Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BAHASA INDONESIA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN


HINGGA SAAT INI

Oleh :

Imam Ikhsan Syarif

1931511800

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

JAKARTA

2021
Sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia

Seperti kita ketahui bersama bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang digunakan
oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia menjadi identitas bangsa di
tengah – tengah bangsa lain di dunia. Sebelum resmi menjadi Bahasa nasional, bahas Indonesia
dikenal sebagai Bahasa Melayu. Sejak tanggal 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia dipakai resmi
oleh bangsa Indonesia sebagai Bahasa nasional.

Bahasa Indonesia yang kini kita gunakan sebagai Bahasa resmi di negara kita berasal dari
Bahasa melayu. Bahasa melayu yang kita gunakan kita selidiki sebagai peninggalan masa
lampau. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli, bahkan menghasilkan penemuan
bahwa Bahasa Austronesia itu juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Bahasa – Bahasa
yang dipergunakan di daratan Asia Tenggara.

Bukan baru sekarang Bahasa Indonesia atau Bahasa melayu itu digunakan sebagai
Bahasa penghubung di beberapa negara di Asia Tenggara. Sudah sejak dulu kala, Bahasa
Indonesia atau Bahasa melayu itu dikenal oleh penduduk daerah yang Bahasa sehari-harinya
bukan Bahasa Indonesia atau melayu. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya beberapa prasasti
yang ditemukan di daerah-daerah yang Bahasa sehari-hari penduduknya bukan Bahasa Indonesia
atau melayu. Tentu saja ada yang ditemukan di daerah yang Bahasa sehari-hari penduduknya
sudah menggunakan Bahasa Indonesia atau melayu. Sejarah perkembangan Bahasa ini dapat
dibuktikan dengan adanya prasasti Kedudukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur
(686 M), Karah Barahi (686 M).

Ketika Bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, Bahasa melayu sudah
mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah Bahasa – Bahasa daerah di Nusantara
ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan Magelhaen mengelilingi dunia, ketika kapalnya
berlabuh di tidore pada tahun 1521 menuliskan kata – kata Melayu. Itu merupakan bukti yang
jelas bahwa Bahasa melayu berasal dari bagian barat Indonesia pada zaman itu pun sudah
menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebalah timur.

Demikian juga menurut Jan Huygen Van Lischoten, pelaut belanda yang 60 tahun
kemudian berlayar ke Indonesia, mengatakan bahwa Bahasa melayu bukan saja sangat harum
namanya tetapi juga dianggap Bahasa yang terhormat di antara Bahasa-bahasa negeri timur. Hal
tersebut dapat dibandingkan dengan orang yang tidak dapat atau tidak tahu bahasaa Indonesia,
seperti orang yang tidak tahu dan tidak dapat berbahasa prancis di Negeri Belanda pada zaman
itu. Berarti hal tersebut menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia sudah demikian terkenal dan
terhormat pada masa itu.

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa yang berasal dari Bahasa melayu. Bahasa tersebut
digunakan sebagai Bahasa perantara (lingua franca) atau Bahasa pergaulan , di hamper seluruh
wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti – prasasti kuno yang
ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian nama Bahasa Indonesia tersebut
bermakna politis sebab Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat perjuangan oleh kaum nasionalis
yang sekaligus bertindak sebagai perencana Bahasa untuk mencapai negara Indonesia yang
merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa seebelum peristiwa sumpah
pemuda itu nama Bahasa Indonesia sudah ada. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun
1928 telah ada gerakan kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya
pada mereka telah ada suatu konsep tentang Bahasa Indonesia.

Nama Bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena setujuan dengan nama
negara yang diidam-idamkan yaitu Bahasa Indonesia. Sifat politik ditumbulkan karena keinginan
agar Bahasa Indonesia mempunyai semangat juang bersama-sama dalam memperoleh
kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu ikatan : Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu
Bahasa.

Persatuan dan kesatuan Bahasa Indonesia diikrarkan melalui butir-butir sumpah pemuda
sebagai berikut.

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.

Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga dengan ikrar
pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan kedua
menyatakan “mengaku bertumpad darah yang satu dan mengaku berbangsa yang satu”. Artinya,
tanah air dan bangsa kami hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan “menjunjung Bahasa
bersatuan, Bahasa Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia merupakan
Bahasa yang digunakan dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak berarti bahwa, Bahasa
daerah dihapuskan. Bahasa daerah tetap harus dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya
bangsa. Jadi, sangatlah keliru jika ada warga daerah yang malu menggunakan Bahasa daerahnya
dalam berkomunikasi.

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan diartikan sebagai Bahasa yang digunakandi
dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia. Itulah sebabnya Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan
sebagai Bahasa persatuan.

Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya bahasa


melayu yang dijadikan bahasa nasional, Mengapa bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang
jumlah pemakaiannya meliputi hampir seluruh penduduk Indonesia. Juga bahasa yang
kesusastraannya sudah maju dibandingkan dengan bahasa Melayu dan bahasa-bahasa daerah
lainnya, sebagai berikut.

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para
pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota
pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antara individu.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari.
Tak dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan
pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.

3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sematamata didasarkan pada keinsafan akan
manfaatnya ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan
perlunya kesatuan dan persatuan.
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu tidak
mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang
luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada
kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai
untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.
Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan
landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut.

1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama
berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak
terjadi pada bahasa Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas
wilayah bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa,
Sunda, Madura, ataupun bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing.
4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah
dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat
bahasa.
5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antarpenutur yang berasal
dari berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak
menimbulkan perasaan kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan
antarbahasa daerah.

Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas kerelaan mereka
membelakangkan bahasa ibunya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional.
Tiga bulan menjelang Sumpah Pemuda, tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno dalam
pidatonya menyatakan bahwa perbedaan bahasa di antara suku bangsa Indonesia tidak akan
menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar,
makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.

Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa
Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda yang
berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya,
anggota bumiputra tidak banyak yang memanfaatkannya.

Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo pada
tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hal hasil keputusan penting yaitu bahasa Indonesia
menjadi (1) bahasa resmi dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan
perundangundangan.

Demikianlah ”lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari
langit, tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat
untuk bersatu. Api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka yang
sebelum itu harus berjuang melawan penjajah.

Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat menggunakan bahasa
lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari kedudukannya sebagai bahasa resmi.
Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang mengajarkan bahasa Jepang kepada orang Indonesia
dan bermaksud menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk digunakan
oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat seperti waktu dia
menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang praktis yaitu
memakai Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang perlu
dicatat bahwa selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai sebagai
bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan.

Demikianlah, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan bahasa Indonesia


secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. bagi orang Indonesia hal
itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam
waktu yang pendek dan mendesak mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke Bahasa
Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan
bahasa Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia.

Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan makin
kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita
tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik dengan bahasa nasional yang didasari oleh
nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun
eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring
dengan sejarah bangsa pemiliknya.

Perioderisasi Perkembangan Bahasa Indonesia


 Sebelum Kemerdekaan
Pada saat sebelum kemerdekaan, bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat sebagai alat
perhubungan atau “lingua franca” di seluruh nusantara bahkan di seluruh wilayah Asia
Tenggara. Bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia pun menggunakan bahasa Melayu
untuk berkomunikasi dengan masyarakat nusantara. Peristiwa-peristiwa penting yang
berhubungan dengan perkembangan bahasa Melayu di Indonesia sebelum kemerdekaan, antara
lain
(1) Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Van Ophuijsen yang dibantu oleh
Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam
Kitab Logat Melayu.
(2) Tahun 1908 pemerintah colonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Badan ini pada
tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan ini menerbitkan novel (seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan), buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan. Badan ini sangat membantu penyebaran bahasa Melayu dikalangan masyarakat
luas.
(3) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini merupakan pidato pertama menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad.
(4) Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia yang kemudian disebut “Bahasa Indonesia”.
(5) Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
(6) Tahun 1936 Sutan takdir Alisyahbana menyusun Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
(7) Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia 1 di Solo. Berdasarkan
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

 Setelah Kemerdekaan
Satu hari setelah diproklamasikan kemerdekaan kemerdekaan Negara kesatuan Republik
Indonesia, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan UUD 1945 yang didalamnya
terdapat salah satu pasal yaitu pasal 36 yang berbunyi “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dengan demikian, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi negara sehingga dalam
semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan, kenegaraan, pendidikan, ataupun forum
resmi harus menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan
dengan perkembangan bahasa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan, yaitu :

(1) Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah UUD 1945, yang salah satu pasalnya (pasal
36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
(2) Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
(3) Tanggal 28 Oktober sampai 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk
terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
(4) Tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR
yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
(5) Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
(6) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III
di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-
50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
(7) Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-
55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
(8) Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V
di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kirakira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Indonesia dan peserta tamu dari Brunai Darussalam, Malaysia, Singapura,
Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya
karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
(9) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI
di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia. (10)
Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Pada bagian terdahulu, secara
sepintas, sudah dikatakan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan kebangsaan (2) bahasa resmi kenegaraan, (3) bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, (4) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (5) alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan
dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya,
serta pidato-pidato kenegaraan.

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nsional, bahasa Indonesia di antaranya berfungsi
mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah ditegaskan di
dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan
‘menaati’ (nasihat, perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut
menegaskan bahwa para pemuda bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia. Pernyataan itu tidak saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan
pernyatakan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung
tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini
berarti pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada
di atas bahasa-bahasa daerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah
kemerdekaan RI dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar
1945. Bab XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam
penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa dalam penyeelenggaraan pendidikan dan
sebagainya.
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.
Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia haruslah dipelihara dan dikembangkan, serta rasa
kebanggaan memakainya senantiasa kita bina. Dengan demikian, fungsi tersebut, bahasa
Indonesia wajib kita junjung karena selain sebagai bendera dan lambang negara kita.

Implementasi dari fungsi bahasa Indonesia yang lainnya adalah bahasa Indonesia harus
memiliki identitas sendiri sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita dan berbeda
dengan negara lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya jika masyarakat pemakainya
membina dan mengembangkannya sehingga tidak bergantung pada unsur-unsur bahasa lain.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu
dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air
dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Selain beberapa fungsi bahasa tersebut, bahasa Indonesia juga harus berfungsi sebagai alat
pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-
beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan. Pada fungsi ini, bahasa Indonesia memungkinkan
berbagai-bagai suku bangsa yang mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu
dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial
budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa
nasional itu, kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau
golongan.
Pada fungsi kedua ini, bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Meskipun lembaga-lembaga
pendidikan tersebut tersebar di daerah-daerah, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar. Memang ada pengecualian untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas-
kelas rendah sekolah dasar di daerah-daerah.

Mereka diizinkan menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar.

Di dalam hubungannya dengan fungsi ketiga di atas, yakni alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, bahasa Indonesia
dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas,
dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia
adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang
membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita
pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilainilai sosial budaya nasional kita (Halim dalam
Arifin dan Tasai, 1995: 1112).

Kesimpulan

Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu. Alasan bahasa Melayu digunakan sebagai
dasar lahirnya bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Bahasa Melayu merupakan lingua franca, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari.
3. Suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, semata-mata didasarkan pada keinsafan karena sadar akan perlunya
kesatuan dan persatuan bangsa.
4. Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat
dipakai untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara
jelas.

Sejalan dengan pendapat Slametmulyana di atas, Soedjito menjelaskan secara sederhana


alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai
berikut.
Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama
berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak
terjadi pada bahasa Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.

Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas
wilayah bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa,
Sunda , Madura, ataupun bahasa daerah lainnya.

Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing.

Bahasa Melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga


mudah dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-
tingkat bahasa.

Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antarpenutur yang


berasal dari berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak
menimbulkan perasaan kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan
antarbahasa daerah.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:


(1) lambang kebangsaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu
berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda, dan (4)
alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Di dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi negara; (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; (3) alat perhubungan
dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah; dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Pendapat saya mengenai peristiwa yang paling memberikan pengaruh terhadap
perkembangan Bahasa Indonesia :

Pada saat tanggal 28 Oktober 1928 sebagai hari atau peristiwa sumpah pemuda, karena
bertepatan pada hari itu pertama kali Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada
tanggal 28 Oktober 1928 dan peresmian nama Bahasa Indonesia tersebut bermakna politis.
Kongres pemuda kedua pada 28 Oktober 1928 menyatakan pengakuan terhadap tumpah darah
yang satu, tanah air indonesia; satu bangsa, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Isi Sumpah Pemuda menjadi tonggak dasar bangkitnya bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan. Pernyataan Sumpah Pemuda mampu membangun persatuan dalam
merebut kemerdekaan dari para penjajah.

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia, berfungsi untuk memudahkan manusia dalam
berinteraksi. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku dan
budaya. Begitu pula dengan bahasa, Indonesia memiliki beragam bahasa daerah yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Sejak dikukuhkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
negara Indonesia, maka di setiap komunikasi kita menggunakan bahasa Indonesia. Bukan berarti
kita bangsa Indonesia melupakan bahasa ibu atau bahasa daerah asal kita. Keberagaman bahasa
daerah yang ada di Indonesia membuat kita membutuhkan satu bahasa sebagai pemersatu, yaitu
Bahasa Indonesia. Peran bahasa Indonesia dalam membangun karakter bangsa juga sudah
dinyatakan dalam Pasal 36c Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Hal ini
semakin menguatkan bahasa persatuan Indonesia dilihat dari bahasanya.

Dalam perkembangannya, tepat pada 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia dinyatakan sebagai
bahasa persatuan, bahkan kedudukannya dikukuhkan sebagai bahasa nasional, sebagaimana
tertuang dalam ikrar Sumpah Pemuda

Referensi

Bakry, Oemar. (1981). Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Satu Bahasa, Bahasa Indonesia.
Jakarta: Mutiara.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1981). Politik Bahasa Nasional. Jakarta: PN
Balai Pustaka.

----------. (1985). Kongres Bahasa Indonesia IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tasai, Amran dan Abdul Rozak Zaidan. (2001). Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia (modul). Jakarta: Universitas

Terbuka.

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/accounting-s1/bahasaindonesia/fungsi-bahasa
http://ebookbrowsee.net/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesiapptx-d25963559
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/19/sejarah-perkembangan-danharapan-bahasaindonesia-
494235.html

Anda mungkin juga menyukai