Anda di halaman 1dari 16

Nama : Imam Ikhsan Syarif

Nim : 1931511800

Tugas Penggaran Perusahaan Pertemuan 13

PENILAINA INVESTASI

Penilaian investasi

Umum

Penilaian investasi adalah kumpulan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi


ketertarikan pada investasi. Tujuannya adalah untuk:

 Menilai kelayakan pencapaian tujuan;


 Mendukung produksi bisnis.

Penilaian investasi difokuskan terutama pada fase awal proyek atau program dan
ditetapkan sejalan dengan pekerjaan awal dari rencana manajemen dan rencana
pengiriman.

Keberadaan langkah-langkah pemisahan perencanaan dan permulaan fungsi ini secara


keseluruhan tergantung pada skala dan kompleksitas pekerjaan. Dalam program dan
portofolio, langkah-langkah ini diperlukan untuk dapat menetapkan penilaian yang
konsisten di sepanjang proyek dan program komponen. Dalam proyek, hal yang paling
dekat dengan perencanaan dan permulaan penilaian investasi akan diserap dalam proses
identifikasi dan proses definisi.

Kebanyakan penilaian investasi didasarkan pada arus kas, tetapi ada faktor-faktor lain
yang perlu dimasukkan, seperti:

Pertimbangan hukum – proyek yang memungkinkan organisasi untuk menetapkan


peraturan baru wajib mempertimbangkan hukum jika organisasi terus beroperasi.
Penilaian didasarkan pada pengembalian investasi yang sedikit sesuai.
Dampak lingkungan – dampak pekerjaan pada lingkungan alami bertambah satu faktor
ketika mempertimbangkan investasi. Analisis dampak lingkungan pada pekerjaan
infrastruktur ditulis dalam peraturan di berbagai bagian dunia.

Dampak sosial – untuk organisasi sosial, pengembalian investasi dapat diukur dalam hal
non-finansial seperti ‘kualitas hidup’ atau bahkan ‘keselamatan hidup’.

Manfaat operasional – ini terdiri atas unsur-unsur yang sedikit nyata seperti ‘kepuasan
pelanggan bertambah’, ‘moral staf yang lebih tinggi’, atau ‘competitive advantage’.

Risiko - semua organisasi mengalami risiko bisnis dan risiko operasional. Keputusan
investasi dapat dibenarkan karena mengurangi risiko.

Penilaian investasi membutuhkan masukan semua faktor ini. Selama proses identifikasi
proyek atau program, masukan ini akan dilakukan secara ‘top-down’, yaitu berdasarkan
teknik taksiran komparatif atau parametrik. Dalam proses definisi, mereka akan
meringkas perencanaan pengiriman terperinci, yaitu ‘bottom-up’.

Langkah khusus pertama adalah mengumpulkan informasi yang relevan. Tergantung


pada siklus hidup yang sedang terjadi, ini mengharuskan dibuatnya data top-down atau
ringkasan data button-up. Ini seharusnya dilakukan sehubungan dengan pemangku
kepentingan untuk memastikan bahwa semua masalah dan juga tujuan yang relevantelah
diberi masukan.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian menggunakan teknik yang sesuai.


Akhirnya, hasil penilaian tersebut dilaporkan, biasanya dalam bentuk kasus bisnis.

Inti penilaian investasi terletak pada perbandingan antara investasi dan pengembalian.
Setiap perbandingan yang objektif memerlukan dua sisi untuk diukur dalam unit yang
sama, yaitu uang tunai. Dalam banyak kasus, isi investasi dari persamaan dalam proyek,
program, dan portofolio mudah diukur dalam bentuk uang tunai, dengan pengecualian
manfaat subjektif.

Pengembalian biasanya juga bisa diukur dari sisi kas tetapi manfaat subjektfnya sering
berupa komponen yang signifikan.

