Anda di halaman 1dari 11

PEREKONOMIAN INDONESIA

Karakteristik Pembangunan Ekonomi Berparadigma Pertumbuhan Dan Berkelanjutan

Dosen :

Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE, M.Si

OLEH :

DIAN SAVITRI UDAYANA (1707532036)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
A. Pembangunan Ekonomi Berparadigma Pertumbuhan

Pembangunan di bidang ekonomi adalah suatu proses ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk atau masyarakat di sebuah negara dalam
jangka panjang yang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Economic development tersebut akan
memberikan perubahan pada masyarakat, baik itu dari sisi teknologi, mindset masyarakat,
maupun kelembagaan.

Menurut Sadono Sukirno, pengertian pembangunan ekonomi adalah upaya


meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial
menjadi ekonomi real dengan melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi,
dan manajemen.

Menurut Meier & Rouch (2000) selama dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an,
kebijakan-kebijakan pembangunan ditujukan terutama sekali pada maksimisasi pertumbuhan
GNP melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Oleh karena adanya pandangan
yang tidak mempercayai mekanisme pasar dan pendapat tentang terjadinya kegagalan pasar
(market failure), maka pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan antara lain menerapkan
sistem perencanaan terpusat untuk meningkatkan investasi modal fiskal, pemanfaatan surplus
tenaga kerja, pengembangan industri substitusi impor (ISI), dan mencari bantuan luar negeri.
Strategi pembangunan saat itu ditekankan pada pembangunan ekonomi, khususnya
pertumbuhan ekonomi, sementara pembangunan di bidang lainnya diarahkan untuk
menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi dan mengikuti irama pembangunan di
bidang ini.

Kenyataannya, strategi ini mengarahkan kita pada pilihan antara pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua
kutub strategi pembangunan yang sering kali saling mengabaikan (trade off). Artinya,
pembangunan yang menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi cenderung akan
“mengorbankan” aspek pemerataan, begitu juga sebaliknya. Dan sayangnya, pada umumnya
pilihan kebijakan jatuh pada kebijakan pemacuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
harapan pemerataan hasil pembangunan pada akhirnya akan diraih melalui mekanisme
tetesan ke bawah (trickle down effect). Artinya, proses pemerataan pendapatan akan terjadi
secara otomatis setelah pertumbuhan ekonomi yang tinggi terjadi. Namun, keberhasilan
pembangunan yang ditinjau dari tolok ukur ekonomi klasik tersebut tampaknya tidak
sepenuhnya mampu mencerminkan kenyataan hidup yang sebenarnya di dalam masyarakat.

Pada dekade 1970-an dan 1980-an, fokus kajian ekonomi pembangunan sudah lebih
ditekankan pada analisis tentang keberagaman NSB dan pengidentifikasian faktor penyebab
mengapa terjadi perbedaan tingkat kinerja ekonomi dari setiap negara. Analisis berubah dari
model pertumbuhan yang sangat makro agregatif menuju ke model mikro yang disagregatif.
Studi mulai diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan kondisi
empirisnya dan penggunaan asumsi yang berbeda-beda ketika menganalisis masalah di setiap
NSB. Oleh karena itu, perlu kehatian-hatian di dalam proses pengidentifikasian hubungan-
hubungan kelembagaan. Unsur-unsur – misalnya penduduk, institusi, dan ketersediaan
semangat kewirausahaan (entrepreneurship) - yang selama ini dianggap sebagai hal given
menjadi variabel endogen yang penting di dalam analisis pembangunan. Dengan kata lain,
pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang multidimensional yang juga mencakup
perubahan-perubahan yang mendasar di dalam struktur sosial, perilaku masyarakat, perbaikan
sistem kelembagaan (institutional development), selain aspek-aspek ekonomi seperti
kenaikan pendapatan per kapita, kemerataan distribusi pendapatan, dan pengentasan
kemiskinan.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai
unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu;


2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita;
3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang;
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum,
sosial, dan budaya). sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu aspek
perbaikan di bidang aturan main (rule of the games), baik aturan formal maupun
informal; dan organisasi (players) yang mengimplementasikan aturan main tersebut.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi
dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang
terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan
masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya
 Komponen Dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan di bidang ekonomi umumnya memiliki tiga komponen yang harus


terpenuhi. Tiga komponen tersebut meliputi:

1. Pembangunan Bagian dari Suatu Proses


Pembangunan adalah bagian dari proses, yang berarti dalam pembangunan ekonomi
memerlukan tahapan-tahapan yang harus dijalani suatu negara. Tahapan yang
dimaksud bisa termasuk keadilan, kemakmuran dan kesejateraan penduduk suatu
bangsa. Bangsa yang membangun ekonominya adalah bangsa yang mau berproses.
2. Pembangunan Berorientasi untuk Meningkatkan Pendapatan
Misi utama dalam economic development adalah untuk meningkatkan pendapatan
perkapita dengan tindakan aktif. Oleh karenya dibutuhkan kerjasama yang baik antara
pemerintah, masyarakat dan elemen-elemen lainnya dalam negara untuk saling
berpartisipasi melakukan perbaikan ekonomi.
Hal ini penting sebagai suatu upaya untuk mencerminkan kesejahteraan
masyarakat melalui kenaikan pendapatan perkapita.
3. Peningkatan Pendapatan Jangka Panjang
Suatu negara dapat dikatakan sudah melalui proses peningkatan ekonomi apabila
dalam kurun waktu tertentu pendapatan perkapitanya cenderung meningkat atau
secara terus menerus mengalami peningkatan.
Pembangunan ekonomi seharusnya dapat menunjukkan perubahan-perubahan
signifikasi setiap tahunnya meskipun disaat tertentu mengalami kekacauan misalnya
saja akibat bencana alam. Yang terpenting adalah dapat menunjukkan bahwa setiap
tahunnya terjadi peningkatan pendapatan perkapita.

Berdasarkan pengertian tentang pembangunan ekonomi tersebut, diperlukan suatu


indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara. Manfaat
utama dari indikator tersebut adalah agar dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat
kemajuan pembangunan atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara dan
mengetahui corak pembangunan setiap negara atau suatu wilayah. Indikatorindikator tersebut
dapat bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik. Berikut ini dibahas beberapa indikator
keberhasilan pembangunan yang dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu: indikator
moneter, indikator nonmoneter, dan indikator campuran.
1. Indikator Moneter
a. Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan indikator yang paling sering digunakan
sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara.
Pendapatan per kapita itu sendiri merupakan indikator atas kinerja perekonomian
secara keseluruhan. Pendapatan per kapita adalah indikator moneter atas setiap
kegiatan ekonomi penduduk suatu negara.
b. Kelemahan Umum Pendekatan Pendapatan per Kapita
Salah satu kelemahan mendasar dari pendapatan per kapita sebagai sebuah
indikator pembangunan terletak pada ketidakmampuannya untuk
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara utuh. Sering kali
adanya kenaikan pendapatan per kapita suatu negara tidak disertai oleh perbaikan
kualitas hidup masyarakatnya
c. Kelemahan Metodologis Pendekatan Pendapatan per Kapita
Secara metodologis, pendapatan per kapita sebagai indeks yang menunjukkan
perbandingan tingkat kesejahteraan antar masyarakat ternyata memiliki
kelemahan. Kelemahan itu timbul karena pendekatan ini mengabaikan adanya
perbedaan karakteristik antar negara, misalnya struktur umur penduduk, distribusi
pendapatan masyarakat, kondisi sosial-budaya, dan perbedaan nilai tukar (kurs)
satu mata uang terhadap mata uang yang lain
2. Indikator Non-Moneter
a. Indikator Sosial
Beckerman dalam International Comparisons of Real Incomes (1966)
mengelompokkan berbagai studi mengenai metode untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan suatu negara ke dalam tiga kelompok: (1) kelompok yang
membandingkan tingkat kesejahteraan di beberapa negara dengan memperbaiki
metode yang digunakan dalam perhitungan pendapatan konvensional. Usaha ini
dipelopori oleh Colin Clark dan selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan
Kravis (1956), (2) kelompok yang membuat penyesuaian dalam perhitungan
pendapatan nasional dengan mempertimbangkan adanya perbedaan tingkat harga
di setiap negara, dan (3) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan
setiap negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (nonmonetary
indicators), seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat elektrivikasi, konsumsi
minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan sebagainya. Usaha ini dipelopori
oleh Bennet.
b. Indeks Kualitas Hidup
Pada tahun 1979, Morris D. Morris memperkenalkan satu indikator alternatif
dalam mengukur kinerja pembangunan suatu negara yaitu Indeks Kualitas Hidup
(IKH) atau Physical Quality of Life Index. Ada tiga indikator utama yang
dijadikan acuan pada indeks ini yaitu tingkat harapan hidup pada usia satu tahun,
tingkat kematian bayi, dan tingkat melek huruf.
3. Indikator Campuran
a. Indikator Susenas Inti
Pada tahun 1992, Biro Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu indikator
kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core Susenas).
Indikator Susenas Inti ini merupakan indikator "campuran" karena terdiri
indikator sosial dan ekonomi. Indikator Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek
seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, angkatan kerja, keluarga berencana
dan fertilitas, ekonomi, kriminalitas, perjalanan wisata, dan akses ke media
massa.
b. Indeks Pembangunan Manusia
Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP)
mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal sebagai
Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human Development Index). Nilai IPM
ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan
hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas
daya beli.
B. Pembangunan Ekonomi Berparadigma Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan membutuhkan perubahan fundamental dari paradigma


pembangunan konvensional, yaitu:

Pertama, pembangunan berkelanjutan mengubah perspektif jangka pendek menjadi


jangka panjang. Pembangunan konvensional biasanya mengejar keuntungan jangka pendek
yang dilakukan lewat eksploitasi sumber daya alam secara intensif. Hutan ditebang untuk
diekspor dan menghasilkan pemasukan keuangan dalam waktu singkat. Namun keuntungan
itu akan hanya bertahan sebentar dan tidak berkelanjutan. Padahal hutan memiliki potensi
manfaat yang besar dalam jangka panjang. Kulit pohon, buah-buahan, daun, akar dan
organisme-mikro yang hidup dalam hutan memiliki potensi pendapatan yang tinggi jika
diperkaya oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, pembangunan berkelanjutan memperlemah posisi dominan aspek ekonomi dan


menempatkannya pada tingkat yang sama dengan pembangunan sosial dan lingkungan.
Peningkatan jumlah penduduk telah menimbulkan bebagai isu pembangunan sosial yang
menjadi kendala bagi perolehan manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah
penduduk menyebabkan penambahan kebutuhan lahan untuk memenuhi makanan, pekerjaan,
infrastruktur dan perumahan. Perpindahan penduduk secara horisontal maupun vertikal
meningkatkan potensi konflik sosial yang didorong oleh perbedaan ras, suku, agama, status
sosial, tingkat pendapatan dan ideologi politik.

Ketiga, kini skala preferensi individu menjadi indikator yang menentukan barang apa
yang akan diproduksi dan lewat metode alokasi sumber daya seefisien mungkin. Permintaan
barang oleh sebagian individu didukung oleh pendapatan yang tinggi dan daya beli.
Kepentingan ini seringkali jauh lebih berkuasa dibandingkan kepentingan publik. Sebagai
contoh, transportasi publik kalah bersaing dengan transportasi pribadi. Ruang publik bagi
masyarakat harus tersisih oleh bangunan komersial untuk bisnis.

Keempat, pasar telah gagal menangkap sinyal sosial dan lingkungan melalui mekanisme
harga. Biaya sosial tidak diperhitungkan dalam harga pasar. Biaya konflik sosial berupa
korban, penderitaan manusia dan kematian tidak ditangkap oleh pasar. Hal yang sama berlaku
untuk lingkungan. Deplesi sumber daya tambang dan bahan bakar fosil yang tak terbarukan
tidak tercermin dalam biaya depresiasi. Polusi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
penyakit dan bahkan kematian adalah eksternalitas negatif yang tidak diinternalisasi dalam
struktur biaya.

Kelima, pemerintah bisa dan harus mengoreksi kegagalan pasar lewat kebijakan yang
tepat. Hal ini membutuhkan komitmen pemerintah secara penuh untuk melayani kepentingan
masyarakat dan lingkungan. Namun, para pejabat dalam pemerintahan dipilih melalui proses
demokratis yang sarat pengaruh kekuatan politik. Di negara-negara berkembang yang
pendapat masyarakatnya rendah namun kegiatan kampanye politiknya mahal, kolusi antara
pejabat pemerintah, partai politik dan konglomerat bisnis menjadi realitas yang banyak
ditemui. Itu membuat pemerintah agak lemah dan enggan untuk menghadapi kekuatan
perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang yang memiliki uang, senjata, dan kekuatan
fisik.

 Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mencerminkan suatu upaya memperbaiki kehidupan yang


memperhatikan kelesatarian lingkungan hidup. Dengan pelaksanaan pembangunan
bekelanjutan diharapkan pembangunan tidak semata-mata hanya menggeruk sumber daya
alam tanpa diimbangi pelesatarian lingkungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka
pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa ciri berikut ini.

1. Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi


dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan, sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga.
3. Memberikan kesempatan pada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang
bersama di seluruh daerah dalam kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang
berbeda.
4. Meningkatkan dan melestarikan kemampuan serta fungsi ekosistem untuk memasok
sumber daya alam. Selain itu, ada upaya untuk melindungi dan mendukung
perikehidupan secara terus menerus.
5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan
kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan, baik masa kini maupun
masa datang.

Dari ciri-ciri tersebut mencerminkan beberapa tindakan atau upaya yang menjadi
karakter dalam pembangunan berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
pembangunan berkelanjutan antara lain :

1. Menyatukan persepsi tentang pelestarian


2. Menstabilka populasi bumi, baik di darat maupun di laut.
3. Melanjutkan mengamankan penggunaan sumber daya.
4. Menggunakan sumber daya secara efisien dan tidak membahayakan biosfer.
5. Mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan
pengembangan lingkungan.
6. Mendukung program ekonomi baru yang memiliki strategi yang berkelanjutan dalam
pengelolaan sumber daya dan pengembangan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan tidak hanya berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan, tetapi


lebih luas lagi mencakup tiga lingkup kebijakan, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan
sosial, dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen World
Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut terkait dan menjadi pilar pendorong bagi
pembangunan berkelanjutan terletak pada titik temu tiga pilar tersebut.
C. Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Berparadigma Pertumbuhan dan
Berkelanjutan

Berdasarkan materi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
ekonomi merupakan proses pembangunan yang dimana mengalami perubahan tingkat
perekonomian pada suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi yang bersifat sementara dapat
menentukan naik turunnya ekonomi suatu Negara, melalui pertumbuhan ekonomi kita dapat
mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan ekonomi suatu Negara. Maka dari itu
melalui kedua paradigma diatas kita dapat mengembangkan kelebihannya dengan
mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan
pengembangan lingkungan dan sumber daya alam, serta meminimalisir kelemahannya
dengan memperbaiki sistem pembangunan ekonomi suatu Negara. Melalui pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan yang bersifat jangka panjang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan bangsa serta dengan adanya kedua paradigma di atas kita dapat
mengetahui secara langsung apa yang menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi
suatu Negara dan apa yang menjadi pendorong dalam pembangunan ekonomi tersebut. Selain
itu juga, melalui kedua paradigma di atas juga membantu kita dalam menentukan cara-cara
yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, Yogyakarta: STIM YKPN.

https://www.maxmanroe.com/pengertian-pembangunan-ekonomi.html (hari senin tanggal 30


September 2019 jam 10.31)

http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4324-M1.pdf (hari senin


tanggal 30 September 2019 jam 10.31)

https://jembatantiga.com/2015/06/paradigma-pembangunan-berkelanjutan-membangun-
perspektif/ (hari senin tanggal 30 September 2019 jam 10.45)

https://www.sridianti.com/ciri-ciri-pembangunan-berkelanjutan.html (hari senin tanggal 30


September 2019 jam 11.02)

Anda mungkin juga menyukai