Anda di halaman 1dari 17

1.

PENDAHULUAN
Subsidi merupakan bentuk bantuan keuangan/barang yang diberikan/dibayarkan
pemerintah kepada perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah. Pemberian Subsidi
biasanya betujuan untuk menjaga kestabilan harga, menutupi kerugian yang diderita
perusahaan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021 Pasal 1 ayat (12) Program Pengelolaan Subsidi adalah
pemberian dukungan dalam bentuk pengalokasian anggaran kepada perusahaan negara,
lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat
hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.
Dalam ekonomi, subsidi adalah tindakan yang bertujuan untuk mengurangi harga atau
meningkatkan pengeluaran. Subsidi adalah tindakan yang dilakukan pemerintah untuk
mendukung sektor-sektor tertentu agar berkembang atau bisa bertahan.
Dengan demikian, subsidi merupakan upaya pemerintah melalui penyaluran anggaran
kepada produsen barang dan jasa dalam rangka pelayanan publik sehingga masyarakat dapat
memenuhi hajat hidupnya dengan harga beli yang lebih terjangkau atas barang dan jasa publik
yang disubsidi tersebut. Jadi bisa disimpulkan bahwa subsidi adalah bantuan pemerintah
dalam bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada produsen dan konsumen suatu bisnis
atau sektor ekonomi atas barang/jasa tertentu.
Penerimaan pajak tahun 2016 sampai 2019 meningkat rata-rata 6,47% per tahun. Akan
tetapi mengalami penurunan sebesar 9,16% pada 2020 karena terdampak adanya pandemi
yang menyebar keseluruh negara termasuk Indonesia (bps.go.id, 2021). Virus Covid-19 yang
menyebar ke seluruh belahan negara tidak hanya membawa ancaman kesehatan tetapi juga
tantangan global yang tidak terbayang sebelumnya. Penyebaran virus yang sangat cepat
memberikan dampak signifikan pada aspek kehidupan, melumpuhkan seluruh aktivitas yang ada
dan mengakibatkan pelemahan diberbagai sektor khususnya perekonomian. Maret 2020
menjadi titik balik perekonomian Indonesia dimana kasus Covid-19 pertama terkonfirmasi.
Berbagai upaya penanggulangan diterapkan pemerintah untuk meredam penyebaran wabah Covid-
19, namun upaya tersebut justru memperlambat perekonomian dan membawa dampak pada
kesejahteraan sosial yang semakin dirasakan masyarakat (smeru.or.id, 2021). Kehidupan sosial
ekonomi berubah begitu drastis, masyarakat telah merubah interaksi jual beli, berbagai industri
mengalami kelesuan dan secara keseluruhan perekonomian Indonesia mengalami kontraksi cukup
hebat.
Melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah meluncurkan beberapa
paket stimulus skala besar dengan mengalokasikan dana mencapai 699,4 trilliun. Dana tersebut
dialokasikan sebagai insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan pelayanan kesehatan
akibat Covid-19 yang disalurkan melalui kebijakan kesehatan, jaring pengaman sosial dan
dukungan industri. Pemberian insentif pajak dilakukan pemerintah kepada pegawai sektor yang
terdampak langsung melalui fasilitas pajak ditanggung pemerintah (DTP PPh pasal 21), seperti
yang diatur dalam PMK Nomor 23/PMK.03/2020. Insentif pajak merupakan fasilitas
pemerintah yang diberikan kepada pribadi atau perusahaan untuk memberikan kemudahan
dibidang pajak (Dewi, 2019). Kemudian melalui Permenaker Nomor 14 Tahun 2020, pemerintah
memberikan subsidi upah kepada pekerja yang terdampak pandemi dengan total anggaran mencapai
37,87 trilliun (kemenkeu.go.id, 2020). Bantuan subsidi upah merupakan dukungan pemerintah
dalam bentuk subsidi gaji untuk meningkatkan kemampuan buruh atau pekerja dalam menghadapi
dampak pandemi Covid-19. Bantuan diberikan dengan harapan mampu mendorong konsumsi
atau daya beli masyarakat sehingga perekonomian nasional dapat segera pulih.
Kebijakan lain yang dilakukan pemerintah dalam usahanya mensejahterakan rakyat yaitu
dengan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur merupakan aspek penting bagi
perekonomian suatu negara atau daerah. Menurut Todaro & Smith (2012), Infrastruktur
berperan sebagai penggerak aktifitas ekonomi. Buruknya infrastruktur seperti jalan, rel,
saluran air, serta pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan menjadi salah satu