Ada banyak teknik penilaian investasi dan bila ada penekanan yang signifikan pada
manfaat subjektif, metode penilaian mungkin paling sesuai.
Teknik keuangan yang paling sederhana adalah metode metode payback. Metode ini
menghitung periode pengembalian, yaitu waktu yang dibutuhkan bagi nilai terkait
keuntungan sehingga sama dengan biaya pekerjaan. Ini adalah mekanisme yang relatif
mentah tetapi bisa bermanfaat untuk penyaringan awal, terutama saat meninjau proyek
dan program untuk dimasukkan dalam portofolio.

Cara yang lebih baik untuk membandingkan investasi yang kurang kompleks adalah
tingkat pengembalian akuntansi (accounting rate of return/ARR). Cara ini menyatakan
‘keuntungan’ sebagai persentase biaya namun memiliki kerugian karena tidak
memperhitungkan waktu pendapatan dan pengeluaran. Ini menghasilkan perbedaan
yang signifikan pada semua proyek yang paling singkat dan paling padat modal.

Bila ada perbedaan waktu yang signifikan antara pengeluaran dan pengembalian
finansial, akibatnya, teknik arus kas diskon lebih tepat. Hal paling sederhana adalah
penghitungan net present value (NPV). Ini menghitung nilai sekarang semua arus kas
yang berkaitan dengan investasi. Semakin tinggi NPV semakin baik tingkat diskonto
yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana nilai uang menurun seiring waktu
(dengan asumsi lingkungan inflasi).

Tingkat diskonto yang memberikan NPV nol disebut tingkat pengembalian internal
(IRR). NPV dan IRR dapat digunakan untuk membandingkan pendekatan alternatif
dalam pengembangan solusi atau sejumlah proyek atau program dalam proses
manajemen portofolio.

Ketika menilai pekerjaan dalam hal modal, siklus hidup produk secara penuh perlu
dipertimbangkan karena biaya penghentian yang signifikan.

Salah satu masalah terbesar dalam penilaian investasi adalah perkiraan nilai manfaat
yang terlalu optimis. Beberapa pendekatan penilaian disesuaikanketika ada pendapat
mengenai nilai yang dikurangi sebelum dihitung dalam kasus bisnis.

Potensi optimisme terbesar adalah bila manfaatnya sulit dikuantifikasikan dan nilai
asumsi harus dibuat. Nilai manfaat yang tidak berwujud bisa dikuantifikasi dengan
menerapkan serangkaian asumsi. Sebagai contoh, pekerjaan yang meningkatkan moral
staf dapat menyebabkan pendapatan (turnover) para staf menjadi lebih rendah dan biaya
perekrutan berkurang. Pengurangan biaya tersebut kemudian menetapkan nilai manfaat
finansial. Beberapa asumsi perlu didokumentasikan dan dinyatakan secara hati-hati.

Manfaat yang muncul dari perubahan organisasi dapat menambah proporsi tidak
berwujud yang signifikan dan manfaat non-finansial dimasukkan dalam penilaian.
Penilaian seharusnya tidak terlalu tergantung pada manfaat non-finansial, seperti
sesuatu yang dapat disesuaikan melalui pandangan nilai subjekti

METODE PENILAIAN INVESTASI

Kriteria Pengambilan Keputusan yang Baik

Untuk menentukan metode penilaian investasi (capital budgeting) yang baik, terdapat 3
pertanyaan yang perlu dijawab :

1. Apakah metode tersebut memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value
of money)?
2. Apakah metode tersebut memperhitungkan tingkat resiko?
3. Apakah metode tersebut bisa memberi informasi tentang penambahan nilai
perusahaan?

Nilai Sekarang Net (Net Present Value = NPV)

Merupakan selisih antara nilai pasar proyek dan harga perolehannya (cost)

NPV =PV Cash Inflow – Initial Cost

NPV = Nilai sekarang dari arus kas masuk – biaya investasi

Berapa nilai yang dihasilkan dari investasi tersebut?

Langkah pertama adalah memperkirakan arus kas mendatang yang diharapkan.

Langkah kedua adalah memperkirakan hasil (return) yang diinginkan dari proyek pada
tingkat resikonya.
Langkah ketiga adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas masuk dan dikurangi
dengan nilai investasi awal (harga perolehan).

Contoh :

Sebuah proyek diperkirakan memiliki arus kas  (cash flow = CF) sebagai berikut (yang
bertanda negative berarti arus kas keluar / pengeluaran kas sedangkan yang bertanda
positif berarti arus kas masuk / penerimaan kas) :

Tahun 0 : CF = -Rp 165 miliar

Tahun 1 : CF = Rp 63,12 miliar ; NI = Rp 13,62 miliar

Tahun 2 : CF = Rp 70,80 miliar ; NI = Rp   3,30 miliar

Tahun 3 : CF = Rp 91,08 miliar ; NI = Rp 29,10 miliar

Nilai Buku Rerata (average) = Rp 72 miliar

Hasil yang diharapkan dari proyek tersebut pada tingkat resiko yang dihadapi sebesar
15%.

Diharapkan proyek tersebut akan balik modal dalam waktu 2 tahun.

Pengambilan Keputusan

Pada metode Nilai Sekarang Neto (Net Present Value = NPV) , Jika nilai NPV positif
maka proyek diterima dan sebaliknya.

Bila NPV bernilai positif berarti proyek tersebut diharapkan akan menambah nilai
perusahaan dan akan meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan.

Karena tujuan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan, NPV


merupakan ukuran langsung seberapa baik proyek dapat mencapai tujuan tersebut.

Untuk contoh di atas,nilai NPV nya sbb  (dalam miliaran rupiah) :


NPV = -165 + 63,120/(1.12) + 70,8/(1.12)^2 + 91,08/(1.12)^3 = 12,62741

Karena nilai NPV positif Rp 12,63 miliar, berarti proyek tersebut diterima.

NPV – Test Kriteria Keputusan

1. NPV memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari adanya
diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.
2. NPV memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (pada soal di atas
sudah tertulis hasil yang diharapkan mencerminkan tingkat resiko yang
dihadapi)
3. NPV memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan (adanya
tambahan kekayaan sebesar Rp 12,63 miliar)

Karena NPV memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka NPV merupakan metode yang
baik.

Periode Pengembalian Investasi (Payback Period = PP)

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali uang kas (dana) yang
telah dikeluarkan dalam suatu investasi.

Langkah-langkahnya : perkirakan arus kas yang akan diperoleh. Lalu kurangkan arus
kas mendatang tersebut dari investasi awal sehingga seluruh nilai investasi tersebut
dapat ditutupi.

Suatu proyek akan diterima bila periode pengembalian investasinya lebih cepat
dibanding batas waktu yang ditetapkan (preset limit).

Pada contoh di atas perhitungan nya sbb  (dalam jutaan rupiah) :

Investasi awal                        - Rp 165.000

Arus kas masuk tahun-1         Rp   63.120


Saldo                                      - Rp 101.880

Arus kas masuk tahun-2       Rp    70.000

Saldo                                      - Rp    31.080

Arus kas masuk tahun-3       Rp    91.080

Saldo                                        Rp    60.000

Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 31,08 / 91,03 x 12 bulan =


2 tahun 4,09 bulan

Artinya setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 4,09 bulan, investasi (proyek)
tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan investasi
pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).

Namun karena investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka realisasi
balik modal selama 2 tahun 4,09 bulan terlalu lama. Dengan demikian proyek tersebut
ditolak.

Periode Pengembalian Investasi (PP) – Tes Kriteria Keputusan

1. PP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada
metode ini tidak ada perhitungan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
2. PP tidak memperhitungkan resiko dari proyek. PP tidak mengaitkan antara
resiko dan hasil yang diinginkan. PP hanya mementingkan berapa lama uang
dikeluarkan dapat kembali.
3. PP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan dan
pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi.

Mengingat PP tidak lulus terhadap ketiga ujian (pertanyaan) tersebut, maka PP tidak
bisa dijadikan sebagai metode yang utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode PP


Kelebihan : mudah dipahami (metode yang paling sederhana), selaras dengan
ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh maka
semakin lama kembali modalnya), menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).

Kelemahan : mengabaikan nilai waktu dari uang, membutuhkan lamanya waktu balik
modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk pengembalian
investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode pengembalian investasi,
bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan pengembangan dll.

Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto  (Discounted Payback Period = DPP)

Pada metode ini, seluruh arus kas masuk (cash inflow / proceeds) dihitung nilai
sekarangnya (didiskontokan), baru dihitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan nilai investasi.

Lalu bandingkan dengan lamanya waktu yang diinginkan.

Dengan metode ini, proyek akan diterima bila lamanya proyek ini bisa mengembalikan
dana investasi selambat-lambatnya dalam waktu yang ditentukan tersebut.

Pada contoh di atas , pertama kita hitung nilai sekarang dari arus kas (masuk)nya sbb :

Tahun pertama : Rp 63,12 / (1+12%)^1 = Rp 56,357

Tahun kedua      : Rp 70,80 / (1+12%)^2 = Rp 56,441

Tahun ketiga      : Rp 91,08 / (1+12%)^3 = Rp 64,829

(dalam jutaan rupiah)

Investasi awal                        - Rp 165.000

Arus kas masuk tahun-1         Rp   56.357

Saldo                                      - Rp  108.643

Arus kas masuk tahun-2       Rp    56.441


Saldo                                      - Rp     52.202

Arus kas masuk tahun-3       Rp    64.827

Saldo                                        Rp    12.627

Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 52.202 / 64.827 x 12 bulan


= 2 tahun 9,66 bulan

Artinya setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 9,66 bulan, investasi (proyek)
tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan investasi
pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).

Namun karena investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka realisasi
balik modal selama 2 tahun 9,66 bulan terlalu lama. Dengan demikian proyek tersebut
ditolak.

Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (DPP) – Tes Kriteria Keputusan

1. DPP memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada
metode ini sudah diperhitungkan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
2. DPP tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil  (return) yang dikehendaki.
3. DPP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan
dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi.

Mengingat DPP tidak lulus terhadap satu ujian (pertanyaan) tersebut, maka DPP tidak
bisa dijadikan sebagai metode yang utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode DPP

Kelebihan : memperhitungkan nilai waktu dari uang, mudah dipahami, tidak menerima
investasi dengan NPV negative walau semua arus kas positif , menggunakan arus kas
(bukan laba pembukuan).
Kelemahan : mungkin menolak investasi yang memiliki NPV positif, membutuhkan
lamanya waktu balik modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk
pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan
pengembangan dll.

Hasil Akuntansi Rerata (Average Accounting Return = ARR)

Terdapat banyak defisini yang berbeda untuk Hasil Akuntansi Rerata. Salah satunya :

Laba Bersih Rerata / Nilai Buku Rerata

Dengan catatan bahwa nilai buku rerata tergantung dari bagaimana aset disusutkan.

Pada metode ini dibutuhkan tarif pembanding yang dijadikan dasar (target cutoff rate).

Menurut metode ini , proyek akan diterima bila AAR lebih besar dari tarif yang
ditentukan tersebut.

Pada contoh di atas, misalnya return akuntansi rerata yang dikehendaki 25%.

Laba bersih rerata (dalam miliar rupiah) = (13,620 + 3,300 + 29,100) / 3 = 15,340

AAR = 15,340 / 72,000 = 0.213 = 21.3%

Karena AAR (21,3%) < return yang dikehendaki (25%), maka proyek tersebut ditolak.

