Anda di halaman 1dari 12

MAMPU MEMAHAMI BAHASA NEGARA

DAN BAHASA PERSATUAN

Disusun Oleh : Kelompok 6

Mutia Iskadar (154012113020)

Novi Haliana Putri (154012113021)

Oktia Listariani (154012113021)

Refta Meiyani Samsu (154012113023)

Dosen Pengampu :

Dra. Sumiyati, M.Pd

FAKULTAS KEBIDANAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudul
“Sejarah Bahasa Indonesia” ini dalam rangka pengembangan salah satu tri darma perguruan
tinggi, yaitu bidang penelitian.

Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-


kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.

Tulisan ini dapat penuhs selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-
rekan dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan yang
jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Martapura, 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

1. Asal Mula Bahasa Indonesia.......................................................................................2

2. Proses Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan...............................3

3. Kedudukan Bahasa Indonesia.....................................................................................6

4. Fungsi Bahasa Indonesia.............................................................................................6

BAB III PENUTUP........................................................................................................8

A. Kesimpulan....................................................................................................8

B. Saran ..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
sehingga memerlukan adanya suatu interaksi. Salah satu alat untuk berinteraksi
dan berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa digunakan untuk mempermudah
manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan, ataupun perasaan. Bahasa lahir
berbeda-beda sesuai dengan daerahnya sehingga muncul bahasa yang beraneka
ragam.

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa daerah.
Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau,
sehingga terdiri atas banyak suku dan adat istiadat. Walaupun memiliki banyak
bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir sebagai identitas bangsa Indonesia.
Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa asing dan
bahasa pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini. Tentu hal ini
menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat lebih
memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Dengan demikian lambat laun, penggunaan bahasa baku menjadi berkurang.


Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa Indonesia, kita
perlu mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa Indonesia itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai sejarah
terbentuknya bahasa Indonesia sampai perkembangannya saat ini, termasuk
perkembangan ejaannya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asal mula munculnya bahasa Indonesia ?
2. Apa sajakah fungsi bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah kedudukan Bahasa indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Asal mula munculnya bahasa indonesia
2. Mengetahui apa saja fungsi bahasa indonesia
3. Mengetahui kedudukan bahasa indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal Mula Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik


Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik,
bahasa Indonesia adalah sebuah variasi dari bahasa Melayu. Dalam hal ini dasar
yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau, tetapi telahr mengalami perkembangan
akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan pada awal abad
ke-20. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup dan terus
berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun
melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi), bahasa Melayu
(bahasa Melayu Kuno) dipakai sebagai bahasa kenegaraan. Hal itu dapat
diketahui, dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatra
bagian selatan peninggalan kerajaan tersebut. Prasati tersebut di antaranya adalah
dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Pada
saat itu, bahasa Melayu yang digunakan bercampur kata-kata bahasa Sanskerta.
Sebagai penguasa perdagangan, di Kepulauan Nusantara, para pedagangnya
membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu
walaupun dengan cara kurang sempurna. Hal itu melahirkan berbagai varian lokal
dan temporal pada bahasa Melayu yang secara umum dinamakan bahasa Melayu
Pasar oleh para peneliti.

Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka


tahun abad ke-9) dan prasasti di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10
menunjukkan penyebaran penggunaan bahasa itu di Pulau Jawa. Penemuan
keping tembaga Laguna di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900
Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah tersebut dengan Sriwijaya.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebutsebagai bahasa
Melayu Tinggi. Penggunaanya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatra,
Jawa, dan Semenanjung Malaya. Kemudian, Malaka merupakan tempat bertemunya para
nelayan dari berbagai negara dan mereka membuat sebuah kota serta mengembangkan bahasa
mereka sendiri dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari bahasa di sekitar daerah
tersebut. Kota Malaka yang posisinya sangat menguntungkan (strategis) menjadi bandar
utama di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan
paling tepat di kawasa Timur jauh.

2
Ejaan resmi bahasa Melayu pertama kali disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen yang
dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer yang dimuat
dalam kitab Logat Melayu pada tahun 1801.

2. Proses Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan

Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad-20, Pemerintah Kolonial


Hindia Belanda melihat pegawai pribumi memiliki kemampuan memahami
bahasa Belanda yang sangat rendah. Hal itu yang menyebabkan pemerintah
kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah
komunikasi, yakni dengan patokan bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai
kitab-kitab rujukan.

Sarjana Belanda mulai membuat standarisasi bahasa, mereka mulai


menyebarkan bahasa Melayu yang mengadopsi ejaan Van Ophusijen dari Kitab
Logat Melayu. Penyebaran bahasa Melayu secara lebih luas lagi dengan
dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) pada tahun
1908. Pada 1917 namanya diganti menjadi Balai Poestaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku
penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Pada 16 Juni 1927, saat sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja
Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Pada 28 Oktober 1928,
Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua. Bahasa Indonesia secara resmi diakui
sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.

Muhammad Yamin berkata, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-


bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang
bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Namun, dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi
bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan


dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Tiga tahun kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun “Tata bahasa Baru
Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo. Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia saat itu.

Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah


Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah
bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa negara.
3
tersebut saling berinteraksi sebagai warga negara Indonesia, bahasa Indonesia digunakan
sebagai sarana berkomunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh
warga negara Indonesia.

Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), awal


mula sejarah bahasa Indonesia yakni bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat
itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat dan berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari
Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia.

Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional. Nah, Bahasa Indonesia lalu dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan keputusan Kongres Bahasa
Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa berdasarkan sejarah,
bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun
686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan
sebagai bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun para pedagang
yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang
belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa
yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan di
Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan
kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye
Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra pada abad ke-16 dan abad ke-17
seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.

4
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,
dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu
dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh
keberadaannya.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya


dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan


kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Bahasa
Indonesia pun dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun daerah. Meskipun bahasa dari daerah masing-masing masih dipakai, namun untuk
mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia antar suku menggunakan bahasa Indonesia
untuk percakapan sehari-hari.

Beberapa alasan lain yang mendorong dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
kebangsaan adalah

 bahasa Indonesia sudah merupakan lingua franca, yakni


bahasa perhubungan antaretnis di Indonesia,
 walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa, Sunda,
atau bahasa Madura, bahasa Melayu memiliki daerah penyebaran yang sangat
luas dan yang melampaui batas-batas wilayah bahasa lain,
 bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lain sehingga
tidak dianggap sebagai bahasa asing lagi,
 Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relatif mudah
dipelajari,
 faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari penutur bahasa Jawa
dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk menerima bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan,
 bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dapat dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

3. Kedudukan Bahasa Indonesia

5
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nsional, bahasa Indonesia di antaranya
berfungsi mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah
ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kata ‘menjunjung’ dalam
KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat, perintah, dan
sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda
bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan itu tidak
saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyatakan tekad
kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di atas
bahasa-bahasa daerah Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari
setelah kemerdekaan RI dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya Undang-
Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa
dalam penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa dalam penyeelenggaraan
pendidikan dan sebagainya.

4. Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai:

1) Lambang kebanggaan kebangsaan,


2) Lambang identitas nasional,
3) Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya,
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi Sebagai
lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.

Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, serta
rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina. Pada fungsi ini, bahasa Indonesia kita
junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini,
bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan
lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga
tidak bergantung padai unsur-unsur bahasa lain.

Pada bagian terdahulu, secara sepntas, sudah dikatakan bahwai dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: bahasa resmi kenegaraan,
1) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
2) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan
6
3) bahasa resmi kenegaraan
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi Sebagai
bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen yang


dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato
kenegaraan. Pada fungsi kedua ini, bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Meskipun lembaga-
lembaga pendidikan tersebut tersebar di daerah-daerah, mereka harus menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar. Memang ada pengecualian untuk kegiatan belajar-
mengajar di kelas-kelas rendah sekolah dasar di daerah-daerah. Mereka diizinkan
menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar. Di dalam hubungannya dengan fungsi ketiga
di atas, yakni alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan
antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat
yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Sebagai alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita 6 membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat
untuk menyatakan nilai-nilai social budaya nasional kita (Halim dalam Arifin dan Tasai,
1995: 11-12)

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik


Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus berkembang dengan
pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun melalui penyerapan
dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad keM5 berkembang bentuk yang
dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan
Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Pada zaman
penjajahan Belanda pada awal abad - 20, pemerintah kolonial Belanda ingin
menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah komunikasi dengan
berpatokan pada bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab - kitab
rujukan. Pada 16 Juni 1927 dalam sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja
Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Bahasa Indonesia secara resmi
diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah
bahwa bahasa Indonesia ialah bahasa negara. Selanjutnya, sehubungan dengan
perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia,
yakni muncul Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK,
Ejaan yang disempurnakan, dan EBI.

B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana
dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana – sini agar
tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta
bahasa Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arif Ridiawan. 2012. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia mulai Ejaan dan Ophusyen
hingga EYD. http://ridiawan. blogspot. co. id/2012/02/perkembangan-ejaan-
bahasa-indonesia.html?m=1 13 September 2017 (14:23).

Excellent Translation. 2017. EYD Berubah Menjadi EBI Sebagai Pedoman Umum.
https://jasa-translate.com/eyd-berubah-menjadi-ebi-sebagai-pedoman-umum/. 23
September 2017 (18:38).

Gunawan, Heri Indra. 2016. Isi Konggres Bahasa Indonesia I sampai X.


http://www.gurungapak. com/2016/05/konggres-bahasa-indonesia. html. 11
September 2017 (15:09).

Sukartha, I Nengah, dkk.2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi.


Bali : Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai