Dosen :
OLEH :
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
A. Pembangunan Ekonomi Berparadigma Pertumbuhan
Pembangunan di bidang ekonomi adalah suatu proses ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk atau masyarakat di sebuah negara dalam
jangka panjang yang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Economic development tersebut akan
memberikan perubahan pada masyarakat, baik itu dari sisi teknologi, mindset masyarakat,
maupun kelembagaan.
Menurut Meier & Rouch (2000) selama dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an,
kebijakan-kebijakan pembangunan ditujukan terutama sekali pada maksimisasi pertumbuhan
GNP melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Oleh karena adanya pandangan
yang tidak mempercayai mekanisme pasar dan pendapat tentang terjadinya kegagalan pasar
(market failure), maka pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan antara lain menerapkan
sistem perencanaan terpusat untuk meningkatkan investasi modal fiskal, pemanfaatan surplus
tenaga kerja, pengembangan industri substitusi impor (ISI), dan mencari bantuan luar negeri.
Strategi pembangunan saat itu ditekankan pada pembangunan ekonomi, khususnya
pertumbuhan ekonomi, sementara pembangunan di bidang lainnya diarahkan untuk
menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi dan mengikuti irama pembangunan di
bidang ini.
Kenyataannya, strategi ini mengarahkan kita pada pilihan antara pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua
kutub strategi pembangunan yang sering kali saling mengabaikan (trade off). Artinya,
pembangunan yang menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi cenderung akan
“mengorbankan” aspek pemerataan, begitu juga sebaliknya. Dan sayangnya, pada umumnya
pilihan kebijakan jatuh pada kebijakan pemacuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
harapan pemerataan hasil pembangunan pada akhirnya akan diraih melalui mekanisme
tetesan ke bawah (trickle down effect). Artinya, proses pemerataan pendapatan akan terjadi
secara otomatis setelah pertumbuhan ekonomi yang tinggi terjadi. Namun, keberhasilan
pembangunan yang ditinjau dari tolok ukur ekonomi klasik tersebut tampaknya tidak
sepenuhnya mampu mencerminkan kenyataan hidup yang sebenarnya di dalam masyarakat.
Pada dekade 1970-an dan 1980-an, fokus kajian ekonomi pembangunan sudah lebih
ditekankan pada analisis tentang keberagaman NSB dan pengidentifikasian faktor penyebab
mengapa terjadi perbedaan tingkat kinerja ekonomi dari setiap negara. Analisis berubah dari
model pertumbuhan yang sangat makro agregatif menuju ke model mikro yang disagregatif.
Studi mulai diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan kondisi
empirisnya dan penggunaan asumsi yang berbeda-beda ketika menganalisis masalah di setiap
NSB. Oleh karena itu, perlu kehatian-hatian di dalam proses pengidentifikasian hubungan-
hubungan kelembagaan. Unsur-unsur – misalnya penduduk, institusi, dan ketersediaan
semangat kewirausahaan (entrepreneurship) - yang selama ini dianggap sebagai hal given
menjadi variabel endogen yang penting di dalam analisis pembangunan. Dengan kata lain,
pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang multidimensional yang juga mencakup
perubahan-perubahan yang mendasar di dalam struktur sosial, perilaku masyarakat, perbaikan
sistem kelembagaan (institutional development), selain aspek-aspek ekonomi seperti
kenaikan pendapatan per kapita, kemerataan distribusi pendapatan, dan pengentasan
kemiskinan.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai
unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut:
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi
dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang
terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan
masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya
Komponen Dalam Pembangunan Ekonomi
Ketiga, kini skala preferensi individu menjadi indikator yang menentukan barang apa
yang akan diproduksi dan lewat metode alokasi sumber daya seefisien mungkin. Permintaan
barang oleh sebagian individu didukung oleh pendapatan yang tinggi dan daya beli.
Kepentingan ini seringkali jauh lebih berkuasa dibandingkan kepentingan publik. Sebagai
contoh, transportasi publik kalah bersaing dengan transportasi pribadi. Ruang publik bagi
masyarakat harus tersisih oleh bangunan komersial untuk bisnis.
Keempat, pasar telah gagal menangkap sinyal sosial dan lingkungan melalui mekanisme
harga. Biaya sosial tidak diperhitungkan dalam harga pasar. Biaya konflik sosial berupa
korban, penderitaan manusia dan kematian tidak ditangkap oleh pasar. Hal yang sama berlaku
untuk lingkungan. Deplesi sumber daya tambang dan bahan bakar fosil yang tak terbarukan
tidak tercermin dalam biaya depresiasi. Polusi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
penyakit dan bahkan kematian adalah eksternalitas negatif yang tidak diinternalisasi dalam
struktur biaya.
Kelima, pemerintah bisa dan harus mengoreksi kegagalan pasar lewat kebijakan yang
tepat. Hal ini membutuhkan komitmen pemerintah secara penuh untuk melayani kepentingan
masyarakat dan lingkungan. Namun, para pejabat dalam pemerintahan dipilih melalui proses
demokratis yang sarat pengaruh kekuatan politik. Di negara-negara berkembang yang
pendapat masyarakatnya rendah namun kegiatan kampanye politiknya mahal, kolusi antara
pejabat pemerintah, partai politik dan konglomerat bisnis menjadi realitas yang banyak
ditemui. Itu membuat pemerintah agak lemah dan enggan untuk menghadapi kekuatan
perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang yang memiliki uang, senjata, dan kekuatan
fisik.
Dari ciri-ciri tersebut mencerminkan beberapa tindakan atau upaya yang menjadi
karakter dalam pembangunan berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
pembangunan berkelanjutan antara lain :
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
ekonomi merupakan proses pembangunan yang dimana mengalami perubahan tingkat
perekonomian pada suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi yang bersifat sementara dapat
menentukan naik turunnya ekonomi suatu Negara, melalui pertumbuhan ekonomi kita dapat
mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan ekonomi suatu Negara. Maka dari itu
melalui kedua paradigma diatas kita dapat mengembangkan kelebihannya dengan
mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan
pengembangan lingkungan dan sumber daya alam, serta meminimalisir kelemahannya
dengan memperbaiki sistem pembangunan ekonomi suatu Negara. Melalui pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan yang bersifat jangka panjang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan bangsa serta dengan adanya kedua paradigma di atas kita dapat
mengetahui secara langsung apa yang menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi
suatu Negara dan apa yang menjadi pendorong dalam pembangunan ekonomi tersebut. Selain
itu juga, melalui kedua paradigma di atas juga membantu kita dalam menentukan cara-cara
yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, Yogyakarta: STIM YKPN.
https://jembatantiga.com/2015/06/paradigma-pembangunan-berkelanjutan-membangun-
perspektif/ (hari senin tanggal 30 September 2019 jam 10.45)