Hasil Akuntansi Rerata (ARR) – Tes Kriteria Keputusan

1. ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).
2. ARR tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil  (return) yang dikehendaki.
3. ARR tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan
dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas (menggunakan laba
bersih).
Mengingat ARR tidak lulus terhadap ujian (pertanyaan) tersebut, maka ARR tidak bisa
dijadikan sebagai metode yang utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode AAR

Kelebihan : mudah menghitungnya, informasi yang diperlukan biasanya tersedia.

Kelemahan : bukan merupakan tingkat hasil yang sebenarnya (nilai waktu dari uang
diabaikan), menggunakan tarif pembanding yang arbitrar (subjektif), didasarkan pada
laba bersih dan nilai buku akuntansi (bukan arus kas dan nilai pasar).

Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return = IRR)

IRR merupakan metode alternative NPV yang terpenting.

IRR sering digunakan dalam prakteknya dan menarik secara intuisi.

IRR didasarkan atas arus kas perkiraan dan tidak terikat pada tingkat suku bunga.

IRR merupakan tingkat hasil yang menghasilkan NPV = 0.

Suatu proyek diterima menurut IRR, bila IRR lebih besar dari hasil yang diharapkan.

Cara menghitungnya dengan proses coba-coba (trial and error).

Misalkan  (nilai dalam miliaran rupiah)

R        = 15% NPV = -165 + 62,12/(1+15%) + 70,8/(1+15%)^2 + 91,08/(1+15%)^3 =


-3,309

R        = 17% NPV = -165 + 62,12/(1+17%) + 70,8/(1+17%)^2 +


91,08/(1+17%)^3 =  2,463

Selisih=2%                                                                                                                            
   5,772

IRR = 15% + 3,309/5,772*2% = 16,15% atau


       = 17% - 2.463/5,772*2%  = 16,15%

Karena IRR = 16,15% > hasil yang diharapkan (RRR = 12%), maka proyek tersebut
diterima.

IRR – Test Kriteria Keputusan

1. IRR memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari adanya
perhitungan diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.
2. IRR memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (semakin besar
resikonya, hasil yang diharapkan semakin besar)
3. IRR memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan (IRR berkaitan
dengan perhitungan NPV)

Karena IRR memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka IRR merupakan metode alterantif
yang baik.

Kelebihan IRR : mengetahui hasil merupakan hal yang menarik secara intuisi, mudah
untuk mengkomunikasikan nilai proyek kepada seseorang yang tidak tahu rincian
perkiraan secara rinci.

Jika IRR relative tinggi, maka tidak perlu memperkirakan hasil yang diinginkan
(required return / RRR), yang sering merupakan suatu tugas yang sulit.

Ringkasan keputusan atas proyek berdasarkan metode :

-          NPV                         : proyek diterima

-          PP                           : proyek ditolak

-          DPP                         : proyek ditolak

-          ARR                         : proyek ditolak

-          IRR                          : proyek diterima


NPV vs. IRR

Pada umumnya metode NPV dan IRR mengarahkan kita untuk mengambil keputusan
yang sama. Namun terdapat 2 kekecualiaan yakni :

-          Arus kas tidak konvensional yakni arus kas yang berubah-ubah tandanya lebih
dari sekali.

Bila arus kas berubah-ubah tandanya (dari negative ke positif lalu negative kembali
misalnya), maka akan terdapat beberapa IRR (garisnya tidak lagi linear melainkan non
linear). Karena saat mencari IRR, kita mencari akar dari persamaan, jika garis yang
terbentuk melewati sumbu X ebih dari sekali, maka akan terdapat lebih dari satu hasil
yang memenuhi persamaan tersebut. Masalahnya : bila terdapat lebih dari satu IRR,
mana yang akan dipakai dalam membuat keputusan?

Contoh : sebuah investasi memerlukan pengeluaran sebesar Rp 90 miliar dan akan


menghasilkan arus kas untuk tahun pertama Rp 132 miliar, tahun kedua Rp 100 miliar
dan tahun ketiga negative Rp 150 miliar. Jika hasil yang dikehendaki 15%, apakah
investasi tersebut akan diterima? Jika dicari maka IRR ada 2 yakni >15% (berarti
investasi tersebut diterima) dan 10,11% (berarti proyek diterima). Mana yang dipilih?

