second life.

3. Karakteristik Media Sosial

Dengan seperti itu, maka media sosial tidak jauh dari ciri – ciri seperti berikut ini
(Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI, 2014:25-27), yaitu :

1. Konten yang disampaikan dibagikan kepada banyak orang dan tidak


terbatas pada satu orang tertentu;
2. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang
penghambat;
3. Isi disampaikan secara online dan langsung;

9
4. Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat dan bisa
tertunda penerimaanya tergantung pada waktu interaksi yang ditentukan
sendiri oleh pengguna;
5. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai kreator dan aktor yang
memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri;
6. Dalam konten media sosial terdapat jumlah aspek fungsional seperti
identitas, percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis),
hubungan (relasi), reputasi (status), dan kelompok (group).

Karena media sosial merupakan sistem relasi, koneksi dan komunikasi, maka kita
harus menyikapinya dalam kaitannya fungsi fungsi yang terkandung dalam teori relasi,
koneksi, dan komunikasi masyarakat. Berikut sikap yang harus kita kembangkan terkait
dengan peran, manfaat dan fungsi media sosial :

a. Sarana belajar, mendengarkan, dan menyampaikan. Berbagai aplikasi


media sosial dapat dimanfaatkan untuk belajar melalui berbagai macam
informasi, data dan isu yang termuat didalamnya. Pada aspek lain, media
sosial menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai informasi kepada
pihak lain. Konten – konten dalam media sosial berasal dari belahan dunia
dengan beragam latar belakang budaya, sosial, ekonomi, keyakinan,
tradisi, dan tendensi. Oleh karena itu, jika dalam arti positif, media sosial
adalah ensiklopedi global yang tumbuh dengan cepat. Pengguna media
sosial perlu sekali membekali diri dengan kekritisan, pisau analisa yang
tajam, perenungan yang mendalam, kebijaksanaan dalam penggunaan dan
emosi yang terkontrol.
b. Sarana dokumentasi, administrasi dan integrasi. Berbagai macam aplikasi
media sosial pada dasarnya merupakan gudang dan dokumentasi berbagai
macam konten, dari berupa profil, informasi, reportase kejadian, rekaman
peristiwa sampai pada hasil riset kajian. Organisasi, lebaga dan perorangan
dapat memanfaatkannya dengan cara membentuk kebijakan penggunaan
media sosial dan pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam rangka
memaksimalkan fungsi media sosial sesuai dengan target – target yang
telah dicanangkan. Beberapa hal yang bisa dilakukan media sosial antara
lain, membuat blog organisasi, mengintegrasikan berbagai lini di
perusahaan, menyebarkan konten yang relevan sesuai target di masyarakat,

10
atau memanfaatkan media sosial sesuai kepentingan, visi, misi, tujuan,
efisiensi, dan efektifitas operasional organisasi.
c. Sosial perencanaan, strategi dan manajemen. Akan diarahkan dan dibawa
kemana media sosial merupakan domain dari penggunanya. Oleh sebab
itu, media sosial ditangan para pakar manajemen dan marketing dapat
menjadi senjata yang ampuh untuk melancarkan perencanaan dan
strateginya. Misanya untuk melakukan promosi, mengambil pelanggan
setia, menghimpun loyalitas cutomer, menjajaki market, mendidik publik,
sampai menghimpun respon masyarakat.
d. Sarana kontrol, evaluasi dan pengukuran. Media sosial berguna untuk
melakukan kontrol organisasi dan juga mengevaluasi berbagai
perencanaan dan strategi yang telah dilakukan. Respon publik dan pasar
menjadi alat ukur, kalibrasi dan parameter untuk evaluasi. Sejauh mana
masyarakat memahami suatu isu atau persoalan, bagaimana prosedur –
prosedur ditaati atau dilanggar publik dan seperti apa keinginan dari
masyarakat, bisa dilihat langsung melalui media sosial. Pergerakan
keinginan, ekspetasi, tendensi, opsi dan posisi pemahaman publik dapat
terekam dengan baik dalam media sosial. Oleh sebab itu, media sosial
dapat digunakan sebagai sarana preventif yang ampuh dalam memblok
atau mempengaruhi pemahaman publik.

4. Dampak Media Sosial

Kemajuan dan penemuan dalam bidang teknologi maupun inovasi internet tidak
hanya memunculkan media baru. Berbagai macam aspek kehidupan manusia seperti
komunikasi maupun interaksi juga mengalami perubahan yang tidak pernah diduga
sebelumnya. Dunia seolah – olah tidak memiliki batasan dan tidak ada sebuah rahasia
yang dapat ditutupi lama, atau berkisar pada orang – orang tertentu saja, kita dapat
mengetahui apa kegiatan seseorang, dimana dia dengan siapa dan lain sebagainya melalui
media sosial, sementara ornag yang kita dapat informasinya bisa saja bukan siapa –siapa
kita, akan tetapi semua kegiatannya dapat diketahui ketika dia memasang sesuatu di
Account Facebook miliknya, walaupun kita tidak pernah berkenalan dan berjumpa secara
tatap muka.

11
Merebaknya situs media sosial yang muncul menguntungkan banyak orang untuk
berinteraksi dengan mudah dan biaya yang murah daripada memakai telepon. Dampak
positif yang lain adalah percepatan penyebaran informasi. Akan tetapi ada dampak negatif
dari media sosial, yakni berkurangnya interaksi secara tatap muka, munculnya kecanduan
yang melebihi dosis, serta pesoalan etika dan hukum karena kontennya yang melanggar
moral, privasi dan peraturan (Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI 2014:25-27).
Ada juga dampak lain dari media sosial yaitu dampak berbagi yang berlebihan serta
pengungkapan diri yang berlebihan didunia maya, budaya berbagi yang berlebihan
dikarenakan media sosial siapa saja dapat mengunggah apapun yang mereka inginkan dan
membagikannya kembali. Dampak dari berbagi yang berlebihan juga memiliki dampak
negatif, berbagi apa saja yang ingin dibagikan tanpa menyaring lagi mengenai kebenaran
berita yang telah mereka bagikan. Bisa saja berita yang telah mereka bagikan tersebut
adalah sebuah berita hoax, yang bisa saja akan memunculkan perselisihan antara
kelompok, agama, suku, dan lain sebagainya.

5. Pemberitaan di Media Sosial

Berita merupakan sajian utama sebuah media massa disamping opini. Mencari bahan
berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah
penerbitan pers (media massa).

Berita sulit didefinisikan, karena ia mencakup banyak faktor variabel. Namun banyak
pakar komunikasi merumuskan definisi (batasan pengertian) berita, dengan penekanan
yang berbeda terhadap unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife (Syamsul, 2003:4),
misalnya menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman,
sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosty). Ia berkata “jika seekor
anjing mengigit orang, itu bukanlah berita. Tetapi jika orang mengigit anjing, itulah
berita” (if a dog bites a man, it is not news, but if a man bites a dog is news). Berdasarkan
pendapat diatas, dapat disimpukan bahwa berita bukan hanya mencakup hal – hal umum
yang ada pada kehidupan tetapi juga menyajikan hal – hal yang mengandung unsur
keanehan yang membuat seseorang tertarik untuk menyimak atau membacanya.

Berita memang merupakan sarana untuk memberikan informasi penting yang aktual
dan mampu menarik perhatian sesorang untuk membacanya. Michel V. Charnley
(Syamsul, 2003:5), mengatakan “berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau

12
kejadian yang faktual, penting , dan menarik bagi sebagian besar pembaca, dan
menyangkut kepentingan mereka”.

Berdasarkan definisi menurut para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa berita adalah
suatu laporan tentang peristiwa yang memberikan informasi yang aktual, nyata, penting,
dan mampu menarik perhatian untuk membacanya, serta menyangkut kepentingan umum
yang termuat dalam media massa maupun media sosial.

Berita merupakan informasi yang berisi peristiwa yang akurat, tentu tidak terlepas
dari sumber yang jelas. Bahkan saat ini berita sangat mudah diakses di media sosial,
sehingga sangat sulit untuk dapat membedakan berita yang asli dan berita yang palsu atau
hoax. Hoax adalah informasi sesat dan berbahaya karena menyesatkan presepsi manusia
dengan menyampaikan informasi palsu sebagai kebenaran. Hoax mampu mempengaruhi
banyak orang dengan menodai suatu citra dan kredibilitas. Hoax dapat bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca dengan informasi palsu sehingga mengambil tindakan sesuai
dengan isi hoax. Tidak hanya itu, hoax dapat menakut – nakuti orang yang menerimanya.

Berita hoax bertujuan untuk membuat orang tertarik membaca informasi yang sudah
diposting dalam media sosial, dalam hal ini menjadikan seseorang dapat menyebarkan
informasi yang belum jelas darimana sumbernya. Sehingga dapat menyesatkan orang lain
untuk mudah percaya mengenai berita yang mereka baca atau mereka sebarkan melalui
media sosial.

Dalam berita yang mengandung hoax tidak ada pola yang dapat diidentifikasi. Dalam
dokumen berita hoax, gaya penulisan bersifat bebas dan tidak kaku. Sulit untuk pembaca
membedakan mana berita hoax dan yang tidak. Salah satu cara untuk memeriksanya
dengan melakukan klarifikasi terhadap berita yang sebenarnya.

