Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHASA INDONESIA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
IRGI AHMAD NIZHAM HIDAYATULLAH
32230004

PROGRAM STUDI S1 HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TERBIYAH PEMALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA” dapat kami selesaikan dengan baik.Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
sejarah dan perkembangan Bahasa nasional yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat
kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Bapak Ahmad Faqih, M.H. dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami
dalam berbagai hal. Harapan kami,informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Pemalang, 11 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................................................... 1
BAB 1 PEDAHULUAN ............................................................................................................. 2
1.A.Latar Belakang .......................................................................................................... 2
1.B.Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.C.Tujuan penulisan ...................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
2.A.Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan ............. 6
2.B.Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan ..................................8
2.C.Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi.......................................10
2.D.Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ...............................................................12
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................... 16
Kesimpulan .................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 17

ii
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan berbagai ragam bahasa,
terkhususnya adalah bahasa melayu. Bahasa melayu merupakan awal mula
terbentuknya bahasa Indonesia yang disahkan pada acara sumpah pemuda.
Melihat hal ini jelas bahwa bahasa melayu merupakan bahasa pertama
terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa Nasional.
Adapun tujuan dari penulisan junal ini adalah untuk mengetahui sejarah dan
kedudukan bahasa Indonesia di Indonesia. Adapun metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriftif dengan jenis penelitian
library risearch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuknya bahasa
Indonesia berawal dari bahasa melayu yang awalnya digunakan sebagai bahasa
perhubungan antar etnis. Kedudukan bahasa Indonesia tidak terlepas dari 4 fungsi,
yaitu sebagai bahasa perhubungan, bahasa pemersatu, bahasa Negara dan bahasa
Nasional.

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.A.Latar Belakang
Setiap hari pastinya kita menggunakan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa
sehari-hari kita. Baik untuk berbicara, menulis, dan kegiatan sehari-hari lainnya.
Tapi sekarang ini telah banyak perubahan yang ada. Baik dari segi pengaruh luar
yaitu perkembangan global dan juga dari masyarakat Indonesia sendiri.
Sekarang ini pun dari bidang pendidikan, anak-anak playgroup sudah
diajarkan menggunakan bahasa luar negeri seperti Bahasa Inggris, Bahasa
Mandarin dan Bahasa Jepang dan masih banyak yang lainnya. Belum lagi setelah
tingkat SD, SMP, SMA dan seterusnya, makin banyak bahasa-bahasa asing yang
dipelajari.
Ini dianggap sebagai kebutuhan modal, juga sebagai tolak ukur kemajuan
individu-individu di masa depan. Tapi ini mempunyai pengaruh secara langsung
dan tak langsung, yaitu bahasa asing menjadi bahasa sehari-hari agar terbiasa dan
juga sebagai alat latih untuk memperlancar pengucapan, pendengaran dan
penulisan.
Cukup memprihatinkan, karena fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa
ibu dari Warga Negara Indonesia menjadi tergeser. Karena bahasa asing, menjadi
bahasa pergaulan, menjadi jembatan dalam persaingan global dan juga salah satu
syarat dalam dunia pekerjaan.
Tak dipungkiri pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh
lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa
Indonesia. Maka dari itu untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita
perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu
mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang
beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita didalamnya.
Asal Mula Bahasa Indonesia dari segi bahasa yang digunakan :
Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu, sebuah Bahasa Austronesia yang
digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal
penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa
sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur
sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat
besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang
digunakan para penggunanya.
Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu
digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa.
Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran,
dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

2
Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar
mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya
dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan
karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa
Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati
Indonesia.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya
bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri,
Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau
memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang
dituturkan di Riau. Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara
Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik
Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan)
mayoritas di Republik Indonesia.Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari
dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan
kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan
kesan negatif yang lebih besar.Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan
Bahasa Melayu Pontianak, atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau
Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu
berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka
direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang
paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu,
Ke, ataupun dari bahasa lainnya.Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di
Republik Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik
Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah
Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan
Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara
jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu
lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan
tujuan persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini
kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus
baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.

3
Perkembangan Bahasa Indonesia berdasarkan peristiwa-peristiwa penting
Perinciannya sebagai berikut:
Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi Bahasa Melayu oleh Ch. A. van
Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.Pada tahun 1908 Pemerintah
mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama
Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada
tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku
novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran
bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan
saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena
pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh
untuk perjalanan bahasa Indonesia.Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah
sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru
yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.Pada tarikh 25-
28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan
penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada
tarikh 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
Memperhatikan perkembangan zaman, bahasa merupakan alat komunikasi
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga, bahasa
Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, peranan bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat
pentingnya peranan bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk
lebih memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya
adalah mempelajari sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari zaman pra
kemerdekaan, kemerdekaan, dan reformasi.

1.B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,maka rumusan masalah
peneliti adalah :
1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan?
3. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi?

4
1.C.Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari dari penulis makalah ini adalah :
Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan,Untuk
mengetahui perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan dan pada
zaman reformasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra
Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak
terjadi begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan
waktu yang lama. Tahapannya meliputi :
1). Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa
perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya
kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan,
perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan
menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai
bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa
resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai
bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu
digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga
digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku
keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan
bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
f) Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.
Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan
bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan
bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam
ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu. Abad XVIII, bangsa-
bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan
lembaga pendidikan, pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga
menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi: “…
Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa Melayu.”
Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan

6
ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini
disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan
Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :
Huruf juntuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.Huruf oe untuk
menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.Tanda diakritik, seperti koma ain
dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’,
dsb.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan
pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908)
yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukar informasi dan
komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu, karena dengan
itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka
bernasional.
Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit
buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.
Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang
banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah
dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda. Sebagai
puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada
tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh
berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan
dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:
1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa
Indonesia;
2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu
tanah air Indonesia;
3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia.
2). Masa Pasca-1928
Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah
berubah menjadi bahasa Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat dilihat
dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara
lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini
tampil dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”

7
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum
penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia.
Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I
Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni
1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain:
K. St Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir
Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P.
Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas
bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan
perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.
Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping
bahasa Jepang dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu
sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka
bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan kesusastraan yang
dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai
Angkatan 45.
Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh
Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta
kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan memperoleh tempat di hati
penduduk.
2.B. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945. Keesokan harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia.”
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,
pak, rakjat, dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-
jalan2, ke-barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mendampinginya.

8
Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara lain:
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.Pada tanggal 16 Agustus 1972
Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57,
tahun 1972.Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia
(Wawasan Nusantara).Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa
penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.Kongres bahasa
Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November
1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.Kongres bahasa Indonesia V di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira
tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara
Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani
dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Kongres Bahasa Indonesia VI
di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1993. Pesertanya sebanyak
770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya
yang disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata)
dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa
menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata baru.
Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari

9
23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu,
setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat
340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat
produk asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan,
banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing marak digunakan sehingga
pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi pencanangan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan pusat
perbelanjaan yang berbau asing diganti dengan nama yang berbahasa Indonesia.
2.C. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi
Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan Kongres
Bahasa Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada
tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan
status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira
250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang
ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin reformasi
yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk bagi bahasa
Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era
reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia sempat
terpinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam
perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak maupun
elektronik. Tokoh pers Djafar Assegaf menuding sekarang ini kita tengah
mengalami “krisis penggunaan bahasa Indonesia” yang amat serius. Media massa
sudah terjerumus kepada situasi “tiada tanggung jawab” terhadap pembinaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa kini cenderung menggunakan
bahasa asing padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini
menunjukkan penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar.
Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada
konsep yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin
redaksi dan pemilik perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan
pangsa pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi. Ada dua
kecenderungan dalam pers saat ini yang dapat menimbulkan kekhawatiran akan
perkembangan bahasa Indonesia. Pertama, bertambahnya jumlah kata-kata
singkatan (akronim). Kedua, banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa
asing dalam surat kabar. Namun, pers juga telah berjasa dalam memperkenalkan
istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru seperti KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat,