-          Proyek yang bersifat mutually exclusive (untuk proyek-proyek yang berbeda


ukuran skala dan waktu arus kas yang berbeda).

Pada proyek yang bersifat mutually exclusive, jika kita menerima proyek yang satu ,
maka kita menolak proyek lainnya. Misalnya : Jika terdapat pilihan untuk menghadiri
wisuda di Harvard atau Stanford pada saat yang bersamaan. Kita tidak dapat hadir pada
keduanya. Untuk setiap proyek, maka secara intuisi kita akan mengambil keputusan :
pilihlah proyek yang memiliki nilai NPV atau IRR yang lebih tinggi.

Contoh : Proyek yang bersifat Mutually Exclusive (nilai dari miliaran rupiah)

Periode          Proyek A                Proyek B

                0              - Rp 500                 - Rp 400

                1                 Rp 325                                 Rp 325


                2                 Rp 325                                  Rp 200

                IRR            19,43%                   22,17%

                NPV           Rp 64,05                Rp 60,74

 Jika hasil yang dikehendaki untuk kedua proyek tersebut 10%, manakah proyek yang
akan diterima?

NPV mengukur langsung kenaikan nilai persahaan.

Bila terdapat konflik antara NPV dan metode lainnya, maka gunakanlah NPV.

IRR tidak dapat digunakan dalam situasi : arus kas non konvensional dan proyek-
proyek yang bersifat mutually exclusive.

Modified IRR

Caranya :

-          Hitunglah NPV dari seluruh pengluaran kas dengan menggunakan tingkat bunga
pinjaman

-          Hitunglah seluruh arus kas masuk mendatang dengan menggunakan tingkat


bunga investasi

-          Lalu carilah tingkat hasil (return) yang menyamakan kedua nilai tersebut.

Manfaat : satu jawaban dan tingkat hasil spesifik untuk meminjam dan melakukan
investasi kembali.

Profitability Index (PI) / Cost Benefit Ratio (CBR)

Metode ini untuk mengukur manfaat per unit biaya didasarkan atas nilai waktu dari
uang.

PI sebesar 1,1 berarti untuk setiap investasi sebesar Rp 1, akan menciptakan tambahan
nilai sebesar Rp 0,1 (yakni Rp 1,1 – Rp 1 nilai investasi).
Ukuran ini sangat berguna saat modal yang tersedia jumlahnya terbatas.

Bila proyek memiliki PI>1, maka proyek tersebut diterima.

Tidak dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek yang bersifat mutually
exclusive.

Dapat digunakan untuk membuat peringkat proyek dalam  capital rasioning.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode PI

Kelebihan : sangat mendekati metode NPV, umumnya menghasilkan keputusan yang


identik (sama), mudah dimengerti dan dijelaskan, sangat bermanfaat bila dana investasi
yang tersedia terbatas.

Kelemahan : dapat mengarah pada keputusan yang keliru saat membandingkan investasi
yang bersifat mutually exclusive.

Penganggaran Modal (capital budgeting) dalam penerapannya.

Kita seharusnya mempertimbangkan beberapa kriteria investasi saat membuat


keputusan.

Metode NPV dan IRR merupakan metode yang paling umum dipakai untuk menilai
investasi.

Payback merupakan metode (kriteria) investasi kedua yang paling banyak digunakan.
REFERENSI :

http://manajemenkeuanganakuntansi.blogspot.com/2013/06/metode-penilaian-
investasi_4.html?m=1

https://www.praxisframework.org/id/knowledge/investment-appraisal

https://www.slideshare.net/usmanfadholy/24-metode-penilaian-investasi

https://www.scribd.com/document/401088660/Metode-Penilaian-Investasi

https://www.slideshare.net/ratihbaryati/4-konsep-penilaian-investasi

Anda mungkin juga menyukai