penyebab tertinggalnya suatu daerah. Sementera itu, schwab (2015) dalam laporan the global
competitiveness report menyatakan bahwa infrastruktur dapat mengurangi kesenjangan antar
wilayah, menurunkan biaya transaksi , serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
mengentaskan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia sudah memperlihatkan keseriusannya dalam mengejar
ketertinggalan infrastruktur. Hal ini terlihat dalam 4 tahun pertama periode jabatan Presiden
Jokowi di masa RPJMN 2015 – 2019, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menitik beratkan
pada percepatan pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Pada Tahun 2016, pemerintah
memperkirakan kebutuhan investasi sebesar Rp 4.411 - 4.431 Trilliun dan mengandalkan
APBN/D sebagai sumber utama dalam bentuk pengeluaran modal pemerintah (14.7%) dan
didukung dengan pembiayaan investasi masyarakat, antara lain berasal dari perbankan
(23,8%), obligasi pemerintah (16 %), dan aliran modal asing (19,7). Di tahun 2018 pemerintah
memastikan kebutuhan pembangunan infrastruktur untuk tahun 2015-2019 menjadi sekitar
Rp 4.796 Trilliun dengan taksiran pemenuhan sumber pendanaan yang berasal dari
APBN/APBD sebesar Rp 1.978,6 Triliun. Paradigma baru pun muncul di tahun 2018 dimana
dalam pendanaan infrastruktur APBN/APBD dijadikan suber daya terakhir (last resource).
Pendanaan infrastruktur diutamakan melalui skema Pembiayaan Investasi Non-Anggaran
Pemerintah (PINA) serta Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pada
perkembangannya, sasaran pembangunan infrastruktur tahun 2020 – 2024, Indonesia
membutuhkan total kebutuhan investasi infrastruktur sebesar Rp 6.445 Triliun dengan dana
yang dimiliki Pemerintah hanya sebesar Rp 2.385 Triliun yang terdiri dari APBN dan APBD.
Untuk mengatasi adanya gap pendanaan sebesar Rp 4.059 Triliun, Pemerintah Indonesia
memerlukan sumber dana alternatif seperti dari BUMN dan Swasta (Bappenas, 2019). Salah
satu upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan peran swasta dengan
pemberian insentif dan perizinan dalam penyediaan infrastruktur serta melalui KPBU.
Penyediaan infrastruktur yang efektif, efisien serta berkelanjutan merupakan faktor
pendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Sejak pemberlakukan otonomi daerah d
Indonesia, pemerintah daerah berhak mengatur dan mengembangkan wilayah otonominya
sesuai dengan potensi serta sumber daya yang dimiliki. Untuk memenuhi kebutuhan
infrastruktur saat ini dan masa yang akan datang dibutuhkan anggara yang tidak sedikit. Hal
ini menyebabkan sebagian besar pemerintah daerah mengalami kendala keuangan dimana
pemerintah daerah masih mengandalkan APBD khususnya dari transfer APBN. (Nanda
Cahyani Putri : 2020)
Permasalahan utama yang sedang gencar diselesaikan pemerintah adalah masalah
ketimpangan, baik ketimpangan dengan negara lain, maupun ketimpangan yang terjadi antar
wilayah di dalam negeri. Pembangunan infrastruktur melalui alokasi anggaran pembiayaan
belum dilakukan secara optimal. Disisi lain, potensi sumber pendanaan infrastruktur melalui
pembiayaan masih terbuka. Sukuk dapat menjadi sumber pendanaan yang memiliki prospek
baik dalam membiayai pembangunan infrastruktur. (Yanuar Pribadi :2020).
Pada gambar berikut, disajikan data dari
kementerian keuangan Republik Indonesia, dimana
terdapat peningkatan utang Indonesia yang
dialokasikan pada beberapa sektor. Dimana belanja
pemerintah lebih agresif untuk pembangunan
infrastruktur, perlindungan sosial, dan DAK Fisik dan
Dana Desa. Peningkatan berbagai anggaran produktif
tersebut selain dari hasil pendapatan Negara merupakan
kontribusi dari utang negara.
Pada gambar disamping terlihat beberapa proyek
yang dibiayai melalui utang negara, diantaranya yaitu
Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Waduk Jatigede,
Jalur kereta api (Double Track) Cirebon – Kroya, dan
masih banyak lainnya.
Subsidi maupun pembangunan Infrastruktur
merupakan kedua aspek penting dalam upaya pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas
tentang “Pilihan Subsidi dan Pembangunan
Infrastruktur”.
2. Contoh Kasus
1. Evaluasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Bidang Infrastruktur

