Anda di halaman 1dari 4

Nama : Melinda Eksanti

NIM : 206100080
Prodi : Manajemen Reg. Sore
Semester : 5 (Lima)
Mata Kuliah : Perpajakan
Dosen : Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM

Tugas Summary Mengenai Perpindahan Ibu Kota Negara (IKN)


1. Adhi Karya (ADHI) Kembali Embat Proyek IKN Nusantara Rp. 493 Miliar
PT Adhi Karya menggarap proyek konstruksi rumah dinas Ibu Kota Negara
Nusantara setelah kembali ditunjuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Adhi Karya telah memperoleh kontrak pembangunan infrastruktur IKN
Nusantara untuk sejumlah proyek. Antara lain 22 Tower untuk hunian pekerja konstruksi
IKN, pelindung Fender Jembatan Pulau Balang, Jalan Tol Seksi 3A Segmen
Karangjoang-KTT Kariangau, dan terbaru, ialah Rumah Tapak Kedinasan IKN
Nusantara.
2. Wijaya Karya Gedung Percepat Proyek Rusun di IKN Nusantara
Pada proyek ini, perseroan mengerjakan pekerjaan design and
build, landscape, dan hardscape. Dari 22 tower, perseroan mengerjakan 12 tower dengan
menggunakan teknologi modular sebanyak 1.739 unit yang didalamnya sudah termasuk
MEP dan kelengkapan fasilitas ruangan seperti tempat tidur dan lainnnya.
Dengan teknologi Modular WGF dari WEGE teruji khususnya untuk pekerjaan –
pekerjaan yang sangat cepat dan di area – area tertentu. Biasa dipakai untuk site office di
proyek yang ditangani, jadi setelah pekerjaan proyek selesai, site office yang dipakai bisa
dilipat kembali. Artinya, jika nanti proyek IKN Nusantara selesai dibangun, rusun ini
nantinya bisa dialihfungsikan. Komposisi perolehan kontrak baru tersebut terdiri dari
office 22,13%, public facility 67,08%, commercial 0,87%, dan residensial 9,93%.
Adapun, perolehan ini dilihat dari kategori pemilik, yakni pemerintah sebesar
32,86%, BUMN 23,56% dan dari swasta sebesar 43,57%.
3. Ibu Kota Negara: Rencana urun dana masyarakat untuk biayai IKN disebut imbas
“kesalahan kalkulasi ”, megaproyek terancam mangkak.
Sumber pendanaan yang belum sesuai harapan membuat pemerintah mau tidak
mau mencari berbagai sumber lainnya. Presiden Joko Widodo sebelumnya pernah
menyatakan bahwa porsi pembangunan IKN yang menggunakan APBN hanya akan
berkisar 20% dari total kebutuhan anggaran sebesar Rp. 466 triliun. Oleh sebab
itu, Jokowi meminta Otorita Ibu Kota Negara fleksibel dan lincah mendapatkan skema
pendanaan dari berbagai skema yang ada. Tetapi di saat yang sama, belum ada satu pun
kesepakatan atau komitmen dengan investor asing. Bahkan Softbank, sebagai investor
yang diklaim pemerintah menjanjikan investasi Rp1.000 triliun, menyatakan mundur
sebelum ada komitmen di atas kertas.
Bagaimana skema pendanaan IKN? Skema – skema pembiayaan termasuk
rencana urun dana dari masyarakat, masih disusun dalam Rancangan Peraturan
Pemerintah yang rencananya akan diterbitkan paling lambat pertengahan April
2022. RPP itu merupakan aturan turunan dari Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2022
Tentang Ibu Kota Negara yang mengamanatkan bahwa pembiayaannya bisa berasal dari
APBN maupun sumber lain yang sah dan sesuai peraturan perundang –
undangan. Pemerintah masih menjajaki calon investor potensial untuk berkontribusi pada
pembangunan IKN. Sejauh ini, belum ada kesepakatan resmi maupun komitmen investasi
yang terbentuk meski pemerintah mengklaim ada ketertarikan dari sejumlah pihak.
Mungkinkah pembangunan IKN menggunakan skema urun dana?
Crowdfunding atau urun dana merupakan skema pendanaan yang melibatkan masyarakat
secara luas. Para investornya akan mendapatkan keuntungan dari dana yang mereka
investasikan melalui sistem crowdfunding kepada UMKM. Gagasan pemerintah
mengusulkan skema urun dana ini, disebut sebagai bukti nyata bahwa terdapat
problematika atau kesalahan kalkulasi dalam skema pendanaan yang sudah ditetapkan
dalam rencana program dan anggaran IKN. Perlu dikaji kembali kelayakannya, dilihat
mana yang tidak perlu dalam pembangunan IKN, sehingga tidak perlu ada berbagai
upaya di luar proses bisnis dan keuangan yang lumrah terjadi di masyarakat. Skema urun
dana hanya lah satu dari banyak skema lainnya yang dibidik pemerintah, sebab
pemerintah telah berkomitmen agar pembangunan IKN tidak membebani APBN. 
Pemerintah mengeksplorasi skema – skema yang sah dan dimungkinkan
berdasarkan peraturan perundang – undangan. Apabila skema pendanaan IKN tidak
berjalan sesuai yang diharapkan pemerintah, maka risikonya akan membebani
APBN. Persoalannya, mengalokasikan APBN untuk fokus pada megaproyek IKN bukan
hal yang mudah di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi. Opsi yang paling
memungkinkan untuk mendanai proyek IKN dari APBN adalah dengan menjual Surat
Berharga Negara. Mau tidak mau dikembalikan pada pembelian SBN dan negara yang
mengaturnya, tentu butuh waktu, komitmen dari pemerintahan baru dan waktu yang jauh
lebih lama. Jika pemerintah tidak bisa dapat investor untuk menggantikan posisi
Softbank, belum ada investor yang berkomitmen, maka sebaiknya ditunda dulu
proyeknya.
Pendapat :
Dari sisi APBN
Pemindahan Ibu Kota diharapkan menjadi intervensi kebijakan yang akan
memberikan dampak positif terhadap perekonomian negara dalam Jangka Pendek,
Menengah, dan jangka Panjang. Kondisi keuangan negara tercatat defisit hingga Rp500
triliun. Pemerintah bahkan menambah utang hingga tembus Rp600 triliun. Ada beberapa
faktor yang memengaruhinya, seperti besarnya akumulasi defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), rapuhnya ketahanan fiskal, hingga daya beli masyarakat
yang rendah. Pendapatan negara terus menurun dan rasio beban bunga juga naik. Defisit
meningkat tajam sehingga akhirnya rasio utang juga meningkat tajam. Permasalahan
ekonomi bisa menjadi sangat serius lantaran keuangan Indonesia masih terjebak di suku
bunga acuan dan kredit yang tinggi. Hal ini tentu membawa akibat kepada semakin
buruknya tata kelola keuangan negara dan BUMN terlebih jika memaksakan untuk
menjalankan mega proyek infrastruktur yang itu akan turut membebani keuangan Negara,
dibutuhkan skema pembiayaan dan alternatif pembiayaan yang tepat sehingga tidak
menambah hutang dan membebani APBN negara.
Dari sisi perpajakan :
Hutang pemerintah yang terus meningkat yang sekarang diperkirakan berjumlah
Rp 6,300 triliun dan diperkirakan akan semakin meningkat dan berjumlah Rp 10.000
triliun pada 2024 sudah cukup membebani perekonomian. Apalagi penerimaan negara
dari sektor pajak justru semakin menurun diukur dari tax rationya. Tax ratio terus
mengalami penurunan dari 10,2% pada tahun 2018 menjadi 7,9% pada tahun 2020.
Dikala sumberdaya semakin terbatas dan negara sedang diperhadapkan pada upaya
penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi membangun ibu kota baru sungguh bukan
merupakan prioritas yang tepat dan langkah yang benar. Ini hanya akan menambah beban
perekonomian dan persoalan yang lebih rumit bagi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai