Anda di halaman 1dari 52

Bahasa Indonesia

Berdasarkan SK Dikti no. 43/DIKTI/Kep/2006, pasal 3 tentang Kompetensi Kelompok


Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK); ayat (2) c. Mempelajari/ belajar mata kuliah Bahasa
Indonesia, mahasiswa diharapkan:

“Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu menggunakannya
secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan, dan cinta tanah
air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi, dan seni, serta profesinya
masing-masing.”

Materi Kuliah Bahasa Indonesia

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Ejaan

Penulisan kata Ulang/ Reduplikasi

Penulisan Kata Depan

Bahasa Baku dan Tidak Baku

Kalimat Efektif

Paragraf/ Alinea

Tata Cara Mengutip

Penulisan Abstrak dan Daftar Pustaka

Penulisan Kerangka Karangan dan Pengembangannya

1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia – Bahasa indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu,
pada zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu banyak digunakan
sebagai bahasa penghubung antar suku di plosok nusantara. Selain itu bahasa melayu juga di
gunakan sebagai bahasa perdagangan antara pedagang dalam nusantara maupun dari luar
nusantara.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran agama


islam, serta makin kokoh keberadaan nya karena bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat
nusantara karena bahasa melayu digunakan sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar
pedagang, dan antar kerajaan.

1
Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang
menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M
(palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M
(bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf
pranagari berbahasa melayu kuno.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928).

Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia
resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan


dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia
dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu


2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal
28 Oktober 1928. Namun secara
3. Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945.
4. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu telah digunakan
sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana
dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.

Sejarah perkembangan bahasa dan sastra Indonesia banyak dipengaruhi oleh para


sastrawan Minangkabau seperti: Hamka, Marah Rusli, Abdul Muis, Sutan Takdir Alisyahbana,

2
Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Chairil Anwar. Para sastrawan tersebut banyak
memberikan tambahan dalam perbendaharaan kata, sintaksis, dan morfologi bahasa
Indonesia.

Jadi kesimpulannya, bahasa Indonesia pertama kali diakui keberadaannya ialah pada tanggal 28
Oktober 1928 yakni tepatnya ketika diproklamirkannya Sumpah Pemuda. Namun, bahasa
Indonesia resmi menjadi bahasa persatuan Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.

Bahasa merupakan alat komunikasi antar individu guna menyampaikan gagasan atau pikiran
yang ingin disampaikan. Tanpa adanya suatu bahasa, akan sulit pastinya dalam mengutarakan
maksud dan keinginan (pesan) kita kepada orang lain. Karena bahasa memegang peranan yang
vital dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan bahasa kita dapat membuka cakrawala
penghetahuan yang selama ini tidak kita ketahui sebelumnya.

Kita sadari, ilmu pengetahuan diperoleh melalui perantara bahasa, baik bahasa lisan maupun
bahasa tertulis. Dengan ilmu pengetahuan kita dapat berfikir luas dan berfikir lebih maju
mengenal hal-hal baru yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya. 
Bahasa berkaitan erat dengan budaya dan masyarakat. Bahasa merupakan sebuah
kebudayaan yang tumbuh dalam suatu masyarakat yang menandai eksistensi dari suatu
masyarakat tertentu. Budaya yang dibangun dalam suatu masyarakat pastinya mencerminkan
bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut.
Dengan kata lain, bahasa mencerminkan masyarakat dan kebudayaanya. Masyarakat satu
dengan masyarakat lain pastinya memiliki bahasa sendiri. Tak terlepas dengan masyarakat yang
ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal dengan orang multi bahasa, yang rata-rata
memiliki kemampuan berbahasa lebih dari satu, kemungkinannya menguasai bahasa daerah
dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah merupakan bahasa daerah dimana orang tersebut
menetap dan merupakan bahasa komunikasi sehari-hari daerah tersebut sedangkan bahasa
Indonesia merupakan bahasa resmi kita, bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun, apakah selama ini kita tahu akan sejarah bahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu. Bahasa yang menyatukan rakyat Indonesia
dari Sabang sampai Merauke yang kita ketahui kaya akan kebudayaan, suku, dan bahasa yang
berkembang. Bahasa di Indonesia kurang lebih ada sekitar 170 bahasa yang berkembang dari
Sabang sampai Merauka. Tanpa adanya bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia kita akan
susah dalam melakukan kegiatan di semua sendi-sendi kehidupan. Maka dari itu lahirlah bahasa
Indonesia yang kita gunakan sekarang ini sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Untuk memudahkan tentang sejarah bahasa Indonesia, penulis membagi tiga periode
perkembangan bahasa Indonesia, yakni :
1.      Periode sebelum masa kolonial
2.      Periode kolonial
3.      Periode pergerakan kebangsaan

3
A.    Periode sebelum masa kolonial
Sumber dari bahasa Indonesia adalah bahasa melayu. Bahasa melayu sendiri
merupakan bahasa yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Bahasa
melayu merupakan akar dari bahasa indonesaia yang kita gunakan ini. Dari bahasa melayu
bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang sampai sekarang. Meskipun logat (cara
pengucapan) dan ejaannya sudah tak sama dari bahasa melayu kuno namun sejarah
membuktikan bahwa bahasa melayulah yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
Bahasa melayu Riau atau bahasa melayu pasar yang banyak dipakai oleh penduduk
Nusantara waktu itu, karena dari letak geografisnya Riau merupakan tempat strategis dalam
proses perdagangan. Para pedagang dari dalam Nusantara maupun dari luar Nusantara banyak
yang datang ke riau untuk melakukan proses perdagangan, maka tak heran banyak penduduk
Nusantara tidak asing dengan bahasa melayu riau ini.
Bahasa melayu juga disebut sebagai bahasa Lingua Franca (bahasa
perantara/perhubungan). Karena bahasa melayu sudah banyak dikenal oleh penduduk
nusantara, meskipun saat itu ada bahasa Jawa dn bahasa lain yang berkembang. Namun,
bahasa melayulah yang lebih kuat mendominasi dan dimengerti oleh penduduk Nusantara
(sebutan untuk Indonesia zaman dahulu).
Disebut sebagai bahasa Lingua Franca, juga karena ada beberapa alasan lain yakni
bahasa melayu digunakan dalam kegiatan yang ada di masyarakat, seperti: komunikasi sehari-
hari, pergaulan, perhubungan, perdagangan dan kebudayaan. Semuanya menggunakan bahasa
melayu dan dirasa bahasa melayu sudah sama fungsinya sebagai bahasa Indonesia pada zaman
sekarang. Maka dari itu tak heran kebanyakan penduduk lebih menguasai bahasa melayu dari
pada bahasa Jawa atau bahasa yang lain.
Sejarah mencatat bahwa penyebutan pertama istilah bahasa Melayu dilakukan pada
sekitar tahun 633-686. Penyebutan istilah Bahasa Melayu ini terdapat pada beberapa prasasti
yang ditemukan dan diteliti oleh para pakar sejarah. Setelah diteliti terdapat tahun pembuatan
prasasti yang menggunakan bahasa Melayu kuno dari Palembang dan Bangka.  Prasasti tersebut
ditulis dengan Aksara Pallawa atas perintah Wangsa Syailendra (Raja Kerajaan Sriwijaya).
Kerajaan Sriwijaya sendiri merupakan kerajaan yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8.
Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim yang memiliki banyak armada perkapalan untuk
kebutuhan perdagangan. Kerajaan ini meninggalkan beberapa prasasti. Namun, ada juga
prasasti dan tulisan yang membuktikan bahwa bahasa melayu sudah menyebar dipakai di
seluruh Nusantara pada waktu itu. Diantaranya:
            a) Tulisan pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada Tahun 1380 M

4
            b) Prasasti Kedudukan Bukit, di Palembang Tahun 683
c) Prasasti Talang Tuo, di Palembang Tahun 684
d) Prasasti Kota Kpaur, di Bangka Barat Tahun 686
e) Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi Jambi Tahun 688

Pada zaman Sriwijaya bahasa melayu sendiri sudah banyak berkembang. Salah satu 
kerajaan yang ada di Nusantara yang ikut mempelopori perkembangan bahasa Melayu adalah
kerajaan Sriwijaya. Bahasa melayu pada kerajaan Sriwijaya sudah berfungsi sebagai :
a)                   Bahasa Kebudayaan
Kebudayaan kerajaan Sriwijaya banyak berkembang dengan ditemukannya buku-buku
tentang aturan hidup dan lain sebagainya juga banyaknya sastra yang ditulis dengan bahasa
melayu pada kerajaan Sriwijaya. Dengan ditemukannya bukti tentang majunya kebudayaan
kerajaan Sriwijaya tersebut yang ditulis dengan bahasa melayu maka ini membuktikan bahwa
bahasa melayu pada kerajaan Sriwijaya berfungsi sebagai bahasa kebudayaan.

b)                  Bahasa Perhubungan


Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan  kerajaan yang menggunakan bahasa melayu dalam
kesehariannya. Baik pada lingkup kerajaan maupun luar kerajaan mereka menggunakan bahasa
melayu sebagai bahasa perhubungan. Tidak hanya itu kerajaan Sriwijaya juga memakai bahasa
melayu sebagai bahasa perantara/perhubungan dengan kerajaan lain yang berada di Nusantara.

c)                  Bahasa Perdagangan


Karena letak yang strategis kerajaan Sriwijaya berkembang dalam perdagangan sebagai
sendi ekonomi yang menopang rakyat Sriwijaya. Bahasa perdagangan yang dipakai unutk proses
jual beli adalah bahasa melayu. Baik untuk pendatang dari Nusantara maupun luar Nusantara,
mereka menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa perdagangan. Pedagang yang ingin
melakukan transaksi perdagangan di kerajaan Sriwijaya mau tidak mau harus  paham dan
mengerti bahasa melayu. Hal ini yang mendasari menyebarnya bahasa melayu di Nusantara.
Karena pedagang tidak hanya dari sekitar kerajaan, namun dari luar kerajaan bahkan dari luar
nusantara melakukan proses perdagangan di Sriwijaya.

5
d)                 Bahasa resmi kerajaan
Dengan diterapkanya bahasa melayu sebagai pendukung kemajuan di beberapa sendi kerajaan,
maka raja Sriwijaya menetapkan bahawa bahasa melayu ditetapkan sebagai bahasa resmi
kerajaan sriwijaya. Dipakai disemua bidang dan sebgai bahasa komunikasi sehari-hari.