Pedesaan (Artikel: Aida Fitriani)

Teori :

Alat Analisis : Pertanyaan Wawancara

Pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk dialokasikan yang sangat

dibutuhkan masyarakat miskin pada Kawasan kumuh, daerah terpencil dan

pedesaan. Pelayanan infrastruktur dipedesaan sangat dibutuhkan agar mampu

mewujudkan pertumbuhan ekonomi local. Dimana pengembangan masyarakat

harus dilakukan sesuai dengan pengembangan ekonomi wilayah. Terdapat dua hal

pokok, mengapa pengembang ekonomi wilayah harus sesuai dengan pengembang

masyarakat (Bappenas RI, 2001:57), Setiap kelompok masyarakat harus

dihubungkan dengan aktivitas dalam jaringan wilayah yang lebih luas / regional.

Dengan demikian jika mengetahui aktivitas dalam jaringan wilayah yang lebih luas

maka dapat diterapkan pengembangan masyarakat sesuai dengan isu-isu pada

wilayah tersebut. Untuk dapat meningkatkan matapencaharian dan mudahnya akses

terhadap sumber daya harus diperhatikan pengembangan ekonomi wilayah.

Dari hasil penelitian, diketahui belum semua Kriteria Pemilihan Prasarana

Kegiatan yang akan dibangun pada pelaksanaan PKPS–BBM bidang infrastruktur

pedesaan di Desa Tertong dapat dilakukan. Kriteria tersebut antara lain belum

langsung memberikan manfaat bagi masyarakat terutama kelompok miskin di

Desa, penyediaan lahan untuk prasarana belum disediakan oleh masyarakat, serta

dapat dilaksanakan dan berfungsi. Pelaksanaan tugas masing-masing jenjang

organisasi belum dapat berjalan secara optimal. Pada tingkat Kecamatan, Desa
maupun OMS beberapa tugas tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya, dari hasil

penelitian diketahui pula pengendalian dan pengawasan program di Desa tertung

belum optimal. Hal ini diindikasikan pengaduan masyarakat yang disampaikan

kepada Unit Pengaduam Masyarakat tidak ditindaklanjuti. Laporan Pelaksanaan

PKPS-BBM IP di Desa Tertung belum dapat dilakukan secara berkala. Pencapaian

Tujuan Pelaksanaan PKPS–BBM Bidang Infrastruktur Pedesaan Di Desa Tertong

Kecamatan Sintang belum optimal.Dari hasil penelitian, dapat diketahui belum

semua sasaran kegiatan dapat tercapai. Prinsip penyelenggaraan kegiatan belum

dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur

masyarakat. Demikian pula pendekatan yang dilakukan belum sepenuhnya

dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan mekanisme Pelaksanaan PKPS–BBM Bidang Infrastruktur Pedesaan

Di Desa Tertung, para pengelola di tingkat Desa diharapkan dapat diberikan

pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu baik yang berkenaan dengan aspek-aspek

administratif maupun aspek-aspek teknis. Masyarakat diharapkan dapat dilibatkan

dalam menentukan Kriteria Pemilihan Prasarana Kegiatan yang akan dibangun.

Dimana Prinsip penyelenggaraan kegiatan diharapkan dilakukan bersama

masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat. Demikian

pula pendekatan yang dilakukan hendaknya dilakukan melalui pendekatan

pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.

Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah terkait pengamatan terhadap

pemberdayaan SDM desa (sosialisasi/penyuluhan) tersebut agar mampu

mengoptimalkan bantuan/dana untuk pembangunan desa.


2. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Publik dan Pariwisata Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado (Artikel: Aurelio, Josep, Irawati)

Teori : Analisis SWOT

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat

kemajuan dan perkembangan dari suatu Negara atau Daerah, dan menurut teori

salah satu indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur. Secara

parsial infrastruktur jalan, infrastruktur listrik dan jumlah wisatawan mancanegara

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Manado.

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah permasalah-

permasalahan transportasi terutama kecamatan khususya dikota-kota besar sebagai

salah satu bentuk menajemen-menajemen kota demi mengwujudkan kota yang

nyaman dan teratur. Kualitas moda transportasi massal di Indonesia saat ini perlu

ditingkatkan. Hal ini mengingat cukup banyak moda transportasi massal yang

kondisinya benar-benar meprihatinkan, baik dari segi kebersihan maupun

kelayakan khususnya moda yang mengakomodasi masyarakat kalangan menengah

kebawah.

3. TEORI
Indonesia merupakan salah satu yang dapat di kategorikan sebagai Negara Sedang
Berkembang (NSB), yang saat ini sedang menghadapi tantangan di era globalisasi dan
dihadapkan pada masalah-masalah dan tantangan dalam ekonomi politik, diantaranya adalah:
a. Globalisasi
b. Kemiskinan, Pengangguran, dan Ketimpangan
c. Industrialisasi, Pertanian, dan Informalisasi Ekonomi
d. Korupsi, Kebocoran dan Inefisiensi
e. Utang Luar Negeri
f. Lingkungan (Ekologi)
g. Birokrasi
Untuk menghadapi setiap permasalahan yang ada, dapat kita gunakan teori-teori yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :

Teori Heterodoks
Sebuah teori bisa berhasil menjawab permasalah ekonomi di suatu negara, namun di
negara lain bisa jadi malah menambahkan masalah karena kondisi diantara kedua negara
tersebut sangat jauh berbeda. Hal ini lah yang menjadi faktor kunci kegagalan pembangunan
ekomomi di negara berkembang. Kebanyaan negara berkembang menduplikat teori dan
strategi pembangunan yang diterapkan di negara maju tanpa ada koreksi atau penyesuaian
dengan kondisi riil yang terjadi di negaranya sendiri yang terkadang jauh berbeda dengan
negara maju yang menjadi modelnya.
Dari sinilah muncul sebuah teori yang disebut teori heterodoks (menyempal). Teori
Heterodoks merupakan teori menyempal dari teori liberal maupun radikal. Teori ini bukan
merupakan grand theoriesi, tepi merupakan teori-teori kecil tapi berhasil menjelaskan dan
memberikan solusi bagi beberapa negara di luar barat.
Para pemikir teori ini berasal dari barat seperti Gunnar Myrdal (Pemenang Hadiah Nobel
tahun 1968 dari swedia), F. Perroux (Prancis), dan A. Hirchman (USA). Dimana pemikiran
mereka adalah negasi bahwa pembangunan lebih luas dari pertumbuhan. Pembangunan
menurut mereka mencakup sejumlah transformasi dalam struktur ekonomi, sosial dan kultural
yang menyertai dan mendasari terjadinya pertumbuhan. Pembangunan harus termasuk
perubahan mental dan sosial suatu penduduk yang membawa kemampuan mereka untuk
tumbuh, yang secara kumulatif dan berkelanjutan membawa pertumbuhan produksi riil global.
Ciri-ciri teori Heterodoks yaitu :
a) Teori ini selalu menyesuaikan dengan realitas yang ada di negara berkembang, sehingga
kondisi negara industri maju (NIM) tidak bisa menjadi referensi dari adanya
pembangunan ekonomi di Negara sedang berkembang (NSB).
b) Adanya pengakuan terhadap kebudayaan, agama dan nilai-nilai lokal. Hal ini berarti, teori
heterodoks tidak mengesampingkan kebudayaan, agama, dan nilai-nilai lokal tersebut.
Melainkan menjadikannya sebagai kekuatan dalam pembangunan ekonomi.
c) Adanya sinkronisasi antara nilai-nilai modern dengan nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai
lokal. Di satu sisi, teori ini berusaha melestarikan nilai-nilai lokal yang sudah ada, namun
di sisi lain tetap mampu menyerap perkembangan modern yang ada.
d) Adanya peran penting dari UKM dan LSM lokal. UKM dan LSM lokal dianggap sebagai
penggerak dalam keberhasilan pembangunan ekonomi.
Menurut Gunnar Myrdal, kemiskinan bukan terletak pada persoalan modal semata tetapi
lebih karena kekurangan gizi, pendidikan, dan basic needs lainnya. Menurut Myrdal,
keadaan miskin bermula dari pendapatan yang rendah sehingga kualitas gizi menjadi
kurang. Rendahnya kualitas gizi tersebut menyebabkan rendahnya kesehatan yang
kemudian menyebabkan rendahnya produktivitas. Produtivitas rendah ini menyebabkan
pendapatan yang rendah, dan pada gilirannya menyebabkan kemiskinan.

Capitalist Development State (Model Jepang)


Jepang merupakan contoh negara paling maju di Asia yang menerapkan Teori Heterodoks.
Jepang bisa dikatakan berhasil hampir dalam setiap aspek ekonomi. Pemerataan pendapatan
di jepang relative merata. Jepang bisa dikatakan negara yang egaliter. Di mana 40% penduduk
miskinnya menerima pendapatan lebih dari 21% pendapatan nasional, sedangkan 20%
penduduk terkaya menerima paling tinggi 40% pendapatan nasional. Dari pendapatan nasional
jepang tersebut, yang berarti menjadi salah satu negara paling merata di dunia bersama dengan
swedia.
Berbeda dengan kemajuan negara barat, moderenisasi jepang tidak menghilangkan budaya
serta nilai-nilai lokal yang ada di dalamnya. Seperti pemerataan misalnya, sebagaimana
analisis Micho Morishima, keberhasilan hal tersebut di jepang tidak terlepas dari adanya nilai
tradisional konfusisme yang mampu mengeliminasi problem kelas sosial.
Ada beberapa ciri dalam model ekonomi di jepang, di antaranya adalah :
a) Negara menjadi sentral dalam penetuan keputusan jangka panjang, pertumbuhan ekonomi,
Konsensus antarlembaga, pengembagan teknologi, dan seterusnya. Namun negara sangat
sedikit sekali campur tangan dalam tangkat pelaksanaannya. Swastalah yang sepenuhnya
menjabarkan dan merealisasikan keputusan-keputusan jangka panjang tersebut.
b) Kemitraan negara atau birokrasi dengan kaum wiraswasta dalam rangka merebut pasar
dunia. Sehingga antara negara dan wiraswasta terjadi Kerjasama yang baik dalam merebut
pasar dunia tersebut dan terhindar dari adanya rivalitas yang tidak perlu. Maka dikenallah
istilah Japan Incorporated sebagai kunci keberhasilan model jepang.
c) Sistem subsidi untuk kebutuhan pokok yang menjamin secara selektif proses redistribusi
kepada para petani serta kelas-kelas sosial yang rendah lainnya dari hasil-hasil
pertumbuhan ekonomi, terutama kinerja dari hasil penguasaan dunia berkat kinerja yang
tidak mengulang model barat dalam proses industrialisasi, praktik manajemen sumber daya
manusia dan pengembangan iptek mereka.
d) Hampir tidak siginifikan peran serikat buruh dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi politik. Akan tetapi, hal tersebut dikompensasi oleh proses mikro perusahaan
dalam bentuk konsultasi regular, mulai dari yang sifatnya harian, mingguan, bulanan dan
seterusnya yang inheren dalam sistem “bekerja seumur hidup” (loyalitas bagi pekerja
perusahaan).
Apa yang dilakukan jepang dapat kita jadikan contoh untuk proses peningkatan kesejahteraan
rakyat. Baik dari segi kebijakan dalam bidang ekonomi, pembangunan dan lainnya.

Kebijakan Fiskal
Menurut UU No. 17 Tahun 2013, Pendapatan Negara adalah uang yang masuk ke kas
negara. Secara garis besar sumber utama pendapatan negara adalah penerimaan pajak,
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta Hibah, dari ketiga sumber ini yang umum
dijadikan sebagai instrument aktif adalah Penerimaan Pajak.
Penerimaan pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Penerimaan pajak sendiri
dapat dikategorikan menjadi dua jenis yakni Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan
Internasional. Lebih lanjut Pajak Dalam Negeri dibagi menjadi beberapa jenis yakni Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn
dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Cukai serta Pajak Lainnya. Adapun Pajak
Perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan Bea Keluar. Pada tahun 2017, Pajak
Dalam Negeri menyumbangkan 78,3 persen dari total penerimaan negara.
Pada dasarnya, dalam sistem pemungutan pajak, Indonesia mengadopsi sistem self-
assesment system. Sistem ini sangat bergantung pada ketaatan Wajib Pajak (compliance)
dalam melaporkan pajaknya. Oleh karenanya penting bagi pemerintah untuk meningkatkan
compliance dari Wajib Pajak. Salah satu metode yang umum dilakukan oleh pemerintah
adalah dengen memberikan insentif perpajakan. Selain itu pada tahun 2016, salah satu bagian
dari reformasi perpajakan pemerintah memberlakukan tax amnesty yang bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara lewat peningkatan compliance serta kualitas pendataan.
Belanja Negara merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Besaran belanja negara terhadap perekonomian merupakan kontribusi
pemerintah terhadap pertumbuhan. Oleh karenanya, belanja negara diharapkan dapat
dijadikan instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan, seperti mengurangi
kemiskinan, mengurangi ketimpangan, meningkatkan pertumbuhan dan lain sebagainya.
Meskipun Belanja Negara dapat dijadikan instrument mencapai tujuan pembangunan, akan
tetapi sustainibilitas belanja harus tetap diperhatikan. Apabila belanja negara menjadi lebih
besar dibandingkan dengan Penerimaan Negara, maka terjadi defisit. Besaran defisit ini harus
dijaga agar tidak menimbulkan instabilitas. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, defisit
anggaran harus dijaga dibawah level 3 persen. Melalui Undang-Undang ini, besaran defisit
dapat terjaga kesinambungannya. Kebijakan ini bukan tanpa kelemahan, karena implikasi
dari kebijakan ini adalah anggaran pemerintah menjadi pro-siklikal, yang berarti mengikuti
siklus perekonomian. Apabila perekonomian sedang dalam resesi, maka pemerintah tidak
mampu mengambil andil besar dalam menyokong perekonomian. Dari segi teoretis, jenis
kebijakan fiskal di Indonesia terbagi 3, yaitu kebijakan fiskal fungsional, terencana, dan
insidental. Kebijakan Fiskal Fungsional.
a. Pengertian kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan yang diambil demi
meningkatkan kualitas ekonomi secara makro, dengan dampak yang baru terlihat
dalam jangka panjang. Contoh kebijakan fiskal fungsional misalnya pemberian
beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.
b. Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan manipulasi anggaran negara. Fungsi
kebijakan fiskal satu ini adalah untuk menghadapi masalah tertentu, misalnya
pandemi dan krisis ekonomi. Contoh kebijakan fiskal disengaja adalah alokasi
APBN bagi sektor kesehatan di masa pandemi dan relaksasi pajak usaha.
c. Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu kebijakan berupa penetapan keputusan/aturan
untuk melindung stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah, contohnya penetapan
harga eceran tertinggi.

Instrumen kebijakan fiskal adalah sektor-sektor yang dimanfaatkan pemerintah guna


menjaga stabilitas ekonomi makro negara. Lebih detail tentang instrumen kebijakan fiskal di
Indonesia di antaranya:

1. Pajak dari seluruh sektor domestik dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan
fiskal, pemerintah dapat memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan,
penundaan, sampai peniadaan.
2. Pengeluaran belanja negara, yang juga bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan.
Apabila neraca pembayaran negara defisit, maka pemerintah bisa mengurangi
pengeluaran belanjanya di sektor tertentu, misalnya penundaan pembayaran THR bagi
PNS.
3. Penerbitan obligasi atau surat utang bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar
negeri, obligasi publik memiliki coupon rate atau bonus komisi saat pemerintah
mengembalikan pinjamannya ke masyarakat.
Pada Teori kebijakan Fiskal di atas, penulis dapat menganalisis kasus tersebut bahwa insentif
pajak dan subsidi upah adalah dengan kebijakan fiskal. ada hal yang dapat dicermarti dalam
kerangka kebijakan fiskal dalam melihat skema kebijakan fiskal di Indonesia pemerintah
sangat hati-hati dilakukan dimana fungsi pemerataan bagi pembangunan tidak tercapai
sedangkan alokasinya semakin membesar maka ini akan menjadi dilema bagi kebijakan fiskal.
Ketika APBN tidak mampu menyediakan akses pembiayaan maka sulit bagi pemerintah
merancang program lain yang lebih efektif karena anggaran sudah di serap subsidi sebagai
contohnya bantuan subsidi upah. Ada beberapa permasalahan yang dapat dilihat dari kasus
tersebut adalah:
1. Ketidaksesuaian antara target anggaran dengan alokasi anggaran dalam
penanggulangan kasus pemberian bantuan subsidi upah ini untuk mencapai sasaran
yang diharapkan.
2. Persoalan efisiensi anggaran, buruknya perencanaan, tata kelola dan pengawasan dalam
birokrasi menyebabkan belanja negara tidak efisiensi.

4. ALAT ANALISIS
Analisis yang dilakukan merupakan analisis deskriptif, yang data-datanya di kumpulkan
melalui studi literature yang dikumpulkan dari jurnal-jurnal dan buku yang kemudian di
analisis secara deskriptif.

5. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT


Subsidi dan Pembangunan Infrastruktur saat ini memang sangat penting untuk dijadikan
program utama guna mensejahterakan masyarakat. Muhammad Annas dkk. (2016) dalam
penelitian mengatakan bahwa relokasi subsidi BBM pada November 2014 dan
mengalihkannya untuk pembangunan infrastruktur dapat berpengaruh lebih besar, terutama
pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan. Pembangunan infrastruktur yang
difokuskan pada pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan dan kesehatan
menghasilkan peningkatan output dan pendapatan rumah tangga terbesar. Sehingga dalam
pembangunan infrastruktur, pemerintah harus lebih memfokuskan pada sektor pendidikan dan
kesehatan. Sesuai dengan hasil penelitian dari Rusmusi IMP pada tahun 2018 yang
menyatakan bahwa Infrastruktur yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan
ekonomi yaitu infrastruktur pendidikan. Oleh karena itu peningkatan sarana pendidikan perlu
diperhatikan terutama di wilayah terpencil, agar masyarakat di daerah terpencil dapat dengan
mudah mengakses pendidikan. Selain peningkatan sarana pendidikan, kuantitas dan kualitas
dari tenaga pengajarnya juga perlu ditingkatkan. (Rusmuni : 2018)
Namun kondisi di Indonesia saat ini masih banyak pembangunan Infrastruktur yang tidak
tepat sasaran. Menurut Agus Pambagio (pengamat kebijakan public) yang dikuti dari web
idxchannel.com mengatakan bahwa hambatan yang terjadi pada pembangunan infrastruktur
seperti Bandara Kertajati, Pembangunan LRT Jakarta, Kereta Cepat Jakarta – Bandung, dan
Pembangunan Bandara Jenderal Soedirman di Purbalingga karena minimnya feasibility study.
Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah lebih menyarankan untuk pembangunan
Infrastruktur difokuskan pada sektor pendidikan dan kesehatan serta sektor-sektor yang lebih
produktif, dan fokus menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang sudah berjalan agar
tidak mangkrak dan tidak menambah beban utang negara.
Untuk peningkatan kebijakan subsidi, dapat digunakan cara jepang yaitu dengan sistem
subsidi untuk kebutuhan pokok yang menjamin secara selektif proses redistribusi kepada para
petani serta kelas-kelas sosial yang rendah lainnya dari hasil-hasil pertumbuhan ekonomi.
Serta memberikan subsidi pada sektor-sektor produktif agar tercipta lapangan pekerjaan yang
baru sehingga berdampak mengurangnya kemiskinan di Indonesia.
Pemerintah juga dapat memfokuskan bantuan untuk masyarakat miskin di Indonesia, karena
angka kemiskinan masih cukup tinggi. Bantuan atau subsidi yang dapat diberikan seperti
bantuan beras untuk orang miskin, jaminan kesehatan masyarakat, beasiswa untuk siswa
miskin serta program bantuan dan perlindungan sosial dengan sasaran rumah tangga miskin.
Instrumen kebijakan fiskal adalah sektor-sektor yang dimanfaatkan pemerintah guna menjaga
stabilitas ekonomi makro negara. Lebih detail tentang instrumen kebijakan fiskal di Indonesia
di antaranya:
1. Pajak dari seluruh sektor domestik dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan
fiskal, pemerintah dapat memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan,
penundaan, sampai peniadaan.
2. Pengeluaran belanja negara, yang juga bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan.
Apabila neraca pembayaran negara defisit, maka pemerintah bisa mengurangi
pengeluaran belanjanya di sektor tertentu, misalnya penundaan pembayaran THR bagi
PNS.
3. Penerbitan obligasi atau surat utang bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar
negeri, obligasi publik memiliki coupon rate atau bonus komisi saat pemerintah
mengembalikan pinjamannya ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Muhammad. Wahyu Widodo. FX Sugiyanto. 2016. Dampak Relokasi Anggaran Belanja
Subsidi BBM untuk Pembangunan Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia.
Economics Development Analysis Journal. DOI: https://doi.org/10.15294/edaj.v5i4.22179

Choiriyah. 2018. Implementasi Kebijakan Publik Dalam Penanganan Kemiskinan; Studi


Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan
Ilir Timur II. Islamci Banking : Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah.
DOI: https://doi.org/10.36908/isbank.v3i2.42

Damanhuri, Didin, S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan, Teori, Kritik, dan Solusi bagi
Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. IPB Press. Bogor.

Fitriani, Aida. 2019. Evaluasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
Bidang Inprastruktur Pedesaan. Relawan Jurnal Indonesia.
DOI: https://doi.org/10.51826/fokus.v17i2.349

Hasan. Julian Muhammad. 2018. Dampak Pencabutan Subsidi BBM Bagi Keuangan Negara
Indonesia Dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Renaissance.
DOI: http://dx.doi.org/10.53878/jr.v3i01.69

Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2021.

Kemenkeu.go.id, “Menjawab Utang, FAQ Utang Pemerintah”,


https://www.kemenkeu.go.id/menjawabutang, (Diakses, 09 Maret 2022)

Komuna, Aurelio Adolf. Josep Bintang Kalangi. Irwaty Masloman. 2021. Pengaruh Pembangunan
Infrastruktur Publik dan Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado. Jurnal
Berkah Ilmiah Efisiensi.

Maulana, Mochamad Rofki. 2021. Pemahaman dan Pembelajaran Tahap Perencanaan dan
Penyiapan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Melalui Skema Kerja Sama Pemerintah
dan Badan dalam Penyediaan Infrastruktur (KPBU). Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol.
5, No. 1. DOI: http://dx.doi.org/10.36312/jisip.v5i1.1646
M.rizal taufikurahman. Analisis kebijakan subsidi pupuk terhadap kinerja makroekonomi dan
distribusi pendapatan. Program studi agribisnis. Universitas trilogi jakarta.

Pribadi, Yanuar. 2020. Pemanfaatan Sukuk Untuk Pembiayaan Proyek Infrastruktur pada
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jurnal Ilmu Administrasi Publik.
DOI: https://doi.org/10.31764/jiap.v8i2.2458

Putri, Nanda Cahyani. Loveani Yastika Putri. 2020. Analisis Pembiayaan Non-Anggaran
Pemerintah Dalam Mendukung Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia. Jurnal
Infrastruktur.

Rusmuni, IMP. Dita Resmi Handayani. 2018. Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan, Air dan
Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015. Jurnal
Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi. DOI: https://doi.org/10.32424/jeba.v20i3.1143

Setyo budiantoro, wiko saputra. 2013. Subsidi dalam penguatan kebijakan fiskal. Economic policy
officer. Perkumpulan prakarsa

Sulastri dan nurkholis. 2022. Pengaruh insentif pajak dan subsidi upah pandemi covid-19 terhadap
daya beli masyarakat. Sekolah tinggi ilmu ekonomi surakarta .Jember.

Anda mungkin juga menyukai