B. Hakikat Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Demokrasi menurut asal kata berarti ‘rakyat berkuasa’ atau goverment or rule by the
people. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos berarti ‘rakyat’, kratos/kratain
berarti ‘kekuasaan/berkuasa’.

Demokrasi dapat diartikan sebagai sistem yang meliputi persaingan efektif antara
partai – partai politik untuk merebutkan posisi kekuasaan. Dalam demokrasi ada

13
pemilihan umum yang teratur dan jurdil, didalamnya semua anggota masyarakat dapat
diambil bagian. Hak – hak partisipasi demokratis ini berjalan seiring dengan kebebasan
warga negara, kebebasan untuk membentuk dan bergabung dengan kelompok atau
asosiasi politik.

Menurut Henry B. Mayo (Rosyada, dkk, 2018:110) menyatakan demokrasi sebagai


sistem politik yang merupakan suatu sistem menunjukan bahwa kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil – wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan – pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Menurut Robert A. Dahl (Zamroni 2013:12) terdapat dua dimensi utama demokrasi,
yakni a). Contestation, kompetisi yang bebas diantara kandidat; b). Participacio, mereka
yang telah dewasa memiliki hak untuk memilih. Demokrasi akan berjalan jika terdapat
kebijakan yang memungkinkan warga negara memiliki kebebasan untuk : a) berpendapat,
b) berserikat, dan menjalankan kegiatan politiknya.

Dari pendapat diaras dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat demokrasi sebagai
suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan yang memberikan
penekanan ada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
dalam menyelenggarakan negara maupun pemerintahan.

Demokrasi perlu untuk ditegakkan dalam suatu negara, memang butuh waktu yang
lama untuk mengembangkan dan menanamkan negara yang demokrasi. Dalam suatu
negara, demokrasi merupakan suatu proses dalam menentukan kekuasaan dimana rakyat
dan pemerintah berperan penting untuk menyelenggarakan negara dan pemerintahan yang
damai berdasarkan kepentingan bersama.

2. Ciri – ciri Demokrasi

Menurut Henry B. Mayo (Septiliana, 2011:12) ciri – ciri demokrasi dari sejumlah
nilai, yaitu:

a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.


b. Mejamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
c. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.

14
d. Membatasi kekerasan sampai minimum.
e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat.
f. Menjamin tegaknya keadilan.

Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sabrini (Septiliana, 2011:12)


antara lain :

1. Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat.


2. Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, karena lebih
penting dari kepentingan individu atau golongan.
3. Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan
pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat.
4. Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat
mempunyai kedudukan penting dalam sistem kekuasaan negara.

Berdasarkan ciri – ciri diatas demokrasi dapat disimpulkan bahwa negara yang
merupakan demokrasi lebih mengutamakan kepentingan bersama dalam
menyelenggarakan kehidupan negara baik dari menjamin keadilan maupun dalam
menanggapi keanekaragaman yang mampu menciptakan perubahan secara damai, dimana
kedalatan ada ditangan rakyat dan untuk kepentingan rakyat.

3. Nilai – nilai Demokrasi

Demokrasi memiliki nilai – nilai antara lain kebebasan, hak – hak individu, tujuan
bersama, keadilan dan patriotisme. Nilai – nilai demokrasi menurut Cipto (Taniredja,
2013:140-145), meliputi :

a. Kebebasan menyatakan pendapat


Kebebasan menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara biasa yang
wajib dijamin dengan undang – undang dalam sebuah sistem politik demokrasi.
Kebebasan ini diperlukan karena kebutuhan untuk menyatakan pendapat yang
muncul dari setiap warga negara dalam era pemerintahan terbuka saat ini.
Perubahan lingkungan politik sosial, ekonomi, budaya, agama dan teknologi
sering kali menimbulkan persoalan bagi warga negara maupun masyarakat umum.
Jika persoalan tersebut sangat merugikan hak – haknya selaku warga negara atau
berhara agar kepentingannya dipenuhi oleh negara, dengan sendirinya warga

15
negara berhak untuk menyampaikan keluhan secara langsung maupun tidak
langsung kepada pemerintah.
b. Kebebasan berkelompok
Kebebasan berkelompok diperlukan untuk membentuk organisasi, partai
politik, organisasi massa dan kelompok lain. Kebutuhan kelompok merupakan
naluri dasar manusia yang tidak mungkin diingkari.
Demokrasi menjamin kebebasan warga negara untuk berkelompok termasuk
membentuk partai baru maupun mendukung partai apapun. Tidak ada lagi
keharusan mengikuti ajakan dan intimidasi pemerintahan. Demokrasi memberikan
alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat bagi warga negara. Itu semua karena
demokrasi menjamin mendukung kebebasan berkelompok.
c. Kebebasan berpartisipasi
Kebebasan berpartisipasi merupakan gabungan dari kebebasan berpendapat
dan berkelompok. Ada empat jenis partisipasi. Pertama, pemberian suara dalam
pemilihan umum baik pemilihan anggota DPR/DPD maupun pemilihan presiden.
Kedua, bentuk partisipasi yang melakukan kontak/hubungan dengan pejabat
pemerintahan, bentuk partisipasi ini belum berkembang luas di negara demokrasi
baru. Ketiga, melakukan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah.
Keempat, mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik mulai dari lurah,
bupati, walikota hingga presiden sesuai dengan sistem pemilihan yang berlaku.
d. Kesetaraan Antarwarga

