Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Pengeluaran negara adalah elemen kunci dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan
politik suatu negara. Konsep ini melibatkan alokasi sumber daya ke berbagai sektor, termasuk
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan banyak lainnya, dan memiliki peran sentral dalam
membentuk perekonomian, kesejahteraan masyarakat, dan stabilitas politik.

Dalam beberapa dekade terakhir, pengeluaran negara telah menjadi sorotan utama
dalam pembahasan kebijakan publik. Kebijakan pengeluaran yang efektif dapat menghasilkan
manfaat besar, sementara pengeluaran yang tidak tepat dapat memunculkan masalah ekonomi
dan sosial. Pengeluaran negara juga menjadi fokus dalam demokrasi modern, dengan
masyarakat menuntut akuntabilitas dan transparansi dalam penggunaan dana publik.
Keputusan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi pandangan publik dan hasil
pemilihan.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep pengeluaran negara, berbagai jenisnya, dan dampaknya terhadap aspek sosial,
ekonomi, dan politik. Kami juga akan membahas isu-isu terkini terkait dengan pengeluaran
negara, terutama dalam konteks perubahan lingkungan global yang cepat.

Di sisi lain, dalam konteks ekonomi Islam, pengeluaran negara memiliki relevansi
yang signifikan. Ekonomi Islam berlandaskan etika dan prinsipk yang perlu diperhatikan
dalam pengeluaran negara. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk mencapai tujuan ekonomi yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam, seperti keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat, dan
penghindaran dari praktik ekonomi yang bertentangan dengan syariah..

1
2.2 Rumusan Masalah

Makalah ini bertujuan untuk menjelajahi aspek dari pengeluaran negara serta
dampaknya. Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:

1. Apa pengertian dan tujuan utama dari pengeluaran negara dalam konteks
pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara?
2. Bagaimana pengeluaran negara memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara?
3. Bagaimana pengeluaran negara berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat?
4. Bagaimana pengeluaran negara dapat mendukung prinsip keadilan sosial dalam
perspektif syariah?
5. Bagaimana pengeluaran negara dapat digunakan untuk investasi dalam infrastruktur
yang memadai sesuai dengan prinsip syariah, dan apa dampaknya terhadap
pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan?

Dengan merumuskan pertanyaan ini, makalah ini akan menyajikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang pengeluaran negara. Makalah ini juga akan membahas cara
mengatasi tantangan yang mungkin timbul dalam proses tersebut.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengeluaran Negara Secara Umum

2.1.1 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pengeluaran Negara

2.1.1.1 Definisi

Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara (Kemenkeu, 2023)1. Ini
merujuk pada pengeluaran yang dibiayai oleh pemerintah suatu negara untuk berbagai tujuan.
Ini mencakup semua belanja yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan dan
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Pengeluaran tersebut melibatkan beragam
kegiatan, mulai dari pembangunan infrastruktur hingga penyediaan layanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Pengeluaran negara adalah konsep kunci dalam bidang ekonomi makro dan kebijakan
fiskal. Konsep ini mencerminkan peran pemerintah dalam mengelola sumber daya ekonomi
negara dan memastikan pelayanan publik yang diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam banyak situasi, dana untuk pengeluaran negara diperoleh dari berbagai sumber,
termasuk pendapatan pajak, penerimaan dari sumber daya alam, dan peminjaman.

2.1.1.2 Tujuan Pengeluaran Negara

Pengeluaran negara memiliki beberapa tujuan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
politik. Tujuan pengeluaran negara adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan Ekonomi:

Pemerintah mengalokasikan dana untuk investasi dalam infrastruktur, industri,


dan sektor ekonomi lainnya. Ini menciptakan peluang kerja, mendorong produktivitas,

1
DJPB Kemenkeu, (diakses pada 14 November 2023), Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara,
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/biak/id/data-publikasi/artikel/2986-sistem-penerimaan-dan-pengeluaran-
negara.html

3
dan memperluas pasar domestik. Investasi ini dapat membantu negara mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

2. Kesejahteraan Masyarakat:

Pemerintah menyediakan layanan dasar seperti pendidikan, perawatan


kesehatan, perumahan, dan layanan sosial. Sasarannya adalah untuk menyediakan
akses yang lebih merata terhadap layanan tersebut, mengurangi disparitas sosial, dan
meningkatkan mutu kehidupan penduduk.

3. Pemberdayaan Ekonomi:

Pengeluaran negara memiliki potensi untuk mendorong perkembangan sektor-


sektor ekonomi khusus, seperti usaha kecil dan menengah, industri kreatif, serta
sektor inovatif. Hal ini dapat berperan dalam menciptakan lapangan kerja tambahan,
meningkatkan daya saing ekonomi, dan merangsang pertumbuhan sektor-sektor yang
memiliki strategis penting.

2.1.1.3 Fungsi Pengeluaran Negara:


Fungsi pengeluaran negara memegang peran krusial dalam mengatur dan
mengarahkan sumber daya ekonomi suatu negara. Pengeluaran ini tidak sekadar
mencerminkan aspek alokasi dana oleh pemerintah, tetapi juga menggambarkan
bagaimana pemerintah menjalankan fungsi utamanya dalam mengelola perekonomian
dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berikut adalah fungsi
1. Alokasi Sumber Daya:
Pengeluaran negara melibatkan alokasi sumber daya ekonomi, di mana
pemerintah membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya dalam berbagai
sektor seperti infrastruktur, pendidikan, layanan kesehatan, dan sektor lain yang
dianggap penting.
2. Regulasi Ekonomi:
Pengeluaran negara dapat difungsikan sebagai alat untuk mengatur ekonomi.
Pemerintah menggunakan kebijakan pengeluaran untuk mengendalikan inflasi,
merespons resesi, atau merangsang pertumbuhan ekonomi. Dengan mengubah

4
tingkat pengeluaran, pemerintah mengatur permintaan agregat dan mengelola siklus
bisnis.

3. Pemberdayaan Masyarakat:
Melalui pengeluaran di sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial,
pemerintah memberdayakan masyarakat dengan memberikan akses yang lebih
merata terhadap peluang dan sumber daya. Hal ini meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
4. Pengeluaran Darurat:
Pengeluaran negara juga dapat digunakan untuk merespons situasi darurat
seperti bencana alam, pandemi, atau krisis ekonomi. Pemerintah dapat
mengalokasikan tambahan dana untuk membantu masyarakat yang terdampak dan
mendukung proses pemulihan ekonomi.

2.1.2 Jenis Pengeluaran Negara

Jenis pengeluaran negara adalah faktor utama dalam kebijakan fiskal pemerintah yang
mencerminkan prioritas, kebutuhan, dan strategi pembangunan suatu negara.

1. Pengeluaran Publik: Pengeluaran publik merupakan aspek sentral dalam strategi


pengeluaran negara yang membentuk infrastruktur sosial dan ekonomi suatu negara.
Contoh dari pengeluaran public adalah sebagai berikut:
a. Infrastruktur:
Pengeluaran publik melibatkan investasi dalam infrastruktur fisik seperti jalan,
jembatan, pelabuhan, dan bandara. Infrastruktur yang berkualitas tinggi
merupakan aset penting bagi pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat
b. Pendidikan:
Dana pemerintah dialokasikan untuk sistem pendidikan, termasuk sekolah,
perguruan tinggi, dan program-program pendidikan. Pendidikan berkualitas
menjadi kunci dalam pengembangan sumber daya manusia yang produktif.
c. Kesehatan:
Pengeluaran ini mencakup penyediaan layanan kesehatan, termasuk rumah
sakit, puskesmas, dan program-program kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah

5
untuk memastikan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan berkualitas bagi
masyarakat.
2. Pengeluaran Modal: Pengeluaran modal adalah elemen kunci dalam kebijakan fiskal
suatu negara yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi jangka panjang. Pengeluaran
ini mencakup investasi dalam proyek-proyek jangka panjang yang mendukung
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing, dan menciptakan lapangan kerja.

a. Investasi:

Pengeluaran modal mencakup investasi dalam proyek-proyek jangka panjang


yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek tersebut mencakup
pembangunan infrastruktur, proyek energi, serta penelitian dan pengembangan.

b. Pengeluaran untuk Aset Tetap:

Termasuk dalam kategori ini adalah pembelian aset tetap seperti tanah, bangunan,
peralatan, dan kendaraan. Pengeluaran ini adalah investasi jangka panjang yang
diharapkan memberikan manfaat dalam jangka waktu yang panjang.

3. Pengeluaran Rutin: Pengeluaran rutin adalah komponen penting dalam operasional


pemerintahan dan menjalankan fungsi pemerintah yang tidak terputus

a. Gaji dan Tunjangan:

Pengeluaran ini mencakup gaji pegawai negeri, karyawan pemerintah, serta


tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan dan tunjangan pensiun.

b. Biaya Operasional:

Ini termasuk biaya rutin dalam menjalankan pemerintahan, seperti biaya


administrasi, pemeliharaan fasilitas, dan pembelian barang dan jasa.

2.1.3 Proses Penganggaran dan Pengeluaran Negara

Proses penganggaran dan pengeluaran negara merupakan tahapan kritis dalam


manajemen keuangan pemerintah. Proses ini melibatkan serangkaian langkah yang kompleks
dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

1. Tahap Perencanaan Anggaran:

6
Proses dimulai dengan merencanakan anggaran, di mana pemerintah
menentukan prioritas dan kebijakan ekonomi untuk periode tertentu. Dalam fase ini,
tujuan jangka panjang dan pendek diidentifikasi, dan alokasi sumber daya ditentukan
berdasarkan urgensi dan dampaknya terhadap masyarakat.

2. Tahap Persetujuan Anggaran:


Anggaran yang telah disusun kemudian diajukan untuk persetujuan oleh badan
legislatif atau parlemen. Proses persetujuan ini melibatkan diskusi, perubahan, dan
kesepakatan antara pemerintah dan lembaga legislatif untuk memastikan
keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan ketersediaan sumber daya.
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran:
Setelah mendapatkan persetujuan, pemerintah dapat mulai melaksanakan
anggaran. Ini mencakup proses pengeluaran dana sesuai dengan alokasi yang telah
ditentukan. Dalam pelaksanaan anggaran, transparansi dan akuntabilitas menjadi
kunci untuk memastikan penggunaan dana yang efektif dan efisien.
4. Tahap Monitoring:
Proses penganggaran dan pengeluaran negara terus dimonitor dan dievaluasi
selama periode anggaran. Pemerintah dan lembaga pengawas terlibat dalam
pemantauan untuk memastikan bahwa alokasi dana sesuai dengan rencana dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban:
Pada akhir periode anggaran, pemerintah menyusun laporan keuangan dan
hasil evaluasi untuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Transparansi dalam
pelaporan ini penting agar masyarakat dapat menilai kinerja pemerintah dan
memahami bagaimana dana publik telah digunakan.
6. Tahap Perbaikan dan Penyesuaian:
Berdasarkan hasil evaluasi dan umpan balik, pemerintah dapat melakukan
perbaikan dan penyesuaian untuk periode anggaran berikutnya. Proses ini membantu
dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara sesuai dengan
perubahan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Proses penganggaran dan pengeluaran negara adalah siklus yang terus berlanjut,
melibatkan interaksi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat. Keberhasilan proses ini
sangat bergantung pada transparansi, partisipasi masyarakat, serta kemampuan pemerintah

7
untuk mengalokasikan sumber daya dengan cerdas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan.

2.1.4 Dampak Pengeluaran Negara

Pengeluaran negara memberikan pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek ekonomi,
sosial, dan politik suatu negara. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak dari
pengeluaran negara:

1. Dampak Ekonomi:
a. Pertumbuhan Ekonomi:
Investasi pada infrastruktur dan proyek pembangunan mendorong
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
produktivitas. Pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai
pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu (Wahyudi,
2020)2.
b. Regulasi Siklus Ekonomi:
Pengeluaran yang cerdas dapat mengatur siklus ekonomi, memberikan
stimulus selama resesi, dan mencegah overheating saat pertumbuhan cepat.
2. Dampak Sosial:
a. Pengurangan Kemiskinan:
Program sosial dan layanan masyarakat yang didanai oleh pengeluaran negara
membantu mengurangi tingkat kemiskinan.
b. Peningkatan Kualitas Hidup:
Investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur meningkatkan
kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Kualitas hidup merupakan konsep
yang lebih luas daripada ekonomi dan standar hidup. Hal ini mencakup seluruh
faktor yang memengaruhi apa yang kita nilai dalam hidup, melampaui sisi
materialnya. (Stiglitz, Sen, & Fitoussi, 2009)3
2
Wahyudi, Pengeluaran Pemerintah dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, 2020, hlm 105
3
Stiglitz, J. E., Sen, A., & Fitoussi, J. P. (2009). Report by the Commission on the Measurement of
Economic Performance and Social Progress. Diakses dari
https://ec.europa.eu/eurostat/documents/8131721/8131772/Stiglitz-Sen-Fitoussi-Commission-report.pdf.

8
3. Dampak Politik:
a. Stabilitas Politik:
Pengeluaran yang bijak pada pelayanan dasar mendukung stabilitas politik
dengan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

b. Legitimasi Pemerintah:

Ketika masyarakat menyaksikan bahwa pemerintah bertindak sesuai dengan


kepentingan bersama dan berhasil memberikan solusi efektif terhadap masalah,
otoritas dan legitimasi pemerintah dapat diperkuat.

2.1.5 Penyebab Pertumbuhan Pengeluaran Negara

Menurut buku Public Finance in Theory and Practice (Musgrave & Musgrave, 1989)4,
ada beberapa hal yang memengaruhi pertumbuhan pengeluaran. Berikut adalah aspek-
aspeknya:

1. Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita


Pertumbuhan pendapatan per kapita memengaruhi pengeluaran pemerintah.
Dengan pendapatan yang lebih tinggi, pemerintah mungkin mengubah jenis barang
yang dibelinya
2. Perubahan Teknologi
Dipengaruhi oleh ketidakpastian tentang perubahan teknologi di masa depan,
seperti contohnya perkembangan teknologi antariksa yang dapat memengaruhi andil
pembelian publik.
3. Perubahan Penduduk
Perubahan jumlah penduduk memengaruhi berapa banyak uang yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Jika jumlah orang yang lahir atau meninggal berubah,
ini bisa mempengaruhi bagaimana dana digunakan, terutama untuk pendidikan dan
perawatan lanjut usia.
4. Biaya Layanan Publik

4
Richard A. Musgrave, & Peggy B. Musgrave, Public Finance in Theory and Practice, New York:
McGraw-Hill, 1989 hlm 121

9
Faktor kunci dalam menentukan apakah pengeluaran pemerintah akan
meningkat adalah sejauh mana permintaan masyarakat terhadap layanan publik
bersifat tetap atau dapat berubah.
5. Urbanisasi
Proses urbanisasi dan kemacetan yang dihasilkannya akan meningkatkan
kebutuhan akan infrastruktur dan layanan publik.

2.2 Pengeluaran Negara Menurut Ekonomi Islam


Sistem Ekonomi Islam memberikan opsi selain ekonomi konvensional. Saat beroperasi
bersama keuangan konvensional, ini memperluas opsi bagi masyarakat. Keuntungan lainnya
adalah bahwa ini dapat membantu sebagian populasi Muslim dalam suatu wilayah untuk
menjalani hidup sesuai dengan keyakinan agama mereka. Hal ini juga dapat berkontribusi
pada masyarakat yang lebih merasa dihargai. (Visser, 2019)5
Pengeluaran negara dalam ekonomi Islam diatur oleh prinsip dan nilai yang bersumber
dari ajaran agama Islam. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membahas
pengeluaran negara menurut ekonomi Islam antara lain:

2.2.1 Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Pengeluaran Negara


Prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti larangan riba, larangan maysir,
larangan gharar, dan larangan muamalat yang tidak etis, memberikan dampak yang
signifikan pada pengeluaran negara. Contohnya:
1. Larangan Riba:
Menurut Yusuf Ali yang dikutip melalui jurnal Theoretical Studies in Islamic
Banking and Finance (Khan & Mirakhor, 1987)6, riba adalah hal yang
bertentangan dengan amal kebaikan. Ini mencakup setiap peningkatan kekayaan
yang dicari melalui cara ilegal seperti suap, mencari keuntungan yang tidak wajar,
dan perdagangan curang. Semua usaha meraih kekayaan dengan cara yang
melanggar hukum dan merugikan orang lain juga dikecam.
2. Larangan Gharar:
Gharar adalah ketidakpastian, risiko, dan bahaya dalam konteks ekonomi
Islam. Istilah ini merujuk pada situasi di mana informasi yang cukup tidak

5
Hans Visser, Islamic Finance: Principles and Practice, Cheltenham: Edward Elgar, 2019, hlm 10
6
Mohsin S. Khan & Abbas Mirakhor, Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance, Houston: The
Institute for Research and Islamic Studies, 1987, hlm 69

10
tersedia, seperti menjual ikan di kolam tanpa mengetahui jumlahnya atau hewan
yang belum lahir di dalam rahim ibunya. Untuk menghindari perselisihan,
perbedaan dibuat antara tingkat gharar yang kecil dan besar. Situasi dengan gharar
kecil dapat diterima demi kepentingan umum, sementara gharar yang besar
dihindari karena berpotensi menimbulkan konflik. (Siddiqi, 2006)7 .
3. Larangan Maysir:
Maysir/Perjudian dianggap haram salah satunya mengganggu sistem
perekonomian, perjudian dalam bentuk uang akan mengakibatkan uang tersebut
hanya beredar dikalangan penjudi dengan tidak melakukan aktivitas ekonomi
apapun yang mengubah fungsi uang sebagai alat tukar (Ryandono, 2009)8.
4. Larangan Muamalat yang Tidak Etis
Negara harus menjaga integritas dalam transaksi dan kontraknya.

2.2.2 Keadilan Sosial dalam Pengeluaran Negara

Pengeluaran negara dalam perspektif syariah harus mengedepankan keadilan sosial.


Prinsip zakat dalam Islam menegaskan urgensi distribusi kekayaan yang adil dan
memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu, alokasi dana
negara seharusnya difokuskan pada program-program sosial, pendidikan, dan kesehatan
yang memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat, khususnya mereka yang kurang
mampu. Dalam konteks ini, penerapan kebijakan redistribusi pendapatan menjadi alat
yang penting untuk mencapai keadilan sosial.

Al-Qur'an menginginkan agar kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang kaya.
Ini karena kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang besar dapat merendahkan orang
yang sangat miskin dan mereka tidak dapat menggunakan potensi mereka sepenuhnya.
Islam tidak hanya menuntut penghapusan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan semua
orang melalui sumber penghasilan yang layak, tetapi juga menekankan program swadaya
sosial seperti zakat, sedekah, dan awqaf. Meskipun penting, tidak bijaksana untuk hanya
mengandalkan sumbangan amal untuk mencapai tujuan distribusi pendapatan dan
kekayaan yang adil. Diperlukan juga percepatan pembangunan dan penerapan metode

7
Mohammad Nejatullah Siddiqi, Islamic Banking And Finance In Theory And Practice: A Survey Of
State Of The Art, Islamic Economic Studies, 2006, hlm 20
8
Muhammad Nafik Hadi Ryandono, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta: Serambi, 2009, hlm 71

11
lain yang telah terbukti bermanfaat di seluruh dunia, asalkan sesuai dengan prinsip
Syariah. (Chapra, 2008)9

2.2.3 Investasi dalam Infrastruktur yang Sesuai dengan Syariah

Investasi dalam infrastruktur merupakan aspek krusial dari pengeluaran negara.


Dalam konteks Islam, infrastruktur yang memadai dan pelayanan publik yang berkualitas
diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi tersebut harus
dilaksanakan dengan transparansi dan bebas dari praktik korupsi. Oleh karena itu,
penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan dana investasi dan pelaksanaan
proyek infrastruktur menjadi sangat penting untuk memastikan keberhasilan investasi ini
sesuai dengan prinsip syariah.

2.2.4 Subsidi yang Adil

Subsidi merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh negara untuk
membantu warga yang kurang mampu. Namun, dalam perspektif syariah, subsidi
seharusnya hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya. Oleh
karena itu, penting bagi negara untuk mengidentifikasi dan menyasar dengan cermat
penerima subsidi yang memenuhi syarat.

Greg Mankiw bahkan berpendapat bahwa subsidi bisa memperbaiki pasar yang gagal.
Untuk mendekatkan keseimbangan pasar ke hasil terbaik, diperlukan pajak untuk efek
negatif, dan subsidi untuk efek positif. Misalnya, minuman beralkohol dikenai pajak
tinggi, dan pendidikan mendapatkan dukungan melalui subsidi pemerintah. (Mankiw,
1997)10

2.2.5 Tantangan dan Solusi dalam Pengeluaran Negara Syariah

9
M. Umer Chapra, The Islamic Vision of Development in the Light of Maqasid al-Shariah, Jeddah:
Islamic Research and Training Institute, 2008, hlm 23
10
Greg Mankiw, Principles of Economy, Ohio: South-Western Cengage Learning, 1997, hlm 211

12
1. Tantangan dalam menerapkan prinsip syariah dalam pengeluaran negara meliputi:
a. Kesulitan dalam Menetapkan Standar Ekonomi Islam:
Tantangan pertama adalah mengukuhkan standar ekonomi Islam yang
jelas dan dapat diterapkan secara konsisten. Variasi interpretasi terhadap
prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat menciptakan ketidakpastian dalam
merumuskan kebijakan pengeluaran negara.

b. Keterbatasan Sumber Daya Keuangan:


Negara mungkin menghadapi keterbatasan sumber daya keuangan untuk
mendukung proyek sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Kendala ini dapat
menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan yang sesuai dengan
nilai syariah.
c. Pengaruh Globalisasi dan Kompleksitas Keuangan Modern:
Sistem keuangan global yang mendominasi seringkali tidak
sepenuhnya sejalan dengan prinsip ekonomi Islam. Hal ini dapat membuat
negara sulit untuk sepenuhnya menghindari praktik-praktik konvensional
dalam pengeluaran.
d. Ketidakpastian Ekonomi dan Keamanan:
Ketidakpastian ekonomi dan keamanan dapat memengaruhi kebijakan
pengeluaran negara. Tantangan ini melibatkan fluktuasi harga komoditas,
perubahan dalam keadaan keamanan, dan faktor-faktor luar yang dapat
menghalangi proyek-proyek ekonomi Islam.

2. Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut termasuk:


a. Menguatkan Institusi Keuangan Syariah:
Untuk mengurangi ketidakpastian dalam menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam, pemerintah dapat mengembangkan lembaga keuangan syariah
yang kuat, termasuk bank syariah, lembaga keuangan syariah dan sebagainya.
b. Peningkatan Literasi dan Pendidikan Ekonomi Islam:
Meningkatkan literasi dan pendidikan ekonomi Islam di antara
masyarakat dan aparat pemerintah dapat membantu mengatasi tantangan
dalam menetapkan standar ekonomi Islam yang konsisten, sehingga
memperkuat pemahaman tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam.
13
c. Diversifikasi Sumber Pembiayaan:
Negara dapat mencari sumber pembiayaan alternatif yang sesuai
dengan prinsip ekonomi Islam, seperti berkolaborasi dengan lembaga
keuangan syariah dan mengembangkan instrumen keuangan syariah lainnya.
d. Penyusunan Kebijakan yang Kontekstual:
Kebijakan pengeluaran negara yang mengikuti prinsip ekonomi Islam
sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, dan
politik negara tersebut. Pendekatan kontekstual memungkinkan
pengembangan kebijakan yang dapat diimplementasikan secara efektif.
e. Kerjasama Internasional dalam Ekonomi Islam:
Negara dapat memperkuat kerjasama internasional untuk mendukung
ekonomi Islam, melibatkan pertukaran pengalaman, teknologi, dan
pengetahuan antara negara-negara yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
Islam.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengeluaran negara memainkan peran sentral dalam membentuk arah dan karakter
suatu negara serta memiliki dampak signifikan pada berbagai sektor, yakni ekonomi,
sosial, dan politik. Keberhasilan pengeluaran negara bergantung pada perencanaan yang
cermat, alokasi sumber daya yang efisien, serta keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan. Transparansi, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban pemerintah terhadap
penggunaan dana publik menjadi kunci dalam membangun kepercayaan masyarakat. Oleh
karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan
memberikan dampak positif yang maksimal pada perkembangan ekonomi, kesejahteraan
sosial, dan stabilitas politik.

Dengan menyelaraskan pengeluaran negara dengan tujuan pembangunan


berkelanjutan, suatu negara dapat mencapai pertumbuhan inklusif, mengurangi disparitas
sosial-ekonomi, dan menciptakan lingkungan politik yang stabil dan berkelanjutan.
Pemahaman mendalam tentang dampak-dampak ini dapat menjadi panduan bagi
perumusan kebijakan anggaran yang efektif dan berkelanjutan, membentuk masa depan
yang lebih baik bagi masyarakat dan negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chapra, M. U. (2008). The Islamic Vision of Developmentin the Light of Maqāsid Al-Sharī‘ah.
Islamic Research and Training Institute, 23.
Kemenkeu, D. (2023). Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara. Retrieved from DJPB
Kemenkeu: https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/biak/id/data-publikasi/artikel/2986-sistem-
penerimaan-dan-pengeluaran-negara.html
Khan, M. S., & Mirakhor, A. (1987). Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance. World
Scientific, 69.
Mankiw, G. (1997). Principles of Economy. Ohio: South-Western Cengage Learning.
Musgrave, R. A., & Musgrave, P. B. (1989). Public Finance in Theory and Practice. New York:
McGraw-Hill.
Ryandono, M. N. (2009). Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: Serambi.
Siddiqi, M. N. (2006). Islamic Banking and Finance in Theory and Practice: A Survey of State of the
Art. Islamic Economic Studies , 20.
Stiglitz, J. E., Sen, A., & Fitoussi, J.-P. (2009). Report by the Commission on the.
Visser, H. (2019). Islamic Finance: Principles and Practice. Cheltenham: Edward Elgar.
Wahyudi. (2020). Pengeluaran Pemerintah dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan, 105.

16

Anda mungkin juga menyukai