Makalah ini Diajukan Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Ips 1
KELOMPOK : 9
Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami
ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada
kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................III
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................III
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................III
C. TUJUAN....................................................................................................................III
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................1
A. sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan.....................1
B. sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan..................2
C. Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi.............................................3
D. Perjanjian linggar jati.................................................................................................3
E. Perjanjian Renville.....................................................................................................4
F. Apa saja isi Konferensi Meja Bundar........................................................................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................................8
KESIMPULAN...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
BAB I
II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang
lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap
pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia
dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama
dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan
diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan
terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama
bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa.
Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka
orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah
dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak
dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik
bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena
seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai
saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat
yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari
itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan
bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan?
3. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi?
4. Apa saja isi Perjanjian linggar jati?
5. Apa saja isi Perjanjian Renville?
6. Apa saja isi Konferensi Meja Bundar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan
3. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi
4. Untuk mengetahui isi Perjanjian linggar jati
5. Untuk mengetahui isi Perjanjian Renville
6. Untuk mengetahui isi Konferensi Meja Bundar
III
BAB II
PEMBAHASAN
1
Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar
Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa
Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan
terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia
kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu
belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan
bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay
Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang
bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa
orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa
mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di
bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di
bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
B. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah
kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga
dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-
Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal
36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
2
C. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):
1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru,
seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris
ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang
menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa
Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara
Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia
3
"Lalu diambil jalan tengah. Tempatnya di Linggarjati, dekat Cirebon," tulis
Rosihan yang waktu itu diminta pemerintah jadi ajudan pribadi Lord Killearn dari
Inggris yang memimpin perundingan Linggarjati.
Ratifikasi perjanjian Linggarjati akhirnya dilakukan di Istana Rijswijk, yang kini
menjadi Istana Negara. Terkait gedung perjanjian Linggarjati, saat ini telah ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya.
E. Perjanjian Renville
1. Latar Belakang Perjanjian Renville
Sebelumnya, Belanda dan Indonesia telah menyepakati perjanjian Linggarjati.
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik Indonesia
yang meliputi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera.
Namun, Belanda melanggar perjanjian tersebut karena pada Juli 1947 Belanda
melancarkan serangan militer ke daerah yang termasuk wilayah RI. Peristiwa ini
disebut Agresi Militer Belanda I. Mau tak mau, rakyat Indonesia harus menghadapi
konfrontasi Belanda.
Indonesia juga berusaha meminta bantuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) untuk menengahi konflik. PBB akhirnya membentuk komisi perdamaian
beranggotakan tiga negara, yang kemudian disebut Komisi Tiga Negara (KTN).
Indonesia menunjuk Australia, Belanda menunjuk Belgia, dan Amerika Serikat
ditunjuk berdasarkan keinginan Indonesia dan Belanda.
Berkat usaha KTN, Indonesia dan Belanda sepakat melakukan perundingan.
Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang
Amerika Serikat bernama USS Renville.
Di perundingan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir
Syarifudin dan delegasi Belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
2. Isi Perjanjian Renville
perjanjian Renville secara garis besar berisi:
Belanda hanya mengakui wilayah Republik Indonesia atas Jawa Tengah,
Jogjakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera.
Tentara Republik Indonesia (TRI) harus ditarik mundur dari daerah-daerah yang
diduduki Belanda.
Sementara itu, secara keseluruhan perjanjian Renville memuat berbagai hal penting
yang menjadi kesepakatan dua negara, yaitu:
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Sumatera.
4
Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi
yang disebut Garis Van Mook.
3. Dampak PerjanjianRenville
Perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Seharusnya Indonesia tidak dibagi-
bagi, melainkan utuh milik bangsa Indonesia.
Sebagai konsekuensinya, tentara Indonesia harus meninggalkan daerah-daerah yang
strategis karena daerah tersebut menjadi kekuasaan Belanda.
Selain itu, Indonesia mengalami blokade ekonomi Belanda. Belanda mencegah
masuknya pangan, sandang, dan senjata ke wilayah Indonesia.
Ketidakpuasan rakyat terhadap perjanjian Renville berakibat pada berakhirnya Kabinet
Amir Syarifuddin yang dianggap menjual negara terhadap Belanda.
Lagi-lagi Belanda melanggar perjanjian. Mereka mengaku tidak lagi terikat pada
perjanjian Renville. Bahkan pada 19 Desember 1948 Belanda melancarkan agresi
militer yang ke II di Yogyakarta.
F. Konferensi Meja Bundar
1. Latar Belakang Konferensi Meja Bundar
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir
dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda
dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan
masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati dan perjanjian Renville.
Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskan
resolusi yang mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Republik di
Indonesia dan menuntut dipulihkannya pemerintah Republik. Diserukan pula
kelanjutan perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.
Menyusul Perjanjian Roem-Royen pada 6 Juli, yang secara efektif ditetapkan
oleh resolusi Dewan Keamanan, Mohammad Roem mengatakan bahwa Republik
Indonesia, yang para pemimpinnya masih diasingkan di Bangka, bersedia ikut serta
dalam Konferensi Meja Bundar untuk mempercepat penyerahan kedaulatan.
Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam bulan, kembali ke ibu
kota sementara di Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Demi memastikan kesamaan posisi
perundingan antara delegasi Republik dan federal, dalam paruh kedua Juli 1949 dan
sejak 31 Juli–2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia diselenggarakan
5
di Yogyakarta antara semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan
dibentuk. Para partisipan setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk
konstitusinya. Menyusul diskusi pendahuluan yang disponsori oleh Komisi PBB untuk
Indonesia di Jakarta, ditetapkan bahwa Konferensi Meja Bundar akan digelar di Den
Haag
2. Negosiasi
Perundingan menghasilkan sejumlah dokumen, di antaranya Piagam Kedaulatan,
Statuta Persatuan, kesepakatan ekonomi serta kesepakatan terkait urusan sosial dan
militer.Mereka juga menyepakati penarikan mundur tentara Belanda "dalam waktu
sesingkat-singkatnya", serta Republik Indonesia Serikat memberikan status bangsa
paling disukai kepada Belanda. Selain itu, tidak akan ada diskriminasi terhadap warga
negara dan perusahaan Belanda, serta Republik bersedia mengambil alih kesepakatan
dagang yang sebelumnya dirundingkan oleh Hindia Belanda. Akan tetapi, ada
perdebatan dalam hal utang pemerintah kolonial Belanda dan status Papua Barat.
Perundingan mengenai utang luar negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda
berlangsung berkepanjangan, dengan masing-masing pihak menyampaikan
perhitungan mereka dan berpendapat mengenai apakah Indonesia Serikat mesti
menanggung utang yang dibuat oleh Belanda setelah mereka menyerah kepada
Jepang pada 1942. Delegasi Indonesia terutama merasa marah karena harus membayar
biaya yang menurut mereka digunakan oleh Belanda dalam tindakan militer terhadap
Indonesia. Pada akhirnya, berkat intervensi anggota AS dalam komisi PBB untuk
Indonesia, pihak Indonesia menyadari bahwa kesediaan membayar sebagian utang
Belanda adalah harga yang harus dibayar demi memperoleh kedaulatan. Pada 24
Oktober, delegasi Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 4,3 miliar gulden utang
pemerintah Hindia Belanda.
Permasalahan mengenai Papua Barat juga hampir menyebabkan pembicaraan
menjadi buntu. Delegasi Indonesia berpendapat bahwa Indonesia harus meliputi
seluruh wilayah Hindia Belanda. Di pihak lain, Belanda menolak karena mengklaim
bahwa Papua Barat tidak memiliki ikatan etnik dengan wilayah Indonesia lainnya.
Meskipun opini publik Belanda yang mendukung penyerahan Papua Barat kepada
Indonesia, kabinet Belanda khawatir tidak akan dapat meratifikasi Perjanjian Meja
Bundar jika poin ini disepakati. Pada akhirnya, pada awal 1 November 1949 suatu
kesepakatan diperoleh, status Papua Barat akan ditentukan melalui perundingan antara
Indonesia Serikat dengan Belanda dalam waktu satu tahun setelah penyerahan
kedaulatan.
3. Hasil konferensi Meja Bundar
Konferensi secara resmi ditutup di gedung parlemen Belanda pada 2 November 1949.
Isi perjanjian konferensi adalah sebagai berikut:
1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja
kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat
ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang
merdeka dan berdaulat.
2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan
pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan
Nederland.
6
3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949
Keterangan tambahan mengenai hasil tersebut adalah sebagai berikut:
Serah terima kedaulatan atas wilayah Hindia Belanda dari pemerintah kolonial
Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia
ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia,
sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara terpisah karena
perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu
pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari serah terima,
dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan pemimpin kerajaan
Belanda sebagai kepala negara
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia/
https://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/perjanjian-renville-latar-belakang-isi-dan-dampaknya-
1uhbMWzAR41/full
https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar#:~:text=Isi%20perjanjian
%20konferensi%20adalah%20sebagai,Negara%20yang%20merdeka%20dan%20berdaulat