Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH BAHASA INDONESIA

Disusun oleh
1. Cantik Yudestilana 191510701035
2. Estia Tri Puji Pertiwi 191903102024
3. Iswara Aulia Widasari 191903102025
4. Gilang Cahya AjiPratama 191710201035
5. Fauzan Aufa Mahsa Arifin 191710201077
6. Nur Fahmi Hidayat 191710201108
7. Muhammad Hafiz Azzhaqi 191710201111

UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi kehidupan manusia,
karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat yang diwariskan secara
turun-temurun melalui lisan maupun tulisan.
Bahasa indoneisa berasal dari induk Bahasa melayu yang telah diubah, dan
disempurnakan. Sejarah munculnya Bahasa indonesia bertujuan untuk
menciptakan keseragaman berbahasa yang dahulu dilakukan untuk
mempersatukan bangsa, menggerakkan roda pemerintahan dan perekonomian
agar berjalan dengan lancar.
Sejarah Bahasa Indonesia tidak pernah diajarkan di bangku sekolah,
akibatnya banyak penduduk Indonesia tidak mengetahui sejarah bahasanya
sendiri. Banyak kosa kata yang masih menggunakan kosa kata lampau dalam
menulis artikel atau berkomunikasi secara tertulis.
Maka dari itu makalah ini dibuat untuk memberi pemahaman sejarah bahasa
Indonesia mengenai ejaan, kosa kata serta bagaimana bahasa tumbuh dan
berkembangm beriringan dengan kemerdekan Indonesia sampai saat ini..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana proses munculnya bahasa Indonesia ?
2. Bagaimanakah proses bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar ?
3. Bagaimanakah perkembangan ejaan bahasa Indonesia sampai saat ini?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Untuk memahami tentang sejarah bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia | 1


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Proses Munculnya Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu tua yang sampai sekarang
masih dapat kita selidiki sebagai peninggalan masa lampau. Bahasa melayu jelas
turunan dari Bahasa Austronesia purba.1 Para ahli menulis bahwa melayu kuno
mengadaptasi ortografi india berdasarkan tulisan palawa yang tertulis pada
prasasti prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Karah Barahi (686
M) kota kapur tahun 686 M.2
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu, tampak jelas di berbagai
peninggalannya antara lain sebagai berikut:
1. Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada
tahun 1380.
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686
Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu
sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah Bahasa-bahasa
daerah di Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan Magelhaen
mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521
menuliskan kata-kata Melayu. Itu merupakan bukti yang jelas bahwa bahasa
Melayu yang berasal dari bagian barat Indonesia pada zaman itu pun sudah
menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebelah timur.3

1
James collins, Malay, World Languange:a short history, Dewan Bahasa dan
pustaka, kuala lumpur ,1996, hlm 4
2
Esti Pramuki, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Modul 1), 2014, hlm 3
3
ibid

Sejarah Bahasa Indonesia | 2


Bahasa melayu sudah lama berkembang menjadi lingua franca dikawasan
semenanjung melayu sebagai bahsa penghubung antar suku bangsa. Secara garis
besar variasi bahas melayu itu dapat dibagi menajadi tiga kelompok.
1. Bahsa melayu barat ditandai dengan orientasi kepada bahsa melayu
klasik dan arab.
2. Bahas melayu tengah (Jakarta) yang mengambil unsur
pengembangan Bahasa-bahasadaerah.
3. Bahsa mealyutimur yang dipengaruhi bahasa-bahsa nusantara timur.4
Prof. Soedjito menjelaskan alasan mengapa bahsa melayu dipilih menjadi
bahsa persatuan yang dijadikan landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai
berikut.
a. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa
perhubungan) selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan
tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa
Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
b. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan
melampaui batas-batas wilayah bahasa lain meskipun penutur
aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura,
ataupun bahasa daerah lainnya
c. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara
lainnya sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
d. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat
bahasa
e. sehingga mudah dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda,
Madura
f. yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
g. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan Bahasa
antarpenutur yang berasal dari berbagai daerah. Dipilihnya Bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan kalah

4
E.K.M Masinambow, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, 2002, hlm 31

Sejarah Bahasa Indonesia | 3


terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antar
bahasa daerah.5

2.2 Sejarah Bahasa Indonesia menjadi Bahasa pengantar


Ketika Dewan Rakyat dibentuk pada zaman pendudukan Belanda, yakni
pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu berkedudukan sebagai bahasa resmi kedua
dalam sidang Dewan Rakyat disamping bahasa Belanda sebagai bahasa resmi
pertama.
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda melihat pegawai pribumi memiliki
kemampuan memahami bahasa Belanda yang sangat rendah. Hal itu yang
menyebabkan pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu
untuk mempermudah komunikasi, yakni dengan patokan bahasa Melayu Tinggi
yang sudah mempunyai kitab-kitab rujukan.
Belanda mulai menyebarkan bahasa Melayu yang mengadopsi ejaan Van
Ophusijen dari Kitab Logat Melayu melalui pembuatan standarisasi bahasa oleh
sarjana Belanda. Penyebaran bahasa Melayu secara lebih luas lagi dengan
dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) pada tahun
1908. Pada 1917 namanya diganti menjadi Balai Poestaka. Novel-novel, seperti
Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, diterbitkan oleh Balai Poestaka yang membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Bukti berkembangnya Ejaan bahasa dimulai pada 16 Juni 1927, saat sidang
Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya
menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Pada 28 Oktober 1928,
Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai Bahasa nasional dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua. Bahasa Indonesia diikrarkan sebagai
bahasa persatuan oleh para pemuda yang
mengikuti Kongres Pemuda ke-II di Batavia (kini Jakarta) pada tanggal 27—28
Oktober 1928.6

5
Esti Pramuki, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, 2014, hlm 5-6
6
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, Sejarah Bahasa Indonesia, 2018, hlm 4

Sejarah Bahasa Indonesia | 4


Muhammad Yamin berkata, "Jika mengacu pada masa depan bahasabahasa
yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa
diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Namun,
dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan”.
Berkat ikrar Sumpah Pemuda di atas, keberadaan atau eksistensi bahasa
Indonesia telah diterima di masyarakat Indonesia pada saat itu. penerimaan itu
menyebabkan orang Indonesia melihat bahasa Indonesia yang menjadi bahasa
persatuan bangsa Indonesia, dan bukan bangsa lain, sebagai bahasa yang lain
daripada bahasa Melayu.7
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Tiga tahun kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun “Tata bahasa Baru
Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo. Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia saat itu.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia
pertama di Solo pada tahun 1938 salah satunya berkenaan ejaan Van Ophuijsen
yang tidak sederhana dan perlu disederhankan. Pada kongres itu ada dua hal hasil
keputusan penting yaitu bahasa Indonesia menjadi (1) bahasa resmi dan (2) bahasa
pengantar dalam badan-badan perwakilan dan perundangundangan.
Surat kabar Kebangoenan yang dipimpin oleh Sanoesi
Pane dalam terbitannya pada tanggal 22 Juni 1938 menyatakan bahwa
penyelenggaraan KBI menandai bahwa “... Bahasa Indonesia soedah sadar akan
persatoeannja, boekan sadja dalam artian politik, akan tetapi dalam artian
keboedajaan jang seloeasloeasnja.”
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari

7
Sudaryanto, Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia (1928-2009), 2018 hlm
8.

Sejarah Bahasa Indonesia | 5


kedudukannya sebagai bahasa resmi. Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang
mengajarkan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan bermaksud
menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk digunakan
oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat
seperti waktu dia menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang
memilih jalan yang praktis yaitu memakai Indonesia yang sudah tersebar di
seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang perlu dicatat bahwa selama zaman
pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa
pengantar di semua tingkat pendidikan.8
Demikianlah, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan
bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan
lancar. bagi orang Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi
para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang pendek dan
mendesak mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia. Selain
itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan bahasa
Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia
Fase bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara memiliki durasi waktu
terlama, sejak tanggal 18 Agustus 1945 melalui penetapan Pasal 36 UUD 1945.
Fase bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupakan kelanjutan dari
fase sebelumnya, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Fase ini ditandai adanya Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di
Jakarta, pada tanggal 28 Oktober—1 November 2008. Tema kongres tersebut
adalah “Bahasa Indonesia Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas
Pondasi Peradaban Bangsa”. Penggunaan kata internasional pada nama kongres
itu mengisyaratkan bahwa saatnya bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.
Setahun kemudian, terbitlah UndangUndang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang kian
mendukung peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
(Pasal 44 ayat (1). Fase bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional

8
Esti Pramuki, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Modul 1), 2014, hlm 6-
7

Sejarah Bahasa Indonesia | 6


sekurangnya sudah terwujud dengan fakta 45 negara telah mengajarkan bahasa
Indonesia9

