BAHASA INDONESIA
SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah semester I
Dosen pengampu :
MUHAMMAD RIZAL RIFA’I, M.Pd.I
Disusun oleh:
1.) Dike Dwi Anjani (05)
2.) Alfina Putri Juandari (10)
3.) Habibah Fatimatal Zahro (15)
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dengan judul “Sejarah, Fungsi Dan
Kedudukan Bahasa Indonesia”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritikan sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang beraneka ragam suku, budaya, dan bahasa. Membahas
tentang bahasa, Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi umum yang paling penting dalam
mempersatukan seluruh rakyat bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu
yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Melalui
perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar
biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun dari segi kosa kata dan segi tata
bahasanya.
Diera modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di
Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia atas
prestasi tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di setiap
Perguruan Tinggi.
Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan
keberhasilan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa
Indonesia. Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan cerminan
dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa Indonesia dalam konteks akademis
maupun konteks ilmiah. Sehingga Mahasiswa kelak akan menjadi insan terpelajar bangsa
Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin
dalam daerahnya masing-masing. Sehingga mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan
warga Indonesia yang masih belum mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang arti
penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya akan menjadi warga Negara yang dapat
memenuhi kewajibannya di mana pun mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di
wilayah Negara kesatuan republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya dapat
menyadari akan pentingnya sejarah, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara dan bahasa nasional.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu kuno yang
dalam perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan dialek sosial yang
tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar
(Blust 1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah Kalimantan Barat telah
pula melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia,
disamping dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu di Singapura dan bahasa Melayu di Brunei
Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya sejumlah
prasasti yang di temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung Malaya (wilayah
Malaysia sekarang) dan di Pulau Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf
pallawa, yakni aksara yang dibawah oleh orang-orang Hindu ke Indonesia. Ada juga, menurut
Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan huruf Arab, dan ini tentunya prasasti yang dibuat
sesudah masuknya agama Islam ke Indonesia. Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah
prasasti yang sudah teridentifikasi dan besar kemungkinan akan bertambah lagi.
Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan bagian
dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi kedalam huruf latin.
Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumi jaya tida bhakti ka
griwajaya.
Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telah menyerang
tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang tanah jawa
yang tidak takluk pada sriwijaya
Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini masih biasa
digunakan. Kata kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala) bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti
(bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah perubahan yang
umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu watu menjadi batu dan wankai menjadi bangkai. Fonem
[bh] menjadii [b] pada kata bhumi dan bhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun
fonem[a] berubah menjadi [e] pada kata ka juga merupakan peubahan yang biasa ada contoh
lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena menjadi kerana (dalam bahasa Melayu
kini).
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa
persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih
suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan
kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan
yang hendak dicapai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia,
pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah sebagai media
penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa
pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat mereka
agar bahasa Melayu Riau, yang juga disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan.
Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen
Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.
Perlu pula dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan bahasa Melayu,
seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan Neratja. Disamping pengaruhnya yang
sangat besar dalam perkembangan bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi
penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam
masalah.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas, akhirnya tibalah saat
diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai
hasil yang paling gemilang dari kongres itu, diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama
Sumpah Pemuda, yang berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, dalam UUD 1945
ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku
Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku.
Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan Van
Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang
digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen mengurangi
kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia
Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal
18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan
dalam UUD 1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain ejaan Van
Ophuysen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai sekarang yaitu ejaan
yang disempurnakan atau biasa disingkat EYD.
Kedudukan sebagai Bahasa Nasional:
1. Lambang kebanggaan Nasional
2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat pemersatu
4. Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4. Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, untuk itu kami dengan hormat meminta pendapat dari para pembaca
untuk mengoreksi dan memberikan saran apabila pembaca menemukan kesalahan
penulisan dan kesalahan pengertian yang terdapat dalam makalah ini.