10
makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang terdapat di kamus, tetapi
tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas di kalangan tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa
kedua setelah bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja
sendiri lahir sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa
asing, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan
bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya terjadi pada
generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang beranggapan dan
meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-mereka yang menggunakan
bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memakai
bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa
Indonesia.
Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa
asing justru semakin marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”, “best buy”,
“discount”, terpampang dengan jelas di berbagai toko dan pusat perbelanjaan.
Media pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Malahan
tidak sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata dalam bahasa
asing.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum,
maupun pelajar mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini
membuat penyebaran bahasa Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah
dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia semakin dikenal masyarakat. Jika pada
awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis, multiras,
dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat perbedaan bahasa,
kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua elemen
bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu
bentuk kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa
Indonesia juga memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh
besar dari negara - negara besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia
menjadi terpinggirkan. Bahkan dari kalangan masyarakat dan pelajar di Indonesia
sendiri. Banyak yang menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih
mementingkan bahasa lain seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab,
bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahasa Mandarin dan bahasa lainnya. Pelajar dan
para pemuda juga menganggap sepele bahasa Indonesia. Kebanyakan dari mereka
mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak bebas dan terasa kurang akrab.
Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal dengan bahasa gaul yang
merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa Indonesia.
Keadaan ini berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu, di saat para
pelajar dan pemuda dengan semangat cinta tanah air menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan bahasa lainnya seperti Bahasa Belanda
ataupun bahasa daerah. Alhasil, akibat pelajar menganggap sepele pelajaran
bahasa Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri mendapatkan nilai yang rendah
dalam pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya lagi, sebagian penyebab banyaknya

11
pelajar yang tidak lulus Ujian Nasional adalah karena mengganggap sepele
pelajaran bahasa Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat
Indonesia itu menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena
masyarakat Indonesia merasa tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia karena
mereka sudah berbangsa dan bisa berbahasa Indonesia seadanya. Padahal
sebenarnya belum tentu mereka bisa dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Kedua, karena adanya kemunduran dan kemerosotan ekonomi
Indonesia sejak beberapa tahun terakhir sehingga timbul rasa malu berbahasa
Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia dalam pergaulan internasional.
Ketiga, sebagai akibat adanya globalisasi yang membuat timbulnya pengaruh
terhadap penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat Indonesia.
Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami
penurunan minat mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing
belajar bahasa Indonesia menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia
belakangan ini menunjukkan gejala penurunan. Gejala penurunan itu baik dari
aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi jumlah peminatnya.
Penurunan intensitas penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur
asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri
menurunnya minat itu akibat penyelenggaraan pengajaran untuk penutur asing itu
sendiri maupun kondisi dari dalam negeri sendiri. Penurunan minat itu terjadi di
negara seperti Australia, Belanda, dan Jerman. Hal itu akibat politik di negara
tersebut, di Jerman bahkan pelajaran bahasa Indonesia di kampus-kampus
peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup program ini, tertutup juga upaya
untuk meningkatkan citra Indonesia di sana. Kurangnya minat mempelajari
Bahasa Indonesia di beberapa negara diantaranya juga karena kurangnya sumber
daya manusia. Namun sejak itu pun ada peningkatan mempelajari Bahasa
Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab, serta
negara serumpun berkembang pesat.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran
bahasa Indonesia untuk penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa
Indonesia yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat
Bahasa juga mencoba mensosialisasikan setiap programnya kepada instansi lain
seperti membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa negara. Pusat
Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada masyarakat
dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di
Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS.
2.D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat
kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan
bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil
mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan
ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja

12
muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau
dua fungsi saja.
Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak "Soempah Pemoeda", 28
Oktober 1928, yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada
saat itu para pemuda sepakat untuk mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai
bahasa Indonesia. Para pemuda melihat bahwa bahasa Indonesialah yang
berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku
vangsa atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol.
Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang
berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan
bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang
menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap
sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan.
Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang
mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia
justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di
atas kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk
menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa
Indonesia, etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa
pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke pelosok-pelosok tanah air dengan
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat
adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia dalamn
fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi
karena bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya pemakaian
alat perhubungan umum, bertambah banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan
bertambah banyaknya perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari
daerah satu ke daerah yang lain karena mutasi tugas atau inisiatif sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus
1945 ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan
nasional atau lambang kebangsaan. Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan
pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan
dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa
Indonesia ini pun terus dibina dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang
identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional,

13
Merah Putih, dan lagu nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya
sendiri sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia
dapat mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa
lain, yang memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa
Inggris yang sering diadopsi, padahal istilah.kata tersebut sudah ada padanannya
dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai
alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang
yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan
nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra
dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang
demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun
halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan
kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa
Indonesia.
Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula
kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam
segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun
tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-peraturan, dan surat-
menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya
ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan
dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi
internasional (antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan
ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Warga
masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa
kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi
sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan.
Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan
dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pagawai
baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada
seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat
menambah kewibawaan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa
Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan
antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal
pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-
menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan,

14
lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai
ke instansi pemerintah. Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang
dibicarakan menyangkut masalah nasional dan dalam situasi formal,
berkecenderungan menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi, di antara pelaku
komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup jauh,misalnya antara
bawahan - atasan, mahasiswa - dosen, kepala dinas - bupati atau walikota, kepala
desa - camat, dan sebagainya.
Akibat pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD
1945, bahasa Indonesia pun kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan
bahasa ilmu. Di samping sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam
hubungannya sebagai bahasa budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya
alat yang memungkinkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan
identitas sendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan daerah. Saat ini
bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial
budaya nasional. Pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan
kedudukannya sebagai bahasa budaya. Di samping itu, dalam kedudukannya
sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu
pengetahuna dan teknologi (iptek) untuk kepentingan pembangunan nasional.
Penyebarluasan iptek dan pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau
perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia
tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber)
dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan iptek. Pada tahap ini,
bahasa Indonesia bertambah perannya sebagai bahasa ilmu. Bahasa Indonesia oun
dipakai bangsa Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan menyampaian ilmu
pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-
kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh
Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai
bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun
ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya
ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa - skripsi,
tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah
mampu sebagai alat penyampaian iptek, dan sekaligus menepis anggapan bahsa
bahasa Indonesia belum mampu mewadahi konsep-konsep iptek.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
Sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dibagi menjadi dua
tahapan yaitu pertama masa pra-I928 ditandai dengan penggunaan bahasa Melayu
pada zaman kerajaan Sriwijaya sampai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda.
Kedua, masa pasca-1928 ditandai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda
menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia
sampai dengan pada tahum 1942 dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh
Jepang.Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan dimulai dari
tanggal 18 Agustus ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36
bab XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, sampai
dengan diadakannya kongres Bahasa Indonesia kedua sampai ke delapan.Pada
zaman reformasi diawali dengan Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta tanggal
26-30 Oktober 1998. Hingga sekarang cenderung membawa perubahan buruk
bagi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sekarang sudah menjadi bahasa kedua
setelah Bahasa Inggris dan bahasa gaul. Selain itu Bahasa Indonesia mengalami
penurunan minat mempelajarinya di beberapa negara di dunia seperti Australia,
Belanda, dan Jerman. Namun, juga ada peningkatan mempelajari Bahasa
Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab. Saat ini
Pusat Bahasa berupaya membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa
negara. Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada
masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan
didirikan di Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS

16
Daftar Pustaka
Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18 Juli 2007.
Anonim. Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com. 2007.
Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2007.
Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan.
www.sinarharapan.com. 2002.
Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi.
www.antara.com. 19 Desember 2007.
Moeliono, M. Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:
Djambatan.
Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.
Yamilah, M., Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://kikiantonika.blogspot.com/2009/10/perkembangan-bahasa-indonesia.html

17

Anda mungkin juga menyukai