Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH BAHASA INDONESIA

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


1) Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-
peninggalan misalnya:
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:


1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar
Indonesia.

Bahasa resmi kerajaan.


Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu
mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar
pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

2) Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.Pada tahun 1928 bahasa Indonesia
di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa
Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

Peresmian Nama Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi
sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.

1
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di
lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
“Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari
kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di
gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa
Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan dengan dialek
Melayu lainnya atau bahasa ibunya.
Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media
massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga
dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Bahasa Melayu
dipakai dimana-mana di wilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh
keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah-daerah di wilayah nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah
nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit
pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa
nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan
tantangan.
Perjuangan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya
sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri kultural, yang ke dalam
menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
1. Bahasa Melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal
tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi
bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang
luas.

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Berkait dengan judul di atas terdapat dua konsep yang harus dipahami yakni kedudukan bahasa
dan fungsi bahasa. Indonesia

1. Kedudukan bahasa adalah status suatu bahasa berkaitan dengan aspek sosial, budaya ataupun
politik di tengah-tengah kehidupan masyarakat pemakainya.
2. Fungsi bahasa adalah kegunaan, peranan, atau nilai pemakaian bahasa berkaitan dengan
kedudukan yang diberikan kepadanya.

Perumusan kedudukan dan fungsi suatu bahasa diperlukan agar kita dapat membedakannya
dengan fungsi dan kedudukan bahasa lainnya. Sebagai contoh, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
dengan bahasa daerah ataupun dengan bahasa asing. Kejelasan fungsi dan kedudukan suatu bahasa akan
memengaruhi keberadaan bahasa itu di masa depan. Para penuturnya pun akan menyikapi dan
memperlakukannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya itu.

2
Sementara itu kekaburan dalam hal kedudukan dan fungsinya akan merugikan perkembangan dan
pembakuan suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia salah satu akibat yang ditimbulkannya adalah
penggunaan unsur-unsur bahasa lain yang begitu deras. Kondisi seperti ini akan mempersulit upaya
pembakuan bahasa Indonesia. Lebih dari itu dimungkinkan terjadinya pelindasan bahasa Indonesia atau
bahasa lain, terutama oleh bahasa Inggris. Fenomena itu telah terjadi pada bahasa daerah. Dalam hal ini,
ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia terancam punah. Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 746
bahasa daerah (Republika, 2014). Namun, yang berhasil dipetakan oleh Balai Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan hanya 594 bahasa daerah. Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah
karena jumlah penuturnya semakin sedikit. Para pemakainya perlahan-lahan meninggalkan bahasa itu dan
beralih menggunakan bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia memang yang terpenting di kawasan republik ini. Pentingnya peranan bahasa
itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “kami poetra dan poetri
Indonesia mendjoenjdoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. Namun, di samping itu, masih ada
beberapa alasan lain tentang pentingnya bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antar
beratus-ratus bahasa Nusantara. Penting tidaknya suatu bahasa dapat didasari patokan (1) jumlah
penuturnya, (2) luas penyebarannya, dan (3) peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra dan pengungkap
budaya

1) Jumlah Penutur
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa
atau bahasa Sunda. Akan tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, kedudukannya
dalam deretan jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama.
2) Luas Penyebarannya
Luas penyebaran jelas menempatkan bahasa Indonesia di baris depan. Sebagai bahasa
setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur Sumatera, di Kepulauan Riau dan
Bangka, serta di daerah pantai Kalimantan. Sebagai bahasa kedua, pemencarannya dapat
disaksikan dari ujung barat sampai ke ujung timur dan dari pucuk utara sampai ke batas selatan
negeri ini.

3) Peranannya sebagai Sarana Ilmu, Seni Sastra dan Pengungkap Budaya


Bahasa Indonesia telah benar-benar menjadi satu-satunya wahana dalam pemyampaian ilmu
pengetahuan serta media untuk pengungkapan seni sastra dan budaya serta bahasa daerah yang
berbeda-beda.
a. Sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia telah digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam
pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Demikian pula dengan penulisan buku-buku;
penyajiannya sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia.
b. Sebagai bahasa seni sastra, bahasa Indonesia telah menjadi penyalur jiwa seni dan ungkapan
perasaan para seniman dan sastrawan; tanpa hambatan apapun, baik itu dalam bentuk puisi,
prosa ataupun drama, dalam bentuk lisan ataupun tertlis
c. Sastra Indonesia modern dikembangkan oleh sastrawan beraneka ragam latar bahasanya
d. Bahasa Indonesia berperan sebagai sarana utama di luar bahasa asing, di bidang ilmu,
teknologi, dan peradaban modern bagi manusia Indonesia

C. BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL DAN BAHASA NEGARA

1. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda dalam Kongres pemuda II 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia
telah menjadi bahasa nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dimungkinkan oleh kenyataan bahwa yang mendasari bahasa Indoensia adalah bahasa Melayu.
Bahasa Melayu sendiri telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di
seluruh kawasan Nusantara.

3
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan bangsa, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) sarana
perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

kkebanggaan
nasional

bahasa
sarana Indonesia
identitas
perhubungan sebagai
nasional
antardaerah bahasa
Nasional

pemersatu

Gambar 1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki empat peran pokok

(1) Sebagai lambang kebanggaan nasional


Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.
Atas dasar kebanggaan itu, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa
kebanggaan memakainya senantiasa kita bina. Kebanggaan itu, antara lain, diwujudkan dengan
kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia di dalam berbagai kesempatan. Selalu
berusaha untuk tetap menggunakan kosakata bahasa Indonesia dan tidak mudah menggunakan
bahasa asing, terlebih apabila bahasa itu telah ada padanannya di dalam bahasa Indonesia.

(2) Sebagai lambang identitas nasional


Bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang Negara kita. Di dalam fungsi
ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sehingga bisa bersih dari unsur-
unsur bahasa lain yang tidak diperlukan. Pemakaian bahasa Indonesia harus pula menjadi ciri
dari keberadaan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan bangsa lain. Keberanian untuk
menggunakan bahasa Indonesia di berbagai peristiwa di tingkat internasional harus dibina dan
terus kita kembangkan. Usaha itu mulai menunjukkan hasil. Saat ini, bahasa Indonesia telah
mengalami perkembangan sangat pesat. Seiring kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia di era
global saat ini, peran Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa
Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia. Pada 2009 lalu, bahsa
Indonesia secara resmi ditempatkan sebagai bahasa asing kedua oleh pemerintah daerah Ho Chi
Minh City, Vietnam. Lalu berdasarkan data Kementerian Luar Negeri pada tahun 2012, bahasa
Indonesia memiliki penutur asli terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak 4.463.950 orang
tersebar di luar negeri. Bahkan, Ketua DPR RI dalam sidang ASEAN Parliamentary Assembly
(AIPA) ke-32 pada 2011 mngusulkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa kerja
(working language) dalam sidang-sidang AIPA. Fakta-fakta tersebut mendukung usaha
peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaan sekaligus dalam upaya
menjadikannya sebagai bahasa internasional.

(3) Sebagai alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, Ras, Adat Istiadat dan Budaya
Fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat bersama dalam kebangsaan, cita-cita dan rasa
senasib sepenanggungan tanpa perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-

4
nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional
kita dapat meletakkan kepentingan nasional kita di atas kepentingan daerah dan golongan.
Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagi bangsa yang multikultural dan sekaligus juga
multilingual. Hal ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik mempunyai tradisi dan
kebudayaan sendiri , termasuk keanekabahasaannya. Bahasa-bahasa kelompok etnik tersebut, atau
lebih dikenal sebagai bahasa daerah, selain dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok penutur
yang sangat variatif, juga memiliki wilayah yang tersebar luas.
Tersebarnya bahasa daerah ke wilayah tertentu ke wilayah lain di Nusantara tentunya
memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Hal ini perlu disikapi secara
serius oleh para pengambil kebijakan, dalam hal ini pemerintah. Jika dibiarkan, pergesekan
antarabahasa daerah tersebut, dikhawatirkan akan menjadi pemicu desintegrasi bangsa. Apalagi,
wilayah Indoneisa memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan berimbas kepada
persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa yang berbeda-beda budaya, salah
satunya adalah dengan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu bangsa. Sampai saat ini, bahasa
Indonesia belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang
berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia dapat
menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan
bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek
kehidupan dan kebudayaan. Hal ini pulalah yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai sarana
pertahanan bangsa dan ancaman disintegrasi.
(4) Sebagai Alat komunikasi
2. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa Negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab
XV, Pasal 36. Adapun yang dimaksud dengan bahasa Negara (Indonesia) adalah bahasa resmi
nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
Penentuan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara sangat dimungkinkan oleh karena
bahasa Indoensia (1) dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk, (2) penyebarannya lebih
menyeluruh, dan (3) diterima oleh seluruh penduduk Indonesia. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal 28
Oktober 1928.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan pemerintah, dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
ilmu penegetahuan, dan teknologi.
Selanjutnya, dalam rumusan Seminar Politik Bahasa Tahun 1999, dijelaskan bahwa fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara masih ditambah lagi dengan tiga fungsi, yaitu (a) bahasa
media massa, (b) pendukung sastra Indonesia, (c) pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun bentuk tulisdan. Dokumen-dokumen
dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan
kenegaraan diitulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan ditulis
dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian pula halnya dengan pemakaian bahasa
Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungan dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai tingkat perguruan tinggi,
kecuali di daerah-daerah bahasa seperti bahasa Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Makasar.
Di daerah-daerah ini, bahasa daerah dapat dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun
ketiga pendidikan dasar. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak pada waktu memasuki
5
lembaga pendidikan formal harus menguasai bahasa ibu (daerah) oleh karena itu, bahasa daerah
dapat digunakan sebagai bahasa pengantar demi kepraktisan.
Di dalam hubungannya dengan fungsi yang ketiga, bahasa Indonesia tidak saja dipakai
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas. Bahasa Indonesia juga
tidak saja dipakai sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial
budaya dan bahasanya. Di dalam masyarakat yang sama latar belakangnya tersebut, pemilihan
bahasa Indonesia didasarkan pada pokok persoalan yang menyangkut masalah tingkat nasional.
Di dalam hubungannya dengan fungsi yang terakhir, bahasa Indonesia dipergunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita. Di samping itu, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung sekaligus sebagai alat penyebarluasan pengetahuan
dan teknologi untuk kepentingan nasional kita.
Tindakan nyata dan efektif di dalam memperkuat fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia
adalah melalui jalur pendidikan dan pengajaran. Tindak lanjut yang memungkinkan untuk diambil
demi memenuhi harapan tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Masa pengajaran bahasa Indonesia di semua jenis dan jenjang pendidikan perlu
ditingkatkan. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan kemampuan guru bahasa
Indonesia, pengembangan bahan pelajaranyang sesuai dengan fungsi komunikatif dan
integratif bahasa, penalaran, serta pemberian pengalaman belajar kepada siswa.
(2) Penentuan strategi pengajaran, pengembangan tata bahasa anutan, penggunaan tata
bahasa yang baik dan benar, kemantapan kemampuan berbahasa Indonesia sebagai
persyaratan untuk berbagaia macam kenaikan pangkat dan tingkat, serta pemanfaatan
media massa sebagai model penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(3) Bahasa pelajaran bahasa Indonesia perlu mencakup latihan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis serta perlu pula dikembangkan keterampilan membaca. Hal
tersebut dimaksudkan agar kompetensi para siswa lebih berorientasi pada kemampuan
secara nyata dan komprehensif dalam berbahasa dan tidak sekadar .

D. PERBEDAAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA, BAHASA DAERAH DAN BAHASA
ASING

Pada saat ini, bangsa Indonesia hidup dalam dua era sekaligus, yaitu era globalisasi dan era otonomi
daerah. Kedua era ini telah memengaruhi kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa di Indonesia. Kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesai dan bahasa asing perlu dirumuskan kembali seiring dengan era globalisasi,
sementara itu, kedudukan dan fungsi bahasa daerah perlu pula dipertimbangkan kembali seiring dengan
era otonomi daerah.

Fenomena yang terjadi sehubungan dengan derasnya arus globalisasi adalah kebanggaan
berbahasa Indonesia pada sebagian besar warga cenderung luntur dan tergantikan oleh besarnya rasa
menghargai bahasa asing. Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya daripada bahasa
Indonesia. Fenomena negatif tersebut tampak pada hal-hal berikut.

1. Banyak orang Indonesia dengan bangga dan pamer kemahirannya berbahasa Inggris. Sementara
itu, kemampuannya dalam berbahasa Indonesia tidak begitu baik.
2. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak mampu menggunakan bahasa asing dan
bersikap santai apabila dirinya belum menguasai bahasa Indonesia.
3. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya
karena merasa dirinya telah cukup dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang telah ia miliki.
4. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai
bahasa asing dengan fasih walaupun penguasaan bahasa Indonesia kurang sempurna.

Kenyataan-kenyataan itu menggambarkan sikap pemakai bahasa Indonesia akan melemahkan


kedudukan bahasa Indonesia, baik itu sebagai bahasa Negara maupun bahasa nasional. Sikap tersebut

6
menunjukkan pesimistis, menganggap rendah, dan tidak percaya dengan kemampuan bahasa Indonesia di
dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lengkap, jelas dan sempurna.
Akibat lebih lanjut dari kenyataan-kenyataan itu adalah sebagai berikut.
a. Banyak orang Indonesai yang lebih suka menggunakan kata-kata, peristilahan, dan ungkapan-
ungkapan asing. Padahal dalam bahasa Indonesia, hal-hal tersebut sudah ada padanannya,
bahkan sudah biasa dipergunakan. Sebagai contoh page, background, reality, alternative, airport
untuk halaman, latar belakang, kenyataan, (kemungkinan) pilihan dan lapangan terbang atau
bandara.
b. Banyak orang Indonesia yang menghargai bahasa asing secara berlebihan sehingga
penggunaan bahasanya malah menjadi salah (gejala hiperkorek). Sebagai contoh, pengucapan
kata rokh, insyaf, fihak, fatsal, syarat (muatan), syah (dianggap). Padahal kata-kata itu cukup
diucapkan atau ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat dan sah.
c. Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik, tetapi penguasaan
bahasa Indonesia hanya sebatas apa adanya. Terkait dengan itu, yang bersangkutan mempunyai
bermacam-macam kamus dan tata bahasa bahasa asing, tetapi tidak mempunyai satu pun
kamus dan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosa kata dan struktur
bahasa Indonesia telah dikuasainya dngan baik. Akibatnya, mereka kesulitan dalam
menjelaskan atau menerapkan kata-kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Dengan memperhatikan fenomena-fenomena tersebut, kedudukan bahasa Indonesia, termasuk


