Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DI ANGKATNYA BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA


INDONESIA DAN DIPILIH UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI
BAHASA PERSATUAN REPUBLIK INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
diampu oleh:

Nisa Afifah, S.S., M. Hum.

Disusun oleh :

Asfina Safa Maulida 63040200108

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA

2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia dan Dijadikan Bahasa Persatuan
Republik Indonesia .............................................................................................. 2
2.2 Tahun-tahun Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia .................... 7
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan bagian dari kehidupan masyarakat penuturnya. Bagi
masyarakat Indonesia, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi di
dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Bahasa Melayu
sebagai sumber dari bahasa Indonesia yang kita pergunakan sampai sekarang.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak
dahulu sudah dipakai oleh masyarakat di kepulauan Nusantara dan bahkan
diseluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-
Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di
Nusantara sejak abad awal penanggalan modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia dan dipilih
untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan republik Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia
dan dipilih untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia dan Dijadikan Bahasa


Persatuan Republik Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang dikembangkan dan
disempurnakan, walaupun dalam perkembangannya banyak terdapat perbedaan
yang signifikan antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Bahasa Melayu
bermula ketika terjalin suatu hubungan antara suku Dayak yang diduga
menggunakan bahasa Melayu dengan suku Melayu (Sumatera). Penggunaan
bahasa Melayu di lingkup suku Melayu yang dapat dibuktikan melalui aksara
pertama di pesisir tenggara pulau Sumatera pada abad ke-7. Dari tempat inilah,
bahasa Melayu yang ditetapkan sebagai bahasa kenegaraan yang digunakan
sebagai alat komunikasi oleh para pedagang Sriwijaya tersebut kelak mengalami
penyebaran dalam jangkauan wilayah yang lebih luas.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapat dikemukakan bahwa pada
zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut :
1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kedudukan yaitu bahasa buku-buku
uang berisikan aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar
suku di Indonesia.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan terutama di sepanjang
pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-
pedagang yang datang dari luar Indonesia.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

Bahasa Melayu mulai digunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu


bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, tahun 683, (2) Presasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684, (3)
Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang Brahi,
Bangko, Kabupaten Merangi, Jambi, tahun 688 yang bertulis Pra-Negari dan

2
bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa
Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman Sriwijaya ( Halim, 197:6-7). Prasasti yang juga ditulis
didalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti Gandasuli,
tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau
Jawa itu diperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu
tidak hanya dipakai di Pulau Sumatera tetapi juga dipakai di Pulau Jawa.

Bahasa Melayu juga disebarluaskan oleh orang-orang Sriwijaya di Filipina.


Pendapat ini berdasarkan prasati Keping Tembaga Laguna. Perkembangan
Bahasa Melayu tidak hanya sampai di situ. Bahasa Melayu kemudian mengalami
perluasan jangkauan penggunaannya hingga Hujung Medini (Semenanjung
Malaka atau Semenanjung Malaysia). Karena itu, Semenanjung Malaysia
kemudian dikenal dengan Semenanjung Melayu. Sesudah Kesultanan Malaka
dikirim ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Disana, mereka tetap
menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Melayu mulai menyebar keberbagai
penjuru, maka kepulauan Nusantara dikenal dengan kepulauan Melayu. Bahasa
Melayu yang digunakan oleh orang Malaka juga dianggap penting di dunia timur
oleh Jan Huyghen van Linschoten (abad ke-17) dan Alfre Russel Wallace (pada
abad ke-19) yang kemudian terus mengalami perkembangan.

Bahasa Indonesia menurut sejarahnya adalah varian dari bahasa Melayu.


Bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-
Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di
Nusantara sejak abad awal penanggalan modern. Bahasa melayu menyebar ke
pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
Nusantara, serta semakin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai
bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia yang tergabung

3
dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia dan menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Collins, 2005: 22).
Selain itu lahirnya bahasa Indonesia tidak lepas dari Kebangkitan Nasional.
Para perintis kemerdekaan tidak hanya memikirkan bagaimana merebut
kekuasaan dari penjajah, melainkan juga bagaimana mengisi kemerdekaan dan
menjadikan bangsa yag merdeka mempunyai kebudayaan yang bisa
dibanggakan. Salah satunya Pada tanggal 28 Agustus 1916 dalam Kongres
Pengajaran Kolonial di Den Haag Negeri Belanda Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat (yang kemudian benama Ki Hadjar Dewantara) membentangkan
prasaran yang berjudul "Welke plaats behooren bij het onderwijs in te nemen,
eensdeels de inheemsche talen ( ook het Chineesch en Arabisch), anderdeels het
Nederlandsch?". Prasaran itu sendiri tidak secara khusus mengusulkan agar
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran kolonial
di Indonesia (yang masih bernama Hindia) melainkan memberikan sejumlah
pemikiran tentang tempat bahasa-bahasa di negeri ini dalam sistem pengajaran
yang berbahasa Belanda. Kemudian yang menarik dalam prasaran itu ialah
kalimat berikut:
"De Maleische taal, welke voor hare aanleering weinig filologischen aanleg
eischt en welke reeds sedert langen tijd de voertaal is tusschen de inboorlingen
en mede tusschen fnlanders van de verschillende deelen van lnsu/inde onderling,
zal in de toekomst de aangewezen taal zijn voor geheel lndie". (Bahasa Melayu,
yang untuk mernpelajarinya sedikit mempersyaratkan kemampuan filologis dan
yang sejak lama menjadi bahasa pengantar di antara penutur asli dan juga di
antara penduduk pribumi dari pelbagai bagian lnsulinde, pada masa yang akan
datang akan menjadi bahasa yang cocok untuk seluruh Hindia).

Kemudian mengapa bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa nasional?


Ada empat faktor yang dapat menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat
menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
penghubung, dan bahasa perdagangan.

4
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa
ini tidak dikenal tingkat bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko,
kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa
Sunda (kasar, lemes).
c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
d. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

Selain itu terdapat para ahli yang berpendapat tentang faktor-faktor atau
alasan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia dan dipilih untuk
dijadikan bahasa persatuan Republik Indonesia.

Beberapa faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi


bahasa kesatuan menurut Prof. Dr. Slametmulyana (Badudu, 2001: 15):

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu


merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan/perdagangan.
Malaka pada masa kejayaanya menjadi pusat perdagangan dan pusat
pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para pedagang, bahasa
Melayu disebarkan keseluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota
pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antar individu.
Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi
bahasa sebagian besar penduduk. Gubernur Jenderal Rochussen lalu
menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa pengantar di
sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bangsa bumiputera. Dari satu
segi dapat dikatakan bahwa masa pendudukan Jepang telah membantu makin
tersebarnya bahasa Indonesia karena pemerintah (Balatentara) Jepang
melarang pemakaian bahasa musuh seperti bahasa Belanda dan Inggris.
Karena itu, bahasa Indonesia mengalami kontak sosial di seluruh wilayah
Indonesia dengan berpuluh-puluh bahasa daerah.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, ditinjau dari segi
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu,

5
bahasa Melayu mudah dipelajari. Dalam bahasa ini, tak dikenal tingkatan
bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau pembedaan
pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus seperti dalam bahasa Sunda.
3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku bangsa Jawa dan Sunda dengan sukarela
telah menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, semata-mata
karena didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa
nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia. Ada keikhlasan mengabaikan
semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan
persatuan.
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu, jika
bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat
berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Kenyataan ini membuktikan
bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk
merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia


karena bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (Lingua
Franca) di Nusantara. Sistem bahasa Melayu yang sederhana, dan mudah
dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa. Suku
Jawa, Sunda dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Melayu
mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.

Setelah itu pada tanggal 28 Oktober 1928, saat Kongres Pemuda Indonesia II
para pemuda Indonesia memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan
bahasa Indonesia, dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda yang salah satu isinya
menyatakan “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Yang setelah itu pada tanggal 28 Oktober dikenal sebagai
hari Sumpah Pemuda dan pada tanggal 2 Mei 1926 merupakan hari lahir bahasa
Indonesia, dan yang mengusulkan nama itu ialah M. Tabrani.

6
2.2 Tahun-tahun Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia
Dalam perkembangan bahasa Indonesia terdapat tahun-tahun penting yang
mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan bahasa
Melayu/Indonesia dapat diperinci sebagai berikut:

a. Tahun 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van
Ophuijsen yang dimuat dalam kitab Logat Melayu.
b. Tahun 1908, Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat) yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam,
penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Kehadiran dua
novel itu di masa kini di toko buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia
sudah ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.
c. Tanggal 28 Oktober 1928, merupakan saat-saat yang paling menentukan
dalam perkembangan bahasa Indonesia, karena pada tanggal itulah para
pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan
bahasa Indonesia. Dengan melahirkan dan mengikrarkan Sumpah
Pemuda. Para pemuda meikrarkan Sumpah Pemuda yang berisikan tiga
butir kebulatan tekat sebagai berikut:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
d. Tahun 1933, secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sultan Takdir
Alisjahbana dan kawan-kawannya.
e. Tanggal 25-28 juni 1938, dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa

7
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
kita saat itu.
f. Tanggal 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) yang menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
g. Tanggal 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.
h. Tanggal 28 Oktober-2 November 1945, berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan yang memutuskan bahwa bahasa Indonesia
bertekad untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara
itu.
i. Tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato
kenegaraan di depan siding DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57, tahun 1972.
j. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku
di Indonesia.
k. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober – 2 November 1978, merupakan peristiwa penting
bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-50 ini, selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia.
l. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-26
November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam peringatan hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan

8
sehingga amat yang tercatat tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai
semaksimal mungkin.
m. Kongres Bahasa Indonesi V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari
Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
n. Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara ( Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura,
Korea Selatan, dan Amerika Serikat ). Kongres mengusulkan disusunnya
Undang – Undang Bahasa Indonesia.
o. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta
pada 26-30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan di bentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
 Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
 Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
p. Kongres Bahasa Indonesia VIII. Kongres ini diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 14-17 Oktober 2003.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Melayu dapat diangkat menjadi bahasa Indonesia karena terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itu diantaranya adalah
bahasa Melayu yang sudah menjad lingua franca (bahasa penghubung dan
bahasa perdagangan), sistem dari bahasa Melayu sendiri yang mudah dipahami
karena tidak mengenal tingkatan bahasa, serta kerelaan suku-suku lain yang ada
di Indonesia untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, dan
kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti luas.

Selain itu perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara juga


mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia yang tergabung
dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia dan menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia. Peristiwa ini serng dikenal dengan istilah Sumpah Pemuda yang
terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, yang menghasilkan tiga butir Sumpah
Pemuda.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sari, I. P. (2015). Pentingnya Pemahaman Kedudukan Dan Fungsi Bahasa


Indonesia Sebagai Pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nugraheni, A. S., & Syuhda, N. (2019). Pola Komunikasi Bahasa Melayu Di


Lingkungan Akademk (Pada Mahasiswa di UIN Sunan Syarif Kasim Riau).
Lingua, 15(2), 135-145.

Kridalaksana, Harimurti. 2010. Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia.


(Cetakan ke-2). Depok: Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai