Anda di halaman 1dari 10

Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia Untuk Menjadi Negara Maju

Disusun oleh:

Andi Alifiah Jauza Syatifa

E071191077

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITASHASANUDDIN

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada


pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan
ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau
mendorong perubahanperubahan dan pembaharuan pada bidang kehidupan lainnya,
sehinngga pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara terpadu, selaras,
seimbang dan berkelanjutan, kemudian diarahkan agar pembangunan yang
belangsung merupakan kesatuan pembangunan nasional. Sehingga dalam
mewujudkan pembangunan ekonomi nasional tersebut perlu adanya pembangunan
ekonomi daerah yang pada akhirnya mampu mengurangi ketimpangan antar daerah
dan mampu mewujudkan kemakmuran yang adil dan merata antar daerah tersebut.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003). tujuan pokok


pembangunan ekonomi adalah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang
cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan,
perkebunan, jasa-jasa dan industri, dan pada hakekatnya pembangunan ekonomi
adalah penciptaan modal overhead sosial dan ekonomi. Proses pembangunan ekonomi
itu sendiri tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang
konsisten dari berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya
bagi umat manusia.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah


dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru, serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut (Arsyad, 2000).
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menuntut pemerintah daerah untuk
melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat di mana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah
untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Kedua
Undang-Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena
terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan
tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Kegiatan pembangunan daerah dimaksudkan sebagai usaha meratakan dan


menyebarluaskan pembangunan untuk menyerasikan, menyeimbangkan, serta
memadukan
seluruh kegiatan. Pembangunan daerah haruslah dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yag serasi dan terpadu antar
sektor. Salah satu upaya untuk menjabarkan kebijaksanaan pembangunan ekonomi di
tingkat daerah, maka diperlukan suatu kawasan andalan yang berorientasi untuk
mengembangkan potensi daerah. Menurut Royat dalam Mudrajat Kuncoro (2002)
kawasan andalan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak
perekonomian wilayah, yang mana memiliki
kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh dibandingkan lokasi lainnya dalam satu
provinsi
atau kabupaten, memiliki sektor basis dan memiliki keterkaitan ekonomi dengan
daerah sekitar.

Pencapaian keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi


harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan
perencanaan
pembangunan yang terkoordinasi antar sektor, perencaaan pembangunan disini
bertujuan untuk menganialisis secara menyeluruh tentang potensi-potensi yang
dimiliki oleh suatu daerah. Keterbatasan sumber daya di suatu daerah baik dari
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya financial maupun sumber daya
lainnya yang merupakan masalah umum yang dihadapi oleh sebagian besar daerah
untuk dapat menggerakkan seluruh perekonomian yang mampu sebagai penggerak
utama untuk memacu laju pembangunan disuatu daerah. Namun pada prakteknya,
otonomi daerah memunculkan beberapa permasalahan yang disebabkan perencanaan
pembangunan di masing-masing daerah yang berjalan sediri-sendiri tanpa adanya
koordinasi. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pemabangunan dengan
penekanan muatan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar
sektor, antar wilayah, dan antar pelak pembangunan, keterpaduan antara kepentingan
ekonomi dan keberlanjutan , menggunakan prinsip sinergi pembangunan dan
kemamfaatan bersama.

Tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan


publik
dan memajukan perekonomian daerah. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, kedua Undang-undang tersebut
memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan
kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah
Pusat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Strategi apakah yang didapatkan pemerintah pada saat melakukan
peningkatan ekonomi di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

Walaupun belum ada data resmi, Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi


(pertumbuhan ekonomi negatif) sekitar 3%. Hal ini terjadi karena kebijakan social distancing
atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru di mulai pada pertengahan Maret. Social
distancing dan PSBB tersebut sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Keadaan ekonomi
Indonesia tersebut masih lebih bagus di tingkat regional maupun dunia. Beberapa negara
mengalami kontraksi yang sangat dalam misalnya Singapura sebesar 41,2%, Amerika Serikat
diperkirakan sekitar 10%, dan Inggris sekitar 15%. Sementara itu, Bank Dunia memprediksi
ekonomi global pada tahun 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 5,2% dan Indonesia
0,3%, merupakan negara kedua terbaik ekonominya sesudah Vietnam yang diperkirakan
pertumbuhan ekonominya positif.

Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank Dunia, OECD)
memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun 2020. Resesi tersebut akan
dialami lebih dalam oleh negara-negara maju. Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi
namun resesi ringan (mild recession) karena kontraksi ekonomi diperkirakan “hanya” sekitar
-3%-0% dan tidak akan berlangsung lama, sekitar 2 triwulan.
 Sinergi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional
Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan membangun
kerjasama dari seluruh komponen bangsa. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan
pemulihan ekonomi yang holistic. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung
oleh pemerintah daerah. Pemda mempunyai peran strategis dalam mendorong
percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemda memahami struktur
ekonomi daerah, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Di samping
itu, kebijakan APBD dapat disinergikan untuk mendorong percepatan pemulihan
ekonomi di daerah.

Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga


mempunyai peran yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia.
Pemerintah memberikan kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya
disambut dengan positif oleh pelaku usaha dengan menggerakkan usahanya secara
baik.

 Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional


Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan
moneter yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana
APBN untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun. Pemulihan ekonomi
nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III. Meskipun tidak bertumbuh positif,
diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II. Selanjutnya
triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun
2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan
ekonomi nasional akan mengalami recovery secara siginifkan.

Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga
stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara
bersamaan dengan sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan
moneter dan institusi terkait.
Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin
banyak konsumsi maka ekonomi akan bergerak. Konsumsi sangat terkait dengan daya
beli masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar
Rp172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana
tersebut disalurkan melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan
listrik dan lain-lain. Pemerintah juga mendorong konsumsi
kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui percepatan realisasi APBN/APBD.
Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri sehingga memberikan multiplier
effects yang signifikan.

Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian


insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah antara
lain memberikan penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi
bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai
Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21)
Ditanggung Pemerintah. Untuk korporasi, Pemerintah memberikan insentif pajak
antara lain bebas PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan
pengembalian pendahuluan PPN; menempatkan dana Pemerintah di perbankan untuk
restrukturisasi debitur. Pemerintah juga memberikan penjaminan modal kerja untuk
korporasi yang strategis, prioritas atau padat karya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank Dunia, OECD)
memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun 2020, yaitu Sinergi dalam
Pemulihan Ekonomi Nasional, prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan
membangun kerjasama dari seluruh komponen bangsa dan Kebijakan Pemulihan Ekonomi
Nasional, pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan
moneter yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN
untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun.
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Binsar A. Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Evaluasi Terhadap Rumusan

Kebijakan Kurikulum Bidang Pendidikan Tinggi. ISSN 2407 – 0556. (2017). 146

Sasongko, Dedy. (2020). Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Senin,

03 Agustus 2020, https://www.gramedia.com/best-seller/cara-menulis-daftar-pustaka/

Anda mungkin juga menyukai