bahasa daerah, perlu diperkuat dan ditingkatkan. Kedua bahasa tersebut dapat terus terpelihara sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dengan begitu, keduanya dapatt
menjalankan fungsinya dengan baik untuk berbagai keperluan. Pada waktu yang sama, bahasa asing pun
dapat menjalankan fungsinya dengan sesuai dan benar.
Arus globalisasi telah memberikan dampak bagi perkembangan bahasa di Indonesia.
Kedudukan bahasa Indonesia, apalagi bahasa daerah sudah menjadi subordinasi, yang berarti berada di
bawah bahasa asing. Dalam hubungan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bahasa Indonesia juga
telah melakukan dominasi terhadap bahasa daerah. Bahasa Indonesia telah membatasi ruang gerak bahasa
daerah. Fungsi bahasa daerah menjadi sangat terbatas, hanya sebagai bahasa keluarga, hiburan atau situasi-
situasi tidak formal sehingga daya tahan dan daya saing bahasa tersebut sangat rendah.
Menyadari hal itu, pemerintah bersama DPR mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Di dalam undang-undang itu
dinyatakan bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa Indonesia
dan bahasa daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia (Pasal 42,
ayat [1])
Adapun berkenaan dengan keberadaan bahasa asing dinyatakan dalam undang-undang
tersebut, khususnya Pasal 43, bahwa pemerintah dapat memfasilitasi warga Negara Indonesia yang ingin
memiliki kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing bangsa. Ketentuan lebih lanjut
mengenai fasilitasi untuk meningkatkan kompetensi berbahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam peraturan pemerintah.
Berikut beberapa pembagian peran bahasa Indonesia dengan bahasa daerah dan bahasa asing.
1. Bahasa Indonesia
a. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat pemersatu, pembentuk jati diri, dan
kemandirian bangsa
b. Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; dimantapkan melalui usaha-usaha pemekaran istilah,
kosakata dan struktur bahasa.
2. Bahasa Daerah
a. Bahasa daerah merupakan sarana pembinaan dan pengembangan budaya, seni, dan
tradisi daerah berfungsi memperkokoh jati diri dan ketahan budaya bangsa.
b. Peran bahasa daerah dilakukan melalui tanah adat-budaya dan ranah agama.
7
3. Bahasa Asing
Bahasa asing merupakan sarana komunikasi antarbangsa, sarana alih ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta sumber pemerkayaan khasanah kosakata bahasa Indonesia

B. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara berserta fungsinya
Sebagai Bahasa Nasional
Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih tepatnya, Dinyatakan Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memilki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
adapun penjelasanya :

1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.

Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan
digunakannya bahasa Indonesia dalam bulir-bulir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya sebagai berikut: Kami
poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.

8
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.


Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan masih
digunakannya Bahasa Indonesia sampai sekarang ini. Berbeda dengan negara-negara lain yang terjajah,
mereka harus belajar dan menggunakan bahasa negara persemakmurannya. Contohnya saja India,
Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan Bahasa Inggris.

3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.


Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan
digunakannya Bahasa Indonesia dalam berbagai macam media komunikasi. Misalnya saja Buku, Koran,
Acara pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah negara yang memiliki beragam
bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai Alat pemersatu
Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.

4.Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat
dan Budaya.
Agar semua bangsa indonesia memiliki bahasa pemersatu dalam berkomunikasi walaupun berbeda –
beda asal,suku,ras dan adat.

Sebagai Bahasa Negara


Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Dengan
demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai
bahasa negara.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan
di Jakarta. Berikut Fungsi dan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah :
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.

Adapun penjelasannya :
1. Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi kenegaraan, upacara
atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusankeputusan serta surat-menyurat yang
dikeluarkan oleh pemeritah dan badanbadan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia.
Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya
dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi
kenegaraan dengan sebaik-baiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi
pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan
salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan
baru, kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus baik di dalam maupun di
luar negeri.

2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

9
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-lembaga pendidikan baik formal
atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa
Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan di seluruh
Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih merupakan masalah yang meminta perhatian.

3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi
timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.

4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi


Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina
serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri,
yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak tergantung sepenuhnya kepada
bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan
hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah atu-satunya alat
yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga
ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

10

Anda mungkin juga menyukai