                        Bahasa Melayu sendiri memiliki dua bentuk yakni melayu tinggi dan melayu pasar.
Melayu tinggi merupkan bentuk yang lebih resmi. Pada masa lalu bahasa melayu tinggi
digunakan oleh klangan keluarga kerajaan disekitar Sumatra, Malaya dan Jawa. Bentuk ini lebih
sulit karena penggunaannya sangat halus  penuh sindiran, agak sulit dimengerti dibanding
dengan melayu pasar, tingkat toleransi kesalahan yang rendah dan tidak ekspresif seperti
bahasa melayu pasar.
Bahasa melayu pasar sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena bentuk dari
bahasa melayu pasar mudah dimengerti, memiliki toleransi kesalahan yang tinggi, dan fleksibel
dalam menyerap istilah dari bahasa lain.

B.     Periode Kolonial


Periode ini ditandai dengan datangnya bangsa-bangsa barat ke Nusantara tepatnya
pada abad ke XVI. Tujuan bangsa barat ke Nusantara adalh untuk melakukan perdagangan,
karena kita tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara kaya penghasil rempah-rempah.
Mereka mencari rempah-rempah untuk bumbu masakan. Namun, pada akhirnya mereka
melihat bahwa Nusantara memiliki potensi yang besar sebagai suatu negara yang kaya raya dan
makmur akan sumber daya alamnya.
Maka dari itu bangsa Portugis dan Belanda menghalalkan segala cara untuk merebut
Nusantara dari pribumi. Bangsa Portugis dan Belanda yang pada mulannya ramah dan berbaur
dengan orang pribumi, lama-lama mereka ingin memiliki seutuhnya Nusantara. Mereka berhasil
menguasai nusantara dengan politiknya. 
Namun, politik yang mereka jalankan di Nusantara tak selamanya berjalan mulus
seperti yang mereka harapkan. Bangsa Portugis dan Belanda yang telah mendirikan sekolah-
sekolah dengan harapan bahwa bahasa Portugis dan Belanda menggeser bahasa Melayu yang
digunakan oleh kalangan akademisi, ternyata tidak mampu membawa dampak yang besar.
harapan mereka pupus seketika, karena orang pribumi di sekolah-sekolah sudah menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar pendidikan.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Danckaerts pada tahun 1631 mengatakan
bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Hal

6
ini yang membuat harapan bangsa Portugis dan Belanda pupus. Bahasa melayu sudah
mendarah daging bagi orang pribumi, dan tak mampu digantikan begitu saja kedudukanya oleh
bangsa Portugis dan Belanda.
Salah satu cara untuk melanggengkan dan memperdalam semua yang berhubungan
dengan Nusantara, mau tidak mau mereka yang harus mempelajari dan memperdalam bahasa
pribumi yakni bahasa Melayu. Seperti yang dilakukan oleh seorang Portugis yang bernama
Pigefetta dalam mempelajari bahasa Melayu, setelah  mengunjungi  Tidore, menyusun 
semacam  daftar  kata  bahasa  Melayu  pada  tahun  1522.  
Kemudian Jan  Huvgenvan  Linschoten, menulis buku  yang berjudul “Itinerarium ofte
schipvaert Naer  Oost Portugels  Indiens.”  Dikatakan bahwa bahasa Melayu itu bukan saja
sangat harum namanya, tetapi juga merupakan bahasa negeri timur  yang dihormati. Buku
tersebut menggambarkan bahwa bahasa Melayu begitu kuatnya melekat pada bangsa Melayu,
bangsa yang menggunakan bahasa Melayu sebagai komunikasi sehari-hari. Bahasa yang
memiliki kharisma sehingga banyak orang menggunakannya khusunya di negeri timur.
Pemerintah kolonial yang tidak berhasil menggeser bahasa Melayu dengan bahasa
Belanda melalui sekolah-sekolah bentukannya. Memutuskan untuk membuat surat keputusan
yakni “Keputusan Pemerintah Kolonial, KB 1871 No. 104” yang menyatakan bahwa pengajaran
sekolah di Bumi Putera diberi dalam bahasa daerah atau kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Keputusan tersebut menegaskan kembali bahwa bahasa Melayu sangat kuat mengakar pada
orang pribumi yang sudah sejak lama menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa Lingua
Franca.

C.    Periode Pergerakan Kebangsaan


Pada masa pergerakan, sudah ada kesadaran dari para pemuda-pemudi Indonesia
untuk mengukuhkan bahasan persatuan yang digunakan di Nusantara. Kesadaran ini timbul
karena sulitnya mempersatukan Nusantara dengan perbedaan bahasa yang digunakan. Karena
kita ketahui Indonesia kaya akan suku, kebudayaan, bahasa, adat istiadat, dan Indonesia adalah
negara kepulauan. Perbedaan tersebut yang menjadikan para pemuda-pemudi Indonesia
berpikir dan berniat untuk merumuskan bahasa persatuan, guna mempermudah berkomunikasi
antar suku yang ada di Nusantara.
Tanggal 28 Oktober 1928, mejadi sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Karena pada
tanggal tersebut para pemuda-pemudi terbaik Indonesia berhasil menyelenggarakan Konggres
Pemuda Indonesia. Dalam konggres tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal

7
dengan Sumpah Pemuda. Dikumandangkannya Sumpah Pemuda ini yang menjadi dasar atas
lahirnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara.
Sumpah Pemuda telah dikonsep terlebih dahulu sebelum diikrarkan pada tanggal 28
Oktober 1928. Penyusunan ikrar sumpah Pemuda tersebut berlangsung saat rapat panitia
perumus Kongres Pemuda Indonesia yang pertama yakni pada tanggal 2 Mei 1926. Orang yang
mengkonsep nama bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yakni M. Tabrani. Adapun
cuplikan pidato M. Tabrani dalam rapat panitia pengurus Konggres Sumpah Pemuda, beliau
mengatakan:
“Kita sudah mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia.
  Kita sudah mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
  Mengapa kita harus mengaku bahasa persatuan, bukan  bahasa Indonesia?...
“… Bahasa persatuan hendaknya bernama bahasa Indonesia. Kalau   bahasa Indonesia belum
ada, kita lahirkan bahasa Indonesia melalui Kongres Pemuda Pertama ini.”
Bermula dari rapat persiapan Konggres Sumpah Pemuda tersebut lahirlah ikrar bersama
Sumpah Pemuda yang sekarang sudah kita ketahui bersama. Isi ikrar Sumpah Pemuda berisi tiga
poin penting, yakni:
v  Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah air Indonesia.
v  Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
v  Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan bahasa Indonesia ternyata tidak berjalan


dengan mulus. Pengakuan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dilihat oleh
Belanda yang notabene sebagai penjajah menganggap bahwa hal itu adalah sebuah kerikil
tajam yang dapat menghalangi penjajahan Belanda. Oleh karena itu, Belanda mendatangkan
seorang ahli pendidik Belanda yang bernama Dr. G.J Niewenhuis dengan politik bahasa
kolonialnya. 
Akibat politik yang diterapkan oleh Belanda. Efek yang ditimbulkan bagi Indonesia
cukup mencenangkan. Banyak orang-orang pribumi yang berbondong-bondong mempelajari
bahasa Belanda, parahnya lagi tidak sedikit pula yang menginginkan pindah kewarganegaraan
menjadi warga negara Belanda.
Sebaliknya pada masa pendudukan Dai Nipon (Jepang), bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci semua yang berbau
Belanda. Dari tulisan-tulisan Belanda yang terpasang dalam plang-plang, maupun tulisan-tulisan

8
diinstansi sebagai nama kantor yang berbau Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau
bahasa Jepang.
Sementara itu orang-orang bumi Putra belum bisa berbahasa Jepang. Oleh karena itu,
digunakanlah bahasa Indonesia untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan membantu
tentara Dai Nipon melawan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya.

Ketiga periode tersebut yang menjadi alur sejarah lahirnya bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi negara. Akan tetapi tidak berhenti disitu saja, peresmian bahasa Indonesia sendiri
secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad
Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.
Dalam pidatonya pada konggres nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa:
“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraanya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan
Melayu. Tapi dalam dua bahasa itu, bahasa melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan.”
Perkataan Muhammad Yamin tersebut, yang menjadi pertimbangan terpilihnya bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan, bukan bahasa Jawa yang dipilih. Pertimbangan bahasa Jawa
tidak dipakai sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia antara lain:
a)      Suku-suku bangsa atau pihak lain di Indonesia akan dijajah oleh Jawa yang merupakan
mayoritas di Indonesia.
b)      Bahasa Jawa jauh lebih sulit dipelajari karena mengenal adanya tingkatan yang dipergunakan
untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, maupun pangkat.
c)      Jika tidak menguasai bahasa jawa akan menimbulkan kesan negatif.

Pertimbangan bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa persatuan Republik Indonesia, yaitu:
a)      Bahasa melayu sudah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
perdagangan.
b)      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal
tingkatan bahasa (bahasa kasar atau halus)
c)      Suku jawa, suku sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
d)     Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.

9
2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Menurut Slamet Muljana (1959:23), bahasa
Melayu sudah ada sejak jaman Sriwijaya, melanjutkan fungsinya sebagai lingua franca bahasa
pergaulan antarsuku, bahasa perdagangan, dan sebagai bahasa resmi kedua yang dipakai oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk menjalankan administrasi serta pendidikan pada lapis bawah.

Bahasa Indonesia hadir karena para pemuda atau pejuang pada masa lalu merasa bahwa
bahasa Melayu—yang diakui sebagai bahasa kedua Pemerintah Hindia Belanda—hanyalah bentuk
propaganda. Pada akhirnya bahasa Melayu hanyalah bahasa jajahan.

Dengan pemikiran demikian, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dan pemudi
dari berbagai daerah yang berasal dari seluruh nusantara, berikrar/ bersumpah dengan mewujudkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang terimplisit di dalamnya bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa perjuangan. Para pemuda dan pemudi dari berbagai daerah di nusantara yang merasa
senasib dan sepenanggunan, mengikrarkan perjuangan mereka, tidak saja perjuangan fisik tetapi
juga dengan perjuangan pembentukan karakter bangsa lewat bahasa.

Perlawanan yang tidak mudah untuk dilalui, dengan banyaknya rintangan yang harus
dihadapi bahasa Indonesia akhirnya menunjukkan dirinya ketika Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Teks proklamasi ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa
kebanggan bangsa Indonesia yang pada waktu itu disusun dan dibacakan oleh Bapak Ir. Soekarno
dan Ir. Moh. Hatta. Dengan satu bahasa, nusantara menjadi satu bangsa sampai dengan saat ini.

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsinya, antara lain sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi:

1) Lambang kebanggaan kebangsaan.

Sebagai lambang kebanggan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan pelbagai nilai


sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan bangsa kita. Melalui bahasa nasional bangsa
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya bangsanya yang dijadikan sebagai
pegangan hidup berbangsa.

2) Lambang identitas nasional

Bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bahasa
Indonesia akan dapat diketahui siapa kita dimulai dari sifat, perangai, dan watak kita sebagai
bangsa Indonesia.

3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya

Dengan fungsinya yang ketiga memungkinkan masyrakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan senasib.

10
4) Alat penghubung antarbudaya antardaerah

Pada fungsi yang keempat ini, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubugan dengan
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan akan mudah
disosialisasikan/ diinformasikan kepada seluruh warga masyarakat Indonesia.

Bahasa Indonesia mengalami perjalan sejarah yang tidak mudah dan panjang. Bahasa
Melayu digunakan oleh bangsa Belanda sebagai bahasa resmi kedua, sedangkan bahasa Indonesia
digunakan oleh pemuda-pemudi Indonesia dalam meperjuangkan hak kemerdekaan bangsa
Indonesia. Hal ini menunjukkan kecintaan para pemuda dan pemudi kita akan bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang cukup mencolok pada masa
penjajahan, antara lain.

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia

Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan
terutama untuk tingkat yang dianggap rendah. untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-
didirikan atau menurut sistem pemerintah penerbitan yang bertujuan untuk mewujudkan cita-
Belanda. cita perjuangan kemerdekaan indonesia berupa:
Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh Bahasa pers, Bahasa dalam hasil sastra.
jawatan pemerintah Hindia Belanda.

Bersamaan dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bahasa


Indonesia diangkat menjadi bahasa resmi negara. Hal ini juga dinyatakan dalam UUD 1945, BAB XV,
Pasal 36.

Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang menggunakan bahasa miliknya sendiri
menjadi bahasa resmi negara. Hal-hal yang menjadi penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa
sebagai bahasa negara adalah:

1) Bahasa itu dikenal dan dikuasai sebagian besar penduduk negara tersebut,
2) Secara geografis, bahasa itu lebih menyeluruh penyebarannya,
3) Bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara tersebut.

Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai:

1) Bahasa resmi kenegaraan,

Hal ini dibuktikan lewat Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga peristiwa/ kegiatan kenegaraan baik lisan
maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya.

2) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

Sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia


digunakan dalam proses pendidikan baik itu lembaga pendidikan umum maupun tidak

11
umum. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dari tingkatan sekolah dasar
sampai tingkatan perguruan tinggi.

3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan

Dalam hubungannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, tetapi juga sebagai alat
penghubung di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.

4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan pengetahuan
modern

Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya
sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.

Latihan Soal!

1. Uraikan pendapat Anda tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu rakyat
Indonesia! (bentuk tugas berupa essay dan disampaikan di depan kelas) – bobot nilai essay
10, bobot pertanggungjawaban/ performansi 15
2. Uraikan pendapat Anda tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara yang
berfungsi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan pengetahuan
modern! (bentuk tugas berupa essay dan disampaikan di depan kelas) – bobot nilai essay 10,
bobot pertanggungjawaban/ performansi 15

3. Ejaan

Sejarah Penyempurnaan Ejaan


Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru
ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van
Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

12
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
’akal, ta’, pa’, dsb.

2. Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini
juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.

3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)


Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-
tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua
bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.

Perubahan:
Indonesia Malaysia Sejak 1972
(pra-1972) (pra-1972)
Tj Ch C
Dj J J
Ch Kh Kh
Nj Ny Ny
Sj Sh Sy
J Y Y
oe* U U

Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u".


3.1 Penulisan Huruf Kapital
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh: - Sepatu baru adik.

13
- Kita harusnya belajar.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh: - Ibu berkata “Berhati-hatilah!”
- “Baru saja,” katanya “Bapak pergi.”
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: - Weda - Yang Mahakuasa - Alkitab - Allah
4) Huruf kapital pada nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: - Sultan Hanafi. - Nabi Musa.
- Mahaputra Andhika. - Imam Agus.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh: - Ayahnya seorang sultan.
- Kami pergi ke rumah kiai.
5) Huruf Kapital pada nama jabatan, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu.
a. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
Contoh: - Perdana Menteri Toni Blaire
- Profesor Ferdi
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.
Contoh: - Rapat dipimpin Menteri Pertanian.
- Rapat dipimpin Menteri.
- Acara itu direncanakan oleh Dinas Kehutanan.
- Acara itu direncanakan oleh Dinas.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Contoh: - Rapat itu hanya dihadiri oleh beberapa bupati.
- Organisasi itu dipimpin oleh seorang direktur jenderal.

6) Huruf kapital pada nama orang.

14
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: - Karolina Mere
- Volt
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Contoh: - de Jong - van der Giessen - da Gama
- van Persie - Otto von Bismarck
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
Contoh: - Abdul bin Zulkarnain
- Vania binti Abdurahman
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh: - Pascal second Pas atau pas
- Joule per Kelvin J/K atau j/k
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh: - mesin diesel
- 5 ampere
7) Huruf kapital pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh: - suku Timor
- bangsa Indonesia
- bahasa Lio
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh: - kerote-rotean
- pengindonesian kata asing
8) Huruf kapital dipakai pada nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Contoh: - tahun Masehi - bulan Mei - hari Senin - hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Contoh: - Gerakan 30 September PKI

15
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama.
Contoh: - Paham komunis menjadi salah satu pemicu perang dunia.
9) Huruf kapital dipakai pada nama diri geografi.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Contoh: - Rote - Nusa Tenggara - Sumba Barat Daya
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.
Contoh: - Jalan Soeharto - Terusan Suez
- Gunung Mutis - Tanjung Harapan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata
yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Contoh: - tenunan Alor - kue Bugis - bakso Bang Jali
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi.
Contoh: - mendaki bukit - jalan-jalan di gunung
- mandi di danau - menyebrangi selat
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
Contoh: - mangga australi - pisang ambon
10) Huruf kapital dipakai pada nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas seperti, dan, oleh, atau, untuk.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas
seperti, dan, oleh, atau, untuk.
Contoh: - Badan Kepegawaian dan Aparatur Pemerintah
- Peraturan Presiden tentang Organisasi Masyarakat Nomor 04 Tahun 2006
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Contoh: - beberapa badan hukum
- terdapat pada keputusan menteri

Catatan:

16
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya
Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: - Dokumen itu telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal.
- Gaji bulan ke-13 menurut Pemerintah akan dicairkan bulan ini.
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
Contoh: - Dasar-Dasar Jurnalistik
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas/ kata
depan seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh: - Saya berlangganan Harian Pos Kupang.
- Judul proposalnya “Asas-Asas Hukum Nativisme”.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan, nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Contoh: - Dr. doktor
- S.Si. sarjana sains
- Sdr. Saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatnnya, diatur secara
khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993.
14) Huruf kapital dipakai pada kata penunjuk hubungan kekerabataan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, paman, dan lain-lain, dalam penyapaan atau pengacuan.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabataan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, dan lain-lain, dalam penyapaan atau
pengacuan.
Contoh: - “Mari pergi, Kak!” katanya.
- Besok Ibu pulang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh: - Semua kakak saya sudah bekerja.
- Tidak ada saudara nya yang tinggal.
15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

17
Contoh: - Kami telah menrima lamaran Anda.
- Mengapa Anda tidak hadir kemarin?
16) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, contoh, catatan,
dan misalnya, yang didahului oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap.
Contoh :
1. Keterangan:
- Kepada Yth. Bapak Kadis Kehutanan
- Kepada Yth. Pimpinan Progam Studi se-Undana
...
2. Contoh:
-1+1=2
-1x2=2
...
3. Catatan:
- Apabila pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan
media jangka maka akan mengalami deviasi sebesar 0,7%
- Peneliti melakukan pengukuran pada sampel 1, dan
terbukti tidak terjadi pengurangan volume pada sampel
1. ....
Latihan Soal!

1. Carilah kesalahan penulisan huruf kapital pada media cetak lokal maupun nasional! (minimal
10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
2. Carilah kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi)! (minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
3. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada media cetak lokal maupun nasional,
berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf kapital tersebut! –
bobot nilai 15
4. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi), berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf kapital
tersebut! – bobot nilai 15

3.2 Penulisan Huruf Miring


1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Buku Negerakertagama menjadi salah satu buku yang paling dicari.
Harian Pos Kupang menjadi sorotan akhir-akhir ini.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, dan disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.

18
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama dalam abjad Latin adalah a.
Kalimat itu tidak menggunakan kata depan di.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai pada kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia.
Contoh:
Nama ilmiah untuk kutil adalah papiloma.
Politik devide et impera pernah merajai Indonesia.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa indonesia penulisannya
diperlakukan seperti kata Indonesia.
Contoh:
Kudeta pernah terjadi di negara Thailand.
Korps TNI Angkatan Darat wilayah Alor melakukan kerja bakti sosial.
Latihan Soal!

1. Carilah kesalahan penulisan huruf cetak miring pada media cetak lokal maupun nasional!
(minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
2. Carilah kesalahan penulisan huruf cetak miring pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi)! (minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
3. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf cetak miring pada media cetak lokal maupun
nasional, berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf cetak
miring tersebut! – bobot nilai 15
4. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi), berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf cetak miring
tersebut! – bobot nilai 15

3.3 Pemakaian Tanda Baca


3.3.1 Tanda Baca Titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: - Saya sudah belajar. - Mereka datang pagi.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik.
Contoh: - Buku itu disusun oleh Dra. Maria Lino, M.Si.
- Ruangan ini memerlukan meja, kursi, dsb.

19
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh: a. Depertemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Pendidikan Tinggi
1. Universitas
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 ...
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar, jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh:
- Pukul 13.20.35 (jam 1 lewat 20 menit 35 detik atau jam 1, 20 menit, 35 detik)

Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
a. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12, dapat dilengkapi dengan keterangan
pagi, siang, sore, atau malam. (12.00 siang; 05.00 sore; 02.00 pagi; 10.00 malam).
b. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24, tidak memerlukan keterangan pagi,
siang, sore, atau malam. (00.35; 7.20; 13.00; 16.00)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan jangka
waktu.
Contoh: - 00.00.40 jam (40 detik)
- 00.10.12 jam (10 menit, 12 detik)
- 02.15.12 jam (2 jam, 15 menit, 12 detik)
5) Tanda titik diapakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Contoh:
- Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Pustaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.

20
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Contoh: - Daerah itu berpenduduk 2.356 orang.
- Penduduk di kota Kupang tidak lebih dari 2.000.000 orang.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Contoh: - Nomor teleponya 0380-885360.
- Lihat halaman 1323.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh: - Kegiatan Bulan Bahasa
- Aplikasi Metode Pembelajaran Konstruktivisme
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan
alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Contoh: - Yth. Kepala Laboratorium Lahan Kering
Jalan Adisucipto Penfui 86
Kupang
9) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Contoh: - Rp 200.678.890,00
- 9.760 km
10) Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
Contoh: - Sdr. - dll. - Bpk. - dsb.

3.3.2 Tanda Baca Koma (,)


1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh: - Saya membeli sayur, tomat, dan lombok.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Contoh: - Semua wajib hadir, kecuali Dina.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Contoh: - Jika ada undangan, saya pasti hadir.
Catatan :

21
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kaliamt dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh: - Saya pasti hadir jika ada undangan.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
Contoh : - Anak itu sangat pendiam. Meskipun begitu, ia sangat kreatif.
Catatan :
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak boleh digunakan pada awal paragraf.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan tanda seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan,
atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang
terdapat di dalam kalimat.
Contoh : - O, seperti itu. - Bukan seperti itu, Mas.
- Hati-hati, ya, jalanannya berbatu.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh : - Kata mereka, “Kamu cantik hari ini.”
7) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Contoh : - “Masuk kamarmu!” teriaknya padaku.
8) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : - Sdr. Fatimah, Jalan Advokad 88, Kupang
- Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Budi Dharma, Jalan Soeharto, SoE
9) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Contoh : Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Contoh :
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hal. 26.
11) Tanda koma diapakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Ny. Irawati, S.Si.,M.Si.

22
12) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Contoh : - 12,4 gr - Rp 550,05 - 30,6 km
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh : - Udin, anak Pak Akhmad, nakal sekali.
- Hukum Newton I, juga hukum Newton yang lain, memiliki implikasi yang
besar dalam pemahaman tentang fisika murni.
Catatan :
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma.
Contoh: - Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijasah.
14) Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca/ salah pengertian—di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: - Atas perhatian Anda, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan:
- Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda.

3.3.3 Tanda Baca Titik Koma (;)


1) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Contoh: Ayah sedang memotong kayu; ibu memasak di dapur.
2) Tanda titik koma diguanakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak
perlu digunakan kata dan.
Contoh: Bahan-bahan membuat telur dadar:
- telur; - garam secukupnya;
- minyak untuk menggoreng.
3) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-
unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Contoh :
Semester I mata kuliahnya, Bahasa Indonesia, Agama, dan Pendidikan Pancasila;
Biologi, Kimia, Matematika; Budaya Lahan Kering.
3.3.4 Tanda Baca Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh: Kita memerlukan perabot dapur: kompor, panci, tacu, piring, sendok, gelas.
Catatan :

23
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kompor, panci, tacu, piring, sendok, gelas.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh :
Tempat : Aula Merdeka
Hari/ Tanggal : Kamis, 28 Desember 2015
Waktu : 18.00 Wita sampai selesai
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Vina : “Dari mana saja kamu?”
Dedy : “Kan, tadi sudah kuberitahu.”
Vina : “Apa? Kamu pikir aku tolol? Lembur katamu!”
4) Tanda titik dua dipakai di antara a) jilid atau nomor halaman, b) bab dan ayat dalam kitab
suci, c) judul dan anak judul suatu karangan, serta d) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Contoh: Horison, XLII, No. 8/ 2007: 8
3.3.5 Tanda Baca Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh: Ekonomi masyarakat yang berbasis pada ekonomi mikro, juga dapat mening-
katkan perekonomian nasional.

2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.

Contoh: Perkembangan IPTEK di Indonesia meliputi pertanian, perikanan, peternak-


an ...

Peta perpolitikkan di Indonesia tidak lagi berpijak pada partai tetapi meng-
arah pada karakter tokoh.

3) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh: - buku-buku - menggali-gali

- anak-anakan - berguling-gulingan

4) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.

Contoh: 08-09-2010 k-e-r-j-a

24
5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan b) penghilangan bagian frasa atau kelimpok kata.

Contoh: - ber-evolusi - dua-puluh ribuan (20 x 1000)

- tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab dan


kesetiakawanan sosial)

- Boleh mengajak suami-anak ke acara wisata.

6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai:


a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Nusa Tenggara Timur),
b. ke- dengan angka (peringkat ke-7),
c. Angka dengan –an (tahun 1980-an),
d. Kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital (hari-H),
e. Kata ganti yang berbentuk imbuhan (mem-PHK-kan), dan
f. Gabungan kata yang merupakan kesatuan (alat pandang-dengar, berkat-Mu).
7) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh : - di-smash - di-mark-up - pen-tackle-an

3.3.6 Tanda Baca Pisah (─)


1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh: - Kemerdekaan itu─hak segala bangsa─harus dipertahankan.
- Keberhasilannya─saya yakin─tidak didapat dengan mudah.
2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh: - Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda – harus
terus ditingkatkan.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh: - Tahun 1928–2018 - Tanggal 5–13 September - Kupang–Atambua
Catatan:
a. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada
akhir kalimat.
Contoh: Kita memerlukan alat tulis—pena, pensil, dan kertas.
b. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
Ada—umpan—kayu

25
3.3.7 Tanda Baca Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh: - Sudah jam berapa?
- Kamu sakit?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: - Dia lahir tahun 1976 (?).
- Emas 30 gr raib dicuri (?).

2.3.8 Tanda Baca Tanda Seru (!)


1. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Contoh: - Alangkah indahnya Pantai Lasiana! - Merdeka! - Kerjakan!

2.3.9 Tanda Baca Elipsis (...)


1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh: -Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
- Jika setuju ..., penyelesaian perkaranya lewat jalan damai.
2) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Contoh: - Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas,
Catatan :
a. Tanda elipsis didahului dan diikuti dengan spasi.
b. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3
tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir
kalimat.
c. Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Contoh: - dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat.

2.3.10 Tanda Baca Tanda Petik (“ ”)


1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan.
Contoh: - Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
- “Saya akan pergi,” katanya.
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh: - Sajak “Aku” karya Chairil Anwar sangat diminati.

26
- Bacalah “Peningkatan Produksi Ternak” dalam buku Peternakan di
Indonesia.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh: - Penelitian itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat”
Catatan:
a. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
b. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
c. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
d. Tanda petik (“) dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. Atau kelompok kata di
atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.

2.3.11 Tanda Baca Tanda Petik Tunggal (‘ ’)

1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Contoh: - Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘cit cit’ tadi?”
- “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriakkan mereka, ‘gempa’, dan
seketika itu gedung itu runtuh.
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Contoh: - terkutuk ‘paling dikutuk’
- mengambil langkah seribu ‘lari pontang-panting’
3) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing.
Contoh: - feed-back ‘balikan’ - jolok ‘menyodok’
2.3.12 Tanda Baca Tanda Kurung (( ))
1) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: - Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan)
kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh: - Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh: - Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

27
- Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: - Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
2.3.13 Tanda Baca Tanda Kurung Siku ([ ])

1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Contoh: - Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh: - Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan)
2.3.14 Tanda Baca Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun.
Contoh: - No. 7/PK/1973 - Jalan Kramat III/10
- tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Contoh: - dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirim lewat darat atau laut’
- harganya Rp250,00/lembar ‘harganya Rp250,00 tiap lembar’

2.3.15 Tanda Baca Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh: - Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
- Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
- 1 Januari ’88. (’88 = 1988)

3. Kata Ulang/ Reduplikasi

Kata ulang atau reduplikasi adalah hasil dari proses pengulangan kata atau unsur kata.
Pengulangan ini ditandai dengan menggunakan tanda hubung sebagai penanda pengulangan.
1) Bentuk ulang dengan mengulang kata secara utuh/ penuh (bermakna jamak).
Contoh: - anak-anak, - buku-buku, - kuda-kuda,
- mata-mata, - hati-hati, - undang-undang, dll.
2) Bentuk ulang yang merupakan nama tempat, binatang, tumbuhan.

28
Contoh: - biri-biri, - kupu-kupu, - kura-kura, - laba-laba, dll.
3) Bentuk ulang dengan perubahan bunyi.
Contoh: - gerak-gerik, - hura-hara, - lauk-pauk, - mondar-mandir,
- ramah-tamah, - sayur-mayur, - porak-poranda,
- tunggang-langgang, dll
4) Bentuk ulang dengan imbuhan.
Contoh: - berjalan-jalan, - dibesar-besarkan, - menulis-nulis,
- terus-menerus, - tukar-menukar, dll.
5) Bentuk ulang untuk gelar atau sebutan.
Contoh: - hulubalang-hulubalang, - bumiputra-bumiputra, dll.
4. Kata Depan, di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1) Kain itu terletak di dalam lemari.
2) Di mana Siti sekarang?
3) Mari kita berangkat ke pasar.
4) Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
5) Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
1) Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
2) Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
3) Ia masuk, lalu keluar lagi.
Untuk membedakan kata depan (di dan ke) dan imbuhan (di- dan ke-) adalah dengan
memperhatikan kata yang mengikutinya. Jika kata tersebut adalah kata benda/ nomina, maka di dan
ke adalah kata depan, tetapi jika kata yang mengikutinya bukan kata benda/ nomina—kata kerja,
kata sifat, kata adverbia—maka di- dan ke- adalah imbuhan.
Contoh: - di sekolah(n) - di kamar(n) - di mana(n)
- ke pasar(n) - ke lapangan(n) - ke rumah(n)
Keterangan: kata yang digaris bawahi diberi tanda n yang merupakan kepanjangan dari nomina.
- diangkat(v) - diberi(v) - dipakai(v)
- kesulitan(a) - kedudukan(v) - kesempitan(a)
Keterangan: kata yang digaris bawahi diberi tanda v kepanjangan dari verba/ kata kerja; yang diberi
tanda a kepanjangan dari adjektif/ kata sifat.

29
Latihan Soal!

1. Berilah tanda benar (√) atau salah (-) pada kata-kata berikut ini.
disamping (...) di sini (...)
kedepan (...) dimakan (...)
darisana (...) di jalankan (...)
dari lahir (...) dimakam (...)
keluar (...) kemasukan (...)
dimana (...) daripada (...)
2. Tuliskan bentuk kata ulang dari kata-kata berikut ini.
sayur sikut pemikir
balik berkaki budayawan
malang dibuat gugur
3. Carilah kesalahan penggunaan kata ulang pada surat kabar lokal maupun nasional! (min. 5)
4. Carilah kesalahan penggunaan kata ulang pada karangan karya ilmiah (proposal, skripsi,
artikel, dll.)! (min.5)
5. Carilah kesalahan penggunaan kata depan pada surat kabar lokal maupun nasional! (min. 10)
6. Carilah kesalahan penggunaan kata depan pada karangan karya ilmiah (proposal, skripsi,
artikel, dll.)! (min.10)
5. Ragam Bahasa Baku

Bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Ragam bahasa dapat dibagi berdasarkan
tempat dan daerahnya, berdasarkan penuturnya, berdasarkan sarananya, berdasarkan bidang
penggunaannya, dan sarana penggunaannya.

Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu dapat
dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek, yang dalam suasana resmi, baik
lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan untuk mengkomunikasikan ilmu
pengetahuannya (Ramlan, 1992 dalam Sugihastuti dan Saudah, 2016).

5.1 Ciri-Ciri Bahasa Baku

Bahasa baku terdiri dari dua kata, yakni bahasa dan baku. Bahasa sendiri berarti 1) sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; dan 2) percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku
yang baik; sopan santun. Kata baku merujuk pada tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau
kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan/ standar. Sehingga bahasa baku dapat diartikan
sebagai bahasa yang baik atau santun dengan merujuk pada standar yang sudah ditetapkan.

1. Tidak terpengaruh bahasa daerah;


Misalnya:
Kamu ada buat apa?
Kamu sedang apa?
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing;
Misalnya:

30
Silahkan periksa structurnya.
Silahkan periksa strukturnya.
3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan;
Misalnya:
Mohon jangan ditanggapi. Mohon tidak ditanggapi.
4. Pemakaian imbuhan yang jelas dan tepat;
Misalnya:
menghendaki
diperiksa
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
Misalnya:
Kata ulang atau reduplikasi adalah hasil dari proses pengulangan kata atau unsur
kata. Pengulangan ini ditandai dengan menggunakan tanda hubung sebagai penanda
pengulangan.
6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu;
Misalnya:
Ujian akan dilaksanakan besok.
Ujian akan dilaksanakan hari Rabu, 27 Oktober 2015, pada jam 10.30 WITA.
7. Tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata berlebihan dari yang dimaksud);
Misalnya:
Kita harus dan wajib melaksanakan bela negara.
Kita wajib melaksanakan bela negara.
8. Tidak mengandung hiperkorek (kerapian atau kesempurnaan berlebihan sehingga hasilnya
kacau).
Misalnya:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini merupakan KBBI Daring (Dalam Jaringan/
Online) yang sengaja dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan dan
pembacaan arti kata (lema/ sublema).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini merupakan KBBI Daring (Dalam
Jaringan/online) yang dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan, dan
pembacaan arti kata (lema/ sublema).

5.2 Fungsi Bahasa Baku

Fungsi-fungsi bahasa Baku Bahasa Indonesia ialah 1) fungsi pemersatu, 2) fungsi pemberi
kekhasan, 3) fungsi pembawa kewibawaan, dan 4) fungsi kerangka acuan. Fungsi pemersatu adalah
untuk mempersatukan penutur/ penulisnya menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan

31
proses identifikasi penutur/ penulis orang-seorang dengan seluruh masyarakat itu. Fungsi kekhasan
yang diemban oleh bahasa baku membedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain. Pemilikan bahasa
baku membawa serta wibawa atau prestise. Ahli bahasa di Indonesia dapat dijadikan teladan bagi
bangsa lain di Asia Tenggara (mungkin juga di Afrika) yang juga memerlukan bahasa modern
(Moeliono, 1988a dalam Sugihastuti dan Saudah, 2016).

5.3 Contoh Kalimat Baku dan Kalimat Tidak Baku

Berikut adalah beberapa contoh kalimat baku dan kalimat tidak baku dalam bahasa lisan.

Kalimat Tidak Baku Kalimat Baku


Semua peserta pertemuan itu sudah ada. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
Kami menghaturkan terima kasih atas Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran
kehadirannya. saudara.
Mengenai masalah ketunakaryaan, perlu segera Masalah ketunakaryaan agar segera diselesaikan
diselesaikan dengan tuntas. dengan tuntas.
Sebelum mengarang, terlebih dahulu Sebelum mengarang, tentukanlah tema
tentukanlah tema karangan. karangan.
Pertandingan itu akan berlangsung Regu A Pertandingan itu antara Regu A dan Regu B.
melawan Regu B.
Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk Kita perlu berpikir untuk memecahkan masalah
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan yang berkaitan dengan pelaksanaan
dengan pelaksanaan pengembangan kota. pengembangan kota.

Berikut adalah beberapa contoh kalimat baku dan tidak baku dalam bahasa tulis.

Kalimat Tidak Baku Kalimat Baku


Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian Peristiwa itu perlu mendapat perhatian berbagai
dari berbagai fihak, sehingga pada masa datang pihak, agar pada masa mendatang tidak ada
tidak seorangpun menuntut ganti rugi. yang menuntut ganti rugi.
Ini hari, kita tidak bicarakan tentang soal harga, Hari ini kita tidak membicarakan tentang harga,
melainkan tentang mutu barang . tetapi tentang mutu barang.
Tujuan penyusunan Buku Pelajaran itu adalah Penyusunan buku pelajaran ini bertujuan untuk
membantu masyarkat, khususnya yang berada membantu masyarakat, khususnya yang berada
di pedesaan. Sehingga karenanya mendapat di pedesaan agar mendapat kesempatan belajar,
kesempatan belajar membaca menulis. membaca dan menulis.
Dalam upacara pembukaan seminar itu, yang Upacara pembukaan seminar itu, yang pertama
pertama kali diadakan di kota Semarang kali diadakan di kota Semarang, dihadiri oleh
dihadiri para pejabat-pejabat negara dan tokoh- pejabat negara dan tokoh masyarakat.
tokoh masyarakat.
Indikator pemahaman materi keterampilan Indikator pemahaman materi keterampilan
yaitu mampu melakukan tugas dan latihan yang adalah kemampuan melakukan tugas dan
diberikan oleh penyaji. pelatihan yang diberikan oleh penyaji.
Jumlah dokter amat terbatas dibanding jumlah Jumlah dokter sangat terbatas jika dibandingkan
penduduk, tidak semua warga masyarakat dengan jumlah penduduk. Dengan demikian,
termasuk di desa mendapat pelayanan medis. tidak semua warga masyarakat, terutama di
desa, mendapat pelayanan medis.

Latihan Soal!

32
1. Carilah kesalahan penggunaan kalimat baku pada surat kabar lokal maupun nasional! (min.
5)
2. Buatlah kalimat baku bidang keilmuan Anda! (min. 5)
3. Dari kalimat berikut, manakah yang merupakan kalimat baku? (berikan tanda “√” pada
kalimat baku, berilah tanda “–“ pada kalimat tidak baku)
a. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. (...)
b. “Bukan demikian, tetapi ada tersurat di dalamnya.” (...)
c. “Saudara-saudari seperjuangan, yang lahir dari perut bumi persada.” (...)
“Singsingkan lengan baju kalian!” (...)
“Berjuanglah demi nusa bangsa! (...)
d. Perlakuan ini, diulangi 2 sampai 3 kali dalam seminggu. (...)
e. Pakan yang diberikan merupakan hasil fermentasi putak. (...)

6. Kalimat Efektif
6.1 Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan suatu pikiran, gagasan,
perasaan yang utuh. Dalam KBBI, kalimat merupakan kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu
konsep pikiran dan perasaan; perkataan; satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (KBBI, luring).

Kalimat haruslah mengandung kelengkapan dari segi unsur-unsurnya, tuntas atau utuh dari
segi makna/ informasinya, dan berterima dari segi nilai sosial dan budaya masyarakat pemakainya.
Pola kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.

6.2 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola dasar, apakah pola SP (subjek-
predikat), SPO (subjek-predikat-objek), SPPel (subjek-predikat-pelengkap), atau SPOPel (subjek-
predikat-objek-pelengkap). Dengan demikian, panjangnya sebuah kalimat, jika hanya memiliki satu
pola dasar, tetap disebut sebagai kalimat tunggal.

Contoh:

Mia mahasiswi Undana mengalami kecelakaan motor.


Kotak hitam ditemukan dekat reruntuhan bangunan.

6.3 Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat tunggal atau lebih yg
dipadukan menjadi satu. Kalimat majemuk dibagi atas dua yakni kalimat majemuk bertingkat yakni
kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat tunggal atau lebih yang dipadukan menjadi satu, atau
hubungan antarpola kalimat subordinatif atau dengan kata lain kalimat kompleks; dan kalimat
majemuk setara adalah kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat atau lebih yang hubungan

33
antarpola kalimatnya koordinatif. Kalimat majemuk bertingkat ditandai dengan kata penghubung
seperti jika, andaikata, supaya, kalau, sebab, meskipun, ketika, bahwa, walaupun, apabila, agar, dan
karena. Kalimat majemuk setara ditandai dengan kata penghubung seperti dan, lalu, atau, tetapi,
kemudian, melainkan, dan sedangkan.

Contoh kalimat majemuk bertingkat:


Sapi A diberikan perlakuan 2 sebab perlakuan 1 tidak memberi dampak pada berat badan
sapi.
Mobil memberikan tumbukan pada benda X ketika diberi gaya dorong Y.

Contoh kalimat majemuk setara:


Ekonomi mikro Indonesia maju pesat sedangkan ekonomi makro mengalami kemunduran.
Rumah tangga merupakan dasar pengelolaan anggaran mikro atau pengelola anggaran mini.

6.4 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1)
diambil dari sebuah tiket bus dan kalimat (2) diambil dari sebuah majalah.
Contoh;
(1) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami.
Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah
yang diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang
membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi :
(1a) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap melaporkan kepada
kami.
Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya menjadi
(1b) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, harap dilaporkan kepada kami.
Contoh;
(2) Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi
cairan racun.
Apakah yang berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini sudah baik. Jika jawabnya
"botol bir", letak keterangannya perlu diubah menjadi :
(2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut pemeriksaan
laboratorium berisi cairan racun.
Latihan Soal!

1. Buatlah contoh kalimat tunggal! (min.5)


2. Buatlah contoh kalimat majemuk setara! (min.5)
3. Buatlah contoh kalimat majemuk bertingkat! (min.5)

34
4. Carilah kesalahan penggunaan kalimat efektif pada surat kabar lokal maupun nasional! (min.
5)
5. Buatlah kalimat efektif bidang keilmuan Anda! (min. 5)
6. Dari kalimat berikut, manakah yang merupakan kalimat efektif? (berikan tanda “√” pada
kalimat efektif, berilah tanda “–“ pada kalimat tidak efektif)
a. Para budayawan memenuhi ruangan seminar kali ini. (...)
b. Terima kasih dan mohon maaf jika terjadi kesalahan selama penyelenggaraan acara
ini. (...)
c. Kawasan bebas narkoba. (...)
d. Saudaraku mengundang aku makan bersama. (...)
e. Mulai awal September bunga flmaboyan bermekaran di sepanjang jalan El Tari. (...)
7. Paragraf

Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping")
adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Ide tersebut kemudian dikembangkan
dengan menambahkan kalimat-kalimat pendukung atau penjelas paragraf. Kalimat-kalimat tersebut
haruslah memiliki kesatuan makna antarkalimat.

Bentuk paragraf ditandai dengan baris pertama tulisan yang menjorok ke dalam dan berada
pada baris baru. Menjorok atau tidaknya baris pertama dalam paragraf ada ketentuan atau aturan
tersendiri dalam penulisan. Seperti pada penulisan abstraksi maka baris baru pada sebuah paragaraf
tidak menjorok ke dalam.

Sebuah paragraf terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat
pendukung. Paragraf nonfiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih khusus sehingga
dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Paragraf nonfiksi umumnya terdiri dari tiga
hingga tujuh kalimat.

Dalam menulis karangan fiksi, biasanya ditemukan paragraf tunggal. Paragraf tunggal ini
terjadi di tengah atau pada perubahan halaman karangan prosa atau Ketika dialog dalam fiksi,
paragraf baru digunakan setiap terjadi percakapan. Tujuannya adalah untuk membedakan antar
tokoh yang sedang berbicara ataupun suatu kejadian yang terjadi dan hanya diperlukan satu baris
penjelasan atau penegasan.

7.1 Kerangka Paragraf

Kerangka paragraf diawali dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
Selanjutnya memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama. Pada akhir paragraf
adalah menyusun kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama. Kerangka ini untuk
penulis profesional dapat berubah sesuai kebutuhan penulis.

7.2 Jenis-Jenis Paragraf

Paragraf naratif:

Paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada
pelaku, dan ada waktu kejadian.

35
Paragraf deskriptif:

Paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat,
mendengar, atau merasakan objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat
berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.

Paragraf eksposisi:

Paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang
membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.

Paragraf argumentatif:

Paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat
dan alasan.

Paragraf persuasi:

Paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.

Paragraf deduktif:

Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian
diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.

Paragraf induktif:

Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri


dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi,
analogi, dan kausalitas.

Paragraf induktif generalisasi:

Pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk


mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.

Paragraf induktif generalisasi; loncatan induktif:

Paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa
mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili
sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar
faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.

Paragraf induktif generalisasi; tanpa loncatan induktif:

Paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga
bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik, kebenarannya dapat dipercaya
karena menggunakan fakta yang lengkap.

Paragraf induktif analogi:

36
Pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat
sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam
berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.

Paragraf induktif kausalitas:

Pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola


hubungan sebab-akibat. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat,
akibat-sebab, dan sebab-akibat 1-akibat 2.

Paragraf induktif kausalitas; sebab-akibat:

Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian


sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
mengakibatkan B.

Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor
penyebab.

Paragraf induktif kausalitas; akibat-sebab:

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa
itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.

Paragraf induktif kausalitas; sebab-akibat 1-akibat 2:

Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama


berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian
seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.

Paragraf campuran:

Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian
diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada
pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

Paragraf deskriptif/ naratif/ menyebar:

Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh
paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.

Latihan Soal!

1. Buatlah paragraf induktif tentang bidang keilmuan Anda!


2. Buatlah paragraf campuran tentang bidang keilmuan Anda!
8. Tata Cara Mengutip

37
Kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (“ ”) jika kutipan ini merupakan kutipan
pertama atau dikutip langsung dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan
tersebut ditulis dengan menggunakan tanda kutip tunggal (‘ ’).

Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya digabung ke dalam
paragraf yang ditulis oleh pengutip dan ditulis dengan jarak dua spasi. Jika bagian yang dikutip terdiri
dari lima baris atau lebih, maka ditulis dengan jarak satu spasi.

Jika kutipan ada bagian yang dihilangkan maka kutipan tersebut diletakkan setelah memberi
tanda elipsis (...) lalu masukan kutipan yang dimaksud dan diberikan tanda titik, tetapi jika kutipan
kalimat itu masih dalam satu paragraf dengan seperangkat kalimat lain, maka akhir kutipan itu pun
diberikan tanda elipsis (...) lalu diberi tanda titik.

1) Penulisan sumber kutipan ada beberapa kemungkinan seperti berikut. Jika sumber kutipan
mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis yang diikuti dengan tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip yang keduanya diletakkan di dalam kurung.

Contoh: … . Oka (2012:53) mengatakan ...

2) Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun penerbitan, dan
nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung.

Contoh: ...” (Oka, 2012:53).

3) Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber kutipan
yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut siapa
yang mengemukakan pendapat tersebut.

Contoh: ... . Chomsky (Moeliono, 1990:34) mengatakan bahwa “... ...”

4) Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan:

Contoh: ...” (Sharp and Green, 1996:1).

5) Sedangkan jika penulisnya lebih dari dua orang maka yang disebutkan nama keluarga dari
penulis pertama dan diikuti oleh dkk.,

Contoh: ...” (Halim dkk.,1976:25).

6) Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda maka
cara penulisan sumber kutipan itu seperti berikut.

Contoh; ... (Dunkey, 1972; Miggs, 1976; Parmenter, 1976).

7) Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang
berbeda, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya
pada tahun penerbitan.

38
Contoh: ... (Bray, 1998a, 1998b).

8) Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisnya adalah

Contoh; (Anomin, 1972: 18).

9) Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan langsung,
cukup dengan menyebut nama penulisnya.
9. Tata Cara Menulis Abstrak

Abstrak (abstract) merupakan sebuah elemen yang harus ada dalam semua jenis tulisan
akademis, mis. artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Abstrak merupakan ringkasan dari seluruh
isi sebuah tulisah ilmiah. Selain harus mencantumkan informasi bibliografisnya (nama penulis, judul,
tahun, dan jumlah halaman), isi abstrak seharusnya mengandung elemen-elemen kunci yakni:

1) Latar belakang. Pada bagian ini, perlu diberikan rangkuman informasi mengenai latar
belakang atau lebih spesifik pokok masalah yang Anda geluti di dalam karya ilmiah.
2) Tujuan. Pada bagian ini perlu dikemukakan tujuan penulisan karya ilmiah.
3) Implikasi. Pada bagian ini perlu dikemukakan implikasi praktis dari hasil riset (jika ada).
4) Metode. Pada bagian ini perlu dikemukakan metode penelitian yang digunakan.
5) Hasil. Pada bagian ini perlu dikemukakan temuan-temuan yang dihasilkan atau ditemukan
dalam penelitian.
6) Kesimpulan. Kemukakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian.

Artikel jurnal, abstrak tidak boleh berisi lebih dari 150 kata. Untuk skripsi, tesis, dan disertasi,
kisaran jumlah katanya antara 300-500 kata. Dalam tulisan ilmiah abstrak ditulis secara terstruktur.
Untuk skripsi, tesis, dan disertasi, biasanya ditulis secara naratif. Walaupun ditulis secara terstruktur
maupun secara naratif, keenam unsur itu harus masuk di dalamnya.

10. Tata Cara Menulis Daftar Pustaka

Komponen-komponen yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka adalah:

1) Nama penulis;
2) Tahun penerbitan;
3) Judul. Jika buku atau tulisan tersebut telah diterbitkan, maka ditulis cetak miring, tetapi jika
tulisan atau buku tersebut belum diterbitkan maka ditulis cetak tegak lurus;
4) Kota tempat penerbit berada;
5) Nama penerbit.

10.1 Cara Menulis Daftar Pustaka Berdasarkan Jenis Sumber yang Digunakan
1) Sumber dari jurnal
Penulisan jurnal sebagai daftar pustaka mengikuti urutan:

a. Nama penulis;
b. Tahun penerbitan;
c. Judul artikel (ditulis diantara tanda petik); judul jurnal dengan digarisbawahi dan ditulis
penuh;

39
d. Nomor volume dengan angka arab dan digarisbawahi tanpa didahului dengan singkatan
“vol”;
e. Nomor penerbitan (jika ada) dengan angka arab dan ditulis di antara tanda kurung;
f. Nomor halaman dari nomor halaman pertama sampai dengan nomor halaman terakhir
tanpa didahului singkatan “pp” atau “h”.
2) Sumber dari buku
Jika sumber tertulisnya berupa buku, maka urutan-urutan penulisannya adalah:

a. nama penulis;
b. tahun penerbitan;
c. judul buku di cetakmiring;
d. Edisi;
e. kota asal penerbit;
f. Penerbit.

Daftar Pustaka berupa buku ditulis dengan memperhatikan keragaman berikut:


a. Jika buku ditulis oleh seorang saja:
Contoh;

Alisyahbana, Sutan Takdir. 1957. Sejarah Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa


Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.

b. Jika buku ditulis oleh dua orang, maka semua nama ditulis, nama pengarang kedua tidak
perlu dibalik susunannya.
Contoh;

Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Dahara Prize.

c. Jika penulis sebagai penyunting:


Contoh;

Rubin, Joan dan Bjorn H. Jernudd (ed.). 1971. Can Language Be Planned? Honolulu:
The University Press of Hawaii.

d. Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak
orang:
Contoh;

Pujianto. 1984. “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam Dialog
Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.

40
e. Jika buku itu berupa edisi:
Contoh;

Gabriell. 1970. Children Growing Up: Development of Children’s Personality. (ed. 3).
London: University of London Press.

3) Jika sumbernya bukan jurnal dan bukan buku


a. Berupa skripsi, tesis, atau disertasi

Contoh;

Soelaeman, M.I. 1985. Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis Terhadap Situasi


Kehidupan dan Pendidikan Dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi Doktor pada FPS
IKIP Bandung: tidak diterbitkan. - Berupa publikasi departemen Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa dan Dana
bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.

b. Berupa Dokumen Proyek:

Contoh;

Pengembangan Pendidikan Guru 1983. Laporan Penilaian Proyek Pengembangan


Pendidikan Guru. Jakarta: Depdikbud. - Berupa makalah: Kartadinata, S. 1989.
“Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia: Kajian Psikologis “. Makalah
pada konvensi tujuh IPBI, Denpasar.

c. Berupa surat kabar:

Contoh;

Sanusi, A. 1986. “Menyimak Mutu Pendidikan Dengan Konsep Taqwa dan


Kecerdasan, Meluruskan Konsep Belajar dalam Arti Kualitaitf”. Pikiran rakyat (8
September 1986).

4) Jika sumbernya dari internet cara penulisannya ialah:


a. Pengarang/ penyunting/ laman internet;
b. Tahun (jika ada);
c. Judul (edisi);
d. Jenis media.
e. Waktu (tanggal, bulan, tahun) diunduh dari internet;
Contoh;
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PESYearbook/thompson.html/curriculum . daring [30 Maret
2000]

5) Bila artikel internet dalam jurnal, maka urutannya:


a. Pengarang/ penyunting/ laman internet;
b. Tahun (jika ada);

41
c. Judul;
d. Nama Jurnal;
e. Volume (terbitan);
f. Halaman;
g. Jenis media;
h. Waktu (tanggal, bulan, tahun) diunduh dari internet.

Contoh;

http://epaa.asu.edu/epaa/supriadi.html/educational_policy/v7p3/ daring [17 Maret 2000]

6) Bila artikel dalam majalah


a. Pengarang/ penyunting/ laman internet;
b. Tahun, tanggal, bulan (jika ada);
c. Judul;
d. Nama majalah;
e. Volume, jumlah halaman;
f. Waktu (tanggal, bulan, tahun) diunduh dari internet.

Contoh;

http://Healersfrom/1994_SIRS/SIRS_1992_Life_Science/v8p6 daring [13 Juni 1995]

7) Bila artikel di surat kabar


a. Pengarang/ penyunting/ laman internet;
b. Tahun, tanggal, bulan (jika ada);
c. Judul;
d. Nama Surat Kabar;
e. Waktu (tanggal, bulan, tahun) diunduh dari internet.

Contoh;

http://www.pikiranrakyat.com/2000/pergentian_kabinet/pikiranrakyat/ daring [9 Maret


2000]

8) Bila pesan dari surat elektronik


a. Jenis surat elektronik.
b. Pengirim (alamat surat elektronik pengirim);
c. Tahun, tanggal, bulan;
d. Judul Pesan;
e. Alamat tujuan surat elektronik/ penerima
f. Waktu (tanggal, bulan, tahun) dibuka dari e-mail.

Contoh;

http://gmail/musthafa@indo.net.id/2000/25/04/Laporan_Penelitian// Email kepada Dedi


Supriadi (supriadi@indo.net.id) daring (25 April 2000)

42
11. Karangan

11.1 Kerangka Karangan

11.1.1 Pengertian Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.


Kerangka karangan yang belum selesai disebut outline sedangkan kerangka karangan yang sudah
tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Kerangka karangan merupakan catatan sederhana
yang sewaktu-waktu dapat diubah. Tujuannya untuk mencapai tulisan yang efektif dan efisien serta
tepat guna.

11.1.2 Manfaat Kerangka Karangan

1) Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya;


2) Mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai 2 kali;
3) Mencegah pengarang keluar dari sasaran yang telah di tetapkan.

Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang
berbeda-beda di dalam karangannya. Kerangka karangan juga membantu pengarang menempatkan
atau menyisipkan simpulan-simpulan sederhana dalam karangannya. Kerangka karangan adalah
miniatur dari keseluruhan karangan. Dengan kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide
serta struktur suatu karangan.

11.1.3 Jenis-Jenis Kerangka Karangan

1) Kerangka topik.

Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, atau klausa yang didahului tanda-tanda atau kode
tertentu yang lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik)
tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap. Kerangka topik lebih sering
digunakan dalam pembuatan sebuah karangan.

2) Kerangka kalimat

Kerangka kalimat bersifat resmi, berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap
menunjukan diperlukannya pemikiran yang lebih luas dibandingkan dalam kerangka topik.

11.1.4 Fungsi Kerangka Karangan

Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan


yang ada. Fungsi lain dari kerangka karangan adalah:

1) Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis;


2) Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahannya;
3) Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting.

11.1.5 Pola Penyusunan Kerangka Karangan

1) Pola Alamiah

43
Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah dasar. Pola
alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Urutan unit-unit dalam
kerangka pola alamiah dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Urutan ruang: dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang.
Umpamanya kantor, gedung, lokasi, atau wilayah tertentu.
Contoh:
Peternakan di NTT
I. Pulau Timor
- Kab. Kupang - Kab. TTS - Kab. TTU
- Kab. Malaka - Kab. Belu
II. Pulau Sumba
- Kab. Sumba Barat - Kab. Sumba Timur
- Kab. Sumba Tengah - Kab. Sumba Barat Daya
b. Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/ kejadian,
baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa.

Contoh:
1. Riwayat Hidup Gubernur NTT ke-2 El Tari
2. Riwayat hidup El Tari
3. Riwayat pendidikan El Tari
4. Riwayat karir El Tari
5. Akhir hidup El Tari
6. Jasa-jasa selama hidup El Tari
2) Pola Logis
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara
berpikir manusia yang mengamati sesuatu berdasarkan logika. Macam-macam urutan logis
adalah klimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-khusus.
a. Urutan Klimaks
Contoh:
Topik Presiden Jokowi
1. Lahir di Solo
2. Menjadi Insinyur (kehutanan)
3. Menjadi pengusaha meuble
4. Simpatisan partai
5. Walikota Solo
6. Gubernur DKI
7. Presiden Republik Indonesia
b. Urutan Sebab-Akibat
Contoh:
Topik Sidang Etik Setya Novanto
1. Kedudukan dan fungsi Ketua DPR
2. Etika berperilaku anggota DPR diatur dalam UU DPR
3. Pembicaraan yang mencatut Simbol Negara RI
4. Persidangan etik Setya Novanto
5. Sanksi pemecatan

44
c. Urutan Pemecahan Masalah
Contoh:
Topik Bahaya Penyakit Malaria
1. Apa itu malaria?
2. Penyebab malaria
2.1 Mengenal nyamuk malaria
2.2 Tempat berkembang biak nyamuk malaria
3. Pencegahan
3.1 Menguras tempvat penampungan air
3.2 Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air
3.3 Menutup tempat penampungan air
3.4 Menaruh bubuk abate pada tempat penampungan air
3.5 Membuat taman TOGA.
d. Urutan Umum-Khusus
Contoh:
Topik Beternak Ayam Negeri
1. Ayam negeri
2. Gizi yang terkandung pada daging ayam negeri
3. Pasaran ayam negeri
4. Pemeliharaan ayam negeri
4.1 Obat
4.2 Imunisasi
5. Penyiapan pakan ayam negeri
6. Penyiapan kandang
7. Bibit ayam negeri

11.1.6 Tahapan dalam Menyusun Kerangka Karangan


1) Mencatat gagasan; alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
2) Mengatur urutan gagasan; gagasan utama dan pengembangan gagasan yang diatur dalam
subbab.
3) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
4) Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap.

11.1.7 Tujuan Menyusun Kerangka Karangan


1) Agar karangan tidak menyimpang dari tema yang ditentukan.
2) Agar pokok pikiran-pokok pikiran tersusun secara urut dan rapi.
3) Agar tidak ada pokok pikiran yang kontradiktif dalam karangan.

11.1.8 Isi dari Kerangka Karangan

Pada dasarnya isi dari kerangka karangan terdiri dari bagian-bagian. Bagian pertama adalah
bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian penutup.

45
Pada bagian pembukaan, dirumuskan secara ringkas latar belakang pentingnya suatu tema
dibahas. Latar belakang berisi permasalahan yang ingin dibahas dan pentingnya masalah tersebut
untuk dibahas.

Bagian kedua adalah bagian isi. Pada bagian isi memuat pokok-pokok pikiran yang akan
ditulis. Pokok-pokok pikiran tersebut haruslah didukung oleh pendapat ahli. Pokok-pokok pikiran
terebut harus berhubungan dengan masalah yang hendak dikaji.

Pada bagian penutup berisi simpulan dan atau saran-saran. Pada bagian penutup ini,
simpulan haruslah merupakan jawaban atas pertanyaan masalah yang dibuat pada bagian
pembukaan. Simpulan merupakan produk akhir sebuah proses panjang dari menulis. Saran memuat
bagian-bagian kosong yang belum terjawabi dalam simpulan, untuk penyempurnaan tulisan
selanjutnya.

11.2 Pengembangan Karangan


1) Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi
yang hendak ditulis, jika benar-benar memahami materi yang baik, permasalahan dapat
diangkat dengan kreatif, mengalir, dan nyata.
2) Jangan sampai menumpuk permasalahan.
3) Pengembangan karangan haruslah sistematis dan terarah.
4) Alur pengembangan harus disusun secara teliti dan cermat.
5) Semakin sistematis, logis, dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula
tulisan yang dihasilkan.

Latihan Soal!

1. Buatlah kerangka karangan tentang bidang keilmuan Anda!

12 Penulisan Karya Ilmiah

Karya ilmiah atau karangan ilmiah atau scientific paper adalah sebuah laporan yang secara
tertulis diterbitkan dengan memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karya ilmiah dapat diartikan sebagai karangan yang
mengungkapkan buah pikiran hasil pengamatan dalam bidang tertentu dengan sistematika
penulisan bersantun dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

12.1 Jenis-Jenis Karya Ilmiah

1) laporan penelitian,
2) makalah seminar atau simposium atau paper,
3) artikel ilmiah,
4) naskah publikasi,
5) tugas akhir,
6) skripsi,
7) tesis,

46
8) disertasi, dan
9) artikel jurnal.

12.2 Tahapan dalam Penulisan Karya Ilmiah

12.2.1 Tahapan Persiapan

Menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
(didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah). Menentukan
tema perlu memperhatikan beberapa hal berikut.

1) Tema dibentuk berdasarkan satu topik yang akan dibahas. Topik haruslah berupa tesis
(pernyataan yang di dalamnya terdapat tema karangan).
2) Tema ditentukan lebih dahulu sebelum topik karena ruang lingkupnya lebih luas dan abstrak.
3) Pokok masalah ditentukan sebelum menyusun karangan.

Topik

1) Pemilihan Topik

Dalam pemilihan masalah atau topik juga mempertimbangkan beberapa hal.

a. Topik haruslah yang paling menarik perhatian.


b. Terpusat pada lingkup yang sempit dan terbatas.
c. Memiliki data dan fakta yang obyektif.
d. Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun sedikit.
e. Harus memiliki sumber acuan/ bahan kepustakaan untuk dijadikan referensi.
2) Penulisan topik

Dalam pembatasan topik/penentuan judul harus memperhatikan beberapa hal berikut.

a. Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah.


b. Penentuan topik dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah/ setelah penulisan
karya ilmiah selesai. Penentuan judul karya ilmiah: pertanyaan yang mengandung
unsur 5W+1H yaitu what (apa), why (mengapa), when (kapan), where (di mana) dan
how (bagaimana) atau ADIKSIMBA: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan
bagaimana.
3) Menentukan Tujuan
Dalam penulisan, tujuan merupakan pedoman dalam menyusun karangan maupun mencari
bahan dan data yang diperlukan. Setiap penulis memiliki tujuan tertentu sehubungan
dengan kegiatan menulisnya. Misalnya untuk mempengaruhi, meyakinkan, memberi
informasi, menceritakan, dan sebagainya.
4) Mengumpulkan bahan/ data:
Bahan dapat diperoleh melalui apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami; dibantu
dengan membaca dan daya khayal. Bahan dan data yang sudah terkumpul diinventariskan
dan diseleksi untuk disusun menjadi kerangka karangan.
5) Mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis.

47
Kerangka karangan adalah garis besar karangan yang memuat pokok pikiran, disusun
berdasarkan;
a. Urutan waktu
b. Urutan peristiwa
c. Urutan penting
d. Urutan tidak langsung
e. Urutan tempat
6) Pola Penyusunan kerangka karangan:
a. Mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang
akan dilakukan (penelitian kuantitatif).
a) Hipotesis  perlu dikembangkan agar dapat memberikan jawaban sementara
terhadap masalah yang diangkat.
b) Hipotesis penting untuk dilakukan agar dapat menyajikan berbagai alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi.
c) Hipotesis untuk kepentingan karya tulis ilmiah tidak harus dirumuskan
secara formal seperti pada karya tulis penelitian.
d) Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah adalah mengarahkan
imajinasi ilmiah agar dapat mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi ketika
melakukan usaha pemecahan masalah yang dihadapi dengan pendekatan-
pendekatan tertentu.
b. Pengembangan kerangka karangan yang perlu diperhatikan adalah bahasa, susunan
Isi, dan susunan pengutaraan.
7) Metodologi
a. Metodologi (mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data,
teknik pengukuran, dan teknik analisis data).
b. Tahapan pengumpulan data:
a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan/ referensi.
b) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
c) Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti.
d) Percobaan di laboratorium/ pengujian di lapangan.

12.2.2 Tahapan Penulisan

Tahap Penulisan merupakan perwujudan dari tahap persiapan ditambah dengan


pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

1) Bagian pembuka
a. Cover
b. Halaman judul
c. Halaman pengesahan
d. Abstraksi
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar tabel

48
h. Daftar singkatan
2) Bagian Isi
a. Pendahuluan
a) Latar belakang masalah
b) Perumusan masalah
c) pembatasan masalah
d) Tujuan penelitian.
e) Manfaat penelitian.
b. Kajian teori atau tinjauan kepustakaan
a) Penelitian terdahulu
b) Pembahasan teori
c) Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
d) Pengajuan hipotesis
c. Metodologi penelitian
a) Waktu dan tempat penelitian.
b) Metode dan rancangan penelitian
c) Populasi dan sampel
d) Instrumen penelitian
e) Pengumpulan data dan analisis data
d. Hasil Penelitian
a) Jabaran varibel penelitian.
b) Hasil penelitian.
c) Pengajuan hipotesis.
d) Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang
didapatnya.
3) Bagian penunjang
a. Daftar pustaka
b. Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian

12.2.3 Tahapan Penyuntingan

Tahap penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai. Tahap


penyuntingan ini bertujuan untuk, melengkapi yang kurang; membuang yang kurang relevan;
menghindari penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih (overlapping); menghindari
pemakaian bahasa yang kurang efektif (penulisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat,
penyusunan paragraf, maupun penerapan kaidah ejaan).

Teknik penyajian karya ilmiah perlu memperhatikan, kerapian dan kebersihan; tata letak
(layout) yakni unsur-unsur dalam format karya ilmiah (misalnya, halaman muka (cover), halaman
judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka dan lain-lain). Dalam
penulisan karya ilmiah, terdapat standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya
standar penulisan kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan Bahasa Indonesia
sesuai EYD.1

1
Ketentuan atau standar ini, ditentukan atau diatur oleh instansi penyelenggara, misalnya jurusan, program studi, instansi
atau badan pemerintah, penyelenggara pendidikan, penyelenggara seminar atau simposium.

49
Dalam petunjuk teknis penulisan atau pengetikan ini terdiri dari format Jenis dan ukuran
kertas, pengaturan ruang ketikan (lebar margin halaman kertas), dan indensi serta penomoran
halaman.

1) Jenis dan ukuran kertas dalam skripsi dan makalah 2

Jenis dan ukuran kertas yang digunakan dalam karya ilmiah terutama penulisan skripsi dan
makalah biasaanya menggunakan kertas HVS putih, dengan berat 80 gr, ukuran A4 (lebar 21
cm serta panjang 29,7 cm).

2) Format Pengaturan Ruang Ketikan dan ruang tepi (margin) dalam makalah, skripsi dan
laporan.

Ruang ketikan adalah ruang yang disediakan pada kertas pengetikan isi makalah/ laporan/
skripsi dan karya ilmiah lainnya. Sedangkan ruang tepi adalah ruangan di sekeliling ruang
ketikan dan ruang tepi ini harus dikosongkan. Biasanya dikenal dengan lebar margin atas,
bawah, kiri serta kanan. Berikut ini contoh pengaturannya:

a. Margin/ batas kertas penulisan skripsi 3


Ukuran lebar ruang tepi kiri (margin Kiri): 2 cm
Ukuran lebar ruang tepi kanan (margin Kanan): 2 cm
Ukuran lebar ruang tepi atas (margin atas): 2 cm
Ukuran lebar ruang tepi bawah (margin bawah): 2 cm

b. Margin/ batas kertas penulisan makalah/ laporan ilmiah lain 4


Ukuran lebar ruang tepi kiri (margin Kiri): 2,5 cm
Ukuran lebar ruang tepi kanan (margin Kanan): 2,5 cm
Ukuran lebar ruang tepi atas (margin atas): 2,5 cm
Ukuran lebar ruang tepi bawah (margin bawah): 2,5 cm

3) Indensi

Indensi memiliki pengertian permulaan pengetikan baris pertama pada setiap paragraf baru.
Pengetikan paragraf baru dimulai pada ketukan ke-7. 5

4) Format penomoran halaman karya ilmiah, makalah dan skripsi

Penomoran halaman dilakukan pada seluruh halaman yang ada dalam makalah, skripsi serta
laporan karya ilmiah lain dimulai dari bagaian awal hingga lampiran, kecuali untuk lembar
judul, lembar pernyataan, lembar pengesahan, lembar persetujuan serta lembar
pengesahan tim penguji tidak perlu dilakukan penomoran. 6 Ketentuan penulisan nomor
halaman adalah sebagai berikut.

2
sda
3
sda
4
Ketentuan atau standar ini, ditentukan atau diatur oleh instansi penyelenggara, misalnya jurusan, program studi, instansi
atau badan pemerintah, penyelenggara pendidikan, penyelenggara seminar atau simposium.
5
sda
6
sda

50
a. Nomor halaman untuk bagian awal ditempatkan di tengah bagian bawah halaman
dengan menggunakan huruf romawi kecil (misalnya: i, ii, iii, ...);
b. Nomor halaman untuk bagian isi yang memuat awal bab ditempatkan ditengah bagian
bawah halaman dengan menggunakan angka arab (misalnya 1, 2, 3, ...).

5) Penulisan Kata Bilangan Pengejaan, Pemenggalan dan Penyingkatan Kata


a. Penulisan kata bilangan dari satu sampai sembilan harus ditulis dengan huruf dan tidak
boleh diikuti dengan angka dalam kurung;
b. Bilangan-bilangan kelipatan sepuluh sampai dengan seratus dan kelipatan seribu ditulis
dengan huruf, misalnya : empat puluh, lima puluh, lima ratus, dan lima ribu;
c. Ketentuan-ketentuan di atas berlaku untuk penulisan kata bilangan dalam uraian.
Sedangkan untuk nomor rumah, tanggal, nomor telepon, bilangan dalam tabel, bilangan
persentase dan nomor halaman, boleh ditulis dengan angka arab.
d. Bilangan yang terdiri dari empat angka atau lebih ditulis dengan memberikan satu tanda
titik menyekat ribuan dan jutaan, misalnya 7.450 , 25.550 , 6.333.059 sedangkan untuk
bilangan desimal, digunakan tanda koma (,) sebagai penyekat berlaku. Sedangkan
penulisan nama bulan harus dengan huruf.
e. Pengejaan, pemenggalan, dan penyingkatan kata harus sesuai dengan kaidah tata
bahasa yang berlaku.
f. Kutipan yang ditulis pada catatan kaki adalah semua keterangan yang berkaitan dengan
uraian (teks) yang ditulis di bagian bawah halaman yang sama.
g. Pengunaan singkatan pada catatan kaki, antara lain:
Ibid atau ibidem (sama dengan yang di atas/ sumber yang baru saja dikutip)
loc.cit. atau loco citato (dikutip dari tempat yang sama)
op.cit atau opere citato (telah dikutip)
Contoh:
Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luring. indeks c.
ibid, indeks o.
Progdi Linguistik PPS Undana. 2014. Bianglala Linguistika: Jurnal Linguistik. Alih Kode
dalam Situasi Dwibahasa pada Mahasiswa di Kota Kupang. PPs Undana-Kupang. Hal.
18
loc.cit.
Pusat Bahasa. KBBI. op.cit. Indeks r.
h. Singkatan-singkatan lain;
C atau Ca dari circa (kira-kira atau sekitar)
Cap atau Chap dari Chapter (halaman)
Et al. Dari et all (dan lain-lain)
Etc. Dari et cetera (and other things atau dan lain-lain)

Referensi

Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Alwi H., dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka-Jakarta

51
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2011. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009, Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011.
Buku Praktis Bahasa Indonesia-Seri Pedoman: Pdm. 003. Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh.
Sugono, dkk. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia-Pusat Bahasa, Edisi
Keempat. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta

DIPA UNDANA Nomor: 0235-40/023-040/XXII/2010. Mullik M. & Malik A. 2010. Modul Bahasa
Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana-Kupang

Hapsari W. S., dkk. 2013. Bahasa Indonesia-Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Divisi Buku
Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada-Jakarta.

Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugihasatuti & Saudah S. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik. Pustaka Pelajar-Yogyakarta

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Referensi Daring

KBBI Luring. (Disarikan dari penjelasan yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III).
7/2/2016.

52

Anda mungkin juga menyukai