Kesetaraan ini diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap
warga negara. Kesetaraan memberikan tempat bagi setiap warga negara tanpa
membedakan etnis, bahasa daerah, maupun agama. Nilai ini diperlukan bagi
masyarakat heterogen seperti Indonesia yang sangat multietnis, multi bahasa,
multi daerah, dan multi agama.

Nilai – nilai kesetaraan perlu dikembangkan dan dilembagakan dalam semua


sektor pemerintahan dan masyarakat. Diperlukan usaha keras agar tidak terjadi
diskriminasi atas kelompok etnis, bahasa daerah atau agama tertentu sehingga
hubungan antar kelompok dapat berlangsung dalam suasana egaliter.

16
e. Rasa Percaya (trust)

Rasa percaya antar politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar
demokrasi dapat terbentuk. Jika rasa percaya tidak ada maka kemungkinan besar
pemerintah akan kesulitan menjalankan agendanya karena lemah dukungan akibat
dari kelangkaan rasa percaya. Bila dalam sebuah pemerintah demokrasi yang ada
hanya ketakutan, kecurigaan, kekhawatiran dan permusuhan maka hubungan antar
politisi akan terganggu secara permanen.

f. Kerja sama

Kerjasama diperlukan untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam


masyarakat. Kerja sama yang dimaksud adalah kerjasama dalam hal kebajikan,
bukan kerjasama dalam hal kejahatan. Demokrasi tidak hanya memerlukan
kerjasama antar individu dan kelompok. Kompetisi, kompromi dan kerjasama
merupakan nilai – nilai yang mampu mendorong terwujudnya demokrasi.

C. Globalisasi

Globalisasi merupakan perubahan – perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial yang
berkombinasi dengan pembentukan yang saling berhubungan regional dan global yang unik,
yang lebih ekstensif dan intensif dibandingkan dengan sebelumnya, yang menantang dan
membentuk kembali komunitas politik secara spesifik, negara modern. Perubahan –
perubahan ini melibatkan sejumlah perkembangan yang dapat dipikirkan sebagai sesuatu
yang mendalam, terjadi di waktu sekarang, dan melibatkan suatu transformasi struktural.
Perubahan yang dimaksud adalah rezim hak asasi manusia yang memastikan bahwa
kedaulatan nasional tidak dapat menjamin legitimasi suatu negara dalam hukum
internasional.

Ancaman globalisasi dan perkembangan demokrasi

Perdebatan yang muncul berkaitan dengan hubungan globalisasi dan demokrasi


bermuara pada dua persoalan yang bertolak belakang. Pendapat pertama mengatakan bahwa
globalisasi mengancam demokrasi. Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa
globalisasi mengembangkan demokrasi.

Untuk mengukur hal itu tergantung pada seberapa besar ruang gerak yang diberikan
globalisasi kepada demokrasi. Disini ada dua kriteria yang dapat diajukan, yakni konsep

17
otonomi dan kesetaran. Globalisasi akan dianggap sebagai pendorong atau penghambat
demokrasi tergantung kepada apakah globalisasi mendorong terciptanya otonomi kesetaraan
yang lebih luas diantara individu dan masyarakat. Jika globalisasi ternyata mampu
mendorong otonomi dan kesetaraan yang lebih luas, maka globalisasi dianggap akan
memberikan masa depan yang lebih cerah bagi demokrasi. Sebaliknya, jika globalisasi
menghambat kedua hal tersebut, maka globalisasi dapat dianggap sebagai ancaman bagi
demokrasi politik.

D. Pelaksanaan Demokrasi di Media Sosial dalam Pemilu 2019

Pemilihan presiden Indonesia 2019 berada dalam paradoks janggal. Dalam satu sisi,
platform kebijakan kedua kandidat presiden hampir tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan. Alih – alih mengkritik Presiden Joko Widodo, kampanye kandidat oposisi
Prabowo Subianto relatif pasif dan malu – malu. Sebagian besar orang indonesia
menganggap debat pilpres di televisi membosankan. Wartawan lokal dan asing mengklaim
tidak ada hal yang menarik selama kampanye berlangsung. Kandidat presiden dan wakil
presiden tidak menawarkan perdebatan yang jelas terkait arah masa depan negara ini.