2.3 Sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia


Ejaan ialah seluruh aturan atau tata cara untuk menulis suatu bahasa, baik
yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun
penggunaan tanda baca.
a. Sang Prinstis
Pada mulanya sebelum bahasa indonesia ditetapkan menjadi bahasa
persatuan, orang pertama yang membagi kelas kata ialah Raja Ali Haji dalam
karyanya yaiu kitab bustanul katibina li-s-subyani l-mu’ta’allim. Sementara
dalam kitab pengetauan bahasa penggal pertama (1275) berisi kamus
monolingual melayu pertama dimana Raja Ali Haji menggunakan dua metode
(kufa dan al-khalil) yang di kombinasikan dalam pelafalan ejaan melayu.10
b. Sang peletak
Pedoman penggunaan ejaan bahsa melayu di wilayah nusantara terdapat
dalam kitab logat melayu (1901) karya Charles Ardian Van Ophuijsen dengan
bantuan Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan M. Taib Sutan Ibrahim..
Betapapun langkah yang dilakukannya sebenarnya melanjutkan keputusan
Gubernur Jendral Rochussen 1850 yang mentapkan penggunaan huruf latin dalam
bahasa melayu. Penggunaan huruf latin ini menggantikan huruf arab dalam bahsaa
melayu yang belum memperoleh keseragaman dalam hal penulisan huruf dan
ejaan. Ejaan bahasa melayu yang bersumber dari bahsa melayu klasik Riau
kemudian menjadi standar penggunaan bahasa melayu di dunia pendidikan pada
masa itu.11
c. Ejaan Republik
Ejaan Republik berlaku sejak 19 Maret 1947 mengantikan ejaan Van
Ophoijsen yang aberlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini kemudian juga disebut

9
Sudaryanto, Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia (1928-2009), 2018, hlm
13-14
10
Maman S. Mahayana, Bahasa Indonesia Kreatif (edisi revisi), 2015, hlm 61
11
Ibid., hlm 66

Sejarah Bahasa Indonesia | 7


dengan nama Edjaan Soewandi, Menteri Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia kala itu.12
Ejaan republik sesungguhnya implementasi hasil kongres bahsa Indonesia
pertama di Sala tahun 1938 yang menyarankan perlunya ejaan Van Ophuijsen
disederhanakan. Dalam kenyataannya, ejaan Republik malah terlalu sederhana.
Konsonan-konsonan seperti sj, cb, v, misalnya dalam ejaan republic dihilangkan
padahal kita mengenal kata sjukur, chusus, dan vakum.13
Ejaan Republik atau ejaan Suwandi merupakan sistem ejaan Latin untuk
bahasa Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang dimuat dalam Surat
Keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Mr. Soewandi, No.
264/Bhg. A tanggal 19 Maret 1947 yang merupakan penyederhanaan atas Ejaan
Van Ophuijsen, antara lain, adalah perubahan oe menjadi u, sistem ini menjadi
ejaan resm dari tahun 1947 sampai tahun 1972.
Perbedaan dalam Ejaan Republik dengan Ejaan van Ophusyen dapat
diperhatikan sebagai berikut.
a) Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam
Ejaan Republik.
b) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam
Ejaan Republik.
c) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d) Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e) Tanda trema (‘) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam
EjaanRepublik.
Pemakaiana angka dua (2) untuk kata yang diulang dapat mengajaukan
dengann apa yang disebut reduplikasi fonologis yaitu kata yang mengalami
pengulangan seluruh bentuk dasarnya seperti kupu-kupu, mata-mata, paru-paru,
dan biri-biri.

12
Maman S. Mahayana, Sudaryanto, Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia
(1928-2009), 2018, Hlm 74
13
Ibid., Hlm 71

Sejarah Bahasa Indonesia | 8


Van Ophoijsen Ejaan Republik
Jum’at Jumat
Ra’yat Rakyat
Maí’af Maaf
oemoer umur
koeboer kubur
ma’loem maklum

d. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pemabaharuan awalnya dari bentuk kritik Prof. Dr.Prijono. sebagai
usaha melanjutkan suatu badan khusus yang menyusun peraturan ejaan bahasa
indonesia tahun 1956. Penyusunan ejaan ini dilakukan oleh Panitia Pembaharuan
Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun
itu dikenal dengan sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah
mengetuai panitia ejaan itu, Dalam hal ini Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia itu berhasil merumuskan patokan- patokan ejaan
baru. Hasil kerja panitia ini memang menunjukkan beberapa kemajuan dengan
bertumpu pada sauatu teori ejaan yang berbunyi “satu fenom satu tanda”. ejaan
pembaharuan tidak jadi dilaksanakan karena terbentur masalah biaya namun
konsep-konsep yang ditawarkan tetap menjadi pertimbangan ahli bahsa.14
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf
tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
e. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

14
Maman S. Mahayana, Sudaryanto, Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia
(1928-2009), 2018, Hlm 75

Sejarah Bahasa Indonesia | 9


f. Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong
ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Misalnya:
EYD Pembaharuan
santai santay
gulai gulay
harimau harimaw
kalau kalaw
amboi ambo

e. Ejaan melindo
Terjadinya hubungan baik dengan malaysia diharapkan dapat memperbaiki
ejaan soewand atau melanjutkan mengadakan ejaan pembaharuan sebagaimana
hasil kongres bahasa indonesia kedua.
Bentuk rumusan Ejaan Melindo merupakan bentuk penyempurnaan dari
ejaan sebelumnya. Namun, Ejaan Melindo ini belum sempat dipergunakan karena
pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara Indonesia dengan pihak
Malaysia.
Hal yang berbeda adalah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan
konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga
gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf Nc, yang sama sekali
masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti
dengan ts dan n.15
f. Ejaan LBK (Lembaga Bahasadan Sastra)
Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis
oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri atas panitia
Ejaan LBK, dan juga panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja
atas Dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.062/67, 19
September 1967.

15
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, Sejarah Bahasa Indonesia, 2018, hlm 7

Sejarah Bahasa Indonesia | 10


Dalam ejaan ini, istilah-itilah asing sudah mulai diserap seperti extra –
ekstra, qalb – kalbu, guerillia – gerillya. Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru
atau ejaa LBK, antara lain.
a) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
b) Gabungan konsonan tj diubah menjadi j.
c) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny.
d) Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy.
e) Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.
g. Ejaan yang Disempurnkan
Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdakan Republik Indonesia XXVII, 17 Agustus 1972 diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan
nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan itu merupakan
hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk
pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan ini merupakan
penyederhanaan serta penyempurnaan Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang
dipakai sejak Maret 1947.16
Perbaikan EYD tidak hanya pemakaian huruf tetapi juga meliputi penulisan
kata, penulisan huruf dantanda baca. Beberapa perubahan yang tampak jelas
sebagai berikut.

16
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, Sejarah Bahasa Indonesia, 2018, hlm 9-10

Sejarah Bahasa Indonesia | 11


Van Ophuijsen Soewandi Ejaan yang
Disempurnakan
Tc Tj C
Dj Dj J
J J Y
Nj Nj Ny
Ch Ch Kh
Sj Sj Sy
Oe U u

h. Ejaan (PU) EBI


Pada 30 November 2015, EYD mulai disempurnakan kembali dan mulai
digantikan oleh (PU)EBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
ditetapkan di dalam Peraturan Menteridan Kebudayaan (Permendikbud) RI
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Adanya kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, seni
membuat penggunaan bahasa menjadi semakin luas. Perubahaan ejaan ini bukan
berarti mengubah keseluruhan isi dari EYD sehingga membuat banyak orang
tidak menyadarinya. Contoh perbedaan mendasar sebagai berikut.
1. Penambahan diftong [ei], pada EYD hanya ada 3 diftong ai, au, oi,
contoh survei, eigandom dan geiser
2. Pada aturan huruf kapital ditambah untuk huruf awal julukan misalnya
si Jendral Kancil.
3. Aturan titik koma ( ; ) diperjelas

Sejarah Bahasa Indonesia | 12


BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini ialah Bahasa Indonesia muncul
dari proses sejarah yang panjang mulai dari sebelum masa kemerdekan bahkan
jauh sebelum peradaban modern. Bahasa indoensia saat ini menjadi lingua franca
(Bahasa pengantar) bagi masyarakat. Bahasa indonesia merupakan wujud
konsistensi bangsa indonesia dalam membentuk peradaban bahasa yang
melahirkan suatu ejaan baru dari induk bahasa melayu. Memahami sejarah bahasa
berarti memahami bagaimana kebudayaan dibangun dengan komunikasi antar
suku, ras dan agama di wilayah nusantara.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada makalah ini yaitu makalah ini hanya
memapaparkan sejarah bahasa Indonesia yang sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik sangat diperlukan dalam pengembangan makalah
ini kedepannya.

Sejarah Bahasa Indonesia | 13


DAFTAR PUSTAKA

Collins, J. T. 1996. Malay, World Lenguange: a short history. Kuala Lumpur,


Malaysia: dewan bahasa dan pustaka.

Masinambow, E. K. M., P. H. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mahayana, M. S. 2015. Bahasa Indonesia Kreatif (Edisi Revisi). Jakarta: Penaku.

Pramuki, E. 2014. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Modul 1, 2-12.

Putrayasa, I. G. 2018. Sejarah Bahasa Indonesia. JURNAL ILMU BUDAYA, 1-18.

Sudaryanto. 2018. Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia (1928-2009).


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1-16.

Sejarah Bahasa Indonesia | 14

Anda mungkin juga menyukai