Apa yang sebenarnya mendorong perbedaan kontras antara kampanye politik yang
relatif menjemukan dan perasaan banyak orang yang resah terkait wacana politik saat ini?
Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah mengamati bagaimana kehidupan
online mengubah realitas offline. Barangkali Indonesia tidak menghadapi kampanye politik
yang memecah belah, atau polarisasi, melainkan diskursus media sosial membuat masyarakat
Indonesia merasakan potensi polarisasi lebih besar dibandingkan yang sebenarnya dan
politikus terus – terusan mengorbankan presepsi itu yang bisa saja menyebabkan terpecah
belahnya perdaaian.

Bercermin kepada beberapa kasus yang luar biasa, para pakar di Indonesia telah
memperingatkan bahwa media sosial mudah memicu konflik karena tingkat literasi
masyarakat yang rendah. Menurut akademisi Indonesia Adi Prayitno, “Banyak orang
Indonesia masih irrasional dan cenderung emosional ketika berhadapan dengan pandangan
politik yang berbeda” yang membuat mereka berpikir bahwa politik merupakan “jalur yang
mengarah surga atau pertarunan antara yang baik dan jahat.” Amati saja obrolan media sosial
di Indonesia setiap hari ketika pendukung Jokowi dipanggil “cebong” serta pendukung
Prabowo dijuluki “kampret”.

18
Dalam kasus di Indonesia, “when they go low, we go lower” Terlepas dari semua
kekhawatiran tentang perpecahan, disinformasi, dan berita bohong, temuan survei belum
berubah. Jokowi masih memimpin dengan elektabilitas sekitar 75%, melampaui Prabowo
pada angka 32%. Artinya, apapun yang telah diproduksi untuk melampaui elektabilitas maya
atau media sosial, sejauh ini tidak mengubah temuan survei secara signifikan. Aih – alih
menciptakan kondisi “darurat hoax”, sebagian besar orang yang sibuk memerangi satu sama
lain adalah pasukan siber dari kedua kubu. Sementara itu, anak muda Indonesia semakin
menghindari diskursus politik yang semakin meruncing, terutama di Twitter dan Facebook,
sehingga beralih ke platform apolitis.

19
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam era globalisasi ini, media sosial sangat diperlukan disetiap aktivitas manusia,
tidak terkecuali dalam lingkup dunia politik untuk kepentingan demokrasi. Karena media
sosial dapat dijadikan ruang publik untuk menyampaikan aspirasi masyarakat terkait
pendapat, saran maupun kritik terhadap jalannya sistem demokrasi. Sebagian masyarakat
mengakui ikut berpartisipasi dalam sosial media terkait demokrasi, seperti berkomentar pada
kolom komentar media sosial. Namun, mereka berpendapat bahwa lebih suka berpartisipasi
secara langsung atau spontan tanpa terlibat dalam sosial media. Partisipasi masyarakat
merupakan keikutsertaan masyarakat baik dalam proses mengidentifikasi permasalahan
maupun potensi yang ada disekitar masyarakat . meliputi proses memilih dan mengambil
sebuah keputusan, baik alternatif solusi untuk menangani masalah, maupun proses
pelaksanaan mengatasi masalah serta keterlibatan dalam hal mengevaluasi perubahan yang
terjadi. Masyarakat dalam berpartisipasi merupakan suatu perwujudan dari demokrasi.
Demokrasi sebagai landasan bagi hadirnya partisipasi masyarakat untuk turut serta dalam
menjalankan pemerintahan yang baik, terutama dalam fungsi pengawasan dan pembahasan
suatu peraturan. Dengan adanya penggunaan media sosial, pertumbuhan partisipasi
masyarakat meningkat walaupun partisipasi secara tidak langsung.

Penggunaan media sosial memberikan kontribusi, baik secara positif maupun negatif
terhadap pelaksanaan demokrasi. Rata – rata masyarakat berpendapat bahwa sesuai dengan
pandangan dan penggunaan dari diri sendiri terhadap informasi yang diberikan. Dalam
kontribusi negatif, yang melekat pada saat ini adalah informasi hoax (berita bohong). Hoax
merupakan informasi yang seolah – olah benar padahal informasi yang sesungguhnya tidak
benar. Oknum yang membuat informasi hoax biasanya dilatar belakangi beberapa motif,
mulai dari ekonomi, politik dan ada juga yang berlandaskan pada eksistensi dunia maya.
Bentuknya yang beragam, mulai dari berita bohong, ujaran kebencian yang berdasarkan
SARA, memutarbalikan fakta, provokasi, terorisme dan konten lainnya. Banyak muncul hoax
di media sosial khususnya tentang politik. Menurut Koordinator Masyarakat Anti Fitnah
Indonesia (Mafindo) Surabaya, Adven Sarbani, hoax menjadi isu yang berbahaya dalam
hidup berbangsa dan bermasyarakat. Isu, suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
hingga ujaran kebencian menjadi materi yang berbahaya dalam penyebaran berita hoax,
terutama pada politik menjelang Pemilu 2019.

20
Kondisi Demokrasi Indonesia pada saat Kampanye Pilpres 2019

Seperti yang kita ketahui bahwa era globalisasi demokrasi ditandai dengan runtuhnya
Uni Soviet (1991). Perubahan tersebut berpengaruh positif pada sistem demokrasi di
Indonesia. Lembaga legislatif yang kurang berdaya di masa orde baru, saat ini menjadi lebih
kuat dan benar – benar menjadi mitra penyeimbang eksekutif. Independensi pers dan media
sebgaai salah satu pilar demokrasi semakin diakui dan dilindungi Undang – Undang fase
demokrasi langsung dimulai pada 1998 dengan munculnya gerakan reformasi. Ini merupakan
fase oenting ketika seluruh lapisan masyarakat terlibat aktif dan memiliki kesempatan yang
sama untuk memilih dan dipilih. Sistem politik dan tata pemerintahan semakin modern dan
terbuka. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam sebuah pesta
demokrasi yang Luber (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia) serta Jurdil (Jujur dan Adil).

Dalam negara yang menganut sistem demokrasi, kampanye politik menjadi sangat
penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Kampanye adalah kegiatan
peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program
peserta pemilu. Kampanye politik adalah proses interaksi yang bersifat intensif dari partai
politik kepada publik dalam kurun waktu tertentu, biasanya terjadi di waktu pemilu.
Kampanye politik memiliki waktu yang diberikan oleh penyelenggara pemilu kepada semua
kandidat untuk memaparkan program – program kerja dan mempengaruhi opini publik agar
memberikan suara kepada mereka. Dapat dipahami bahwa kampanye politik merupakan
upaya terorganisir dari partai politik atau peserta pemilu untuk berusaha mempengaruhi para
pemilih sehingga memberikan dukungan dalam pemilu. Untuk memenangkan pemilu, setiap
calon harus mempertimbangkan strategi dan rencana yang baik. Strategi dan perencanaan
yang baik dapat merubah dan mementukan pilihan. Walaupun sudah membuat strategi dan
perencanaan yang baik tidak dapat dipungkiri bahw kampanye negatif dan penyebaran isu
hoaks masih banyak dijumpai yang menjadi salah satu batu sandungan proses demokrasi di
Indonesia.

Kehidupan demokrasi di Indonesia mengalami peningkatan tipis 0,28 poin dari tahun
2017 menjadi 72,39 yang ditandai dengan kebbebasan hak – hak sipil dan munculnya
kelompok – kelompok masyarakat cerdas yang terhimpun dalam lembaga – lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang digunakan untuk menyampaikan aspirasi, yang biasa disebut
kekuatan masyarakat sipil. Kesadaran dan tuntutan untuk perlindungan hak asasi manusia pun
meningkat, ditambah dengan berkembangnya era digital sehingga peran dan partisipasi

21
masyarakat juga meningkat terutama dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial
sebagai alat komunikasi dan juga informasi yang memiliki jaringan yang mudah , luas dan
cepat.

Selanjutnya, perkembangan dan implementasi demokrasi di Indonesia menjadi sebuah


tantangan baru pada Pilpres 2019, yaitu terlibatnya seluruh lapisan masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan menekan calon untuk berpihak kepada organisasinya. Ini
memunculkan hiruk – pikuk persaingan politik dan kekuasaan dalam kampanye politik.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi sisi lain yang turut
mewarnai kompetisi politik terutama kampanye dalam pesta demokrasi lima tahun ini.
Persaingan politik dan perebutan kekuasaan tidak hanya di dunia nyata tetapi di ranah dunia
maya juga. Media sosial disuguhi dengan postingan berbagai isu politik, hoaks dan fitnah.
Kesiapan dan kedewasaan dalam menggunakan teknologi informasi dan media sosial menjadi
tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Musuh terbesar bangsa bukan lagi penjajahan asing atau orang yang berbeda pilihan,
melainkan masyarakat itu sendiri yang disebabkan oleh egoisme, arogansi, dan gagapnya
dalam menggunakan media sosial. Masalah ini dapat merusak tatanan demokrasi karena
banyaknya permasalahan – permasalahan dalam Pilpres 2019 yang mempengaruhi indeks
demokrasi di Indonesia. Media sosial menjadi tantangan tersendiri karena dengan media
sosial akan memunculkan harapan sekaligus ancaman. Sisi lain, media sosial dapat
mendorong demokrasi melalui partisipasi masyarakat. Dalam bidang politik, media sosial
menjadi tantangan karena adanya usaha tidak sehat yang mewarnai pergulatan politik, seperti
kampanye negatif dan kampanye hitam, seperti hoax dan fitnah. Sebagaimana daam artikel
Christiany Judhita, demokrasi di media sosial merupakan kekuatan opini dan kemampuan
mendobrak yang ada di media sosial yang memungkinkan menjadi kekuatan demokrasi.
Namun harus diakui bahwa perkembangan demokrasi di media sosial akan melahirkan
potensi anti sosial, anti demokrasi, dn anti nilai, serta etika yang terkandung dimaklumi atas
nama kebebasan berpendapat atau berdemokrasi (Judhita,2016)

Berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun


2017, statistik pengguna internet Indonesia tahun 2017 adalah 143,26 juta orang, ini
mengindikasikan kenaikan sekitar 10 juta dibanding 2016 sebesar 132,7 juta pengguna. APJII
menyebutkan bahwa jenis media yang diakses sebanyak 87,13 % adalah media sosial seperti
Facebook, dan Twitter (APJII, 2017). APJII juga melansir bagaimana perilaku pengguna

22
internet yang berhubungan dengan konten kegiatan sosial politik, yakni sebanyak 50,26%
setuju media sosial digunakan untuk aktivitas sosial politik. Berdasarkan data tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa peranan media sosial sangat penting dalam perkembangan
parsipasi demokrasi di Indonesia. Jika dikaitkan dengan Pilpres 2019, telah terjadi
peningkatan partipasi masyarakat yang signifikan selama kegiatan kampanye, terlepas dari
kampanye hitam atau informasi hoax yang ada didalamnya.

Data Badan Pusat Data Statistik 2018, menunjukan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
tahun 2017 meningkat sekitar 2,2 poin menjadi 72,11, dalam skala 0-100. Perubahan angka
IDI dari 2016-2017 dipengaruhi oleh tiga aspek demokrasi, yakni 1). Kebebasan siil yang
naik 2,30 poin, dari 76,45 menjadi 78,75. 2). Hak – hak politik turun 3,48 poin dari 70,11
menjadi 66,63 dan 3). Lembaga Demokrasi naik 10,44 poin dari 62,05 menjadi 72,49 (Badan
Pusat Statistik, 2018). Menurut Dr. Suhariyanto Kepala Badan Pusat Statistik, bahwa dengan
kondisi perubahan aspek demokrasi menunjukan tingkat demokrasi Indonesia masuk dalam
kategori “sedang” (Humas Kemenko Polkam, 2018). Sebagaimana diketahui bahwa
klasifikasi tingkat demokrasi terbagi tiga kategori, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang”
(indeks 60-80), dan “buruk” (indeks < 60). Sementara itu Fajar Nursahid Direktur LP3ES
memprediksi bahwa IDI akan anjlok pasca Pilpres 2019 karena berbagai ekspresi kebebasan
yang kebablasan (Poskota News, 2019).

Peningkatan indeks demokrasi terutama pada aspek kebebasan sipil dalam


menyampaikan pendapat dan berekspresi, yang dipengaruhi oleh peranan media, khususnya
media sosial. Kampanye Pilpres 2019 bertepatan dengan era media sosial yang banyak
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam berdemokrasi, khususnya dalam menyampaikan
pendapat, kritik, dan tanggapan atas isu – isu pemilu dan kampanye politik. Bagi yang melek
informasi akan selektif menerima informasi dan tidak mudah dibohongi. Pencitraan yang
dibangun oleh kubu Jokowi maupun Prabowo, khususnya di media sosial akan menjadi pro-
kontra bagi para pendukung, sekaligus dapat meningkatkan dan menurunkan elektabilitas,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemungutan suara
Pilpres 2019.

Apa artinya berita palsu jika tidak ada yang memperhatikan. Seburuk apapun berita hoax, jika
tidak ada peminatnya, akan mati dengan sendirinya. Sebaliknya, seremeh apapun berita
bohong, apabila terus dibagikan, dipublikasikan dan diulang terus – menerus, akan tampak
seperti kebenaran. Sebagai warga negara yang baik, harus bijak dalam membedakan

23
informasi yang ada di media sosial agar tidakk berujung berita bohong. Agar dapat memberi
kontribusi yang positif maka setiap masyarakat harus menyaring informasi yang didapat atau
tidak gampang terbujuk kamuflase berita – berita palsu yang menyesatkan.

Terkait penyalahgunaan media sosial, masyarakat mengatakan bahwa penyalahgunaan


media dapat merubah prinsip – prinsip demokrasi di Indonesia. Karena informasi yang tidak
benar dan mudahnya kepercayaan masyarakat dapat mengubah kepribadian dari masyarakat
itu sendiri secara perlahan. Maraknya penyebaran berita bohong di tengah masyarakat telah
mengancam jalinan persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di ruang – ruang
sosial. Dapat dilihat secara nyata, bahwa berita bohong bisa memunculkan adanya
permusuhan dan perpecahan pada sekelompok masyarakat. Itu artinya bahwa berita bohong
akan berpengaruh pada runtuhnya persatuan dan keutuhan suatu bangsa. Dan ini juga telah
menyimpang pada nilai – nilai Pancasila sebagai landasan demokrasi bangsa Indonesia.
Untuk itu perlu adanya kebijakan atau aturan yang berkaitan dengan penggunaan media sosial
seperti UU ITE. Agar penggunaan media sosial dalam pelaksanaan demokrasi khususnya
dapat diarahkan dan dibatasi sesuai nilai kemanusiaan, persatuan, kedilan, dan kepentingan
bersama.

24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Media sosial memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Media sosial dapat membuat masyarakat semakin terbuka akan kinerja pemerintah dan
mampu menyampaikan pendapatnya melalui media sosial yang semakin mudah diakses oleh
seluruh kalangan masyarakat.

Media sosial mempunyai kontribusi yang positif dan negatif. Dalam kontribusi negatif
yaitu berkaitan dengan informasi hoax (berita palsu). Agar dapat memberikan kontribusi yang
positif maka setiap masyarakat harus menyaring informasi yang didapat atau tidak gampang
terbujuk kamuflase berita – berita palsu yang menyesatkan.

Penyalahgunaan media sosial dapat mengubah prinsip – prinsip demokrasi Indonesia.


Karena informasi yang tidak benar dan mudahnya kepercayaan masyarakat dapat mengubah
kepribadian dari masyarakat itu sendiri secara perlahan.

Era globalisasi ini, peran media sosial dalam masyarakat diharapkan dapat
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Juga dengan media sosial masyarakat
mampu melaksanakan demokrasi yang baik sesuai dengan UUD 1945. Penyimpangan di
media sosial pada zaman ini tentu dapat mempengaruhi jalannya demokrasi Indonesia.

Saran

Sebagai pengguna media sosial kita harus kritis dalam mencari informasi, tidak
mudah percaya, mencari faktanya serta memberi teguran kepada orang yang menyebarkan
berita bohong. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut yaitu
membuat kebijakan atau aturan tentang penyalahgunaan media sosial seperti UU ITE.
Memerangi hoax menuntut keterlibatan semua masyarakat untuk bahu – membahu bersama
pemerintah membangun kesadaran bersama sehingga dapat memanfaatkan media sosial
secara bertanggungjawab dengan konten – konten positif.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ameidyo Daud. (2019). Hasil Survei: Media Sosial Mempengaruhi Pilihan saat Pemilu.
[Online]. Tersedia : https://katadata.co.id/berita/2019/04/05/hasil-survei-media-sosial-
mempengaruhi-pilihan-saat-pemilu

APJII. (2017). Laporan Survey APJII 2017: Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet
Indonesia. Retrieved from https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Laporan Survei
APJII_2017_v1.3.pdf

Arfianto Purbolaksono. (2018). Media Sosial, Pilkada Serentak dan Pemilu 2019.[Online].
Tersedia : https://www.theindonesianinstitute.com/media-sosial-pilkada-serentak-dan-
pemilu-2019/

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Demokrasi Indonesia di Tingkat Naional. Retrieved
from https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/08/15/1534/indeks-demokrasi-indonesia--idi--
tingkat-nasional-2017-mengalami-peningkatan-dibandingkan-dengan-idi-nasional-2016.html

Dwi, Erika. (2011). “Komunikasi dan Media Sosial”. Jurnal The Messenger. Vol 3(1) : 69-
75. https://www.theindonesianinstitute.com/media-sosial-pilkada-serentak-dan-pemilu-2019/

Fakhri, Azwanil. 2016. “Merawat Demokrasi Dalam Bingkai Kebebasan Pers”.


https://www.academia.edu/34852963/Demokrasi_dalam_Media_Massa.docx

KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved from KBBI website:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Hoaks

Mutiara Auliya. (2018). Mudahnya Hidup di Era Digital. [Online]. Tersedia :


https://www.domainesia.com/berita/era-digital-adalah

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan


Tinggi. Ed. III. Cet. III. (Jakarta: Bumi Aksara, , Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan. Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara, untuk Perguruan Tinggi)

26

Anda mungkin juga menyukai